Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENANGGULANGAN BENCANA TSUNAMI

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pembimbing : Agus Prasetyo, M.Kep., Ns

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Sindi Yulia Iryani (108118032)
Melani Dewi Purwanti (108118033)
Krisdianto (108118034)
Ade Lia (108118035)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 4B


UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Tentang “Penanggulangan Bencana Tsunami”
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Penanggulangan Bencana Tsunami.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah Tentang
Penanggulangan Bencana Tsunami dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Cilacap, 23 September 2021

Penyusun
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................iv
C. TUJUAN............................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................1
A. DEFINISI TSUNAMI.........................................................................................1
B. PENYEBAB TSUNAMI....................................................................................2
C. TANDA-TANDA TSUNAMI............................................................................3
D. WILAYAH RENTAN TSUNAMI.....................................................................3
E. PENANGGULANGAN AKIBAT BENCANA ALAM TSUNAMI.................4
F. KEJADIAN TSUNAMI YANG SUDAH TERJADI.........................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................18
A. KESIMPULAN.................................................................................................18
B. SARAN.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena
bumi telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan
gas bumi, air, mineral logam dan non logam, sumber daya nirhayati,
semuanya tersedia dan tersimpan oleh bumi. Adanya sumber daya kebumian
tersebut membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
Namun demikian, bumi juga menyimpan potensi bencana yang harus
diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan
kebutuhan yang disediakan oleh bumi. Manusia sering lupa atau melupakan
bahwa bumi juga menyimpan potensi bencana. Kejadian tersebut pada
dasarnya merupakan hal yang “wajar”, karena merupakan suatu proses
keseimbangan alam. Kejadian tersebut dikategorikan bencana apabila
merusak ataupun mengganggu kehidupan manusia baik yang menimbulkan
korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur atau hasil budaya manusia
(rumah, bangunan, jalan, jembatan, bendungan, dan lain-lain).
Secara geografis, posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak
diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera
yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Secara geologis Kepulauan
Indonesia berada pada jalur penumjaman lempeng bumi, seperti penunjaman
Lempeng Samudra Indo-Australia dengan Lempeng Benua Eurasia yang
memanjang dari pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Jawa terus ke
timur sampai Nusa Tenggara. Adanya proses penunjaman ini Kepulauan
Indonesia terdapat deretan gunung api terutama dari Sumatera, Jawa hingga
Nusa Tenggara. Keterdapatan deretan gunung api tersebut memberikan
keuntungan bahwa tanah disekitarnya akan menjadi subur dan produktif.
Namun juga adanya gunung api yang masih aktif tersebut bahaya letusan
gunung api juga harus diwaspadai.
Selain itu bahaya banjir lahar dingin terutama pada musim hujan juga
tidak boleh dilupakan. Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan
Indonesia merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang mana bersifat

iii
regional dan umumnya kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Jalur
gempa tersebut secara geologis berdampingan dengan jalur gempa bumi.
Sebagian jalur gempa bumi tersebut berada di laut sehingga sangat berpotensi
menimbulkan bencana tsunami.
Ukuran gelombang tsunami agak rendah di laut yang dalam, gelombang
tampak seperti ombak biasa, tingginya hanya sekitar satu meter dan lewat
tanpa disadari oleh nelayan. Namun ketika mencapai laut dangkal gelombang
tsunami tumbuh hingga tiga puluh meter. Gelombang tsunami dapat bergerak
hingga 900 Km/jam, di laut yang dalam tapi ketika mencapai laut dangkal
dekat daratan, gelombang tersebut melambat. Pada kedalaman 15 meter
kecepatannya bisa menjadi sekitar 45 Km/jam, kecepatan ini masih terlalu
sukar bagi orang-orang di pantai untuk dapat lari menyelamatkan diri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari bencana tsunami ?
2. Apa penyebab dari tsunami ?
3. Apa tanda akan terjadinya tsunami ?
4. Dimana daerah yang rentan terjadinya tsunami ?
5. Bagaimana penanggulangan terjadinya bencana tsunami ?
6. Sebutkan kejadian bencana tsunami yang pernah terjadi ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari bencana tsunami.
2. Mengetahui penyebab dari tsunami.
3. Mengetahui tanda akan terjadinya tsunami .
4. Mengetahui daerah yang rentan terjadinya tsunami.
5. Mengetahui penanggulangan terjadinya bencana tsunami.
6. Mengetahui kejadian bencana tsunami yang pernah terjadi.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI TSUNAMI

Tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan, Nami artinya
gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan” yang artinya
adalah perpindahan badan air atau gelombang laut yang terjadi karena adanya
gangguan implusif. Gangguan implusif tersebut terjadi akibat adanya
perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Dari beberapa definisi tsunami yang di
ungkapkan oleh ahli, dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan sebuah
gelombang besar dilaut yang mempunyai panjang gelombang yang besar,
periode,frekuensi, cepat rambat gelombang dan energi yang disebabkan oleh
kejadian-kejadian seismik ataupun non-seismik dengan membawa energi
dalam perambatannya menuju ke pantai. Tsunami kadang kala disebut
“Gelombang seimik”, walaupun tsunami disebabkan oleh mekanisme selain
gempa bumi. Ada juga yang menyebut tsunami dengan “Gelombang tidal”,
karena terjadi di permukaan laut saat terjadinya pasang di bumi.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya. Dilaut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km/jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Ketika mendekati

1
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km/jam,
namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari
bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang tsunami.
Indonesia memiliki potensi rawan tsunami yang besar dikarenakan
Indonesia berada di antara 3 lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Kemungkinan pergeseran dan
pergesekan antar lempeng bawah laut ini menjadi salah satu pemicu gempa
bawah laut yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami, selain itu ada
kemungkinan terjadinya tsunami karena letusan gunung bawah laut yang
cukup aktif di Indonesia.

B. PENYEBAB TSUNAMI
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab
terjadinya tsunami ini adalah:
1. Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi
menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyeba
bterjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:
a. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
b. Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
c. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
d. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
2. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik
(gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi pada
tahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada diSelat
Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal
10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa
Timur danMaluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di
wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman
ini.

2
3. Longsor bawah laut.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Tsunami karena longsoran bawah laut ini
dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
4. Hantaman Meteor di Laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab
terjadinya tsunami.

C. TANDA-TANDA TSUNAMI
Tsunami tidak seperti gelombang lainnya yang disebabkan oleh angin
yang mungkin telah banyak kita amati di danau setempat atau pesisir pantai.
Tinggi gelombang tsunami pada sumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada
saat menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter.
Gejala yang terjadi sebelum tsunami adalah biasanya diawali dengan
terjadinya gempa bumi dan perubahan pasang surut permukaan laut secara
cepat dan tiba-tiba.
Tanda-tanda alam yang dapat dilihat di sekitar pantai saat akan
datangnya tsunami adalah sebagai berikut:
a. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
b. Bau asin yang sangat menyengat.
c. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat
keras.
d. Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi kr arah daratan.
Jika melihat tanda-tanda seperti itu, segeralah selamat diri ke daerah yang
lebih tinggi. Tapi kalau tidak sempat lari sementara tsunami sudah di depan
mata, jangan berlindung di balik bangunan yang terbuat dari tembok atau
beton, karena bisa hancur dan akan mebahayakan orang yang berlindung.
Sebisa mungkin berlindung di balik daerah rimbunan (pohon, tanaman,
semak-semak, rawa) karena kekuatan gelombang jadi terpecah dan tidak
memusat jika membentur semak.

D. WILAYAH RENTAN TSUNAMI


Bencana tsunami terjadi di wilayah pesisir atau dekat pantai. Dampak
dari tsunami sangat besar terasa pada wilayah yang ketinggiannya kurang dari

3
25 m dpl (di atas permukaan laut) dan jangkauan luas sekitar 1,8 km dari
jarak pantai terdekat.
Untuk mengurangi dampak tsunami, dapat di lakukan persiapan berikut:
1. Hindari tempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100 meter daritepi
pantai,
2. Menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti palem, waru,
camplung, beringin atau jenis lainya, serta
3. Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama
kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara
lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi
dan Maluku, serta Timur Kalimantan.

