Anda di halaman 1dari 6

Penelitian Kualitatif

A. Pengertian
Menurut Strauss dan Corbin (dalam Cresswell, J. 1998:24), yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-
cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan
untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

B. Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif


Berikut merupakan dasar teoritis penelitian kualitatif menurut Pupu Saeful dalam jurnal
penelitian kualitatif (2012: 3)
1. Pendekatan fenomenologis
2. Pendekatan interaksi simbolik
3. Pendekatan kebudayaan
4. Pendekatan etnometodologi

C. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif


1. Data dikumpulkan dalam kondisi yang asli
2. Peneliti sebagai alat penelitian
3. Data yang diperoleh bukan berupa angka, namun berupa kata-kata dan gambar yang
dikumpulkan secara deskriptif kemudian ditulis dalam laporan.
4. Lebih mementingkan proses daripada hasil
5. Latar belakang tingkah laku dicari maknanya
6. Mementingkan rincian konstektual
7. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti
8. Mementingkan pandangan responden
9. Mengadakan analisis sejak awal penelitian
10. Teori bersifat dari dasar

D. Tujuan
1. Memperoleh pemahaman
2. Megembangkan teori
3. Menggambarkan realitas yang kompleks

E. Data dalam Penelitian Kualitatif


1. Deskriptif
2. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen, dll.
F. Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumen
4. Focus Group Discussion (FGD)

G. Prosedur Penelitian Kualitatif


Menurut Sugiyono (dalam Muchlisin Riadi 2019), terdapat tiga tahap utama dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi
yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada
tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi
lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah.
Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu
pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

Menurut Sudjana (2000), berdasarkan tiga tahap tersebut, selanjutnya dapat dijabarkan dalam
tujuh langkah penelitian kualitatif, yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah
Suatu masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-
tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah
tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak sama
dengan kenyataan, sehingga timbul pertanyaan yang menantang untuk ditemukan
jawabannya. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat
muncul pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Di dalam
penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan
mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.

b. Pembatasan masalah
Dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang
diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak.
Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Pembatasan masalah
merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Pembatasan masalah
dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:
Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan jawaban atas
masalah yang dipilih?
Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan peneliti, akses
memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?

c. Penetapan fokus penelitian


Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah
berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi
bidang temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Peneliti
dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa
dalam penelitian kualitatif dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan
dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah
yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan
penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki
peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.

d. Pengumpulan data
Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian,
memilih dan menetapkan seting (latar) penelitian, mengurus perijinan, memilih dan
menetapkan informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data,
serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
menemui sumber data. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data
adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini
terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan, misalnya observasi,
wawancara atau pengamatan.

e.Pengolahan dan pemaknaan data


Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak
peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan secara kontinyu pada
saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data
jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan
data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data
yang ditemukan di lapangan.

f. Pemunculan teori
Peran teori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian kualitatif, teori tidak dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam
menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka
menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan.
Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi
dan menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan
mengandung makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.

g. Pelaporan hasil penelitian


Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti setelah
melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai. Dalam konteks
yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis memiliki nilai guna
setidaknya dalam empat hal, yaitu:
1) Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti
dalam setiap kegiatan penelitian.
2) Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah.
3) Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomunikasikan
kepada masyarakat ataupun sesama peneliti.
4) Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
bergantung pada kepentingan peneliti.
H. Ragam Penelitian Kualitatif
1. Etnografi
Etnografi(Yunaniἔθνος ethnos= rakyat dan γραφία graphia= tulisan) adalah strategi
penelitian ilmiahyang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam
antropologidan beberapa cabangsosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu
sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasietnis lainnya,
etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan
sosial, juga budaya material dan spiritual mereka. Etnografi sering diterapkan untuk
mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan
data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll.
Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya
untuk menjelaskan seseorang, sebuahethnos) melalui tulisan.Dalam biologi, jenis
studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai
sinonim umum untuk "etnografi".
2. Grounded Theory
(GT) adalah metodologi sistematis dalamilmu sosialmelibatkan penemuanteori
melalui analisis data. Metode grounded theory adalah metode penelitian yang
beroperasi hampir secara terbalik dari penelitian ilmu sosial tradisional. Daripada
dimulai dengan hipotesis, langkah pertama adalah pengumpulan data, melalui
berbagai metode. Dari data yang dikumpulkan, poin-poin penting ditandai dengan
serangkaian kode, yang diambil dari teks. Kode dikelompokkan ke dalam konsep
serupadalam rangka untuk membuat mereka lebih dapat diterapkan. Dari konsep-
konsep, kategori terbentuk,yang merupakan dasar untuk penciptaan teori, atau reverse
direkayasahipotesa. Ini bertentangan denganmodel tradisional penelitian, dimana
peneliti memilih kerangka teori, dan hanya kemudian menerapkan model ini untuk
fenomena yang akan diteliti.
3. Case study
adalah analisis deskriptif atau penjelas dari seseorang, kelompok atau peristiwa.
Sebuah studi kasus jelas digunakan untuk mengeksplorasi penyebab untuk
menemukan prinsip-prinsip dasar.Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus
merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atausatu orang, subjek atau satu
tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu .
Surachrnad(1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan
dengan memusatkan perhatian padasuatu kasus secaraintensif dan rinci. Sementara
Yin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada
ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para
peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting. Berdasarkan batasan
tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:

