Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGAUDITAN I

“ BUKTI AUDIT ”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Noeril Isnaini 32.16.2100

Mita Devi Anjarsari 32.16.2135

Dea Natalia Agustini 32.16.2144

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
BUKTI AUDIT ”. Meskipun terdapat sedikit hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, akan tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan
dengan waktu yang cukup singkat.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dan berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Banyuwangi, 11 September 2018


Penyusun,

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Sampul .............................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Memahami Lingkungan Klien .............................................................. 3
2.2 ............................................................................ 3
2.3 Konsep Dasar Bukti Audit ..................................................................... 3
2.4 Jenis – Jenis Bukti Audit ...................................................................... 5
2.5 Prosedur dan Teknik Audit ...................................................................... 9
2.6 Evaluasi Bukti Audit ............................................................................. 12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan. Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan
kriteria yang ada.
Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang
cukup berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menurut Arens, dkk yang
diterjemahkan oleh tim Dejacarta (2003:17), Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu
dalam memahami criteria yang digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan)
agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai
kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun
harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi yang dimiliki seseorang
dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak memilki sikap
objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana memahami lingkungan klien?
2. Bagaimana
3. Bagaimana konsep dasar bukti audit?
4. Bagaimana jenis-jenis bukti audit?
5. Bagaimana prosedur dan teknik audit?
6. Bagaimana evaluasi bukti audit?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami lingkungan klien
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui konsep dasar bukti audit
4. Untuk mengetahui jenis-jenis bukti audit
5. Untuk mengetahui prosedur dan teknik audit
6. Untuk mengetahui evaluasi bukti audit

1
BAB II

Pembahasan

2.1 Memahami Lingkungan Klien

Sebelum kita memahami lingkungan klien, kami ingin menjelaskan pengertian dari
bukti audit. Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari: data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Berikut
tata cara memahami lingkungan klien:

a. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien
yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang
berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting. Auditor ingin
membuat keputusan ini lebih awal, sebelum mengeluarkan biaya yang cukup besar
yang tidak bisa ditutup kembali.
b. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan memperngaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.
c. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-syarat
penugasan yang ditetapkan klien.
d. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan
dan setiap spesialis audit yang diperlukan.

2.2 Konsep Dasar Bukti Audit

Menurut Mautz dan Sharaf, teori auditing tersusun atas lima konsep dasar, yaitu:

1. BUKTI (evidence),

 Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh


pengertian, sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan, yang dituangkan dalam
pendapat auditor.
 Bukti harus diperoleh dengan cara-cara tertentu agar dapat dicapai hasil yang
maksimal.
 Secara umum, bukti diperoleh dengan cara-cara sbb:

2
1. Authoritarianisme, bukti diperoleh berdasarkan informasi dari pihak lain,
misalnya ketr lisan dari mgt, kary, ekstrnal.
2. Mistikisme, bukti dihasilkan dari intuisi. misalnya dengan pemeriksaan buku
besar, penelaahan atas keterangan dr pihak luar.
3. Rasionalisasi, merupakan pemikiran asumsi yang diterima, misalnya,
penghitungan kembali oleh auditor, pengamt SPI.
4. Empidikisme, merupakan pengalaman yang sering terjadi, misalnya,
perhitungan dan pengujian secara fisik.
5. Pragmatisme, merupakan hasil praktik, misalnya penelusuran
kejadian/peristiwa kemudian (subsequent event).

2. KEHATI-HATIAN DALAM PEMERIKSAAN

 Konsep ini didasarkan kpd issue pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada
auditor yang bertanggungjawab (prudent auditor)
 Tanggungjawab yang dimaksud adalah tanggungjawab seorang profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal dengan konsep konservatif.
 Walaupun sebagai manusia, auditor tak luput dari kesalahan, namun sebagai seorang
yang profesional ia dituntut utk dpt melaksanakan pekerjaannya dengan tingkat
kehati-hatian yang tinggi. (meminimalkan kesalahan yg bersifat kesalahan
manusiawi).

3. PENYAJIAN ATAU PENGUNGKAPAN YANG WAJAR

 Konsep ini menuntut adanya informasi lap keuangan yang bebas (tidak memihak),
tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas
perusahaan yang wajar.
 Konsep ini dijabarkan lagi dalam tiga sub konsep, yaitu:
 Accounting propriety, berhub dg penerapan prinsip akuntansi tertentu, dalam kondisi
tertentu.
 Adequate Disclosure, berkaitan dg jumlah dan luasnya pengungkapan.
 Audit obligation, berkaitan dg kewajiban auditor untuk bersikap independen dalam
memberikan pendapat.

3
4. INDEPENDENSI

 Merupakan suatu sikap mental yg dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam
melakukan audit.
 Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen
terhadap laporan keuangan yg diperiksannya, dari pembuat dan pemakai laporan
laporan keuangan.
 Konsep independensi berkaitan dengan independensi pada diri pribadi auditor secara
individual (practitioner-independence), dan independen pada seluruh auditor secara
bersama-sama dalam profesi (profession-independence)
a. Practioner- Independence
- Merupakan pikiran, sikap tidak memihak, dan percaya diri yang
mempengaruhi pendekatan auditor dalam pemeriksaan.
- Untuk itu auditor harus independen dlm menggunakan teknik dan
prosedur audit (programming independence). Harus independen
dalam memilih aktivitas, berhubungan secara profesional, dan
kebijakan mabajemen yg akan diperiksannya (investigation –
independence), dan harus independen dalam mengemukakan fakta
hasil pemeriksaannya yang tercermin dalam pemerian pendapat dan
rekomendasi yg diberikan (reporting- independence)
b. Profession Independence

- Merupakan persepsi yang timbul dari anggota masyarakat keuangan /


bisnis dan masyarakat umum tentang profesi akuntan sebagai
kelompok.

5. ETIKA PERILAKU

 Etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep perilaku yang ideal dari seorang
auditor profesional yang independen dalam melaksanakan audit.

4
2.3 Jenis Bukti Audit

Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing. Adapun
beberapa jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat penting,
diantaranya :

1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan
melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik
persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin
paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran
jika anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.

2. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan
langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk
penjumlahan baik secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu
proses untuk mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu
matematis. Adanya bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam
pembuatan jurnal.

3. Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh
auditor untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal
lainnya.

4. Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki bukti
dokumenter. Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki
bukti dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan
manual. Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti
yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti
yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya.

5
Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki
kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya.

5. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti
audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber
data yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan
sejenisnya.

Cara Membuat Laporan Keuangan


 Pengertian Jurnal Umum
 Pengertian Jurnal Penerimaan Kas
 Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung
 kegiatan auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti
dilakukan semua akuntan dimanapun.

6. Bukti Pengendalian Internal


Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit.
Mengapa kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa
mendapatkan banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko
pengendalian internal cukup tinggi hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya
rendah. Dengan judul pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup
sulit.

7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah
ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun
sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan.
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan diperhitungkan
kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan
kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
Bukti tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.

6
8. Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor
dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia
memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk
wawancara. Masalah dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan
akuntansi, lokasi dokumen serta adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan
lebih valid jika auditor tetap melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti
lisan.

9. Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati
komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur
tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak
ketiga langsung baik tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan,
konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi
yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang
respondenya diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang
sedang ditanyakan.

10. Bukti Analitik


Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik meliputi
juga perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun
yang sudah lewat.
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan acuan
untuk pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek
pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan mendalam.

11. Bukti Keterangan


Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang wajar,
dimana hal ini dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap memiliki
informasi. Selain itu bukti keterangan ini didasarkan pada adanya auditor yang memastikan
buktinya pada para klien.

7
12. Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan bukti
dilakukan oleh auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya.
Bukti penelusuran ini memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain.
(Baca: Jenis Jenis Akuntansi)

13. Bukti Observasi


Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur
audit. Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan
yang berhubungan dengan pengumpulan bukti.

14. Bukti Perhitungan


Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang terpecah, yang
dilakukan dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak
jarang mereka bahkan melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan
benar-benar real atau adanya manipulasi yang tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna untuk
mendapatkan kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran.
Jika auditor memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka
auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar.

15. Bukti Inspeksi


Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi
fisik yang memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan
keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit.
Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan.
Relevansi, ketepatan waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit yang dibutuhkan
dan juga diharapkan.
Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan
laporannya merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan
dan berujung pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu
sendiri. Agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.

8
2.4 Prosedur Audit
Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam
standar tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit
yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit.
Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan,
dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi
seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up
maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-
faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa
kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang
digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini
berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya
mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi
ini atas struktur biaya tetap entitas.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa
(examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan.
Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter.
Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau
mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau item-item yang
dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara tepat
dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan. Memeriksa sumber daya berwujud
memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung keberadaan dan kondisi
fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik.
Pengamatan (Observation)

9
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin
jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja
sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan
klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan
yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.
Konfirmasi
Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi
secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.
b.Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenaai informasi.
Permintaan Keterangan (Enquiry)
Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan
Contoh: permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada
di gudang.
Penelusuran (Tracing)
Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam
pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut
dalam proses akuntansi. Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang
dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer,
laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal penjualan. Tujuannya untuk
menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.
Pemeriksaan Dokumen Pendukung (vouching)
Merupakan prosedur audit meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukankewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

10
Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi
terhadap transaksi yang terjadi.
Penghitungan (counting)
Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti
kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor
urut tercetak. Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik
kuantitas yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut
tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti documenter yang mendukung
kelengkapan catatan akuntansi.
Scanning
Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih
mendalam.
Pelaksanaan Ulang (referforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total
jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan
kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada
skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa
aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah
sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor
dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi
penjualan untuk menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai
pada saat transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti
bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu
memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor
dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit
techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah
diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak
komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

11
a. Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur
analitis.
b. Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
c. Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen
yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
d. Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan
(seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat
harga-harga yang telah disahkan)
e. Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek
komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.
f. Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar
pembantu piutang usaha atau file persediaan.

2.5 Evaluasi Bukti


 Kelengkapan.
Mencakup semua transaksi/ peristiwa yang terjadi dalam periode tertentu.

 Akurasi.
Kebenaran dan kesesuaian antara bukti dengan fakta yang sebenarnya, atau antara
bukti satu dengan bukti lainnya.

 Validitas.
Validitas = sifat valid. Valid adlh menurut cara yg semestinya berlaku; sahih (kuitansi
itu -sahih- apabila dibubuhi tandatangan yg berwenang)/ keabsahannya.

TAHAPAN EVALUASI BUKTI

1. Find : Peroleh bukti yang relevan dg kasus


2. Read & interpret document : membaca dan menafsirkan dokumen
3. Determined Relevance : tentukan relevansi bukti dengan kasus, bukti yang tidak
relevan diabaikan.
4. Verify the evidence : menilai kebenaran suatu bukti. Perlu adanya dokumen
pendukung

12
5. Assemble the evidence : memasukkan bukti dalam rangkaian bukti yang dapat
menggambarkan kenyataan
6. Draw Conclusions : menyusun simpulan atas setiap bukti yang diterima

 Tujuan Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Karena
kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan integritas berbagai asersi manajemen
yang terkandung dalam laporan keuangan.

13
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
untuk menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.

Ada beberapa tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya:
pengendalian intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti
lisan, perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis, dll. Untuk memperoleh bukti audit,
auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit
yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan,
wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti, pendukung, penghitungan dan
scanning.

Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam
akun dan laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh
karena itu auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko
besar.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan pengambilan keputusan


yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan
besarnya sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama
pada dosen mata Kuliah, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena saran dan kritik sangat diperlukan untuk
kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6. Cetakan ke-1. PT. Salemba Empat. Jakarta. Tahun 2002
https://hellomango.blogspot.com/p/buktiaudit-makalah-diskusi-disusun.html

http://nita5211.blogspot.com/2015/01/makalah-bukti-audit_12.html

https://idiotsbrainn.blogspot.com/2017/04/audit-internal-pengujian-menilai-dan.html
https://kopidangdut.files.wordpress.com/2014/07/pengumpulan-dan-evaluasi-bukti_nasib-
padmomihardjo.pd

15

Anda mungkin juga menyukai