Segala puji bagi Allah swt.dengan segala rahmat-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah “Metode Penelitian Kuantitatif”. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Meteodologi Penelitian.
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat menambah wawasan bagi
pembaca agar dapat mengetahui tentang metode penelitian kuantitatif. Makalah
ini disusun oleh penulis dengan berbagai hambatan. Baik itu yang datang dari
dalam diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................. 44
B. Saran ....................................................................................................... 44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain penelitian merupakan cara sistematis yang digunakan
untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. Dalam desain
penelitian dimuat aturan yang harus dipenuhi dalam seluruh proses
penelitian. Secara luas pengertian desain penelitian mencakup berbagai hal
yang dilakukan peneliti mulai dari identifikasi masalah, rumusan hipotesis,
definisi operasional, cara pengumpulan data hingga analisis data.
Dalam pengertian sempit desain penelitian merupakan pedoman untuk
mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian desain penelitian yang dipilih
oleh peneliti harus benar-benar merupakan cara yang paling efisien untuk
menjawab tujuan dan pertanyaan penelitian. Bukan berarti bahwa desain yang
dipilih lebih unggul dari desain penelitian yang lainnya. Akan tetapi desain
yang dipilih merupakan desain yang paling sesuai dan tepat untuk menjawab
tujuan dan pertanyaan penelitian.
Pemilihan desain penelitian sangat penting karena apabila desain yang
dipilih tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian maka
hasil dan kesimpulan yang diperoleh pun akan salah. Desain penelitian
yang sesuai dapat menuntun peneliti untuk melakukan penelitian secara
efisien dan efektif. Sebagai contoh apabila peneliti hanya ingin mengetahui
gambaran kelengkapan dokumen rekam medis, maka hasil penelitian akan jadi
salah bila desain yang dipilih adalah desain penelitian analitik yang
menggunakan uji statistik karena desain penelitian yang dipilih tidak
menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian, sehingga pada akhirnya
menjadi tidak efisien dan efektif. Agar peneliti dapat melakukan
pemilihan desain penelitian dengan tepat maka harus memahami desain
penelitian.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian kuantitatif ?
2. Apa hakikat penelitian kuantitatif ?
3. Apa alasan pentignya penelitian kuantitatif ?
4. Apa ciri-ciri metode penelitian kuantitatif ?
5. Apa tujuan penelitian ?
6. Apa karakteristik penelitian kuantitatif ?
7. Apa klasifikasi dari desain kuantitatif ?
8. Apa pendekatan penelitian kuantitatif ?
9. Bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif ?
10. Apa saja instrumen dalam penelitian ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode penelitian
kuantitatif
2. Untuk mengetahui apa hakikat penelitian kuantitatif
3. Untuk mengetahui apa alasan pentignya penelitian kuantitatif
4. Untuk mengetahui apa ciri-ciri metode penelitian kuantitatif
5. Untuk mengetahui apa tujuan penelitian
6. Untuk mengetahui apa karakteristik penelitian kuantitatif
7. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari desain kuantitatif
8. Untuk mengetahui apa pendekatan penelitian kuantitatif
9. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif
10. Untuk mengetahui apa saja instrumen dalam penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Metode penelitian adalah salah satu cara atau prosedur yang
dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis (Basuki, 2021)
4
C. Pentingnya Penelitian Kuantitatif
Alasan pentingnya melakukan penelitian kuantitatif, antara lain sebagai
berikut:
1. Peneliti dapat mengungkap fenomena-fenoma yang objektif dan dikaji
secara kuantitatif.
2. Peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat menggunakan yang
cermat terhadap variabel-variabel penelitian.
3. Penelitian ingin melakukan generasi dari hasil penelitian ke wilayah yang
lebih luas (Fira Husaini, 2020).
5
9. Metode penelitian kuantitatif menggunakan defenisi operasionalisasi, karena
hendak mengukur variabel. Definisi operasional pada dasarnya merupakan
petunjuk untuk mengukur variabel.
10. Penelitian kuantitatif menggunakan penentu ukuran jumlah responden atau
sampel dengan menggunakan persentase, rumus, atau table populasi-sampel,
sebagai penerapan prinsip keterwakilan.
11. Peneliti kuantitatif menggunakan alur penarikan kesimpulan berproses
secara deduktif , yaitu konsep, variabel ke data.
12. Metode penelitian kuantitatif instrument penelitiannya berupa kuesioner
atau angket, yang juga berfungsi sebagai teknik pengumpulan data.
13. Analisis yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah
data terkumpul, dengan menggunakan perhitungan angka-angka atau
analisis statistik.
14. Penelitian kuantitatif kesimpulannya berupa tingkat hubungan
antarvariabel. Sedangkan, dalam penelitian kualitatif kesimpulannya berupa
temuan konsep yang tersembunyi dbalik data terperinci berdasarkan
interpretasi atau kesepakatan dari para responden atau informan (Fira
Husaini, 2020).
E. Tujuan Penelitian
Penelitian kuantitatif memiliki tujuan mengeneralisasi temuan
penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama
pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan
hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti (Basuki, 2021).
6
penetapan populasi dan sampel yang benar Berbeda dengan pende katan yang
lain, pendekatan kuantitatif mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut (Yusuf
Muri, 2014)
1) Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan rancangan yang
terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional
yang mendetail.
Setiap penelitian kuantitatif haruslah melangkah dengan persiapan
operasional yang matang. Ini berarti daliam rancangan itu telah terdapat
antara lain masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan
penelitian, study kepustakaan, jenis instrumen, populasi dan sampel, serta
tcknik analisis yang digunakan. Semuanya itu diungkapkan dengan jelas dan
benar menuruy ketentuan yang berlaku dan telah disepakati.
2) Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan
dengan menghitung atau mengukur.
Ini berarti sebelum turun ke lapangan jenis data yang dikumpulkan telah
jelas, demikian juga dengan respondennya. Data yang dikumpulkan
merupakan data kuantitatif; lebih banyak angka bukan kata-kata atau
gambar.
3) Penelitian kuantitatif bersifat momentum atau menggunakan selang waktu
tertentu, atau waktu yang digunakan pendek; kecuali untuk maksud tertentu.
Apabila kita melakukan eksperimen, maka waktu yang digunakan dapat
diatur setepat mungkin. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan "sekali
pukul dan selesai" serta tidak diperlukan peneliti untuk selamanya
melakukan observasi pada objek yang sedang diteliti.
4) Penelitian kuantitatil membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu
dijawab, untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian.
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu dibuktikan. Untuk itu
diperlukan seperangkat data yang dapat menunjang pembuktian tersebut
melalui penyelidikan ilmiah. Data tersebut dapat dikumpulkan dengan
menggunakan interview terstruktur, angket, skala, dan sebagainya.
5) Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik, baik statistik
diferensial maupun inferensial.
7
Pembuktian hipotesis dapat dilakukan secara manual atau dengan komputer.
Dengan menggunakan statistik peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang berarti antara satu ubahan dan ubahan yang lainnya, atau
terjadinya peristiwa itu karena disebabkan oleh ubahan yang lain. Tingkat
pengaruh atau hubungan suatu ubahan terhadap yang lain, atau sumbangan
ubahan yang satu terhadap ubahan lainnya akan dapat dinyatakan dengan
jelas. Contoh: Inteligensi, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan nilai
tes masuk mempengaruhi prestasi balajar mahasiswa FIP TKIP Padang
sebesar 29, 79 (A Muri Yusuf-1984).
6) Penelitian kuantitatif lebih berorientasi kepada produk dari proses.
