Anda di halaman 1dari 26

DESAIN PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian


Dosen pembimbing : Yuni Sapto Edi R. M.Kep, Ns.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

Annisa Dwi Agustina 108118036


Farida Wulandari 108118037
Fenti Amalia Harmawati 108118038
Destri Retno Ramadani 108118039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 4B


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP (UNAIC)
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat


dan hidayah-Nya dan karena dengan izin-Nya kami penulis dapat menyelesaikan
Makalah dengan berjudul “Desain Penelitian”. Dalam kesempatan ini kami
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak telah membantu kami
dalam menulis makalah ini.
Kami penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 09 November 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Contents
DESAIN PENELITIAN...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Desain Penelitian............................................................................................................6
B. Populasi Sampel dan Sampling....................................................................................14
BAB III...................................................................................................................................25
KESIMPULAN......................................................................................................................25
A. KESIMPULAN............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setelah seseorang menemukan hak yang hendak diteliti, merumuskan
masalah dan menyusun pernyataan dugaan, asumsi perkiraan yang merupakan
jawaban sementara, hal yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti tersebut
adalah menentukan desain penelitiannya. Desain penelitian erat hubungannya
dengan proses penelitian karena merupakan tuntunan bagi seorang peneliti
agar bisa mendapatkan jawaban-jawaban yang telah dimunculkan. Tidak
hanya menjadi tuntunan bagi para peneliti, desain penelitian juga
mempermudah peneliti untuk menggunakan suatu metode dalam mencari
jawaban.
Pada bagian desain penelitian terdapat tuntunan bagi peneliti mengenai apa
yang harus dicari untuk menyempurnakan komponen penelitian, maupun apa
yang seharusnya dikerjakan dan apa pula yang seharusnya tidak dikerjakan.
Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai desain penelitian.
Seperti apa definisi dari desain penelitian, manfaat serta tujuan dari desain
penelitian, macam-macam desain penelitian yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, serta bagaimana membuat desain penelitian yang baik.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari desain penelitian?
2. Apa saja metode penelitian?
3. Apa saja tipe-tipe desain penelitian?
4. Apa saja jenis-jenis desain penelitian?
5. Apa pengertian dari populasi penelitian?
6. Apa saja jenis populasi dari penelitian?
7. Apa pengertian dari sampel penelitian?
8. Bagaimana Kriteria Sampel Representatif?
9. Bagaimana teknik penentuan sampel penelitian?
10. Bagaimana besar sampel penelitian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari desain penelitian
2. Untuk mengetahui apa saja metode penelitian
3. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe desain penelitian
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis desain penelitian
5. Untuk mengetahui apa pengertian dari populasi penelitian
6. Untuk mengetahui apa saja jenis populasi dari penelitian
7. Untuk mengetahui apa pengertian dari sampel penelitian
8. Untuk mengetahui Bagaimana Kriteria Sampel Representatif
9. Untuk mengetahui Bagaimana teknik penentuan sampel penelitian
10. Untuk mengetahui Bagaimana besar sampel penelitian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian (Creswell, 2016).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method dengan
desain yang digunakan yaitu sequential exploratory dengan pendekatan
grounded theory pada tahap kualitatif dan deskriptif pada tahap kuantitatif.
Desain penelitian menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
secara berurutan, metode kualitatif berfungsi untuk menemukan hipotesis pada
sampel terbatas, dan mengeksplorasi topik penelitian dengan cara mengamati
para partisipan di lokasi penelitian (Creswell, 2016), dilanjutkan dengan
metode kuantitatif yang berfungsi untuk menguji hipotesis yang ditemukan
pada tahap sebelumnya pada populasi yang lebih luas (Sugiyono, 2012).
1. Metode Penelitian
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-
langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode
penelitian adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan.
Sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode
penelitian. Metode penelitian biasanya mengacu pada bentuk-bentuk
penelitian (Prof. Dr. Suryana, 2012).
Metode penelitian mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah
dan pendekatannya ada empat macam metode penelitian, antara lain :
a. Metode Eksperimen (Menguji cobakan)
Adalah penelitian untuk menguji apakah variabel-variabel eksperimen
efektif atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan
variabel kontrol. Penelitian eksperimen adalah untuk menguji hipotesis
yang dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan
untuk bidang yang bersifat eskak. Sedangkan untuk bidang sosial
biasanya digunakan metode survei eksplanatory, metode deskriptif, dan
historis
b. Metode Verifikasi (Pengujian)
Yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudah digariskan itu
tercapai atau sesuai atau cocok dengan harapan atau teori yang sudah
baku. Tujuan dari penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori
yang sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan
pengetahuan-pengetahuan baru. Lebih mutakhirnya, metode verifikasi
berkembang menjadi grounded research, yaitu metode yang menyajikan
suatu pendekatan baru dengan data sebagai sumber teori (teori
berdasarkan data).
c. Metode Deskriptif (mendeskripsikan)
Metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat
atau fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterpretasikannya. Metode deskriptif dalam
pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survei, studi kasus (bedakan
dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak,
analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.
d. Metode Historis (merekonstruksi)
Metode penelitian yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau.
Dalam penerapannya, metode ini dapat dilakukan dengan suatu bentuk
studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik.
Penelitian historis bertujuan untuk menemukan generalisasi dan
membuat rekonstruksi masa lampau dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan
yang kuat.
2. Tipe-Tipe Desain Penelitian
Dalam desain penelitian, terdapat beberapa tipe desain penelitian yang bisa
kita gunakan. Tipe-tipe desain peneitian tersebut, ialah :
a. Casual Comperative Research
Disebut juga dengan penelitian sebab akibat merupakan salah satu ide
berpikir ilmiah untuk menyusun suatu riset metodologi.
b. Riset Experimental
Research that allows for the causes of behavior to be determined.
Untuk menggambarkan riset eksperimental bisa dilakukan pada dua
kelompok dimana kelompok satu disebut kontrol tanpa diberi
perlakukan apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan
perlakuan (treatment).
c. Ethnographic Research
Penelitian etnographi adalah penelitian yang memfokuskan diri pada
budaya dari sekelompok orang. Umumnya penelitian etnogarhi
meneliti tentang budaya secara umum. Penelitian ini lebih terfokus
pada organisasi yang mendefenisikan grup of people.
d. Historical Research
Historikal riset dilakukan dengan membaca buku-buku dan literatur
serta mengikuti pola dari literatur maupun buku yang kita baca.
Penelitian ini memerlukan history atau sejarah awal pertama
terbentuknya topik yang ingin kita cari. Pada umumnya history atau
sejarah tersebut tidak terekam sifatnya tidak autentik.
e. Action Research
merupakan penelitian yang berfokus langsung pada tindakan sosial
f. Survey Research
Penelitian survei termasuk ke dalam penelitian yang bersifat kuantitatif
untuk meneliti perilaku suatu individu atau kelompok. Pada umumnya
penelitian survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok.
g. Correlation Research
Penelitian ini dialakukan untuk melihat hubungan diantara dua
variable. Korelasi tidak menjamin adanya kausaliti (hubungan sebab-
akibat), kausaliti menjamin adanya korelasi.
3. Jenis-jenis Desain Penelitian
Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan penelitian
terhadap populasi atau masyarakat, Kumar (2005) menyebutkan terdapat
berbagai desain penelitian yang digolongkan berdasar tiga macam
perspektif, yaitu berdasarkan :
a. Jumlah kontak dengan populasi studi
1) Desain Penelitian Cross-sectional
Studi cross-sectional yang juga dikenal sebagai studi one-shot atau
studi kasus, adalah desain yang paling banyak dimanfaatkan dalam
penelitian sosial. Desain ini sangat sesuai dengan studi atau
penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian pada
suatu fenomena, situasi, masalah, prilaku, atau isu melalui
pengambilan cross-section (contoh yang representatif mewakili
keseluruhan) dari suatu populasi. Desain ini sangat berguna dalam
memperoleh gambaran menyeluruh pada waktu saat melakukan
studi atau penelitian.
Desain cross-sectional sangat sederhana. Seseorang cukup
menetapkan apa yang hedak ditemukan jawabannya, identifikasi
populasi, memilih sample dan memulai kontak dengan para
responden untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Semua
tahapan itu dilakukan hanya pada saat titik waktu tertentu saja.
Kelemahan desain cross-sectional adalah tidak mempunyai
kemampuan dalam menjelaskan kemungkinan adanya perubahan
kondisi atau hubungan dari populasi yang diselidiki dalam periode
waktu yang berbeda.
Kelemahan yang lainnya adalah desain ini tidak mampu
untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam obyek/variable yang
diselidiki serta hubungan korelasinya. Desain cross-sectional
mampu menjelaskan hubungan antara dua variabel, namun tidak
mampu menunjukan arah hubungan kausal diantara kedua variabel
tersebut (Shklovski, et al, 2004). Selain itu desain ini juga tidak
bisa mengukur atau menjelaskan adanya perubahan. Untuk
mengukur dan menjelaskannya, diperlukan paling tidak dua titk
waktu, terhadap populasi yang sama.
2) Desain Penelitian Sebelum dan Sesudah
Desain sebelum dan sesudah atau juga dikenal sebagai pre-
test/post-test design dapat digambarkan sebagai pengumpulan data
dari dua set penelitian cross sectional terhadap populasi yang sama
untuk menemukan jawaban atau suatu perubahan dalam fenomena
atau variabel diantara dua titik waktu tersebut. Perubahan
ditentukan atau diukur dengan membandingkan perbedaan pada
fenomena atau variabel sebelum dan sesudah perlakuan intervensi.
Kelebihan dari desain ini dapat mengukur perubahan
situasi, fenomena, isu, prilaku dan permasalahan yang terjadi di
suatu kelompok masyarakat pada dua titik waktu yang berbeda,
lazimnya pada sebelum dan sesudah diberlakukannya suatu
perlakuan. Desain ini seringkali digunakan dalam penelitian terkait
dengan pengaruh atau efektifitas suatu program di masyarakat.
Kelemahan desain ini dapat terjadi bergantung pada kondisi
pengamatan atau penyelidikan, populasi, dan metode pengumpulan
data.
3) Desain Penelitian Longitudinal
Desain sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan untuk
menentukan tingkat perubahan dalam fenomena, situasi, masalah,
perilaku dan sebagainya, namun tidak mampu menjelaskan pola
perubahan yang terjadi. Untuk menentukan pola perubahan terkait
dengan waktu, dapat digunakan desain longitudinal. Dalam studi
longitudinal, studi populasi dilakukan secara berulang atau berkala
dalam interval waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu yang
diaplikasikan bervariasi bergantung pada informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian itu sendiri.

b. Periode waktu rujukan studi


1) Desain Penelitian Retrospektif

10
Studi retrospektif mengamati atau menyelidiki suatu fenomena,
situasi masalah atau isu yang telah terjadi pada masa lamapu.
Lazimnya jenis studi ini mengamati data yang tersedia pada masa
lamapu atau didasarkan pada responden yang diminta untuk
merespon terhadap pertanyaan yang dirancang untuk menggali
kejadian, fenomena, situasi pada masa lampau. Penelitian yang
banyak menggunakan desain ini lazimnya adalah penelitian yang
terkait dengan sejarah atau yang terkait dengan sosiologi.
2) Desain Penelitian Prospektif
Studi prospektif merujuk pada kejadian suatu fenomena, situasi,
masalah, prilaku atau dampak pada masa akan datang. Penelitian
eksperimen biasanya digolongkan kedalam studi prospektif karena
peneliti harus menunggu suatu intervensi atau perlakuan memberi
dampak atau oengaruh terhadap suatu populasi.
3) Desain Penelitian Retrospektif-prospektif
Studi retrospektif-prospektif fokus pada kajian pola yang terjadi
pada suatu fenomena pada masa lampau dan mengamati atau
mempelajarinya untuk masa depan. Suatu penelitian dikatagorikan
sebagai desain ini ketika seseorang menentukan dampak suatu
intervensi atau perlakuan tanpa adanya sebuah grup kontrol.
Dengan pengertian ini, hampir semua studi sebelum-dan-sesudah,
jika dijalankan tanpa adanya kontrol, yaitu ketika baselinenya
dibangun dari populasi yang sama dengan sebelum ada perlakuan
atau intervensi, dapat dikategorikan sebagai studi retrospektif-
prospektif.

c. Cara penyelidikan
Berdasarkan kategori ini, desain penelitian dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu : (1) penelitian ekperimental, (2) penelitian
non-ekperimental, (3) penelitian quasi atau semi-ekperimental.
Jika suatu hubungan dipelajari dengan cara mencari sebab untuk
mengetahui atau menemukan efek, akibat dan dampaknya, penelitian

11
tersebut dikenal sebagai penelitian eksperimen. Sedangkan jika studi
menggunakan cara memulai dari efek, pengaruh atau dampak untuk
menelusuri penyebabnya, maka studi tersebut dikenal sebagai
penelitian non-eksperimental.
Pada studi ekperimental, variabel bebas dapat diobservasi,
dikontrol atau bahkan dimanipulasi oleh peneliti untuk mengetahui
dampaknya. Sedangkan pada kategori non-eksperimental, hal pada
studi ekperimental tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dampaknya
telah terjadi. Sebagai gantinya, peneliti dapat menghubungkan dampak
pada penyebab secara retrospektif. Penelitian semiekperimental
memiliki karakteristik baik eksperimental maupun non-eksperimental,
sebagian studi dapat dilakukan secara non-eksperimental dan sebagian
lain dapat dilakukan secara eksperimental.
Penelitian eksperimental masih terbagi lagi menjadi banyak jenis
desain studi, antara lain :
1) Desain penelitian sesudah-saja
Dalam jenis studi ini, peneliti mengetahui bahwa populasi sedang
dan telah mendapatkan intervensi dan peneliti hanya melakukan
studi terhadap dampaknya pada populasi. Kelemahan utama dari
desain ini adalah bahwa dua set data yang diperoleh sebenarnya
sangat tidak dapat diperbandingkan, mengingat data awal bukanlah
data yang tepat untuk diperbandingkan.
2) Desain penelitian sebelum dan sesudah
3) Desain penelitian grup-kontrol
Peneliti memilih dua grup populasi, yaitu grup eksperimen dan
grup kontrol. Kedua grup dibuat sedemikian rupa sehingga
mempunyai kondisi yang semirip mungkin dan sebanding. Satu hal
yang berbeda adalah adanya intervensi disalah satu grup, yaitu
grup eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan observasi
“sesudah” terhadap kedua grup. Setiap hasil yang menunjukan
adanya perbedaan dari kedua grup dianggap sebagai akibat dari
adanya intervensi pada grup eksperimen.

12
4) Desain penelitian control ganda
Meskipun pada desain grup kontrol dapat membantu peneliti
menentukan secara kuantitas dampak yang dihasilkan oleh variabel
tambahan, tetapi hal tersebut tidak dapat menentukan secara
terpisah apakah dampak tersebut disebabkan oleh instrumen
penelitian ataukah oleh responden. Untuk dapat mengetahui
dampak secara terpisah, diperlukan desain kontrol ganda. Dalam
desain ini peneliti membuat dua grup kontrol sehingga total grup
yang diobservasi sebaanyak tiga grup.
5) Desain penelitian komparatif
Pada beberapa kasus, peneliti ingin membandingkan efektifitas dari
metode perlakuan yang berbeda. Untuk mengetahui hal ini
lazimnya digunakan desain penelitian komparatif. Dalam desain
ini, peneliti membagi populasi menjadi beberapa grup sebanyak
metode perlakuan yang hendak diperbandingkan. Selanjutnya
dilakukan observasi ‘sesudah’ untuk mengetahui tingkat perbedaan
tersebut.
6) Desain penelitian matched-control
Dalam studi matched, perbandingan ditentukan pada tiap individu
(individual by individual). Dua individual yang hampir mirip
terhadap suatu kharakteristik, misalnya usia, gender, jenis penyakit,
dalam suatu populasi dibagi dalam grup yang berbeda. Dalam
kasus ini, begitu dua grup dibentuk, maka peneliti harus
menentukan secara acak grup mana yang merupakan grup
eksperimental dan mana yang merupakan grup kontrol. Studi
matched sering digunakan pada uji aktifitas obat baru.
7) Desain penelitian placebo
Lazimnya digunakan di bidang kesehatan dan pengobatan. Seorang
pasien biasanya mempunyai keyakinan bahwa ketika mendapatkan
perawatan maka si pasien tersebut merasa pulih dan lebih baik dari
sebelumnya, meskipun kenyataanya perawatan tersebut tidak
efektif. Secara psikologis efek tersebut disebut efek placibo.

13
Desain placibo melibatkan dua atau tiga grup, bergantung apakah
mengikutkan grup kontrol atau tidak untuk mengetahui tingkat efek
placibo tersebut. Jika peneliti menghendaki kontrol, maka ketiga
grup tersebut adalah grup eksperimental yang mendapatkan
perlakuan. Grup 1 diberi perlakuan mendapatkan perawatan dan
obat yang menyembuhkan, grup 2 diberi obat kosong untuk
mengetahui efek placibo dan grup kontrol yang tidak mendapat
perlakuan. Setelah itu dalam jangka waktu tertentu dilakukan
observasi ‘sesudah’.

B. Populasi Sampel dan Sampling


1. Pengertian Populasi
Menurut Matsuroh et all (2018), Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
dapat ditarik kesimpulannya (sintesis). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga obyek dan benda-benda alam yang lain, misalnya: orang, benda, lembaga,
organisasi, dan lain-lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau objek yang diteliti itu yang menjadi sasaran penelitian
merupakan anggota populasi.

2. Jenis-jenis Populasi Penelitian


Menurut Matsuroh et all (2018), populasi berdasarkan jenisnya yaitu:

a. Populasi terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya
secara kuantitif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: Jumlah
pasien rawat jalan RS A pada tahun 2017 adalah 457.924 orang.
b. Populasi tak terbatas (tak terhingga)
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan
batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah. Contoh: Jumlah penduduk Indonesia yang mengalami

14
pemutusan hubungan kerja pada tahun 2017. Dalam hal ini jumlah
penduduk Indonesia yang mengalami pemutusan hubungan kerja
merupakan populasi tak terbatas karena tidak semua perusahaan
melaporkan kejadian tersebut.

Menurut Matsuroh et all (2018), populasi berdasarkan sifatnya yaitu:

a. Populasi homogen

Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak perlu
mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Contoh: populasi pasien
rawat jalan dengan jenis asuransi yaitu BPJS Kesehatan kelas 3 di RS
A pada tahun 2017.

b. Populasi heterogen

Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda
(bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas - batasnya secara
kualitatif dan kuantitatif. Contoh: populasi pasien pasien rawat inap di
RS A pada tahun 2017. Menentukan Populasi dapat juga
diidentifikasi oleh 4 faktor, yaitu: isi, satuan, cakupan (scope), dan
waktu. Contoh: Suatu penelitian tentang distribusi penyakit yang pada
pasien rawat inap di rumah sakit tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun
2017, maka populasinya dapat ditetapkan dengan 4 faktor sebagai
berikut.
i. Isi → Semua pasien rawat inap
ii. Satuan → Rumah Sakit
iii. Cakupan → Provinsi DKI Jakarta
iv. Waktu → Tahun 2017

Menurut Matsuroh et all (2018), populasi berdasarkan kelompoknya yaitu:

a. Populasi umum: populasi umum adalah dimana sumber datanya


seluruh objek pada lokasi penelitian.
b. Populasi Target: populasi target adalah populasi yang menjadi
sasaran dalam mengeneralisasi sebagai kesimpulan sebuah penelitian.
Contoh:

15
1. Populasi umum adalah seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit X.
2. Populasi targetnya adalah seluruh pasien rawat jalan dengan
kepesertaan BPJS di Rumah Sakit X.
Maka hasil penelitian tidak berlaku bagi pasien rawat jalan dengan
kepesertaan BPJS di Rumah Sakit X.

Populasi penelitian Berdasarkan perbedaan lain, dibagi menjadi :


a. Populasi target, yaitu jenis populasi yang telah ditentukan sesuai
dengan masalah penelitian. Populasi target adalah populasi yang
dengan alasan yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan dengan
populasi terukur (Sukmadinata, 2009).
Populasi target adalah seluruh populasi yang ada dialam ini,
jumlahnya tak terbatas karena tidak dibatasi tempat dan waktu.
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan
diterapkan (digeneralisir).Populasi terukur (accessable
population)/ terjangkau
b. Populasi terjangkau adalah populasi yang secara riil dijadikan
dasar dalam penentuan sampel dan secara langsung menjadi
lingkup sasaran keberlakuan kesimpulan (Sugiyono,
2009).Populasi terjangkau adalah merupakan bagian dari populasi
target, dimana peneliti mampu menjangkaunya, karena dibatasi
oleh karakteristik demografi (letak wilayah), waktu untuk
menjangkau seluruh anggota populasi, ketersediaan dana untuk
melaksanakan penelitian pada seluruh anggota populasi,
ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana penelitian
(Dharma, 2011). Populasi terjangkau adalah populasi yang terukur
karena dibatasi oleh tempat dan waktu.

3. Pengertian Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek
penelitian sebagai"wakil" dari para anggota populasi. Seperti contoh judul
penelitian yang pertama, tidak semua mahasiswa diteliti (dijadikan

16
subyek=responden=sumber data), akan tetapi dapat diambil sebagian untuk
mewakilinya. Begitu pula dengan contoh yang kedua, yang berarti tidak
semua konsumen menjadi responden penelitian, akan tetapi sebagian
konsumen untuk dapat mewakilinya. Penelitian semacam ini disebut dengan
penelitian sampling (Pekelitian, 1990).

4. Kriteria Sampel Representatif


Sampel representative (Representative sample) adalah
sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki
populasi. Ini berarti, item-item yang dijadikan sampel serupa
dengan item-item yang tidak dijadikan sampel. Sebagai contoh,
auditor memilih sampelsebanyak 100 lembar salinan faktur dan
menemukan 3 lampiran dokumen pengiriman barang yang hilang,
sampel tersebut sangat representative. Jika 2 atau 4 item semacam
itu ditemukan dalam sampel, sampel tersebut di anggap cukup
representative. Jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang
hilang, sampel tersebut dianggap nonpresentatif.
Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui
apakah suatu sampel bersifat representative bahkan setelah semua
pengujian selesai dilakukan (satu-satunya cara untuk mengetahui
apakah suatu sampel bersifat representative adalah dengan
melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan).
Akan tetapi auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel
dianggap representative dengan menggunakannya secara cermat
ketika merancang proses sampling, Pemilihan sampel, dan
evaluasi hasil sampel. Hasil sampel dapat menjadi
nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan
sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut
disebut sebagai resiko nonsampling dan resiko sampling,
keduanya dapat dikendalikan.
Resiko nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko
bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada

17
dalam sampel. Dua penyebab resiko nonsampling adalah
kegagalan auditor untuk mengendali pengecualian dan prosedur
audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.
Resiko sampling (sampling risk) adalah resiko bahwa
auditor mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi
tidak representative. Resiko sampling adalah bagian sampling
yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara
keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko
sampling :
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat dari
populasi
Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat
meningkatkan kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan.
Hal ini tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi resiko
sampling. Tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur resiko
yang berkaitan dengan ukuraan tertentu jika metode sampel dan
evaluasi statistic digunakan.

5. Teknik Penentuan Sampel


a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel. Teknik ini meliputi:
1) Simple Random Sampling
Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple).
Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang
ada dalam populasi. Misalnya: populasi siswa SD Negeri XX
Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan
dengan tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah
sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.

18
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa
memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.

2) Sampling sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut
dari populasi, baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan
sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang
dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya: Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang
berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1–125 berdasarkan
absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil
berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dan seterusnya) atau nomor
ganjil (1, 2, 3, dan seterusnya), atau bisa juga mengambil nomor
kelipatan (2, 4, 8, 16, dan seterusnya).

3) Proportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling
namun penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan)
yang ada dalam populasi. Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ
berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan
tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi
sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan
penjualan) yang masing-masing berjumlah:
Marketing : 15
Produksi : 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing
bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi
kelas/jumlah populasi keseluruhan) X jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11
Produksi : 75 / 125 x 95 = 57

19
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57+
27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah
heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal
bidang kerja, sehingga besarnya sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional.

4) Disproportionate Stratified Random Sampling


Disproporsional stratified random sampling adalah teknik
yang hampir mirip dengan proportionate stratified random
sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidak
proporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan
jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional
pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan
S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang, yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat
tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang
lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai
sampel.

5) Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data
atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh

20
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka
wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan
menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing
daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified
random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh: Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar
mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA
seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam
tahapan sebagai berikut :
a) Menentukan sample daerah. Misalnya, ditentukan secara acak 10
Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
b) Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari
Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut
Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat
kelurahan/Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan,
maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan
akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

b. Non Probabilty Sample


Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki
kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang
termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain:
1) Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik sampling yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai
jumlah kuota yang diinginkan. Misalnya akan dilakukan penelitian
tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah
sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-
masing 10 siswa per sekolah.

21
2) Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan
peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel. Misalnya, penelitian tentang
kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A
tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A
dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.

3) Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan
mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau
penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki
kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada
penelitian kualitatif.

4) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA
XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian.
5) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang
semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju. Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah

22
A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana, kemudian terus
berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden
terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh
atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk
penelitian kualitatif.

6. Besar Sampel
Dalam statistik inferensial, besar sampel sangat menentukan representasi
sampel yang diambil dalam menggambarkan populasi penelitian. Oleh
karena itu menjadi satu kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami
kaidah-kaidah yang benar dalam menentukan sampel minimal dalam sebuah
penelitian. Cara menghitung besar sampel suatu penelitian sangat ditentukan
oleh desain penelitian yang digunakan dan data yang diambil. Jenis
penelitian observasional dengan menggunakan disain cross-sectional akan
berbeda dengan case-control study dan khohor, demikian pula jika data yang
dikumpulkan adalah proporsi akan berbeda dengan jika data yang digunakan
adalah data continue. Pada penelitian di bidang kesehatan masyarakat,
kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-sectional atau belah
lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control ataupun
khohor.
a. Besar sampel :
 Syarat penting untuk suatu generalisasi atau inferensi
 Semakin homogeny populasi, semakin kecil sampel, semakin
heterogen populasi, semakin besar sampel
b. Tujuan penentuan besar sampel :
 Mewakili populasi ( representativeness )
 Keperluan analisis
c. Perlu diperlukan :
 Tujuan penelitian/analisis
 Jenis dan rancangan peneliti
 Jumlah populasi
 Karakteristik populasi/cara pengambilan sampel ( teknik sampling )

23
 Jenis ( skala pengukuran )
d. Besar sampel ditentukan oleh :
1) Tujuan penelitian :
 Estimasi ( proporsi atau estimasi rata-rata )
 Uji hipotesis ( sig, level: α dan power: 1-β )
2) Desain penelitian :
 Observasi : ~ cross sectional
 case control
 cohort
 Experiment ( clinical trial )
e. Presisi: devisiasi nilai estimasi dengan nilai populasi sebelumnya
atau perbedaan antara dua nilai pupulasi
f. Derajat kepercayaan tingkat singnifikan ( α ) 1% atau 5%
g. Metode sampling : SRS atau bukan SRS
h. Kekuatan uji, ( 1- β )

24
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian (Creswell, 2016)
Desain penelitian yang digolongkan berdasar tiga macam perspektif, yaitu
berdasarkan : Jumlah kontak dengan populasi studi, Periode waktu rujukan
studi Cara penyelidikan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2014. Metode Penelitian: Pustaka Belajar. Yogyakarta


Siyoto. 2015. Dasar Metodologi Penelitian: Literasi Media Publising. Yogyakarta
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian : Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta :
Graha Ilmu

26

Anda mungkin juga menyukai