DESAIN PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Desain
Penelitian”.
bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak hanya menjadi tuntunan bagi para peneliti, desain penelitian juga
mempermudah peneliti untuk menggunakan suatu metode dalam mencari jawaban.
Engan adanya desain penelitian, peneliti bisa memilah mana data yang memang
sesuai dengan topik penelitian dan mana data yang tidak sesuai.
Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai desain penelitian.
Seperti apa definisi dari desain penelitian, manfaat serta tujuan dari desain penelitian,
macam-macam desain penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, serta
bagaimana membuat desain penelitian yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka bisa
diambil beberapa poin sebagai rumusan masalah, antara lain :
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Setelah mengetahui pokok-pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini,
hal yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah :
Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai rencana, struktur,
dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan
atau permasalahan penelitian. Rencana tersebut merupakan skema atau program lengkap dari
sebuah penelitian, mulai dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur
penelitian dan pengumpulan data sampai dengan analisis data (Keringler, 1986).
Jadi, pada dasarnya desain penelitian merupakan sebuah rencana prosedural yang
menjadi panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid,
obyektif, akurat dan ekonomis. Dengan kata lain desain penelitian sanagat diperlukan oleh
peneliti untuk mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.
Kumar (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua manfaat utama dari desain
penelitian. Yang pertama terkait dengan identifikasi dan/atau pengembangan prosedur dan
pengaturan logistik yang diperlukan dalam kerja penelitian, dan yang kedua menekankan
pada pentingnya kualitas prosedur-prosedur tersebut dalam kaitannya dengan validitas,
obyektivitas dan keakuratan kerja penelitian. Oleh karena itu, melalui sebuah desain
penelitian seseorang dapat :
1. Mengkonsepkan rencana oprasional untuk menjalankan berbagai prosedur dan tugas yang
diperlukan untuk menyempurnakan studi.
2. Memastikan bahwa prosedur-prosedur tersebut sesuai dan layak untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian secara valid, obyektif dan akurat.
Tujuan desain penelitian yang baik adalah memberikan hasil yang dinilai dapat
dipercaya. Kredibilitas mengacu pada seberapa luas hasilnya mendekati realitas dan
dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya dan masuk akal. Kredibilitas menjadi
lebih kuat jika desain penelitian mempertimbangkan sumber-sumber bias yang dapat
mengubah temuan. Bias yang dimaksud disini adalah suatu bentuk salah sistematik, suatu
faktor yang mempengaruhi hasil dan merusak mutu penelitian.
Tujuan desain penelitian yang baik karenanya adalah memberikan suatu jawaban
yang dipercaya terhadap suatu pertanyaan, dan bisa menurunkan kredibilitas hasilnya.
Dengan mendesain kajian yang berhati hati, peneliti dapat melenyapkan atau sedikitnya
mengurangi sumber kesalahan (error) atau bias. Sekalipun demikian, tidak semua sumber
bias potensial dapat dikontrol dengan sempurna dalam penelitian, tetapi kita memiliki
prinsip-prinsip rancangan penelitian untuk menekan sejauh jauhnya pengaruh-pengaruh
seperti itu.
Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi
dilihat dari segi baik atau tidaknya saja. Karena desain juga mencakup rencana studi, maka
didalamnya selalu ada trade off antara kontrol ataupun tanpa kontrol, antara subyektivitas
atau obyektivitas. Desain tergantung dari derajat akurasi yang diinginkan, level pembuktian
dari tingkat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan
Desain yang tepat sekali tidak pernah ada. Hipotesis dirumuskan bisa dalam
bentuk alternatif, karena itu desain juga, dapat berbentuk alternatif-alternatif. Desain yang
dipilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan praktis.
3. Cara penyelidikan
Tiga macam perspektif diatas merupakan dasar penggolongan sebuah desain
penelitian, sehingga terminotologi yang digunakan bukanlah bersifat universal. Namun
demikian, nama-nama pada jenis penelitian yang tergambar pada gambar 1.1 dalam tiap-tiap
dasar penggolongan tersebut berlaku secara universal. Dan juga, setiap jenis desain yang
berbeda pada golongan yang sama bersifat ekskusif atau terpisah satu dengan lainnya.
Artinya, bila suatu desain penelitian digolongkan dalam jenis cross-sectional , maka pada
saat yang sama desain tersebut tidak bisa digolongkan pada jenis longitudinal, tetapi dapat
digolongkan pada jenis non-eksperimental atau eksperimental, atau juga pada retrospektif
atau prospektif.
Jenis Desain Penelitian
Restropektif
Gambar 1.1 menunjukan jenis-jenis desain penelitian yang sering digunakan dalam
penelitian bidang sosial dan kemasyarakatan.
