PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari Populasi?
2) Bagaimanakah Kriteria dari Populasi?
3) Apakah pengertian dari Sampel?
4) Apa sajakah syarat dari Sampel Penelitian?
5) Bagaimakah Kriteria dari Sampel Penelitian?
6) Bagaimanakah Besar Sampel Penelitian?
7) Bagaimanakah Prosedur Pengambilan Sampel dengan Teknik Sampling?
8) Apakah pengertian dan contoh dari Time Table (Jadwal Kegiatan) ?
C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui berbagai pengertian dari Populasi dan Sampel dalam Desain
Penelitian
2) Mengetahui Kriteria dari Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
3) Mengetahui Syarat dari Sampel Penelitian
4) Mengetahui Besar Sampel dalam Desain Penelitian
5) Mengetahui prosedur dalam pengambilan sampel serta teknik sampling dalam
Desain Penelitian
6) Mengetahui Time Table (Jadwal Kegiatan) yang digunakan dalam Desain
Penelitian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa yang akan dilakukan peneliti tehadap subjek penelitian, apakah melakukan
suatu intervensi/perlakuan kemudian menentukan efek dari perlakuan tersebut,
atau hanya melakukan observasi/pengukuran pada beberapa variabel yang diteliti
tanpa melakukan suatu intervensi.
2. Jika peneliti melakukan intervensi terhadap subjek penelitian, desain peneliti juga
mnentukan apakah ada kelompok kontrol tanpa intervensi yang dilibatkan dalam
penelitian dan bagaimana peneliti menentukan efek tersebut, apakah dengan
membandingkan hasil post test antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
atau dengan membandingkan pretest dan post test pada kedua kelompok.
3. Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap data hasil penelitian, apakah peneliti
ingin melakukan analisis hubungan antar variabel atau hanya menampilkan data
secara deskriptif.
4. Metode yang dilakukan peneliti dalam menentukan hubungan antara variabel
indenpenden dan variabel dependen, apakah peneliti melakukan penelitian secara
retrospektif, potong lintang atau prospektif.
5. Uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian.
Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti
pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud (Echols dan Hassan Shadily,
3
1976:177). Sedangkan Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan
penelitian sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara
luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan
dengan unsur masing-masing. Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu
Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para peneliti mengenai
pengertian desain penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa definisi desain
penelitian adalah sebuah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang
akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data.
Kegiatan pengumpulan dan analisis data tersebut untuk menggali penyelesaian
sebuah permasalahan yang muncul. Rencana perlu dibuat agar pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, sehingga penelitian tersebut juga
dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi peneliti.
B. Pengertian Populasi
Menurut Kuzma (1984) yang dimaksud dengan populasi adalah sekolompok
orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat diobservasi. Menurut
Notoadmojo (2002) Populasi diartikan sebagai kesuluruhan objek penelitian atau yang
diteliti. Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari objek (benda)/subjek (orang)
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan
kemudian ditarik keseimpulannya.
4
tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda yang lainnya. (Dikutip dari
buku Metode Penelitian Praktis Prof. Dr. Siti Nurhayati, MS, 2012 : hlm 36)
Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek/objek. Penjelasan
populasi dalam usulan penelitian, meliputi jumlah populasi dan karakteristik populasi.
Misalnya jumlah populasi sebesar 150 ibu hamil dengan karakteristik primipara,
trimester III.
C. Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus mempertimbangkan kriteria sebagai
berikut:
a) Biaya, jika ingin meneliti populasi diluar daerah atau pulau, maka peneliti harus
belajar budaya dan bahasa setempat agar terjadi interaksi yag baik. Keadaan ini
memerlukan waktu yang lama sehingga memerlukan pula biaya yang besar.
b) Praktik, kesulitan dari populasi dalam berperan serta sebagai subjek karena
berasal dari daerah yang sulit dijangkau.
c) Kemampuan orang dalam berpartisipasi dalam penelitian, kondisi kesehatan
seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
penentuan populasi.
d) Pertimbangan desain penelitian, pada penelitian dengan desain eksperimen, maka
diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk
mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang akan
mengganggu dalam penelitian.
D. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik sampling
tertentu untuk bisa mewakili atau memenuhi populasi (Nursalam, 2003). Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan purposive sampel yaitu
dalam memilih sampel dari populasi dilakukan secara tidak acak dan didasarkan
dalam suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri
atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Moleong, 2004).
5
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti (Djarwanto, 1994 : 43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat
dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi. (Dikutip dari buku Metode Penelitian Drs.
Kuntjojo, 2009 : hlm 33.)
Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil dibandingkan populasi dan berfungsi
sebagai wakil dari populasi. (Dikutip dari buku Metode Penelitian Praktis Prof. Dr.
Siti Nurhayati, MS, 2012 : hlm 36)
E. Syarat Sampel
Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan syarat-syarat yang dapat
berpengaruh pengambilan sampel . Syarat-syarat tersebut antara lain :
1. Sampel harus representatif
Untuk meneuhi hasil/kesimpulan pelitian yang diperoleh bisa menggambarkan
keadaan populasi objek penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili
populasi yang ada. Untuk itu dalam sampling harus direncanakan dan asal
mengambil. Misalnya, Kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan pasien
dan diet pada pasien diabetus. Dasar pendidikan pasien ada yang tidak sekolah,
tidak lulus SD, SMP, SMU, Akademi/Perguruan Tinggi dan masih ada yang lain
lagi. Kesemua tingkat pendidikan tersebut harus terdapat dalam sampel. Istilah
6
terwakili dalam sampel penelitian, kalau semua tinglat pendidikan pasien yang
ada dalam populasi telah terwakili
2. Sampel harus cukup banyak
“The more sample, the representativeness the result of the research will be”.
Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau jumlahnya kurang
meneuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa
memberikan gambaran tentang populasi. Sebenarnya tidak ada pedoman umum
yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian. Besar
kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh macam dari penelitian itu
sendiri. Polit & Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang
dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Dengan kata
lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum
yang berlaku adalah agar dalam penelitian digunakan jumlah sampel yang
sebanyak mungkin, tetapi penggunaan sampel sebesar 10-20 % untuk data
sejumlah 1000 ke atas kiranya sudah dipandang cukup, Makin kecil jumlah
sampel, presentasi harus semakin besar.
3. Membatasi Populasi
Suatu populasi menunjukan pada seubjek yang menjadi objek atau sasaran
penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia maupun bukan
manusia, seperti wilayah geografis , penyakit , penyebab penyakit, program-
program kesehatan , gejala-gejala penyakit , dan lain sebagainya . Apabila tidak
dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap populasi , maka kesimpulan yang
ditarik dari hasil penelitian tidak mengambarkan atau mewakili seluruh populasi.
Tanpa pembatasan dengan jelas anggota populasi , kita tidak memperoleh sampel
yang representatif . Oleh sebab itu dalam penelitian apa pun dalam populasi
tersebut harus dapat dibatasi populasinya , misalnya suatu wilayah kelurahan ,
kecamatan , atau kabupaten , kelompok umur tertentu , penyakit-penyakit tertentu
, dan sebagainya . Perlu diingat disini ialah bahwa nilai suatu hasil penelitian
bukan ditentukan oleh besar/kecilnya populasi , melainkan ditentukan oleh
bagaimana penelitian mengunakan dasar pengambilan kesimpulan atau teknik
sampling . Bila suatu kesimpulan ditarik berdasarkan pada sampel yang diambil
dengan teknik yang salah , maka kesimpulan hasil penelitian tidak dapat berlaku
seluruh populasi . Sebaliknya , bila suatu penelitian dilakukan terhadap sampel
yang representatif terhadap populasi , dan diambil dengan teknik sampling yang
7
tepat , maka kesimpulan atau generalisasi yang diperloleh dapat diharapkan
representatif . Oleh sebab itu pembatasan populasi sangat penting untuk
memperoleh sampel yang representatif.
4. Mendapat seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas , sehingga dapat
dketahui unit-unit yang termasuk dalam populasi dan unit mana yang tidak .
