Anda di halaman 1dari 26

METODE PENELITIAN BISNIS

BAB VII

DESAIN PENELITIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

OLEH :
KELOMPOK 7

NYOMAN DEWI PITALOKA CAHYADI (2080621013 / 13)


NI KETUT NADILA SURYASARI (2080621014 / 14)

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3 Tujuan................................................................................................................. 1

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 Definisi Desain Penelitian ................................................................................... 3

2.2 Manfaat, Tujuan, dan Ciri Desain Penelitian........................................................ 3

2.3 Jenis-jenis Desain Penelitian ............................................................................... 5

2.4 Strategi Desain Penelitian.................................................................................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 23

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada era globalisasi yang modern dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
semakin meningkat ini, setelah seseorang banyak menemukan berbagai permasalahan yang
hendak diteliti, merumuskan masalah dan menyusun pernyataan dugaan, asumsi perkiraan
yang merupakan jawaban sementara, hal yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti tersebut
adalah menentukan desain penelitiannya.
Desain penelitian erat hubungannya dengan proses penelitian karena merupakan
tuntutan bagi seorang peneliti agar mampu mendapatkan jawaban-jawaban yang telah
dimunculkan. Tidak hanya menjadi tuntutan bagi para peneliti, desain penelitian juga
mempermudah peneliti untuk menggunakan suatu metode dalam mencari jawaban. Pada
bagian desain penelitian terdapat tuntunan bagi peneliti mengenai apa yang harus dicari untuk
menyempurnakan komponen penelitian tentang apa yang seharusnya dikerjakan. Pada makalah
ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai desain penelitian seperti definisi dari desain
penelitian, manfaat, tujuan dan desaing penelitian, jenis-jenis desain penelitian, serta strategi
desain penelitian.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari desain penelitian?
2. Apa saja manfaat, tujuan, dan ciri dari desain penelitian?
3. Apa saja jenis-jenis desain penelitian?
4. Bagaimana strategi desain penelitian?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi dari desain penelitian
2. Untuk mengetahui manfaat, tujuan, dan ciri dari desain penelitian
3. Untuk mengetahui jenis-jenis desain penelitian
4. Untuk mengetahui strategi desain penelitian

1
1.4 MANFAAT
1. Dari segi teoritis, diharapkan tulisan ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
untuk pembaca serta sumbangsih ilmu melalui informasi-informasi terkait dengan Desain
Penelitian dalam Metodologi Penelitian Bisnis.
2. Secara praktek, tulisan ini bermanfaat untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya
kepada masyarakat tentang Desain Penelitian dalam Metodologi Penelitian Bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DESAIN PENELITIAN


Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai rencana, struktur, dan
strategi penyelidikan yang akan dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau
permasalahan penelitian (rencana tersebut merupakan skema atau program lengkap sebuah
penelitian, mulai dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur penelitian,
dan pengumpulan data sampai dengan analisis data (Keringler, 1986)).
Desain penelitian sebagai sebuah cetak biru (blueprint) atau rencana lengkap tentang
bagaimana sebuah penelitian akan dijalankan secara lengkap (rencana tersebut meliputi
variabel-variabel kerja dan bagaimana variabel tersebut dapat diukur, memilih sampel,
mengumpulkan data yang digunakan untuk uji hipotesis, dan analisis daya atau hasilnya)
(Thyer, 1993).
Pada dasarnya desain penelitian merupakan sebuah rencana prosedural yang menjadi
panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid, objektif, akurat,
dan ekonomis. Dengan kata lain, desain penelitian sangat diperlukan oleh peneliti untuk
mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.

2.2 MANFAAT, TUJUAN, DAN CIRI DESAIN PENELITIAN


2.2.1 Manfaat Desain Penelitian
Kumar (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua manfaat utama desain penelitian. Yang
pertama terkait dengan identifikasi dan/atau pengembangan prosedur dan pengaturan logistik
yang diperlukan dalam kerja penelitian dan yang kedua menekankan pada pentingnya kualitas
prosedur-prosedur tersebut dalam kaitannya dengan validitas, objektivitas, dan keakuratan
kerja penelitian. Oleh karena itu, melalui sebuah desain penelitian seseorang dapat melakukan
hal-hal berikut.
1) Mengonsepkan rencana operasional untuk menjalankan prosedur dan tugas yang
diperlukan untuk menyempurnakan studi.
2) Memastikan bahwa prosedur-prosedur tersebut sesuai dan layak untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian secara valid, objektif, dan akurat.
Desain penelitian menjabarkan secara lengkap tentang bagaimana seorang peneliti akan
melakukan penyelidikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Selain itu, adanya

3
desain penelitian juga memungkinkan orang lain memahami dan mengikuti langkah-langkah
yang akan dijalankan oleh peneliti dalam menemukan jawaban.

