Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik serta hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Rancangan Penelitian”.

Makalah ini selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan

atau bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semua, kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan

makalah ini.

Makassar, 23 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. I

DAFTAR ISI .......................................................................................... II

BAB I ......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................1

BAB II .....................................................................................................3

A. PENGERTIAN RANCANGAN PENELITIAN .............................................3


B. TAHAP-TAHAP RANCANGAN PENELITIAN ...........................................5
C. Jenis-jenis Rancangan Penelitian Kuantitaif.......................................9
D. Rancangan Eksperimen Faktorial .....................................................27
E. Instrumen Penelitian .........................................................................31
F. Sumber Data, Variabel .....................................................................35
G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................36

BAB III ..................................................................................................39

A. KESIMPULAN ....................................................................................39
B. SARAN ..............................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu

yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

Untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka si peneliti bukan saja

harus mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus memiliki keterampilan-

keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah

dalam praktek penelitian, maka diperlukan suatu rancangan atau desain penelitian

yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam dangkalnya penelitian yang

akan dilaksanakan. Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.

Setelah menemukan permasalahan yang akan diteliti, maka langkah

selanjutnya adalah merumuskan rancangan penelitian. Dalam rancangan penelitian

tersebut, akan tergambar langkah-langkah operasional yang akan dilakukan selama

tahapan penelitian. Dengan demikian, pembuatan rancangan penelitian adalah

sesuatu yang harus didahulukan oleh peneliti, sebelum melakukan serangkaian

kegiatan penelitian.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat

Rancangan penelitian. Rancangan atau Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan

bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses

penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa

1
desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan

baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari

sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-

kesalahan tersebut ialah:

a. Kesalahan Dalam Perencanaan

Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan

dalam menyusun desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan

informasi..

b. Kesalahan Dalam Pengumpulan Data

Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan

kesalahan dalam proses pengumpulan data di lapangan.

c. Kesalahan Dalam Melakukan Analisa

Kesalahan dalam melakukan analisa dapat terjadi pada saat peneliti salah

dalam memilih cara menganalisa data.

d. Kesalahan Dalam Pelaporan

Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam

menginterprestasikan hasil-hasil penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai desain atau pola-pola operasional yang dapat

dijadikan panduan atau pedoman teknis oleh peneliti dalam melaksanakan rangkaian

kegiatan penelitian. Dikatakan sebagai pedoman teknis, mengingat dalam rancangan

penelitian tersebut, dijelaskan langkah-langkah operasional pelaksanaan penelitian,

mulai dari jenis penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data yang akan

digunakan, teknik pengolahan dan analisis data, serta proses penarikan kesimpulan

penelitian. Dalam pengertian lainnya, rancangan penelitian adalah semua proses

yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian

yang lebih sempit, rancangan penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa

data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, rancangan penelitian mencakup proses-

proses berikut.

a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.

b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-

hubungan dengan penelitian sebelumnya.

c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan,

lingkup (scope) penelitian, dan hipotesa untuk diuji.

d. Membangun penyelidikan atau percobaan.

3
e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel.

f. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.

g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

h. Membuat coding serta mengadakan editing dan prosesing data.

i. Menganalisa data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi

serta inferensi statistik.

j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi

data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan

beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Dari proses di atas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Perencanaan penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi,

pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya

dengan teori dan kepustakaan yang ada.

b. Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Proses selebihnya

merupakan tahap operasional dari penelitian.

4
B. Tahap-tahap Rancangan Penelitian

Sebagaimana telah disinggung di atas, rancangan penelitian secara garis besar terdiri

dari rancangan dalam merencanakan penelitian dan rancangan dalam pelaksanaan

penelitian.

a) Rancangan dalam Merencanakan Penelitian

Dalam merencanakan penelitian, rancangan dimulai dengan mengadakan

penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui,

dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana

hipotesa dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu

masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang rancangan yang akan

dibuat untuk penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan rancangan biasanya

dimulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya.

Tetapi aspek yang paling penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis

yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah

metode penelitian yang akan dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang

diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Sampai pada taraf ini, peneliti

dihadapkan kepada pilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Apakah

akan digunakan metode survei, metode eksperimen ataukah metode kualitatif yang

tidak berstruktur. Juga telah dapat dipertimbangkan apakah dengan biaya yang

tersedia serta jumlah serta keterampilan dari orang-orang yang akan dilibatkan dalam

penelitian sudah cukup tersedia untuk melaksanakan penelitian. Desain untuk


5
penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat membuat

kesimpulan. Rancangan atau desain rencana penelitian yang baik akan dapat

menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis.

Tiap langkah dari desain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan

keputusan yang tepat oleh si peneliti. Keputusan yang diambil harus merupakan

kompromi antara penggunaan metode ilmiah yang sangat sukar dan kondisi sumber

yang tersedia. Kompromi-kompromi ini dapat menghasilkan rencana penelitian yang

cocok dengan masyarakat ilmiah setempat serta taraf pengembangan ilmu itu sendiri.

b) Rancangan dalam Pelaksanaan Penelitian

Rancangan atau desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan

ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih

prosedur dan teknik sampling, alat atau teknik pengumpul data, kemudian membuat

coding, editing, dan memproses data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaan

penelitian termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Suchman

(1967), desain dalam pelaksanaan penelitian, meliputi:

1) Desain Sampel

Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian sangat bergantung

dari pandangan efisiensi. Dalam desain sampel ini termasuk:

a) mendefinisikan populasi

b) menentukan besarnya sampel, dan

c) menentukan sampel yang refresentatif


6
Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesa. Dalam menentukan besar

sampel, pemilihannya perlu dihubungkan dengan tujuan penelitian serta banyaknya

variabel yang akan dikumpulkan.