Misalnya penelitian tentang status gizi anak balita di Kelurahan X , maka
sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan pencatat seluruh anak
dibawah lima tahun yang berdomisili di Kelurahan X tersebut . Untuk melakukan
ini dengan sendirinya peneliti terlebih dahulu harus membuat batasan tentang
anak balita tersebut atau batasan populasinya , seperti telah disebutkan
sebelumnya .
5. Menentukan Sampel yang akan dipilih
Dari daftar anggota populasi seprti yang akan disbeutkan di atas , kemudian
dipilih anggota-anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel . Besarnya
atau banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan perhitungan
tersendiri , akan diuraikan didalam bab lain . Besar kecilnya suatu sampel bukan
ukuran untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak . Hal
ini akan tergantung dari karakteristik populasinya , misalnya homogenitas atau
hiterogenitas populasi .
6. Menentukan Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel ini sangat penting , karena apabila salah dalam
menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran
(penyimpangan) .
F. Kriteria Sampel
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2007).
8
Misalnya kita meneliti tentang manfaat senam hamil terhadap percepatan
pembukaan kala I, maka yang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam
kriteria inklusi adalah paritas dan umur, karena kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2002).
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
yang penyebabnya antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi
responden atau berada pada suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan penelitian (Hidayat, 2007).
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan /mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :
i. Terdapat suatu kedaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran
maupun interpretasi hasil. Misalnya dalam suatu studi kasus kontrol
yang mencari hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian
penyembuhan luka pada pasca operasi laparatomi, maka subjek dengan
kelainan immunologis tidak boleh diikut sertakan dalam kelompok
kasus.
ii. Terdapat keadaan yang menganggu pelaksanaan, seperti subjek yang
tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti.
iii. Hambatan etis
iv. Subjek menolak berpartisipasi.
G. Besar Sampel
Menetapkan besarnya jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada dua hal,
yaitu : Pertama , adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan
batas maksimal dari besarnya sampel . Kedua, Kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Misalnya keterbatasan jumlah
pewawancara atau pengumpul data , dan keterbatasan sumber-sumber daya
9
pendukung yang lain menuntut hanya jumlah sampel yang kecil . Di lain pihak , agar
memungkin hasil yang dapat dipercaya dan dianalisis secara bervariasi , serta
memberikan ketepatan tertentu dari perkiraan proporsi yang diinginkan dan
melakukan uji kemaknaan perbedaan-perbedaan proporsi tersebut diperlukan jumlah
sampel yang cukup besar .
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan
(accuaracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi , Kita perlu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang antara lain:
a. Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang akan
diukur dalam penelitian itu . Misalnya kita akan meneliti prevalensi penyakit
jantung koroner , kita harus memperkirakan berapa angka prevalensi yang
akan kita perloleh didalam populasi . Apabila kita tidak memperkirakan hal
itu, yang paling aman kita perkirakan angka tersebut adalah 0,50 (50%) .
Dengan angka itu diperoleh variance yang maksimal sehingga sampel yang
dipilih cukup mewakili.
b. Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut, atau
berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proprsi sebenarnya dalam
keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan derajat ketepatan yang tinggi
maka kita ambil angka 0,10 (10%) maka jumlah sampel akan lebih besar dari
pada kita memilih derajat ketepatan 0,05 (5%) .
c. Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan , agar
estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91% atau 95% derajat
kemaknaan (confidence level) .
d. Berapa jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel tersebutm sangat
tegantung dari besarnya populasi . Apabila besar populasi lebih dari 10.000 ,
maka ketepatan besarnua sampel kurang memperoleh perhatian. Tetapi
populasi lebih kecil dari 10.000 , ketepatan atau besarnya sampel perlu
diperhitungkan .
