Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DESAIN PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Desain

Penelitian”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat

bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dosen Pengampu Mata kuliah KTI

2. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami

3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini

dapat memberikan manfaat.

Semarang, 2 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penelitian sendiri tidak dapat dipisahkan dari tahap-tahap perkembangan


kehidupan manusia, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pentingnya suatu penelitian dan hubungannya dengan berbagai hal dalam kehidupan
mengakibatkan penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
berdasarkan etika kebenaran. Sehingga setiap pedoman yang sistematis menjadi
perhatian utama agar penelitian yang mandiri, subjekif, dan kritis dapat dilaksanakan
dengan baik.
Desain penelitian erat hubungannya dengan proses penelitian karena
merupakan tuntunan bagi seorang peneliti agar bisa mendapatkan jawaban-jawaban
yang telah dimunculkan. Pada bagian desain penelitian terdapat tuntunan bagi peneliti
mengenai apa yang harus dicari untuk menyempurnakan komponen penelitian,
maupun apa yang seharusnya dikerjakan dan apa pula yang seharusnya tidak
dikerjakan.

Tidak hanya menjadi tuntunan bagi para peneliti, desain penelitian juga
mempermudah peneliti untuk menggunakan suatu metode dalam mencari jawaban.
Engan adanya desain penelitian, peneliti bisa memilah mana data yang memang
sesuai dengan topik penelitian dan mana data yang tidak sesuai.

Mengingat betapa pentingnya desain penelitian bagi sebuah penelitian, maka


kelompok kami akan membahas mengenai Desain Penelitian dalam Makalah ini.

Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai desain penelitian.
Seperti apa definisi dari desain penelitian, manfaat serta tujuan dari desain penelitian,
macam-macam desain penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, serta
bagaimana membuat desain penelitian yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka bisa
diambil beberapa poin sebagai rumusan masalah, antara lain :

1. Apakah pengertian atau definisi dari desain penelitian ?


2. Apa manfaat, tujuan serta ciri dari dibuatnya desain penelitian ?
3. Apa saja jenis-jenis desain penelitian yang disampaikan oleh beberapa ahli ?
4. Desain penelitian kualitatif
5. Desain penelitian kuantitatif
6. Studi kasus

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Setelah mengetahui pokok-pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini,
hal yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami mengenai pengertian atau definisi dari desain


penelitian.
2. Mengetahui dan memahami mengenai manfaat, tujuan serta ciri dibuatnya desain
penelitian.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis desain penelitian yang disampaikan oleh
beberapa ahli.
4. Desain penelitian kualitatif
5. Desain penelitian kuantitatif
6. Studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai rencana, struktur,
dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan
atau permasalahan penelitian. Rencana tersebut merupakan skema atau program lengkap dari
sebuah penelitian, mulai dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur
penelitian dan pengumpulan data sampai dengan analisis data (Keringler, 1986).

Desain penelitian sebagai sebuah cetak-biru (blueprint) atau rencana lengkap


tentang bagaimana sebuah penelitian akan dijalankan secara lengkap. Rencana tersebut
meliputi variabel-variabel kerja dan bagaimana variabel tersebut dapat diukur, memilih
sampel, mengumpulkan data yang digunakan untuk uji hipotesis, dan analisis data atau
hasilnya (Thyer, 1993)

Jadi, pada dasarnya desain penelitian merupakan sebuah rencana prosedural yang
menjadi panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid,
obyektif, akurat dan ekonomis. Dengan kata lain desain penelitian sanagat diperlukan oleh
peneliti untuk mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.

2. MANFAAT, TUJUAN dan CIRI DESAIN PENELITIAN


Manfaat Desain Penelitian

Kumar (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua manfaat utama dari desain
penelitian. Yang pertama terkait dengan identifikasi dan/atau pengembangan prosedur dan
pengaturan logistik yang diperlukan dalam kerja penelitian, dan yang kedua menekankan
pada pentingnya kualitas prosedur-prosedur tersebut dalam kaitannya dengan validitas,
obyektivitas dan keakuratan kerja penelitian. Oleh karena itu, melalui sebuah desain
penelitian seseorang dapat :

1. Mengkonsepkan rencana oprasional untuk menjalankan berbagai prosedur dan tugas yang
diperlukan untuk menyempurnakan studi.
2. Memastikan bahwa prosedur-prosedur tersebut sesuai dan layak untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian secara valid, obyektif dan akurat.

Desain penelitian menjabarkan secara lengkap tentang bagaimana seorang


peneliti hendak melakukan penyelidikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Selain itu adanya desain penelitian juga memungkinkan orang lain memahami dan mengikuti
langkah-langkah yang hendak dijalankan oleh peneliti dalam menemukan jawaban.

Tujuan Desain Penelitian

Penelitian ilmiah dimulai dengan kesadaran terhadap masalah, betapapun kecil


dan remeh-temehnya, suatu kesadaran ketika sesuatu tidak memuaskan, ketika fakta
diperlukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang tidak diketahui, ketika
keyakinan tradisional tidak memadai untuk menjelaskan masalah.

