Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah

METODOLOGI PENELITIAN
(PROSES PENELITIAN LANGKAH 6)

OLEH :

IRMAN BADU
G2E1 16 034

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU EKONOMI / AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam tulisan ini kami membahas tentang Proses Penelitian
Langkah 6: Unsur-unsur Desain Penelitian.
Sebelum seorang peneliti memulai kegiatan, biasanya terlebih dahulu
membuat suatu rancangan. Rancangan tersebut dinamakan desain penelitian.
Sebagian orang menyebutnya dengan proposal penelitian. Kedua istilah tersebut
memang mirip tapi tidak persis sama, perbedaannya adalah, desain
penelitian merupakan rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar
kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Sedangkan proposal penelitian lebih
ditekankan jika seorang peneliti mengajukan maksud yang berorientasi pada
penawaran keuntungan.
Desain penelitian merupakan susunan logis yang menghubungkan data
empiris dengan pertanyaan awal penelitian dan konklusi-konklusinya. Dalam bahasa
sehari-hari, desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini
ke sana, dimana disini biasa diartikan sebagai rangkaian pertanyaan awal yang
harus dijawab, dan disana merupakan serangkaian konklusi (jawaban) atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut
Dalam proses pendalaman materi ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu proses pembuatan tulisan ini. Saya menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang dapat membangun
kesempurnaan tulisan kami.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para
pembaca.
Kendari, Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ .......... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................... ............. 2
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................... ....... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Desain Penelitian ................................................................... 3


2.2. Tujuan Studi Kasus Penelitian .............................................. 5
2.3. Jenis Investigasi: Kausal versus Korelasional ...................... 9
2.4. Intervensi Penelitian .............................................................. 11
2.5. Pengujian Hipotesis dengan Penelitian Kualitatif: Analisis
Kasus Negatif............................................................... ......... 12
2.6. Situasi Studi Penelitian....................................................... .. 13
2.7. Horizon Waktu : Studi versus Longitudinal.......................... 14

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses Penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan data, mengolah,


menyajikan, dan menganalisis suatu data atau peristiwa. Penelitian juga berarti
melakukan kegiatan dengan langkah-langkah yang sistematis dan terencana
sejak persiapan atau perencanaan penyelenggaraan penelitian sampai dengan
tersusunnya sebuah laporan penelitian sistematis artinya kegiatan penelitian
dilakukan secara padu dan runtut (melalui jalur atau urutan) dari satu aktivitas
atau bagian-bagian kegiatan yang dilakukan agar dicapai hasil yang optimal
sedangkan terencana diksudkan bahwa penelitian yang akan dilakukan harus
dilakukan kegiatan persiapan dan pengkajian awal baik dalam proses
perencanaan dan maupun pengambilann keputusan.
Sebelum seorang peneliti memulai kegiatan, biasanya terlebih dahulu
membuat suatu rancangan. Rancangan tersebut dinamakan desain penelitian.
Sebagian orang menyebutnya dengan proposal penelitian. Kedua istilah tersebut
memang mirip tapi tidak persis sama, perbedaannya adalah, desain
penelitian merupakan rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar
kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Sedangkan proposal penelitian lebih
ditekankan jika seorang peneliti mengajukan maksud yang berorientasi pada
penawaran keuntungan.
Desain penelitian merupakan susunan logis yang menghubungkan data
empiris dengan pertanyaan awal penelitian dan konklusi-konklusinya. Dalam
bahasa sehari-hari, desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk
berangkat dari sini ke sana, dimana disini biasa diartikan sebagai rangkaian
pertanyaan awal yang harus dijawab, dan disana merupakan serangkaian
konklusi (jawaban) atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Penelitian dapat dimulai dari suatu pertanyaan. Akan tetapi pertanyaan
yang dirumuskan harus realistik, dalam pengertian memungkinkan dapat
terjawab (answearable). Dengan demikian, pertanyaan dirumuskan setelah