Dalam merencanakan desain dari sampling diperlukan teknik-teknik untuk

memperoleh samping yang refresentatif. Memang terdapat perbedaan apakah

sampling yang diambil harus probability sampling, atau judgemental sampling, tetapi

perbedaan di atas baru perlu dipertimbangkan untuk disesuaikan dengan kesimpulan

yang akan diambil serta inferensi statistik yang akan dibuat. Kombinasi dari kedua

teknik sampling di atas dapat juga dilaksanakan. Jika metode penelitian yang dipilih

adalah metode eksperimental, maka dalam masalah desain sampling, penekanan

lebih diarahkan kepada pemilihan desain percobaan yang cocok. Dalam pemilihan

desain percobaan ini, peneliti selalu dituntun oleh derajat akurasi yang

diminimasikan. Kondisi homogenitas dari media percobaan mana yang lebih baik

dan lebih efisien untuk digunakan.

2) Desain Alat (Instrumen)

Yang dimaksud dengan alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data. Walau

metode penelitian apa saja yang digunakan, masalah desain terhadap alat untuk

mengumpulkan data sangat menentukan sekali dalam pengujian hipotesis. Alat yang

digunakan dapat saja sangat berstruktur (seperti check list dari questioner atau

schedule), kurang berstruktur seperti interview guide ataupun suatu outline biasa di

dalam mencatat pengamatan langsung. Pemilihan alat harus dievaluasikan sebaik


7
mungkin sehingga alat tersebut relevan dengan informasi yang diinginkan untuk

memperoleh data yang cukup reliabel. Kecuali dalam penelitian eksperimen, maka

alat yang digunakan dalam penelitian sosial sukar menjamin terdapatnya validitas

mutlak dari observasi data. Satu alat bisa saja untuk satu kegunaan, tetapi menjadi

tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara umum desain dari alat haruslah

diujicobakan sebelum digunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam

pengumpulan keterangan-keterangan (data) yang diperlukan untuk menguji hipotesa.

3) Desain Analisa

Secara ideal, desain analisa sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum pengumpulan

data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesa sudah cukup baik, maka

desain analisa secara paralel dapat dikembangkan dari desain merumuskan hipotesa

tersebut. Hipotesa tersebut dianggap baik jika ia konsisten dengan analisa yang akan

dibuat. Dalam desain hipotesa, juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-

hubungan dasar yang akan dianalisa. Dalam analisa hubungan-hubungan antara

variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang mempengaruhi kedua

variabel di atas perlu juga dianalisa.

Hipotesa merupakan titik tolak analisa, tetapi pemikiran imaginatif serta pikiran-

pikiran asli akan muncul dalam analisa dan disesuaikan dengan data yang tersedia.

Dalam analisa, peneliti akan menocokkan data dengan hipotesa, menambah yang

kurang atau mengurangi yang lebih. Walaupun demikian, gambaran akhir yang

dihasilkan oleh analisa harus menyerupai gambaran yang dirumuskan dalam


8
hipotesa. Dalam desain analisa, maka diperlukan sekali alat-alat yang digunakan

untuk membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan

keperluan analisa harus dipilih sebaik-baiknya. Penggunaan statistik sebagai alat

analisa telah sangat berkembang, tetapi dalam analisa yang dilakukan, jangan

dilupakan asumsi-asumsi dasar yang dijelaskan dalam penggunaan statistik tersebut,

serta ke arah mana inferensi tersebut akan dibuat.

C. Jenis-jenis Rancangan Penelitian Kuantitaif

Rancangan penelitian kuantitatif berangkat dari telaah teori yang kemudian

memunculkan hipotesis untuk selanjutnya diuji secara empirik. Dengan demikian,

rancangan dalam penelitian kuantitatif berbasis pada paradigma pengujian konsep

secara empiris, berbeda dengan penelitian kualitatif yang menggali data lapangan

untuk memunculkan hipotesis. Atas dasar tersebut, maka sifat dari rancangan

penelitian kuantitatif lebih prosedural atau kaku dibandingkan dengan rancangan

penelitian kualitatif. Dari pendapat beberapa ahli, dapat dirumuskan beberapa

karakteristik dari rancangan penelitian kuantitatif, sebagai berikut:

1. Proposal penelitian dirumuskan dengan desain yang baku berdasarkan rencana

penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Masalah yang diungkap berangkat dari kajian teori, yang kemudian memunculkan

hipotesis penelitian untuk dibuktikan secara empirik.

9
3. Instrumen penelitian dikonstruksikan melalui kegiatan try out (uji coba) dan

memiliki manual yang sudah dirancang secara prosedural, termasuk dalam teknik

penskoran.

4. Sampel penelitian harus memenuhi batas-batas refresentatif, sehingga hasil

penelitian dapat ditarik generalisasi yang berlaku untuk populasi.

Termasuk ke dalam jenis rancangan penelitian kuantitatif ini, adalah penelitian

deskriptif dan eksperimen.

1. Rancangan Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif termasuk ke dalam jenis penelitian sosial, termasuk dalam

meneliti fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Banyak pakar penelitian

memberikan rumusan tentang pengertian penelitian deskriptif. Misalnya, Winarno

Surachmad (1990: 21) menjelaskan pengertian penelitian deskriptif sebagai berikut:

“Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian sosial yang ditujukan untuk

mengungkap fenomena aktual, menggambarkan, dan menganalisisnya sehingga

diperoleh generalisasi umum”. Dari batasan tersebut, dapat ditarik karakteristik

penelitian deskriptif, yakni sebagai berikut.

a. Masalah yang diteliti bersifat aktual.

Suatu masalah penelitian dikatakan aktual, manakala permasalahan tersebut masih

nampak eksistensinya, menjadi bagian integral dari suatu sistem populasi. Misalnya,

10
permasalahan aktual dalam penelitian pendidikan seperti kinerja guru,

kepemimpinan kepala sekolah, pelaksanaan proses belajar mengajar, pengelolaan

siswa, dan aspek lainnya yang sedang berlangsung dalam praktek pendidikan.

b. Tujuan penelitian hanya menggambarkan fenomena yang sedang berlangsung.