Kata Young and Schmid, penyelesaian desain penelitian dalam kenyataannya


merupakan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan hal-hal berikut :

1. Kajian dan jenis-jenis data apakah yang anda butuhkan


2. Apakah sebabnya anda melakukan kajian ini
3. Dimanakah data dapat anda temukan
4. Dimanakah atau diwilayah apakah kajian itu akan dilakukan
5. Berapa lama atau pada periode waktu apakah kajian itu akan dilakukan
6. Berapa banyaknya bahan atau berapa kasuskah yang dibutuhkan
7. Dasar pemilihan apakah yang anda gunakan
8. Teknik penghimpunan data apakah yang digunakan

Oleh sebab itu, pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rancangan


kajian yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan akan berkaitan dengan apa,
dimana, kapan, berapa dan dengan alat apa. Jika kita pertimbangkan lebih jauh, rancangan
penelitian itu setidaknya akan mencakup hal hal berikut ini :

1. Sumber informasi yang harus dijaring


2. Sifat atau hakekat kajian
3. Tujuan kajian
4. Konteks kajian dengan masalah-masalah lain
5. Wilayah geografis yang akan diliput oleh kajian
6. Periode waktu sebagai pedoman
7. Dimensi dimensi kajian
8. Dasar pemilihan data
9. Teknik yang digunakan dalam penghimpunan data.
Telah dikemukakan bahwa desain penelitian adalah istilah yang mengacu pada
suatu rencana untuk memeilih subyek, situs penelitian, dan prosedur penghimpunan data
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Desain menunjukan individu-individu mana yang
akan dikaji, kapan, dimana dan dalam lingkungan apa mereka akan dikaji.

Tujuan desain penelitian yang baik adalah memberikan hasil yang dinilai dapat
dipercaya. Kredibilitas mengacu pada seberapa luas hasilnya mendekati realitas dan
dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya dan masuk akal. Kredibilitas menjadi
lebih kuat jika desain penelitian mempertimbangkan sumber-sumber bias yang dapat
mengubah temuan. Bias yang dimaksud disini adalah suatu bentuk salah sistematik, suatu
faktor yang mempengaruhi hasil dan merusak mutu penelitian.

Tujuan desain penelitian yang baik karenanya adalah memberikan suatu jawaban
yang dipercaya terhadap suatu pertanyaan, dan bisa menurunkan kredibilitas hasilnya.
Dengan mendesain kajian yang berhati hati, peneliti dapat melenyapkan atau sedikitnya
mengurangi sumber kesalahan (error) atau bias. Sekalipun demikian, tidak semua sumber
bias potensial dapat dikontrol dengan sempurna dalam penelitian, tetapi kita memiliki
prinsip-prinsip rancangan penelitian untuk menekan sejauh jauhnya pengaruh-pengaruh
seperti itu.

Ciri Desain Penelitian

Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi
dilihat dari segi baik atau tidaknya saja. Karena desain juga mencakup rencana studi, maka
didalamnya selalu ada trade off antara kontrol ataupun tanpa kontrol, antara subyektivitas
atau obyektivitas. Desain tergantung dari derajat akurasi yang diinginkan, level pembuktian
dari tingkat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan

Desain yang tepat sekali tidak pernah ada. Hipotesis dirumuskan bisa dalam
bentuk alternatif, karena itu desain juga, dapat berbentuk alternatif-alternatif. Desain yang
dipilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan praktis.

3. JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN


Dalam penelitian ilmu sosial terdapat banyak jenis desain penelitian. Sedangkan
dalam ilmu eksakta terutama yang menggunakan metode ekperimen, lazimnya suatu desain
penelitian bersifat sangat spesifik bergantung pada bidang dan konsentrasi peneliti. Seringkali
desain penelitian yang digunakan oleh peneliti bidang eksakta merupakan suatu langkah atau
tahapan eksperimental yang sekali lagi sangat spesifik bagi tiap-tiap bidang keahlian,
sehingga jarang atau mungkin tidak pernah ditemui ada jenis atau sebutan khusus desain
penelitian pada penelitian bidang eksakta, meskipun sebenarnya ketika seorang peneliti
bidang eksakta melakukan pekerjaan dilaboraturium, peneliti tersebut juga sedang
mengaplikasikan suatu jenis desain penelitian.

Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan penelitian terhadap


populasi atau masyarakat, Kumar (2005) menyebutkan terdapat berbagai desain penelitian
yang digolongkan berdasar tiga macam perspektif, yaitu berdasarkan :

1. Jumlah kontak dengan populasi studi

2. Periode waktu rujukan studi

3. Cara penyelidikan
Tiga macam perspektif diatas merupakan dasar penggolongan sebuah desain
penelitian, sehingga terminotologi yang digunakan bukanlah bersifat universal. Namun
demikian, nama-nama pada jenis penelitian yang tergambar pada gambar 1.1 dalam tiap-tiap
dasar penggolongan tersebut berlaku secara universal. Dan juga, setiap jenis desain yang
berbeda pada golongan yang sama bersifat ekskusif atau terpisah satu dengan lainnya.
Artinya, bila suatu desain penelitian digolongkan dalam jenis cross-sectional , maka pada
saat yang sama desain tersebut tidak bisa digolongkan pada jenis longitudinal, tetapi dapat
digolongkan pada jenis non-eksperimental atau eksperimental, atau juga pada retrospektif
atau prospektif.
Jenis Desain Penelitian

Jumlah Kontak Satu Cross-sectional

Dua Sebelum dan sesudah

Tiga atau lebih Longitudinal

Periode Waktu Restropektif


Rujukan
Prospektif

Restropektif
Gambar 1.1 menunjukan jenis-jenis desain penelitian yang sering digunakan dalam
penelitian bidang sosial dan kemasyarakatan.
Karakteristik Eksperimental
Penyelidikan

Non-Eksperimental
1. Berdasarkan Jumlah Kontak

Semi-eksperimental
a. Desain penelitian cross-sectional

Studi cross-sectional yang juga dikenal sebagai studi one-shot atau studi kasus,
adalah desain yang paling banyak dimanfaatkan dalam penelitian sosial. Desain ini sangat
sesuai dengan studi atau penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian pada
suatu fenomena, situasi, masalah, prilaku, atau isu melalui pengambilan cross-section (contoh
yang representatif mewakili keseluruhan) dari suatu populasi. Desain ini sangat berguna
dalam memperoleh gambaran menyeluruh pada waktu saat melakukan studi atau penelitian.

Desain cross-sectional sangat sederhana. Seseorang cukup menetapkan apa yang


hedak ditemukan jawabannya, identifikasi populasi, memilih sample dan memulai kontak
dengan para responden untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Semua tahapan itu
dilakukan hanya pada saat titik waktu tertentu saja.

Kelemahan desain cross-sectional adalah tidak mempunyai kemampuan dalam


menjelaskan kemungkinan adanya perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang
diselidiki dalam periode waktu yang berbeda. Kelemahan yang lainnya adalah desain ini
tidak mampu untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam obyek/variable yang diselidiki
serta hubungan korelasinya. Desain cross-sectional mampu menjelaskan hubungan antara dua
variabel, namun tidak mampu menunjukan arah hubungan kausal diantara kedua variabel
tersebut (Shklovski, et al, 2004). Selain itu desain ini juga tidak bisa mengukur atau
menjelaskan adanya perubahan. Untuk mengukur dan menjelaskannya, diperlukan paling
tidak dua titk waktu, terhadap populasi yang sama.

b. Desain penelitian sebelum dan sesudah

Desain sebelum dan sesudah atau juga dikenal sebagai pre-test/post-test design
dapat digambarkan sebagai pengumpulan data dari dua set penelitian cross sectional terhadap
populasi yang sama untuk menemukan jawaban atau suatu perubahan dalam fenomena atau
variabel diantara dua titik waktu tersebut. Perubahan ditentukan atau diukur dengan
membandingkan perbedaan pada fenomena atau variabel sebelum dan sesudah perlakuan
intervensi.

Kelebihan dari desain ini dapat mengukur perubahan situasi, fenomena, isu,
prilaku dan permasalahan yang terjadi di suatu kelompok masyarakat pada dua titik waktu
yang berbeda, lazimnya pada sebelum dan sesudah diberlakukannya suatu perlakuan. Desain
ini seringkali digunakan dalam penelitian terkait dengan pengaruh atau efektifitas suatu
program di masyarakat.
Kelemahan desain ini dapat terjadi bergantung pada kondisi pengamatan atau
penyelidikan, populasi, dan metode pengumpulan data. Kumar (2005) menyebutkan beberapa
kelemahan metode ini antara lain :

 Karena ada dua set data yang harus dikumpulkan, maka ada dua kontak dengan populasi.
Hal ini menyebabkan dana penelitian membengkak dan membutuhkan waktu yang lebih
lama.

 Dalam beberapa kasus dapat terjadi kemungkinan adanya perubahan populasi sebelum dan
sesudah perlakuan. Misalnya dengan alasan tertentu ada anggota populasi yang telah
mengikuti pre-test terpaksa harus emnarik diri dari eksperimen

 Dalam beberapa kasus dijumpai suatu keadan bahwa populasi yang mengikuti pre-test
berusia muda. Jika penelitian memerlukan waktu yang lama, maka populasi bisa menjadi
lebih matang atau dewasa. Hal ini dikenal sebagai efek kedewasaan atau kematangan
(mature effect)

 Kadang-kadang instrumen yang digunakan peneliti juga mengedukasi responden, sehingga


responden akan memberikan perhatian lebih saat post-test. Hal ini disebut efek reactif
(reactive effect)

 Kadang responden yang pada saat pre-test memberikan respon yang sangat negatif
terhadap pertanyaan kuisoner, karena beberapa alasan merubah menjadi cenderung positif
ketika post-test. Bila ini terjadi akan memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian dan
hal ini disebut sebagai efek regresi (regression effect).

c. Desain penelitian longitudinal

Desain sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan untuk menentukan tingkat


perubahan dalam fenomena, situasi, masalah, perilaku dan sebagainya, namun tidak mampu
menjelaskan pola perubahan yang terjadi. Untuk menentukan pola perubahan terkait dengan
waktu, dapat digunakan desain longitudinal.

Dalam studi longitudinal, studi populasi dilakukan secara berulang atau berkala
dalam interval waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu yang diaplikasikan bervariasi
bergantung pada informasi yang dibutuhkan dalam penelitian itu sendiri.
Desain longitudinal juga memiliki kelemahan, bahkan dalam beberapa kasus
derajatnya bisa lebih tinggi. Selain itu juga ada kelemahan tambahan yaitu adanya
kemungkinan terjadi efek pengkondisian. Efek tersebut menggambarkan situasi ketika
responden yang sama dikontak atau disurvei berulang kali, sehingga responden mulai
mengetahui apa yang diharapkan dari jawaban mereka, dan pada akhirnya responden
merespon pertanyaan tanpa berpikir dan berpotensi memberikan jawaban yang selalu sama.

Kelebihan dari desain longitudinal adalah memungkinkan peneliti menentukan


pola perubahan dan memperoleh informasi faktual secara berkesinambungan sehingga lebih
aktual. Metode longitudinal juga lebih andal dalam mencari jawaban tentang dinamika
perubahan dan berpotensi menyediakan informasi yang lebih lengkap, bergantung pada
oprasional teori dan metodologi penelitiannya.

2. Berdasarkan Periode Waktu Rujukan

a. Desain penelitian retrospektif

Studi retrospektif mengamati atau menyelidiki suatu fenomena, situasi masalah


atau isu yang telah terjadi pada masa lamapu. Lazimnya jenis studi ini mengamati data yang
tersedia pada masa lamapu atau didasarkan pada responden yang diminta untuk merespon
terhadap pertanyaan yang dirancang untuk menggali kejadian, fenomena, situasi pada masa
lampau. Penelitian yang banyak menggunakan desain ini lazimnya adalah penelitian yang
terkait dengan sejarah atau yang terkait dengan sosiologi.

b. Desain penelitian prospektif

Studi prospektif merujuk pada kejadian suatu fenomena, situasi, masalah, prilaku
atau dampak pada masa akan datang. Penelitian eksperimen biasanya digolongkan kedalam
studi prospektif karena peneliti harus menunggu suatu intervensi atau perlakuan memberi
dampak atau oengaruh terhadap suatu populasi.

c. Desain penelitian retrospektif-prospektif

Studi retrospektif-prospektif fokus pada kajian pola yang terjadi pada suatu
fenomena pada masa lampau dan mengamati atau mempelajarinya untuk masa depan. Suatu
penelitian dikatagorikan sebagai desain ini ketika seseorang menentukan dampak suatu
intervensi atau perlakuan tanpa adanya sebuah grup kontrol. Dengan pengertian ini, hampir
semua studi sebelum-dan-sesudah, jika dijalankan tanpa adanya kontrol, yaitu ketika
baselinenya dibangun dari populasi yang sama dengan sebelum ada perlakuan atau intervensi,
dapat dikategorikan sebagai studi retrospektif-prospektif.

3. Berdasarkan Cara Penyelidikan

Berdasarkan kategori ini, desain penelitian dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu : (1) penelitian ekperimental, (2) penelitian non-ekperimental, (3) penelitian quasi atau
semi-ekperimental.

Jika suatu hubungan dipelajari dengan cara mencari sebab untuk mengetahui atau
menemukan efek, akibat dan dampaknya, penelitian tersebut dikenal sebagai penelitian
eksperimen. Sedangkan jika studi menggunakan cara memulai dari efek, pengaruh atau
dampak untuk menelusuri penyebabnya, maka studi tersebut dikenal sebagai penelitian non-
eksperimental.

Pada studi ekperimental, variabel bebas dapat diobservasi, dikontrol atau bahkan
dimanipulasi oleh peneliti untuk mengetahui dampaknya. Sedangkan pada kategori non-
eksperimental, hal pada studi ekperimental tidak dapat dilakukan mengingat bahwa
dampaknya telah terjadi. Sebagai gantinya, peneliti dapat menghubungkan dampak pada
penyebab secara retrospektif. Penelitian semi-ekperimental memiliki karakteristik
baikeksperimental maupun non-eksperimental, sebagian studi dapat dilakukan secara non-
eksperimental dan sebagian lain dapat dilakukan secara eksperimental.

Penelitian eksperimental masih terbagi lagi menjadi banyak jenis desain studi,
antara lain :

1. Desain penelitian sesudah-saja

Dalam jenis studi ini, peneliti mengetahui bahwa populasi sedang dan telah
mendapatkan intervensi dan peneliti hanya melakukan studi terhadap dampaknya
pada populasi. Kelemahan utama dari desain ini adalah bahwa dua set data yang
diperoleh sebenarnya sangat tidak dapat diperbandingkan, mengingat data awal
bukanlah data yang tepat untuk diperbandingkan.

2. Desain penelitian sebelum dan sesudah


3. Desain penelitian grup-kontrol

Peneliti memilih dua grup populasi, yaitu grup eksperimen dan grup kontrol. Kedua
grup dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kondisi yang semirip mungkin dan
sebanding. Satu hal yang berbeda adalah adanya intervensi disalah satu grup, yaitu
grup eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan observasi “sesudah” terhadap
kedua grup. Setiap hasil yang menunjukan adanya perbedaan dari kedua grup
dianggap sebagai akibat dari adanya intervensi pada grup eksperimen.

4. Desain penelitian kontrol-ganda

Meskipun pada desain grup kontrol dapat membantu peneliti menentukan secara
kuantitas dampak yang dihasilkan oleh variabel tambahan, tetapi hal tersebut tidak
dapat menentukan secara terpisah apakah dampak tersebut disebabkan oleh instrumen
penelitian ataukah oleh responden. Untuk dapat mengetahui dampak secara terpisah,
diperlukan desain kontrol ganda. Dalam desain ini peneliti membuat dua grup kontrol
sehingga total grup yang diobservasi sebaanyak tiga grup.

5. Desain penelitian komparatif

Pada beberapa kasus, peneliti ingin membandingkan efektifitas dari metode perlakuan
yang berbeda. Untuk mengetahui hal ini lazimnya digunakan desain penelitian
komparatif. Dalam desain ini, peneliti membagi populasi menjadi beberapa grup
sebanyak metode perlakuan yang hendak diperbandingkan. Selanjutnya dilakukan
observasi ‘sesudah’ untuk mengetahui tingkat perbedaan tersebut.

6. Desain penelitian matched-control

Dalam studi matched, perbandingan ditentukan pada tiap individu (individual by


individual). Dua individual yang hampir mirip terhadap suatu kharakteristik, misalnya
usia, gender, jenis penyakit, dalam suatu populasi dibagi dalam grup yang berbeda.
Dalam kasus ini, begitu dua grup dibentuk, maka peneliti harus menentukan secara
acak grup mana yang merupakan grup eksperimental dan mana yang merupakan grup
kontrol. Studi matched sering digunakan pada uji aktifitas obat baru.

7. Desain penelitian placebo


Lazimnya digunakan di bidang kesehatan dan pengobatan. Seorang pasien biasanya
mempunyai keyakinan bahwa ketika mendapatkan perawatan maka si pasien tersebut
merasa pulih dan lebih baik dari sebelumnya, meskipun kenyataanya perawatan
tersebut tidak efektif. Secara psikologis efek tersebut disebut efek placibo. Desain
placibo melibatkan dua atau tiga grup, bergantung apakah mengikutkan grup kontrol
atau tidak untuk mengetahui tingkat efek placibo tersebut. Jika peneliti menghendaki
kontrol, maka ketiga grup tersebut adalah grup eksperimental yang mendapatkan
perlakuan. Grup 1 diberi perlakuan mendapatkan perawatan dan obat yang
menyembuhkan, grup 2 diberi obat kosong untuk mengetahui efek placibo dan grup
kontrol yang tidak mendapat perlakuan. Setelah itu dalam jangka waktu tertentu
dilakukan observasi ‘sesudah’.

TUJUAN JENIS INVESTIGASI TINGKAT INTERVENSI KONTEKS STUDI PENGUKURAN


STUDI
-Eksplorasi Membuktikan : Minimal : Mempelajari -Direncanakan -Definisi
Hubungan kausal peristiwa sebagaimana oprasional
-Deskripsi
Korelasional adanya -Item
-Pengujian
Perbedaan kel. -Skala
Hipotesis
PERNYATAAN

peringkat Manipulasi dan/atau -Tidak direncanakan -Kategori


MASALAH

kontrol dan/atau
simulasi

UNIT DESAIN HORIZON WAKTU METODE


ANALISIS SAMPLE PENGUMPULAN DATA
-Individu Probabilitas/ non -Satu Kali (one shoot) -Pengamatan
Gambar
-Pasangan 1.2 Rincian studi dari desain
propabilitas penelitian
-Lintas bagian (cross -Wawancara
-Kelompok sectional) -Kuesioner
-Organisasi Ukuran sample -Longitudinal -Pengukuran Fisik
-Mesin -Unobtrusive
-dsb.
-Pengujian Hipotesis
-Goodness of Data

ANALISIS DATA
-Feel for data
Tujuan Studi

1. Studi eksploratif

Dilakukan jika tidak banyak diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau
tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang
mirip diselesaikan dimasa lalu. Intinya studi ekspolratif dilakukan untuk memahami
dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin baru sedikit studi yang telah dilakukan
dalam bidang tersebut. Wawancara ekstensif dengan banyak orang mungkin harus
dilakukan untuk menangani situasi dan memahami fenomena. Penelitian yang lebih ketat
pun kemudian dapat dilaksanakan.

2. Studi Deskriptif

Dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan


karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Misalnya, studi mengenai sebuah
kelas dalamm hal presentase komposisi gender, kelompok usia, jumlah mata kuliah yang
diambil dianggap bersikap deskriptif. Tujuan studi deskriptif karena itu adalah
memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek
yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, atau
lainnya. Studi deskriptif yang menampilkan data dalam bentuk yang bermakna, dengan
demikian membantu untuk (1) memahami kharakteristik sebuah kelompok dalam situasi
tertentu, (2) memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi
tertentu, (3) memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut (4)
membuat keputusan tertentu yang sederhana.

3. Pengujian Hipotesis

Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat


hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan
(indepedensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi. Pengujian hipotesis dilakukan
untuk menelaah varians dalam variabel terikat atau untuk memperkirakan keluaran
organisasi.

Jenis Investigasi : Kausal Versus Korelasional

Peneliti harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kasual atau
studi korelasional untuk menemukan jawaban atas persoalan persoalan yang dihadapi.
Studi Kasual dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi,
jika yang diinginkan peneliti adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang
“berkaitan dengan” masalah, maka studi korelasional dipilih. Studi di mana peneliti ingin
menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal. Jika peneliti
berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi
tersebut disebut studi korelasional.

Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi

1. Intervensi Minimal : hanya menyebarkan kuisoner, peneliti tidak mengintervensi


aktivitas normal dalam sebuah fenomena.

2. Intervensi Sedang : Peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari perawat mengenai
steress yang mereka alami pada dua selang waktu berbeda, tetapi juga “bermain
bersama” atau memanipulasi peristiwa normal dengan secara sengaja mengubah
tingkat dukungan emosi yang diterima oleh perawat di dua bangsal, sementara
membiarkan bangsal ketiga apa adanya.
3. Intervensi Berlebih : Tidak hanya dukungan dimanipulasi, tapi bahkan situasi
dimana eksperimen diadakan adalah artifisial karena peneliti menarik subyek keluar
dari lingkungan normalnya dan menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar
berbeda.

Horizon Waktu

1. Studi Cross-Sectional

Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali


dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian.

2. Studi Longitudinal

Dalam sebuah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau


fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian. Misalanya : peneliti ingin mempelajari perilaku karyawan sebelum dan
sesudah pergantian manajet puncak.

Desain Penelitian menurut Nasution

Kemudian Nasution (2007) menyebutkan bahwa desain penelitian yang


biasanya didapati adalah desain survey, case study, eksperimen. Hal itu dijelskan lebih
lanjut :

Desain Survey

Suatu penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang


yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Survey
dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif maupun ekperimental.
Mutu survey antara lain bergantung pada :

(a) Jumlah orang yang dijadikan sample,


(b) Tarah hingga mana sample itu representatif, artinya mewakili kelompok yang
dipelajari

(c) Tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sample itu.

Semua jenis metode memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kebaikan dari
desain survey sendiri adalah antara lain :

1. Dalam survey biasanya dilibatkannya sejumlah besar orang untuk mencapai


generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Dalam survey dapat digunakan berbagai teknik pengumpuan data seperti angket,
wawancara dan observasi menurut pilihan si peneliti.

3. Dalam survey sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui atau
diduga, sehingga sekaligus bersifat eksploratoris.

4. Dengan survey, peneliti bisa membenarkan atau menolak teori tertentu.

5. Biaya survey lebih murah ditinjau dari besarnya jumlah orang yang memberikan
informasi. Khususnya bila digunakan angket yang dapat dikirimkan melalui pos,
dengan biaya rendah. Bila menggunakan wawancara dengan kontak langsung dengan
sample, tentu biaya akan lebih tinggi.

Kelemahan desain survey antara lain :

1. Survey biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak mendalam,
apalagi bila digunakan angket.

2. Pendapat populasi yang disurvey rentan untuk berubah-ubah dalam jangka waktu
singkat karena pengaruh lingkungan.

3. Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sample dengan serius.

Desain Case Study

Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap
seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkingan hidup manusia atau
lembaga sosial. Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula memberikan
gambaran tentang keadaan yang ada.

Bahan dari case study bisa diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan hasil
pengamatan, catatan pribadi, kitab harian, atau biografi seseorang yang sedang diselidiki,
laporan atau keterangan dari orang-orang yang banyak tau tentang hal itu.

Keuntungan dari case study antara lain :

1. Bisa digunakan untuk setiap aspek kehidupan sosial, kecuali bila ada rintangan yang
tidak dapat diatasi seperti tidak mungkinnya diperoleh keterangan, atau karena alasan
keuangan, waktu dan tenaga.

2. Dapat digunakan untuk meneliti setiap aspek spesifik dari suatu topik atau keadaan
sosial secara mendalam.

3. Dalam case study dapat digunakan berbagai cara pengumpulan data seperti observasi,
wawancara, angket, studi dokumenter, dan alat pengumpul data lainnya untuk
memperoleh informasi.

4. Case study dapat menguji kebenaran teori. Jika case study tersebut didasarkan atas
teori-teori tertentu, maka case study yang mendalam tentang aspek-aspek yang
spesifik membuka kesempatan untuk menguji kebenaran teori itu. Dari hasil case
study itu ada kemungkinan untuk merumuskan generalisasi-generalisasi tertentu.

5. Case study bisa dilakukan dengan biaya yang rendah. Ini antara lain bergantung pada
metode pengumpulan data yang digunakan.

Selain memiliki kelebihan, case study juga memiliki kekurangan, antara lain :

1. Oleh sebab case study mempelajari aspek aspek yang spesifik, kemungkinan untuk
mencapai generalisasi sangat terbatas. Generalisasi berdasarkan case study
disangsikan kebenarannya bagi populasi yang lebih luas. Disini dihadapi kesulitan
hingga manakah case study yang dipelajari itu benar-benar mewakili atau
representatif bagi populasi dan inilah yang menentukan mutu case study itu dan
generalisasi yang dihasilkan. Jadi kalaupun diambil sebuah generalisasi, maka itu
harus dianggap sebagai tentatif yang perlu diuji kebenaranyya dikemudian hari.
2. Case study memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan survey. Antara
lain hal ini disebabkan oleh metode pengumpulan data. Dalam survey sering dapat
digunakan angket, sedangkan dalam case study mengharuskan peneliti langsung
terlibat dalam pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara pribadi serta
menggunakan metode-metode lain.

Desain Eksperimen

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai desain eksperimen serta


macam-macamnya.

Desain Penelitian Kualitaif


Pada penelitian kualitatif, bentuk desain penelitian dimungkinkan bervariasi karena
sesuai dengan bentuk alami penelitian kualitatif itu sendiri yang mempunyai sifat emergent
dimana phenomena muncul sesuai dengan prinsip alami yaitu pehenomena apa adanya sesuai
dengan yang dijumpai oleh seorang peneliti dalam proses penelitian dilapangan. Penelitian
kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif yang desain penelitiannya
memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana
yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya. Oleh
karena seorang peneliti belum mengetahui tentang responden dan apa yang akan ditanyakan
kepada mereka, maka mereka diperbolehkan melakukan perubahan. Sedangkan posisi
perencanaan sebelum penelit iterjun dilapangan adalah untuk meyakinkan bahwa mereka
mengetahuai kegiatan minimal apa yang perlu dilakukan di lapangan.
D. Unsur-unsur rancangan penelitian kulitatif
1. penentuan fokus penelitian, adalah penetuan masalah, masalah dalam hal ini
adalah hal yang membingungkan akibat adanya kaitan dua faktor atau lebih,
faktor dalam hal ini dapat berupa kosep, data empiris, pengalaman, atau unsur
lainnya yang apbila ditempatkan dalam hal yang berkaitan akan menimbulkan
persoalan atau kesukaran, maksu dan tujuan penelitian adalah memecahkan
persoalan yang timbul itu. Hal itu dilakukan hal itu dilakukan dengan
mengetahui pengetahuan secukupnya yang mengarahkan seseorang pada
upaya memahami dan menjelaskannya, kegiatan itu terjadi sebagai proses
dialektis yang berperan yang berperan sebagai proposisi tesis dan anitesisyang
membentuk masalah kedalam suatu jenis sintesis
2. penetuan kesesuain paradigma dengan fokus, paradigma pada dasarnya
berakar pada seperangkat kepercayaaan seseorang yang disebut aksioma.
3. Penetuan kesesuaian paradigma dengan teori substantif yang membimbing
studi Jika suatu teori muncul dar data, maka harapanya adalah teori itu taat
asas dengan paradigma metodologis yang menghasilkannya, hal itu akan
menjadi persoalan apabila teori itu merupakan sesuatu yang digunakan oleh
peneliti untuk diuji.
4. Penentuan darimana dan dari siapa data dikumpulkan.
5. Penentuan tahap-tahap penelitian
a. Tahap orientasi dan memperoleh gambaran umum, dengan pengetahuan dasar penelitian
dasar peneliti tentang situasi lapangan berdasarkan bahan yang dipelajari dari berbagai
sumber, pada tahap ini diperlukan pendekatan terbuka pada responden, tujuanya meperoleh
informasi latar yang nantinya diikuti tahap merinci informasi yang diperoleh pada tahap
berikutnya.
b. Eksplorasi fokus adalah peneliti menyediakan waktu untuk menyusun petunjuk memperoleh
data, seperti petunjuk wawancara dan pengamatan. Pada tahap ini pengumpulan data
dilakukan. Kemudian analisis data dan diikuti laporan analisis.
c. Tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.
6. Pentuan teknis penelitian, pemilihan teknik pada dasarnya dibimbing oleh fokus dan situsi,
serta jadwal yang telah ditetapkan.
7. Perencanaan dan pencatatan data, teknik pengumpulan data pertama-tama digunakan pada
umumnya adalah wawancara, pengamatan, pengumpulan dokumen dan semacamnya, untuk
melakukan tekni-teknik tersebut diperlukan persiapan , seperti menyusun protokol
wawancara dan petunjuk pengamatan.
8. Perencanaan prosedur pelakasanaan analisis data
9. Perencanaan perlengkapan data, meliputi: pertimbanagan logistik secara keseluruhan
sebelum proyek, pengadaan perlengkapan sebelum terjun kelapangan, perencanaan
perlengkapan sewaktu dilapangan,penyiapan logistik sesudah dilapangan, dan perencanaan
logistik untuk mengakhiri dan menutup kegiatan.
10. Perencanaan untuk pemeriksaan keabsahan data.

E. Desain Penelitian Kuantitatif

Desain penelitian kualitatif merupakan:


1. Rencana untuk memilih sumber-sumber dan jenis informasi yang dipakai untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian
2. Kerangka kerja untuk merinci hubungan-hubungan variabel dalam penelitian.
3. Cetak biru yang memberi garis besar dari setiap prosedur mulai dari hipotesis sampai
analisis data.
Penengelompokan desain penelitian Kualitatif dalam desain penelitian terdapat sejumlah
desain penelitian yang berbeda, hingga kini belum ada pengelompokkan desain yang dapat
dirujuk. Menurut Cooper dan emory (1996) desain penelitian dapat dikelompokkan dengan
delapan prespektif, sebagai berikut1[5]:
1. Kondisi sejauhmana masalah penelitian telah dirumuskan (studinya dapat bersifat
formal atau penjajakan)
2. Metode pengumpulan data (studinya dapat berupa pengamatan atau survei)
3. Kemampuan peneliti untuk menampilkan dampak-dampak dalam variabel-variabel yang
diteliti (dua jenis penelitian utama dalah penelitian eksperimental dan expost facto)
4. Tujuan penelitian (studi penelitian dapat deskriptif atau kausal)
5. Dimensi waktu (penelitian dapat berupa analisi lintas seksi atau data berkala)
6. Ruang linkup topik-luas dan kedalaman-peneltian (berupa studi kasus atau studi
stastistik)
7. Lingkungan penelitian (kebanyakan penilti bisnis dilakukan dilapangan, meskipun ada
juga penelitian labolatorium: jenis lain dalah simulasi)
8. Persepsi subjek mengenai penelitian (adakah mereka merasakan penyimpangan-
penyimpangan dalam kegiatan ruti mereka sehari-hari).
Pandangan agak lebih jelas dan sistematis santoso dan cipto(2001) mengklasifikasikan desain
penelitian menjadi dua desain penelitian, yaitu2[6]:
1

2
1. Desain penelitian eksploratif adalah penelitian yang tujuan utamanya memberikan gagasan,
wawasan dan pemahaman, atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti.
2. Desain penelitian konklusif adalah tujuan utamanya untuk menguji hipotesis dan hubungan
spesifik tertentu.

Desain Studi Kasus


Selanjutnya, bagaimana implementasi studi kasus dalam kegiatan penelitian ? Dengan
kata lain, desain macam apakah yang harus dirancang dalam melakukan studi kasus? Dalam
hubungan ini, desain yang hendak diketengahkan di sini mengacu pada model yang
dikembangkan Robert Yin. Bagi Yin, sebelum membangun desain seorang peneliti perlu
memperhatikan empat aspek kualitas, yakni validitas konstruk (menetapkan ukuran
operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti), validitas internal
(credibility, menetapkan hubungan kausal, dan ini khusus untuk studi kasus eksplanatoris),
validitas eksternal (transferability, menetapkan ranah di mana temuan suatu penelitian dapat
divisua-lisasikan), dan reliabilitas (dependability, proses penelitian dapat diinterpretasikan,
dengan hasil yang sarna).
Berkaitan dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi
kasus. Kelima komponen tersebut adalah:
a. pertanyaan-pertanyaan penelitian;
b. proposisi penelitian (jika diperlukan). Proposisi ini memberi isyarat kepada peneliti
mengenai sesuatu yang harus diteliti dalam lingkup studinya
c. unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk pada apa sesungguhnya yang dimaksud
harus ditentukan terlebih dahulu secara jelas;
d. logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan
e. kriteria untuk menginterpretasikan temuan. Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4
& 5) menunjuk pada tahap-tahap analisis data dalam penelitian studi kasus.
Dalam studi kasus analisis data tampaknya jarang sekali didefinisikan secara tegas
dan konkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan agar gagasan tentang "pola penjodohan"
yang digunakan Donald Campbell dapat dijadikan acuan bagi kegiatan analisis data dalam
penelitian studi kasus. Teknik "pola penjodohan" Campbell ini menggambarkan dua pola
potensial yang menunjukkan bahwa data-data tersebut bersesuai satu sarna lain secara
seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, "pola penjodohan” Campbell jika
dipandang sebagai proposisi saingan menunjuk pada proposisi "ada pengaruh" dan proposisi
"tak ada pengaruh". Selain itu, teknik analisis lainnya yang dapat digunakan dalam penelitian
studi kasus adalah pem-buatan penjelasan dan analisis deret waktu. Untuk mendesain
penelitian studi kasus terdapat sekurang-kurangnya tiga macam rasionalitas yang harus
diperhatikan, yakni:
a. Bahwa kasus-tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian
kuantitatif). Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak sebagai kasus
renting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan sebelumnya sebagai perspektif.
b. Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan sehingga menarik
dan bermakna untuk ditelusuri;
c. Sebuah kasus yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan.
Kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia berkesempatan
memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara
alamiah. Sebuah contoh yang baik, dalam konteks ini, adalah basil studi Elliot Liebow (1967)
dipublikasikan dengan judul Tally's Corner, yang menyingkap dengan menarik tentang
kehidupan orang-orang kulit hitam yang menganggur di sebuah lingkungan sosial di
Washington, D.C

BAB III

PENUTUP

RANGKUMAN

Desain penelitian merupakan sebuah rencana prosedural yang menjadi panduan


peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid, obyektif, akurat dan
ekonomis. Dengan kata lain desain penelitian sanagat diperlukan oleh peneliti untuk
mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Adanya desain
penelitian juga memungkinkan orang lain memahami dan mengikuti langkah-langkah yang
hendak dijalankan oleh peneliti dalam menemukan jawaban. Dengan mendesain kajian yang
berhati hati, peneliti dapat melenyapkan atau sedikitnya mengurangi sumber kesalahan (error)
atau bias. Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan penelitian terhadap
populasi atau masyarakat, Kumar (2005) menyebutkan terdapat berbagai desain penelitian
yang digolongkan berdasar tiga macam perspektif, yaitu berdasarkan : Jumlah kontak dengan
populasi studi, Periode waktu rujukan studi, Cara penyelidikan. Jumlah kontak masih dibagi
lagi menjadi cross-sectional, sebelum-dan-sesudah, desain penelitian longitudinal. Periode
waktu juga masih dibagi lagi menjadi beberapa sub-bab yaitu retrospektif, prospektif dan
retro-prospektif. Begitu pula dengan cara penyelidikan, dibagi lagi menjadi eksperimental,
non-ekspermental, semi-eksperimental. Sebenarnya masih banyak lagi desain-desain
penelitian. Tidak ada yang menyalahkan sebuah desain penelitian karena desain penelitian
bergantung pada keperluan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian : Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu

M.A, S. Nasution. 2007. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Perkasa

Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sastradipoera, Komaruddin. 2005. Mencari makna di balik penulisan skripsi, tesis, dan
disertasi. Bandung : Kappa-Sigma

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat

https://www.academia.edu/6390167/Desain_Penelitian

https://atibilombok.blogspot.com/2014/06/makalah-metode-penelitian-studi-kasus.html

http://renesains.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai