Anda di halaman 1dari 32

TRANSFORMASI SOSIAL: PERSPEKTIF MANSUR FAKIH DALAM

MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si

Disusun Oleh :

Anik Susilowati 16416241025

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Teori
Sosial Indonesia tentang “Transformasi Sosial: Perspektif Mansur Fakih dalam
Menghadapi Tantangan Globalisasi”.

Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Sosial Indonesia juga dilakukan sebagai sarana pembelajaran dan
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat, menumbuhkan kesadaran, dan
kepedulian bagi pembaca.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 15 Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4

A. Latar Belakang...................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 5

D. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 7

A. Pengertian Globalisasi .......................................................................................... 7

B. Globalisasi menurut Mansur Fakih ..................................................................... 13

C. Transformasi sosial yang dilakukan Mansur Fakih ............................................ 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 30

Kesimpulan .............................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

LAMPIRAN ................................................................................................................ 32

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi telah menandai dimulainya suatu era baru. Globalisasi merupakan
suatu kondisi yang menjangkiti masyarakat secara global dimana batasan ruang dan
waktu tidak lagi menjadi penghalang. Globalisasi yang terjadi telah banyak
mempengaruhi serta merubah cara hidup manusia, hal ini disebabkan karena
Globalisasi didorong dengan perkembangan teknologi yang sangat signifikan bila
dibandingkan dengan era sebelumnya. Modernisasi telah melatarbelakangi terjadinya
Globalisasi dan meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu yang ada
didalamnya.

Kebutuhan manusia akan informasi dan pengetahuan menjadi salah satu faktor
utama terjadinya era globalisasi. Globalisasi menciptakan suatu keterkaitan antara
setiap manusia dimuka bumi. Kini kita dengan mudahnya berhubungan dengan orang
lain yang berada dibelahan bumi lain dan mendapatkan informasi dari mereka.
Globalisasi juga mendorong kemajuan suatu masyarakat di berbagai bidang
diantaranya adalah kemajuan di bidang pendidikan, sosial budaya, ekonomi, dan
politik serta membuka jalan bagi sebuah masyarakat untuk terhubung dengan
masyarakat lainnya, dengan demikian tak ada lagi masyarakat yang terisolir dan
mengalami krisis informasi.

Namun di sisi lain, tantangan ke arah globalisasi di dasarkan pada kenyataan


bahwa dalam rentang dua dekade sejak tahun 1998-an, dimana globalisasi neo liberal
aemakin intensif menerpa dunia, tigkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi
pendapatan juga semakin meluas. Negara-negara Dunia Ketiga yang aebagian besar
hidup di wilayah selatan semakin tertinggal tingkat kemakmurannya dibandingkan
negara-negara yang sudah maju, sedangkan di negara-negara maju tersebut tingkat

4
ketimpangan semakin besar antara masyarakat yang kaya dengan kelompok
masyarakat yang miskin.

Berbeda dengan kaum intelektual Indonesia yang cenderung unruk berasa di


menara gading tanpa terlibat dengan problem real masyarakat akar rumput, Mansur
Fakih memilih untuk menjadi seorang intelektual organik. Mansur Fakih melihat,
memahami kondisi dan kebutuhan real masyarakat dimana ia tumbuh, dan
menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengakar dan benar-benar ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan melakukan berbagai perubahan atau
transformasi di masyarakat demi terciptanya Indonesia yang berkeadilan baik di
bidang sosial maupun ekonomi.

Mansur Fakih mempunyai anggapan sendiri mengenai globalisas, dan


beberapa pandangan Mansur Fakih lainnya Sebagai Alat transformasi di era
globalisasi ini. Globalisasi akan menjadi sebuah peluang yang menjanjikan
kemakmuran, demokrasi, dan keadilan, jika di kelola dengan baik. Sebagai sebuah
fenomena sosial, ekonomi, dan politik dewasa ini, globalisasi membawa hal-hal
positif tetapi juga negatif. Dengaan perkataan lain, globalisasi adalah peluang
sekaligus ancaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Globalisasi?
2. Bagaimanakah Globalisasi Menurut Pandangan Mansur Fakih?
3. Bagaimanakah Transformasi sosial yang dilakukan Mansur Fakih?

C. Tujuan Penulisan
1. Unruk mengetahui pengertian globalisasi
2. Untuk mengetahui pengertian globalisasi menurut pandangan Mansur Fakih

5
3. Untuk mengetahui bagaimanakan Transformasi soaial yang dilakukan Mansur
Fakih

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian globalisasi
2. Dapat mengetahui pengertian globalisasi menurut pandangan Mansur Fakih
3. Dapat mengetahui bagaimanakan Transformasi soaial yang dilakukan Mansur
Fakih

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia
global itu. Adanya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi
akan mempercepat akselerasi proses globalisasi tersebut. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan manusia. Globalisasi juga menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab dan dipecah kan agar dapat
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sebagai suatu
proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam system ekonomi dunia pada
dasarnya diperankan oleh aktor-aktor utama proses tersebut.Yang pertama adalah
TNC ( Trans National Corporation), yakni perusahaan multinasional yang besar yang
dengan dukungan Negara-negara yang diuntungkan oleh TNC tersebut membentuk
suatu hewan peserikatan perdagangan global yang dikenal dengan WTO (World
Trade Organization).

Menurut IMF, globalisasi adalah meningkatnya saling ketergantungan


ekonomi antara negara-negara di dunia yang ditandai oleh meningkat dan
beragamnya volume transaksi barang dan jasa lintas negara dan penyebaran teknologi
yang meluas dan cepat. Menurut Bank Dunia, Globalisasi berarti kebebasan dan
kemampuan individu dan perusahaan untuk memprakarsai transaksi ekonomi dengan
orang- orang dari negara lain. Berbeda dengan yang ada di KBBI, dalam Kamus

7
Besar Bahasa Indonesia, Globalisasi adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia
Dapat pula diartikan sebagai hal-hal kejadian secara menyeluruh dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi batas-batas yang mengikat secara nyata.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan, Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya
sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan
globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama
misalnya terbentuknya PBB, OKI.

Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang.


Sebagian orang mendefinisikan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau
menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup,orientasi, dan budaya. Pengertian lain menurut Barker (2004)
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang
semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam
kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu
dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).

Menurut Giddens. globalisasi merupakan adanya saling ketergantungan antara


satu bangsa dengan bangsa lain, antara satu manusia dengan manusia lain melalui
perdagangan, perjalanaan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang luas
sehingga batas-batas negara menjadi semakin sempit. Tomlinson mendefinisikan
globalisasi sebagai suatu penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu
yang diambil dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik
(seperti perjalanan melalui udara) atau secara perwakilan (seperti penghataran
informasi dan gambar menggunakan media elektronik), untuk menyebrangi mereka.
Menurut Mars bahwa pada sifatnya, imperealisme merupakan bentuk dari globalisasi.
Atau paling tidak, dapat dianggap sebagai agen globalisasi. Seperti yang kita tahu

8
bahwa setiap imperialisme memiliki kecendrungan untuk mengglobalisasikan objek-
objek tertentu. Berdasarkan pandangan ini, kita dapat mengatakan bahwa peradaban
Romawi dan peradaban Persia, yang ada sebelum peradaban Islam, telah memicu tren
globalisasi dan mempercepat perkembangannya.

Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses ke dalam sebuah system


ekonomi global (Mansour Fakih,2001). Globalisasi setidaknya melibatkan penciptaan
atau ekonomi dunia yang tidak hanya merupakan otalitas dan perekonimian nasional,
melainkan sebuah realita independen yang kokoh. Alira modal, komoditas teknologi
dan tenaga kerja berskala besar dan berjangka panjang melintasi perbatasan Negara
merupakan definisi dan proses globalisasi (James Petras, 1999). Menurut Briones dan
Loy mengemukakan bahwa globalisasi memiliki berbagai dimensi, tidak hanya ada
globalisasi bisnis dan ekonomi, tetapi juga terdapat globalisasi di lembaga-lembaga
demokrasi, sosial, kemanusiaan dan gerakan perempuan

Menurut Al-Jabiri, globalisasi berasal dari bahasa Perancis yaitu


monodialisation yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Globalisasi berarti
menjadikan segala sesuatu berskala internasional, yaitu memindahkan sesuatu dari
yang terbatas kepada sesuatu yang tidak terbatas. Jadi, globalisasi mencakup arti
penghapusan batas-batas wilayah sebuah negara dalam interaksi ekonomi (keuangan
dan perdagangan) dan membiarkan semua permasalahan bergerak bebas di seluruh
dunia.

Jadi globalisasi merupakan suatu proses soaial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.Perkembangandan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi dan
komunikasi merupakan awal dari proses perkembangan globalisasi. Perkembangan
iptek inilah yang nantinya akan mempengaruhi sektor-sektor lain yang ada dalam

9
kehidupan, seperti sektor politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh
sederhana dengan teknologi internet, media sosial orang di belahan bumi manapun
akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain terutama pada kebudayaan suatu daerah. Selain itu
pemintaan pasar dunia dan logika kapitalisme juga mempengaruhi perkembangan
globalisasi. Namun kekuatan penggerak dari globalisasi menurut James Petras adalah
Negara-negara imperial pusat, perusahaan multinasional dan bank-bank dengan
dukungan lembaga-lembaga keuangan internasional. Negara menjadi penggerak
globalisasi karena memiliki kekuasaan dalam mengatur formulasi strategis globalisasi,
alokasi sumber daya ekonomi pada actor-aktor global.

Globalisasi juga dapat membawa dampak positif dalam kehidupan manusia.


Misal dilihat dari segi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan dapat kita
lihat bahwa telah terjadi perkembangan ke arah yang lebih baik. Pendidikan yang
dulu hanya diperbolehkan untuk kalangan bangsawan, sekarang semua orang berhak
untuk mendapatkan pendidikan, selain itu dalam kegiatan pembelajaran teknologi
juga sangat berperan. Denang kemajuan teknologi dapat memberikan manfaat dalam
bidang pendidikan. Selain itu dengan adanya globalisasi maka semakinmudah untuk
memperoleh informasi (keterbukaan Informasi).

Globalisasi membuat akses terhadap informasi semakin terbuka lebar,


masyarakat bisa mendapatkan berbagai informasi dari banyak media, seperti televisi,
internet, sosial media, dan lain-lain. Ini membuat masyarakat semakin terbuka, cerdas
dan berpikir kritis. Ini merupakan salah satu dampak positif yang ditimbulkan dari
globalisasi terhadap bangsa Indonesia. Komunikasi juga semakin mudah dan cepat.
Dulu mungkin orang tua kita membutuhkan waktu lama (berhari-hari) untuk
berkomunikasi dengan temannya yang berada dinegara lain melalui media
komunikasi konvensional surat menyurat. Tetapi saat ini era tersebut sudah usang,

10
masyarakat lebih menyukai menggunakan media komunikasi yang murah dan cepat
yaitu dengan telepon, internet dan sosial media

Dampak lain yang dapat dirasakan dengan adanya globalisasi Perekonomian


Indonesia semakin menggeliat. Globalisasi membuat laju perekonomian dinegeri ini
semakin menggeliat. Hal tersebut bisa terlihat dari neraca perdagangan kita yang
terbilang baik karena nilai ekspor dan impornya relatif seimbang. Selain itu,
Indonesia juga selalu dilirik oleh dunia internasional sebagai tempat terbaik untuk
berinvestasi terutama untuk sektor pertambangan, pertanian dan industri tekstil.
Sehingga dapat meningkatnya taraf hidup masyarakat. Dunia yang tanpa batas saat ini
memungkinkan seseorang untuk berusaha meningkatkan taraf hidupnya dan juga
keluarganya. Tidak sedikit warga negara kita yang bekerja diluar negeri untuk
membiayai kebutuhan keluarganya didalam negeri. Meskipun demikian, sudah
seharusnya era globalisasi ini diimbangi dengan manusia yang berpendidikan dan
berkarakter.

Namun globalisasi juga dapat menimbulkan dampak negatif, seperti gaya


hidup yang glamor,bebas, individual, westernisasi, dll. Westernisasi (kebarat-baratan)
yaitu gaya hidup masyarakat yang semakin kebarat-baratan.Dampak negatif
globalisasi yang juga dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini adalah menjamurnya
budaya barat. Kenyataannya saat ini banyak sekali budaya barat yang hype di
Indonesia tetapi sebaliknya jarang sekali orang-orang yang mau melestarikan budaya
asli Indonesia itu sendiri. Sikap Individualiasme juga merupakan dampak dari
globalisaai. Saat ini, manusia memerlukan bantuan alat atau perangkat untuk
mempermudah aktifitasdan merasa tak perlu lagi bantuan orang lain. Hal ini yang
menyebabkan manusia semakin individualistik, padahal hakikat manusia sebenarnya
adalah mahluk sosial. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan
orang-orang cenderung individualistis.

11
Selain itu dampak lain yang terjadi, kesenjangan sosial semakin besar. Sudah
menjadi rahasia bersama jika gap antara orang miskin dan orang kaya dinegeri ini
sangat besar sekali. Satu sisi globalisasi membuka peluang untuk orang-orang yang
berpendidikan, sedangkan disatu sisi lagi globalisasi membuat orang-orang kecil
semakin sulit bertahan hidup. Ini yang menyebabkan kesenjangan sosial di Indonesia
semakin lebar setiap tahunnya. Dan pola hidup yang konsumtif, semakin
meningkatnya konsumerisme dikalangan masyarakat Indonesia. Sifat Konsumtif
dibentuk oleh kita yang cenderung berbelanja produk-produk yang kita inginkan
bukan yang kita perlukan. Kemudahan akses dalam berbelanja dan menbanjirnya
produk-produk branded menyebabkan pola hidup konsumtif semakin merajalela. Hal
ini dapat menyebabkan smakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas,
kepedulian, dan kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat,
misalnya sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang,
adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama.

Salah satu ciri penting globalisasi, sebagaimana sering disuarakan oleh kaum
globalis, adalah bahwa dunia dan pasar-pasar kini teritegrasi dan terkoneksi satu sama
lain dalam lingkungan global yang tanpa batas. Akibatnya, gejolak mata uang pada
suatu wilayah akan berpengaruh terhadap wilayah lain.

Ciri-ciri globalisasi (Hamijojo, 1990) Globalisasi perlu didukung oleh


kecepatan informasi, kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi yang
diperkuat oleh tatanan organisasi dan managemen yang tangguh. Globalisasi telah
melampaui batas tradisional geopolitik. Batas tersebut saat ini harus tunduk pada
kekuatan teknologi, ekonomi, sosial politik, dan sekaligus mempertemukan tatanan
sebelum sulit dipertemukan. Adanya saling ketergantungan antar Negara. Pendidikan
merupakan bagian dari globalisasi. Penyebaran dalam hal gagasan, pembaharuan dan
inovasi dalam struktur, isi dan metode pendidikan dan pengajaran sudah lama terjadi

12
yang menunjukan globalisasi. Ini telah lama terjadi melalui literatur, atau kontak
antar pakar dan mahasiswa.

Faktor pendorong globalisasi

Beberapa faktor yang mendukung terjadinya globalisasi, antara lain:

1. Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk


kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara,
2. Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-
kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat,
3. Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah
dalam jasa transport dan pengiriman barang keluar negeri,
4. Semakin terbukanya sistem perekonomian negara - negara di dunia,
5. Mengglobalnya pasar uang yang mengakibatkan kegiatan ekonomi suatu
negara semakin besar.
Karakteristik globalisasi

1. Perubahan konsep ruang dan waktu


2. Ketergantungan pasar dan produksi ekonomi antar negara
3. Peningkatan interaksi kultural
4. Penigkatan masalah bersama

B. Globalisasi menurut Mansur Fakih


Mansur Fakih membangun sebuah kesadaran kristisakan pentingnya menjadi
sebuah bangsa yang terbebas dari segala bentuk penjajahan baru global. Termasuk
upaya-upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi globalisasi itu sendiri.
Mansour Fakih (2003:211) memperjelas hubungan antara kolonialisme dan
globalisasi itu. Menurutnya, globalisasi merupakan kelanjutan dari era kolonialisme
dan era pembangunan atau era developmentalisme.

13
Era kolonialisme merupakan era perkembangan paham kapitalisme di Eropa.
Sedangkan era pembangunan merupakan era yang lebih menekankan pertumbuhan
ekonomi nasional. Aktor utamanya adalah negara. Ketika era pembangunan
mengalami krisis, dunia memasuki era baru, yakni era globalisasi. Berbeda dengan
era pembanguan, pada era ini negara-negara didorong untuk menjadi bagian dari
pertumbuhan ekonomi global. Aktor utamanya bukan lagi negara, melainkan
perusahaan-perusahaan transnasional.

Dalam bukunya Jalan lain Manifesto Intelektual Organik (Fakih, 2002) dan
Neoliberalisme dan Globalisasi (Fakih, 2004) Mansur Fakih menjelaskan secara
kronologis arti globalisasi dalam konteks pembangunan. Ia telah menyadari bahwa
sejak Indonesia merdeka, Indonesia tidak pernah benar-benar merdeka secara
nasional dalam hal ekonomi dan pembabgunan seperti yang terjadi pada negara-
negara di Afrika pada Era postkolonial. Mansur Fakih menjelaskan bahwa globalisasi
merupakan sebuah istilah yang sangat berkaitan dengan Neoliberalisme dan
Neoliberalisme pada kenyataannya adalah kepanjangan dari kapitalisme dan
developmentalisme. Neoliberalisme tersebut menurut Mansur Fakih tidak jauh-jauh
dari konsep liberalisme Adam Smith.

Periode awal liberalisasi dilakukan pada awal masa pemerintahan Orde Baru
yang berlangsung antara tahun 1967-1974. Pada periode ini, prakarsa kebijakan
ekonomi terutama ditentukan oleh kebutuhan yang mendesak untuk memperbaiki
kinerja sistem perekonomian yang rontok akibat mekanisme "ekonomi revolusioner"
ala Soeharto. Periode kedua liberalisasi pada tahun 1982-1920, ketika harga minyak
jatuh. Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah telah mendorong dilakukannya
restrukturisasi ekonomi yang tidak bergantung pada sektor migas, dan cenderung
lebih liberal.

