Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

Tentang

KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS BISNIS

Disusun Oleh:
Kelompok 11

Ayga dwi Sartika 2012020048

Silvia Oktaviani 2112020073

Sarwati Daulay

Dosen Pengampu :

Romi Altavia,S.sos,M.kom

JURUSAN BIMBINGAN KONSERLING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan tugas makalah ini. Makalah ini berjudul “Kewirausahaan Dalam
Konteks Bisnis”. Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah
Kewirausahaan. Selain itu, penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga penulis.
Terwujudnya makalah ini tentu berkat bantuan dari berbagai pihak.
Sehubungan dengan itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Romi Altavia,S.sos,M.kom. Selaku Dosen Mata kuliah Kewirausahaan. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, 30 Mei 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................10
1. Memulai Usaha Baru..........................................................................................10
2. Langkah – Langkah Memasuki Usaha Baru.........................................................11
3. Merintis Usaha Baru ( Hambatan Memasuki Industri).......................................16
4. Membeli Perusahan Yang Sudah Ada.................................................................17
5. Waralaba............................................................................................................19
6. Perlindungan Hukum: Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta..............................20
BAB III PENUTUP.............................................................................................................26
A. Kesimpulan........................................................................................................26
B. Saran...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan dan


bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuan. Wirausaha
adalah orang yang selalu berubah dan berkembang. Mempunyai sikap positif,
kreatif, inovatif, dan citra diri yang sehat. Pada hakekatnya semua orang adalah
wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan
pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat ,
bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yangt idak berkarya dan
berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masadepannya, dan ia
menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan
Negara lainnya. Berdasarkan pemahaman kewirausahaan di atas,maka seorang
wirausaha harus membuat perencanaan yang tepat untuk memulai sebuah usaha.
Dengan melakukan perencanaan usaha maka akan dapat diukur kelayakan suatu
usaha yang akan dilakukan. Pengetahuan tentang kewirausahaan dan perencanaan
usaha sangat diperlukan bagi para fasilitator/pendamping masyarakat dalam hal
mendorong tumbuhnya wirausaha berbasis potensi lokal yang ada. Ciri khas dari
pendampingan kewirausahaan ini adalah munculnya wirausaha-wirausaha yang
beretika. Artinya tidak hanya mengejar keuntungan semata tetapi juga harus
berkontribusi secara adil pada semua pelaku yangterlibat dalam usaha tersebut dan
menjaga keberlanjutan lingkungan yang ada.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diajukan beberapa rumusan maslah
sebagai berikut:
1. Bagaimana memulai usaha baru/bisnis baru?
2. Bagaimana langkah-langkah memasuki bisnis baru?
3. Bagaimana cara-cara merintis bisnis baru?
4. Bagaimana keuntungan dan kerugian membeli perusahaan yang sudah
ada?
5. Bagaimana perusahaan dengan system warlaba?
6. Bagaimana bentuk-bentuk perlindungan hokum terhadap perusahaan:
paten, merek dagang dan hak cipta?

C. Tujuan Masalah

1. Memahami bagaimana memulai usaha baru/bisnis baru?


2. Memahami langkah-langkah memasuki bisnis baru?
3. Memahami cara-cara merintis bisnis baru?
4. Memahami keuntungan dan kerugian membeli perusahaan yang sudah
ada?
5. Memahami perusahaan dengan system warlaba?
6. Memahami bentuk-bentuk perlindungan hokum terhadap perusahaan:
paten, merek dagang dan hak cipta?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Memulai Usaha Baru


Analogi seorang yang memulai kewirausahaan ialah seperti seorang belajar
naik sepeda, pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang dan
takut, ragu-ragu untuk memulai mengayuh, takut jatuh atau nabrak namun ketika
pedal sepeda mulai dikayuh dan si anak dapat menguasai rasa takutnya, ternyuata
naik sepeda itu mudah semudah berjalan kaki1.
Menurut Suryana ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai
usaha baru, yaitu :
1. Merintis usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang
sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli
perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain
dengan nama dan organisasi yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha
dengan preusan besar dalam mengadakan persetujuan jual – beli hak monopoli
untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).
Menurut Cantillon, wirausaha adalah seseorang yang mampu memindahkan
atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas
rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi. Pendapat lain dari Suryana
mendefinisikan wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya
diri, Menurut Schumpeter, wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasikombinasi baru. Kombinasi tersebut bisa dalam bentuk
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan
metode atau cara produksi baru, membuka pasar yang baru, memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru pada suatu industri. Schumpeter
1
Hanung Eka Atmaja,2021, MENINGKATKAN MINAT KEWIRAUSAHAAN DI ERA GLOBAL MELALUI E-COMMERCE, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Unsurnya, vol 6.no.1 hal. Hal.59

10
mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks
bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Menurut Suryana jiwa kewirausahaan adalah orang yang memiliki ciri ciri
sebagai berikut:
1. Penuh percaya diri, yaitu penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin
dan bertanggungjawab.
2. Memiliki inisiatif, yaitu penuh energI, cekatan dalam bertindak dan aktif.
3. Memiliki motif berprestasi terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan
kedepan.
4. Memiliki jiwa kepemimpinan adalah berani tampil beda, dapat dipercaya
dan tangguh dalam bertindak.
5. Berani mengambil risiko dengan penuh pertimbangan..
2. Langkah – Langkah Memasuki Usaha Baru
Menurut modul pembelajaran wirausaha yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti, ada
beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila seseorang ingin memulai
wirausaha2.
a. Pilih bidang usaha yang Anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan
didalamnya.
Kewirausahaan(entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu
berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi
usaha.Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif
dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya
untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation)
hidup.Tips pertama ini sangatlah membantu bagi seseorang yang
cenderung memilikikeinginan yang tinggi sekaligus mudah jenuh. Tidak
mudah memang, terutama jika seseorang sudah lama dan terbiasa berada
dalam zona aman. Seringkali kesibukan kerja membunuh instink
seseorang untuk berkreasi maupun mengasah minat dan kesukaan yang

2
Suwinardi,2018,langkah sukses memulai usaha,orbith vol.14 no. 3 hal.196

11
mampu mendatangkan uang.
b. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan.
Sebagai seorang wirausaha dalam kegiatan usaha memerlukan
kerjasama usaha dengan pihak lain, dan dalam memilih mitra kerjasama
tentu memilih mitra yang memiliki kelebihan atas kekurangan yang
dimiliki diri sendiri, serta memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun
mitra kerja sama. Dengan demikian, kerja sama tidak didorong oleh
kepentingan sepihak saja, melainkan harus dilandasi oleh kesepakatan
yang membawa kemaslahatan kedua pihak. Informasi yang penting ketika
akan memulai usaha adalah informasi mengenai lokasi, potensi pasar,
sumber modal, pekerja, dan cara pengorganisasiannya. Kombinasi antara
jaringan yang luas dan kenekaragaman latar belakang akan mempermudah
mendapatkan informasi tersebut. Jaringan dan pertemanan memberikan
jalan dalam membangun usaha seseorang, karena Seringkali tawaran-
tawaran peluang bisnis dan dukungan pengembangan bisnis datang dari
rekan-rekan di dalam jaringan tersebut. Pilihlah keunikan dan nilai unggul
dalam produk/jasa anda.
Suatu usaha dapat dilakukan yang sesuai dengan keahliannya maupun
kemampuan pelayanannya. Jaga kredibilitas dan brand image. Menjaga
kredibilitas dan brand image merupakan suatu yang penting dalam
memulai usaha. Seringkali kita ketika memulai berusaha, melupakan
faktor nama baik, kredibilitas dan pandangan orang terhadap produk/jasa
kita.Menurut Kotler, terdapat lima kualitas layanan yang perlu
diperhatikan oleh suatu usaha, agar pelayanan yang diberikan berkualitas,
yaitu :
1) Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan
layanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan terpercaya , akurat, dan
konsisten.
2) Responsiveness ( Daya Tanggap ), yaitu kemauan untuk membantu
pelanggan dan memberikan layanan dengan cepat serta mendengar dan
mengatasi keluhan/komplain yang diajukan konsumen.