Dalam penelitian deskriptif, yang menjadi tujuan utama adalah menggambarkan

berbagai fenomena yang menjadi obyek penelitian sehingga diperoleh makna atau

kesimpulan umum.

c. Peran peneliti dalam proses penelitian hanya sebagai observer, intervier, dan tidak

memberikan perlakuan atau manifulasi terhadap subyek penelitian. Ketika penelitian

berlangsung, peran peneliti hanya mengungkap fenomena apa adanya, dan tidak

memberikan perlakuan atau eksperimen atau manifulasi terhadap subyek penelitian,

sehingga data yang diperoleh bersifat alamiah.

1) Penyusunan Rancangan Penelitian Deskriptif yang Menggunakan

Pendekatan Survey

Survey merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang ditujukan pada sejumlah

besar individu atau kelompok; unit yang ditelaahnya, apakah individu atau

kelompok, jumlahnya relatif besar. Karena jumlah unit yang ditelaah relatif besar,

tentunya mustahil untuk bisa menelaahnya secara intensif, mendalam, mendetail,

dan komprehensif seperti halnya yang dilakukan melalui pendekatan studi kasus.

11
Pada survey, fokus perhatiannya hanya ditujukan ke beberapa variabel saja,

mengingat unit yang ditelaahnya dalam jumlah besar.

Dengan survey, peneliti hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu

populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku, ataukah aspek sosial lainnya,

variabel yang ditelaah diselaraskan dengan karakteristik yang menjadi fokus

perhatian survey tersebut. Karena dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik

tertentu daru suatu populasi, maka individu atau kelompok yang diteliti haruslah bisa

mewakili populasi. Artinya, individu atau kelompok yang diteliti bersifat

refresentatif. Oleh sebab itu, teknik sampling (cara pengambilan sampel atau contoh

dari individu atau kelompok yang diteliti) merupakan persoalan penting pada setiap

survey. Ini bisa dimengerti, karena hasil suatu survey tidak hanya untuk

menggambarkan karakteristik tertentu dari individu atau kelompok yang menjadi

sampel penelitian, melainkan untuk diberlakukan bagi seluruh populasi, sehingga

generalisasinya (kesimpulan) berlaku bagi seluruh anggota populasi. Suatu survey

bisa digunakan untuk tujuan-tujuan deskriptif dan juga untuk tujuan-tujuan

eksplanasi. Bila tujuannya untuk maksud eksplanasi, sudah tentu harus sampai pada

pengujian hubungan antar variabel, tidak sekedar menggambarkan karakteristik

tertentu dari suatu populasi. Survey untuk tujuan deskriptif misalnya tentang

“kebiasaan membaca surat kabar dan majalah di kalangan mahasiswa di suatu

wilayah tertentu”, sedangkan survey untuk untuk tujuan eksplanasi misalnya tentang

“hubungan antara modern-tradisionalnya nama mahasiswa dengan tinggi- rendahnya


12
status orang tuanya”. Dari gambaran di atas, berikut dijelaskan langkah-langkah

menyusun rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey.

a. Judul Penelitian

Judul penelitian dalam rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan survey, umumnya menggambarkan hubungan antar dua atau lebih

variabel, dengan subyek penelitian atau wilayah penelitian bersifat umum. Sebagai

gambaran, berikut disajikan beberapa contoh judul penelitian:

1. Hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi

mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.

2. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kualitas pengelolaan

sekolah dasar se Kecamatan Andir.

b. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang penelitian menggambarkan, hal-hal yang melatarbelakangi

diangkatnya permasalahan dalam penelitian. Dalam paparan latar belakang, minimal

menjelaskan tiga poin utama, yaitu:

1. paparan normatif mengenai fenomena atau obyek yang akan diteliti.

2. paparan yang menggambarkan kondisi obyektif dari fenomena yang akan diteliti,

sehingga nampak jelas adanya kesenjangan antara harapan yang dipaparkan dalam

paragraf normatif dengan kondisi di lapangan (lokasi penelitian).

13
3. paparan yang menegaskan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,

sehingga dirumuskan pernyataan pentingnya permasalahan yang akan diteliti.

Dalam paparan latar belakang, perlu juga disertakan data lapangan yang memperkuat

pentingnya permasalahan yang diangkat dalam penelitian untuk diteliti secara

ilmiah. Tidak ada ketentuan mengenai berapa jumlah paragraf yang harus ada dalam

bagian latar belakang, tetapi yang penting adalah bahwa paparan latar belakang

tersebut harus menggambarkan minimal tiga bagian sebagaimana dijelaskan di atas.

c. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti, bisa bersumber dari keragu-raguan atas konsep yang dipelajari

dari berbagai kejian pustaka, atau boleh juga berangkat dari hasil studi pendahuluan

atau telaah lapangan. Hal tersebut, tergantung dari pendekatan penelitian yang

digunakan, apakah menggunakan penelitian kuantitatif atau kualitatif. Rumusan

masalah penelitian, dapat dinyatakan dalam kalimat pertanyaan atau dalam kalimat

pernyataan. Sebelum sampai pada kalimat rumusan masalah, biasanya peneliti

memaparkan posisi permasalahan yang akan diteliti. Setelah jelas posisi

permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, baik

dalam kalimat pertanyaan maupun pernyataan.

Contoh rumusan masalah yang dinyatakan dalam kalimat pertanyaan, misalnya

“apakah ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan

kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani?”. Atau rumusan

masalah tersebut, dinyatakan dalam kalimat pernyataan, misalnya dinyatakan dalam


14
kalimat “Berdasarkan pada paparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini akan mengungkap hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja

dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani”.

d. Pertanyaan Penelitian atau Hipotesis Penelitian

Apakah mau menggunakan pertanyaan penelitian atau hipotesis penelitian,

tergantung pada pendekatan penelitian yang akan digunakan. Untuk penelitian

kualitatif misalnya, dapat menggunakan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kualifikasi pendidikan guru-guru sekolah dasar di

Kecamatan Antapani?

2. Bagaimana gambaran pengalaman berkerja guru-guru sekolah dasar di Kecamatan

Antapani?

3. Bagaimana gambaran kompetensi mengajar guru-guru sekolah dasar di

Kecamatan Antapani?

4. Bagaimana hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan

kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani?

Sedangkan kalau kita menggunakan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut.

Ho : Tidak ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja

dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.


15
Hi : Ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan

kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.

e. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menggambarkan apa yang hendak dicapai dari penelitian yang

akan dilaksanakan. Dalam rancangan penelitian tersebut, tujuan dipaparkan dalam

bentuk tujuan umum dan tujuan khusus.

f. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menggambarkan apa yang diperoleh dari penelitian yang akan

dilaksanakan, baik dalam tataran teoretis maupun praktis. Paparan manfaat teoretis

menggambarkan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang bersifat teoretis.

Manfaat teoretis dari suatu penelitian misalnya memunculkan konsep-konsep baru,

baik berupa pengertian, prinsip, maupun strategi dan teknik dari suatu konsep.

Sedangkan manfaat praktis, menggambarkan manfaat yang diperoleh dari hasil

penelitian yang sifatnya praktis, seperti memberikan petunjuk teknis atau petunjuk

operasional.

g. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran atau disebut juga paradigma penelitian, dan ada juga yang

menyebutnya sebagai asumsi penelitian atau anggapan dasar. Paparan dalam

kerangka pemikiran menggambarkan keterkaitan konseptual antar variabel yang

diteliti. Dalam paparan kerangka pemikiran, biasanya diakhiri dengan visualisasi

dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur penelitian atau keterkaitan


16
penelitian. Sedangkan kerangka pemikiran yang menggunakan istilah asumsi

penelitian atau anggapan dasar, biasanya cukup dengan mengutif beberapa

pernyataan atau batasan konseptual yang memperkuat asumsi penelitian yang akan

dilaksanakan. Batasan yang ditulis, mengutif dari pendapat beberapa ahli atau pakar

yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

h. Kajian Pustaka atau Landasan Teori

Paparan kajian pustaka atau landasan teori menjelaskan batasan-batasan konseptual

yang mendukung konstruksi variabel penelitian. Misalnya, penelitian berjudul

“hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi

mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani”, maka dalam kajian pustaka,

minimal harus menjelaskan konsep-konsep tentang: (1) guru dengan berbagai

variabel penyertanya seperti kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja; (2)

kompetensi profesional guru.

i. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian atau ada juga yang menyebutnya sebagai prosedur penelitian,

akan memaparkan langkah-langkah operasional proses penelitian yang akan

dilaksanakan. Poin-poin yang dijelaskan dalam metodologi penelitian, adalah:

metode penelitian, subyek penelitian atau populasi dan sampel penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

2) Penyusunan Rancangan Penelitian Deskriptif yang Menggunakan

Pendekatan Studi Kasus


17
Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahanya kepada

satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi

kasus bisa dilakukan terhadap individu, seperti lazimnya dilakukan oleh para ahli

psikologi analisis; juga bisa dilakukan terhadap kelompok seperti yang dilakukan

oleh beberapa ahli antropologi, sosiologi, dan psikologis sosial. Pada tipe penelitian

ini, seseorang atau suatu kelompok yang diteliti permasalahannya ditelaah secara

komprehensif, mendetail, dan mendalam; berbagai variabel ditelaah dan ditelusuri

termasuk juga kemungkinan hubungan antar variabel yang ada. Karenanya peneliti

suatu kasus, bisa jadi melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat eksplanasi.

Akan tetapi eksplanasi yang demikian itu, tidak dapat diangkat sebagai suatu

generalisasi.

Latar belakang kehidupan dan lingkungan seseorang pecandu narkotika, kehidupan

intern sebuah gang, pembentukkan militansi pada suatu kelompok radikal, faktor-

faktor yang melatarbelakangi tingginya swadaya pembangunan di suatu desa,

merupakan beberapa contoh dari topik atau permasalahan yang bisa didekati melalui

rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.

Langkah-langkah penyusunan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan studi kasus, tidak jauh berbeda dengan rancangan penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan survey sebagaimana dijelaskan di atas.

Perbedaannya, terletak pada wilayah penelitian. Kalau pada pendekatan survey,

wilayah penelitian bersifat umum dan luas, misalnya guru-guru SD se Kecamatan


18
tertentu sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam pendekatan studi kasus, masalah

penelitian bersifat spesifik, misalnya kinerja guru di SDN tertentu.

2. Rancangan Penelitian Eksperimen

Pada penelitian eksperimen, peneliti secara sengaja memanifulasi suatu

variabel (memunculkan atau tidak memunculkan suatu variabel), kemudian

memeriksa efek atau akibat yang ditimbulkannya. Artinya, melalui eksperimen,

ingin diketahui “apakah yang akan terjadi jika suatu variabel dikontrol atau

dimanifulasikan secara terkendali?”. Asumsinya, jika terdapat dua situasi atau

kondisi yang keadaannya serba sama, kemudian kepada salah satunya ditambahkan

atau dikurangi satu elemen, maka perbedaan yang berkembang di antara kedua

situasi atau kondisi tersebut merupakan akibat dari elemen yang ditambahkan (atau

dikurangi) tadi.

Sejalan dengan asumsi tadi, pada suatu eksperimen lazimnya terdapat “kelompok

kontrol” dan terdapat “kelompok eksperimen”. Katakanlah ingin mengetahui

efektivitas penyuluhan melalui metode permainan simulasi. Untuk mengujinya,

dipilih dua buah kelompok sasaran yang keadaannya relatif sama; pada keduanya

diberikan penyuluhan mengenai materi yang sama; oleh tenaga penyuluh di

“kelompok kontrol” digunakan metode penyuluhan konvensional, yaitu ceramah,

sedangkan tenaga penyuluh di “kelompok eksperimen” diadakan pre tes (untuk

mengetahui taraf penguasaan mereka mengenai materi yang akan disuluhkan) dan

19
pos tes (untuk mengetahui penguasaan mereka setelah berakhirnya penyuluhan

mengenai materi yang telah disuluhkan).

Sekiranya metode permainan simulasi lebih efektif dari metode konvensional

(ceramah), maka rata-rata perolehan kelompok eksperimen (penguasaan waktu II –

Penguasaan waktu I), akan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-

rata perolehan kelompok kontrol (penguasaan materi waktu II – penguasaan materi

waktu I). Tapi andaikan rata-rata perolehan (penguasaan materi) tidak berbeda secara

signifikan di antara “kelompok kontrol” dengan “kelompok eksperimen”, berarti

tidak ada perbedaan efektivitas antara metode penyuluhan konvensional dengan

metode penyuluhan yang menggunakan permainan simulasi. Rancangan penelitian

eksperimen juga merupakan pendekatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk

menarik generalisasi; untuk membangun dan mengembangkan teori. Karenanya,

teknik pengambilan sampel baik untuk kelompok kontrol maupun eksperimen,

merupakan persoalan yang harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga

kekuatan generalisasinya dapat diandalkan. Di samping itu, eksperimen dalam

“dunia sosial” juga dihadapkan pada persoalan validitas internal dan validitas

eksternal.

Validitas internal berkaitan dengan keterandalan dalam mengendalikan situasi/latar

(setting) eksperimen, sehingga proses dan hasil eksperimen benar-benar bersih dari

pengaruh variabel imbuhan (extraneous variable). Bila validitas internal ini hendak

dicapai secara sempurna, mau tidak mau latar eksperimennya menjadi sangat
20
artifisial (sangat buatan); efek yang ditimbulkan oleh suatu variabel yang

dieksperimenkan, memang bisa diketahui secara lebih cermat. Akan tetapi, karena

latar eksperimennya sangat terkendali (berarti semakin jauh dari situasi wajar di

masyarakat), maka hasilnya belum tentu cocok dan terandalkan manakala diterapkan

dalam situasi wajar (bukan buatan) di masyarakat. Sebaliknya, bila validitas

eksternal yang dipentingkan, maka apa yang berlaku dan ditemukan sebagai hasil

kesimpulan eksperimen, juga diharapkan berlaku juga dalam situasi lain di liar

eksperimen (berlaku umum di masyarakat). Konsekuensinya, situasi atau latar

eksperimen haruslah lebih wajar (tak terlampau buatan); mau tidak mau intervensi

variabel imbuhan tak dapat sepenuhnya dikendalikan (berarti mengorbankan

kepentingan validitas internal). Dilema tersebut seyogyanya menjadi pertimbangan

peneliti di dalam merancang suatu eksperimen, sehingga sisi pengendalian tak

terabaikan, dan sisi “kepentingan generalisasi” juga tak terkorbankan.

1) Jenis-jenis Rancangan Penelitian Eksperimen

Suatu penelitian eksperimen pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui efek

yang ditimbulkan (efek atau akibat pada variabel bebas) yang dilakukan secara

terkontrol atau terkendali. Dengan eksperimen, diharapkan bisa ditentukan efek

variabel bebas terhadap variabel tergantung, dimana pengaruh variabel-variabel lain

dieliminasi sedemikian rupa secara terkontrol. Oleh karena itu, sebagaimana

dinyatakan oleh Nan Lin, bahwa suatu eksperimen yang baik, harus mengandung

tiga elemen dasar, yaitu: (1) merandom subjek/kelompok yang dikenai eksperimen;
21
(2) mengontrol peluang pengaruh variabel-variabel imbuhan atau extraneous

variables; dan (3) manipulasi variabel bebas. Merandom subjek-subjek yang tersebar

ke dalam kelompok-kelompok yang dikenai eksperimen, dimaksudkan supaya

pengaruh variabel lain terhadap variabel bebas dari variabel terikat, bisa dengan

sendirinya terdistribusi ke setiap kelompok yang dikenai eksperimen, ia akan

berpengaruh pada semua kelompok yang dikenai eksperimen. Variabel-variabel

imbuhan yang diketahui berpotensi untuk mempengaruhi variabel bebas atau

variabel terikat, atau kedua-duanya (sejalan dengan teori atau hasil-hasil penelitian

yang ada), sebaiknya dikontrol dan diperhitungkan di dalam menyusun rancangan

eksperimentasi.

Manipulasi variabel bebas merupakan pembeda utama antara metode eksperimen

dengan metode lainnya di dalam cara mengumpulkan data. Pada eksperimen,

variabel bebas dimanipulasikan secara sengaja, yang dengan manipulasi itu

terbedakan variasi treatmen eksperimental (variabel bebas); dan variasi treatmen

terhadap variabel terikat. Ketiga karakteristik tadi (randomisasi, kontrol, dan

manipulasi), membuat demikian handalnya suatu eksperimen untuk menguji

hipotesis, oleh karena kesanggupannya yang sedemikian rupa untuk

“menyendirikan” variabel bebas dan variabel terikat; ada pengeliminasian dan

pengontrolan pengaruh dari variabel-variabel lain Rancangan dasar suatu

eksperimen mengandung langkah-langkah berikut.

22
a. menyeleksi dan merandom subjek-subjek ke dalam kelompok-kelompok yang

akan dikenai eksperimen;

b. pengukuran pretes terhadap variabel terikat;

c. pemberian treatmen yang berbeda kepada kelompok-kelompok yang dikenai

eksperimen atau memanifulasi variabel bebas; dan

d. pengukuran pascates terhadap variabel tergantung.

Ada 5 jenis penelitian yang terdapat dalam penelitian kualitatif (John E.

Creswell, 2009:20), yaitu penelitian etnografi, penelitian grounded theory, penelitian

study kasus, penelitian fenomologi, dan penelitian narasi:

1. Etnografi

Merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti

menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam

periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi,

dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang

sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di

lapangan.

Contoh penelitian yang dilakukan Harry , Klingner , dan Hart (2005 ) menerbitkan

sebuah studi etnografi siswa Amerika Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah

distrik sekolah beragam budaya perkotaan.


23
2. Grounded Theory

Grounded theory adalah prosedur penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan,

menganalisis, dan menginterpretasikan pola-pola bertingkah laku, berkeyakinan,

dan berbahasa yang diyakini bersama oleh sebuah kelompok kultural tertentu yang

telah bertumbuh-kembang pada jangka waku yang lama.

Dalam penelitian ini, grounded theory memiliki prosedur analisis data yang lebih

rumit daripada jenis penelitian kualitatif lainnya. Karena penelitian ini bersifat

sitematis dan mengikuti format standar. Dalam Emzir (2010: 210) dijelaskan, dalam

penelitian grounded theory perlu diadakannya pengkodean sebelum melakukan

proses analisis data.

Dalam gambar grounded theory seperti gambar di bawah, dijelaska bahwa Open

coding merupakan penentuan konsep, axial coding langkah menyatukan konsep

dalam kategori, selective coding membuat garis cerita dan mulai menulis cerita,

proporsi

merupakan pernyataan yang mengandung hubungan antara dua atau beberapa hal

yang dapat dinilai atau benar atas sesuatu yang relevan dengan keadaan dilapangan.

Penyusunan konsep, kategori, dan proporsi merupakan suatu keharusan untuk

menghasilkan teori, sebagai tujuan akhir grounded theory. Gambar rancangan

grounded theory dapat dilihat di bawah ini.

3. Study Kasus

24
Merupakan jenis penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara

cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.

Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan

informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan

data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk

memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku

untuk kasus tersebut. Contoh penelitian yang dilakukan oleh Purcell, Horn, dan

Palmer ( 2007 ) menyelidiki inklusi siswa penyandang cacat dalam lima program

prasekolah dan mengumpulkan data melalui wawancara dan kelompok focus.

4. Fenomenologi

Merupakan jenis penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat

pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-

pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomologi sebagai suatu metode

penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji

sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk

mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna. Dalam proses ini, peneliti

mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar dapat

memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang diteliti.

Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap,

penilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-pengalaman


25
dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomologis adalah mencari atau

menemukan makna dari hal-hal esensial atau mendasar dari pengalaman hidup

tersebut.

Rancangan penelitian dalam penelitian fenomenologi ini hampir sama dengan

rancangan penelitian pada etnografi, tetapi yang membedakan keduanya adalah

penekanan masalah yang mendasari dilakukannya penelitian. Kalau pada etnografi

berdasarkan pada suatu kebudayaan lingkungan, sedangkan pada fenomenologi

berdasarkan fenomena yang terjadi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan.

Sebagai contoh, peneliti sedang meneliti studi mengenai daur hidup masyarakat

tradisional dilihat dari perspektif hidup sehat, misalnya menggunkan air bersih,

menu makanan, kepeduliannya terhadap usaha pengobatan atas keluarga yang sakit,

dll.

5. Narasi

Merupakan jenis penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan

individu-individu dan meminta seorang atau sekelompok individu untuk

menceritakan kehidupan mereka. Informasi kemudian diceritakan kembali oleh

peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus

menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan

partisipan dengan pandangan- pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri.

Bagi individu yang merencanakan studi narasi, setiap jenis narasi menyediakan

26
struktur untuk melakukan penelitian dan referensi agar mampu melakukan proyek,

pengulasan jurnal, dan diakui penerbitan buku. Bagi mereka pembaca penelitian

naratif, kurang penting untuk mengetahui jenis narasi apa yang sedang digunakan

dan lebih penting untuk mengenali karakteristik utama dari jenis narasi.

Sebagai contoh peneliti mencari tahu bagaimana para perempuan memikirkan

setiap kejadian-kejadian selama masa kehamilan. Maka peneliti mengumpulkan

berbagai macam cerita dari peempuan-perempuan yang sedang hamil.

D. Rancangan Eksperimen Faktorial

1. Rancangan eksperimen factorial sederhana

Pada rancangan factorial, peneliti memanipulasi dua atau lebih variabel secara

simulkan. Lain halnya dengan rancangan sebelumnya, yang hanya memanipulasi

satu variabel (variabel tunggal); lalu variabel tersebut diuji efek atau pengaruhnya

pada variabel tergantung. Untuk mengetahui efektivitas “model penataran”

misalnya, sesungguhnya ada banyak variabel lain yang patut diperhitungkan, yang

juga mempunyai pengaruh terhadap daya serap peserta penataran pada bahan atau

materi yang ditatarkan (variabell tergantung); misalnya tingkat pendidikan peserta,

tingkat IQ peserta, pengalaman berorganisasi peserta, dan sebagainya. Karenanya,

manipulasi variabel tunggal sebagaimana pada rancangan sebelumnya, selama ini

banyak dikritik oleh para ahli. Untuk memperhitungkan dan memanipulasi beberapa

variabel secara simultan, peneliti dapat menggunakan rancangan faktorial.


27
Rancangan Faktorial, peneliti memanipulasi dua atau lebih variabel secara

simultan. Lain halnya dengan rancangan sebelumnya, yang hanya memanipulasi satu

variabel (varibel tunggal); lalu variabel tunggal tersebut diuji efek atau pengaruhnya

pada variabel.