Neoliberalisme sendiri merupakan reinvensi kapital yang telah ditolak oleh konsep
ekonomi baru yang berprespektif keadilan sosial, perlindungan terhadap tradisi dan

14
hak tanah ulayat, dan bentuk-bentuk lain dari pergerakan sosia. Neoliberalisme
berpendirian bahwa kesejahteraan sosial pada dasarnya di ukur dengan pertumbuhan
ekonomi atau Gross National Product (GNP). Neoliberalisme percaya bahwa secara
umum pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai tingkat maksimal jika pasar
mengikuti prinsip-prinsip ekonomi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, meliberalkan
pasar dan kurs mata uang, menstabilkan inflasi dan ekonomi makro, memprivatisasi
aset dan pelayanan publik, dan tidak adanya intervensi dari negara. Para penganut
paham ekonomi neo-liberal percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai sebagai
hasil normal dari "kompetisi bebas". Kompetisi yang agrasif merupakan akibat dari
kepercayaaan bahwa "pasar bebas" adalah cara yang efisien dan tepat untuk
mengalokasikan sumber dana alam rakyat yang langka untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

Globalisasi juga dikenal sebaggai perkembangan yang cepat dari kapitalisme


melalui pasar global, investasi, dan produksi bahan-bahan konsumen oleh korporasi
transnasional (TNCs). Institusi internasional seperti International Finance Institution
(IFIs), International Monetary Fund (IMF), World Trade Organization (WTO). Jadi
secara sederhana Masur Fakih mendefinisikan globalisasi sebagai proses
pengintegrasian ekonomi negara miskin dan berkembang kepada apa yang disebut
dengan sebuah sistem ekonomi global. Hasil dari mistifikasi ini bahwa paradigma
pasar bebas membuat negara miskin dan negara berkembang termasuj orang-orang
yang tidak beruntung didalamnya termarginalkan ke pojok pembangunan karena
dengan menggunakan sistem ekonomi nonregulasi ini, hanya akan membuat pemilik
modal yang mendapatkan keuntungan.

Melalui badan-badan internasional yang kini semakin berkuasa seperti WTO,


IMF, dan Bank Dunia, tersebut negara industri mendesak agenda reformasi di segala
bidang. Tujuannya jelas, yaitu membuka pasar internasional yang seluas-luasnya
melalui pengurangan hambatan tarif dan kuota, sehingga baarang, jasa, dan modal
dapat mengalir tanpa hambatan. Tindakan ini dilakukan karena dalam pandangan

15
mereka perdagangan bebas akan menggerakkan persaingan yang dapat mendorong
pemanfaatan sumber sumber daya, tenaga kerja, dan modal secara efisien.

Contoh nyata dari ketidakadilan economic game yang menguntungkan negara


maju dan merugikan negara miskin dan berkembang adalah retorika terselubung dari
tatanan ekonomi global, yakni, untuk mengurangi beban utang negara miskin dan
berkembang serta menambah penghasilan nasional negara-negara yang berhutang
tersebut, WTO bersama IMF, Bank Dunia dan TNCs, melakui SAP memaksa negara-
negara miskin dan berkembang untuk secara bersamaan memproduksi secara massif
bahan-bahan mentah seperti teh, kopi, kelapa sawit, bahan mentah dari perut bumi
dan yang lain serta mengeksportnya ke negara-negara maju. Ketersediaan barang
yang melimpah dari berbagai negara ini menyebabkan over-produktif, yg
mengakibatjan penurunan harga barang secara signifikan.

Susan George dalam Sri Wahyuni (2012) mengatakan bahwa, bahkan


seseorang yang tidak pernah belajar sistem ekonomi yang rumit juga akan mengerti
bahwa ketersediaan barang yang melimpah akan menurunkan harga barang.
Penurunan harga ini akan menguntungkan negara maju atau negara-negara industri
karena ketersediaan bahan mentah dengan harga murah menurunkan biaya produksi
barang-barang eksport mereka, dan merugikan negara-negara miskin dan berkembang.
Mansur Fakih sendiri seperti halnya ilmuwan kritis lainnya, beranggapan bahwa
tatanan ekonomi global yang baru ini tidak adil, karena pemberian pinjaman dan
bantuan kepada negara miskin dan berkembang pada hakikatnya hanyalah
memberikan keuntungan bagi perusahaan transnasional dan negara maju yang
berafiliasi.

C. Transformasi sosial yang dilakukan Mansur Fakih


Mansur Fakih merupakan seorang pemikir keIndonesiaan sekaligus aktivis
lembaga swadaya sosial di Indonesia. Mansur Fakih menggunakan pengalaman
aktivisme sosialnya di Indonesia untuk membangun sebuah teori dan kritik terhadap

16
studi pembangunannya. Melalui pendekatan yang dilakukannya, Mansur Fakih
membangun tradisi intelektual organik di antara aktivis gerakan sosial di Indonesia.
Salah satu falsafah hidup Mansur adalah "idealism tanpa ilmu kosong, ilmu tanpa
idealism mubadzir".

Mansur Fakih bersama dengan teman - temannya termasuk Roem


Topatimasang, Zumrotin K. Susilo, Wardah Hafidz, dan lain-lain mendirikan
Resource Management and Development Consultant (REMDEC) di Jakarta.
Organisasi ini untuk memfasilitasi capacity building untuk lembaga swadaya
masyarakat atau LSM dan organisasi komunitas. Namun organisasi ini tidak dapat
beroperasi maksimal karena dianggap memberontak dan mengancap kestabilan.
Setwlah itu Mansur Fakih bersama Roem Topatimasang mendirikan sebuah
organisasi yang baru yang lebih fleksibel dari pada REMDEC. Organisasi yang
kemudian dinamakan Institute for Social Transformation atau Insist.

Insist dibentuk sebagai respons terhadap proses pembangunan di Indonesia


yang termasuk didalamnya kritik terhadap maraknya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang menjadi agen dan pendukung pelaksanaan program-program pemerintah
yang tidak berkeadilan sosial. Mansur Fakih menganggap Insist sebagai tempat
dimana berbagai aktivis pergerakan sosial Indonesia dapat bertemu, belajar dan saling
memperkaya keilmuan dan pengalaman satu dengan yang lainnya. Insist juga
merupakan tempat dimana aktivis sosial Indonesia bergelut tidak hanya dalam level
diskursus intelektual melainkan juga berjuang untuk transformasi soaial.

Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial

Saat ini terjadi perkembangan jumlah organisasi non pemerintah (NGOs)


yang luar biasa. Hal ini juga di pengaruhi oleh sumber-sumber swadaya yang ada.
Selain itu saat ini jumlah dan kegiata LSM telah meningkat bahkan menjadi dua kali
lipat. Namun demikian, Manaur mengatakan meskipun terjadi peningkatan dalam
jumlah, peranan mereka dalam transformasi sosial secara global masih perlu

17
dipertanyakan. Menurut Edwards dan Hume dalam Mansour Fakih (2008:2)
mendefinisikan istilah "NGO" sebagai kategori organisasi yang batasannya sangat
luas, terdiri dari lembaga yang amat sangat beragam. Mereka mencoba
mendefinisikan batasan NGOs dilihat dari segi bentuk, ukuran, dan fungsinya, yang
dapat di bedakan menjadi tipe-tipe, yakni :

-NGO internasional seperti Save the Children Aid (biasanya disebut sebagai
"Nortbern NGOs" atau "NNGOs"); LSM "perantara" di Selatan (NGOs selatan) yakni
mereka yang mendukung kerja kelompok akar rumput (grass-roots) melalui
pendanaan, nasihat teknis dan advokasi; gerakan akar rumput dari jenis yang beragam
(organisasi akar rumput atau GROs, dan organisasi yang berbasis komunitas atau
CBOs) yang di kendalikan oleh anggotanya sendiri; serta jaringan kerja maupun
federasi yang terdiri atas beberapa atau seluruh tipe LSM di atas. (Edwards dan Hume,
1993, hal. 14)

Dalam kenyataannya LSM memang terdiri atas bermacam-macam etnitas


yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain, baik dari tujuan, visi dan motivasi,
maupun dari ideologinya. Di Indonesia, Non-Govermental Organizatios (NGOs) di
anggap sebagai suatu bentuk organisasi gerakan sosial yang secara umum di kenal
dengan istilah "Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat" (LPSM) atau
"Lembaga Swadaya Masyarakat" (LSM).

Perkembangan LSM yang pesat sebagai gerakan sosial terorganisir (organized


social movement) di Indonesia sejak 1970 sangatlah mengesankan jika ditinjau dari
segi jumlah, keragaman serta letak geografisnya. Pada umumnya, sebagian besar
aktivis dalam LSM itu adalah mantan aktivis mahasiswa di kota besar yang mendapat
akses cukup luas terhadap sumber dana. Para aktivis LSM di tahun 1970an tersebut k
banyakan bekerja dengan menganut kerangka kerja Developmentalisme.

Hal yang menjadi permasalahan olah banyak aktivis pada masa itu terpusat
kepada pendekatan san metodologi, seperti mempermasalahkan pendekatan bottom

18
up (dari "bawah ke atas") versus pendekatan top down ( dari "atas ke bawah").
Masalah yang dianggap strategis saat itu adalah menemukan metodologi yang lebih
baik dari projek-projek pemerintah. Dan hasilnya , pendekatan bottom up dan
partisipasi menjadi isu besar. Beberapa projek beaar dari LSM mengupayakan teknik
dan metodologi alternatif daei metodologi dan pendekatan projek-projek
pembangunan pemerintah , seperti projek pengembangan industri kecil; projek
pengembangan kerajinan; projek peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat;
projek program keluarga berencana dan pengendalian penduduk; teknologi tepat guna
dan projek pembangunan pedesaan lainnya. Pendekatan itu di implememtasikan
terutama untuk menciptakan metodologi alternatifbagi pendekatan top down
pembangunan tersentralisir yang dijalankan oleh pemerintah secara besar-besaran
tanpa mempersoalkan aspek struktural dan ketertarikan sistematik dari masalah yang
sedang diupayakan pemecahannya (Mansour Fakih,2008;5)

Jika dahulu pada tahun 1970an kegiatan LSM hanya memusatkan perhatian
pada bagaimana bekerja pengembangan masyarakat , maka pada tahun 1980an LSM
bentuk perjuangan LSM menjadi lebih beragam lagi, dari perjuangan lokal hingga
jenis advokasi baik tingkat nasional maupun tigkat internasional. Beberapa aktivis
LSM bahkan mulai mengkhususkan diri melakukan kerja advokasi politik untuk
perubahan kebijakan dalam banyak manifestasinya dilakukan dengan membuat
berbagai macam statement politik, petisi, lobbi, dan demonstrasi.

Mansur mengatakan bahwasannya gejala ketidakjelasan dan disorientasi


dalam visi, proporsi dan misi LSM Indonesia sebagai organisasi geeakan sosial
menuju demokrasi san transformasi dinegri ini telah diungkap oleh banyak peneliti.
Berdasarkan pengamatan studi yang dilakukan oleh Eldridge (1988), Budiman (1990),
Fakih (1992), dan Billah (1992) menunjukan adanya kontradiksi antara kebanyakan
jargondan teori kebanyakan LSM besar dengan kenyataan kegiatan mereka di
lapangan. Sebagian besar LSM telah menetapkan cita-cita mereka adalah demi
demokratisasi, transformasi sosial, dan keadilan sosial. Namun ketika mereka sampai

19
pada bagaimana mereka akan mencapai aspirasi-aspirasi tersebut, kebanyakan dari
mereka menggunakan konsep maupun teori Modernisasi dan Developmentalisme
tanpa pertanyaan kritis. Sehingga banyak kritik terhadap pembangunan yang tidak
hanya kaum intelektual dan akademisi di Indonesia, namun bahkan muncul di
kalangan intelektual di Barat.

Pertumbuhan jumlah organisasi gerakan sosial di Dunia Ketiga khususnya


LSM di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sejarah diskursus
pembangunan. Keberadaan LSM dan banyak organisasi gerakan sosial di Indonesia
senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah pembangunan. Peran kependidikan
LSM dalam melahirkan kesadaran kritis dan ideologi, serta peran LSM dalam
menciptakan diskursus alternartif bagi diskursus dan hegemoni Developmentalisme
tidak mendapat perhatian yang memadai.