(1)sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen;

(2)sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai


dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami
berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

4. Fenomenologi
menggambarkan "realitas subyektif" dari suatu peristiwa, seperti yang dirasakan oleh
populasi penelitian, itu adalah studi tentang fenomena. Fenomenologi berasal dari
bahasa Yunani phainomai,yang berarti ‘menampak’ dan phainomenonmerujuk ‘pada
yang menampak’. Istilahfeomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrickh Lambert.
Meskipun pelopor fenomenologi adalahHusserl, namun dalam buku ini lebih banyak
mengupas ide-ide Schutz (yang tetap berdasar pada pemikiran sang pelopor, Husserl).
Terdapat dua alasan utama mengapa Schutz dijadikancentredalam penerapan
metodologi penelitian kualitatif menggunakan studi fenomenologi ini. Pertama,
karena melaluiSchutz-lah pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat
dijelaskan dengan lebih gamblang danmudah dipahami. Kedua, Schutz merupakan
orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial. Oleh
karena itu, buku ini mengupas beberapa pandangan Schutz dan penerapannya dalam
sebuah penelitian sosial.Schutz mengawali pemikirannya dengan mengatakan bahwa
objek penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan degan interpretasi
terhadap realitas. Jadi, sebagai peneliti ilmu sosial, kita pun harusmembuat
interpretasi terhadap realitas yag diamati. Orang-orang saling terikat satu sama lain
ketika membuat interpretasi ini. Tugas peneliti sosial-lah untuk menjelaskan secara
ilmiah proses ini.Dalam melakukan penelitian, peneliti harus menggunakan metode
interpretasi yang sama dengan orangyang diamati, sehingga peneliti bisa masuk ke
dalam dunia interpretasi orang yang dijadikan objek penelitian. Pada praktiknya,
peneliti mengasumsikan dirinya sebagai orang yang tidak tertarik atau bukan bagian
dari dunia orang yang diamati.

Peneliti hanya terlibat secara kogniti dengan orang yang diamati.Peneliti dapat


memilih satu ‘posisi’ yang dirasakan nyaman oleh subyek penelitiannya, sehingga
ketikasubyek merasa nyaman maka dirinya dapat menjadi diri sendiri. Ketika ia
menjadi dirinya sendiri inilahyang menjadi bahan kajian peneliti sosial.Setelah Schutz
berhasil mengintegrasikan fenomenologi dalam ilmu sosial, para cendekiawan
sosialmulai melirik pemikiran fenomenologi yang paling awal, yakni fenomenologi
transendental Husserl. Husserl sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat
dari pengalaman. Dia berpendapat bahwaterdapat perbedaan antara fakta dan esensi
dalam fakta, atau dengan kata lain perbedaan antara yang realdan yang tidak.

5. Penelitian Narative
(Penelitian naratif) adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa
secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan
individu,mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menulis narasi
pengalaman individu (Connelly& Clandinin, 1990). Penelitian naratif biasanya
berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana individu itu
memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita yang disampaikan,
pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita, pelaporan pengalaman
individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi individu. Penelitian naratif biasanya
digunakan ketika peneliti inginmembuat laporan naratif dari cerita individu. Peneliti
membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti maupun partisipan
merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan membuatnya merasa ceritanya itu
penting dan merasa didengarkan. Penelitian naratif juga digunakan ketika
ceritamemiliki kronologi peristiwa. Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik
(cerita individu) daripada gambar yang lebih luas tentang norma kebudayaan, seperti
dalam etnografi, atau teori-teoriumum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.

Referensi:

Saeful Rahmat, P. (2019). Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol. 5, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai