YANG BERVARIASI
1. Konsep Just-In-Time
Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka
dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bhan bakunya.
Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol, artinya perusahaan tidak menanggung
biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat dibutuhkan. Model yang demikian tentu
saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi
biaya persediaan bahan baku.
Dalam hubungannya engan barang jadi (finished goods) model JIT juga diterapkan, dimana
perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak mempunyai persediaan
barang jadi. Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi. Model ini dapat
diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk mulai dari pemasok sampai ke
pelanggan memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu menyeluruh adalah suatu konsep
manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek manajemen
serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. Dimasa lampau, literatur manajemen
berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian,
perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep
manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada
kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-
faktor yang menyebabkan lahirnya “perubahan paradigma” adalah menajamnya persaingan,
ketidak puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis
ekonomi. Meskipun akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini
penggunaanya telah merambah struktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun lembaga
nirlaba.
Penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena
budaya suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya
organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi,proses kerja, kepemimpinan, predisposisi
pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi untuk menjadi penghambat perubahan.
Karakteristik TQM :
Decision support systems ( DSS) atau bisa juga disebut sistem pendukung keputusan adalah
sistem berbasis software yang dimksudkan untuk membantu manajer dalam pengambilan kputusan
dengan mengakses sejumlah besar informasi yang dihasilkan dari berbagai sistem informasi terkait
yang terlibat dalam proses bisnis organisasi, seperti sistem automatis kantor, sistem pemrosesan
transaksi, dll.
Pada strategi perusahaan, perusahaan dapat diklsifikasikan menjadi salah satudari tiga kategori.
Industri tunggal, perusahaan beroperasi dalam satu jalur bisnis (usaha). diversifikasi yang
berhubungan, perusahaan beroperasi pada kategori ini dalam berbagai industri dan unit-unit bisnis
mendapat manfaat dari perangkat umum dari kompetensi intinya. Karegori bisnis yang tak
berhubungan, perusahaan beroperasi dalam bisnis yang tidak berhubungan satu sama lain:
hubungan antara unit usaha semata-mata bersifat finansial.
Strategi dari unit bisnis bergantung pada dua aspek yang saling berhubungan : pertama,
misinya (apa tujuan keseluruhannya?) dan yang kedua, keunggulan kompetitifnya (bagaimana
sebaiknya unit bisnis tersebut bersaing dalam industrinya guna mencapai misinya?).
Secara tipikal unit usaha memilih empat misi : membangun, mempertahankan, memanen, dan
melepas.
Keunggulan kompetitif :
3) Unit usaha berbiaya rendah secara tripikal menghasilkan produk yang tidak mempunyai hiasan
tambahan, dan produk-produk ini sukses semata-mata karena mereka diberi harga lebih rendah
dari produk saingan.
Berbagai dimensi dari gaya manajemen mempengaruhi secara signifikan operasi sistem
pengendalian.
Kehadiran pengendalian personal versus pengendalian impersonal adalah sebuah aspek dari
gaya manajerial. Manajer berbeda dalam hal seberapa penting anggaran dan laporan-laporan formal
serta percakapan personal lainnya.
Gaya manajer mempengaruhi tingkat dari pengendalian ketat versus pengendalian longgar
dalam situasi apapun. Manajer dari pusat bertanggung jawab produksi rutin dapat dikendalikan
dengan relatif ketat atau longgar, dan pengendalian aktual mencerminkan gaya dari atasan manajer.
Dengan demikin tingkat ketaatan atau kelonggaran seringkali tidak diungkapkan oleh isi dari
bentuk atau aspek dari dokumen pengendalian formal, peraturan-peraturan, atau prosedur. Hal ini
adalah faktor dari bagaimana alat-alat formal ini dipergunakan.