Tipologi LSM Indonesia di didasari oleh aspek-aspek yang meliputi : asumsi


dasar dan definisi masalah, metodologi dan program aksi mereka; asumsi mereka
tentang sifat-sifat masyarakat, sasaran dan tujuan kegiatan mereka, dan lain-lain
sbagai mana di gambarkan pada bagan berikut ini, (Mansour Fakih, 2008: 122)

Tabel 1

PETA PARADIGMA LSM

KONFORMISME REFORMASI TRANSFORMASI

sebab-sebab -keadaan rakyat -lemahnya - eksploitasi


masalah setempat pendidikan
- struktur yang
-takdir Tuhan - penduduk yang timpang
berlebihan
-nasib buruk - hegemoni kapitalis
- nilai-nilai

20
tradisional

-korupsi

Sasaran - mengurangi - meningkatkan - menentang


penderitaan produksi eksploitasi

- mendoakan - membuat - membangun


struktur yang ada struktur
- mengharapkan
bekerja perekonomian/
politik baru
- mengubah nilai-
nilai rakyat - kontra-diskursus

Program - perawatan anak - pelatihan teknis - penyadaran

- bantuan kelaparan - bisnis kecil - pembangunan


ekonomi alternatif
- klinik - pengembangan
masyarakat - serikat buruh
- rumah panti
- bantuan hukum - koperasi

- pelayanan
suplementer

Tipe perubahan Fungsional/ Fungsional/ Kritik Struktural


dan asumsi
keseimbangan Keseimbangan

Tipe - percaya pada - parsitipatif - fasilitator


kepemimpinan pemerintah parsipatif
- memiliki

21
- konsultatif tanggung jawab - disiplin yang kuat
bersama

Tipe pelayanan - memberi derma - membantu rakyat - land reform


kepada yang miskin unruk menolong
- riset partisipatif
dirinya sendiri
- kesejahteraan
- popual education
- revolusi hijau

-pembangunan
komunitas

- pendidikan
nonformal

- pendidikan
kejuruan

Inspirasi Konformasi Reformasi Emansipasi

Transformasi

1. Konformisme
Mansur mengatakan bahwasannya tipe pertama yaitu konformisme,
yang terdiri dari LSM yang melakukan pekerjaan mereka didasarkan pada
paradigma bantuan karitatif atau sering disebut "bekerja tanpa teori" atau
mereka yag berorientasi pada pada projek dan bekerja sebagai organisasi yang
menyesuaikan diri dengan sistem dan struktur yang ada. Jadi orientasi mereka
bekerja sebagaai organisasi yang menyesuaikan diri dengan sistem dan
struktur yang ada. Pada dasarnya motivasi utama bagi program dan aktivitas

22
mereka adalah menolog rakyat didasarkan pada niat baik untuk membantu
mereka yang membutuhkan.

2. Perspektis Reformis
Pemikiran ini di dasarkan pada ideologi Modernisasi dan
Developmentalisme. Mayoritas aktivis LSM percaya atau mengikuti
paradigma reformisme. Paradigma ini menyoroti tentang perlunya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Korupsi yang
marak di kalangan pemerntahan dianggap sebagai sebab utama dari
keterbelakangan. Dalam pandangan paradigma ini bahwa perilaku dan kultur
masyarakat yang rendah dan dan nilai-nalai tradisional lainnya, menghambat
pembangunan dan pertumbuhan. Maka dari itu masyarakat perlu dilibatkan
dalam masalah pembangunan. Karena masyarakat dianggap sebagai bagian
dari masalah, untuk itu tugas utama dari LSM adalah menjadi fasilitator yakni,
memfasilitasi rakyat dalammeningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
agar lebih modern, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Perspektif Transformastif
Hanya sedikit dari aktivis LSM yang benar-benar dapat digolongkan
memiliki perspektif transformatif. Salah satu ciri perspektif transfrmatif
adalah mempertanyakan paradigma mainstream yang ada dan ideologi yang
tersembunyi ddidalamya, dan berusaha menemukan paradigma alternatif yang
akan mengubah struktur dan super struktur yang menindas rakyat serta
membuka kemungkinan bagi rakyat untuk mewujudkan potensi
kemanusiaannya.

Peran kependidikan organisasi gerakan soaial dalam transformasi sosial

Kependidikan organisasi sosial merupakan salah satu aspek penting proses


studi kolaboratif dalam transformasi sosial. Menurut Zald dan McCarthy dan Tarrow
(1991) dalam Mansour Fakih (2008 : 58) organisaai sosial didefinisikan sebagai

23
kelompok yang memiliki kesadaran diri yang bertindak in concerto untuk
mengungkapkan apa yang dilihatnya sebagai klaim-klaim menentang kelompok elit,
penguasa, atau kelompok lain dengan klaim-klaim tersebut.

Jika transformasi diartikan sebagai proses penciptaan hubungan yang


fundamental baru dan lebih baik maka masyarakat sipil bagi transformasi sosial
berarti suatu proses perubahan oleh rakyat. Peran organisasi gerakan soaial di
Indonesia, khususnya gerakan LSM, di tempatkan dalam proses transformasi. Jadi
sudah dapat dilihat bahwa peran dari kependidikan organisasi gerakan sosial dalam
melawan diskursus pembangunan. Tugas kependidikan utama dari organisasi gerakan
sosial akan bertindak sebagai gerakan kontra diskursus.

Dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial merupakan sarana yang tepat bagi
gerakan kontra-diskursus dan kontra-hegemonik. Organisasi gerakan sosial seperti
LSM adalah organisasi yang mengajukan perubahan radikal pada arah akar rumput,
selain itu LSM memberdayakan raktmyat untuk menggunakan pengetahuannya
sendiri. Sementara itu organisasi kontra-diskursus maupun kontra-hegemonik
tergantung pada komitmen aktivis gerakan sosial kepada masyarakat. Hal ini penting
untuk dapat melihat bagaimana aktivis bekerja sama dengan rakyat menciptakan
ideologinya sendiri maupun diskursus alternartif bagi transformasi sosial.

