Anda di halaman 1dari 14

TANTANGAN, PEDOMAN DALAM

PENGATURAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA INTERNASIONAL

Oleh kelompok :

1. I Made Dony Mahardika ( 03 )


2. I Made Adi Diantara ( 15 )
3. Ngurah Arya Shidy Mantra ( 16 )
4. I Putu Mahesa Udayana ( 21 )
5. I Putu Yoga Pratama ( 22 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................2

1.3 Tujua Penelitian ..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Transnasioanal ...................................................................................................3

2.2 Tekanan Permasalahan Perusahaan Multinasional Modern Dalam Memasuki Era


Globalisasi ...................................................................................................................................... 4
2.3 Pedoman Menuju Pengaturan Globalisasi ..........................................................................5
2.4 Culture Change Management ...............................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................11

3.2 Saran .................................................................................................................................11

Daftar Pustaka ........................................................................................................................12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transnasional adalah sebuah arti fenomena sosial yang terjadi karena semakin luas
hubungan dari segi hubungan ekonomi dan sosial. Batasan antara negara satu dengan
yang lain semakin tidak jelas. Semua negara seakan-akan tidak ada batasan. Bentuk
kegiatan transnasional ini sangat beragam dengan berbagai tujuan dan latar belakang.
Terdapat tujuan untuk kepentingan politik, perusahaan, dan arti kejahatan. Isu yang
sering digunakan ialah untuk kepentingan agama dan kemanusiaan, walaupun pada
pelaksanaannya belum tentu seperti apa yang dikatakan.

Globalisasi adalah era dimana batas-batas wilayah teritorial suatu negara tidak
menjadi masalah lagi bagi manusia dalam menjalankan berbagai macam aktivitasnya.
Oleh karena munculnya era globalisasi tersebut maka menimbulkan dampak yang
besar bagi kehidupan manusia di berbagai macam aspek, salah satunya adalah aspek
perekonomian. Era globalisasi sekarang ini menjadikan aspek perekonomian semakin
berkembang tanpa mengenal batasan wilayah, hal ini menjadikan banyak perusahaan-
perusahaan yang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain di berbagai negara untuk
tujuan memperkuat basis globalnya. Bahkan banyak pula perusahaan yang mendirikan
cabang atau anak perusahaannya di negara lain untuk memperluas jaringan usahanya
yang diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.

Dikarenakan adanya hubungan antara perusahaan satu dengan perusahaan lain


ataupun dengan anak perusahaanya yang berada di negara lain tersebut maka dapat
dipastikan akan terjadi berbagai macam aktivitas antar perusahaan tersebut dalam
menjalankan bisnisnya, apalagi sekarang didukung dengan adanya World Trade
Organisation (WTO) dan General Agreement on Trade and Tariff (GATT) yang
semakin mempermudah aktivitas bisnis antar negara. Diantaranya banyaknya aktivitas

1
yang dilakuan antar perusahaan tersebut salah satunya ada aktivitas transfer, baik itu
transfer barang, jasa, ataupun yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mendeskripsikan awal mula dari transnasional
2. Bagaimana menguraikan tekanan permasalahan perusahaan multinasional
modern dalam memasuki era globalisasi?
3. Bagaimana menguraikan pedoman menuju pengaturan globalisasi?
4. Bagaimana mendeskripsikan mengenai Culture Change Management?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Pembaca mampu mendeskripsikan awal mula dari transnasional
2. Pembaca mampu menguraikan tekanan permasalahan perusahaan
multinasional modern dalam memasuki era globalisasi?
3. Pembaca mampu menguraikan pedoman menuju pengaturan globalisasi?
4. Pembaca mampu mendeskripsikan mengenai Culture Change Management?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Dari Transnasional

Transnasionalisme adalah fenomena sosial dan agenda penelitian ilmiah yang


muncul karena manusia semakin saling terhubung dan perbatasan ekonomi dan sosial
antarnegara semakin kabur. Transnasionalisme sebagai proses ekonomi memerlukan
penataan ulang proses produksi global sehingga beberapa tahap produksi produk
apapun dapat terjadi di beberapa negara dengan tujuan menekan biaya.
Transnasionalisme ekonomi, biasa disebut globalisasi, muncul pada paruh akhir abad
ke-20 seiring diciptakannya Internet dan komunikasi nirkabel serta berkurangnya biaya
transportasi global berkat kontainerisasi. Perusahaan multinasional dapat dipandang
sebagai salah satu bentuk transnasionalisme; perusahaan multinasional berusaha
menekan biaya untuk meningkatkan laba dengan menjalankan operasi seefisien
mungkin tanpa memandang batas politik.