Karena yang akan dicari adalah pengujian/ pembuklian hipotesis, maka
pengkajian proses tidaklah begitu dipentingkan, sebab yang ingin dilihat
bagaimana hubungan antara satu variabel dengan yang lain, bagaimana hasil
belajar dengan membelajarkan (bukan prosesnya), atau apakah ada
pengaruh umur terhadap kelambatan belajar dan sebagainya. ini
menunjukkan bahwa peneliti kuantitatif tidak terikat betul pada natural
setting karena arti dari suatu tindakan atau perbuatan telah dinyatakan
secara kuantitas dapat diukur melalui produk/hasil.
7) Sampel yang digunakan: luas, random, nkurat, dan representatif.
Dalam penelitian kuantitatil, peneliti akan selalu berupaya ingin
membuktikan hipotesis, dan menggeneralisasi atau memprediksi hasil
penelitiannya. Untuk dapat membuktikan suatu hipotesis, peneliti akan
menggunakan analisis statistik yang dalam pelaksanaannya membutuhkan
persyaratan tertentu, seperti jumlah sampel, homogenitas, dan linearitas. Hal
itu hanya dimungkinkun upaya bila sampel diambil dari populasi yang luas,
random, akurat, dan representatif.Demikian juga untuk membuat
generalisasi, sampel yang diambil hendaklah mewakili "kepada apa atau
kepada siapa" hasil penelitan itu akan digeneralisasikan. Setiap langkah
yang dilakukan hendaklah akurat, sehingga kesimpulan yang diambil benar
dan dapat dipercaya secara ilmiah.
8) Peneliti kuantitatif menganalisis data secara dedukif,Hal ini terjadi karena
hipotesis yang disusun berdasar kan teori yung sudah ada.
8
Teori tersebut menggambarkan keadaan umum suatu konsep atau konstruk.
Karena penelitian kuantitatit ingin membukikan hipotesis yang telah disusun
atau ingin menggambarkan sesuatu secara umum, maka analisis data harus
pula dilakukan secara deduktif, dari umum ke khusus, bukan sebaliknya.
9) Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah dapat
dipercaya (valid), andal (reliable), mempunyai norma dan praktis.
Penyusunan instrumen yang valikd sangat diperlukan. Untuk itu perlu
diikuti langkah-langka dalam penyusunan instrumen yang baik sehingga
terdapat "content validiny atau "predictive validity." Instrumen itu
hendaklah mudah dilaksanakan/diadministrasikan dan nmempunyai norma
tertentu dlalam menentukan angka yang mereka dapat, Justru karena itu,
instrumen penelitian kuantitatif perlu dimantapkan dan ditimbang oleh
orang yang ahli dalam bidang yang diteliti sebelum diujicobakan dan
digunakan dalam pengumpulan data yang sebenarnya
9
Contoh penelitian di bidang rekam medis dan informasi
kesehatan dengan desain penelitian deskriptif antara lain: gambaran
pengelolaan rekam medis di bagian filing, tinjauan pelaksanaan
pelepasan informasi resume medis, gambaran kelengkapan dokumen
rekam medis, dan lain-lain. Hasil penelitian yang diperoleh dari
penelitian deskriptif antara lain berupa distribusi frekuensi dalam bentuk
persentase atau proporsi, mean, median dan sebagainya. Desain
penelitian deskriptif disebut juga survei deskriptif. Jenis masalah survei
deskriptif dapat digolongkan ke dalam hal-hal sebagai berikut: (Anggita
Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
b. Survei rumah tangga (household survey)
suatu survey yang ditujukan kepada rumah tangga.
Pengumpulan data dilakukan kepada keluarga baik kepada kepala rumah
tangga maupun anggota rumah tangga atau yang menjadi responden
adalah kepala rumah tangganya saja tapi didalamnya ditanyakan
juga tentang data dan keadaan anggota keluarganya serta informasi
tentang rumah dan lingkungannya. Survey rumah tangga ini sering
digunakan dalam penelitian kesehatan antara lain seperti Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan penelitian – penelitian kesehatan
lainnya. Di bidang rekam medis dan informasi kesehatan, survey ini
juga dapat dilakukan contohnya tentang family folder, pengetahuan
atau kepuasan keluarga tentang BPJS, dan lain-lain (Anggita Nauri dan
Imas Masturoh, 2018).
c. Survei Morbiditas (morbidity survey)
suatu survey untuk mengetahui distribusi, insidensi dan atau
prevalensi kejadian suatu penyakit dalam masyarakat atau populasi
tertentu. Contoh di bidang rekam medis dan informasi kesehatan
adalah laporan 10 besar penyakit di rumah sakit atau puskesmas,
distribusi kelengkapan dokumen rekam medis dalam analisis kuantitatif,
distribusi jumlah kunjungan pasien berdasarkan pasien baru dan pasien
lama, jenis kepesertaan, rawat inap dan rawat jalan, poliklinik yang
dituju, dan sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
10
d. Survei analisis jabatan (functional analysis survey)
survei yang dilakukan untuk mengetahui tugas dan tanggung
jawab petugas kesehatan serta kegiatan para petugas terkait dengan
pekerjaannya serta hubungan antara atasan dengan bawahan, situasi
dan kondisi kerja termasuk fasilitas yang mendukung dalam
pekerjaannya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
Contohnya, gambaran kinerja petugas rekam medis dilihat
dari faktor internal dan eksternal, gambaran kinerja petugas rekam
medis berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit seperti:
distribusi kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai
pelayanan, distribusi informed concent setelah mendapatkan informasi
yang jelas, jumlah rata-rata waktu penyediaan dokumen rekam medis
pelayanan rawat jalan dan rawat inap (Anggita Nauri dan Imas
Masturoh, 2018).
e. Survei pendapat umum (public opinion survey)
Survei yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
tanggapan publik atau masyarakat terhadap suatu program pelayanan
kesehatan atau masalah-masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Misalnya di bidang kesehatan untuk mengetahui
tanggapan atau sikap masyarakat terhadap program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dalam pencegahan penularan penyakit
Demam Berdarah. Contoh lainnya di bidang rekam medis dan
informasi kesehatan seperti untuk mengetahui kepuasan pasien
terhadap program BPJS, mengetahui kepuasan pasien terhadap
pelayanan pendaftaran rawat jalan dan sebagainya (Anggita Nauri dan
Imas Masturoh, 2018).
2. Desain Penelitian Analitik
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk
mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi melalui
sebuah analisis statistik seperti korelasi antara sebab dan akibat atau
faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko
11
tersebut terhadap akibat atau efek. Secara garis besar penelitian analitik
dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu: (Anggita Nauri dan Imas
Masturoh, 2018).
a. Rancangan atau desain Cross Sectional
Desain penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang
mempelajari korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen)
dengan akibat atau efek (dependen), dengan pengumpulan data
dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor
risiko dengan efeknya (point time approach), artinya semua variabel baik
variabel independen maupun variabel dependen diobservasi pada
waktu yang sama. Berikut ini skema desain penelitian cross sectional:
Berdasarkan skema tersebut, maka langkah-langkah penelitian cross
sectional adalah sebagai berikut: sebagainya (Anggita Nauri dan Imas
Masturoh, 2018).
1) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian serta mengidentifikasi
variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek).
2) Menetapkan populasi dan sampel penelitian
3) Melaksanakan pengumpulan data atau observasi terhadap variabel
independen dan variabel dependen sekaligus pada waktu yang sama
4) Melakukan analisis hubungan dengan membandingkan proporsi
antar kelompok hasil observasi atau pengukuran.
12
karena memerlukan sampel yang cukup banyak. Bila jumlah
populasinya sedikit maka dapat diambil seluruhnya menjadi sampel
penelitian dengan menggunakan teknik pemilihan sampel total
sampling.
3) Melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.
4) Mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh saat
pengumpulan data. Hasil analisis membuktikan apakah ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
ataukah sebaliknya tidak ada hubungan.