Kelompok studi LSM telah menciptakan ruang yang memugkinkan


memunculkan kesadaran kritis LSM maupun menciptakandan menerapkan teori
transformasi LSM sendiri. Proses studi kolaboratif juga merupakan manifestasi peran
pendidikan organisasi gerakan sosial. Menurut Paulo Feire dan karya Antonio Gramci
dalam Mansour Fakih (2008: 63), teori dan praktek pendidikan adalah di atntara yang
dapat di kategorikan sebagai wakil teori produksi. Tema pendidikan Freire adalah
peningkatan kesadaran kritis, ia mengakui manusia sebaga i hal sentral dalam konsep
pendidikannya bagi perubahan. Peningkatan kesadaran kritis adalah proses dimana

24
pealserta pendidikan mencapai tingkat kesadaran yang memungkinkannya
memandang sistem dan struktur sosial secara kritis.

Dalam bukunya Mansour juga menjelaskan mengenai teori Gramsci tentang


peran intelektual dan perlunya intelektual organik merupakan sentral untuk
memahami pemikirannya tentang pendidikan, yakni setiap kelompok sosial yang
memulai keberadaannya pada bidang yang asli dari suatu fungsi esensial dalam dunia
produksi ekonomi bersama-sama dengan dirinya sendiri menciptakan. Secara organis
satu atau lebih strata intelektual yang memberinya homogenitas dan kesadaran
fungsinya sendiri bukan hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang sosial
dan politik.

Dalam konteks perjuangan ideologi (perlawanan terhadap hegemoni dominan),


pendidikan adalah peran krusial intelektual organik dalam memunculkan kesadaran
kelas dan kesadaran kritis. Bagi Gramsci, kesadaran kritis adalah hasil perjuangan
ideologis yang dihasilkan oleh opsir intelektual dari kelas sosial yang bersaing. Dari
titik pijak Gramsci fenomena kesadaran palsu yang dari titik pijak determinisme
ekonomi benar-benar tidak dapat dimengerti, sesungguhnya mewakili kemenangan
intelektual kelas berkuasa dalam perjuangan ideologis.

Tetapi dikarenakan bagaimana hegemoni tertanam secara mendalam tertanam


di masyarakat, maka sejak awal sudah disadari sangatlah sulit bagi upaya pendidikan
untuk berhasil memunculkan kesadaran kritis. Dengan demikian perlunya untuk
menemukan strategi yang tepat adalah hal yang krusial. Jadi menurut Gramsci, peran
pendisikan organisasi gerakan sosial, pendidikan atau pemimpin, mencakup
pencapaian tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, yang pertama bersifat
praktis dan yang kedua bersifat ideologis dan kultural, tetapi keduanya penting untuk
menghasilkan transformasi sosial.

Gramsci menempatkan upaya memunculkan kesadaran kritis sebagai unsur


sentral dari konsep pendidikan dan strategi untuk mencapai transformasi sosial dan

25
perubahan. Dengan kata lain, upaya memunculkan kesadaran dianggap merupakan
bagian penting dari seluruh proses transformasi sosial. Maka, penciptaan gerakan
kontra-hegemonik merupakan prakondisi bagi transformasi sosial. Dengan cara ini,
gagasan Gramsci tentang perang posisi dalam perjuangan ideologis dan kultural dari
upaya memunculkan kesadaran dan pendidikan kritis adalah hal krusial bagi teori
perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi perang posisi ini, peran pendidikan
organisasi gerakan sosial dirempatkan dalam seluruh proses transformasi sosial.

Analisis Gender sebagai Alat Transformasi Sosial

Mansur Fakih di anggap sebagai pionir gender mainstraiming Indonesia di


kalangan penggiat perempuan Indonesia. Menurut Fakih, langkah untuk
menstransformasi masyarakat adalah dengan menciptakan hubungan yang
berkeadilan dalam relasi gender. Masih banyak terdapat kesalahan pahaman tentang
gender sebagai isu aktivisme sosial bahkan diantara pekerja keadilan sosial itu sendiri.

Menurut Mansur Fakih konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang di konstruksi secara sosial maupun kultural.
Misalya, bahwa kaum peeremuan dianggap leah lembut, emosional, cantik dan
keibuan, sedangkan kaum laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.
Menurutnya ciri dari sifat itu sendiri merupkan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan,
jadi maksudnya terdapat beberapa laki-laki yang lemah lembut, emosional, dan
keibuan dan ada pula perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Sejarah perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan terjaadi melalui proses yang panjang, dan
terbentuknya perbedaan-perbedaan gender di sebabkan oleh banyak hal diantaranya,
dibentuk, disosilisasikan, diperkuat, bahkan dikntruksikan secara sosial maupun
kultural

Saat ini peneguhan yang tidak pada tempatnya di masyyarakat, dimana apa
yang sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi sosial justru dianggap
sebagai kodrat yang berarti ketentuan bioligis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian

26
besar yang sering dianggap atau dinamakan kodrat wanita adalah konstruksi sosial
dan kultural atau gender (Mansour Fakih,2008). Misalnya pekerjaan mendidik anak,
mengolah dan merawat kebersihan rumah dianggap sebagai kodrat wanita, padahal
peran tersebut adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat, maka, dapat
dilakukan oleh kaum laki-laki,

Mansur Fakih menjelaskan bahwa analisis gender sebagai alat analisi sosial
konflik memusatkan perhatian perhatian pada ketidakadilan struktural yang
disebabkan oleh keyakinan gender yang mengakar dan bersembunyi di berbagai
tempat, seperti tradisi masyarakat, keyakianan agama, serta kebijakan dan
perencanaan pembangunan. Bias gender biasanya tidak di sadari oleh pelakunya, para
perencana dan pelaksana program pembangunan tidak pernah merasa dan menyadari
bahwa mereka telah mendiskriminasi kaum perempuan. Kata gender sendiri
merupakan kata Inggris yang berarti suatu pemahaman sosial budaya tentang apa dan
bagaimana lelaki dan perempuan seharusnya berperilaku. Perbedaan gender tidak
akan menjadi masalah jika saja tidak melahirkan ketidakadilan. Yang menjadi
persoalan adalah pada kenyataannya perbedaan gender ini telah melahirkan
ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun perempuan.