Akira Iriye (2004: 213), salah satu sejarawan yang berkontribusi dalam
pembahasan mengenai sejarah transnasional, mengatakan bahwa sejarah transnasional
adalah “a study of movements and forces that have cut across national boundaries”.
Sejarah transnasional menekankan pada pentingnya interaksi dan sirkulasi ide,
manusia, institusi, dan teknologi menyebrangi negara atau batasan teritori nasional dan
dengan demikian terjadi entanglement dan mutual influence dari negara, masyarakat,
dan kebudayaan

Para pendukung transnasionalisme kapitalis berusaha membantu pergerakan


orang, pemikiran, dan barang lintas kawasan. Mereka yakin bahwa transnasionalisme
semakin sesuai dengan pertumbuhan globalisasi kapitalis yang pesat. Mereka
berpendapat bahwa perbatasan negara-bangsa tidak bisa dihubungkan dengan

3
perpindahan tenaga kerja, perusahaan yang mengglobal, arus uang global, arus
informasi global, dan kerja sama ilmu pengetahuan global.

Transnasionalisme sebagai konsep, teori, dan pengalaman telah memperkaya


literatur ilmu sosial. Dalam praktiknya, transnasionalisme merujuk kepada peningkatan
integrasi fungsi proses yang bersifat lintas batas atau lintas hubungan individu,
kelompok, lembaga, dan mobilisasi di luar batas negara. Individu, kelompok, lembaga,
dan negara berinteraksi dengan satu sama lain dalam ruang global baru, tempat
bersatunya kekhasan budaya dan politik suatu negara dengan aktivitas multitingkat dan
multinasional. Transnasionalisme merupakan bagian dari proses globalisasi kapitalis.
Konsep transnasionalisme mengacu pada serangkaian tautan dan interaksi
antarmanusia dan antarlembaga yang melintasi perbatasan negara-bangsa.

Sejumlah pihak berpendapat bahwa diaspora seperti diaspora Cina adalah perintis
transnasionalisme modern. Namun demikian, sebagian besar diaspora tidak bersifat
sukarela, tidak seperti orang-orang yang berjiwa transnasionalis. Bidang politik
diaspora menganggap diaspora modern berpotensi menjadi pelaku politik transnasional
dan dipengaruhi gerakan-gerakan politik transnasional, Walaupun kata
transnasionalisme menegaskan bahwa negara tidak mampu lagi membendung atau
mengendalikan sengketa dan negosiasi sehingga kelompok-kelompok sosial
menyertakan dimensi global ke dalam praktik mereka, diaspora memperkenalkan
dinamika ras yang mendasari pembagian tenaga kerja internasional dan gejolak
ekonomi modal global

2.2 Tekanan Permasalahan Perusahaan Multinasional Modern Dalam Memasuki


Era Globalisasi
Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang multidimensi, salah satunya adalah
dimensi ekonomi. Globalisasi dalam dimensi ekonomi mengakibatkan adanya
perubahan dalam struktur dan proses perekonomian dunia mengikuti kemajuan dalam

