Anda di halaman 1dari 5

BAB 13 : KORUPTOLOGI

A. Mengenal Koruptologi

Kajian korupsi dimulai dari etimologi korupsi. Kata Inggris corrupt berasal
dari bahasa Latin corrupt(us), berarti broken in pieces. Kata itu terjadi dari dua akar
kata cor- dan rupture. Cor- artinya with, dan rupture berarti the act ofbreaking or
bursting. Corruption diartikan sebagai the act of corrupting; the state ofbeing corrupt.
Kata corruption berkaitan erat dengan eruption, letusan, ledakan, karena jalan yang
hendak dilalui, terlarang, tersumbat atau terhalang, karenajalan itu merupakan pihak
kedua atau pihak ketiga secara tidak sah, langsung maupun tidak. Namun pihak
pertama memiliki motif, kekuatan dan kesempatan, untuk memaksakan kehendaknya
atau menggelapkan caranya, baik halus maupun kasar, tersembunyi ataupun terang-
terangan.

Perkernbangan korupsi saat ini sangatlah Iuar biasa. Seolah tidak mengenal
malu banyak sekali orang yang menjadi panutan bagi masyarakat ak'hirnya
melakukan tindakan terkutuk ini. Berdasarkan UU Nornor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak korupsi menjadi 7 (tujuh) kelojnpok dan diperinci lagi menjacli
30 jenis tindak dan tindak pidana Lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
berjumlah 6 jenis. Ke-7 kelompok tersebut adalah :

1. korupsi yang mengakibatkan kerugian negara (ada 2 jenis tindak korupsi);

2. korupsi yang berkaitan dengan suap-menyuap (ada 12 jenis tindak


korupsi) ;

3. korupsi yang berkaitan dengan penggelapan dałam jabatan (ada 5 jenis


tindak korupsi);

4. korupsi yang berkaitan dengan pemerasan (ada 3 jenis tindak korupsi) ;

5. korupsi yang berkaitan dengan perbuatan curang (ada 6 jenis tindak


korupsi) ;
6. korupsi yang berkaitan dengan benturan kepentingan dałam pengadaan
(ada 1 jenis tindak korupsi); dan

7. gratiflkasi (ada 1 jenis tindak korupsi).

B. Motif Korupsi
Wijayanto (2009), seorang penggiat antikorupsi, mengemukakan bahwa sumber
munculnya korupsi dapat bersumber dari faktor internal yang merupakan faktor
keinginan, dan faktor eksternal yang terkait dengan kesempatan yang berasal dari
kelemahan sebuah sistem. Faktor internal biasanya berasal dari aspek yang terdiri atas
faktor moral, pendidikan, dan desakan kebutuhan. Faktor eksternal lebih disebabkan
karena pengaruh sistem politik, ekonomi, dan sosial budaya sebuah negara.

Jack Bologne dengan terobosannya dalam gone theory, bahwa factor-faktor


yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi berikut ini.

1. Grads (keserakahan), faktor ini berkaitan dengan adanya perilaku serakah


yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan), hal yang berkaitan dengan keadaan
Organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa,
Sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melaktlkan
kecurangan.
3. Needs (kebutuhan), hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
Yang wajar.
4. Exposurcs (pengungkapan), faktor yang berkaitan dengan tindakan atau
konsckucnsi yang dihadapi oleh pclaku kccurangan apabila pelaku
dikctcmukan mclakukan kccurangan.

Greeds dan needs adalah hal yang berkaitan dengan individu sebagai pelaku
(actor) yang bcrbuat kompsi, yaitu individu atau kelompok yang berkedudukan baik
dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi yang memgikan
pihak korban. Sedangkan faktor-faktor opportunities dan exposures berkaitan dengan
korban perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang
kepentingannya dirugikan.

Korupsi dalam Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang diubah dcngan


Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tcntang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
bahwa yang dirnaksud dcngan korupsi adalah usaha memperkaya diri atau orang Iain
atau suatu korporasi dengan cara melawan hukum yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

Dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas KPKPN


(sebelumnya sebagai lembaga yang memberantas tindak korupsi) melebur masuk ke
dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap secara konstitusi. Dengan
demikian, KPK-lah lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang eksis. Komisi
Pemberantasan Korupsi, memunyai tugas sebagai berikut.

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak


pidana korupsi.

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak


pidana korupsi.

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana


korupsi.

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan


Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

1. mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak


pidana korupsi
2. menetapkan Sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi
3. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi kepada instansi yang terkait
4. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

5. meminta laporan instansİ terkait mengenai pencegahan tindak pidana


korupsi.

C. Peran Akuntan dalam Pencegahan Korupsi

Laporan akuntan merupakan sarana yang dipakai Oleh akuntan untuk


menyatakan pendapatnya, bahkan untuk mcnolak mcmbcrikan pcndapat apabila
keadaan Yan g tidak memungkinkan. Inti dari pcrnyataan akuntan tersebut adalah
mcnvatakan kescsuaian pcmcriksaan yang dilakukan yang mengacu pada norma
pemeriksaan.

Akuntan publik dapat memberikan saran-saran, baik mengenai bentuk maupun


isi laporan keuangan, akuntan publik dapat pula menyusun konsep laporan keuangan
seluruhnya atau sebagian berdasarkan pembukuan perusahaan yang menjadi
tanggung jawab manajemen. Akuntan bertanggung jawab terbatas pada pernyataan
pendapatnya atas laporan keuangan yang menjadi prestasi manajemen. Contoh
penyelewengan ini dapat dideteksi dari beberapa hal, kendati tindak kekeliruan atau
penyelewengan yang material benar-benar terjadi, seperti berikut ini.

1. Perbedaan dalam catatan akuntansi, (saldo bukti besar dengan saldo buku
tambahan).
2. Perbedaan yang terungkap sebagai hasil konfirmasi.

3. Transaksi yang tidak didukung dengan bukti yang memadai.

4. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang
khusus maupun yang umum.

5. Penyelesaian transaksi yang tidak lazim menjelang atau pada tan£tqal neraca.

Dalam kaitannya dengan pencegahan terhadap tindakan korupsi, hal yang dapat
dilakukan oleh akuntan adalah memiliki komitmen, berpegang teguh dan
menjunjung tinggi pada aturan negara dan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Kode etik terdiri dari prinsip etika dan aturan etika. Prinsip etika dapat
dijabarkan sebagai berikut.

Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi

Prinsip Kedua: Kepentingan Publik

Prinsip Ketiga: Integritas

Prinsip Keempat: Objektivitas

Prinsip Kelima: Kompctcnsi dan Kehati-hatian ProfcsionaJ

Prinsip Keenam: Kerahasiaan

Prinsip Kedelapan: Standar Teknis

Anda mungkin juga menyukai