Anda di halaman 1dari 15

PENGUMPULAN DAN EVALUASI BUKTI

Makalah ini Disusun sebagai Syarat Memenuhi


Mata Kuliah Audit Investigatif

Disusun oleh:
BUDI WINARNO (1951030005)
HERI MUSTAFA (1951030007)
BETA CHRISTY APRILIANA PUTRI (1951030008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah
pada mata kuliah Audit Insvestigasi dengan judul “PENGUMPULAN DAN EVALUASI
BUKTI” telah kami selesaikan dengan tepat waktu. Dengan harapan makalah ini dapat
menambah informasi kepada kita semua dalam bidang Audit Investigatif.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu itu
kritik dan saran dari semua pihak yang tentunya dapat membangun selalu akan kami
terima. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila masih banyak
terdapat kekurangan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin
YRA.

Semarang, Agustus 2020.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bukti Audit......................................................................................................................... 6
2.2 Teknik Pengumpulan Bukti ............................................................................................... 7
2.3 Cara Memperoleh Bukti..................................................................................................... 9
2.4 Kualitas Bukti..................................................................................................................... 10
2.5 Evaluasi Bukti.................................................................................................................... 11
2.6 Contoh Kasus..................................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan
ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan
suatu audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan
dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk
mengevaluasi keterangan tersebut
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,
proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak,
yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan
diterima.
Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti
keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti
yang bersifat pengarahan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan
(convincing evidence).

Tujuan Penulisan
1. Apa yang dimaksud dengan Bukti Audit ?
2. Bagaimana teknik pengumpulan bukti ?
3. Bagaimana cara memperoleh Bukti Audit ?
4. Bagaimana kualitas bukti audit yang baik ?
5. Bagaimana evaluasi bukti audit dilakukan ?
6. Bagaimana contoh kasusnya ?

4
1.2 Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Bukti Audit.
2. Untuk mengetahui teknik pengumpulan bukti.
3. Untuk mengetahui cara memperoleh Bukti Audit.
4. Untuk mengetahui kualitas bukti audit yang baik.
5. Untuk mengetahui evaluasi bukti audit dilakukan.
6. Memahami contoh kasus pengumpulan dan evaluasi bukti audit.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bukti Audit


Audit investigasi atau dikenal sebagai audit investigatif merupakan sebuah kegiatan
sistematis dan terukur untuk mengungkap kecurangan sejak diketahui, dan diindikasikannya
sebuah peristiwa/kejadian/ transaksi yang dapat memberikan cukup keyakinan, serta dapat
digunakan sebagai bukti yang memenuhi pemastian suatu kebenaran dalam menjelaskan kejadian
yang telah diasumsikan sebelumnya dalam rangka mencari keadilan (search of the truth).
Dalam pelaksanaannya audit investigatif diarahkan untuk menentukan kebenaran
permasalahan melalui protes pengujian, pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti yang
relevan dengan perbuatan fraud dan untuk mengungkap fakta-fakta fraud, mencakup : (1)
Adanya perbuatan fraud (Subyek), (2) Mengidentifikasi pelaku fraud (Objek), (3) Menjelaskan
modus operandi fraud (Modus), dan (4) Mengkuantifikasi nilai kerugian dan dampak yang
ditimbulkannya.
Proses audit investigasi mencakup sejumlah tahapan yang secara umum dapat
dikelompokan sebagai berikut: (1) Penelaahan informasi awal, (2) Perencanaan, (3) Pelaksanaan,
(4) Pelaporan dan (5) Tindak Lanjut. Dari proses pelaksanaa audit investigasi tersebut dihasilkan
bukti berupa Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) dan Lampiran Bukti Audit. Namun bukti
audit itu tidak dapat digunakan secara langsung untuk pembuktian tindak pidana. Laporan Hasil
Audit Investigasi dan bukti pendukung yang memaparkan adanya tindak pidana korupsi harus
memenuhi syarat formil alat bukti dimana sekurang-kuranganya terdapat 2 alat bukti yang sah
(Pasal 183 KUHAP). Bukti tersebut mencakup keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,
dan keterangan terdakwa (pasal 184 KUHAP).
Setelah dilakukan pengolahan lebih lanjut maka dalam audit investigassi dihasilkan alat
bukti menurut KUHAP antara lain sebagai berikut : (1) Inventarisasi fisik dapat diolah menjadi
alat bukti keterangan saksi dan keterangan terdakwa, (2) Konfirmasi kepada pihak ketiga
independen dapat dijadikan alat bukti keterangan saksi, (3) Dokumen dapat diolah untuk
dijadikan alat bukti keterangan saksi dan keterangan terdakwa, (4) dokumen otentik dapat
langsung menjadi alat bukti surat,(5) Hasil wawancara dapat diproses menjadi alat bukti
keterangan saksi dan keterangan terdakwa dan (6) Observasi dapat diolah menjadi alat bukti

6
petunjuk. Untuk memproses bukti audit menjadi alat bukti, auditor investigasi dapat dilibatkan,
meskipun keputusan tetap di tangan penyidik.
Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2015:4) bukti audit adalah:
“Evidence is any information used by the auditor to determine whether the information being
audited is stated in accordanc with the established criteria.” Setiap informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Menurut Mulyadi (2014:74) mendefinisikan bukti audit sebagai segala
informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi
penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Bukti audit menurut Kurnia dan
Elly (2013:118) adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi (asersi) yang diaudit disajikan sesuai dengan kriteria. Dari pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk
dijadikan dasar penilaian dengan cara membandingkan kesesuaian infomasi yang disajikan
dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.2 Teknik Pengumpulan Bukti

Dalam melakukan audit investigasi, terdapat beberapa teknik yang dapat dipergunakan.
Tujuh di antaranya, ialah:

a. Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
b. Meminta informasi dan konfirmasi
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya

7
kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya
c. Memeriksa Dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen
menjadi lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah,
disimpan, dan dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa
dokumen mencakup komputer forensik.
d. Review Analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu
(think analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang
membawa auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data
individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan
wajar atau tidak diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan
antara apa yang dihadapi dengan benchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud,
atau salah merumuskan patokan. Kenali pola hubungan (relationship pattern) data
keuangan yang satu dengan data keuangan yang lain atau data non-keuangan yang
satu dengan data non-keuangan yang lain.
e. Menghitung Kembali (Reperform)
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif
umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan
kemungkinan terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
f. Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum.
Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan
dibayar setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari
penyelidikan. Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
g. Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi
kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa

8
mengalir secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau
beberapa tempat penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk
kuat mengenai pelaku fraud.

2.3 Cara Memperoleh Bukti

Bukti Audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk


membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh
sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan audit. Auditor
memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan audit
yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit.

Adapun cara untuk memperoleh bukti audit adalah :


 Pengamatan atas berbagai kegiatan yang diaudit (contohnya, memperhatikan
bagaimana cara para pegawai memasuki lokasi komputer atau bagaimana personil
pengendalian data menangani kegiatan pemrosesan data begitu data diterima).
 Melakukan tinjauan atas dokumentasi untuk memahami bagaimana suatu SIA atau
sistem pengendalian internal berfungsi.
 Diskusi dengan para pegawai mengenai pekerjaan mereka dan bagaimana mereka
melaksanakan beberapa prosedur tertentu.
 Kuesioner yang dapat mengumpulkan data mengenai sistem terkait.
 Pemeriksaan fisik jumlah dan/atau kondisi aset berwujud seperti perlengkapan,
persediaan, atau kas.
 Melakukan konfirmasi atas ketepatan informasi tertentu, seperti saldo rekening
pelanggan, melalui komunikasi dengan pihak ketiga yang independen.
 Melakukan ulang prosedur pilihan perhitungan tertentu untuk memverifikasi
informasi kuantitatif dari beberapa catatan dan laporan (contohnya, auditor dapat
menghitung kembali suatu total batch atau menghitung kembai beban depresiasi
tahunan}.

9
 Pembuktian untuk mendapatkan validitas sebuah transaksi dengan cara memeriksa
seluruh dokumen pendukungnya, seperti pesanan pembelian, laporan penerimaan,
dan faktur penjualan dari pemasok yang mendukung transaksi utang usaha.
 Tinjauan analitis atas hubungan dan tren antar informasi untuk mendeteksi hal-hal
yang harus diselidiki lebih lanjut (contohnya, seorang auditor untuk jaringan toko
baju menemukan bahwa di salah satu toko, rasio piutang usaha terhadap penjualan
sangat tinggi. Sebuah penyelidikan mengungkap bahwa manajer toko tersebut telah
mengalihkan uang dari hasil penagihan, untuk dipakai secara pribadi).

2.4 Kualitas Bukti

Menurut Watkins et al (2004), kualitas audit adalah kemungkinan dimana auditor akan
menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien. Berdasarkan
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas
baik, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Sedangkan menurut Simanjuntak
(2008), kualitas audit adalah pemeriksaan yang sistematis dan independensi untuk menentukan
aktivitas, mutu dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah
pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan.  Akmal (2006),
mendefinisikan kualitas audit sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk
memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai
suatu kegiatan tersebut.  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kualitas audit adalah karakteristik atau gambaran praktik dan hasil audit berdasarkan standar
auditing dan standar pengendalian mutu yang menjadi ukuran pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab profesi seorang auditor. Kualitas audit berhubungan dengan seberapa baik sebuah
pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Adapun karakteristik kualitas bukti audit yaitu ;

a) Relevan
Merupakan bukti yang secara logis mempunyai hubungan dengan permasalahan,
relevansi bukti dapat dilihat dari setiap informasi, sekecil apapun harus relevan dengan
permasalahannya.

10
b) Kompeten
Kompeten atau tidaknya suatu bukti dipengaruhi oleh sumber bukti, cara mendapatkan
bukti, dan kelengkapan persyaratan yuridis bukti tersebut. persyaratan yuridis
merupakan bukti yang otentik atau ditandai dengan adanya tandatangan, distempel,
ada tanggal, ada tanda persetujuan, dan lain-lain lebih kompeten dari bukti yang tidak
memenuhi syarat hukum.
c) Cukup
Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah dan nilai keseluruhan bukti berarti dapat
mewakili atau menggambarkan keseluruhan kondisi yang dipermasalahkan.
d) Material
Bukti material adalah bukti yang mempunyai nilai yang cukup berarti dan penting bagi
pencapaian tujuan organisasi. materialitas dapat dilihat antara lain : besarnya nilai
uang, pengaruh terhadap kegiatan, hal yang menyangkut tujuan audit, pentingnya
menurut peraturan perundangan, keinginan pengguna laporan, kegiatan yang pada saat
audit dilakukan sedang jadi perhatian umum.

2.5 Evaluasi Bukti


Setelah semua bukti terkumpul dan telah memenuhi syarat maka dilakukan evaluasi atas
bukti-bukti tersebut. Evaluasi ini diperlukan sebagai petunjuk untuk memperoleh bukti lain yang
dapat digunakan untuk mendukung bukti yang telah kita dapatkan sebelumnya, menunjukkan
gambaran suatu kejadian/ peristiwa, menilai apakah hipotesis yang disusun telah
menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dan menyimpulkan terbukti atau tidaknya suatu
fraud. Dalam tahap evaluasi bukti, memungkinkan adanya perubahan hipotesis apabila hasil
evaluasi bukti tidak mendukung hipotesis sebelumnya namun mengarah pada permasalahan yang
sebelumnya tidak kita perkirakan. Hasil evaluasi bukti inilah yang akan menentukan apakah
kasus tersebut terbukti atau tidak. Dalam melakukan evaluasi atas bukti, ada hal yang perlu
diantisipasi yaitu kronologis waktu (time frame). Penggunaan time frame dalam bentuk
flowchart dapat menggambarkan satu modus operandi terjadinya fraud. Dengan time frame bisa
dibuat kronologis fakta secara sistematis dan akan mempermudah dalam ekspose di depan
penyidik.

11
2.6 Contoh Kasus

Kasus yang menjerat : Cessie Bank Bali


Putusan Hukum : Mahkamah Agung menjatuhkan Hukuman terhadap Dkoko
Chandra dan Syahril Sabirin mantan Gubernur Bank Indonesia masing-masing 2 tahun
penjara., MA juga memerintahkan dana yang disimpan dalam rekening dana penampungan
atau Bank Bali sebesar Rp 546 miliar dirampas untuk Negara.

Kronologis Kaburnya Djoko Chandra:

1. Setelah hukuman dijatuhkan, Djoko Tjandra tidak kunjung memenuhi panggilan


kejaksaan, justru pengacara Djoko Tjandra saat itu, OC Kaligis, yang datang ke
Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Saat itu, Kaligis mewakili kliennya, mengajukan
permintaan penundaan eksekusi terhadap putusan Peninjauan Kembali (PK) dari
Mahkamah Agung selama sebulan. Kliennya meminta eksekusi ditunda dengan alasan
sedang menyelesaikan bisnisnya di beberapa Negara.
2. Pada 10 Juni 2009 malam, Joko Tjandra terbang ke Papua Nugini menggunakan pesawat
carteran dari Bandara Halim Perdanakusuma. Dan selanjut pada bulan juni 2012
mengganti kewarganegaraannya menjadi Kewarganegaraan Papua Nugini.
3. Wakil Jaksa Agung Darmono, Jumat (25/1), di Jakarta, mengatakan, Pemerintah Papua
Nugini telah mencabut paspor yang dikeluarkan negara itu kepada Djoko Tjandra.
Namun, saat itu, Djoko diduga tinggal di Singapura
4. Meski statusnya buron, Djoko disebut bisa bebas keluar masuk Indonesia. Bahkan, ia
berhasil membuat kartu tanda penduduk (KTP) elektronik di Kelurahan Grogol Selatan,
Jakarta, hanya dalam waktu sejam. Setelah itu, dia diketahui pergi ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan untuk mendaftarkan permohonan peninjauan kembali kasus yang
menjeratnya, Pengacara yang mendampining Anita Dewi Kolopaking.
5. Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyebutkan Djoko kembali ke Indonesia sejak tiga
bulan lalu. Namun, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly
menyebutkan sistem keimigrasian tidak menemukan data soal masuknya Djoko
Tjandra tersebut. Selain terdeteksi di Jakarta, Djoko diketahui beberapa kali pergi ke
12
Pontianak, Kalimantan Barat. Hal tersebut terkuak dari surat jalan Djoko tertanggal 18
Juni 2020 yang diterbitkan Brigadir Jenderal (Pol) Prasetijo Utomo. Dalam surat itu
disebutkan, Djoko bepergian ke Pontianak dari Jakarta pada 19 Juni dan kembali ke
Jakarta pada 22 Juni
6. Melakukan Lobi ke Kejaksaan, salah satu pihak yang disebut dalam pelarian tersebut
adalah Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan Anang Supriatna. Diduga Anang
diperkenalkan oleh Jaksa Pinangki Sirna Malasari
7. Jaksa Pinangki dengan Pengacara Djoko Chandra yang merupakan teman baik, karena
sama sama alumnus UNPAD ketika sama sama meraih gelar S3.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Dalam melaksanakan audit, auditor memerlukan bukti audit. Bukti audit adalah segala
informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk meyatakan
pendapat.

14
Daftar Pustaka

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2011. Audit dan Jasa Assurance: Pendekatan
Terpadu(Penerjemah Herman Wibowo). Jakarta: Salemba Empat
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasleydan Jusuf, Amir. 2013.Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).Jakarta: Salemba Empat.
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S.2014.Auditing and Assurance service. Edisi
keduabelas. Jilid Satu. Jakarta: Erlangga. Prentice Hall International. New York
Tuanakotta, M Theodorus. 2010. Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasif. Jakarta Salemba
Empat.
Mark E Zimbleman, Conan C albrecth dll. 2014 Akutansi Forensik. Salemba Empat. Edisi
Empat.
https://nasional.kompas.com/read/2013/12/17/1650260/Bagaimana.Modus.Korupsi.Atut.di.Proye
k.Alkes.?page=all.

15

Anda mungkin juga menyukai