4
bidang teknologi yang semakin cepat. Perkembangan globalisasi ekonomi telah
memunculkan hubungan saling ketergantungan di satu sisi tetapi di sisi lain juga
menimbulkan peningkatan persaingan antar negara, dalam konteks perdagangan dan
investasi dan kegiatan ekonomi lainnya.
Globalisasi dalam dimensi ekonomi (economic globalization) mengacu pada
intensifikasi dan peregangan keterkaitan ekonomi di dunia. Arus modal dan teknologi
yang sangat besar telah mendorong meningkatnya perdagangan barang dan jasa. Pasar
telah menambah jangkauan mereka di seluruh dunia, dalam proses menciptakan
hubungan baru antara ekonomi nasional. Perusahaan transnasional yang besar, lembaga
ekonomi internasional yang kuat, dan sistem perdagangan regional yang besar telah
muncul sebagai pilar tatanan ekonomi global (Steger, 2003: 37).
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi
atau pasar secara nasional, regional ataupun internasional. Hai ini disebabkan oleh:
a. komunikasi dan tranportasi yang semakin canggih
b. lalulintas devisa yang makin bebas
c. ekonorni negara yang makin terbuka
d. penggunaan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif oleh setiap
Negara
e. metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien
f. emakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional di seluruh dunia
(Halwani, 2005: 194).

2.3 Pedoman Menuju Pengaturan Globalisasi


Globalisasi itu sudah melanda Indonesia dan merobek-robek kehidupan manusia. Ia
datang membawa muatan-muatan positif dan negatif, yang untuk sementara orang
mengkhawatirkan akan menghilangkan nasionalisme atau negara bangsa (nation state).
Kemajuan pesat teknologi dalam wujud Triple “T” Revolution, telekomunikasi atau
informasi, transportasi dan Trade (perdagangan bebas) membuat hubungan umat
manusia antarnegara menjadi sangat intens seakan-akan menggilas negara bangsa dan

5
membangun citra global. Kemajuan pesat teknologi ini membawa muatan isu global
seperti demokratisasi, hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Sebagai
bangsa Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi
kekuatan global tersebut, agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia.
Untuk menghadapi globalisasi tersebut diharuskan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai
berikut:

1. Geografi, Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang
hidup sangat baik dan strategis, namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam
pendayagunaan wilayah darat, laut, dirgantara, dan pengaturan tata ruangnya.
2. Sumber Kekayaan Alam, Potensi sumber kekayaan alam (SKA) di daratan,
lautan, dan dirgantara, baik yang bersifat hayati maupun nonhayati, serta yang
dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui sangat besar. Hal ini
merupakan modal dan kekuatan dalam pembangunan. Namun, kelemahannya
belum sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut dimanfaatkan secara
optimal. Kalaupun ada yang telah dimanfaatkan masih ada di antaranya dalam
pemanfaatannya kurang memperhatikan kelestarian dan distribusi hasilnya. Hal
ini tidak sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yang ada
tidak seluruhnya dapat dijaga keamanannya dengan baik atau dengan kata lain
rawan pencurian.
3. Demografi, Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia.
Pertumbuhannya dapat ditekan akibat makin meningkatnya tingkat
pengetahuan masyarakat melalui program KB (Pertumbuhan 1,9%). Begitu
juga tingkat kesehatan harapan hidup, dan kualitas fisik semakin meningkat.
Kelemahannya, sebagian penduduk Indonesia antarwilayah atau daerah atau
antarpulau tidak proporsional, pertumbuhan belum mencapai zero growth dan
kualitas nonfisik yang masih rendah.

6
4. Ideologi, Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat kita
berpegang pada ideologi Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-
satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Pembudayaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (nilai praktis) telah dan
sedang digalakkan. Kelemahannya, pengamalan atau pembudayaan Pancasila
tersebut belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan bagi seluruh bangsa
Indonesia dan jika ideologi Pancasila tersebut tidak dapat memberikan harapan
hidup lebih baik bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat.
5. Politik, Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem
Politik Demokrasi Pancasila dan sudah tertata terutama struktur politik dan
mekanismenya. Kendatipun demikian, hal ini perlu dikaji dan disempurnakan
sesuai dengan aspirasi dan perkembangan masyarakat demikian juga
pelaksanaan-nya terus memerlukan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kelemahannya, budaya politik
masih perlu perbaikan dan peningkatan. Suprastruktur masih sangat dominan
apabila dibandingkan dengan infrastruktur dan substruktur. Begitu juga
komunikasi politik dan partisipasi politik perlu mendapat perhatian untuk
diperbaiki.
6. Sosial Budaya, bukan tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan. Dalam
kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan
perpecahan. Sementara sebagai hasil pembangunan yang kita lakukan selama
PJPT I di era orde baru ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan
rakyat serta meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa
Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih
banyak kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya
primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin
nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah
individualistis dan materialistis dan makin berkurangnya keteladanan para
pemimpin.Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinnekaannya,