1
dilakukan observasi sehingga tidak ada rumusan yang ada di luar lingkup
masalah yang diteliti.
Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang
peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang
bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan menganalisis dalam bentuk karya
tulis berupa makalah yang berjudul Proses Penelitian Langkah 6: Unsur-unsur
Desain Penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah desain penelitian itu?
2. Bagaimana studi kasus dalam penelitian?
3. Apa saja jenis investigasi dalam proses penelitian?
4. Bagaimana tingkat intervensi penelitian terhadap studi?
5. Bagaimana situasi dalam studi penelitian?
6. Unit analisis apa yang diperlukan oleh peneliti?
7. Apa perbedaan horizon waktu studi vs longitudinal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah desain penelitian itu.
2. Untuk mengetahui bagaimana studi kasus dalam penelitian.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis investigasi dalam proses penelitian.
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat intervensi penelitian terhadap studi.
5. Untuk mengetahui bagaimana situasi dalam studi penelitian.
6. Untuk mengetahui unit analisis apa yang diperlukan oleh peneliti.
7. Untuk mengetahui apa perbedaan horizon waktu studi vs longitudinal.

1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat sebagai pembelajaran awal dan menjadi acuan dalam
melakukan proses penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desain Penelitian


Desain Penelitian adalah merupakan serangkaian pilihan pengambilan
keputusan rasional, keputusan mengenai tujuan studi (eksploratif, deskriptif,
pengujian hipotesis), letaknya (yaitu konteks studi), jenis yang sesuai untuk
penelitian (jenis investigasi), tingkat manipulasi dan control penelitian (tingkat
intervensi peneliti), aspek temporal (horizon waktu), dan level analisis data (unit
analisis) ini adalah bagian integral pada desain penelitian. Semakin ketat dan
canggih desain penelitian, semakin besar waktu, biaya dan sumber daya lain
yang akan dihabiskan. Penting diperhatikan mengenai relevan terhadap manfaat
bagi peneliti, terkait akurasi, keyakinan, generalisasi, sepadan dengan investasi
yang dikeluarkan. Peneliti akan akan menentukan keputusan yang tepat untuk
dibuat dalam desain studi berdasarkan defenisi masalah, tujuan penelitian,
tingkat keketatan yang diinginkan, dan petimbangan biaya.
Menurut Depdiknas (2008), desain diartikan sebagai kerangka, pola atau
rancangan. Sedangkan Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Nazir (2014:70) mengungkapkan desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Sarwono ( 2006 ) mengungkapkan bahwa desain penelitian bagaikan alat
penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrument
pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya.
Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa desain
penelitian adalah pola atau bentuk yang digunakan seorang peneliti dalam
menyelidiki kasus untuk memperoleh jawaban atas suatu permasalahan yang
dapat dijadikan perbandingan dalam mengambil suatu keputusan. Desain
penelitian merupakan rancangan penelitian yang di gunakan sebagai pedoman

3
dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua
pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2010) proses penelitian menjadi desain penelitian
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi
untuk dijadikan sebagai dasar penelitian.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan sutu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian telah
dipaparkan dalam latar belakang penelitian dan diperinci dalam identifikasi
masalah dan rumusan masalah.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),
maka peneliti dapat membaca referensi teoretis yang relevan dengan masalah
dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga
dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teortis mempunyai tujuan
untuk menyusun kerangka teoretis yang menjadi dasar untuk menjawab
masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan
menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
5. Metode penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan
pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang
lain.

4
6. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Setelah data
terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan
masalah berupa informasi mengena solusi masalah yang bermanfaat sebagai
dasar untuk pembuatan keputusan.

2.2 Tujuan Studi Kasus Penelitian


Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan dalam situasi
organisasi lain yang mirip, yang juga merupakan metode pemecahan masalah,
atau untuk memahami fenomena yang diminati dan menghasilkan pengetahuan
lebih lanjut dalam bidang tersebut. Sifat studi - entah eksploratif, deskriptif, atau
pengujian hipotesis - bergantung pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai
topik yang diteliti.

