Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia
Disusun Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Teori
Sosial Indonesia tentang “Transformasi Sosial: Perspektif Mansur Fakih dalam
Menghadapi Tantangan Globalisasi”.
Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Sosial Indonesia juga dilakukan sebagai sarana pembelajaran dan
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat, menumbuhkan kesadaran, dan
kepedulian bagi pembaca.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang...................................................................................................... 4
Kesimpulan .............................................................................................................. 30
LAMPIRAN ................................................................................................................ 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi telah menandai dimulainya suatu era baru. Globalisasi merupakan
suatu kondisi yang menjangkiti masyarakat secara global dimana batasan ruang dan
waktu tidak lagi menjadi penghalang. Globalisasi yang terjadi telah banyak
mempengaruhi serta merubah cara hidup manusia, hal ini disebabkan karena
Globalisasi didorong dengan perkembangan teknologi yang sangat signifikan bila
dibandingkan dengan era sebelumnya. Modernisasi telah melatarbelakangi terjadinya
Globalisasi dan meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu yang ada
didalamnya.
Kebutuhan manusia akan informasi dan pengetahuan menjadi salah satu faktor
utama terjadinya era globalisasi. Globalisasi menciptakan suatu keterkaitan antara
setiap manusia dimuka bumi. Kini kita dengan mudahnya berhubungan dengan orang
lain yang berada dibelahan bumi lain dan mendapatkan informasi dari mereka.
Globalisasi juga mendorong kemajuan suatu masyarakat di berbagai bidang
diantaranya adalah kemajuan di bidang pendidikan, sosial budaya, ekonomi, dan
politik serta membuka jalan bagi sebuah masyarakat untuk terhubung dengan
masyarakat lainnya, dengan demikian tak ada lagi masyarakat yang terisolir dan
mengalami krisis informasi.
4
ketimpangan semakin besar antara masyarakat yang kaya dengan kelompok
masyarakat yang miskin.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Globalisasi?
2. Bagaimanakah Globalisasi Menurut Pandangan Mansur Fakih?
3. Bagaimanakah Transformasi sosial yang dilakukan Mansur Fakih?
C. Tujuan Penulisan
1. Unruk mengetahui pengertian globalisasi
2. Untuk mengetahui pengertian globalisasi menurut pandangan Mansur Fakih
5
3. Untuk mengetahui bagaimanakan Transformasi soaial yang dilakukan Mansur
Fakih
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian globalisasi
2. Dapat mengetahui pengertian globalisasi menurut pandangan Mansur Fakih
3. Dapat mengetahui bagaimanakan Transformasi soaial yang dilakukan Mansur
Fakih
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia
global itu. Adanya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi
akan mempercepat akselerasi proses globalisasi tersebut. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan manusia. Globalisasi juga menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab dan dipecah kan agar dapat
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sebagai suatu
proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam system ekonomi dunia pada
dasarnya diperankan oleh aktor-aktor utama proses tersebut.Yang pertama adalah
TNC ( Trans National Corporation), yakni perusahaan multinasional yang besar yang
dengan dukungan Negara-negara yang diuntungkan oleh TNC tersebut membentuk
suatu hewan peserikatan perdagangan global yang dikenal dengan WTO (World
Trade Organization).
7
Besar Bahasa Indonesia, Globalisasi adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia
Dapat pula diartikan sebagai hal-hal kejadian secara menyeluruh dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi batas-batas yang mengikat secara nyata.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan, Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya
sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan
globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama
misalnya terbentuknya PBB, OKI.
8
bahwa setiap imperialisme memiliki kecendrungan untuk mengglobalisasikan objek-
objek tertentu. Berdasarkan pandangan ini, kita dapat mengatakan bahwa peradaban
Romawi dan peradaban Persia, yang ada sebelum peradaban Islam, telah memicu tren
globalisasi dan mempercepat perkembangannya.
Jadi globalisasi merupakan suatu proses soaial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.Perkembangandan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi dan
komunikasi merupakan awal dari proses perkembangan globalisasi. Perkembangan
iptek inilah yang nantinya akan mempengaruhi sektor-sektor lain yang ada dalam
9
kehidupan, seperti sektor politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh
sederhana dengan teknologi internet, media sosial orang di belahan bumi manapun
akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain terutama pada kebudayaan suatu daerah. Selain itu
pemintaan pasar dunia dan logika kapitalisme juga mempengaruhi perkembangan
globalisasi. Namun kekuatan penggerak dari globalisasi menurut James Petras adalah
Negara-negara imperial pusat, perusahaan multinasional dan bank-bank dengan
dukungan lembaga-lembaga keuangan internasional. Negara menjadi penggerak
globalisasi karena memiliki kekuasaan dalam mengatur formulasi strategis globalisasi,
alokasi sumber daya ekonomi pada actor-aktor global.
10
masyarakat lebih menyukai menggunakan media komunikasi yang murah dan cepat
yaitu dengan telepon, internet dan sosial media
11
Selain itu dampak lain yang terjadi, kesenjangan sosial semakin besar. Sudah
menjadi rahasia bersama jika gap antara orang miskin dan orang kaya dinegeri ini
sangat besar sekali. Satu sisi globalisasi membuka peluang untuk orang-orang yang
berpendidikan, sedangkan disatu sisi lagi globalisasi membuat orang-orang kecil
semakin sulit bertahan hidup. Ini yang menyebabkan kesenjangan sosial di Indonesia
semakin lebar setiap tahunnya. Dan pola hidup yang konsumtif, semakin
meningkatnya konsumerisme dikalangan masyarakat Indonesia. Sifat Konsumtif
dibentuk oleh kita yang cenderung berbelanja produk-produk yang kita inginkan
bukan yang kita perlukan. Kemudahan akses dalam berbelanja dan menbanjirnya
produk-produk branded menyebabkan pola hidup konsumtif semakin merajalela. Hal
ini dapat menyebabkan smakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas,
kepedulian, dan kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat,
misalnya sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang,
adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama.
Salah satu ciri penting globalisasi, sebagaimana sering disuarakan oleh kaum
globalis, adalah bahwa dunia dan pasar-pasar kini teritegrasi dan terkoneksi satu sama
lain dalam lingkungan global yang tanpa batas. Akibatnya, gejolak mata uang pada
suatu wilayah akan berpengaruh terhadap wilayah lain.
12
yang menunjukan globalisasi. Ini telah lama terjadi melalui literatur, atau kontak
antar pakar dan mahasiswa.
13
Era kolonialisme merupakan era perkembangan paham kapitalisme di Eropa.
Sedangkan era pembangunan merupakan era yang lebih menekankan pertumbuhan
ekonomi nasional. Aktor utamanya adalah negara. Ketika era pembangunan
mengalami krisis, dunia memasuki era baru, yakni era globalisasi. Berbeda dengan
era pembanguan, pada era ini negara-negara didorong untuk menjadi bagian dari
pertumbuhan ekonomi global. Aktor utamanya bukan lagi negara, melainkan
perusahaan-perusahaan transnasional.
Dalam bukunya Jalan lain Manifesto Intelektual Organik (Fakih, 2002) dan
Neoliberalisme dan Globalisasi (Fakih, 2004) Mansur Fakih menjelaskan secara
kronologis arti globalisasi dalam konteks pembangunan. Ia telah menyadari bahwa
sejak Indonesia merdeka, Indonesia tidak pernah benar-benar merdeka secara
nasional dalam hal ekonomi dan pembabgunan seperti yang terjadi pada negara-
negara di Afrika pada Era postkolonial. Mansur Fakih menjelaskan bahwa globalisasi
merupakan sebuah istilah yang sangat berkaitan dengan Neoliberalisme dan
Neoliberalisme pada kenyataannya adalah kepanjangan dari kapitalisme dan
developmentalisme. Neoliberalisme tersebut menurut Mansur Fakih tidak jauh-jauh
dari konsep liberalisme Adam Smith.