Untuk mengetahui efektivitas “model penataran” misalnya, sesungguhnya ada

banyak variabel lain yang patut diperhitungkan, yang juga mempunyai pengaruh

terhadap daya serap peserta penataran pada bahan atau materi yang ditatarkan

(variabel tergantung); misalnya tingkat pendidikan peserta, tingkat IQ peserta,

pengalaman berorganisasi peserta, dan sebagainya. Karenanya, selama ini banyak

dikritik oleh para ahli. Untuk memperhitungkan dan memanipulasi beberapa variabel

secara simultan, peneliti dapat menggunakan rancangan factorial. Rancangan

factorial, bergerak dari yang sangat sederhana hingga ke yang sangat pelik atau

kompleks. Sederhana atau kompleksnya tergantung pada jumlah variabel yang

dimanipulasikan. Rancangan factorial yang sangat sederhana adalah rancangan 2 kali

2 (2 X 2). Pada rancangan ini, ada dua variabel bebas yang dimanipulasikan, dan

masing-masing variabel mempunyai dua nilai, sehingga menjadi 2 X 2 (ada empat

kotak atau sel eksperimentasi). Untuk jelasnya, katakanlah seorang peneliti ingin

menguji efek atau pengaruh “model penataran” terhadap daya serap pesertanya pada

materi yang ditatarkan. Disini, si peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel atribut

berserta (dalam hal ini di batasi pada variabel tingkat pendidikan formal peserta)

terhadap daya serap pada materi penataran (variabel tergantung).


28
1. Rancangan Faktorial Kompleks

Rancangan factorial dapat sekaligus mencakup beberapa variabel bebas, di mana

masing-masing variabel bebas juga dapat mempunyai beberapa tingkat. Kalau pda

rancangan factorial sederhana tadi, bisa disebut dengan rancangan 2 X 2, maka pada

rancangan yang lebih kompleks, rancangannya bisa 2 X 3, atau 2 X 4; bisa juga

rancangan 2 X 2 X 2, atau 2 X 3 X 2, atau 2 X 3 X 3, atau 2 X 3 X 4, dan sebagainya.

Untuk sekedar contoh dari rancangan yang cukup, kompleks, misalnya rancangan 2

X 2 X 3. dalam hubungan ini, katakanlah seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh

pengajaran melalui modul (dibandingkan dengan pengajaran konvensional) terhadap

prestasi belajar murid-murid SMA Kelas II. Variabel adalah: Tingkat IQ siswa

(terbagi kedalam 2 tingkatan, yaitu yang ber -IQ tinggi yang ber-IQ biasa), beserta

status sosial ekonomi orang tua siswa (terbagi kedalam tiga tingkatan, yaitu mereka

yang status sosial ekonomi orang tuanya tergolong tinggi, menengah, dan rendah).

Kompleksitas rancangan eksperimen, tentunya akan berakibat pada tingkat

kesukaran pelaksanaan eksperimentasi itu sendiri, dan tingkat kecanggihan

ujistatistik yang mesti di lakukan. Hal ini tentu saja mesti di pertimbangkan oleh

seorang peneliti. Khusus mengenai uji statistik, dengan adanya peralatan komputer

yang semakin canggih, barangkali bisa amat membantu.

Di dalam memilih rancangan eksperimen, peneliti perlu memperhitungkan factor-

faktor yang lazimnya bisa mengancam validitas eksperimen (faktor-faktor yang bisa

29
mempengaruhi kemurnian efek variabel ekperimental terhadap variabel tergantung).

Setidak-tidaknya ada enam factor yang patut dipertimbangkan, yaitu:

a. Efek pengukuran prates. Pengukuran prates, bisa jadi akan mempengaruhi

kepekaan subjek yang dikenai eksperimen, baik terhadap tritmen yang akan

diberikan maupun terhadap pascates yang akan diberikan. \

b. Efek waktu. Karena eksperimen berlangsung dalam suatu periode waktu tertentu,

didalam jangka waktu itu, bisa jadi ada peristiwa-peristiwa berarti, dan juga

berlangsung proses pada diri subjek untuk semakin matang (maturation), yang

barangkali juga akan mempengaruhi respons mereka pada saat pascates.

c. Efek interaksi antara pengukuran prates dengan apa yang muncul atau terjadi dari

efek waktu tadi

d. Efek interaksi antara pengukuran prates dengan tritmen yang dikenakan pada

subjek eksperimen iti sendiri.

e. Efek interaksi antara tritmen dengan apa yang muncul atau terjadi secara tak

terkontrol selama berlangsung eksperimen (efek waktu).

f. Efek interaksi anatara pengukuran prates dengan tritmen dan apa yang terjadi

secara tak terkontrol selama berlangsungnya eksperimen (efek waktu).

30
E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur

yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. 11

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data

yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan

informasi di lapangan. Tetapi perlu disadari bahwa dalam penelitian kuantitatif,

membuat instrumen penelitian, menentukan hipotesis dan pemilihan statistika adalah

termasuk kegiatan yang harus dibuat secara intensif, sebelum peneliti memasuki

lapangan.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode

pengumpulan data. Dengan demikian ada keterkaitan antara pendekatan dengan

instrumen pengumpulan data. Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh

instrumen penelitian yang digunakan, karena data yang dikumpulkan merupakan

kunci pokok dalam kegiatan penelitian dan sekaligus sebagai mutu hasil penelitian.

Sesuai dengan penjelasan di atas, peneliti memilih dan menggunakan instrumen

penelitian antara lain:

a. Pedoman Observasi

Yaitu alat bantu yang digunakan peneliti saat mengumpulkan data melalui

pengamatan dan melakukan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang


31
tampak pada objek penelitian. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan

yang mungkin timbul dan akan diamati.Pedoman observasi pada penelitian ini yaitu

daftar terkait proses pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pada kelas eksperimen.

b. Pedoman Dokumentasi

Yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam

bentuk dokumen yang memuat garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.

Pedoman ini berupa daftar-daftar terkait data siswa dan guru, daftar nilai siswa, foto

pelaksanaan selama penelitian dan hasil pekerjaan siswa selama pembelajaran.

c. Tes Hasil Belajar

Yaitu alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Dengan menggunakan tes ini berfungsi untuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa

mengenai kemampuan dalam mengerjakan soal. Soal tes ini berupa masalah IPA

materi organ manusia dan hewan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa

tes subyektif (uraian) karena dapat mempermudah peneliti dalam mengidentifikasi

tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa serta proses berpikir kreatifnya melalui

respon jawaban terhadap tes. Soal tes dapat dilihat pada lampiran.

Tes hasil belajar yang memenuhi syarat alat ukur yang baik dapat menghasilkan hasil

ukur belajar yang akurat. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi alat ukur hasil
32
belajar yang baik berhubungan dengan validitas dan reliabilitas.14 Dalam penelitian

kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas

instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji

validitas dan reabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan

reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan

datanya.

Dalam penelitian ini uji coba instrumen merupakan bagian yang penting, hal ini

disebabkan karena dalam penelitian data merupakan penggambaran variabel yang

diteliti karena berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar

tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan

benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel.

1) Validitas Isi

Validasi isi adalah dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang

ingin diukur. Validasi isi juga biasa disebut face validity atau validitas wajah.

Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau

achievement test. Validitas isi pada umumya ditentukan melalui pertimbangan para

33
ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk

menunjukkan secara pasti. Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes

divalidasi dengan menggunakan validitas isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan

dengan cara seperti berikut: Para ahli mengamati secara cermat semua tes yang

hendak divalidasi, para ahli mengoreksi semua item dalam tes yang telah dibuat, pada

akhir perbaikan, para ahli memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut

menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.

3) Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas

tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu

memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu

atau kesempatan yang berbeda.

Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel

sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik, sehingga mampu

mengungkap data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka

akan tidak begitu menjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas

instrumen.

34
F. Sumber Data, Variabel

Sumber Data , yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek

dimana data dapat diperoleh Yaitu “hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta

maupun angka.”

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Sedangkan menurut Tulus Winarsunu

variabel diartikan sebagai suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman.

Sedangkan konsep itu sendiri adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu

fenomena atau gejala tertentu. Konsep tentang apapun jika memiliki ciri-ciri yang

bervariasi atau beragam dapat disebut sebagai variabel. Jadi variabel adalah segala

sesuatu yang bervariasi.Secara garis besar ada dua macam variabel yaitu variabel

bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel terikat (variabel yang

dipengaruhi). Variabel bebas (disingkat variabel X) adalah suatu variabel yang

apabila dalam suatu waktu berada bersamaan dengan variabel lain, maka variabel

lain itu akan dapat berubah dalam keragamannya. Sedangkan variabel yang berubah

karena pengaruh variabel bebas disebut sebagai variabel terikat atau biasa diberi

lambang sebagai variabel Y.

Berdasarkan pengertian diatas, variabel dalam penelitian ini, yaitu:

35
Variabel bebas : - Metode inquiry (X1) - Metode ekspositori (X2)

Variabel terikat : - Hasil belajar (Y)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai

sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada

setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di

rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber

primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya berupa observasi, wawancara dan

kuesioner. Dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,

maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner

(angket), observasi.

a. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,


36
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Wawancara dapat dilakukan

secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka

maupun lewat telepon.

 Wawancara terstruktur, Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,

pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan

wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan

pengumpul data mencatatnya.

 Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

b. Kuesioner

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kuesioner (angket) untuk

mencari data langsung dari para siswa yang dijadikan sampel oleh peneliti. Angket

37
adalah “kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang dalam

hal ini disebut dengan responden. Adapun cara menjawab dilakukan dengan

cara tertulis pula”. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam metode ini

adalah pedoman angket yang diberikan kepada responden untuk memberikan

alternatif jawaban.

c. Observasi

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya

dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian

format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat

data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan

kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalnya memperhatikan

reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai

reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Metode non eksperimen

a) Rancangan penelitian deskriptif

Metode penelitian yang mengambarkan ojek sesuai dengan apa adanya yang

diperoleh dari peneliti langsung.penelitian ini dapat ditampilkan seperti

penggambaran secara factual tentang perkembangan sekolah. Margono (2010:106)

38
b) Rancangan penelitian korelasional, menurut Soegeng dalam Tahir

(2011:55) penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan

pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan

antara dua variabel atau lebih.

c) Rancangan penelitian survey, yaitu model penelitian yang paling banyak

digunakan untuk meneliti kehidupan social dan pendidikan. Penelitian survey

mengumpulkan data seakurat mungkin guna mendapatkan informasi mengenai

keadaan dan kejadian yang terjadi dikalangan masyarakt tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian deskriptif termasuk ke dalam jenis penelitian sosial, termasuk

dalam meneliti fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Karena jumlah unit

yang ditelaah relatif besar, tentunya mustahil untuk bisa menelaahnya secara intensif,

mendalam, mendetail, dan komprehensif seperti halnya yang dilakukan melalui

pendekatan studi kasus. Pada survey, fokus perhatiannya hanya ditujukan ke

beberapa variabel saja, mengingat unit yang ditelaahnya dalam jumlah besar. Dengan

survey, peneliti hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi,

apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku, ataukah aspek sosial lainnya, variabel

yang ditelaah diselaraskan dengan karakteristik yang menjadi fokus perhatian survey

tersebut.

39
Karena dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik tertentu daru suatu

populasi, maka individu atau kelompok yang diteliti haruslah bisa mewakili

populasi. Artinya, individu atau kelompok yang diteliti bersifat refresentatif. Ini bisa

dimengerti, karena hasil suatu survey tidak hanya untuk menggambarkan

karakteristik tertentu dari individu atau kelompok yang menjadi sampel penelitian,

melainkan untuk diberlakukan bagi seluruh populasi, sehingga generalisasinya

berlaku bagi seluruh anggota populasi.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah

di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

40
DAFTAR PUSTAKA

http://kseminar.staff.ipb.ac.id/files/2014/09/02-Perencanaan-Penelitian.pdf

http://kseminar.staff.ipb.ac.id/files/2014/09/02-Perencanaan-Penelitian.pdf

https://www.academia.edu/6423952/Copy_tugas_RANCANGAN_PENELITIAN

https://www.slideshare.net/chriesnaMenceg/makalah-rancangan-penelitian-

research-design-28879315

41
42

Anda mungkin juga menyukai