2.2.1 Studi eksploratif


Menurut pendapat Sekaran (2016: 155-156) Studi eksploratif (exploratory
study) dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang
dihadapi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana
masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Intinya,
studi eksploratif dilakukan untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah
karena mungkin baru sedikit studi yang telah dilakukan dalam bidang
tersebut. Wawancara ektensif dengan banyak orang mungkin harus dilakukan
untuk menangani situasi dan memahami fenomena.Studi eksploratif
dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak
informasi untuk menyusun kerangkat teoretis yang kukuh.

5
Indriantoro (1999:87) mengungkapkan studi eksploratif pada dasarnya untuk
memahami karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, karena belum
banyak literatur hasil penelitian yang membahas masalah tersebut atau
masalah yang sejenis. Peneliti melalui studi ekploratif dapat mengembangkan
konsep yang jelas dan mendefinisikan variabel-variabel penelitian yang
penting. Data yang dikumpulkan dalam studi eksploratif dapat menggunakan
berbagai teknik, antara lain observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil
analisis data yang dikumpulkan dalam studi ini, peneliti dapat
mengembangkan teori atau hipotesis yang perlu diuji melalui penelitian-
penelitian berikutnya.

Dalam praktek penelitian eksploratif bisa dilakukan dengan empat prosedur,


yaitu :
a. Teknik infomassi kunci (key informant technique) metode ini dilakukan
dengan cara mencari dan mewawancarai beberapa orang ahli atau
informasi kunci dibidang yang berhubungan dengan situasi yang akan
diteliti.
b. Focus group interview atau focus group discussion. Cara ini dilakukan
dengan membuat forum diskusi yang tediri dari 8 sampai 12 orang.
Forum diskusi ini diberi suatu topic yang di sesuaikan dengan penelitian
dan dibuat dalam situasi yang informal dengan dipimpin oleh seorang
moderator yang sudah terlatih dengan baik.
c. Analisis data sekunder (secondary data analysis) penelitian eksploratif
juga bisa mengambil data seekunder, yaitu mengumpulkan data dari data
yang sudah ada aatau yang sudah di publikasikan. Dengan cara ini akan
menghemat waktu dan biaya yang diperlukan.
d. Metode studi kasus (case study method) metode studi kasus merupakan
pengujian yang mendalam terhadap unit yang berkepentingan, seperti
pelanggan atau konsumen took,penjual, perusahaan dan area pasar.
Dengan metode ini, si peneliti bisa memperoleh informassi secara detail
tentang subyek yang diteliti.

6
2.2.2 Studi Deskriptif
Indriantoro (1999:88) menyatakan studi deskriptif merupakan penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek
berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Studi ini
membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti,
mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu dan menawarkan ide
masalah untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.
Studi deskriptif menjelaskan karakteristik suatu fenomena yang dapat
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-
masalah bisnis. Meskipun pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk
memecahkan masalah-masalah bisnis, disebut juga dengan analisis diagnosis
yang datanya dapat berupa kualitatif dan kuantitatif.
Menurut pendapat Sekaran (2016:158), Studi Deskriptif dilakukan untuk
mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristif variable
yang diteliti dalam suatu situasi. Adapun tujuan dari Studi deskriptif adalah
memberikan sebuah riwayat kepada peneliti atau untuk menggambarkan
aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif
seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya. Studi deskriptif yang
menampilkan data dalam bentuk yang bermakna. dengan demikian membantu
untuk:
a. Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu
b. Memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi
tertentu
c. Memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut
d. Membuat keputusan tertentu yang sederhana

2.2.3 Pengujian Hipotesis


Sekaran (2016:162) berpendapat bahwa Pengujian Hipotesis menjelaskan
sifat hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antara kelompok atau
kebebasan (independensi). Pengujian hipotesis dilakukan untuk menelaah
varians dalam variabel terikat untuk memperkirakan keluaran organisasi.

7
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis umumnya merupakan
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar
variabel. Tipe hubungan antara dua variabel atau lebih dapat berupa
hubungan korelasional, komparatif (perbandingan), dan hubungan sebab-
akibat. Pengujian hipotesis merupakan tujuan studi (termasuk studi
eksploratif dan studi deskriptif) yang mempunyai pengaruh terhadap elemen
desain penelitian yang lain, terutama dalam pemelihan metode pengujian
data.

2.2.4 Analisis Studi Kasus


Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam mengenai suatu unit social
sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan
dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.Cakupan studi kasus
dapat meliputi keseluruhan siklus kehidupan atau dapat pula hanya meliputi
segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada beberapa faktor yang
spesifik dan dapat pula memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa.

Menurut Sekaran (2016: 163) Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan
mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi
lain. Studi kasus bersifat kualitatif adalah berguna dalam menerapkan solusi
pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa
lalu.
2.2.5 Tinjauan Tujuan Studi
Tidak sulit untuk melihat bahwa dalam studi eksploratif, peneliti pada
dasarnya berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk
memperoleh pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti.
Demikian pula, studi awal pada skala kecil, dengan mewawancarai orang-
orang atau mendapatkan informasi dari jumlah kejadian yang terbatas adalah
tidak umum dalam penelitian eksploratif.

Studi deskriptif tidak dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang tampak
dalam sebuah situasi diketahui eksis dan seseorang ingin mampu
menjelaskannya secara lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai

8
faktor terkait. Pengujian hipotesis menawarkan pemahaman yang lebih baik
mengenai hubungan yang eksis antar variabel. Hal tersebut juga dapat
menentukan hubungan sebab-akibat, pengujian hipotesis dapat dilakukan
dengan data kualitatif dan kuantitatif. Studi kasus umumnya bersifat kualitatif
dan kadang-kadang digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan
manajerial.

2.3 Jenis Investigasi: Kausal versus Korelasional


Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah study kasual
(causal study) atau korelasional (correlational) untuk menentukan jawaban atas
persoalan yang dihadapi. Studi di mana penelitian diingin menentukan penyebab
dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal (causal study). Jika penelitian
berminat untuk menentukan variabel penting yang berkaitandengan masalah
disebut studi korelasional (correlational study).
Sekaran (2016:165) menyatakan studi kasual adalah studi dimana peneliti
ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Sedangkan studi
korelasional adalah studi dimana peneliti berminat untuk menemukan variabel
penting yang berkaitan dengan masalah.

2.3.1 Kausal
Penelitian kausalitas selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dengan kata lain, study kausalitas mempertanyakan masalah
sebab-akibat. Dalam analisis kausaliitas, dibedakan menjadi:
a. Kausalitas satu arah
X=>Y, artinya X menyebabkan Y
Y=>X, artinya Y menyebabkan X
b. Kausalitas dua arah: Y X , artinya ada hubungan simultan antara Y dan X
karena Y menyebabkan X, dan X menyebabkan Y.

Kendati penelitian kausal-komparatif dan experimental merupakan dua macam


penelitian yang berbeda, namun keduanya memiliki beberapa persamaan.
Kedua metode penelitian ini berusaha untuk melihat adanya hubungan-akibat,

9
juga meliputi perbandingan antar grup. Perbedaan utama antara keduanya
bahwa dalam penelitian experimental, pernyataansebab dikendalikan, sedang
dalam penelitian kausal komparatif tidak. Dalam penelitian experimental,
aktivitas atau karakteristik yang dipercaya menyebabkan perubahan disebut
sebagai variabel bebas, sedangkan perubahan atau akibat yang diperhitungkan
terjadi atau tidak terjadi disebut sebagai variabel terikat, artinya terikat kepada
variabel bebas. Jadi, penelitian ini merupakan study yang menyelidiki
hubungan sebab-akibat, menyelidiki akibat yang ditimbulkan oleh variabel
bebas kepada variabel terikat.
Dalam studi eksperimental, peneliti mengendalikan setidaknya satu variabel
bebas dan mengamati akibat yang terjadi kepada satu atau lebih variabel
terikat.Esensi dari eksperimen adalah pengendalian.
Dalam penelitian kausal-komparatif, variabel bebas merupakan hal yang sudah
terjadi dan tidak dikendalikan.Variabel bebas yang secara alami tidak dapat
dikendalikan misalnya jenis kelamin (pria atau wanita).Variabel bebas yang
secara alami tidak dapat dikendalikan misalnya cacat fisik, dan variabel yang
tidak perlu dikendalikan walaupun mungkin bisa, misalnya metode
pelatihan.Adanya hubungan sebab-akibat yang jelas dari hasil penelitian kausal
komparatif tidak terdapat pengendalian terhadap variabel bebas, hasil dari
penelitian ini pada umumnya bersifat tentarif.Namun demikian, sisi positif dari
penelitian ini adalah biaya penelitian yang relative murah dan waktu yang lebih
pendek apabila dibandingkan dengan penelitian eksperimental.

2.3.2 Korelasional
Penelitian korelasional bertujuan menyelidik sejauh mana variasi pada satu
variabel yang berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini sangat cocok bila variabel-
variabel yang terlihat sangat kompleks dan tidak dapat diteliti lewat metode
eksperimentasi atau yang variasinya tidak dapat dikendalikan. Dengan
penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling
hubungan di antara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan serentak dalam
kondisi yang realistic.

10
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak
menjelaskan sebab-akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau tidakadanya
hubungan antara variabel yang diteliti. Ada beberapa alternative teknik yaitu:
korelasi bivariate, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kanolikal,
dan analisis frekuensi multiarah (multiway frequency analysis). Teknik yang
dipilih tergantung dari jumlah variabel yang diamati, macam data yang
digunakan kontiou atau diskrit dan apakah variabel independen dapat
dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa variabel independen
diukur setelah dampak variabel independen lain dihilangkan).
Jadi inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan
antarvariabel, tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.Korelasi
bivariant merupakan jenis korelasi yang paling popular. Kolerasi bivariant
menjelaskan hubungan linear antara 2 variabel, x dan y.

2.4 Intervensi Penelitian


Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja
mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah
kasual atau korelasional. Studi korelasioanal dilakukan dalam lingkungan alami
organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang normal.
Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi
efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah menyusun
kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya untuk
menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah gangguan pada arus kerja normal
dalam sistem saat peneliti mewawancarai karyawan dan menyebarkan kuesioner
di tempat kerja, intervensi peneliti dalam fungsi rutin sistem adalah minimal jika
dibandingkan dengan yang disebabkan selama studi kasual. Dalam studi yang
diakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk
memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut
pada variabel terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan sengaja
mengubah variabel tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa sejauh
peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam organisasi.

11
Menurut Sekarna (2016:167) ada beberapa macam intervensi peneliti
dalam memanipulasi studi penelitian sebagai berikut:
a. Intervensi Minimal: terjadi jika peneliti hanya menyebarkan kuesioner tanpa
mengintervensi aktivitas normal terhadap kasus yang diteliti.
b. Intervensi Sedang: Peneliti tidak lagi berurusan dengan temuan korelasi
namun ingin menentukan secara kukuh hubungan kausal. Atau memanipulasi
peristiwa normal dengan secara sengaja mengubah tingkat dukugan.
c. Intervensi Berlebih: Setelah melakukan eksperimen terdahulu seorang
peneliti merasa bahwa hasilnya mungkin tidak valid karena adanya faktor
eksternal lain dan memastikan bahwa faktor asing tersebut mungkin
mempengaruhi hubungan sebab-akibat. Dalam intervensi berlebih tidak
hanya dukungan manipulasi tapi situasi dimana eksperimen diadakan adalah
artifisial karena peneliti menarik subjek keluar dari lingkungan normalnya
dan menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar berbeda.

2.5 Situasi Studi Penelitian


Menurut Sekaran (2016:170) penelitian organisasi dapat dilakukan dalam
lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam
situsi tidak diatur) atau dalam keadaan artificial dan diatur. Studi korelasi selalu
dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yang
ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.
Studi korelasi yang dilakukan dalam organisasi di sebut studi lapangan
(field study). Studi yang dilakukan untuk menentukan sebab-akibat
menggunakan lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi secara
normal disebut eksperimen lapangan (field experiment).
Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat
yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memrlukan pembuatan
sebuah lingkungan yang artivisial dan teratur, dimana semua factor asing di
control dengan ketat. Subyek yang sama di pilih secara saksama untuk
merespons stimuli tertentu yang dimanipulasi.studi tersebut dianggap sebagai
eksperimen lab (lab experiment).

12
Jadi kesimpulannya, penelitian organisasi dapat dilakukan dalam
lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam
situsi tidak diatur) atau dalam keadaan artificial dan diatur. Studi korelasi selalu
dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yang
ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.

2.6 Unit Analisis Penelitian


Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan
selama tahap analisis data selanjutnya. Jika misalnya, pernyataan masalah
berfokus pada bagaimana meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara
umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan harus
menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka.
Dalam hal ini, unit analisis adalah individu (individual). Jika peneliti berminat
mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok dua orang, atau
dikenal sebagai pasangan (dyads), akan menjadi unit analisis. Analisis terhadap
interaksi suami-istri dalam keluarga dan hubungan atasan-bawahan di tempat
kerja merupakan contoh yang baik dari pasangan sebagai unit analisis. Tetapi,
jika pernyataan masalah berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit
analisis adalah pada tingkat kelompok.
Pernyataan penelitian kita menentukan unit analisis. Misalnya, jika kita
ingin mempelajari pola pengambilan keputusan kelompok, kita mungkin akan
menguji aspek seperti ukuran kelompok, struktur kelompok, kepaduan, dan
semacamnya, untuk mencoba menjelaskan varians dalam pembuatan keputusan
kelompok. Disini, kita akan menelaah dinamika yang berlaku dalam beberapa
kelompok berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan
kelompok. Dalam hal tersebut, unit analisis adalah kelompok.
Seiring pertanyaan penelitian kita terhadap persoalan bergerak dari
individu ke pasangan, dan ke kelompok, organisasi, dan bahkan negara,
demikian pula unit analisis, bergeser dari individu ke pasangan, kelompok,
organisasi, dan negara. Karakteristik tingkat analisis ini adalah bahwa tingkat
lebih rendah termasuk dalam tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, jika
kita ingin mempelajari dinamika kelompok, kita mungkin perlu mempelajari,

13
katakanlah enam atau lebih kelompok, dan kemudian menganalisis data yang
dikumpulkan dari pengujian terhadap pola dalam tiap kelompok. Jika kita ingin
mempelajari perbedaan budaya antarbangsa, kita harus mengumpulkan data dari
berbagai negara dan mempelajari pola budaya yang berlaku dalam setiap negara.

2.7 Horizon Waktu : Studi versus Longitudinal

Tidak ada cara yang mudah untuk menentukan berapa lama sebuah penelitian
dilakukan. Lamanya sebuah penelitian keberadaan sumber data, interest, dan
tujuan penelitian. Selain itu juga akan tergantung cakupan penelitian, dan
bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan dalam setiap hari atau tiap
minggu.(Sugiyono, 2014:26)
2.7.1 Studi Cross-Sectional
Sekaran (2016:177) menjelaskan bahwa sebuah studi dapat di lakukan dengan
data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian,
mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan pennelitiaan.
Studi semacam itu di sebut studi one-shot atau cross-sectional.
Nurdini (2006) mengatakan bahwa penelitian cross sectional ini, peneliti
hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian
yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-
sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain
pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan
hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik
waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan
untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi
yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis
yang mempengaruhinya.
Jadi kesimpulannya desain penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah
sampel dari populasi dalam suatu waktu. Setelah itu, memeriksa status
paparan dan status penyakit pada titik waktu yang sama dari masing-masing
individu dalam sampel tersebut. Artinya, niat subyek penelitian hanya di

14
observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subyek pada saat pemeriksaan.
Contoh : sebuah perusahaan obat yang ingin melakukan penelitian untuk pil
(penurunan) obsesitas baru mengadakan survei di antara orang-orang yang
mengalami kegemukan untuk melihat berapa banyak dari mereka yang
tertarik mencoba pil baru tersebut. Tujuan studi dalam satu contoh adalah
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dalam rangka menemukan jawaban
atas pertanyaan penelitian.
2.7.2 Studi Longitudinal

Sekaran (2016:178) menjelaskan bahwa data dikumpulkan pada dua batas


waktu berbeda, studi bukan termasuk cross-sectional atau one-shot, namun
membujur ( longitudinal ) melintasi suatu periode waktu. Studi semacam itu,
jika data variabel terikat di kumpulkan pada dua atau lebih batas waktu untuk
menjawab pertanyaan penelitian, di sebut studi longitudinal.
Studi longitudinal menelan lebih banyak waktu , usaha dan biaya di banding
studi cross sectional. Tetapi studi longitudinal yang di rencanakan dengan
baik dapat membantu mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian longitudinal merupakan salah satu jenis
penelitian social yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sikap, perilaku
ataupun mendapat sekelompok orang dari waktu ke waktu. Biasa dalam
pengumpulan data dalam penelitian longitudinal terbilang lama, karena
pengumpulan data dilakukan dua kali dalam penelitian. Namun demikian,
penelitian longitudinal memiliki kelebihan yaitu hasil penelitian yang di
peroleh lebih spesifik sesuai dengan topic yang di teliti. Sedangkan untuk
kelemahannya penelitian ini cenderung memerlukan tenanga, waktu serta
dana yang lebih banyak.
Contoh : Seorang manajer pemasaran tertarik untuk menelusuri pola
penjualan produk tertentu di empat wilayah negara berbeda pada basis tiga
bulan selama 2 tahun ke depan. Tetapi studi longitudinal yang di rencanakan
dengan baik dapat, di antara hal lainnya, membantu mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat.

15
BAB III
KESIMPULAN

Desain penelitian seperti sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai
dengan tujuan yang telah di tetapkan. Tingakat keketatan ilmiah dalam sebuah studi
penelitian bergantung pada bagaimana ketelitian peneliti dalam memilih alternatif
desain yang tepat. Semakin ketat dan canggih desain penelitian, semakin besar
waktu, biaya, dan sumber daya lain yang akan dihabiskan untuknya. Mengenai isu
desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi
peneliti, keadaan studi,unit analisis, dan horizon waktu.
Peneliti menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi
berdasarkan definisi masalah, tujuan penlitian, tingkat keketatan yang diinginkan,dan
pertimbangan biaya. Kadang-kadang, karna waktu dan biaya, seorang peneliti
mungkin terbatas untuk menyelesaikan kurang dari desain penelitian ideal.
Misalnya, peneliti mungkin terpakasa melakukan studi cross-sectional dan bukan
longitudinal, melakukan studi lapangan ali-ali desain eksperimen, memilih ukuran
sampel yang lebih kecil dan bukan lebih besar, dan seterusnya, sehingga menetapkan
suboptimasi dari keputusan desain penelitian dan menentukan tingkat keketatan
ilmiah yang lebih rendah karna keterbatasan sumber daya. Pertukaran (trade-off)
antara keketatan dan sumber daya ini akan menjadi keputusan sadar dan disengaja
oleh peneliti berdasarkan cakupan dan alasan studi, dan akan disebutkan secara
spesifik dalam semua proposal penelitian tertulis.
Kompromi tersebut juga menyebabkan mengapa studi manajemen tidak
sepenuhnya ilmiah. Desain penelitian yang tepat mungkin menuntut biaya yang lebih
tinggi adalah perlu jika hasil studi sangat penting untuk membut keputusan penting
yang mempengaruhi kelangsungan organisasi dan / atau keberadaan sebagain
anggota sistem. Baik sekali untuk memikirkan persoalan keputusan desain penelitian,
bahkan saat kerangka teoritis disusun. Peniliti harus paham mengenai setiap aspek
yang dibahas sebelum memulai mengumpulkan data.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia , 4thedition, Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo. 1999. Dasar-dasar Metodologi


PenelitianBisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Nazir, Moh. 2014. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurdini, Allis. 2006. Cross-sectional vs Longitudinal : Pilihan Rancangan Waktu


dalam Penelitian Perumahan Permukiman. Jakarta

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakart:


Graha Ilmu

Sekaran, Uma. 2016. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Jakarta: Alfabeta

17

Anda mungkin juga menyukai