10
1) Jumlah Sampel untuk Estimasi Proporsi
Sebelum menghitung jumlah sampel , terlebih dahulu perlu diketahui tiga hal
(Lameshow et al ., 1990,dikutip Ariawan ,1998) yakni :
a. Perkiraan propersi untuk sifat tertentu yang terjadi dalam populasi . Apabila
tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut , maka P (proporsi =0,50
atau 50%).
b. Presisi adalah derajat ketepatan yang dinginkan , berati penyimpangan
terhadap populasi , biasanya 0,05 (5%) atau 0,10 (10%) .
c. Derajat kepercayaan
1−a/2 ¿ P (1−P)
n=Z ¿
d
Keterangan:
n = Besar sampel
contoh :
Diketahui :
Perhitungan :
11
1.96∗0,15(1−0,15)
n= =196
0,05
Hasil : Dibutuhkan paling sedikit 196 balita , yang dipilih secara acak
sederhana atau acak sistematis dari populasi . Dengan efek rancangan
(disain efek) 2 , maka akan diperlukan jumlah sampel 392.
Rumus:
n=Z 2 ¿ σ ¿
¿ d
σ = Perkiraan varians
d =presisi
n = jumlah sampel
cacatan :
Contoh Penggunaan :
12
Sebuah penelitian bertujuan untuk mengetahui rata-rata berat badan anak balita di
Kecamatan Cimanggis dengan ketentuan :
196∗6
n= =139
1
Sampel untuk Uji Hipotesis beda 2 proporsi (lameshow et al., 1990 dikutip
Ariawan ,1998)
√ 2 p ( 1−P )+ Z 1−β
¿ √ P1 ( 1−P 1 ) + P2(1−P 2)2
n=Z 1−α /2 ¿
(P 1−P 2)
Keterangan :
n = besar sampel
P1= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu
(misalnya proprsi hipertensi pada kelompok pria )
P2= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu
( mislanya proporsi hipertensi pada kelompok wanita)
. Z1−α /2= Nilai Z pada derajat keamaknaan 90,95,99 %= 1.64, 196 , 2,58...
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel antara lain :
13
i. Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat , tetapi
memerlukan lebih banyak waktu , tenaga , biaya dan fasilitas-fasilitas lain.
ii. Pengambilan sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih
representatif dan populasi yang besar dari pada pengambilan sampel yang
nonrandom . Tetapi sampel yang nonrandom dapat digunakan untuk
memaksimalkan data kuantitatif dari sampel yang kecil
iii. Besar/kecilnya sampel bukan satu-satunya ukuran untuk menentukkan
represntatif atau tidaknya representatifnya terhdap populasi . Hal ini
tergantung pula pada sifat-sifat populsi yang diwakilinya.
b. Kriteria Eksklusi
Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas X kurang dari 1 tahun
Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 1 tahun , dan
lebih dari 5 tahun
Tidak memahami Bahasa Indonesia
14
Ibu anak balita yang sedang sakit
Tidak bersedia diwawancarai
15
Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel
dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat
populasinya .
5) Menentukan Besarnya Sampel (Sampel Size)
Meskipun besar/kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya
suatu sampel , tetapi penentuan besanya sampel dapat merupakan langkah penting
dalam pengambilan sampel . Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan
tergantung pada jenis dan besarnya populasi .
6) Menentukan Unit Sampel yang Diperlukan
Sebelum menentukan sampel yang diperlukan , terlebih dahulu akan ditentukan
unit-unit yang menjadi anggota populasinya. Hal ini akan memudahkah dalam
menentukan unit mana yang akan dijadikan sampel .
7) Memilih Sampel
Apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas , maka kita dapat
dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karekteristik populasi tersebut.
Dengan memilih sampel dari populasi ini dengan sendirnya berdasarkan teknik-
teknik pengambilan sampel .
Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling berarti teknik/ cara/ prosedur menyeleksi
populasi.
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel , yaitu sampel-sampel probabilitas
(probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-
sampel nonprobabilitas (non bability samples). Tiap-tiap jenis sampel-sampel ini
terdiri dari bebagai macam pula. Pada prinsipnya teknit atau metode pengambilan
sampel ini dibedakan menjadi dua ,yakni : teknik random (acak) dan tekni non-
random . (Notoatmodjo, 2005).
16
1. Random Samping
Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling , dan
sampel yang diperloleh disebut sampel random . Teknik random sampling ini
hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat
homogen atau diasumsikan homogen . Hal ini berarti setiap anggota populasi itu
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel . Teknik
random sampel ini dapat dibedakan menjadi :
a) Pengambilan Sampel secara Acak Sederhana ( Simple Random Sampling)
Hakikiat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel . Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu
berbeda-beda , maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk
terpipih pun berbeda-beda pula. Teknik pengambilan sampel secara sederhana
ini dibedakan menjadi dua cara , yaitu dengan mengundi anggota populasi
(lottery technique) atau teknik undian , dan dengan menggunakan tebel
bilangan atau angka acak (random number).
b) Pengambilan Sampel Secara Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya
adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah
sampel yang diinginkan ,hasilnya adalah interval sampel . Sampel diambil
dengan membuat daftar elemen atau anggota populai secara acak anatara 1
sampai dengan banyaknya anggota populasi . Kemudian membagi dengan
jumlah sampel yang diinginkan , hasilnya sebagai interval adalah X , maka
yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut .
Contoh :
N (jumlah populasi) : 500 orang (No.1,2,3 ................200)
N (sampel) : yang diinginkan 50
I (intervalnya) : 500 : 50 = 10
Maka anggota populasinya yang terkena sampel adalah setiap elemen
(nama orang ) yang mempunyai nomor kelipatan 10 , misalnya no.
2,12,32,42 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel .
17
c) Pengambilan Sampel secara Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda atau heterogen ,maka teknik pengambilan sampel yang tepat
digunakan adalah stratified sampling . Hal ini dilakukan dengan cara
mengindentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi , kemudian
menentukan strata atau lapisan dari karakteristik unit-unit tersebut . Penentuan
strata ini dapat didasarkan bercam-macam , misalnya tingkatan sosial ekonomi
pasien , tingkat keparahan penyakit , unsur penderita , dan lain sebgainya .
Setelah ditentukan stratanya barulah masing-masing strata diambil sampling
yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.
Agar penimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai , maka
dalam teknik ini sering pula dilakukan penimbangan antara jumlah anggota
populasi berdasarkan masing-masing strata. Oleh sebab itu maka disebut
pengambilan sampe secara proprosional stratified sampling . Pelaksanaan
pengambilan sampel dnegan stratified , mula-mula kita menetapkan unit-unit
anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik
umum dari anggota-anggota populasinya yang berbeda-beda . Setiap unit yang
mempunyai karakteristik umum yang sama , dikelompokan pada satu strata ,
kemudian dari maasing-masing strata diambil sample yang mewakilinya.
Langkah –langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified
adalah:
Menentukan populasi penelitian.
Mengindentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota
populasi , misalnya tingkat pendidikan, ekonomi, senioritas dan sebagainya.
Mengelompokan unit anggota populasi yang mempunyai karakteristik
umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata , misalnya berdasarkan
tingkat pendidikan (rendah,menengah,dan tinggi).
Mengambil dari setiap strata (tingkat pendidikan) sebgaian dari unit yang
menjadi anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan .
Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan
dengan random atau nonrandom.
Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan
berdasarkan penimbangan (proporsinya) .
18
Misalnya :
19
kedalam bagian-bagian yang lebih kecil ,dan seterusnya. Kemudian
menetapkan sebagian dari wilayah populasi (subwilayah) sebagai sampel .
Dari seubwilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari
subwilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut
ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel. Misalnya
pelaksanaan suatu penelitian si suatu wilayah kabupaten . Mula-mula diambil
beberapa kecamatan sebagai sampel , dari kecamatan-kecamatan yang terkena
sampel ini diambil bebarpa kelurahan sebagai sampel, selanjutnya dari
kelurahan-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel ,dari
beberapa RW sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel , dan akhirnya
dari RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit
sebagai sampel . Oleh sebab itu , pengambilan sampel semacam ini sering
disebut area sampling atau pengambilan sampel menurut wilayah .
Proses pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage random
sampling) :
Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan provinsi ,
kabupaten , kecamatan atau kelurahan , atau karakter lain (perdesaan-
perkotaan, pantai-penggunungan, dan sebagainya).
Dari area populasi tersebut diambil sampel gugus dibawahnya (misalnya
apabila area populasinya provinsi maka area gugus dibawahnya
kabupaten).
Dari area gugus tersebut diambil area gugus yang dibawahnya lagi
(misalnya kalau area gugus diatasnya kabupaten,maka area gugus yang
dibawahnya adalah kecamatan) dan seterusnya.
Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yang paling kecil (bawah)
misalnya RT , diambil sebagai sampel .
20
2. Non Random ( Non Probability ) Sampling
Pengambilan sampel bukan secara acak atau nonrandom adalah pengambilan
sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan ,
tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepastian belaka. Metode
ini mencakup beberapa teknik antara lain:
a. Purposive Sampling
Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan
sampel secara purposive antara lain:
Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi ,
misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari
berbagai hal yang berhubungan dengan populasi . Kemudian peneliti
menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi
menjadi sampel penelitian sehingga teknik pengambilan sampel secara
purposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. Teknik
ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case study) , dimana
banyak aspek dari kasus tungga yang resperentatif untuk diamati dan
dianalisis.
Misalnya: suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
prilaku seks ibu-ibu pascapersalinan melalui caesarean operation. Populasi
penelitian ini jelas mempunyai karakteristik yang spesifik . Oleh sebab itu ,
pengambilan sampelnya pun harus diarahkan kepada ibu-ibu yang
melahirkan melalui cara ini , sehingga pengambilan sampel secara
purposive adalah pilihanya.
b. Quota Sampling
Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan
sejumlah anggota sampel secara qoutum atau jatah. Teknik sampling ini
dilakukan dengan cara: Pertama-tama menetapkan beberapa besarjumlah
sampel yang diperlukan atau menetapkan qoutum (jatah). Kemudian
jumlah quotum itulah yang didasrkan untuk mengambil unit smpel yang
diperlakukan . Anggota populasi mana pun yang akan diambil tidak
21
menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat
dipenuhi.
c. Accidental Sampling
Pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian . Bedanya dengan purposive
sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara purposive berarti
dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan
sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari
responden atau kasus yang kebetulan berada disuatu tempat atau keadaan
tertentu . Misalnya penelitian tentang pemberian ASI oleh ibu-ibu di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Minggu. Maka sampel penelitian ini dapat
dari ruang KIA tempat pemeriksaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Pasar Minggu selama periode tertentu, misalnya minggu pertama pada
bulan juni 2006 hari senin sampai sabtu, atau setiap hari selasa selama
bulan juni 2006. Seberapa banyak pun ibu-ibu yang ditemui pada hari yang
ditentukan tersebut menjadi sampel penelitian ini.
22
I. Time Table (Jadwal Kegiatan) dalam Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian (Time Table) merupakan tahapan-tahapan rencana peneliti
untuk menyelesaikan penelitian dalam suatu periode waktu , dan disusun dalam
bentuk table atau format Time Line Schedule . Isi rencana kegiatan direkomendasikan
detail atau spesifik , sesuai alur kerja peneliti . Disarankan jadwal dan isi rencana
kegiatan penelitian tersebut disepakati dengan pembimbing penelitian agar kedua
belah pihak dapat saling mengontrol perkembangan penelitian tersebut.
Tabel Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
23
PPDIOO), langkah-langkah analisis dan pengembangan keamanan jaringan
(Security Development Life Cycle), langkah-langkah produksi film, video, iklan (pra
produksi, produksi, dan pasca produksi), atau Manajemen Produksi Iklan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
B. Saran
Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian
dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang
jelas. Sehingga peneliti harus mampu membuat rancangan dengan baik dan benar.
Peneliti diharapkan mampu mencari desain serta metode penelitian yang tepat
bagi penelitiannya dan relevan dengan penelitian yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
25
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahastya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta
Prof. Dr. Siti Nurhayati, MS. (2012) Metode Penelitian Praktis. ( edisi ke-2 )
Pekalongan : Usaha Nasional.
26