7
bagaikan kumpulan bunga berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila
kebhinnekaan atau kemajemukan tersebut tidak dapat dibina dengan baik

2.4 Culture Change Management

Menurut Kotter, Change Management adalah any approach to transitioning


individuals, teams, and organizations using methods intended to re-direct the use of
resources, business process, budget allocations, or other modes of operation that signi
cantly reshape a company or organization. Keep It Simple and Short - CM adalah
transisi terstruktur dari situasi A ke situasi B dalam rangka mencapai perubahan yang
bersifat menetap dalam organisasi.

The only thing that is constant is change itself. Perubahan akan selalu ada dan pasti
terjadi. Apakah perubahan itu dikarenakan ekspansi, efisiensi, merger/akusisi, integrasi
vertikal maupun horizontal. Selain berdampak terhadap sistem, perubahan juga
berdampak terhadap pelaksana sistem itu sendiri, yaitu Karyawan/Manusia seperti
yang saya ilustrasikan di atas. Elemen manusia merupakan bagian yang memiliki
resistensi (penolakan) paling besar. Sehingga sangat logis potensi resistensi paling
besar juga harus diantisipasi dengan pendekatan yang paling jitu agar terdapat
pandangan yang positif terhadap perubahan, bahkan siap menjadi bagian di dalamnya.
Di sini lah perlunya Change Management.

Change Management (CM) perlu dilakukan untuk:

1. Langkah 1 – MOTIVATING CHANGE. Mendorong kesiapan untuk berubah


dan mengatasi setiap penolakan terhadapnya.
2. Langkah 2 – CREATING A VISION. Merumuskan arah perubahan yang
diharapkan.
3. Langkah 3 – DEVELOPING POLITICAL SUPPORT. Mempersiapkan para
Agen Perubah (Change Agent), termasuk para informasi leader.

8
4. Langkah 4 – MANAGING THE TRANSITION. Menyusun rencana aktivitas,
membangun komitmen dan struktur komite.
5. Langkah 5 – SUSTAINING MOMENTUM. Mempersiapkan infrastruktur
perubahan, membangun sistem pendukung bagi para Agen Perubah,
membangun kompetensi dan keahlian baru dan mengapresiasi kemajuan
sekecil apapun.

Sebelum mengimplementasi perubahan, ada hukum (the Law of CEO) yang perlu
diketahui:

1. Law of Chaos Bahwa dalam setiap perubahan pasti timbul kekacauan.


Organisasi harus menerima fakta ini dan memiliki strategi yang tepat untuk
mengelola kondisi tersebut.
2. Law of Eden Bahwa setiap perubahan harus didasarkan pada suatu tujuan yang
indah dan mulia. Maka dalam menghadapi setiap tantangan, pelaku perubahan
perlu kembali kepada alasan mengapa organisasi menginginkan perubahan itu.
3. Law of Order Bahwa setelah kekacauan/chaos, akan muncul keteraturan (yang
baru). Dengan demikian, organisasi harus mengarahkan perubahan agar
keteraturan yang baru sesuai dengan yang diharapkan.

Setelah menyadari the Law of CEO, maka selanjutnya adalah mulai melangkah.
Menurut Kotter, ada 8 langkah sebagai berikut:

1. Ciptakan Urgensi
Ini merupakan pengakuan atas akar permasalahan. Sederhananya adalah semua
orang harus mengakui adanya masalah di bagian atau dirinya. Kotter
menyarankan agar perubahan bisa tercapai, 75% dari Manajemen harus percaya
(buy in) tentang perlunya perubahan.
2. Bentuk Koalisi Yang Digdaya