Periode awal liberalisasi dilakukan pada awal masa pemerintahan Orde Baru
yang berlangsung antara tahun 1967-1974. Pada periode ini, prakarsa kebijakan
ekonomi terutama ditentukan oleh kebutuhan yang mendesak untuk memperbaiki
kinerja sistem perekonomian yang rontok akibat mekanisme "ekonomi revolusioner"
ala Soeharto. Periode kedua liberalisasi pada tahun 1982-1920, ketika harga minyak
jatuh. Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah telah mendorong dilakukannya
restrukturisasi ekonomi yang tidak bergantung pada sektor migas, dan cenderung
lebih liberal.
Neoliberalisme sendiri merupakan reinvensi kapital yang telah ditolak oleh konsep
ekonomi baru yang berprespektif keadilan sosial, perlindungan terhadap tradisi dan
14
hak tanah ulayat, dan bentuk-bentuk lain dari pergerakan sosia. Neoliberalisme
berpendirian bahwa kesejahteraan sosial pada dasarnya di ukur dengan pertumbuhan
ekonomi atau Gross National Product (GNP). Neoliberalisme percaya bahwa secara
umum pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai tingkat maksimal jika pasar
mengikuti prinsip-prinsip ekonomi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, meliberalkan
pasar dan kurs mata uang, menstabilkan inflasi dan ekonomi makro, memprivatisasi
aset dan pelayanan publik, dan tidak adanya intervensi dari negara. Para penganut
paham ekonomi neo-liberal percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai sebagai
hasil normal dari "kompetisi bebas". Kompetisi yang agrasif merupakan akibat dari
kepercayaaan bahwa "pasar bebas" adalah cara yang efisien dan tepat untuk
mengalokasikan sumber dana alam rakyat yang langka untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
15
mereka perdagangan bebas akan menggerakkan persaingan yang dapat mendorong
pemanfaatan sumber sumber daya, tenaga kerja, dan modal secara efisien.
16
studi pembangunannya. Melalui pendekatan yang dilakukannya, Mansur Fakih
membangun tradisi intelektual organik di antara aktivis gerakan sosial di Indonesia.
Salah satu falsafah hidup Mansur adalah "idealism tanpa ilmu kosong, ilmu tanpa
idealism mubadzir".
17
dipertanyakan. Menurut Edwards dan Hume dalam Mansour Fakih (2008:2)
mendefinisikan istilah "NGO" sebagai kategori organisasi yang batasannya sangat
luas, terdiri dari lembaga yang amat sangat beragam. Mereka mencoba
mendefinisikan batasan NGOs dilihat dari segi bentuk, ukuran, dan fungsinya, yang
dapat di bedakan menjadi tipe-tipe, yakni :
-NGO internasional seperti Save the Children Aid (biasanya disebut sebagai
"Nortbern NGOs" atau "NNGOs"); LSM "perantara" di Selatan (NGOs selatan) yakni
mereka yang mendukung kerja kelompok akar rumput (grass-roots) melalui
pendanaan, nasihat teknis dan advokasi; gerakan akar rumput dari jenis yang beragam
(organisasi akar rumput atau GROs, dan organisasi yang berbasis komunitas atau
CBOs) yang di kendalikan oleh anggotanya sendiri; serta jaringan kerja maupun
federasi yang terdiri atas beberapa atau seluruh tipe LSM di atas. (Edwards dan Hume,
1993, hal. 14)
Hal yang menjadi permasalahan olah banyak aktivis pada masa itu terpusat
kepada pendekatan san metodologi, seperti mempermasalahkan pendekatan bottom
18
up (dari "bawah ke atas") versus pendekatan top down ( dari "atas ke bawah").