1) Desain ini relatif mudah, murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
2) Dapat digunakan untuk meneliti sekaligus banyak variabel
3) Jarang terancam drop out
4) Dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya seperti kohort
atau eksperimen
13
Langkah-langkah penelitian case control adalah sebagai berikut:
1) Desain ini merupakan salah satu cara dan atau kadang bahkan satu –
satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau langka
2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3) Biaya yang diperlukan relatif murah
4) Dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih sedikit
5) Dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko
sekaligus dalam satu penelitian
14
3) Tidak dapat digunakan untuk menentukan lebih dari satu variabel
dependen, jadi hanya dihubungkan dengan satu kasus atau efek
sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
c. Rancangan atau desain Cohort
Desain penelitian cohort merupakan suatu penelitian yang
mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek, yang
dilakukan secara propektif atau kedepan sebelum terjadinya efek.
Subyek penelitian diikuti dan diamati secara terus menerus sampai
jangka waktu tertentu sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh,
2018).
Secara alamiah, pada perjalanannya dari subyek tersebut ada yang
terpapar faktor risiko ada yang tidak. Subyek yang terpapar oleh faktor
risiko menjadi kelompok yang diteliti dan subyek yang tidak terpapar
menjadi kelompok kontrol, karena berangkat dari populasi yang
sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan sebanding.
Kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau suatu kasus yang
diteliti sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
15
1) Mengidentifikasi variabel dependen (efek) dan variabel independen
(faktor risiko). Variabel dependen : kejadian BBLR. Variabel
independen : perilaku merokok ibu hamil.
2) Menetapkan populasi dan sampel. Populasinya adalah seluruh ibu
hamil baik yang merokok (kelompok risiko positif) maupun yang
tidak merokok (kelompok risiko negatif) di kota Semarang.
Kemudian dari populasi tersebut mengidentifikasi ibu hamil yang
merokok dan ibu hamil yang tidak merokok dengan masing-masing
kelompok jumlahnya sama.
3) Mengamati perkembangan efek pada kelompok risiko positif dan
kelompok risiko negatif, dengan mengamati perilaku ibu hamil
dari kedua kelompok tersebut sampai melahirkan, kemudian
mengukur berat badan bayi lahir untuk mengetahui kejadian
BBLR.
4) Melakukan analisis hubungan dengan cara membandingkan
proporsi antar kelompok ibu yang anaknya BBLR dengan proporsi
kelompok ibu yang anaknya tidak BBLR, diantara kelompok ibu
yang merokok dan kelompok ibu yang tidak merokok.
16
3) Kemungkinan ada subyek yang drop out dan dapat mengganggu
analisis data.
4) Penelitian pada kasus yang jarang terjadi kurang efisien.
5) Kurang etis karena mengamati faktor risiko pada subyek sampai
terjadinya efek sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
3. Desain Penelitian Eksperimen
Desain penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan
adanya perlakuan atau intervensi yang bertujuan untuk mengetahui
akibat yang ditimbulkan setelah dilakukan intervesi kepada satu atau
lebih kelompok. Kemudian, hasil intervensi tersebut dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi (kontrol) sebagainya
(Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
a. Langkah-langkah penelitian eksperimen :
1) Membuat rumusan masalah.
2) Membuat tujuan penelitian.
3) Membuat hipotesis penelitian.
4) Menyusun rencana eskperimen meliputi:
a) Menetapkan variabel independen dan dependen.
b) Memilih desain eksperimen yang akan digunakan.
c) Menentukan sampel penelitian.
d) Menyusun metode penelitian seperti alat ukur.
e) Menyusun outline prosedur pengumpulan data.
f) Menyusun hipotesis statistik.
5) Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest).
6) Melakukan eksperimen.
7) Melakukan pengumpulan data tahap kedua (posttest).
8) Melakukan pengolahan dan analisis data.
b. Pembanding atau kontrol dalam penelitian eksperimen
Kontrol merupakan sampel penelitian yang tidak diberikan
intervensi atau perlakuan. Dalam penelitian eksperimen diperlukan
kelompok kontrol sebagai pembanding dengan kelompok yang
diberikan intervensi atau perlakuan, untuk melihat perubahan
17
variabel apakah perubahan yang terjadi betul–betul karena adanya
perlakuan atau karena hal lain sebagainya (Anggita Nauri dan Imas
Masturoh, 2018).
1) Manfaat kontrol dalam penelitian eksperimen:
a) Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya
tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan
dari variabel yang diperlukan
c) Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dan sejauh mana tingkat
hubungan antara kedua variabel tersebut.
2) Validitas Dalam Penelitian Eksperimen
a) Validitas Internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi
perubahan variabel keluaran (hasil eksperimen), bahwa hasil
tesebut benar–benar sebagai akibat adanya perlakuan. Banyak
faktor yang mempengaruhi terhadap validitas internal ini sehingga
dapat mengganggu hasil eksperimen, antara lain:
1. Sejarah (history)
Peristiwa pada masa lalu kadang–kadang dapat berpengaruh
terhadap keluaran (hasil eksperimen), karena perubahan yang
terjadi pada efek atau variabel terikat kemungkinan bukan
sepenuhnya karena perlakuan tapi karena adanya pengalaman di
masa lalu.
2. Kematangan (maturitas)
Manusia, binatang, dan makhluk hidup lainnya sebagai
subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia
perubahan terkait dengan proses kematangan atau maturitas
baik secara biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnya
kematangan pada subjek dapat berpengaruh terhadap variabel
terikat, sehingga perubahan yang terjadi pada variabel terikat
18
bukan hanya akibat dari perlakuan namun karena proses
kematangan pada subjek.
3. Seleksi (selection)
Dalam pemilihan anggota kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri–ciri atau sifat–
sifat anggota kelompok yang satu dengan kelompok yang
lainnya. Misalnya apabila pendidikan pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada pendidikan kelompok
kontrol maka sebelum diberikan perlakuan sudah ada
perbedaan sehingga perubahan yang terjadi pada variabel
terikat bukan hanya karena pengaruh perlakuan tapi juga
karena pengaruh pendidikan.
4. Prosedur tes (testing)
Pengalaman pada saat pretest dapat mempengaruhi hasil posttest
karena kemungkinan subjek penelitian dapat mengingat kembali
jawaban–jawaban yang salah pada saat pretest, dan kemudian
pada saat posttest subjek tersebut dapat memperbaiki
jawabannya, sehingga perubahan pada variabel terikat bukan
hanya karena hasil perlakuan namun juga karena pengaruh
pretest.
5. Instrumen (instrumentation)
Instrumen penelitian pada saat pretest biasanya dipergunakan
lagi pada saat posttest. Hal ini akan berpengaruh pada hasil
posttest, sehingga perubahan variabel terikat bukan hanya
karena perlakuan namun juga karena pengaruh instrumen.
Mortalitas (mortality) Pada saat eksperimen atau pada saat
antara pretest dengan posttest seringkali terjadi subjek yang
drop out karena pindah ataupun karena meninggal. Hal ini
juga dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
6. Regresi kearah nilai rata–rata (regression toward the mean)
Ancaman validitas ini karena adanya nilai – nilai yang ekstrim
baik tinggi maupun rendah dari hasil pretest cenderung tidak
19
ekstrim lagi pada saat pengukuran kedua atau saat posttest
namun biasanya mendekati nilai rata–rata. Perubahan pada
variabel terikat tersebut bukan perubahan sebenarnya namun
merupakan perubahan semu yang disebut regresi semu
(regression artifact) sebagainya (Anggita Nauri dan Imas
Masturoh, 2018).
b. Validitas Eskternal
Validitas eksternal ini berkaitan dengan sejauh mana hasil-
hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada subjek–subjek
lain yang serupa. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap
validitas eksternal ini sehingga dapat mengganggu hasil
eksperimen, antara lain:
1. Efek seleksi berbagai “bias”
Karakteristik anggota kelompok eksperimen sangat
menentukan generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan dalam
memilih anggota kelompok dapat mengganggu hasil
eksperimen. Oleh karena itu pemilihan sampel harus
representatif terhadap populasi dan perlu dilakukan identifikasi
dan kontrol yang tepat.