2.2.2 Tujuan Desain Penelitian


Peneliti ilmiah dimulai dengan kesadaran terhadap masalah, betapapun kecil dan
remehnya, suatu kesadaran ketika sesuatu tidak memuaskan, ketika fakta diperlukan untuk
menjelaskan dan memecahkan masalag yang tidak diketahui ketika keyakinan tradisioal tidak
memadai untuk menjelaskan masalah.
Kata Young & Schmid, penyelesaian desain penelitian dalam kenyataannya merupakan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
1) Kajian dan jenis-jenis data apakah yang Anda butuhkan.
2) Apakah sebabnya Anda melakukan kajian ini.
3) Di manakah data dapat Anda temukan.
4) Di manakah atau di wilayah apakah kajian itu akan dilakukan.
5) Berapa lama atau pada periode waktu apakah kajian itu akan dilakukan.
6) Berapa banyaknya bahan atau berapa kasuskah yang dibutuhkan.
7) Dasar pemilihan apakah yang Anda gunakan, dan teknik penghimpunan apakah yang
digunakan.
Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rancangan kajian yang perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan apa, di mana, kapan,
berapa, dan dengan alat apa. Jika kita pertimbangkan lebih jauh, rancangan penelitian itu
setidaknya akan mencakup hal-hal berikut.
1) Sumber informasi yang harus dijaring.
2) Sifat atau hakikat kajian & tujuan kajian.
3) Konteks kajian dengan masalah-masalah lain.
4) Wilayah geografis yang akan diiput oleh kajian.
5) Periode waktu sebagai pedoman.
6) Dimensi-dimensi kajian.
7) Dasar pemilihan data dan teknik yang digunakan dalam penghimpunan data.
Telah dikemukakan bahwa desain penelitian adalah desain penelitian adalah istilah
yang mengacu pada suatu rencana untuk memilih subjek, situs penelitian, dan prosedur
penghimpunan data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Desain menunjukkan individu-
individu mana yang akan dikaji, kapan, di mana, dan dalam lingkungan apa mereka akan dikaji.

4
Tujuan desain penelitian yang baik adalah memberikan hasil yang dinilai dapat
dipercaya. Kredibilitas mengacu pada seberapa luas hasilnya mendekati realitas dan
dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya dan masuk akal. Kredibilitas menjadi
lebih kuat jika desain penelitian mempertimbangkan sumber-sumber bias yang dapat
mengubah temuan. Bias yang dimaksud di sini adalah suatu bentuk salah sistematik, suatu
faktor yang mempengaruhi hasil, dan merusak mutu penelitian.
Tujuan desain penelitian yang baik adalah memberikan suatu jawaban yang dipercaya
terhadap suatu pertanyaan, dan bisa menurunkan kredibilitas hasilnya. Dengan mendesain
kajian yang berhati-hati, peneliti dapat melenyapkan atau sedikitnya mengurangi sumber
kesalahan (error) atau bias. Sekalipun demikian, tidak semua sumber bisa potensial dapat
dikontrol dengan sempurna dalam penelitian, tetapu kita memiliki prinsip-prinsip rancangan
penelitian untuk menekan sejauh-jauhnya pengaruh-pengaruh seperti itu.

2.2.3 Ciri Desain Penelitian


Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi dilihat
dari segi baik atau tidaknya saja. Karena desain juga mencakup rencana studi, maka di
dalamnya selalu ada trade off antara kontrol maupun tanpa kontrol, antara subjektivitas atau
objektivitas. Desain bergantung pada derajat akurasi yang diinginkan, level pembuktian dari
tingkat perkembangan bidang ilmu yang bersangkutan. Desain yang tepat sekali tidak pernah
ada. Hipotesis dirumuskan bisa dalam bentuk alternatif sehingga desain juga dapat berbentuk
alternatif-alternatif. Desain yang dipilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak
ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktis.

2.3 JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN


Dalam penelitian ilmu sosial terdapat banyak jenis desain penelitian. Sebaliknya, dalam
ilmu eksakta, terutama yang menggunkan metode eksperimen lainnya, suatu desain penelitian
bersifat sangat spesifik bergantung pada bidang dan konsentrasi peneliti. Sering kali desain
penelitian yang digunakan oleh peneliti bidang eksakta merupakan suatu langkah atau tahapan
eksperimental yang sekali lagi sangat spesifik bagi tiap-tiap bidang keahlian sehingga jarang
atau mungkin tidak pernah ditemukan ada jenis atau sebutan khusus desain penelitian pada
penelitian bidang eksakta, meskipun sebenarnya ketika seorang peneliti bidang eksakta
melakukan pekerjaan laboratorium, peneliti tersebut juga sedang mengaplikasikan suatu jenis
desain penelitian.

5
Dalam penelitian bidang sosial yang lazimnya melibatkan penelitian terhadap populasi
atau masyarakat, menyebutkan terdapat berbagai desain penelitian yang digolongkan
berdasarkan tiga macam perspektif, yaitu berdasarkan hal-hal berikut.
• Jumlah kontak dengan populasi studi.
• Periode waktu rujukan studi.
• Cara penyelidikan.
Tiga macam perspektif di atas merupakan dasar penggolongan sebuah desain penelitian
sehingga terminology yang digunakan tidaklah bersifat universal. Namun, nama-nama pada
jenis penelitian dalam tiap-tiap dasar penggolongan tersebut berlaku secara universal. Setiap
jenis desain yang berbeda pada golongan yang bersifat eksklusif atau terpisah satu dengan
lainnya. Artinya, bila suatu desain penelitian digolongkan dalam jenis cross-sectional, maka
pada saat yang sama desain tersebut tidak bisa digolongkan pada jenis longitudinal tetapi dapat
digolongkan pada jenis non-eksperimental atau eksperimental, atau juga pada retrospektif atau
prospektif.

2.3.1 Berdasarkan Jumlah Kontak


Desain Penelitian Cross-sectional
Studi cross-sectional yang juga dikenal sebagai studi one-shot atau studi kasus adalah
desain yang paling banyak dimanfaatkan dalam penelitian sosial. Desain ini sangat sesuai
dengan studi atau penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian pada suatu
fenomena, situasi, masalah, perilaku, atau isu melalui pengambilan (cross-section) contoh yang
representative mewakili keseluruhan dari suatu populasi. Desain ini sangat berguna dalam
memperoleh gambaran menyeluruh pada waktu saat melakukan studi atau penelitian.
Desain cross-sectional sangat sederhana. Seseorang cukup menetapkan apa yang
hendak ditemukan jawabannya, mengidentifikasi populasi, memilih sampel, dan memulai
kontak dengan para responden untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Semua tahapan
itu dilakukan hanya pada saat titik waktu tertentu.
Kelemahan desain cross-sectional adalah tidak mempunyai kemampuan dalam
menjelaskan kemungkinan adanya perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang
diselidiki dalam periode waktu yang berbeda. Kelemahan yang lainnya adalah desain ini tidak
mampu untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam objek/variabel yang diselidiki serta
hubungan korelasinya. Desain cross-sectional mampu menjelaskan hubungan antara dua
variabel, tetapi tidak mampu menunjukkan arah hubungan kausal di antara kedua variabel

6
tersebut) (Shklovski et al, 2005). Selain itu, desain ini juga tidak bisa mengukur atau
menjelaskan adanya perubahan. Untuk mengukur dan menjelaskannya, diperlukan paling tidak
dua titik waktu terhadap populasi yang sama.

Desain Penelitian Sebelum dan Sesudah


Desain sebelum dan sesudah juga dikenal sebagai pre-test / post-test design dapat
digambarkan sebagai pengumpulan data dari dua set penelitian cross-sectional terhadap
populasi yang sama untuk menemukan jawaban atau suatu perubahan dalam fenomena atau
variabel di antara dua titik waktu tersebut. Perubahan ditentukan atau diukur dengan
membandingkan perbedaan pada fenomena atau variabel sebelum dan sesudah perlakuan
intervensi.
Kelebihan desain ini dapat terjadi bergantung pada kondisi pengamatan atau
penyelidikan, populasi, dan metode pengumpulan data. Beberapa kelemahan metode ini antara
lain seperti di bawah ini.
a. Karena ada dua set data yang harus dikumpulkan, maka ada dia kontak dengan populasi.
Hal ini menyebabkan dana penelitian membengkak dan membutukan waktu yang lebih
lama.
b. Dalam beberapa kasus dapat terjadi kemungkinan adanya perubahan populasi sebelum dan
sesudah perlakuan. Misalnya, dengan alasan tertentu ada anggota populasi yang telah
mengikuti pre-test terpaksa harus menarik diri dari eksperimen.
c. Dalam beberapa kausu dijumpai suatu keadaan bahwa populasi yang mengikuti pre-test
berusia muda. Jika penelitian memerlukan waktu yang lama, maka populasi bisa menjadi
lebih matang atau dewasa. Hal ini dikenal sebagai efek kedewasaan atau kematangan
(mature effect).
d. Kadang-kadang instrument yang digunakan peneliti juga mengedukasi responden
sehingga responden akan memberikan perhatian lebih saat post-test. Hal ini disebut efek
reaktif (reactive effect).
e. Kadang responden yang pada saat ini pre-test memberikan respons yang sangat negatif
terhadap pertanyaan kuisioner karena beberapa alasan mengubah menjadi cenderung
positif ketika post-test. Bila ini terjadi, akan memberikan pengaruh terhadap hasil
penelitian dan hal ini disebut sebagai efek regresi (regression effect).

7
Desain Penelitian Longitudinal
Desain sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan untuk menentukan tingkat
perubahan dalam fenomena, situasi, masalah, perilaku, dan sebagainya, tetapi tidak mampu
menjelaskan pola perubahan yang terjadi. Untuk menentukan pola perubahan terkait dengan
waktu, dapat digunakan desain longitudinal.
Dalam studi longitudinal, studi populasi dilakukan secara berulang atau berkala dalam
interval waktu tertentu. Biasanya dalam jangka waktu yang diaplikasikan bervariasi
bergantung pada informasi yang dibutuhkan dalam penelitian itu sendiri.
Desain longitudinal juga memiliki kelemahan, bahkan dalam beberapa kasusu
derajatnya bisa lebih tinggi. Selain itu, juga ada kelemahan tambahan, yaitu adanya
kemungkinan terjadi efek pengondisian. Efek tersebut menggambarkan situasi ketika
responden yang sama dikontak atau disurvei berulang-ulang, sehingga responden mulai
mengetahui apa yang diharapkan dari jawaban mereka. Pada akhirnya responden merespons
pertanyaan tanpa berpikir dan berpotensi memberikan jawaban yang selalu sama.
Kelebihan desain longitudinal adalah memungkinkan peneliti menentukan pola
perubahan dan memperoleh informasi factual secara berkesinambungan sehingga lebih aktual.
Metode longitudinal juga lebih andal dalam mencari jawaban tentang dinamika perubahan dan
berpotensi menyediakan informasi yang lebih lengkap, bergantung pada operasional teori dan
metodelogi penelitiannya.

2.3.2 Berdasarkan Periode Waktu Rujukan


Desain Penelitian Retrospektif
Studi retrospektif mengamati atau menyelidiki suatu fenomena, situasi masalah, atau
isu yang telah terjadi pada masa lampau. Lazimnya jenis studi ini mengamati data yang tersedia
pada masa lampau atau didasarkan pada responden yang diminta untuk merespons pertanyaan
dirancang untuk menggali kejadian, fenomena, situasi pada masa lampau. Penelitian yang
banyak menggunakan desain ini lainnya adalah penelitian yang terkait dengan sejarah atau
yang terkait dengan sosiologi.

Desain Penelitian Prospektif


Studi prospektif merujuk pada kejadian suatu fenomena, situasi, masalah, perilaku, atau
dampak pada masa yang akan datang. Penelitian eksperimen biasanya digolongkan ke dalam
studi prospektif karena peneliti harus menunggu suatu intervensi atau perlakuan memberikan
dampak atau pengaruh terhadap suatu populasi.

8
Desain Penelitin Retrospektif dan Prospektif
Studi retrospektif prospektif fokus pada kajian pola yang terjadi pada suatu fenomena
pada masa lampau dan mengamati atau mempelajarinya untuk masa depan. Suatu penelitian
dikategorikan sebagai desain ini ketika seorang menentukan dampak suatu interensi atau
perlakuan tanpa adanya sebuah grup kontrol. Dengan pengertian ini, hampir semua studi
sebelum dan sesudah, jika dijalankan tanpa adanya kontrol, yaitu ketika baseline-nya dibangun
dari populasi yang sama dengan sebelum ada perlakuan atau interensi, dapat dikategorikan
sebagai studi retrospektif prospektif.

2.3.3 Berdasarkan Cara Penyelidikan

Berdasarkan kategori ini desain penelitian dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
• Penelitian eksperimental
Suatu hubungan dipelajari dengan cara mencari sebab untuk mengetahui atau
menemukan efek, akibat, dan dampaknya. Pada penelitian eksperimental, variabel bebas dapat
diobservasi, dikontrol, atau bahkan dimanipulasi untuk mengetahui dampaknya.
• Penelitian non-eksperimental
Studi menggunakan cara memulai dari efek, pengaruh, atau dampak untuk menelusuri
penyebabnya. Berbeda dengan penelitian eksperimental, dalam penelitian non-eskperimental,
dapat menghubungkan dampak pada penyebab secara retrospektif.
• Penelitian kuasi atau semi-eksperimental
Penelitian semi-eksperimental memiliki karakteristik, baik eskperimental dan non-
eksperimental, artinya Desa.

Penelitian eksperimental masih terbagi lagi menjadi banyak jenis desain studi, antara
lain sebagai berikut.
a. Desain Penelitian Sesudah Saja
Dalam jenis studi ini peneliti mengetahui bahwa populasi sedang dan telah
mendapatkan intervensi dan peneliti hanya melakukan studi terhadap dampaknya pada
populasi. Kelemahan utama desain ini adalah bahwa dua set data yang diperoleh sebenarnya

9
sangat tidak dapat diperbandingkan mengingat data awal tidaklah data yang tepat untuk
diperbandingkan.
b. Desain Penelitian Sebelum dan Sesudah
c. Desain Penelitian Grup Kontrol
Peneliti memilih dua grup populasi, yaitu grup eksperimen dan grup kontrol. Kedua
grup dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kondisi yang semirip mungkin dan
sebanding. Suatu hal yang berbeda adalah adanya intervensi di salah satu grup, yaitu grup
eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan observasi sesuatu terhadap kedua grup. Setiap
hasil yang menunjukkan adanya perbedaan dari kedua grup dianggap sebagai akibat dari
adanya intervensi pada grup eksperimen.
d. Desain Penelitian Kontrol Ganda
Meskipun desain grup kontrol dapat membantu peneliti menentukan secara kuantitas
dampak yang dihasilkan oleh variabel tambahan, hal tersebut tidak dapat menentukan secara
terpisah apakah dampak tersebut disebabkan oleh instrument penelitian ataukah oleh
responden. Untuk dapat mengetahui dampak secara terpisah, diperlukan desain kontrol ganda.
Dalam desain ini peneliti membuat dua grup kontrol sehingga total grup yang diobservasi
sebanyak tiga grup.
e. Desain Penelitian Komparatif
Pada beberapa kasus peneliti ingin membandingkan efektivitas metode perlakuan yang
berbeda. Untuk mengetahui hal ini lazim digunakan desain penelitian komparatif. Dalam
desain ini peneliti membagi populasi menjadi beberapa grup sebanyak metode perlakuan yang
akan diperbandingkan. Selanjutnya dilakukan observasi sesuah untuk mengetahui tingkat
perbedaan tersebut.
f. Desain Penelitian Matched-Control
Dalam studi matched, perbandingan ditentukan pada tiap individu, yaitu individual by
individual. Dua individual yang hampir mirip terhadap suatu karakteristik, misalnya usia,
gender, jenis penyakit, dalam suatu populasi dibagi dalam grup yang berbeda. Dalam kasus ini
ketika dua grup dibentuk, maka peneliti harus menentukan secara acak grup mana yang
merupakan grup eksperimental dan mana yang merupakan grup kontrol. Studi matched sering
digunakan pada uji aktivitas obat baru.
g. Desain Penelitian Placebo
Lazimnya digunakan di bidang kesehatan dan pengobatan. Seorang pasien biasanya
mempunyai keyakinan bahwa ketika mendapatkan perawatan maka si pasien tersebut merasa

10
pulih dan lebih baik dari pada sebelumnya meskipun kenyataannya perawatan tersebut tidak
efektif. Secara psikologois efek tersebut disebut efek placebo.
Desain placebo melibatkan dua atau tiga grup bergantung apakah mengikutkan grup
kontrol atau tidak untuk mengetahui tingkat efek placebo tersebut. Jika peneliti menggunakan
kontrol, maka ketiga grup tersebut adalah grup eksperimental yang mendapatkan perlakuan.
Grup ini diberi perlakuan mendapatkan perawatan dan obat yang menyembuhkan, grup diberi
obat kosong untuk mengetahui efek placebo dan grup kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan. Setelah itu dalam jangka waktu tertentu dilakukan obsevarsi.

2.4 STRATEGI DESAIN PENELITIAN


Dalam merancang dan mengembangkan penelitian, peneliti dapat menggunakan
metode-metode yang sesuai dengan tujuan penelitian, apakah penelitian kuantitatif atau
kualitatif, atau mencampur fitur kuantitatif dan kualitatif (mix method). Pendekatan
pencampuran memiliki kelebihan namun menambah kompleksitas dan lebih memakan waktu.
Penelitian kuantitatif, kualitatif dan mix method mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mengungkapkan suatu hal untuk memperoleh pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu masalah. Penelitian kuantitatif menekankan fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

2.4.1. Perbedaan Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat berdasarkan :


1. Paradigma penelitian

Kuantitatif
a) Menekankan pada metode pengukuran, penggunaan pertanyaan terstruktur,
pembuatan alat ukur dan skala yang dapat dianalisa dengan statistik

b) Pendekatan anaitik dengan aturan baku dan teratur

c) Instrument penelitian dapat diulang

d) Penjelasan strukturalis dan menghindari penjelasan interpretative

11
e) Kebenaran adalah ciri pasti dan tidak beragam

f) Interpretasi adalah hal yang tidak pasti, beragam, tergantung dari pengamat

Kualitatif
a) Mempelajari situasi dalam dunia sehari-hari dari sudut pandang orang yang
mengalaminya

b) Aturan tidak baku, dapat disesuaikan dengan kondisi terkini

c) Instrument penelitian mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan

d) Kebenaran itu beragam dan kebenaran yang diberi penafsiran akan lebih
bermakna

e) Menekankan pada interpretasi atau penafsiran terhadap suatu hal

2. Masalah penelitian

Kuantitatif
a) Menekankan pada pertanyaan “what, do, is, are”

b) Contoh : prevalensi merokok pada pria 70%, pada wanita 30%

Menjawab pertanyaan;
i. Apakah prediktor kebiasaan merokok?

ii. Apakah kebiasaan merokok berhubungan dengan penghasilan?

c) Masalah yang diteliti sudah jelas

d) Tidak memerlukan jawaban yang kompleks dari responden

Kualitatif
a) Menekankan pada pertanyaan “how, why”

b) Contoh : prevalensi merokok pada pria 70%, pada wanita 30%

Menjawab pertanyaan;
i. Bagaimana kebiasaan orang yang merokok?

ii. Mengapa prevalensi merokok pada pria lebih besar daripada wanita?

12
c) Masalah yang diteliti belum jelas

d) Memerlukan jawaban yang kompleks dari responden

3. Tingkat pengetahuan

Kuantitatif
a) Pengetahuan yang didapatkan bersifat terukur, kuantitatif, akurat, objektif
karena data dikumpulkan melalui metode dan instrument yang sudah valid dan
reliable.

b) Pengetahuan yang didapatkan tidak mampu menjelaskan dengan baik


situasi/masalah yang kompleks

Contoh; Penelitian tetntang AIDS di Indonesia;


i. Faktor apa saja yang menyebabkan AIDS?

ii. Seperti apa penyebaran AIDS di Indonesia?

Kualitatif
a) Pengetahuan yang didapatkan lebih mendalam, kualitatif, menyeluruh, terinci
karena data dikumpulkan melalui hasil ‘penyelaman’ peneliti ke dalam dunia
responden

b) Pengetahuan yang didapatkan mampu menjelaskan dengan baik situasi/masalah


yang kompleks

Contoh; Penelitian tentang AIDS di Indonesia


i. Mengapa para PSK enggan menggunakan kondom walau disediakan
secara gratis?

ii. Seberapa cepat HIV/AIDS menular di kalangan PSK?

4. Identifikasi variabel penelitian

Kuantitatif
a) Menjawab masalah penelitian dengan menggunakan teori-teori yang berlaku

b) Tujuan penelitian kuantitatif yaitu menguji teori

c) Teori digunakan untuk menentukan variabel

13
d) Variabel merupakan sarana untuk analisis dan pengujian hipotesis

Kualitatif
a) Menjawab masalah penelitian dengan menggunakan teori-teori yang berlaku

b) Tujuan penelitian yaitu mengembangkan teori

c) Variabel merupakan produk atau hasil penelitian

d) Penelitian dapat mengeksplorasi dan menemukan variabel baru yang secara


konseptual mungkin tidak ada

5. Pengumpulan data

Kuantitatif
a) Mengumpulkan data dari sejumlah sampel, lalu menggunakan temuan dalam
sampel tersebut untuk menyimpulkan tentang populasi

b) Metode pengumpulan data yaitu kuesioner dan pengukuran. Kuesioner yaitu


lembaran pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden untuk diisi
dan pengukurannya menggunakan alat ukur untuk mendapatkan jawaban dari
responden

Kualitatif
a) Jumlah sampel tidak banyak, yang penting kaya akan informasi

b) Sampel digunakan untuk mempelajari proses yang berkaitan dengan fenomena


penelitian

c) Metode pengumpulan data yaitu studi pustaka, wawancara mendalam, dan


diskusi kelompok terarah.

Studi pustaka yaitu mengkaji sumber tertulis (dokumen, laporan tahunan,


undang-undang, sertifikat) dan dapat berupa sumber data primer, sekunder, dan
tertier.
Wawancara mendalam (Indept Interview) yaitu wawancara semi – terstruktur,
terfokus, dan mendalam untuk menggali jawab dari responden

14
Diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) yaitu suatu metode
diskusi, dimana seorang moderator bertindak sebagai pemimpin dan pengendali
diskusi kelompok.
6. Analisis data

Kuantitatif
a) Menguji hipotesis dengan menggunakan teknik statistik yang kompleks

b) Distribusi karakteristik responden disajikan dalam analisis univariat (nilai


tendensi pusat)

c) Menguji hubungan antara responden dengan menggunakan analisis bivariate,


multivariate, dan sebagainya.

Kualitatif
a) Menganalisis data setelah semua data terkumpul

b) Analisa data dapat berupa content analysis dan thematic analysis

c) Analisis data merupakan bagian dari rancangan riset, tinjauan pustaka,


pengurutan data, pengarsipan data, pembentukan teori

2.4.2. Desain Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada


filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih
bersifat seni (kurang tepat), dan disebut metode interpretif karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), disebut juga metode etnographi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya.
Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari
pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih
suka menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji

15
masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas,
maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan
secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman
video, benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.
Dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti sangat penting kedudukannya,
karena penelitian kualitatif adalah studi kasus, maka segala sesuatu akan sangat
bergantung pada kedudukan peneliti. Dengan demikian peneliti berkedudukan sebagai
instrument penelitian yang utama. Begitu penting dan keharusan keterlibatan peneliti
dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian, maka dapat dikatakan
bahwa peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Jadi tujuan dari metodologi ini
bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.

a. Isu Desain Penelitian Kualitatif : Kasus dan Konteks

Sebagian besar studi kualitatif melibatkan bahasa kasus dan konteks dengan
menggunakan teknik bricolage yang dapat memeriksa proses dan kasus sosial di
Indonesia konteks sosial mereka, dan interpretasi belajar atau makna dalam pengaturan
sosial budaya tertentu. Jarang sekali apakah kita menggunakan variabel, menguji
hipotesis, atau membuat tepat ukuran dalam bentuk angka.
Sebagian besar studi kualitatif membangun asumsi bahwa bidang kehidupan sosial
tertentu secara instrinsik bersifat kualitatif. Alih-alih menoba mengubah kehidupan
sosial aktif menjadi variabel atau angka, peneliti kualitatif meminjam ide dan sudut
pandang dari orang untuk dipelajari dan menempatkan mereka dalam keadaan alami.
Alih-alih variabel, peneliti kualitatif meneliti motif, tema, perbedaan, perspektif dan
pendekatan yang bersifat induktif serta bergantung pada bentuk grounded theory.
b. Grounded Theory

Grounded theory merupakan metode riset kualitatif yang menggunakan suatu set
prosedur yang sistematik untuk mengembangkan suatu teori secara induktif tentang

16
suatu fenomena. Metode ini dimulai dari suatu pernyataan yang masih kabur dan
akhirnya menghasilkan teori yang dikumpulkan dari berbagai data. Grounded theory
membuat kenyataan bahwa kesenjangan antara teori dan praktik dapat diatasi, sehingga
dapat diaplikasikan dalam praktik dan meningkatkan pelayanan. Riset kualitatif dengan
menggunakan metode grounded theory dimulai dari data untuk mencapai suatu teori
dan bukan dimulai dari teori atau untuk menguji suatu teori, sehingga dalam riset
grounded theory diperlukan adanya berbagai prosedur atau langkah-langkah yang
sistematis dan terencana dengan baik.
Dalam penelitian kualitatif, kita dapat mengembangkan teori selama proses
pendataan. Ini sebagian besar bersifat induktif yang berarti kita membangun teori dari
data dan spesifik pengamatan terhadap konsep yang lebih luar yang mengatur data
observasional dan kemudian terus membangun prinsip atau tema yang menghubungkan
konsep. grounded theory cenderung kurang abstrak dan mendekati kejadian tertentu.
Membangun secara induktif dari data untuk teori menciptakan hubungan data dan teori
yang kuat. Namun ini bisa menjadi kelemahan juga. Peneliti dapat membuat konsep
dan prinsip penghubung banyak pengaturan yang beragam sulit, dan mungkin saja
memperlambat pengembangan konsep yang membangun ke arah menciptakan
pengetahuan umum dan abstrak. Dengan cara ini, kita bisa mebangun interkoneksi
lintas studi dan bergerak menuju pengetahuan umum.
c. Konteks Kritis