Karakteristik Eksperimental
Penyelidikan
Non-Eksperimental
1. Berdasarkan Jumlah Kontak
Semi-eksperimental
a. Desain penelitian cross-sectional
Studi cross-sectional yang juga dikenal sebagai studi one-shot atau studi kasus,
adalah desain yang paling banyak dimanfaatkan dalam penelitian sosial. Desain ini sangat
sesuai dengan studi atau penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian pada
suatu fenomena, situasi, masalah, prilaku, atau isu melalui pengambilan cross-section (contoh
yang representatif mewakili keseluruhan) dari suatu populasi. Desain ini sangat berguna
dalam memperoleh gambaran menyeluruh pada waktu saat melakukan studi atau penelitian.
Desain sebelum dan sesudah atau juga dikenal sebagai pre-test/post-test design
dapat digambarkan sebagai pengumpulan data dari dua set penelitian cross sectional terhadap
populasi yang sama untuk menemukan jawaban atau suatu perubahan dalam fenomena atau
variabel diantara dua titik waktu tersebut. Perubahan ditentukan atau diukur dengan
membandingkan perbedaan pada fenomena atau variabel sebelum dan sesudah perlakuan
intervensi.
Kelebihan dari desain ini dapat mengukur perubahan situasi, fenomena, isu,
prilaku dan permasalahan yang terjadi di suatu kelompok masyarakat pada dua titik waktu
yang berbeda, lazimnya pada sebelum dan sesudah diberlakukannya suatu perlakuan. Desain
ini seringkali digunakan dalam penelitian terkait dengan pengaruh atau efektifitas suatu
program di masyarakat.
Kelemahan desain ini dapat terjadi bergantung pada kondisi pengamatan atau
penyelidikan, populasi, dan metode pengumpulan data. Kumar (2005) menyebutkan beberapa
kelemahan metode ini antara lain :
Karena ada dua set data yang harus dikumpulkan, maka ada dua kontak dengan populasi.
Hal ini menyebabkan dana penelitian membengkak dan membutuhkan waktu yang lebih
lama.
Dalam beberapa kasus dapat terjadi kemungkinan adanya perubahan populasi sebelum dan
sesudah perlakuan. Misalnya dengan alasan tertentu ada anggota populasi yang telah
mengikuti pre-test terpaksa harus emnarik diri dari eksperimen
Dalam beberapa kasus dijumpai suatu keadan bahwa populasi yang mengikuti pre-test
berusia muda. Jika penelitian memerlukan waktu yang lama, maka populasi bisa menjadi
lebih matang atau dewasa. Hal ini dikenal sebagai efek kedewasaan atau kematangan
(mature effect)
Kadang responden yang pada saat pre-test memberikan respon yang sangat negatif
terhadap pertanyaan kuisoner, karena beberapa alasan merubah menjadi cenderung positif
ketika post-test. Bila ini terjadi akan memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian dan
hal ini disebut sebagai efek regresi (regression effect).
Dalam studi longitudinal, studi populasi dilakukan secara berulang atau berkala
dalam interval waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu yang diaplikasikan bervariasi
bergantung pada informasi yang dibutuhkan dalam penelitian itu sendiri.
Desain longitudinal juga memiliki kelemahan, bahkan dalam beberapa kasus
derajatnya bisa lebih tinggi. Selain itu juga ada kelemahan tambahan yaitu adanya
kemungkinan terjadi efek pengkondisian. Efek tersebut menggambarkan situasi ketika
responden yang sama dikontak atau disurvei berulang kali, sehingga responden mulai
mengetahui apa yang diharapkan dari jawaban mereka, dan pada akhirnya responden
merespon pertanyaan tanpa berpikir dan berpotensi memberikan jawaban yang selalu sama.
Studi prospektif merujuk pada kejadian suatu fenomena, situasi, masalah, prilaku
atau dampak pada masa akan datang. Penelitian eksperimen biasanya digolongkan kedalam
studi prospektif karena peneliti harus menunggu suatu intervensi atau perlakuan memberi
dampak atau oengaruh terhadap suatu populasi.
Studi retrospektif-prospektif fokus pada kajian pola yang terjadi pada suatu
fenomena pada masa lampau dan mengamati atau mempelajarinya untuk masa depan. Suatu
penelitian dikatagorikan sebagai desain ini ketika seseorang menentukan dampak suatu
intervensi atau perlakuan tanpa adanya sebuah grup kontrol. Dengan pengertian ini, hampir
semua studi sebelum-dan-sesudah, jika dijalankan tanpa adanya kontrol, yaitu ketika
baselinenya dibangun dari populasi yang sama dengan sebelum ada perlakuan atau intervensi,
dapat dikategorikan sebagai studi retrospektif-prospektif.
Berdasarkan kategori ini, desain penelitian dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu : (1) penelitian ekperimental, (2) penelitian non-ekperimental, (3) penelitian quasi atau
semi-ekperimental.
Jika suatu hubungan dipelajari dengan cara mencari sebab untuk mengetahui atau
menemukan efek, akibat dan dampaknya, penelitian tersebut dikenal sebagai penelitian
eksperimen. Sedangkan jika studi menggunakan cara memulai dari efek, pengaruh atau
dampak untuk menelusuri penyebabnya, maka studi tersebut dikenal sebagai penelitian non-
eksperimental.
Pada studi ekperimental, variabel bebas dapat diobservasi, dikontrol atau bahkan
dimanipulasi oleh peneliti untuk mengetahui dampaknya. Sedangkan pada kategori non-
eksperimental, hal pada studi ekperimental tidak dapat dilakukan mengingat bahwa
dampaknya telah terjadi. Sebagai gantinya, peneliti dapat menghubungkan dampak pada
penyebab secara retrospektif. Penelitian semi-ekperimental memiliki karakteristik
baikeksperimental maupun non-eksperimental, sebagian studi dapat dilakukan secara non-
eksperimental dan sebagian lain dapat dilakukan secara eksperimental.
Penelitian eksperimental masih terbagi lagi menjadi banyak jenis desain studi,
antara lain :
Dalam jenis studi ini, peneliti mengetahui bahwa populasi sedang dan telah
mendapatkan intervensi dan peneliti hanya melakukan studi terhadap dampaknya
pada populasi. Kelemahan utama dari desain ini adalah bahwa dua set data yang
diperoleh sebenarnya sangat tidak dapat diperbandingkan, mengingat data awal
bukanlah data yang tepat untuk diperbandingkan.
Peneliti memilih dua grup populasi, yaitu grup eksperimen dan grup kontrol. Kedua
grup dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kondisi yang semirip mungkin dan
sebanding. Satu hal yang berbeda adalah adanya intervensi disalah satu grup, yaitu
grup eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan observasi “sesudah” terhadap
kedua grup. Setiap hasil yang menunjukan adanya perbedaan dari kedua grup
dianggap sebagai akibat dari adanya intervensi pada grup eksperimen.
Meskipun pada desain grup kontrol dapat membantu peneliti menentukan secara
kuantitas dampak yang dihasilkan oleh variabel tambahan, tetapi hal tersebut tidak
dapat menentukan secara terpisah apakah dampak tersebut disebabkan oleh instrumen
penelitian ataukah oleh responden. Untuk dapat mengetahui dampak secara terpisah,
diperlukan desain kontrol ganda. Dalam desain ini peneliti membuat dua grup kontrol
sehingga total grup yang diobservasi sebaanyak tiga grup.
Pada beberapa kasus, peneliti ingin membandingkan efektifitas dari metode perlakuan
yang berbeda. Untuk mengetahui hal ini lazimnya digunakan desain penelitian
komparatif. Dalam desain ini, peneliti membagi populasi menjadi beberapa grup
sebanyak metode perlakuan yang hendak diperbandingkan. Selanjutnya dilakukan
observasi ‘sesudah’ untuk mengetahui tingkat perbedaan tersebut.
kontrol dan/atau
simulasi
ANALISIS DATA
-Feel for data
Tujuan Studi
1. Studi eksploratif
Dilakukan jika tidak banyak diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau
tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang
mirip diselesaikan dimasa lalu. Intinya studi ekspolratif dilakukan untuk memahami
dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin baru sedikit studi yang telah dilakukan
dalam bidang tersebut. Wawancara ekstensif dengan banyak orang mungkin harus
dilakukan untuk menangani situasi dan memahami fenomena. Penelitian yang lebih ketat
pun kemudian dapat dilaksanakan.
2. Studi Deskriptif
3. Pengujian Hipotesis
Peneliti harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kasual atau
studi korelasional untuk menemukan jawaban atas persoalan persoalan yang dihadapi.
Studi Kasual dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi,
jika yang diinginkan peneliti adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang
“berkaitan dengan” masalah, maka studi korelasional dipilih. Studi di mana peneliti ingin
menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal. Jika peneliti
berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi
tersebut disebut studi korelasional.
2. Intervensi Sedang : Peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari perawat mengenai
steress yang mereka alami pada dua selang waktu berbeda, tetapi juga “bermain
bersama” atau memanipulasi peristiwa normal dengan secara sengaja mengubah
tingkat dukungan emosi yang diterima oleh perawat di dua bangsal, sementara
membiarkan bangsal ketiga apa adanya.
3. Intervensi Berlebih : Tidak hanya dukungan dimanipulasi, tapi bahkan situasi
dimana eksperimen diadakan adalah artifisial karena peneliti menarik subyek keluar
dari lingkungan normalnya dan menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar
berbeda.
Horizon Waktu
1. Studi Cross-Sectional
2. Studi Longitudinal
Desain Survey
Semua jenis metode memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kebaikan dari
desain survey sendiri adalah antara lain :
2. Dalam survey dapat digunakan berbagai teknik pengumpuan data seperti angket,
wawancara dan observasi menurut pilihan si peneliti.
3. Dalam survey sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui atau
diduga, sehingga sekaligus bersifat eksploratoris.
5. Biaya survey lebih murah ditinjau dari besarnya jumlah orang yang memberikan
informasi. Khususnya bila digunakan angket yang dapat dikirimkan melalui pos,
dengan biaya rendah. Bila menggunakan wawancara dengan kontak langsung dengan
sample, tentu biaya akan lebih tinggi.
1. Survey biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak mendalam,
apalagi bila digunakan angket.
2. Pendapat populasi yang disurvey rentan untuk berubah-ubah dalam jangka waktu
singkat karena pengaruh lingkungan.
3. Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sample dengan serius.
Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap
seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkingan hidup manusia atau
lembaga sosial. Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula memberikan
gambaran tentang keadaan yang ada.
Bahan dari case study bisa diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan hasil
pengamatan, catatan pribadi, kitab harian, atau biografi seseorang yang sedang diselidiki,
laporan atau keterangan dari orang-orang yang banyak tau tentang hal itu.
1. Bisa digunakan untuk setiap aspek kehidupan sosial, kecuali bila ada rintangan yang
tidak dapat diatasi seperti tidak mungkinnya diperoleh keterangan, atau karena alasan
keuangan, waktu dan tenaga.
2. Dapat digunakan untuk meneliti setiap aspek spesifik dari suatu topik atau keadaan
sosial secara mendalam.
3. Dalam case study dapat digunakan berbagai cara pengumpulan data seperti observasi,
wawancara, angket, studi dokumenter, dan alat pengumpul data lainnya untuk
memperoleh informasi.
4. Case study dapat menguji kebenaran teori. Jika case study tersebut didasarkan atas
teori-teori tertentu, maka case study yang mendalam tentang aspek-aspek yang
spesifik membuka kesempatan untuk menguji kebenaran teori itu. Dari hasil case
study itu ada kemungkinan untuk merumuskan generalisasi-generalisasi tertentu.
5. Case study bisa dilakukan dengan biaya yang rendah. Ini antara lain bergantung pada
metode pengumpulan data yang digunakan.
Selain memiliki kelebihan, case study juga memiliki kekurangan, antara lain :
1. Oleh sebab case study mempelajari aspek aspek yang spesifik, kemungkinan untuk
mencapai generalisasi sangat terbatas. Generalisasi berdasarkan case study
disangsikan kebenarannya bagi populasi yang lebih luas. Disini dihadapi kesulitan
hingga manakah case study yang dipelajari itu benar-benar mewakili atau
representatif bagi populasi dan inilah yang menentukan mutu case study itu dan
generalisasi yang dihasilkan. Jadi kalaupun diambil sebuah generalisasi, maka itu
harus dianggap sebagai tentatif yang perlu diuji kebenaranyya dikemudian hari.
2. Case study memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan survey. Antara
lain hal ini disebabkan oleh metode pengumpulan data. Dalam survey sering dapat
digunakan angket, sedangkan dalam case study mengharuskan peneliti langsung
terlibat dalam pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara pribadi serta
menggunakan metode-metode lain.
Desain Eksperimen
2
1. Desain penelitian eksploratif adalah penelitian yang tujuan utamanya memberikan gagasan,
wawasan dan pemahaman, atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti.
2. Desain penelitian konklusif adalah tujuan utamanya untuk menguji hipotesis dan hubungan
spesifik tertentu.
BAB III
PENUTUP
RANGKUMAN
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian : Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sastradipoera, Komaruddin. 2005. Mencari makna di balik penulisan skripsi, tesis, dan
disertasi. Bandung : Kappa-Sigma
Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat
https://www.academia.edu/6390167/Desain_Penelitian
https://atibilombok.blogspot.com/2014/06/makalah-metode-penelitian-studi-kasus.html
http://renesains.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html