2. Efek pelaksanaan pretest
Pretest dapat mempengaruhi variabel eksperimen, sedangkan
pretest hanya dilakukan terhadap sampel sehingga
kemungkinan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku
untuk seluruh populasi. Untuk menghindari akibat
pelaksanaan pretest yang mengganggu generalisasi, maka
perlu kontrol yang cermat dalam pelaksanaan pretest
sehingga tidak berpengaruh terhadap perlakuan yang menjadi
dasar membuat generalisasi.
3. Efek prosedur eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota-anggota sampel
yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau
diekperimen menyebabkan generalisasi yang diperoleh
20
tidak berlaku bagi populasi karena adanya perbedaan
pengalaman antara anggota sampel dengan anggota populasi,
sehingga perlu dilakukan kontrol terhadap pengaruh prosedur
eksperimen tersebut.
4. Gangguan penanganan perlakuan berganda
Apabila kelompok eksperimen terpapar perlakuan berulang
sebanyak dua kali atau lebih secara berturut turut, maka
perlakuan terdahulu mempunyai efek terhadap yang
berikutnya. Hal ini menyebabkan perlakuan terakhir yang
muncul dipengaruhi oleh perlakuan sebelumnya. Jadi
generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek
yang mempunyai pengalaman dengan pelaksanaan dan
pemunculan perlakuan ganda secara berturut turut sebagainya
(Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
3) Desain penelitian eksperimen terdapat tiga macam yaitu:
a. Desain penelitian pra – eksperimen (pre experimental designs)
1. Posttest only design
Desain penelitian ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan
perlakuan atau intervensi tanpa diawali dengan pretest dan
tanpa kontrol namun setelah mendapat perlakuan kemudian
diberikan posttest, sehingga tidak dapat dibandingkan antara
sebelum dan sesudah serta kelompok yang diberikan
perlakuan dengan yang tanpa perlakuan.
Desain ini memiliki kelemahan karena tidak ada kontrol dan
tidak ada observasi awal atau pretest sehingga kemungkinan.
kesimpulan yang diperoleh apakah betul-betul akibat
perlakuan atau karena faktor lain. Namun keuntungannya
penelitian lebih cepat dan mudah dan dapat digunakan untuk
menjajagi masalah-masalah yang diteliti atau mengembangkan
gagasan atau metode alat-alat tertentu sebagainya (Anggita Nauri
dan Imas Masturoh, 2018).
2. One group pretest posttest design
21
Desain ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui
pretest terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau
intervensi, selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan atau intervensi, namun dalam
desain ini tidak ada kontrol sebagai pembanding
antarkelompok. Kelemahan dari desain ini juga tidak ada jaminan
apabila perubahan yang terjadi benar–benar karena adanya
perlakuan sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
3. Static group comparison
Desain penelitian ini sama dengan desain posttest only
design, hanya bedanya, pada desain ini ditambahkan kelompok
kontrol atau pembanding. Pada kelompok eksperimen diawali
dengan dilakukannya intervensi atau perlakuan (X) kemudian
dilakukan pengukuran (O2). Hasil pengukuran pada kelompok
yang mendapat perlakuan kemudian dibandingkan dengan
hasil pengukuran pada kelompok kontrol, kelompok kontrol
tidak mendapatkan perlakuan atau intervensi sebagainya (Anggita
Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
b. Desain penelitian eksperimen sungguhan (true experimental designs)
1. Desain pretest-posttest dengan kelompok kontrol (pretest–
posttest with control group)
Dalam desain penelitian ini dilakukan randomisasi berupa
pengelompokan anggota-anggota kelompok eksperimen dan
kontrol secara acak atau random. Kemudian diawali dengan
pengukuran (O1) baik pada kelompok eksperimen maupun
pada kelompok kontrol, diikuti dengan intervensi atau perlakuan
(X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu
kemudian dilakukan pengukuran kedua (O2) pada kedua
kelompok tersebut.
Hasil pengukuran pada kelompok yang mendapat perlakuan
kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran pada
22
kelompok kontrol, karena sudah dilakukan randomisasi maka
kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum
diberikan perlakuan, sehingga perbedaan pada hasil posttest dari
kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari
intervensi atau perlakuan. Desain ini merupakan salah satu
desain terkuat dalam mengontrol ancaman–ancaman terhadap
validitas. Bentuk desain ini sebagai berikut:
Desain ini pelaksanaannya di lapangan agak sulit karena biasanya
mengalami kesulitan dalam melakukan randomisasi dan ada
masalah dari segi etika, misalnya untuk membandingkan
reaksi suatu pengobatan atau suatu terapi, dimana pada satu
kelompok mendapat perlakuan sementara kelompok yang lainnya
tidak mendapatkan. Desain ini dapat diperluas dengan
menambahkan lebih dari satu variabel yaitu dengan melakukan
perlakuan pada lebih dari satu kelompok dengan perlakuan yang
berbeda, yang digambarkan sebagai berikut:Pada desain ini,
kesimpulan–kesimpulan mengenai efek perbedaan antara
perlakuan yang satu dengan yang lainnya dapat dicapai tanpa
menggunakan kelompok kontrol sebagainya (Anggita Nauri dan
Imas Masturoh, 2018).
2. Randomized Salomon Four Group
Desain ini dapat mengatasi kelemahan eksternal
validitas pada desain yang ada pada desain pretest-posttes
with control group. Apabila pretest mungkin mempengaruhi
subyek sehingga mereka menjadi lebih sensitif terhadap
perlakuan dan mereka bereaksi secara berbeda dari subyek yang
tidak mengalami pretest, maka eksternal validitas terganggu
dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian itu
untuk populasi, demikian pula kalau ada interaksi antara pretest
dengan perlakuan sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh,
2018).
23
Desain Solomon ini dapat mengatasi masalah ini
dengan cara menambah kelompok ke–3 (dengan perlakuan dan
tanpa pretest) dan kelompok ke–4 (tanpa perlakuan dan tanpa
pretest).
3. Desain posttest dengan kelompok kontrol (posttest only control
group design)
Desain penelitian ini hampir sama dengan desain
penelitian eksperimen sungguhan yang lain, hanya bedanya
tidak dilakukan pretest, karena kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diambil dengan cara random maka kelompok–
kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan
intervensi sebagainya (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
Desain ini memungkinkan peneliti mengukur pengaruh
perlakuan pada eksperimen dengan cara membandingkan
kelompok tersebut dengan kelompok kontrol namun tidak
dapat menentukan sejauh mana atau seberapa besar
perubahannya terjadi karena di awal tidak dilalukan pretest
untuk menentukan data awal sebagainya (Anggita Nauri dan
Imas Masturoh, 2018).
c. Desain penelitian eksperimen semu (quasi experimental designs)
Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada
penelitian lapangan atau di masyarakat. Pada desain penelitian
ini tidak ada pembatasan yang ketat terhadap randomisasi dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman–ancaman
validitas.
4) Macam–macam desain penelitian eksperimen semu:
a. Desain runtut waktu (time series design)
Desain penelitian ini melakukan pretest dan posttest namun
tanpa kelompok kontrol, dan memiliki keuntungan dengan
pengukuran atau observasi yang secara berulang–ulang baik
sebelum dilakukan intervensi maupun sesudah intervensi,
24
sehingga validitasnya lebih tinggi dan pengaruh faktor luar
dapat dikurangi. Bentuk desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
b. Desain rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (control
time series design)
Desain penelitian ini pada dasarnya merupakan time series,
namun pada desain ini menggunakan kelompok kontrol.