Masalah yang dianggap strategis saat itu adalah menemukan metodologi yang lebih
baik dari projek-projek pemerintah. Dan hasilnya , pendekatan bottom up dan
partisipasi menjadi isu besar. Beberapa projek beaar dari LSM mengupayakan teknik
dan metodologi alternatif daei metodologi dan pendekatan projek-projek
pembangunan pemerintah , seperti projek pengembangan industri kecil; projek
pengembangan kerajinan; projek peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat;
projek program keluarga berencana dan pengendalian penduduk; teknologi tepat guna
dan projek pembangunan pedesaan lainnya. Pendekatan itu di implememtasikan
terutama untuk menciptakan metodologi alternatifbagi pendekatan top down
pembangunan tersentralisir yang dijalankan oleh pemerintah secara besar-besaran
tanpa mempersoalkan aspek struktural dan ketertarikan sistematik dari masalah yang
sedang diupayakan pemecahannya (Mansour Fakih,2008;5)
Jika dahulu pada tahun 1970an kegiatan LSM hanya memusatkan perhatian
pada bagaimana bekerja pengembangan masyarakat , maka pada tahun 1980an LSM
bentuk perjuangan LSM menjadi lebih beragam lagi, dari perjuangan lokal hingga
jenis advokasi baik tingkat nasional maupun tigkat internasional. Beberapa aktivis
LSM bahkan mulai mengkhususkan diri melakukan kerja advokasi politik untuk
perubahan kebijakan dalam banyak manifestasinya dilakukan dengan membuat
berbagai macam statement politik, petisi, lobbi, dan demonstrasi.
19
pada bagaimana mereka akan mencapai aspirasi-aspirasi tersebut, kebanyakan dari
mereka menggunakan konsep maupun teori Modernisasi dan Developmentalisme
tanpa pertanyaan kritis. Sehingga banyak kritik terhadap pembangunan yang tidak
hanya kaum intelektual dan akademisi di Indonesia, namun bahkan muncul di
kalangan intelektual di Barat.
Tabel 1
20
tradisional
-korupsi
- pelayanan
suplementer
21
- konsultatif tanggung jawab - disiplin yang kuat
bersama
-pembangunan
komunitas
- pendidikan
nonformal
- pendidikan
kejuruan
Transformasi
1. Konformisme
Mansur mengatakan bahwasannya tipe pertama yaitu konformisme,
yang terdiri dari LSM yang melakukan pekerjaan mereka didasarkan pada
paradigma bantuan karitatif atau sering disebut "bekerja tanpa teori" atau
mereka yag berorientasi pada pada projek dan bekerja sebagai organisasi yang
menyesuaikan diri dengan sistem dan struktur yang ada. Jadi orientasi mereka
bekerja sebagaai organisasi yang menyesuaikan diri dengan sistem dan
struktur yang ada. Pada dasarnya motivasi utama bagi program dan aktivitas
22
mereka adalah menolog rakyat didasarkan pada niat baik untuk membantu
mereka yang membutuhkan.
2. Perspektis Reformis
Pemikiran ini di dasarkan pada ideologi Modernisasi dan
Developmentalisme. Mayoritas aktivis LSM percaya atau mengikuti
paradigma reformisme. Paradigma ini menyoroti tentang perlunya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Korupsi yang
marak di kalangan pemerntahan dianggap sebagai sebab utama dari
keterbelakangan. Dalam pandangan paradigma ini bahwa perilaku dan kultur
masyarakat yang rendah dan dan nilai-nalai tradisional lainnya, menghambat
pembangunan dan pertumbuhan. Maka dari itu masyarakat perlu dilibatkan
dalam masalah pembangunan. Karena masyarakat dianggap sebagai bagian
dari masalah, untuk itu tugas utama dari LSM adalah menjadi fasilitator yakni,
memfasilitasi rakyat dalammeningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
agar lebih modern, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
3. Perspektif Transformastif
Hanya sedikit dari aktivis LSM yang benar-benar dapat digolongkan
memiliki perspektif transformatif. Salah satu ciri perspektif transfrmatif
adalah mempertanyakan paradigma mainstream yang ada dan ideologi yang
tersembunyi ddidalamya, dan berusaha menemukan paradigma alternatif yang
akan mengubah struktur dan super struktur yang menindas rakyat serta
membuka kemungkinan bagi rakyat untuk mewujudkan potensi
kemanusiaannya.