12
3) Assurance (Kepastian), yaitu berupa kemampuan untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepada konsumen.
4) Emphaty (Empati), yaitu kesediaan untuk lebih peduli memberikan
perhatian, kesopanan, hubungan personal secara pribadi kepada pelanggan.
5) Tangible (Berwujud), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik,
peralatan, dan berbagai media komunikasi.
Menurut Aaker & David menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kesetiaan pelanggan perusahaan dapat melakukan tiga tindakan. Pertama,
melalui frequent buyer program, yaitu usaha untuk memberikan
penghargaan dan memperkuat perilaku pembelian ulang, dianggap efektif
untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan. Kedua, pembentukan customer
club, sehingga perusahaan dapat melakukan komunikasi langsung dengan
pelanggan dan lebih mengenal dekat siapa pelaggannya, latar belakang,
kebutuhan, serta keinginannya, termasuk memperoleh data base
pelanggannya. Ketiga, data base marketing, melalui data base marketing
yang baik para pelanggan, akan memudahkan bagi perusahaan untuk
berkomunikasi tentang produk dan mendapatkan informasi tentang
kebutuhan dan keinginan yang “tersembunyi” para pelanggan.
c. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk
modal kerja dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa.
Menurut Zimmerer ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha
gagal dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya
1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor
penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan
mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia,
maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah

13
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara
cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
3. Merintis Usaha Baru ( Hambatan Memasuki Industri)
Menurut Lambing (2000: 91-92), ada dua pendekatan utama yang digunakan
wirausahawan untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha yang baru, yakni :
a. Pendekatan ‘Inside-out’ atau ‘Idea generation’, yakni pendekatan yang
berdasarkan pada gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan
usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan, latar belakang, dan
sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis.
b. Pendekatan ‘The out-side in’ atau ‘Opportunity recognition’, yakni
pendekatan yang menekankan pada basis ide merespons kebutuhan pasar
sebagai kunci keberhasilan. Yang tak lain sebagai pengamatan lingkungan,
yakni alat pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang ekonomi.
Pendekatan “out-side in” atau “opportunity recognition”, yaitu pendekatan
yang menekankan basis ide merespons kebutuhan pasar sebagai kunci
keberhasilan.
Menurut Lambing keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah dapat
mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Berdasarkan
pada pendekatan “in-side out”, maka bagi seseorang yang akan memulai usaha
harus memiliki kompetensi usaha yang diperlukan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Kemampuan teknik.
2. Kemampuan pemasaran.
3. Kemampuan finansial
4. Kemampuan hubungan.
Dalam memasuki area bisnis atau memulai usaha baru, seseorang dituntut
tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga ide dan kemauan. Seperti telah
disinggung, ide dan kemauan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk barang dan
jasa yang laku di pasar.
Dalam merintis usaha baru, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,

14
yaitu mencakup hal-hal berikut.
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
3. Tempat usaha yang akan digunakan.
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.
Menurut Peggy Lambing (2000:95), ada beberapa hambatan untuk memasuki
Industri baru, yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan
baru masih kurang. Sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih
bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya.
2. Biaya perubahan, yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali
para karyawan dan penggantian alat serta system yang lama.
3. Respons dari pesaing yang secara agresif akan mempertahankan pangsa
pasar yang ada.
4. Membeli Perusahan Yang Sudah Ada
Membeli perusahaan baru memiliki risiko yang sedikit karena kemungkinan
gagal lebih kecil, waktu lebih sedikit, dan tenaga kerja yang diperlukan. Di
samping itu, membeli perusahaan yang sudah ada juga memiliki peluang
harga yang relative lebih rendah disbanding dengang merintis usaha baru.
Namun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung
kerugian dan permasalahan, baik eksternal maupun internal.
1. Masalah eksternal, yaitu lingkungan seperti banyaknya pesaing dan ukuran
peluang pasar.
2. Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, misalnya masalah citra atau reputasi perusahaan, seperti
masalah karyawan, konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar
diselesaikan oleh pemilik yang baru, masalah lokasi, dan masalah masa
depan perusahaan lainya.
Sebelum melakukan kontrak jual beli, terdapat beberapa aspekyang harus

15
dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimmerer(1996),
aspek-aspek tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan
tersebut?
2. Mengapa perusahaan tersebut berhasil, tetapi kritis?
3. Di mana lokasi perusahaan tersebut?
4. Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan tersebut?
5. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan dari
pada merintis sendiri usaha baru ?
Selain harus mempertimbangkan berbagai ketrampilan, kemampuan, dan
kepentingan pembelian, juga harus memperhatikan sumber-sumber potensial
perusahaan yang akan dibeli, diantaranya mencakup hal-hal berikut.
1. Pedagang perantara penjual peruahaan yang akan dibeli.
2. Bank Investor yang melayani perusahaan.
3. Kontak-kontak perusahaan, seperti pemasok, distributor, pelanggan
dan lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang
akan di beli.
4. Jaringan kerja sama bisnis dan social perusahaan akan dibeli.
5. Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh
perusahaan yang akan dibeli.
Beberapa aspek yang harus di pertimbangkan dalam membeli perusahaan,
yaitu alasan pemilik untuk menjual perusahaan, potensi, aspek legal, dan kondisi
keuangannya. Zimmerer tampak lebih eksplisit dari pada lambing mengenai
alasan mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis
untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu mencakup hal-hal berikut.
1. Alasan pemilik menjual perusahaan.
2. Potensi produk dan jasa yang dihasilkan.
3. Aspek legal yang dimiliki perusahaan.
4. Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual.
Setelah menganalisis perusahaan yang akan dibeli, langkah-langkah yang
harus diambil dalam pembelian suatu perusahaan mencakup hal-hal berikut.

16
1. Yakin bahwa anda tidak akan merintis usaha baru.
2. Tentukan jenis perusaahaan yang diinginkan dan apakah Anda mampu
mengelolanya.
3. Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan.
4. Pertimbangkan lokasi yang anda inginkan.
5. Pertimbangkan kembali gaya hidup.
6. Jejaki penyandang dana sebelumnya.
7. Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang.
8. Tetapkan perusahaan yang ingin anda beli.
9. Pilihlah penjual terbaik.
10. Adakan penelitian sebelum anda menyetujuinya.
11. Buatlah surat perjanjian dalam bentuk spesifik, misalnya jangka waktu
pembayaran berakhir.
12. Jangan lupa untuk menilai karyawan.
13. Yakin bahwa harga yang di tawarkan itu mencerminkan nilai
perusahaan.
5. Waralaba
Bisnis waralaba (Franchise) merupakan fenomena baru dalam dunia
perdagangan Indonesia, meskipun sistem ini sudah berlaku cukup lama di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa pada
umumnya. Pada dasarnya waralaba (franchise)adalah sebuah perjanjian
mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor
dalam jangka waktu tertentu memberikan lisensi kepada franchisee untuk
melakukan usaha pendistribusian barang atau jasa di bawah nama identitas
franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai
dengan prosedur dan cara yang ditetapkan oleh franchisor. Franchisor
memberikan bantuan (assistance) terhadap franchise, sebagai imbalannya
franchise membayar sejumlah uang berupa initial fee dan royalty. Suatu
waralaba adalah suatu bentuk perjanjian, yang isinya memberikan hak dan
kewenangan khusus kepada pihak penerima waralaba. Waralaba merupakan
suatu perjanjian yang bertimbal balik karena pemberi waralaba, maupun

17
penerima waralaba, keduanya berkewajiban untuk memenuhi prestasi tertentu.
Ada dua pihak dalam Perjanjian Waralaba ini, yaitu Pemberi Waralaba
(Franchisor) dan Penerima Waralaba (Franchisee). Yang dimaksud dengan
franchisor adalah pihak atau para pihak yang memberikan izin kepada pihak lain
(Frachisee) untuk menggunakan kekhasan usaha dan spesifikasi (ciri pengenal)
bisnis miliknya. Sedangkan yang dimaksud dengan Franchisee adalah pihak atau
para pihak yang mendapat izin atau lisensi franchisee dari pihak frenchisor untuk
menggunakan kekhasan usaha atau spesifikasi usaha franchisor tersebut3. Dalam
bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan:
a) Waralaba produk dan merek dagang;
b) Waralaba format bisnis
6. Perlindungan Hukum: Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta
a. Perlindungan hukum paten
Di Indonesia dari waktu ke waktu dilakukan penyempurnaan terhadap
peraturan tentang hak paten. Sebelum berlaku Undang-Undang No. 14 Tahun
2001 tentang Paten, kita sudah mengenal Undang-Undang No. 13 Tahun
1997 bahkan sebelumnya Undang-Undang No. 6 Tahun 1989.
Penyempurnaan terhadap berbagai ketentuan tersebut, selain bermaksud
untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam praktek kurang memberi
perlindungan hukum bagi seorang penemu, juga dimaksudkan dalam rangka
penyesuaian dengan perjanjian-perjanjian internasional seperti Persetujuan
TRIPs yang telah ditandatangani Indonesia. Harapan besar dalam perubahan
dan penyesuaian ini adalah untuk menghapuskan berbagai hambatan,
terutama juga untuk memberikan fasilitas yang mendukung upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdagangan baik secara nasional
maupun internasional4.
Dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 14 Tahun 2001, ditentukan:
(1) Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung langkah
inventif serta dapat diterapkan dalam industri.
3
H.syahrani, 2012, BISNIS WARALABA DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH, AT - TARADHI Jurnal
Studi Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm.131-146
4
Sutarman yodo, 2016, PERLINDUNGAN HAK PATEN (Studi Komparatif Lingkup Perlindungan di Berbagai Negara),Fiat Justisia Jurnal
Ilmu Hukum ISSN 1978-5186 Vol 10 no 4 hal.710-711

18
(2) Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi
seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan
hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.
(3) Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada
pada saat permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan
permohonan pertama dalam hal permohonan itu diajukan dengan Hak
Prioritas.
b. Perlindungan hukum merek dagang
Berdasarkan Undang-Undang Merek Pasal 1 ayat 1, merek didefinisikan
sebagai sebuah tanda dari gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek
merupakan tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik
orang lain. Merek merupakan suatu tanda yang memberi kepribadian atau
pengindividualisasian kepada barang-barang dalam arti memberi tanda yang
khusus yang mempunyai daya pembeda (distinctiveness). Yang dimaksud
dengan daya pembeda adalah memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai
tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang satu dengan yang lain.
Tanda yang sudah memiliki daya pembeda tak dapat diterima sebagai merek
apabila tidak dapat digunakan pada kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka merek adalah suatu tanda atau cap pada
suatu barang sebagai daya pembeda yang merupakan suatu unsur yang paling
utama untuk barang tersebut. Merek mempunyai fungsi untuk memberi tanda
pengenal barang, guna membedakan barang seseorang atau perusahaan dengan
barang orang atau perusahaan lain. Disamping itu ada tujuan-tujuan lain dilihat
dari pihak produsen, pedagang dan konsumen. Dari pihak produsen, merek
digunakan untuk jaminan nilai hasil produksi, khususnya mengenai kualitas,
kemudahan pemakaiannya atau hal-hal yang pada umumnya berkenaan dengan
teknologinya. Bagi pedagang, merek digunakan untuk mempromosikan barang-
barang dagangannya guna mencari meluaskan pasaran. Dari pihak konsumen,

19
merek diperlukan untuk mengadakan pilihan terhadap barang yang akan dibeli5.
Pada prinsipnya, pendaftaran atas merek merupakan salah satu bentuk
perlindungan dari Undang-Undang Merek, karena sistem yang digunakan di
Indonesia adalah first to file principle, siapa yang mendaftar pertama maka yang
bersangkutan berhak atas merek tersebut dan akan mendapatkan hak esklusifnya
selama 10 (sepuluh) tahun dengan konsekuensi tidak ada seorang pun yang
boleh menggunakan merek tersebut untuk kepentingan komersial dari hak
ekslusif tersebut tanpa seizin pemilik atau pemegang hak merek.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku pada Pasal 3 UU Merek, bahwa hak atas
merek adalah hak ekslusif pemilik merek terdaftar yang diperoleh dari negara.
Dengan kata lain, diperolehnya hak atas merek adalah sebagai satu konsekuensi
telah didaftarkan merek tersebut pada Kantor Direktorat Jendral HaKI.
Pendaftaran adalah syarat mutlak bagi seseorang jika merek tersebut diakui
secara sah bahwa ia adalah pemilik dari merek tersebut. Tanpa pendaftaran,
maka tidak ada hak atas merek tersebut dan juga perlindungan yang diberikan
atas merek tersebut.
Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Merek menjelaskan bahwa merek
memberikan hak kepada pemilik merek terdaftar untuk mengajukan gugatan
terhadap orang atau badan hukum yang secara tanpa hak menggunakan merek
yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan mereknya.
Gugatan tadi di dalam Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang Merek 2001 diajukan
melalui Pengadilan Niaga. Agar tuntutan ganti rugi memenuhi syarat sebagai
dalil gugatan, maka harus memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu:
a. Merek yang digunakan tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya atau
pada keseluruhan dengan merek orang lain.
b. Merek orang lain itu sudah terdaftar
c. Penggunaan tanpa hak.
Gugatan ganti rugi dapat berupa ganti rugi materiil dan ganti rugi immateriil.
Ganti rugi materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang
sedangkan ganti rugi immaterial berupa tuntutan ganti rugi yang disebabkan oleh
5
Sulastri dkk,2018, PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK (TINJAUAN TERHADAP MEREK DAGANG TUPPERWARE
VERSUS TULIPWARE),Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1 hal 160-172

20
pemakaian merek dengan tanpa hak sehingga pihak berhak menderita kerugian
secara moril. Oleh karena itu, sepanjang mengenai tuntutan ganti rugi yang
didasarkan kepada kedua peristiwa di atas berlaku juga ketentuan yang termuat
di dalam KUH Perdata yang disebut terakhir ini berfungsi sebagai Lex Generalis
sedangkan Undang-Undang Merek 2001 itu sendiri sebagai Lex Specialis.
Tuntutan pidana atas sengketa merek berdasarkan ketentuan Pasal 90 Undang-
Undang Merek menyatakan bahwa," barang siapa dengan sengaja tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar
milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar). Dimaksud dengan kata
tanpa hak dalam Pasal 90 tersebut adalah merek yang digunakan tidak terdaftar
dan sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang untuk barang
dan/atau jasa sejenis sedangkan yang dimaksudkan dengan barang atau jasa
sejenis dalam Pasal 90 dijelaskan bahwa kelompok barang dan/atau jasa yang
mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan penggunaannya.
c. Perlindungan hukum hak cipta
Hak cipta merupakan hak untuk mencegah orang lain untuk mengklaim,
menggandakan, mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan, kecuali
dengan mendapatkan izin dari pemilik atau pemegang hak cipta. Sehingga, hak
eksklusif hak cipta tidak dapat diganggu gugat. Hak eksklusif pada Hak Cipta
meliputi hak ekonomi dan hak moral. Hak Ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi dari hasil karya tersebut dan Hak moral adalah
hak yang melekat pada pemilik Hak Cipta tersebut berupa hak atas keutuhan
karyanya serta hak namanya tetap dicantumkan sebagai pencipta. Selanjutnya
mengenai kepemilikan hak cipta tercantum dalam Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Pemegang
Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak
tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah6.
6
Mahadiena fatmashara dkk,2020, PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP LOGO INSTANSI PEMERINTAH
DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP ALTER EGO, JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Vol. 2 No.1 hal. 102

21
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta yang menyatakan bahwa Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan
dalam bentuk nyata. Pasal 28 huruf C ayat (1) dan Pasal 28 huruf D ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa pemerintah menjamin setiap
orang untuk memiliki hak yang sama dan kesetaraan yang sama pada setiap
individu. Pemerintah sebagai wakil negara memiliki kewajiban untuk menjamin
kepastian hukum pada setiap individu dan mewujudkan kesejahteraan bagi setiap
warga negaranya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan sastra, sudah demikian pesat sehingga karya karya yang sudah dibuat
oleh pencipta memerlukan pelindungan dan jaminan kepastian hukum bagi
pencipta.
Sesuai dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta yaitu betujuan untuk meningkatan pelindungan dan jaminan kepastian
hukum bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan Pemilik Hak Terkait dan
pandangan hak cipta yang merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai peranan strategis dalam
mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Beberapa aturan yang berkaitan dengan perlindungan
hukum untuk hak cipta atas logo instansi pemerintah yaitu pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yaitu terdapat dalam beberapa pasal,
diantaranya Pasal 34 yang menyatakan bahwa dalam hal Ciptaan dirancang oleh
seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh Orang lain di bawah pimpinan
dan pengawasan Orang yang merancang, yang dianggap Pencipta yaitu Orang
yang merancang Ciptaan.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Memulai usaha baru mirip dengan belajar naik sepeda. Ada tiga cara untuk
memulai usaha baru: merintis usaha baru, membeli perusahaan yang sudah ada,
atau melakukan kerja sama manajemen. Menjadi seorang wirausaha
membutuhkan kepercayaan diri, inisiatif, motivasi berprestasi, jiwa
kepemimpinan, dan kemampuan mengambil risiko.
Langkah-langkah memasuki usaha baru meliputi: memilih bidang usaha yang
diminati dan memiliki pengetahuan, memperluas jaringan bisnis, memilih
keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa, menjaga kredibilitas dan brand
image, serta berhemat dalam operasional dan menyisihkan uang untuk modal
kerja dan investasi.
Kesuksesan dalam usaha baru dipengaruhi oleh kemampuan manajerial,
pengalaman, pengendalian keuangan, dan persiapan yang matang untuk
menghadapi tantangan dan pengembangan usaha.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, kami sadar dalam makalah ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan dari segi materi maupun
penyampaian. Untuk itu saran yang membangun dari pembaca sangatlah kami
harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hanung Eka Atmaja,2021, MENINGKATKAN MINAT


KEWIRAUSAHAAN DI ERA GLOBAL MELALUI E-COMMERCE, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Unsurnya, vol 6.no.1 hal. Hal.59

H.syahrani, 2012, BISNIS WARALABA DI INDONESIA DALAM


PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH, AT - TARADHI Jurnal Studi
Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm.131-146

Mahadiena fatmashara dkk,2020, PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA


TERHADAP LOGO INSTANSI PEMERINTAH DIHUBUNGKAN DENGAN
PRINSIP ALTER EGO, JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Vol. 2
No.1 hal. 102

Suwinardi,2018,langkah sukses memulai usaha,orbith vol.14 no. 3 hal.196

Sutarman yodo, 2016, PERLINDUNGAN HAK PATEN


(Studi Komparatif Lingkup Perlindungan di Berbagai Negara),Fiat Justisia Jurnal
Ilmu Hukum ISSN 1978-5186
Vol 10 no 4 hal.710-711

Sulastri dkk,2018, PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK


(TINJAUAN TERHADAP MEREK DAGANG
TUPPERWARE VERSUS TULIPWARE),Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1 hal 160-
172

Suryana, Kewirausahaan , Edisi 4.

24

Anda mungkin juga menyukai