Dalam penelitian kualitatif, kami biasanya menekankan konteks sosial karena arti
tindakan sosial, acara atau pernyataan sangat tergantung pada konteks yang muncul. Jika
kita menanggalkan konteks sosial dari sebuah acara, aksi sosial, atau percakapan, mudah
didistorsi artinya dan mengubah signifikansi sosialnya. Konteks sosial mencakup
konteks waktu (kapan sesuatu terjadi), konteks spasial (dimana sesuatu terjadi), konteks
emosional (perasaan tentang bagaimana sesuatu terjadi), dan konteks sosial budaya
(situasi sosial dan lingkungan budaya dimana sesuatu terjadi).
d. Bricolage

Kajian kualitatif sebagai metode bekerja dalam setting yang alami, berusaha
memahami dan memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan
orang-orang kepada subyek. Oleh sebab itu, melibatkan penggunaan dan pengumpulan
bahan secara empiris meliputi studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat
hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah dan interaksional dan visual; yang

17
menggambarkan momen rutin dan problematis; serta maknanya dalam kehidupan
individual dan kolektif. Untuk mengembangkan kajian diatas dapat menggunakan teknik
bricolage.
Bricolage adalah metodologi berganda dari penelitian kualitatif, yang berisi
sejumlah praktek untuk memberikan pemecahan terhadap suatu masalah dalam situasi
nyata. Solusi “bricolage” adalah konstruksi yang muncul untuk dalam bentuk perubahan
alat, metode dan teknis. Bricoleur adalah penggunaan dari keahlian metodologi”nya”,
mengembangkan strategi, metode atau bahan empiris apapun yang tersedia. Produk dari
“bricoleur” adalah bricolage, suatu bentuk kreasi yang kompleks, padat, reflektif yang
menggambarkan kesan peneliti, pemahaman dan penafsirannya mengenai dunia atau
fenomena yang sedang dianalisis.
Bricoleur asuccessful memiliki pengetahuan yang mendalam, seperangkat
keterampilan esotris, dan kapasitas untuk menggabungkan atau menciptakan secara
fleksibel. Sebuah studi kualitatif mengacu pada berbagai keterampilan, bahan, dan
pendekatan sesuai kebutuhan. Ini biasanya terjadi saat kita tidak mampu mengantisipasi
kebutuhan untuk mereka. Proses pencampuran beragam sumber bahan, menerapkan
pendekatan yang berbeda, dan perakitan bit dan potongan menjadi keseluruhan adalah
analog dengan bricolage dari seorang pengrajin terampil yang mampu untuk membuat
atau memperbaiki banyak hal dengan menggunakan apapun tersedia pada saat itu.
e. Interpretasi

Dalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan cara
berfikir kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Kedua proses tersebut merupakan proses yang
saling terkait dan sangat erat hubungannya. Analisis data merupakan proses untuk
pengorganisasian data dalam rangka mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk
keteraturan. Sedangkan interpretasi data adalah proses pemberian makna terhadap pola-
pola atau keteraturan-keteraturan yang ditemukan dalam sebuah penelitian. Data yang
terkumpul diharapkan dapat merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan.
Studi kualitatif jarang memasukkan tabel dengan angka. Satu-satunya visual
presentasi data bisa berupa peta, foto, atau diagram yang menunjukkan bagaimana
gagasan terkait. Data pun dapat berupa kutipan atau deskripsi kejadian tertentu. Studi
kualitatif memberikan makna data, menerjemahkan data tersebut, atau membuat data
tersebut agar bisa dimengerti oleh orang lain. Untuk memulai interpretasi kualitatif,

18
pertama kita harus belajar arti dari sesuatu untuk orang yang kita pelajari. Orang yang
menciptakan aktivitas dan perilaku sosial memiliki alasan pribadi atau motif untuk apa
mereka melakukannya. Ini adalah interpretasi orde pertama. Dalam penafsiran orde
kedua, kami memperoleh sebuah koherensi atau makna yang mendasari dalam data.
Peneliti menempatkan tindakan manusia sedang dipelajari ke dalam “aliran perilaku”
atau kejadian yang terkait dengannya (konteksnya). Selanjutnya pada tingkat interpretasi
yang luas, atau urutan ketiga interpretasi peneliti menetapkan teoritis umum signifikansi
terhadap data. Karena menafsirkan makna sosial dalam konteks sering merupakan tujuan
utama dari hasil studi kualitatif dan perlu diingat bahwa tiga langkah atau perintah
penafsiran membantu menyediakan cara untuk mengatur proses penelitian.
2.4.3. Desain Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan representasi numerik dan manipulasi pengamatan


untuk tujuan mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena yang mencerminkan
observasi. Dalam analisa kuantitatif, data yang dianalisis merupakan data numerik, tetapi
kadang kala datanya berupa non-numerik atau kualitatif. Agar data kualitatif dapat
dianalisis dengan analisis kuantitatif maka data tersebut dikuantifikasi terlebih dahulu
dengan cara pengkodean (memberi kode atau label).
Ada beberapa asumsi dalam penelitian kuantitatif yaitu sebagai berikut.
1. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan
cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.

2. Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.

a. Karakteristik Penelitian Kuantitatif

1. Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional- empiris atau top-down), yang


berusaha memahami suatu fenomena dengan cara mengunakan konsep-konsep yang
umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.

2. Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghindari hal-hal yang bersifat
subjektif.

3. Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.

4. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nomotetik yaitu ilmu
yang berupa membuat hukum-hukum dari generalisasinya.

19
5. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan serta
metode pengumpulan data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.

6. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang


objektif dan baku.

7. Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti
dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.

8. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul

9. Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, terlepas dari konteks waktu dan
situasi.

b. Variabel Dalam Penelitian Kuantitatif

Di dalam setiap penelitian, variabel memiliki peranan penting dalam penelitian.


Variabel dianggap penting karena variabel menggambarkan sesuatu yang akan diteliti.
Variabel dapat berupa subjek atau objek penelitian yaitu nilai, orang, objek, atau kegiatan
yang memiliki variasi atau sifat yang berbeda satu sama lain. Variabel dapat memberikan
gambaran tentang hasil dan kesimpulan penelitian.
1. Variabel bebas : suatu variabel yang menghasilkan efek atau hasil pada variabel
dependen dalam hipotesis kausal. Merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel dependen : variabel efek atau hasil yang disebabkan oleh variabel
independen dalam hipotesis kausal. Variabel terikat merupakan vairabel yang
nilainya tergantung dari nilai variabel lainnya.

3. Variabel moderator : merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel terikat,


namun dalam penelitian pengaruhnya tidak diutamakan. Karena kita berfokus pada
hubungan kausal antar variabel, biasanya kita mulai dengan efek dan kemudian
mencari penyebabnya.

4. Variabel intervening (antara) : merupakan variabel yang menghubungkan antara


variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Contoh hubungan

20
antas Kualitas Pelayanan (Independen) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening)
dan Loyalitas (Dependen).

5. Variabel kontrol : merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan


sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti. Contoh : Aapakah ada perbedaan antara tenaga penjual
(sales force) yang lulus D3 dan S1, maka harus ditetapkan variabel kontrol berupa
gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa
adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan
karyawan karena faktor pendidikan.

c. Hipotesis

Awalnya istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
“hupo” artinya sementara dan “thesis’ berarti pernyataan atau teori. Karena hipotesis
adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji
kebenarannya. Hipotesis jauh lebih penting dalam penelitian ilmiah daripada hanya
dengan mengetahui apa itu dan bagaimana konsep itu dibangun.
Lima karakteristik hipotesis kausal adalah sebagai berikut.
1. Mereka memiliki setidaknya dua variabel.

2. Mereka mengekspresikan hubungan kausal atau sebab-akibat antara variabel.

3. Mereka dapat diekspresikan karena dianggap tidak diharapkan di masa depan.

4. Mereka secara logis terkait dengan pernyataan penelitian dan sebuah teori

5. Mereka dapat dipalsukan : artinya, mereka mampu menjadi diuji terhadap bukti
empiris dan terbukti benar atau salah.

d. Ciri-ciri Hipotesis Penelitian yang Baik

Pernyataan hipotesis yang baik memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :


1. Hipotesis adalah pernyataan tentang relasi antara variabel-variabel.

2. Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-


hubungan yang dinyatakan tersebut.

3. Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel.

21
4. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.

5. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan.

6. Hipotesis harus dapat diuji dengan nalar ataupun dengan alat-alat statistika.

7. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas untuk mengurangi
timbulnya kesalahpahaman pengertian.

8. Hipotesis harus bisa menerangkan hubungan fakta-fakta dan dapat dikaitkan dengan
teknik pengujian.

Secara umum hipotesis yang baik harus menyatakan hubungan antar variabel, sesuai
dengan fakta dan ilmu pengetahuan, harus masuk akal dan dapat diuji.
e. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk Mengkaji Hipotesis

Menemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan


masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan
suatu kerangka analisis yang dibentuknya. Peneliti harus memfokuskan permasalahan
sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis
penelitian, peneliti harus:
1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan
banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang
sedang dilaksanakan;

2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,


objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang
sedang diselidiki;

3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan


lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Contoh fenomena yang bisa dijawab dengan penelitian kuantitatif:


Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa ingin mengetahui kepuasan konsumennya
atas produk, pelayanan dan harga yang dihantarkannya kepada konsumen.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Desain Penelitian dapat didefinisikan sebagai sebuah rencana prosedural yang menjadi
panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid, objektif,
akurat, dan ekonomis.
2. Terdapat dua manfaat dari desain penelitian, yaitu yang pertama pertama terkait dengan
identifikasi dan/atau pengembangan prosedur dan pengaturan logistik, serta yang kedua
yaitu memudahkan orang lain untuk memahami jalannya penelitian. Tujuan penelitian
yaitu memberikan hasil yang diniliai dapat dipercaya (kredibilitas). Sedangkan, ciri desain
penelitian yaitu adanya trade off, bergantung pada derajat akurasi yang diinginkan,
berbentuk alternatif, dan biasanya berupa kompromi.
3. Jenis-jenis desain penelitian dapat digolongkan berdasarkan tiga macam perspektif, yaitu
berdasarkan jumlah kontak, berdasarkan periode waktu rujukan, dan berdasarkan cara
penyelidikan.
4. Terdapat tiga macam strategi desain penelitian, yaitu penelitian kuantitatif, penelitian
kualitatif, dan penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix method). Penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang menekankan pada metode pengukuran (terdapat angka),
sedangkan penelitian kualitatif lebih menekankan pada pertanyaan “what, do, is, are”

23
DAFTAR PUSTAKA

Rahyuda, Ketut. (2020). Metode Penelitian Bisnis Base of The Research Pyramid. 2020th ed.
Denpasar, Bali: CV Sastra Utama.

24

Anda mungkin juga menyukai