Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AUDITING I

BUKTI AUDIT DAN TES


TRANSAKSI

Disusun kelompok 7 :

 MUH. YUSHAK RAIHAN L ( 202030103 )


 HAIRIL BARIYAH
( 202130027 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR
BONGAYA
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,


atas berkat rahmat-Nya kami bias menyelesaikan makalah yang akan
membahas tentang “Bukti Audit Dan Tes Transaksi”. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Auditing.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan
sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermafaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Makassar, 25 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Bukti Audit......................................................................................................3
B. Sifat Bukti Audit ( Audit Evidence)................................................................5
C. Compliance Test dan Substantive Test............................................................8
D. Cara Pemilihan Sample...................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

i
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang


diauditnya bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor. Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur
audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan
auditor, Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari
prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit bukti audit mengandung
baik informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun
informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut. Prosedur audit untuk
memperoleh bukti audit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi,
perhitungan kembali, pelaksanaan ulang (reserformance) dan prosedur analitis,
dan sering kali memadukan beberapa prosedur permintaan keterangan dari
manajemen.

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka


memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri atas usaha untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti
tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen.
Dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal
evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit
sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti
audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap
kompetensi bukti.

Untuk membuktikan efektif tidaknya p-engendalian intern di suatu perusahaan,


akuntan publik harus melakukan complience test atau test of recorded transaction.
Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiran laporan posisi keuangan

1
(neraca) dan laba rugi, akuntan publik harus melakukan subtantive test dan
analytical review.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan


beberap masalah sebagai berikut :

1. Apakah Definisi Bukti Audit ?


2. Apa saja Sifat Bukti Audit ( Audit Evidence) ?
3. Apa definisi Compliance Test dan Substantive Test ?
4. bagaimana Cara Pemilihan Sampel ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan


masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Definisi Bukti Audit.
2. Untuk mengetahui Sifat Bukti Audit ( Audit Evidence).
3. Untuk mengetahui Definisi Compliance Test dan Substantive Test.
4. Untuk mengetahui Cara Pemilihan Sampel.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bukti Audit

(Bramasto, 2014)Bukti audit merupakan bagian yang paling mendasar


dalam setiap pengauditan. Oleh karena itu bukti audit yang ada akan sangat
mempengaruhi keputusan auditor. Bukti yang ada harus memenuhi kualitas dan
kuantitas kriteria yang telah ditentukan seperti kecukupan, kompetensi, dan
biayanya. Di antara faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pengevaluasian
bukti audit adalah integritas bukti audit atau nilai dari kejujuran dari bukti audit
tersebut. Berdasarkan bukti-bukti yang telah ada, auditor mengevaluasi apakah
terjadi ketidaksesuaian antara kriteria yang ditetapkan dengan kenyataannya,
sehingga menghasilkan temuan audit.

(Sukrisno, 2017)Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur


audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan auditor.
Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit
yang dilaksanakan selama proses audit bukti audit mengandung baik informasi
yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun informasi yang
bertentangan dengan asersi tersebut. Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, perhitungan kembali,
pelaksanaan ulang (reserformance) dan prosedur analitis, dan sering kali
memadukan beberapa prosedur permintaan keterangan dari manajemen.
Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian
material ( makin tinggi risiko, makin banyak bukti audit yang dibutuhkan ),
namun, pemerolehan bukti audit yang makin banyak tidak dapat mengompensasi
buruknya kualitas bukti audit tersebut. Ketepatan merupakan ukuran kulitas bukti
audit; yang mencakup, relevansi dan keandalan bukti audit yang mendukung
auditor untuk merumuskan opininya. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh
sumber dan sifatnya, serta bergantung pada masing-masing kondisi bukti audit

3
yang diperoleh. Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh untuk
menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima,dan dengan
demikian memungkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai
sebagai basis bagi opini auditor, merupakan suatu pertimbangan profesioanal.

 Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit

Seperti yang disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam SA 315 SA 330,
bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor dapat
diperoleh dengan melaksnakan:

a. Prosedur penilaian risiko; dan


b. Prosedur audit lanjutan,yang terdiri atas:
1. Pengujian pengendalian, ketika disyaratkan oleh SA atau ketika auditor
telah memilih untuk melakukan hal tersebut ; dan
2. Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis
substantif.

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan


pendapat atas laporan keuangan terdiri atas usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan
audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Dalam hal ini bukti audit
(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara
tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Relevansi,
objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan
kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Untuk
membuktikan efektif tidaknya p-engendalian intern di suatu perusahaan, akuntan
publik harus melakukan complience test atau test of recorded transaction. Untuk
membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiran laporan posisi keuangan (neraca)
dan laba rugi, akuntan publik harus melakukan subtantive test dan analytical
review. (Sukrisno, 2017)

4
B. Sifat Bukti Audit ( Audit Evidence)

1. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan (data akuntansi)

Data akuntansi berupa jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku
pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work
sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, peerhitungan, dan
rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan,
Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak
dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di
pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

2. Bukti audit penguat

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronic,


seperti cek; catatan electronic fund syestem; faktur; surat kontrak; notulen rapat;
konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang
diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pemgamatan, inspeksi dan
pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi
auditor yang memungkinkan menarik kesimpulan berdasarkan alsan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan.
Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan
bukti tersebut. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen di luar
perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih diandalkan/dipercaya
keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri
(bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan
editor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik,pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan
(persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing
evidence). (Sukrisno, 2017)

5
(Dirdjosumarto, 2016)Menurut Konrath (2002 : 114 –115) seperti yang dikutip
Soekrisno (2012 : 119), ada enam tipe bukti audit, yaitu :

1. physical evidence
2. evidence obtain through confirmation
3. documentary evidence
4. mathematical evidence
5. analytical evidence
6. hearsay evidence
Physical Evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung dipelihara,
diobservasi Atau diinpeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari
kas opname, obsevasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat
berharga dan inventariasi aset tetap.

Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,


kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien. Contohnya
adalah jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang
disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

Documentary Evidense terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh


dokumen pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur
penjualan, journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan
dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan
dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentransir dan melakukan
vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku
besar dan sebaliknya.

Mathematikal evidence, merupakan perhitungan , perhitungan kembali dan


rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing, dan extension
dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan , perhitungan
beban bunga, laba/rugi penarikan asset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi
misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan
utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi intercompany account
dan lain-lain.

6
Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analistis
terhadap informasi keuangan klien. Penelaahan analistis ii harus dilakukan pada
waktu membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada
akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analistis bisa dilakukan
dalam bentuk:

1) Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan


keuangan tahun berjalam dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
presentase.
2) Common size (Vertical) Analysis.
3) Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio leverge dan rasio manajemen aset.

Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari
klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-
pertanyaan auditor mengenai pengendaliaan intern, ada tidaknya contigent
liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan lain-lain.

C. Compliance Test dan Substantive Test

(Sukrisno, 2017) Akuntan publik harus melakukan compliance test atau


test of recorded transaction. Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan
neraca dan laba rugi, akuntan publikharus melakukan substantive test dan
analytical review.
1. Compliance Test (tes ketaatan) atau test of recorder transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat seuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan

7
manajemen. Jika terjadi penyimpanan dalam pemprosesan dan pencatatan
transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpanan tersebut terhadap efektivitas
pengendalian intern. Dan dilakukan pada waktu interim audit, dilanjutkan
setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun. Dalam
melakukan Compliance Test auditor harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut :
1. Kelengkapan bukti pendukung ( Supporting Schedule)
2. Kebenaran perhitungan matematis ( footing, cross footing dan extension)
3. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang di debit/kredit
5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar
2. Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldp-saldo perkiraan
laporan keuangan (Laporan Posisi Keuangan [neraca] dan Laporan Laba
Rugi).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:

 inventarisasi aset tetap


 observasi atas stock opname
 konfirmasi piutang, utang dan bank
 kas opname
 pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
(Hitzig, 2009)Substantive test dimaksudkan untuk mendeteksi dan
memperkirakan salah saji dalam akun dan kelas transaksi. Wewenang literatur
mengakui dua jenis tes substantif: tes detail, dan prosedur analitis. Kecuali
dalam kasus dimana enumerasi lengkap dari populasi akuntansi adalah layak
(seperti dalam teknik audit berbantuan komputer tertentu), audit sampel adalah
pendekatan utama untuk melakukan pengujian detail. Banyak auditor
menerapkan pengambilan sampel untuk menguji kontrol, meskipun ada
kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut mungkin tidak mengungkapkan
informasi bahwa mencari auditor.

8
Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan
keslahankesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya
material atau tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit
adjusment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit adjusment). Jika usulan
adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan adjustment tersebut
benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion. Untuk kealahan
yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan
usulan adjustrment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi
opini akuntan publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat
kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and Lass, Top
Schedule dan Supporting Schedule. (Sukrisno, 2017)

D. Cara Pemilihan Sample

(Sukrisno, 2017)Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya


tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam
perusahaan karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu
yang lama dan memakan biaya yang besar.Karena itu transaksi-transaksi dan
bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau secara sampling. Dari keseluruhan
“universe” diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari hasil pemeriksaan
sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan. Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel
tersebut haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih
tidak tepat, akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. Sampel harus
dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sampel
tersebut betul-betul representative.

1. Sampling audit

Sampling audit (sampling) yaitu Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari
100% unsur dalam suatu populasi auditbyang relevan sedemikian rupa sehingga
semua unit sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih, untuk

9
memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang
populasi secara keseluruhan.

2. Risiko sampling

Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel


dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi.

(Mranani, 2009)Risiko sampling yaitu pemeriksaan atas dasar sampel


selalu diikuti timbulnya risiko sampling. Risiko bahwa sampel yang dipilih dari
suatu populasi tidak merepresentasikan populasi tersebut. Dalam pengujian
pengendalian, risiko sampling berarti menilai risiko pengendalian terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Sedang dalam pengujian subtantif risiko sampling berupa
risiko keliru menerima atau risiko keliru menolak jumlah/nilai yang diuji.

3. Risiko nonsampling

Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah dengan


alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling.

4. Sampling Audit Statistik dan Non Statistik


(Raharja, 2008)Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat
dipilh auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang memadai yaitu
sampling statistik dan sampling non statistik. Guy (1981) menyatakan bahwa
sampling statistic adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan
cra sedemikian rupa sehingga hokum probabilitas digunakan untuk membuat
statement tentang suatu populasi. Sedangkan sampling non statistic merupakan
pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif. Besarnya
sampel dan pelaksanaan evaluasi atas sampel dilakukan secara subyektif
berdasarkan pengalaman auditor.Guy (1981) mendefinisikan sampling yang
sampelna dipilih secara subyektif, sehingga proses pemilihan sampel tidak random
dan hasil penyampelan tidak dievaluasai secara matematis.

5. Pengevaluasian Hasil Sampling Audit

10
(Sukrisno, 2017)Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan
sampel yang tinggi yang tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan
penyajian material yang telah ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit
tambahan yang memperkuat penilaian awal risiko tersebut. Untuk pengujian rinci,
suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang tidak diharapkan dalam suatu
sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian
material dalam suatu golongan transaksi atau saldo akun, kecuali bukti audit
tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material. Metode sampling
apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu menyusun
“sampling plan” beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah:

a. Random/Judgement Sampling

Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement


si akuntan publik. Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi
atas pengeluaran kas auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yabf
lebih besar atau sama dengan Rp5.000.000 harys di-vouching, ditambah dua
setiap bulan yang berjumlah dibawah Rp5.000.000,. Cara lainnya auditor bisa
menggunakan random sampling table dalam memilih sampel. Pemilihan
sampel bia juga dilakukan dengan menggunakan komputer.

b. Block Sampling

Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai


sampel, misalnya bulan januari, juni, dan desember . Keberhasilan kedua cara
di atas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung pada judgement si
auditor, semakin banyak pengalaman auditor semakin baik hasilnya, dalam
arti sampel yang yang dipilih akan kurang represertative.

c. Statistical Sampling

Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit


namun sampel yang terpilih betul-betul representative, Karena memakan
waktu yang lebih banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam
audit di perusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang
cukup baik.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan auditor, Bukti
audit memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang
dilaksanakan selama proses audit bukti audit mengandung baik informasi yang
mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun informasi yang
bertentangan dengan asersi tersebut.

Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup inspeksi,


observasi, konfirmasi, perhitungan kembali, pelaksanaan ulang (reserformance)
dan prosedur analitis, dan sering kali memadukan beberapa prosedur permintaan
keterangan dari manajemen. Tes terhadap bukti-bukti audit, tes terhadap
buktibukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat seuai
dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen

12
Pemilihan sampel juga diperlukan dalam pengumpulan bukti audit. Cara
pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah
mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan
sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.

Setelah melakukan sampling maka perlu di evaluasi untuk meminimalkan


kesalahan. Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel
yang tinggi yang tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian
material yang telah ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang
memperkuat penilaian awal risiko tersebut.

B. Saran

Setelah dilakukannya diskusi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami


lebih dalam tentang Sistem Informasi Akuntansi dan bermanfaat untuk
pengmbangan wawasan dan peningkatan ilmu pengtahuan.

Selain itu, dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya


kami selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar
kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang
selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bramasto, A. (2014). pengaruh integrasi bukti audit temuan audit pada PT hutama
karya (persero) wilayah 2 jawa barat. Jurnal Riset Akuntansi, 39.

Christiawan, Y. J. (2000). konsep pengauditan dalam lingkungan pengolahan data


akuntansi terkomputrisasi. jurnal akuntansi dan keuangan, 3.

Dirdjosumarto, Y. (2016). fungsi bukti audit dalam tindak pidana korupsi. jurnal
riset akuntansi dan bisnis, 16.

Hitzig, N. B. (2009). statistical sampling revisited. CPA journal, 2.

Mranani, M. (2009). Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit oleh Auditor Bi di
Yogyakarta. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Magelang, 4.

Raharja, S. (2008). Studi empiris mengenai penerapan metode sampling audit dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit oleh
auditor bpk. jurnal bisnis dan ekonomi, 55-56.

Sukrisno, A. (2017). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai