Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS DAN RELIGIUSITAS


Tugas ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 2
Dosen Pembimbing Widyoningsih. M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

1. Via Wahyuningtyas (108118049)


2. Meisi Awandani (108118050)
3. Ikhsan Kurbiawan (108118051)
4. Riza Amalia R (108118052)
5. Endah Purnama Sari (108118053)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Sistem Kardiovaskuler yang berjudul
“implementasi spiritualitas dan religiusitas komunitas” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tidak lupa juga
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Widyoningsih. M.Kep.,Sp.Kep.Kom,
yang telah membimbing kami hingga pembuatan makalah ini dapat diselesaikan.
Kami mohon maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi mahasiswa/i STIKES AL-Irsyad AL-
Islamiyah Cilacap, bagi penulis sendiri maupun kepada mahasiswa/i kesehatan lainnya di
Indonesia.

Cilacap, 22 Maret 2021


\

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Spiritual berasal dari kata “spirit” berasaldari kata benda bahasa Latin “spiritus”
yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernafas.12Melihat kata
asalnya, untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas berarti memiliki spirt.
Menjadi kerohanian berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Jadi
implementasi nilai-nilai sprirtual merupakan kegiatan yang menunjukan semangat untuk
melakukan ikatan yang lebih pada kerohanian atau kejiwaan.
Pengertian religiusitas adalah satu sistem yang kompleks dari kepercayaan keyakinan
dan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu
keberadaan atau kepada sesuatu yang bersifat ketuhanan. Religiusitas adalah suatu kesatuan
unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang
beragama (being religious), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama (having
religion). Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama, pengamalan ritual
agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana implementasi spiritualitas dalam komunitas ?
2. Bagaimana implementasi religiusitas dalam komunitas ?
C. Tujuan
Untuk mengetahu implementasi religiusitas dan spiritualitas
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Implementasi Religiusitas
1. Kondisi Intensitas Pengajian Dan Peningkatan Religiusitas Pada Lansia Aisyiyah
Daerah Banyumas
Intensitas merupakan kebulatan tenaga yang dikerahkan oleh seseorang dalam
suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan, sehingga intensitas merupakan usaha yang
dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat dan bersungguh-sungguh dalam
meraih tujuan yang sudah ditetapkan.
Religiusitas merupakan sikap kepemilikan seseorang terhadap agamanya yang
menjadi karakter pribadinya yang selanjutnya akan teraplikasikan dalam perilaku
keseharian yang berupa perilaku nyata. Religiusitas menjadi sangat penting bagi
seseorang karena dengan religiusitas maka perilaku seseorang akan selalu terkontrol
dan menjadi orang yang selalu ada dalam perilaku kebaikan sebagai refleksi orang
yang memiliki keagamaan sebagai hasil dari mengikuti pengajian.
Intensitas mengikuti pengajian yang dikerahkan oleh seseorang akan
memberikan dampak positif terhadap religiusitasnya. Berdasarkan temuan di
lapangan dapat dikatakan kondisi intensitas mengikuti pengajian ibu-ibu Aisyiyah
Daerah Banyumas dalam kategori intens dengan pengertian keseringan mengikuti
pengajian, kesungguhan, minat, kesenangan, motivasi, perhatian, mencatat dan
bertanya ketika ada kesulitan saat mengikuti pengajian yang menjadi indikator
kondisi intensitas sangat tinggi yakni 26 responden banyak yang menjawab
alternative yang berarti nilai tertinggi.
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa intensitas pengajian yang
diikuti oleh para lansia yang diadakan setiap Ahad pagi yang dilaksanakan di Balai
Aisyiyah dengan intensitas yang beragam, seperti jumlah kehadiran setiap minggu
hingga dapat mengkuti dua kali dalam sebulan. Selain itu, motif mengikuti pengajian
para lansia lebih didasari oleh motivasi menuntut ilmu dan wawasan agama Islam,
menambah, menjalin silaturrahim dan pengurus Aisyiyah, sehingga dapat
meningkatkan keimanan, turut membina tentang hukum/ aqidah agama yang
semestinya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis dan hidup yang bermanfaat bagi orang
lain serta mendapatkan ridho Allah.
Peningkatan religiusitas lansia Aisyiyah Daerah Banyumas setelah mengikuti
pengajian mengalami peningkatan yang meliputi 5 (lima) indikator yakni :
a. Indikator peningkatan keimanan (Religious of beliefs (ideological)
b. Rajin beribadah,(Religious of practice ritualistic)
c. Bertambah pengalaman keagamaan(Religious of feeling experiential)
d. Minat mempelajari agama (Religious of knowledge intellectual)
e. Konsekuen menjalankan agama (Religious of effect consequential).
Peningkatan Religiusitas ibu-ibu lansia Aisyiyah Banyumas setelah
mengikuti pengajian ada keberagaman peningkatan seperti :
a. Peningkatan keimanan
b. Semakin yakin akan adanya hari kiamat, malaikat dan lain-lain
c. Peningkatan ibadah baik yang berhubungan dengan hablum mina allah
d. Semakin khusu‟nya ibu-ibu dalam menjalankan ibadah shalat
e. Meningkatnya ibadah shalat sunnah dan lain-lain maupun ibadah yang
berhubungan dengan hablum minan nas
f. Senang bersilaturrahim, menjauhi ghibah, bersedekah dan lain-lain.
g. Peningkatan dalam akhlaq

Sementara itu,kondisi intensitas ibu-ibu pengajian lansia Aisyiyah Daerah


Banyumas menunjukkan kondisi yang intens, sehingga hal tersebut berdampak pada
peningkatan keberagamaannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas
mengikuti pengajian berdampak pada peningkatan religiusitas lansia Aisyiyah
Daerah Banyumas, dengan kata lain semakin intens seseorang mengikuti pengajian
maka semakin meningkat religiusitasnya (kepemilikanseseorang terhadap agamanya
yang menjadi karakter pribadinya yang selanjutnya teraplikasikan dalam perilaku
keseharian).
2. Peran Religiusitas Pada Penderita HIV dan AIDS Yang Mengalami Depresi
Religiusitas adalah segala sesuatu mengenai kehidupan, bagian terdalam dari
individu, memberikan harapan, meningkatkan keterkaitan dan hubungan dan
meningkatkan kualitas hidup yang lebih. Religiusitas pada penderita HIV dan AIDS
adalah poin utama pada penderita HIV dan AIDS yang merupakan jalan untuk
menemukan arti dan bertahan hidup, dan menemukan tujuan untuk menghadapi
tantangan dari penyakit HIV atau penyakit kronis yang ditandai oleh banyak
kesalahpahaman, konflik dan perasaan bersalah.
a. Faktor-faktor yang mendukung peran religiusitas pada penderita HIV dan AIDS
a) Faktor Internal
Thoules menjelaskan bahwa faktor internal yang dapat mendukung sikap
religiusitas seseorang yaitu faktor pengalaman dan kebutuhan. Faktor
pengalaman berkaitan dengan pengalaman-pengalaman mengenaikeindahan,
konflik moral, dan pengalaman emosional keagamaan. Sedangkan faktor
kebutuhan berkaitan dengan kebutuhan rasa aman dan keselamatan,
kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhanyang
timbul karena adanya kematian.
b) Factor eksternal
1) Lingkungan Keluarga
Glock & Stark (Nashori, F, Mucharam, R. D. 2002) menyatakan bahwa
fase sosialisasi awal bagi pembentukan konsep religiusitas seseorang
adalah keluarga. Selain itu Sigmund Freud menyebutkan melalui konsep
gambar ayah menjelaskan bagaimana citra seorang ayah akan
mempengaruhi perkembangan religiusitas anaknya. Sehingga dapat
dikataka bahwa keluarga sangat memegang peranan penting dalam
menentukan bagaimana religiusitas seseorang.
2) Lingkungan Masyarakat
lingkunganmasyarakat sangat mendukung religiusistas seseorang, karena
menurut subjek lingkungan sangat berpegaruh besarterhadap
perkembangan perilaku, apabila kita tidak bisa mengendalikan diri maka
kita bisa terjerumus dalam pergaulan-pergaulan yang negatif.
Hasil penelitian ini menemukan makna baru yang dirasakan oleh subjek
setelah didiagnosis positif HIV dan AIDS yaitu merasa lebih dekat kepada Tuhan.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Taylor Lilis & Lemone bahwa agama
bisa merupakan dari religiusitas dan memiliki dua komponen yaitu orientasi
terhadap keagamaan dan orientasi terhadap eksistensi.

B. Implementasi Spiritualitas
1. Bimbingan Mental Spiritual Dalam Mendorong Mekanisme Problem Focused Coping
Korban KDRT di Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Provinsi DKI Jakarta.

Bimbingan mental dan spiritual menjadi salah satu pelayanan dalam aspek
agama dan spiritual islam yang diberikan kepada warga binaan sosial Panti Sosial
Perlindungan Bhakti Kasih yang merupakan perempuan korban kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini yang diharapkan dapat membantu mendorong mekanisme
coping warga binaan sosial yang mengalami tekanan dalam masalah hidupnya dengan
menggunakan pendekatan agama.
Metode bimbingan mental dan spiritual Bhakti Kasih dilakukan secara
berkelompok atau group guidance dengan menggunakan teknik doa/dzikrullah, teknik
ceramah, teknik bil-mauidzah, teknik lisan, dan teknik persuasif, serta menggunakan
metode direktif apabila warga binaan sosial berkonsultasi secara pribadi diluar forum
kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian, layanan bimbingan mental dan spiritual di
Bhakti Kasih juga membuat WBS (warga binaan social) semakin sabar, tegar, dan
optimis berusaha memperbaiki diri dalam menghadapi masalah setelah keluar dari
panti.
WBS mendapat dorongan dan semangat dari pembimbing mental spiritual di
panti dan melakukan bentuk problem focused coping berupa planful problem solving.
Planful problem solving yaitu bentuk strategi problem focused coping yang
memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi stressor,termasuk didalamnya adalah
memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil,
dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.
Melalui bimbingan mental spiritual, WBS melakukan planful problem solving
dengan berusaha berserah diri memohon petunjuk kepada Allah SWT. dan tetap sabar
dengan memikirkan bagaimana cara yang baik untuk menyelesaikan masalah rumah
tangganya dan bagaimana strategi untuk melanjutkan kehidupan di masa depan
setelah keluar dari panti.
2. Pengaruh Spiritual Caring dengan Murottal Terhadap Stres, Cemas, Dan Depresi Pada
Pasien Kanker Serviks Stadium Iiib Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr.
Soetomo Surabaya
Spiritual caring adalah proses keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan spiritual pasien meliputi kualitas hidup yang lebih baik, mengurangi
depresi, dan keputusasaan. Menurut ajaran Islam, spiritualitas merupakan salah satu
dimensi kesehatan seseorang (Marzband et al.2016).
Dalam Islam meyakini bahwa salah satu tujuan Allah SWT menurunkan Al-
Qur’an adalah sebagai obat dari segala macam penyakit, khususnya penyakit hati
(psikologis). Hal ini ditunjukkan dari beberapa surat atau ayat yang telah banyak
diteliti dan digunakan sebagai instrumen pengobatan dalam berbagai macam penyakit.
Perawatan spiritual menurut pandangan dan ajaran agama Islam adalah salah satu hak
pasien Muslim yang harus terpenuhi (Marzbandet al.2016).
Al-Qur’an adalah obat dari segala macam penyakit hati, sebagaimana yang
telah difirmakan Allah SWT “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang mukmin”. Barang siapa yang membaca Al-Quran akan memperoleh suatu
kebaikan (Rosyda et al.2015). Bacaan Al-Quran atau yang dikenal dengan murottal
adalah bacaan Al-Quran yang memfokuskan pada dua hal, yaitu kebenaran bacaan
(tajwid) dan ritme bacaan Al-Quran. Menurut Wijaya dalam Indrajati & Sulistiani
(2013) murottal merupakan musik dengan intensitas 50 desibel.
a. Spiritual caring dengan murottal menurunkan stres pada pasien kanker serviks
stadium IIIB yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Spiritual
caringdengan murottal dapat menurun kankarakteristik stress yaitu tegang, sulit
untuk relaks, mudah tersinggung dan sedih,mudah terusik, gugup, dan intoleran
terhadap gangguan atau penundaan.
b. Spiritual caring dengan murottal menurunkan kecemasan pada pasien kanker
serviks stadium IIIB yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Spiritual caring dengan murottal dapat menurun kankarakteristik kecemasan yaitu
gelisah, panik, malu, gemetaran, berhati-hati terhadap kekeringan pada mulut,
memiliki kesulitan bernapas, berdebar-debar, telapak tangan yang berkeringat,
khawatir terhadap penampilan dan kemungkinan lepas kendali.
c. Spiritual caring dengan murottal menurunkan depresi pada pasien kanker serviks
stadium IIIB yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Spiritual
caring dengan murottal dapat menurunkan karakteristik depresi yaitu meremehkan
diri sendiri, hilangnya gairah hidup, suram, murung, percaya bahwa hidup tidak
memiliki arti atau nilai, pesimis mengenai masa depan, tidak bisa merasakan
kesenangan atau kepuasan, dan tidak bisamenjadi tertarik atau terlibat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritual berasal dari kata “spirit” berasaldari kata benda bahasa Latin “spiritus”
yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernafas.12Melihat kata
asalnya, untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas berarti memiliki spirt.
Menjadi kerohanian berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Jadi
implementasi nilai-nilai sprirtual merupakan kegiatan yang menunjukan semangat untuk
melakukan ikatan yang lebih pada kerohanian atau kejiwaan.
Pengertian religiusitas adalah satu sistem yang kompleks dari kepercayaan
keyakinan dan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan
satu keberadaan atau kepada sesuatu yang bersifat ketuhanan. Religiusitas adalah suatu
kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai
orang beragama (being religious), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama
(having religion). Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama,
pengamalan ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap
sosial keagamaan.
Daftar pustaka

Aalbers, S., Re, F., Spreen, M., Jcf, K., Ac, V., Maratos, A., Crawford, M., Xj, C. (2017) ‘Music
therapy for depression ( Review )’, Cochrane Database of Systematic Reviews, (11).

Alligood, M.R. (2014) Pakar Teori Keperawatan, 8th ed, Elsevier Singapure Ltd: Winsland
House.

American Cancer Society (2016) Tests for Cervical Cancer | Diagnosed With Cervical Cancer
[online], American Cancer Society.

http://repository.unair.ac.id/77606/2/TKP%2053_18%20Sut%20p.pdf

file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/Peran_Reliugisitas_pada_Penderita_HIV_dan_AID
S_yan.pdf

Anda mungkin juga menyukai