Keuntungan dari desain ini lebih menjamin adanya validitas
internal yang tinggi karena memiliki kelompok kontrol dan
pengukuran yang berulang–ulang. Berikut bentuk desain ini:
c. Non equivalent control group
Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
yang dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program
kesehatan pada kelompok kontrol yang serupa tetapi tidak perlu
kelompok yang benar–benar sama.
Misalnya penelitian tentang pengaruh pelatihan kepada
petugas puskesmas tentang aplikasi sistem informasi anak usia
sekolah terhadap peningkatan kelengkapan pelaporan
perkembangan kesehatan anak usia sekolah. Kelompok petugas
UKS yang akan diberikan pelatihan, tidak mungkin benar–benar
sama dengan kelompok petugas UKS yang tidak diberikan pelatihan
(kontrol). Pemilihan kelompok intervensi dan kontrol tidak
dilakukan secara random atau acak. Berikut bentuk desain ini:
d. Separate sample pretest posttest
Dalam desain penelitian ini diawali dengan pengukuran
pertama (pretest) pada sampel yang telah dipilih secara random
dari populasi. Kemudian dilakukan intervensi pada seluruh
populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (posttest)
pada kelompok sampel yang lain tapi masih dari populasi yang
sama. Desain ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau efek
dari pretest. Desain penelitian ini sering digunakan dalam
penelitian kesehatan dan keluarga berencana sebagainya (Anggita
Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
25
5) Penerapan Penelitian Eksperimen di Bidang Kesehatan
Secara garis besar penerapan penelitian eksperimen atau intervensi
di bidang kesehatan terdiri dari dua, yaitu:
a. Penelitian intervensi preventif
Merupakan penelitian yang digunakan untuk mempelajari
hubungan faktor-faktor risiko dengan suatu kejadian penyakit atau
kasus dengan memberikan perlakuan tentang faktor risiko tersebut
kepada subyek. Perlakuan diberikan secara kolektif namun dapat
diamati dengan pendekatan individual. Misalnya perlakuan berupa
penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu–ibu yang
memiliki bayi di komunitas, efeknya akan dilihat dengan
meningkatnya cakupan imunisasi di komunitas tersebut. Di
bidang rekam medis dan informasi kesehatan, misalnya dengan
memberikan perlakuan berupa penyuluhan kepada petugas UKS
puskesmas tentang aplikasi sistem informasi kesehatan anak usia
sekolah, efeknya meningkatnya pencatatan perkembangan kesehatan
anak usia sekolah (Anggita Nauri dan Imas Masturoh, 2018).
26
dilakukan dengan angka-angka, pengelohan statistic, struktur dan percobaan
terkontrol.
1. Metode deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research)adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau penelitian
deskriptif.Bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya (Asep
Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Penelitian tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada
variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa
adanya.penggambaran kondisi individual atau kelompok, dan
menggunakan angka-angka. Menurut Nazir (2005) tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau
hubungan antar fenomena yang diselidiki perkembangannya (Asep Saepul
Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu. Termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses
yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Pada saat sebuah fenomena digambarkan dengan memadai, maka
pertanyaan seputar hubungan, perbedaan, dan developmental bisa
diajukan. Kelompok subjek yang sama bisa dikaji pada satu periode
(longitudinal) terkait dengan faktor-faktor seperti variable kognitif, sosial
emosional dan fisik, studi developmental bisa cross-sectional dimana
kelompok yang berlainan dipelajari pada waktu yang bersamaan
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
27
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010) bahwa metode
deskriptif mengkaji bentuk aktivitas karakterisitif, perubahan, hubungan,
persamaan dan perbedaannya dengan fenomena yang lain. Salah satu
contoh bentuk penelitian deskriptif anatara lain adalah penelitian deskriptif
untuk mengetahui fenomena-fenomena atau perubahan terhadap satu
aktivitas atau satu kejadiaan, penelitian deskriptif tidak hanya digunakan
didalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif tetapi
penelitian deskriptif juga digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif mempunyai
kesamaan diantara keduanya yaitu menjebarkan suatu fenomena atau
kejadian apa adanya tanpa rekayasa dan manipulasi keadaan
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
2. Metode survey
Menurut Nana Syaodih (2010) survei (survey) digunakan untuk
mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar orang
terhadap topic atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik utama dari
survei:
a. informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti:
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi,
b. informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya
tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi,
c. informasi diperoleh sampel, bukan dari populasi.
28
fungsi, efisiensi, dan generalibilitas (Schutt, 1996) perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
3. Metode korelasional
Nana syaodih (2010) penelitian ini untuk ditujukan untuk
mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel
lain.Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan
besarnya koefisien korelasi (bivariat)dan keberartian (signifikan)secara
statistik.adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya
pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel
lainnya.Korelasi positif berarti nilai yang tertinggi dalam suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang tinggi pada dalam variabel
lainnya.Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel lain
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
4. Metode komparatif
Nazir(2005)menjelaskan bahwa penelitian komperatif adalah
sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar
tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu.penelitian komparatif
adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara
mendasar tentang sebab akibat,dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab yang dijadikan dasar pebanding,sebab penelitian komparatif
tidak mempunyai kontrol.
Tujuan dari penelitian komparatif adalah untuk menyelidiki
hubungan salah satu variabel dengan variabel lainnya dengan hanya
menguji apakah nilai variabel terikat dalam suatu kelompok berbeda
dengan nilai variabel terikat dalam kelompok lainnya.dengan kata
lain,penelitian komparatif menguji perbedaan-perbedaan antara dua
kelompok atau lebih dalam sutu variabel.dalam metode komparatif,sering
digunakan teknik korelasi, yaitu meneliti derajat ketergantungan dalam
29
hubungan-hubungan antara variabel dengan menggunakan koefisien
korelasi.
5. Metode eksperimental
Nana syaodih (2010) penelitian eksperimental merupakan
penelitian yang paling murni kuantitatif.mengapa dikatakan paling
murni,karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat
diterapkan pada metode ini.penelitian eksperimental merupakan penelitian
laboratorium walaupun bisa juga dilakukan diluar laboratorium,tetapi
pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian
laboratorium,teruma dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang
mempengaruhi jalannya eksperimen.metode ini bersifat validation atau
menguji (Krathwoh 1997), yaitu penguji pengaruh satu atau lebih variabel
terhadap variable lain.variabel yang mempengaruhi dikelompokkan
sebagai variabel bebas (independent variables),dan variabel yang
dipengaruhi dikelompokkan variabel terikat (dependent variables)
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Penelitian ini bersifat menguji,maka semua variabel yang diuji
harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang
sudah distandardisasikan atau dibakukan.pembakuan instrument dan
pengolahan hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistic
invefensial-parametrik perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan
Bahruddin, 2014).
Untuk menguji apakah perubahan yang terjadi pada variabel
terikat itu akibat dari perubahan pada variabel bebas,dan bukan karena
variabel-variabel lainnya,maka semua variabel lain diluar variabel bebas
harus dikontrol.pengontrolan variabel dilakukan dengan menyamakan
katakteristik sampel dalam variabel-variabel tersebut perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
6. Metode ekspost fakto
Nana Syaodih (2010) penelitian ekspost fakto (expost facto
research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau
diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti.Penelitian
30
hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau
kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi perkembangannya (Asep
Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoretis,
bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh varibel
tertentu.Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan
kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki
karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau
mengalami kejadian yang berbeda perkembangannya (Asep Saepul Hamdi
dan Bahruddin, 2014).
Tujuan penelitian ekspost fakto adalah untuk menyelidiki apakah
kondisi yang sudah ada bisa jadi menyebab perbedaan lanjutan kelompok
subjek. Dengan kata lain, peneliti mengidentifikasi kondisi-kondisi yang
sudah terjadi dan kemudian mengumpulkan data untuk menyelidiki
hubungan dari kondisi-kondisi yang beragam tadi dengan perilaku
lanjutan. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk menentukan apakah
perbedaan-perbedaan diantara kelompok (variabel terpisah) telah
menyebabkan perbedaan teramati pada variabel terikat perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
31
a. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung
dari responden seperti:
Angket dan hasil tes ujian sedangkan angket adalah serangkai
pertanyaan tertulis yang diajukan peneliti kepada para responden untuk
mendapatkan jawaban secara tertulis.sehubung dengan hal itu,Suarsimi
arikunto(1996:34)mengemukakan:angket atau kuestioner ialah
penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut
kepentingan umum (orang banyak)dilakukan dengan jalan
mengedarkan satu formulir daftar pertanyaan,diajukan secara tertulis
kepada sejumlah obyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan
(respon)tertulis seperlunya.
b. pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga
yang berpengaruh dengan penelitian,buku pustaka,dan
sebagainya,seperti:
1) Studi Kepustakaan(library study)
Penulis berusaha mengumpulkan informasi mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca literature
atau buku yang ada di perpustakaan.
2) Pengambilan data dari luar tempat penelitian secara langsung
seperti pengambilan data dari lembaga sekitar tempat penelitian.
3) Data-data dari Kabupaten,kecamatan dan dinas pendidikan
setempat yang mendukung penelitian perkembangannya (Asep
Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
J. Instrumen Penelitian
Kualitas hasil penelitian dipengaruhi dua faktor utama yaitu kualitas
instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data, instrument penelitian
merupakan bagian yang terpenting didalam suatu penelitian, kualitas
instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan realibilitas
instrument.Didalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yang
menjadi instrumen atau alat didalam penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti, dengan jumlah instrument yang digunakan sesuai
dengan jumlah variabel penelitian, adapun jenis instrument yang sering
32
digunakan didalam penelitian ini yaitu berupa kuantitatif: tes, dan kuesioner,
instrument yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument mempunyai
skla pengukuran bermacam-macam, adapun skala yang sering digunakan
didalam penelitian sosial, pendidikan dan ekonomi yaitu skala sikap yang
meliputi: perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
1. skala linkert
2. skala guttman
3. rating scale
4. semantic deperencial
Instrument yang dibuat didalam bidang sosial, pendidikan dan ekonomi
titik tolak perancangan instrument adalah melalui variabel penelitian yang telah
ditetapkan untuk diteliti, dari variabel tersebut diberikan defenisi
operasionalnya yang selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur, dari
indicator kemudian dijabarkan mealalui butir-butir pertanyaan atau pernyataan,
untuk memudahkan penyusunan instrument makan perlu digunakan “ matrik
pengembangan instrumen”, “kontruk variabel penelitian”, atau “kisi-kisi
penelitian”, hal tersebut untuk mempermudahkan didalam menyusun
instrument. Langkah-langkah pengembangan instrument :
1. Menentukan apa yang akan diukur
a. teori sebagai dasar pengembangan
1) konstruk/fenomena yang akan diukur harus jelas
2) teori substantive yang berkaitan dengan konstruk/fenomena harus
dikuasai (well grounded)batasan-basatan fenomena harus dikenali
3) petunjuk-petunjuk (guide) dalam ilmu sosial dijadikan pertimbangan,
jika itu tidak ditemui bisa mengembangkan sendiri formulasi
konseptual dan defenisi operasionalnya
4) tentukan paling tidak satu mode 1 teori dan mengaitkan fenomena yang
akan diukur dengan teori yang sudah ada.
b. Kekhususan (specificity) untuk membantu kejelasan
1) variabel-variabel yang akan diukur akan kuat berelasi jika mereka
cocok dalam tingkat kekhususannya (Ajzen dan Fishbein, 1980)
33
2) instrument dapat dibuat untuk mengukur konstruk (misal perilaku)
spesifik maupun umum/global
3) tingkat kekhususan dapat bervariasi dalam sejumlah dimensi: content
domains, setting, population perkembangannya (Asep Saepul Hamdi
dan Bahruddin, 2014).
c. aspek yang dimasukan sebagai alat ukur/ukuran
1) meski konstruk yang diukur bisa global maupun khusus, aspek yang
akan dimasukan harus yang relevan
2) hindari cross over dalam konstruk-konstruk yang berkaitan tapi tidak
relevan perhatikan butir-butir yang tampak mirip tetapi mengukur
konstruk yang berbeda perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan
Bahruddin, 2014).
2. Mengembangkan kumpulan butir (item pool)
a. pilihlah butir-butir yang merefleksikan tujuan
1) butir-butir adalah bagian dari scale/instrument yang homogen yang
merefleksikan latent variabel yang mendasarinya(unidimensional
scale)
2) setiap butir dapat dianggap sebagai “tes” bagi talent
variabel,sehingga isinya harus merefleksikan konstruk yang akan
diukur
3) Sekumpulan butir lebih reliable daripada tiap butirnya
4) Secara teoretik, butir-butir yang dipilih merupakan pilihan acak dari
the universe of items yang dapat dibuat berkaitan dengan konstruk
yang akan diukur
5) Butir-butir harus mampu secara akurat menangkap esensi konstruk
yang akan diukur, karenanya kata-kata/ kalimat yang digunakan
harus merefleksikan definisi operasional konstruk yang akan diukur
6) Tiap butir hendaknya mengukur latent variable yang sama dalam
satu kategori/dimensi konstruk
7) Butir-butir yang mengukur konstruk-konstruk yang berbeda yang
terdapat dalam satu kategori yang sama diharapkan tidak ber-
covary/berkorelasi sebagaimana halnya dengan butir-butir yang
34
merupakan manifestasi common latent variable perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
b. Pengulangan (Redundancy)
1) Butir-butir yang tampaknya mirip dan seperti pengulangan
(redundant) akan menjumlahkan isi konstruk yang relavan pada
masing-masing butir dan akan saling menghilangkan (cancel out) isi
yang tidak relevan
2) Pengulangan akan berguna jika berkaitan dengan konstruk yang
sama; butir-butir yang redundant tapi berguna karena
mengekspresikan ide yang sama tetapi dengan cara penyampaian
yang berbeda; contohnya:
3) "Saya akan melakukan apapun untuk memastikan keberhasilan anak
saya"
4) "Tidak ada pengorbanan yang terlalu besar jika itu dapat membantu
anak saya mencapai sukses"
5) Redundancy biasanya sangat ditoleransi pada saat mengembangkan
item pool, tetapi pada saat pengembangan final scale sebaiknya
pilihlah salat satu/ sebagian saja perkembangannya (Asep Saepul
Hamdi dan Bahruddin, 2014).
c. Banyaknya butir
1) Banyaknya butir dalam item pool tidak ditentukan, tetapi harus lebih
banyak dari yang dibutuhkan (misal 3 atau 4 kali); lebih banyak
lebih baik karena ada variasi pilihan yang lebih banyak.
2) Jika content area-nya terlalu sulit untuk mengembangkan banyak
butir, maka sebaiknya jumlah butir dalam item pool minimal 50 %
lebih banyak daripada final scale
3) Semakin banyak butir semakin kuat internal consistency (reliability)
nya perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
3. Kuesioner
Karena banyak alasan yang baik, kuesioner adalah teknik yang
digunakan secara luas untuk memperoleh informasi dari subjek.Kuesioner
relatif ekonomis, memuat pertanyaan yang sama bagi seluruh subjek dan
35
dapat memastikan kerahasiaan subjek. Kuesioner dapat menggunakan
pertanyaan atau pernyataan, tetapi dalam banyak kasus subjek merespon
pada sesuatu yang ditulis secara khusus. Dalam bab ini informasi mengenai
kuesioner ditampilkan dengan urutan darilangkah yang digunakan peneliti
dalam mengembangkan teknik ini perkembangannya (Asep Saepul Hamdi
dan Bahruddin, 2014).
Sebuah kuesioner adalah salah satu cara untuk memperoleh
intormasi. Peneliti yang ingin menggunakan salah satu teknik harus yakin
bahwa, berdasarkan kondisi yang ada, tidak ada teknik lain yang lebih
reliabel dan valid untuk digunakan. Keputusan ini berdasarkan pada
pengetahuan akan kekuatan dan kelemahan dari setiap teknik yang akan
disampaikan kemudian dalam bab ini dengan membandingkan beberapa
teknik yang biasa digunakan). Peneliti harus memberikan banyak perhatian
pada justifikasi setiap mereka akanmembuat kuesioner yang baru
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Dalam banyak kasus, instrumen yang sudah ada dapat digunakan
atau disesuaikan untuk kemudian digunakan daripada harus menyiapkan
yang baru.Jika peneliti dapat menemukan kuesioner yang sudah ada, maka
waktu dan uang dapat dihemat, dan dapat menempatkan instrumen dengan
reliabilitas dan validitas yang sudah ditetapkan. Adapun langkah - langkah
membuat kuesiner sebagai berikut:
a. Menetapkan Sasaran
Langkah berikutnya dalam menggunakan kuesioner adalah
menentukan dan membuat daftar sasaran khusus dari informasi yang
akan didapat. Sasaran yang dibuat berdasarkan pertanyaan atau masalah
penelitian, dan sasaran memperlihatkan bagaimana setiap bagian
informasi akan digunakan. TIdak perlu sasaran yang terlalu ketat, namun
semua itu harus cukup spesifik untuk mengindikasikan bagaimana respon
dari setiap item akan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Dengan
menetapkan sasaran peneliti telah mengkhususkan informasi yang ingin
didapat.Sayangnya, banyak peneliti yang memasukan pertanyaan yang
tidak dipikirkan dengan sebaik-baiknya, dan hasil yang diperoleh tidak
36
pernah digunakan. Dalam hal ini, waktu dan tenaga telah disia-siakan,
dan audiens yang tertarik akan merasa dikecewakan.
b. Menulis Pertanyaan dan Pernyataan
Setelah sasaran penelitian telah ditetapkan dan ditegaskan bahwa
tidak ada instrumen lain yang dapat digunakan, maka peneliti dapat
memulai tugasnya untuk menulis pertanyaan dan pernyataan.Akan lebih
baik untuk menulis item dengan objektif dan memperhatikan bagaimana
hasil akan dianalisa setelah data dikumpulkan. Ada dua pertimbangan
dalam menulis item: megikuti aturan dalam menulis sebagian besar item,
dan memutuskan format item mana yang paling baik.Babie (1998)
menyimpulkan panduan berikut untuk menulis pertanyaan atau
pernyataan yang efektif:
1) Buat item sejelas mungkin. Setiap item memberikan kejelasan ketika
semua subjek menginterpretasikannya dalam cara yang sama. Jangan
pernah berpikir bahwa responden akan membaca sesuatu dalam item.
Seringkali persfektif, kata, atau frase yang sangat masuk akal bagi
peneliti tidak jelas bagi responden.Item yang terlalu umum juga dapat
memberikan interpretasi yang berbeda. Sebagi contoh, pertanyaan,
"Apa yang anda pikirkan mengenai kurikulum yang baru?" akan
menimbulkan pertanyaan yang baru: sebagai contoh, "Kurikulum yang
mana? Apa yang dimaksud dengan "Apa yang saya pikirkan'?"
terakhir, kata yang tidak jelas dan ambigu seperti sedikit, beberapa
kali, dan biasanya harus dihindari seperti halnya jargon atau frase
kompleks.
2) Hindari pertanyaan duoble-barrelled. Setiap pertanyaan harus dibatasi
dengan satu ide/gagasan.Pertanyaan double barrelled adalah
pertanyaan yang memiliki dua atau lebih ide/gagasan dan banyak
menggunakan kata dan dalam item. Pernyataan dan pertanyaan
duoble-barrelled sangat tidak diharapkan karena responden apabil
adiberi kesempatan akan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang
berbeda. Sebagai contoh, apabila responden ditanya apakah setuju
atau tidak setuju dengan pernyataan, "konselor sekolah terlalu banyak
37
menghabiskan waktu dengan merekam dan tidak punya cukup waktu
untuk konseling dengan masalah siswa" maka bisa saja setuju dengan
pernyataan pertama (menghabiskan terlalu banyak waktu dengan
proses merekam), dan tidak setuju dengan pernyataan kedua (tidak
cukup waktu untuk konseling).
3) Responden harus kompeten untuk. Panting bahwa responden harus
dapat menyediakan informasi yang dapat dipercaya. Beberapa
pertanyaan kepada guru sekolah dasar mengenai peristiwa yang
dilaluinya enam minggu yang lalu akan cenderung tidak akurat karena
guru tersebut tidak dapat mengingat kejadian enam minggu yang lalu.
Dalam beberapa kasus akan lebih baik jika responden disediakan
pilihan tidak yakin atau tidak tahu untuk memberikan subjek
kesempatan untuk mengutarakanperasaan atau kepercayaan mereka.
4) Pertanyaan harus relevan. Jika subjek ditanya tentang sesuatu yang
tidak penting bagi mereka atau yang tidak mereka perhatikan maka
mereka cenderung akan menjawab dengan sembarangan sehingga
hasilnya akan menyesatkan. Hal ini dapat terjadi ketika guru ditanya
tentang minat mereka dalam tes terstandarisasi sesuatu hal yang jarang
mereka lakukan dalam pengajaran mereka.Jawaban mereka berikan
bisa saja hanya berdasarkan jawaban yang bijaksana dan bukan
berdasarkan pertimbangan penelitian yang hati-hati.
5) Paling baik item yang sederhana dan pendek. Item yang panjang dan
rumit harus dihindari karena akan menyulitkan untuk dipahami, dan
responden mungkin tidak akan bersedia mencoba memahaminya.
Bayangkan bahwa responden akan membaca dan menjawab item
dengan cepat sehingga penting untuk menulis item dengan sederhana,
mudah dipahami, dan juga mudah direspon.
6) Hindari item dalam bentuk negatif. Item yang dinyatakan dengan
bentuk negatif harus dihindari karena akan mudah disalahartikan.
Subjek secara tidak sadar akan melewatkan atau tidak melihat kata
negatif, sehingga jawaban mereka akan berlawanan dengan apa yang
diharapkan. Jika peneliti menggunakan item negatit, mereka harus
38
menghitamkan, menggaris bawahi, atau menulisnya dengan huruf
besar.
7) Hindari item atau istilah yang bias. Cara dimana item dituliskan, atau
pemasukan dari istilah tertentu, dapat mendorong respon lebih dari
yang lain. Item seperti itu disebut bias dan tentu saja harus dihindari.
Terdapat banyak cara untuk membuat item menjadi bias. Beberapa
item memberikan respon bias karena keinginan masyarakat terhadap
jawaban tersebut.
Peneliti juga dapat memberikan petunjuk akan respon yang
diharapkan. Hal ini terjadi jika responden ingin mnyenangkan peneliti
dan memberikan respon yang mereka pikir peneliti inginkan, atau jika
responden mengetahui konsekuensi dari jawaban yang mereka berikan.
Dengan panduan umum ini, bagaimana anda dapat mengtahui
bahwa item telah ditulis dengan baik?Salah satu pendekatannya adalah
dengan menyakan pada teman, kolega, dan ahli untuk meninjau kembali
item yang dibuat dan memeriksa kesalahan yang ada. Dibalik metode
yang subjektif ini cara yang baik untuk menmpilakan secara empiris
bahwa item tidak bias, tidak ambigu, dan jelas adalah dengan
membangun dua bentuk yang sepadan dari setiap item dan berikan item
kepada kelompok acak. Jika respon kedua kelompok hampir sama dalam
setiap pasangan item, maka item tersebut bisa jadi bagus. Jika tidak,
maka item tersebut perlu ditulis ulang perkembangannya (Asep Saepul
Hamdi dan Bahruddin, 2014).
a. Jenis Item
Ada banyak cara dimana pernyataan atau pertanyaan dapat dirangkai
dan beberapa cara dimana respon dapat dibuat. Jenis item harus
berdasarkan pada keuntungan, kegunaan, dan batasan dari pilihan ini.
Dibawah ini adalah rangkuman pendekatan yang biasa digunakan
dimana pertanyaan dan pernyataan dapat diajukan dan dijawab.
1) Bentuk terbuka dan tertutup.
Pertimbangan pertama adalah memutuskan apakah item
akan menggunakan bentuk tertutup, dimana subjek memilih antara
39
respon yang ditetapkan sebelumnya, atau bentuk terbuka, dimana
setiap subjek menulis setiap respon yang mereka inginkan. Pilihan
terhadap bentuk yang akan digunakan bergantung pada sasaran
item dan keuntungan dari setiap jenis perkembangannya (Asep
Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Item bentuk tertutup (juga disebut terstruktur, respon
terpilih, atau tertutup di akhir) adalah cara yang paling baik untuk
memperoleh informasi demografis dan data yang dapat
dikategorikan dengan mudah. Daripada bertanya, "Berapa lama
belajar untuk ujian?", maka pertanyaan bentuk tertutup akan
menyediakan kategori waktu dan meminta responden untuk
memilih kotak yang paling sesuai. Beri tanda kotak yang
menunjukan jumlah jam yang kamu habiskan untuk belajar
sebelum tes perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan
Bahruddin, 2014).
Jelas bahwa hal ini lebih mudah menilai item dari bentuk
tertutup, dan subjek dapat menjawab pertayaan dengan lebih cepat.
Sehingga akan lebih baik menggunakan item bentuk tertutup
dengan jumlah subjek yang banyak atau jumlah item yang banyak.
Akan sangat menghabiskan waktu bagi peneliti untuk
mengelompokan beberapa ratus respon terbuka, juga kemungkinan
akan adanya subjektifitas.
40
Kita mempercayai sesuatu dengan sangat kuat atau sungguh-
sungguh, atau mungkin kita mempunyai opini positif atau negatif
mengenai sesuatu.Format yang biasa digunakan dalam item dengan
skala adalah sebuah pertanyaan atau pernyataan yang diikuti oleh
skala potensial respon.Subjek memilih kategori dengan skala yang
paling tepat mencerminkan kepercayaan atau opini mereka tentang
pernyataan tersebut perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan
Bahruddin, 2014).
3) Item dengan ceklis (checklist)
Ceklis adalah metode sederhana dalam memberikan
responden sejumlah pilihan yang harus dipilih.item tersebutbdapat
meminta pilihan atas beberapa alternatif perkembangannya (Asep
Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
4) Format item
Ada beberapa cara untuk menampilkan item dan menjawab
item.pendekatan yang paling jelas adalah dengan menulis item
dalam sutu baris dan menempatkan kategori respon dibawah
item,buksn disebelahnya.dapat dipertimbangkan juga untuk
menggunakan kotak,atau tanda kurung daripada sebuah garis untuk
mengidentifikasikan dimana harus menempatkan tanda ceklis
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
b. Format umum didalam pembuatan instrument
Kerangka umum dan pengorganisasian dari kuesioner
sangatlah penting.jika nampak diselesaikan dengan tidak diteliti atau
membingungkan,responden biasanya mengindarinya dan tidak ingin
untuk merespon.penampilan dan format yang baik memberikan kesan
pertama yang membantu dan akan berakhir dengan respon
serius,kooperatif,dan dengan penuh kesadaran.aturan berikut ini harus
diikuti dengan benar:
1) Periksa dengan teliti tata bahasa,pengucapan,tanda baca,dan detail
lainnya.
2) Pastikan cetakan kuesioner jelas dan mudah dibaca.
41
3) Buat instruksi yang jelas dan mudah dipahami.
4) Jangan membuat kuesioner menajdi sulit dengan memadatkan item
dalam sebuah halaman
5) Hindari item yang disingkat.
6) Usahakan kuesioner sependek mungkin.
7) Berikan tempat yang cukup untuk menjawab pertanyaanterbuka.
8) Buat urutan yang logis dan kelompokan item yangberhubungan.
9) Beri nomor pada setiap halaman dan item.
10) Gunakan contoh apabila item (mungkin akan) sulit dipahami.
11) Tempatkan item yang penting dekat awal apabila kuesioner
panjang
12) Hati-hati dengan cara menempatkan dan mengurutkan pertanyaan
yang dapat mempengaruhi respon.
13) Cetak skala respon dalam setiap halaman baru perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
c. Tes Percobaan/Uji Coba Instrumen/Kalibarasi Instrumen
Sangat direkomendasikan bahwa peneliti mengadakan tes
percobaan dari kuesioner mereka sebelum menggunakannya dalam
penelitian. Akan baik sekali untuk menempatkan sampel subjek
dengan karakteristik yang sam dengan mereka yang akan digunakan
dalam penelitian ( Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014)
Jumlah sampel seharusnya lebih dari dua puluh, namun akan
lebih baik jika ada sepuluh subjek sampel daripada tidak ada tes
percobaan sama sekali. Pengelolaan kuesioner harus sama dengan
yang akan dilakukan dalam penelitian, dan responden tes percobaan
harus diberi tempat untuk menulis komentar tentang item individual
dan kuesioner secara keseluruhan perkembangannya (Asep Saepul
Hamdi dan Bahruddin, 2014).
Peneliti harus mengungkap apakah membutuhkan waktu
terlalu lama untuk menyelesaikan kuesioner, apakah item dan
arahannya jelas, dan seterusnya. Jika ada subjek tes percobaan yang
cukup, maka ukuran reliabilitas mungkin dapat dihitung dan akan ada
42
indikasi yang menunjukan apakah ada variabilitas yang cukup dalam
jawaban untuk menyelidiki beragam hubungan perkembangannya
(Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014)
Jadi, ada dua langkah dalam mendapatkan Feedback tentang
kuesioner sebelum menggunakannya dalam penelitian: sebuah kritik
informal dari item individual sebagaimana semua itu telah disiapkan
dan sebuah tes percobaan dari kuesioner yang utuh dan lengkap
perkembangannya (Asep Saepul Hamdi dan Bahruddin, 2014).
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
temuan-temuan baru yang dapat dicapai (diperoleh ) dengan menggunakan
prosedur-prosedur secara statistik atau cara lainnya dari suatu kuantitatif
(pengukuran). Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif lebih
memusatkan perhatian pada beberapa gejala yang mempunyai karakteristik
tertentu didalam kehidupan manusia, yaitu variabel. Dalam pendekatan
kuantitatif, hakikat hubungan di antara variabel-variabel selajutnya akan
dianalisis dengan alat uji statistik serta menggunakan teori yang objektif
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami apa yang telah ditulis dan
dijelaskan dalam makalah ini, dan semoga makalah ini bisa menjadi pedoman
bagi mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah dengan baik .
44
DAFTAR PUSTAKA
45