9
Carilah sekutu yang akan membantu meng-goal-kan perubahan. Agen
perubahan ini tidak harus berdasarkan hirarki. Namun tentunya orang-orang
berpengaruh dalam perusahaan yang memiliki power, termasuk job title, status,
expertise, dan political importance. Mereka ini harus bekerja sebagai satu tim.
3. Ciptakan Visi Untuk Perubahan
Visi yang jelas akan membantu menjawab mengapa karyawan harus melakukan
sesuatu atau mencapai arahan tertentu.
4. Komunikasikan Visi
Begitu banyak noise yang masuk tiap hari, sepanjang hari. Pesan Anda tidak
boleh tertimbun di paling bawah. Komunikasi harus dilakukan berkala dan
efektif. Masukkan dalam berbagai hal yang terjadi dalam organisasi. Jangan
hanya saat meeting khusus. Tapi jadikan bahan pembicaraan pada setiap
kesempatan.
5. Singkirkan Rintangan
Ingat the Law of Chaos. Maka buatlah struktur untuk perubahan. Singkirkan
rintangan dan empower karyawan agar perubahan dapat terus terjadi.
6. Ciptakan Kemenangan Jangka Pendek
Buat target jangka pendek dan Jangan menunggu perayaan atas pencapaian
jangka panjang. Setiap kemenangan akan menjadi motivasi atas pencapaian
berikut.
7. Bangun Atas Perubahan
Kotter berargumen bahwa banyak proyek perubahan gagal karena kemenangan
dinyatakan terlalu awal. Perubahan yang sejati akan berakar. Quick wins adalah
awal dari apa yang harus dicapai untuk perubahan jangka panjang. Setiap
sukses memberikan kesempatan untuk membangun atas apa yg berjalan dengan
benar.
8. Angkarkan Perubahan Ke Dalam Kultur Korporasi
Jadikan sebagai budaya perusahaan sehingga nilai dibalik visi atas perubahan
nampak dalam keseharian.

10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Transnasionalisme adalah fenomena sosial dan agenda penelitian ilmiah yang
muncul karena manusia semakin saling terhubung dan perbatasan ekonomi dan sosial
antarnegara semakin kabur. Transnasionalisme sebagai proses ekonomi memerlukan
penataan ulang proses produksi global sehingga beberapa tahap produksi produk
apapun dapat terjadi di beberapa negara dengan tujuan menekan biaya.
Globalisasi merupakan suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa
menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek
kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun
lingkungan. Globalisasi ekonomi telah menimbulkan tantangan baru bagi ekonomi
nasional yaitu semakin kuatnya kompetisi, multinasionalisasi produksi, dan integrasi
keuangan global. Tantangan baru tersebut digerakkan oleh institusi internasional dan
institusi transnasional melalui aktor globalisasi. Dalam menghadapi globalisasi
ekonomi, Indonesia menggunakan strategi pengakuan timbal balik dan strategi
koordinasi, serta berperan aktif dalam proses negosiasi pembentukan institusi
internasional agar tidak merugikan kepentingan nasional.

1.2 Saran
Mengingat banyak permasalahan yang dihadapi perusahaan mutinasioal di era
globalisas ini. Agar tercapainya kinerja yang unggul bagi keseluruhan anggota
organisasi, perusahaan perlu menerapakan Culture Change Management. Change
Management, perlu dilakukan supaya perubahan yang diinginkan tercapai. Dan demi
mengelola hal-hal tidak menjadi ekstrim dan negatif, maka langkah-langkah CM perlu
dilakukan. Jadi kebutuhan melakukan perubahan itu bisa internal maupun eksternal

11
DAFTAR PUSTAKA

Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Bogor:


Ghalia Indonesia

James, Paul. 2006. Globalism Nationalism Tribalism, Bringing Back In. London: Sage
Publications

James, P., & Steger, M. B. 2010. Globalisation and culture, Vol. 4. Ideologies of
globalism. London: Sage Publications

Kotler, P., Keller, K., Lane., Koshy, A., Jha., M. 2009. Marketing management: A
south Asian perspective. Delhi, Cennai: Pearson Education India

Morrice, D. 2000, “The liberal-communitarian debate in contemporary political


philosophy and its significance for international relations”. Review of
International Studies, vol 26, no 2: 233–251

12

Anda mungkin juga menyukai