23
kelompok yang memiliki kesadaran diri yang bertindak in concerto untuk
mengungkapkan apa yang dilihatnya sebagai klaim-klaim menentang kelompok elit,
penguasa, atau kelompok lain dengan klaim-klaim tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial merupakan sarana yang tepat bagi
gerakan kontra-diskursus dan kontra-hegemonik. Organisasi gerakan sosial seperti
LSM adalah organisasi yang mengajukan perubahan radikal pada arah akar rumput,
selain itu LSM memberdayakan raktmyat untuk menggunakan pengetahuannya
sendiri. Sementara itu organisasi kontra-diskursus maupun kontra-hegemonik
tergantung pada komitmen aktivis gerakan sosial kepada masyarakat. Hal ini penting
untuk dapat melihat bagaimana aktivis bekerja sama dengan rakyat menciptakan
ideologinya sendiri maupun diskursus alternartif bagi transformasi sosial.
24
pealserta pendidikan mencapai tingkat kesadaran yang memungkinkannya
memandang sistem dan struktur sosial secara kritis.
25
perubahan. Dengan kata lain, upaya memunculkan kesadaran dianggap merupakan
bagian penting dari seluruh proses transformasi sosial. Maka, penciptaan gerakan
kontra-hegemonik merupakan prakondisi bagi transformasi sosial. Dengan cara ini,
gagasan Gramsci tentang perang posisi dalam perjuangan ideologis dan kultural dari
upaya memunculkan kesadaran dan pendidikan kritis adalah hal krusial bagi teori
perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi perang posisi ini, peran pendidikan
organisasi gerakan sosial dirempatkan dalam seluruh proses transformasi sosial.
Menurut Mansur Fakih konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang di konstruksi secara sosial maupun kultural.
Misalya, bahwa kaum peeremuan dianggap leah lembut, emosional, cantik dan
keibuan, sedangkan kaum laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.
Menurutnya ciri dari sifat itu sendiri merupkan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan,
jadi maksudnya terdapat beberapa laki-laki yang lemah lembut, emosional, dan
keibuan dan ada pula perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Sejarah perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan terjaadi melalui proses yang panjang, dan
terbentuknya perbedaan-perbedaan gender di sebabkan oleh banyak hal diantaranya,
dibentuk, disosilisasikan, diperkuat, bahkan dikntruksikan secara sosial maupun
kultural
Saat ini peneguhan yang tidak pada tempatnya di masyyarakat, dimana apa
yang sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi sosial justru dianggap
sebagai kodrat yang berarti ketentuan bioligis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian
26
besar yang sering dianggap atau dinamakan kodrat wanita adalah konstruksi sosial
dan kultural atau gender (Mansour Fakih,2008). Misalnya pekerjaan mendidik anak,
mengolah dan merawat kebersihan rumah dianggap sebagai kodrat wanita, padahal
peran tersebut adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat, maka, dapat
dilakukan oleh kaum laki-laki,
Mansur Fakih menjelaskan bahwa analisis gender sebagai alat analisi sosial
konflik memusatkan perhatian perhatian pada ketidakadilan struktural yang
disebabkan oleh keyakinan gender yang mengakar dan bersembunyi di berbagai
tempat, seperti tradisi masyarakat, keyakianan agama, serta kebijakan dan
perencanaan pembangunan. Bias gender biasanya tidak di sadari oleh pelakunya, para
perencana dan pelaksana program pembangunan tidak pernah merasa dan menyadari
bahwa mereka telah mendiskriminasi kaum perempuan. Kata gender sendiri
merupakan kata Inggris yang berarti suatu pemahaman sosial budaya tentang apa dan
bagaimana lelaki dan perempuan seharusnya berperilaku. Perbedaan gender tidak
akan menjadi masalah jika saja tidak melahirkan ketidakadilan. Yang menjadi
persoalan adalah pada kenyataannya perbedaan gender ini telah melahirkan
ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun perempuan.
Perbedaan gender yang akhirnya melahirkan peran gender tidak perlu digugat,
Mansur mengatakan kembali bahwa kodrat kaum perempuan secara boliologis
dengan organ reproduksinya bisa hamil, melahirkan, dan menyusui, kemudian
mempunyai peran sebagai perawat, pengasuh, dan pendidik anak sesungguhnya
bukan masalah dan perlu digugat yang menjadi masalah ternyata peran gender
tradisional perempuan dinilai lebih rendah di banding peran gender laki-laki.
Berdasarkan riset analisis gender Mansur (1997) menyampaikan bahwa diantara
bentuk ketidakadilan siloaial yang umum terjadi di masyarakat di era pembangunan
adalah marginalisasi gender dan perempuan. Proses marginalisasi perempuan
menyebabkan kemiskinan perempuan. Para ilmuwan membuktikan bahwa perempuan
termarginalkan dari sumber ekonomi tradisional mereka dikarenakan globalisasi,
27
modernisasi, dan industrialisasi. Dalam kasus yang ada di Indonesia Mansur
mengakatan jika petani perempuan di pedesaan Indonesia termarginalkan dari lahan
mereka dengan adanya revolusi hijau yang hanya terfokus pada mesin dan letani laki-
laki selama Orde Baru.
Dalam hal ini perempuan menjadi pihak yang paling dipojokan oleh sistem
ekonomi neoliberal karena setelah termarginalkan dari sumber pendapatan ekonomi
tradisional mereka, perempuan kemudian dipaksa untuk berpartisipasi sebagai pekerja
utama di sistem ini. Agar mendapatkan keuntungan lebih, korporasi transnasional ini
membutuhkan tangan trampil perempuan untuk produksi masal berbagai produk
mereka, karena tangan perempuan dianggap lebih terampil untuk pekerjaan-pekerjaan
massal sehingga waktu produksi yang diperlukan akan menjadi lebih singkat dan
hasil pekerjaan menjadi lebih baik (Eisenstein,2010). Selain itu, korporasi
transnasional lebih memilih perempuan sebagai pekerja juga di karenakan anggapan
bahwa perempuan tidak memiliki aliansi yang kuat dengan organisasi pergerakan ,
sehingga perempuan dianggap lemah dan dapat dibayar dengan gaji yang lebih
rendah.
28
Namun demikian, usaha membangun kesadaran kritis kaum lelaki dan
perempuan untuk keadilan gender menjadi dasar usaha gender maintreaming tersebut.
Artinya, tanpa gerakan penyadaran gender di masyarakat luas, usaha tersebut hanya
berhasil pada tingkat kebijakan tetapi tidak berkaitan dengan praktik sehari-hari yang
menyangkut persoalan ketidakadilan gender. Berdasarkan sejarah struktur sosial ini,
Mansur berargumen bahwa merupakan hal yang penting untuk membangu
ketertarikan dalam isu-isu gender di lingkaran industri pendidikan LSM yang
bergerak dalam bidang hak asasi manusia, yakni dengan menjadikan hak perempuan
sebagai bagian dari hak asasi manusia.
29
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Globalisasi merupakan suatu kondisi yang menjangkiti masyarakat secara
global dimana batasan ruang dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Globalisasi
yang terjadi telah banyak mempengaruhi serta merubah cara hidup manusia, hal ini
disebabkan karena Globalisasi didorong dengan perkembangan teknologi yang sangat
signifikan bila dibandingkan dengan era sebelumnya. Mansur Fakih melihat,
memahami kondisi dan kebutuhan real masyarakat dimana ia tumbuh, dan
menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengakar dan benar-benar ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan melakukan berbagai perubahan atau
transformasi di masyarakat demi terciptanya Indonesia yang berkeadilan baik di
bidang sosial maupun ekonomi. Mansur Fakih mempunyai anggapan sendiri
mengenai globalisas, dan beberapa pandangan Mansur Fakih lainnya Sebagai Alat
transformasi di era globalisasi ini. Misalnya seperti masyarakat sipil untuk
transformasi dan analisis gender yang dilakukan olehnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Nasiwan, dkk. 2016. Seri Teori-Teori Sosial Indonesia. Yogykarta; UNY Press
Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman Bagi Indonesia. Jakarta;
PENERBIT ERLANGGA
http://repository.radenintan.ac.id/1356/15/13._AZHAR_BAB_II_edit_new.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655987/penelitian/BUKU+Perspektif+Globa+EV
I+FIKi(1).pdf
http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Analisis%20G
ender%20dan%20Transfrmasi%20%20Sosial_Luh%20Anik.pdf
31
LAMPIRAN
32