A. Mengenal Koruptologi
Kajian korupsi dimulai dari etimologi korupsi. Kata Inggris corrupt berasal
dari bahasa Latin corrupt(us), berarti broken in pieces. Kata itu terjadi dari dua akar
kata cor- dan rupture. Cor- artinya with, dan rupture berarti the act ofbreaking or
bursting. Corruption diartikan sebagai the act of corrupting; the state ofbeing corrupt.
Kata corruption berkaitan erat dengan eruption, letusan, ledakan, karena jalan yang
hendak dilalui, terlarang, tersumbat atau terhalang, karenajalan itu merupakan pihak
kedua atau pihak ketiga secara tidak sah, langsung maupun tidak. Namun pihak
pertama memiliki motif, kekuatan dan kesempatan, untuk memaksakan kehendaknya
atau menggelapkan caranya, baik halus maupun kasar, tersembunyi ataupun terang-
terangan.
Perkernbangan korupsi saat ini sangatlah Iuar biasa. Seolah tidak mengenal
malu banyak sekali orang yang menjadi panutan bagi masyarakat ak'hirnya
melakukan tindakan terkutuk ini. Berdasarkan UU Nornor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak korupsi menjadi 7 (tujuh) kelojnpok dan diperinci lagi menjacli
30 jenis tindak dan tindak pidana Lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
berjumlah 6 jenis. Ke-7 kelompok tersebut adalah :
B. Motif Korupsi
Wijayanto (2009), seorang penggiat antikorupsi, mengemukakan bahwa sumber
munculnya korupsi dapat bersumber dari faktor internal yang merupakan faktor
keinginan, dan faktor eksternal yang terkait dengan kesempatan yang berasal dari
kelemahan sebuah sistem. Faktor internal biasanya berasal dari aspek yang terdiri atas
faktor moral, pendidikan, dan desakan kebutuhan. Faktor eksternal lebih disebabkan
karena pengaruh sistem politik, ekonomi, dan sosial budaya sebuah negara.
Greeds dan needs adalah hal yang berkaitan dengan individu sebagai pelaku
(actor) yang bcrbuat kompsi, yaitu individu atau kelompok yang berkedudukan baik
dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi yang memgikan
pihak korban. Sedangkan faktor-faktor opportunities dan exposures berkaitan dengan
korban perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang
kepentingannya dirugikan.
1. Perbedaan dalam catatan akuntansi, (saldo bukti besar dengan saldo buku
tambahan).
2. Perbedaan yang terungkap sebagai hasil konfirmasi.
4. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang
khusus maupun yang umum.
5. Penyelesaian transaksi yang tidak lazim menjelang atau pada tan£tqal neraca.
Dalam kaitannya dengan pencegahan terhadap tindakan korupsi, hal yang dapat
dilakukan oleh akuntan adalah memiliki komitmen, berpegang teguh dan
menjunjung tinggi pada aturan negara dan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Kode etik terdiri dari prinsip etika dan aturan etika. Prinsip etika dapat
dijabarkan sebagai berikut.