E. PENANGGULANGAN AKIBAT BENCANA ALAM TSUNAMI


Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana). Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan
dalam mitigasi dari tsunami sebagai berikut :
1. Sebelum terjadi tsunami
Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam
rangka pengurangan risiko bencana tsunami yaitu:
a) Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari
10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini
merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana
Tsunami, badai dan angin ribut.
b) Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang
seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c) Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.
d) Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas.
e) Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan
siapsiaga menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri
dengan cara:

4
a) Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di
kawasan ini.
b) Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana
c) Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan gugus tugas di wilayah ini.
d) Mempersiapkan peralatan tepat guna untuk pelatihan bagi generasi
muda atau siswa dalam mereduksi terjadinya bencana.
e) Mereduksi risiko melalui organisasi formil maupun non formil
(pemerintah dan swasta).
2. Saat terjadi bencana tsunami
a) Tindakan Untuk Mengurangi Kemungkinan Resiko
- Mewujudkan keberdayaan individu, keluarga, komunitas,masyarakat,
dan negara, serta mengatasi ketidakberlanjutan pembangunan.
- Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya mendorong
untuk ketercukupan kebutuhan dasar.
- Membangun berbagai perangkat pengurangan risiko bencana (PRB)
dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi risiko bencana melalui
mencegah dan memitigasi bahaya, serta meredam kerentanan dari
ancaman.
- Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani
ancaman. Sehingga tidak diperlukan bantuan eksternal karena
kemampuan yang ada dapat menanganinya.
- Mengidentifikasi, mengevaluasi, & memonitor risiko-risiko bencana
dan meningkatkan pemanfaatan peringatan dini.
- Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk
membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua
tingkatan.
b) Penyelamatan Diri
Dalam Ruangan:
- Jangan panik
- Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi
- Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
- Selamatkan diri anda, bukan barang anda
- Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang
aman.

5
c) Diluar ruangan:
- Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi
bergetar, segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai.
- Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon.
- Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada
di sekitarnya.
- Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan
sebagai rakit.
- Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi
yang sudah disepakati bersama.
- Jika anda berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami
berlangsung, jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari
benturan benda-benda yang dibawa oleh gelombang.
d) Dalam gedung bertingkat:
- Tidak perlu menunggu peringatan tsunami.
- Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah menuju lantai yang
tertinggi.
- Jika anda berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung
tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, jangan membelakangi
arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa
oleh gelombang.
- Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali
ke laut.
- Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda.
3. Pasca terjadi tsunami
a) Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan
kerusakan kepada PLN.
b) Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman
c) Jauhi reruntuhan bangunan.
d) Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama
warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur
jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali,
sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat

6
menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali
kehidupan.
e) Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta
lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya
masyarakat seperti Dinas Sosial, BMKG, SAR, UGD, PKM, Polda,
Hansip/Linmas, LSM, PMI, Media Massa, BPBD, KMPB, dll.
f) Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda
untuk memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga
apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
g) Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu
menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk akal.
Biasanya banyak orang yang akan mencari pemenuhan kebutuhan
untuk keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan membantu
semua orang terbebas dari situasi sulit dengan mudah.

F. KEJADIAN TSUNAMI YANG SUDAH TERJADI


a. Tsunami Aceh Tahun 2004

Pada tahun 2004, tepatnya 26 Desember terjadi gempa berkekuatan 9,1


SR yang mengguncang wilayah barat Sumatera di kedalaman 30 kilometer
yang menyebabkan tsunami besar. Akibat dari gempa tersebut, menimbulkan
gelombang tsunami setinggi 50 meter yang mencapai daratan Meulaboh,
Aceh.Tsunami ini salah satu tsunami terbesar yang pernah terjadi di dunia
hingga hampir seribu alat ukur pasang laut melaporkan adanya gelombang
tinggi. Kejadian ini mencatat sekitar 230 ribu korban jiwa. Tsunami Aceh
paling banyak memakan korban dibandingkan dengan tsunami lain yang
pernah terjadi di dunia.

7
Setelah terjadi gempa dan tsunami tahun 2004 pemerintah mengambil
beberapa tindakan penanggulangan sebagai berikut :

1. Menetapkan Bencana Tsunami Aceh sebagai Bencana Nasional

Tanggal 27 Desember 2004 presiden RI mengeluarkan keputusan


bahwa bencana alam gempa dan tsunami Aceh sebagai bencana nasional.
Presiden juga mengeluarkan arahan agar Gubernur Aceh untuk
melakukan tindakan yang komprehensif dalam penanganan tanggap
darurat tersebut. Presiden juga menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 2005 tentang kegiatan tanggap darurat dan perencanaan serta
persiapan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami di Aceh.

2. Tahap Tangga Darurat (Januari 2005 – Maret 2005)

Tahapan ini dilakukan untuk menyelamatkan korban yang masih


hidup, termasuk memberikan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar pada
korban. Tahapan ini hanya dilakukan selama 3 bulan, selama proses
berlangsung respon dari masyarakat, unsur-unsur dari pemerintah dan
LSM sangat ba yang mendasar pada korban. Tahapan ini hanya dilakukan
selama 3 bulan, selama proses berlangsung respon dari masyarakat,
unsur-unsur dari pemerintah dan LSM sangat baik. Tahapan ini juga di
dukung oleh pendanaan yang sangat baik, setidaknya untuk upaya tangga
darurat dana yang di janjikan oleh beberapa pendonor mencapai 80 juta
dollar.

3. Tahap Rehabilitasi (April 2005 – Desember 2006)

Tahap ini merupakan tindakan lanjutan dari tahap tanggap darurat.


Tujuan tahapan rehabilitasi adalah memulihkan dan mengendalikan
fungsi-fungsi bangunan dan infrastruktur dasar yang dianggap menjadi
keperluan mendesak, seperti rehabilitasi sarana kesehatan, sekolah,
tempat ibadah, serta sarana dan prasarana perekonomian. Proses
rehabilitasi ini mempunyai target sampai fasilitas pelayanan public dapat
berfungsi pada tingkat yang memadai dalam pelayanannya. Pada tahapan

8
ini juga difokuskan pada penyelesaian permasalahan terkait pada aspek
hokum seperti penyelesaian ha katas tanah dan juga pemulihan non
structural berupa pemulihan trauma pada korban-korban tsunami.

4. Tahap Rekonstruksi (Juli 2005 – Desember 2009)

Tahap ini merupakan tahapan lanjutan setelah selesai tahap


rehabilitasi. Tahap rekonstruksi bertujuan melakukan pembangunan
kembali fasilitas-fasilitas umum dan hunian masyarakat sehingga
terbentuknya kembali kawasan kota dan desa. Pada tahapan ini semua
kegiatan melibatkan pemerintah, para pakar, LSM dan masyarakat yang
terkena bencana. Pembangunan sarana dan prasana ini harus sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah di susun oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pembangunan bangunan penting baru juga
dilaksanakan pada tahapan ini, seperti pembangunan tower sirine tsunami
yang berfungsi memberi peringatan dini jika terjadi kembali bencana
tsunami. Diharapkan keberadaan tower tersebut mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan masyarakat ketika bencana terjadi.

b. Tsunami Pengandaran 2006

9
Pada 17 Juli 2006 lalu, deretan gempa terjadi di pantai selatan Pulau Jawa
yang disusul gelombang tsunami. Berdasarkan data Pusat Gempa Nasional
Badan Meteorologi dan Geofisika (PGN BMG) gempa bumi yang terjadi di
kawasan pantai Pangandaran tersebut terjadi pada pukul 15.19 WIB dengan
Magnitudo 6,8.
Pusat gempa berada di sebelah selatan Pantai Pameungpeuk dengan jarak
sekitar 150 km, dengan kedalaman 30 km. Lokasi tersebut merupakan zona
pertemuan dua lempeng benua Indo-Australia dan Eurasia pada kedalaman
kurang dari 30 km. Bencana tersebut menewaskan 668 orang dan 65 hilang.
Upaya tangap darurat :
1. Berkoordinasi dengan BAKORNAS PB, KODAM, POLDA dan elemen
masyarakat
2. Mendirikan posko BPB di Pangandaran dan di 6 kecamatan lainnya
3. Melakukan penyelematan dan evakuasi korban
4. Pemakaman jenazah
5. Membuat dapur umum untuk melayani pengungsi dan pendukung lainnya
6. Memberikan pelayanan kesehatan dengan pengerahan tenaga medis dan
paramedic dari kabupaten, propinsi dan relawan
7. Mengkoordinir bantuan untuk masyarakat serta mendistribusikan bahan
makanan, obat-obatan, air bersih, dll
8. Membersihkan akses jalan dan kawasan pantai dari tumpukan material
dan reruntuhan untuk memudahkan mobilisasi
9. Membuka akses jalan untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau

10
10. Menentukan lokasi pengungsian yang aman, cukup luas dan mudah
didatangi
11. Memberikan informasi korban, memberikan sosialiasi tentang gempa
bumi dan tsunami agar masyarakat tentang tidak terpancing isu-isu yang
menyesatkan

Tahapan dan kegiatan penanganan bencana :


1. Program jangka pendek (1-3 bulan)
a. Pemberian jaminan hidup
b. Pendataan ulang korban jiwa dan harta benda
c. Memperhitungkan kerugian
d. Persiapan lahan untuk relokasi pengungsi
e. Mengajukan usulan ke tingkat pusat untu memperoleh bantuan :
- Santunan bagi korban meninggal dan luka
- Santunan perbaikan/pembangunan perumahan
- Rehabilitasi prasarana pendukung kegiatan perekonomian
masyarakat
f. Koordinasi dengan pihak perbankan
2. Program jangka menengah/sedang (4-12 bulan)
a. Pembangunan gedung sekolah
b. Pembangunan rumah penduduk dengan pola gotong royong (Bhakti
TNI/Polri)
c. Bantuan alat tangkap nelayan
d. Penyediaan alat-alat pertanian
e. Perbaikan fasum fasos (Puskesmas, TPI, dll)
3. Program jangka panjang (1-3 tahun)
Pembangunan kembali kawasan Pangandaran agar segera pulih dan
tumbuh lebih baik dan kondisi sebelum bencana.

11
c. Tsunami Palu 2018

Pada 28 September 2018, pukul 18.02 WITA, gempa bermagnitudo 7,4 yang
disusul gelombang tsunami 5 meter menerjang Palu dan Donggala, Sulawesi
Tengah. Pusat gempa dilaporkan berada 26 km utara Donggala dan 80 km
barat laut Kota Palu.
Berdasarkan data BNPB bahwa korban meninggal mencapai 2.045 orang,
didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi
kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775
orang, dan 8.731 orang pengungsi berada di luar Sulawesi.
Tercatat, ada 66.390 rumah rusak. Bencana alam ini merupakan salah satu
yang terparah. Sebab, gempa bumi tersebut menyebabkan tsunami lima meter
dan likuefaksi (pencairan tanah) yang membuat tanah berjalan
menghancurkan rumah serta menelan ribuan korban.
Prioritas Penanganan Darurat pada 11 Oktober 2018 :
1. Evakuasi, Pencarian dan Penyelamatan Korban
a. Tim SAR gabungan yang dikoordinir oleh BASARNAS menemukan
9 MD pada H+12 (10/10/2018), sampai pukul 18.00 WITA, yaitu :
1) Petobo, Palu (4 MD)
2) Hotel Grand Mercure (2 MD)
3) TPA Kawatuna (1 MD)
4) Watusampu (2 MD)
b. Jumlah korban yang berhasil ditemukan Tim SAR gabungan sejak
tanggal 29/9/2018 – 10/10/2018 sebanyak 2.159 orang (86 selamat
dan 2.073 MD), dengan rincian :
1) Yang dikoordinir Basarnas sebanyak 904 orang (818 MD dan 86
selamat)

12
2) Yang ditemukan oleh relawan, masyarakat, dan petugas lainnya
sebanyak 1.255 MD
c. Rencana pencarian korban pada H+13 (11/10/2018) difokuskan pada
7 titik yaitu :
1) Restoran Dunia Baru (1 tim)
2) Balaroa (5 tim)
3) Petobo (3 tim)
4) RS. Anutapura (2 tim)
5) Hotel Mercure (1 tim)
6) Tanjung Toruruka (1 tim)
7) Anjungan Pantai Talise (1 tim)
d. Personil yang terlibat pada operasi SAR pada H+13 (11/10/2018) :
10.875 personil, yaitu :
1) TNI : 7.107 orang (Mabes TNI 60 orang, TNI AD 3.902 orang,
TNI AL 2.147 orang dan TNI AU 998 orang)
2) Polri 2.208 orang
3) Sipil 1.560 orang
e. Operasional alat berat 67 unit digunakan untuk evakuasi dan
membuka akses jalan, yaitu :
1) Wilayah Palu = 46 unit
- Wilayah Petobo : 14 Excavator, 1 Bulldozer (Evakuasi)
- Wilayah Balaroa : 7 Excavator, 1 Bulldozer (Evakuasi)
- TPU : 1 Excavator (Penggalian Makam)
- Hotel Mercure : 2 Excavator (Evakuasi)
- Talise : 1 Excavator (Evakuasi)
- Hotel Roa Roa : 4 Excavator, 1 Wheel Loader (Evakuasi)
- RM Dunia Baru : 2 Excavator (Evakuasi)
- Mamboro : 1 Excavator (Evakausi)
- RSU Anutapura : 2 Excavator, 1 Breaker (Evakuasi)
- Jl. Cumi-cumi : 1 Excavator (Evakuasi)
- Jl. Diponegoro : 5 Excavator, 1 Backhoe Loader (Pembersihan
Puing)
- Bamba : 1 Excavator (Evakuasi)
2) Donggala = 11 unit

13
3) Wilayah Sigi = 10 unit
- Biromaru : 5 Excavator (Evakuasi)
- Jl. Kulawi : 5 Excavator (buka akses jalan)
f. Operasional alat transportasi 80 unit :
1) Udara : 10 Hercules, 4 CN295, 1 Cessna
2) Laut : 9 KRI, 2 KAL
3) Darat : 10 truk NPS, 6 truk tangki, 4 dump truck, 2 ambulance, 4
Strada, 10 OZ, 20 truk pengangkut personil
2. Penanganan Medis
a. Patrol kesehatan, pengobatan massal, dan evakuasi medis udara
(EMU) dilaksanakan di Desa Tondo (Kec. Sirenja, Donggala) dan di
Desa Puroo (Kec. Kulawi, Sigi), menggunakan Heli Bell-412 BNPB
dan Heli Mi17 Penerbad. Hasil terdapat 95 pasien rawat jalan dan
evakuasi 2 pasien.
b. Korban dilayani di 14 rumah sakit yan telah operasional :
- Palu 10 Rumah Sakit : 9 RS, 1 Rumah Sakit Lapangan di Balaroa,
dan RS KRI Soeharso
- Donggala 2 Rumah Sakit (termasuk Kapal RS Terapung
Airlangga)
- Sigi 2 Rumah Sakit
c. 50 unit puskesmas sudah berfungsi yaitu 13 puskesmas di Palu, 19
puskesmas di Donggala, 18 puskesmas di Sigi
d. 11 apotek sudah berfungsi yaitu 8 apotek di Palu dan 3 apotek di Sigi
dan 91 Tim Kesehatan (855 orang yang berasal dari Rumah Sakit,
Pemda, Organisasi Profesi, LSM dan Ormas
e. 1.793 orang personil kesehatan telah bertugas di lapangan terdiri atas
387 dokter umum, 78 dokter spelialis, 79 bidan, 446 perawat, 16
penata anestesi, 34 farmasi, 84 tenaga medis lainnya dan 669 non
medic/paramedic
f. 2.049 orang relawan di imunisasi difteri dan tetanus
g. Dilakukan tindakan Operasi Orthopedi, Operasi Obgyn, Bedah Saraf,
Operasi bedah umum
h. Bantuan kesehatan yang telah dikirim : 5,20 ton obat-obatan, 2,81 ton
PMT ibu hamil, 3 ton PMT balita, 6725 masker, 583 polybag, 1.500

14
kantong jenazah, 10 sprayer, 150 kg disinfektan cair, 5.000
disinfektan tablet, 23 insektisida lalat, 50 jerigen lipat, 216 sarung
tangan, 18 tenda, 3 tenda kespro, 50 rompi dan tompi, 1 orthopedic
set, 4 doppler, 50 sepatu boat, 50 kit bumil, 240 kit bersalin, 170 kit
bidan, 5 partus set, 5 hecting set
3. Bantuan Logistik dan Pemulihan Ekonomi
a. Dapur umum (di 15 lokasi)
- Kota Palu (10 lokasi) : Kantor Dinas Sosial Prov. Sulteng, Rumah
Jabatan Gubernur Sulteng, Lapangan Wali Kota Palu, Kawatuna
dan Petobo, Kompleks Perumnas Bala Roa, Dinas Kesehatan Kota
Palu, Bandara Mutiara Sis Al-Djufri, Dinas PURP-Bina Marga
- Sigi (2 lokasi) : Lap. Koramil 02 Biromaru, Desa Lori
- Donggala (3 lokasi) : Kantor Dinas Sosial Donggala, Kel. Labuan
Bajo, dan Desa Lori
b. Distribusi logistic per 10/10/2018
- Via Darat ke 47 titik
- Via Udara (heli) ke 1 titik dengan 6 sortie
c. Pengerahan helicopter untuk distribusi bantuan logistic sebanyak 15
unit : 3 helikopter dari BNPB, 6 helikopter dari Polri, 3 helikopter dari
PMI, 1 helikopter dari Basarnas
d. Pasar dan swalayan sudah ramai. Pasar tradisioner : Pasar Masomba,
Pasar Inpres Manonda. 3 swalayan : Transmart Carrefour, Matahari
Dept Store PGM, dan Swalayan Palu Mitra Utama
e. Layanan perbankan
17 bank sudah beroperasi : Kota Palu (12 bank), Donggala (2 bank)
4. Percepatan Pemulihan Infrastruktur
a. Listrik mencapai 90%
1) Progress pembangkit :
- 7 Gardu Induk sudah menyala (100%)
- Total daya mampu pembangkit interkoneksi yang telah
beroperasi adalah 101,2 MW dengan rincian PLTA Poso 90
MW dan PLTD Silae 11,2 MW. Pembangkit isolated PLTD
Sabang juga beroperasi dan memiliki daya mampu 4 MW
- 60 unit genset telah beroperasi

15
- 2 dari 3 pembangkit sudah beroperasi
2) Progress distribusi :
- 45 penyulang sudah beroperasi (100%)
- 1.619 dari 2.353 Gardu Distribusi telah beroperasi, dan 1.237
relawan PLN dari seluruh Indonesia
3) Fasum terlayani antara lain : 17 perkantoran (Pemerintah dan TNI
– Polri), 2 kantor PDAM, 10 Bank dan ATM, 11 SPBU, 8 Rumah
Sakit, 15 pusat ekonomi, 17 rumah ibadah
b. Pasokan BBM
1) 27 SPBU di 4 kota terdampak telah beroperasi (15 di Palu, 4 di
Donggala, 1 di Sigi, 7 di Parigi Moutong)
2) Distribusi BBM dibantu dengan 13 unit mobil tangki dengan
dispenser, 16 drum engkol, 40 truk tangki BBM, dengan
mengerahkan 132 relawan operator SPBU
3) BBM yang masuk ke TBBM Donggala dan DPPU Mutiara :
Premium 3.200 KL & rencana penyaluran 512 KL, Solar 5.200
KL & rencana penyaluran 45 KL, Avtur 1.400 KL & rencana
penyaluran 50 KL, LPG 303.000 Kg & rencana penyaluran
101.000 Kg
4) Untuk memperlancar distribusi BBM, disiapkan paket kemasan 5
L, 10 L dan 200 L, serta dilaksanakan operasi pasar LPG 3 Kg
pada tanggal 9/10/2018 di 23 titik sebesar 15.120 tabung dari 27
titik yang direncanakan, pelayanan berjalan dengan aman lancar
relative sepi
5) Sejak tanggala 30/9/2018 telah melayani pengisian avtur ke 259
pesawat, sebanyak 276.800 liter
c. Air bersih
1) Kebutuhan air bersih didukung dari 15 mobil tangki PUPR dan 7
mobil tangki PMI (18 unit di Kota Palu, dan 4 unit di Sigi), serta
pemasangan hidran umum sebanyak 30 unit di tempat-tempat
strategis
2) Water treatment difungsikan di titik pengungsian Sigi 2 unit dan
Donggala 1 unit

16
3) 78 dari 147 Hidran umum untuk Donggala, Palu, dan Sigi sudah
terpasang
4) MCK Portabel 25 unit, 10 terpasang di Balaroa dan Bandara
5) 2 dari 3 sumber air bersih di kota Palu sudah aktif
d. Telekomunikasi
1) Progress recovery BTS di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat
sejumlah 3.694 BTS telah mencapai 84,30% dengan rincian :
Banggai 100%, Banggai Kepulauan 100%, Banggai Laut 100%,
Tojo Una-Una 99.10%, Morowali 100%, Morowali Utara 100%,
Poso 97.50%, Buol 100%, Parigi Moutong 91%, Tolitoli 100%,
Donggala 57.80%, Kota Palu 71.60%, Sigi 63.80%, Mamuju
100%
2) Layanan VPN/IP untuk ATM Bank telah terdukung 41.9%
3) Layanan internet VSAT di 9 titik posko (Korem 132/Tadulako,
Kominfo Siranindi, BMKD Bandara, RRI Palu, Kantor Walikota
Palu, RS Wirabuana, RS Undata, RS Bhayangkara, Dinas
Kesehatan
e. Pembangunan huntara dan huntap
1) Pemerintah provinsi sulteng sudah berkoordinasi dengan Pemkot
Palu dan Pemdan Sigi dan Donggalan terkait lahan huntara bagi
korban yang kehilangan rumah. Huntara akan selesai dalam 2
bulan.
2) Pemkot Palu menyiapkan lokasi di Duyu untuk korba dari
Perumnas Balaroa, dan lahan di Ngata baru untuk korban di
petobo. Lokasi-lokasi tersebut masih akan dikaji stabilitasnya.
Lahan ini adalah lahan HGB yang ditidurkan. Tim ahli sedang
melakukan pengkajian terhadap kemanan lahan tersebut.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi , tanah
longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung
api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun,
90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan
banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya
untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat
terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.

B. SARAN
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat
dan pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Marchuk, Andrei G.2009. Tsunami Wave PropagationAlong Waveguides. The


International Journal of Tsunami Society VOL. 28.
Margaritodo, G. 2005. Explaning The Physics Of Tsunamis To Undergraduate And
Non-physics Student. European Journal Of Physics: Institute Of Physics Publishing.
http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. Diakses 24 Maret 2015
http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami. Diakses 24
Maret 2015 
http://www.sayakasihtahu.com/peristiwa_tsunami. Diakses 24 Maret 2015 
http://www.wikipedia.com/tsunami. Diakses 24 Maret 2015 
http://cahyocenok.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-tsunami.html Diakses 24
Maret 2015

19

Anda mungkin juga menyukai