Perbedaan gender yang akhirnya melahirkan peran gender tidak perlu digugat,
Mansur mengatakan kembali bahwa kodrat kaum perempuan secara boliologis
dengan organ reproduksinya bisa hamil, melahirkan, dan menyusui, kemudian
mempunyai peran sebagai perawat, pengasuh, dan pendidik anak sesungguhnya
bukan masalah dan perlu digugat yang menjadi masalah ternyata peran gender
tradisional perempuan dinilai lebih rendah di banding peran gender laki-laki.
Berdasarkan riset analisis gender Mansur (1997) menyampaikan bahwa diantara
bentuk ketidakadilan siloaial yang umum terjadi di masyarakat di era pembangunan
adalah marginalisasi gender dan perempuan. Proses marginalisasi perempuan
menyebabkan kemiskinan perempuan. Para ilmuwan membuktikan bahwa perempuan
termarginalkan dari sumber ekonomi tradisional mereka dikarenakan globalisasi,

27
modernisasi, dan industrialisasi. Dalam kasus yang ada di Indonesia Mansur
mengakatan jika petani perempuan di pedesaan Indonesia termarginalkan dari lahan
mereka dengan adanya revolusi hijau yang hanya terfokus pada mesin dan letani laki-
laki selama Orde Baru.

Dalam hal ini perempuan menjadi pihak yang paling dipojokan oleh sistem
ekonomi neoliberal karena setelah termarginalkan dari sumber pendapatan ekonomi
tradisional mereka, perempuan kemudian dipaksa untuk berpartisipasi sebagai pekerja
utama di sistem ini. Agar mendapatkan keuntungan lebih, korporasi transnasional ini
membutuhkan tangan trampil perempuan untuk produksi masal berbagai produk
mereka, karena tangan perempuan dianggap lebih terampil untuk pekerjaan-pekerjaan
massal sehingga waktu produksi yang diperlukan akan menjadi lebih singkat dan
hasil pekerjaan menjadi lebih baik (Eisenstein,2010). Selain itu, korporasi
transnasional lebih memilih perempuan sebagai pekerja juga di karenakan anggapan
bahwa perempuan tidak memiliki aliansi yang kuat dengan organisasi pergerakan ,
sehingga perempuan dianggap lemah dan dapat dibayar dengan gaji yang lebih
rendah.

Inilah mengapa banyak laki-laki yang merupakan tulang punggung keluarga


dalam sistem sosial Indonesia kehilangan pekerjaan dan tidak mendapatkan lowongan
pekerjaan, sesangkan perempuan menjadi tulang punggung utama atau tulang
punggung kedua dalam keluarga. . Dalam bukunya Mansur setelah Konferensi Dunia
di Beijing tahun 1994, telah memasuki era paling krusial dari perjuangan panjang
untuk menciptakan perubahanan sosial dan transformasi sosial ke arah dunia
berkeadilan gender. Strategi tersebut adalah memasuki proses institusional gender
dalam kebijakan negara dan perubahan soaial. Upaya ini telah mencapai sasaran yang
terpenting dari segi kwbijakan, yakni dimanfaatkannya perspektif gender dalam
kebijakan pembangunan dan kebijakan publik negara.

28
Namun demikian, usaha membangun kesadaran kritis kaum lelaki dan
perempuan untuk keadilan gender menjadi dasar usaha gender maintreaming tersebut.
Artinya, tanpa gerakan penyadaran gender di masyarakat luas, usaha tersebut hanya
berhasil pada tingkat kebijakan tetapi tidak berkaitan dengan praktik sehari-hari yang
menyangkut persoalan ketidakadilan gender. Berdasarkan sejarah struktur sosial ini,
Mansur berargumen bahwa merupakan hal yang penting untuk membangu
ketertarikan dalam isu-isu gender di lingkaran industri pendidikan LSM yang
bergerak dalam bidang hak asasi manusia, yakni dengan menjadikan hak perempuan
sebagai bagian dari hak asasi manusia.

29
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Globalisasi merupakan suatu kondisi yang menjangkiti masyarakat secara
global dimana batasan ruang dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Globalisasi
yang terjadi telah banyak mempengaruhi serta merubah cara hidup manusia, hal ini
disebabkan karena Globalisasi didorong dengan perkembangan teknologi yang sangat
signifikan bila dibandingkan dengan era sebelumnya. Mansur Fakih melihat,
memahami kondisi dan kebutuhan real masyarakat dimana ia tumbuh, dan
menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengakar dan benar-benar ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan melakukan berbagai perubahan atau
transformasi di masyarakat demi terciptanya Indonesia yang berkeadilan baik di
bidang sosial maupun ekonomi. Mansur Fakih mempunyai anggapan sendiri
mengenai globalisas, dan beberapa pandangan Mansur Fakih lainnya Sebagai Alat
transformasi di era globalisasi ini. Misalnya seperti masyarakat sipil untuk
transformasi dan analisis gender yang dilakukan olehnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nasiwan, dkk. 2016. Seri Teori-Teori Sosial Indonesia. Yogykarta; UNY Press

Fakih, Mansur. 2008. Masyarakat Sipil Untuk Transfosmasi Sosial: Pergolakan


Ideologi Di Dunia LSM Indonesia. Yogyakarta; Pustaka Belajar Offset

Fakih, Mansour. 2013. Runtuhna Teori Pembangunan Dan Glolisasi. Yogyakarta;


Pustaka Belajar Offset

Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender Dan Transfrmasi Sosial. Yogyakarta;


PustkaBelaja Offset

Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman Bagi Indonesia. Jakarta;
PENERBIT ERLANGGA

Winarna, Budi. 2010. MELAWAN GURITA NEOLIBERALISME. Jakarta; Penerbit


Erlangga

Soedjito. 1986. TRANSFORMASI SOSIAL. Yogyakarta; PT. TIARA WACANA

http://repository.radenintan.ac.id/1356/15/13._AZHAR_BAB_II_edit_new.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655987/penelitian/BUKU+Perspektif+Globa+EV
I+FIKi(1).pdf

http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Analisis%20G
ender%20dan%20Transfrmasi%20%20Sosial_Luh%20Anik.pdf

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai