“BUKTI AUDIT ”
Dosen Pengampu : Dr. Maria Suryaningsih, SE, M.AK
Disusun oleh :
1. Adelia 2003302421
2. Egi pripratama 2003302402
3. Fadillah Ikhyatun N 2003302404
4. Furqon Fazzri 2003302406
5. Farhan Hidayat 2003302405
6. Tiara Aulia 2003302436
7. Wildan Ramadhan 2003302416
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat di pahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata
yang kurang berkenan.
.
Jakarta, Maret 2022
Kelompok 4
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan
hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih
rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasi- kan dengan
baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti
auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analsisis dan
evaluasi lebih lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan
baik berdasarkan unsur-unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat
berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan
auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas
kerja. SA Seksi 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas
kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan
yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan berfungsi mendukung
laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga KKA harus dijaga mutunya melalui
proses review secara berjenjang.
Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.
Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup
berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit.
Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah jumlah bahan bukti yang memadai yang harus
dikumpulkan untuk memastikan bahwa laporan keuangan auditor telah disajikan dengan wajar.
Hal ini yang perlu dipertimbangkan mengingat dibutuhkannya biaya yang dikeluarkan sangat
besar untuk mengaudit secara rinci dari laporan keuangan sehingga auditor diharapkan untuk
yakin sepenuhnya bahwa pendapat yang diberikan telah benar.
Dengan menggabungkan seluruh bukti secara keseluruhan, auditor dapat memutuskan untuk
mengeluarkan laporan audit jika sudah tidak ada lagi keraguan audit di pihaknya. Keputusan
auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam empat sub keputusan yaitu:
prosedur audit yang akan digunakan, ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tertentu,
item yang akan dipilih dari populasi serta kapan prosedur itu akan dilakukan
Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan
audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan
yang diaudit.
Keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit, dan oleh karena itu merupakan bukti
audit itu sendiri, dipengaruhi oleh sumber bukti tersebut dan sifatnya serta kondisi saat bukti
tersebut diperoleh, termasuk pengendalian dalam penyusunan dan pemeliharannya, jika relevan.
Oleh karena itu, generalisasi mengenai keandalan berbagai macam bukti audit masih tergantung
pada beberapa pengecualian penting. Bahkan ketika informasi yang digunakan sebagai bukti
audit diperoleh dari sumber eksternal entitas, mungkin terdapat keadaan yang dapat
memengaruhi keandalannya. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh dari sumber luar yang
independen dapat menjadi tidak andal jika sumbernya tidak memiliki pengetahuan memadai,
atau tidak adanya objektivitas pakar manajemen. Meskipun diakui adanya pengecualian,
generalisasi berikut tentang keandalan bukti audit mungkin bermanfaat:
Keandalan bukti audit meningkat bila bukti audit diperoleh dari sumber independen dari
luar entitas.
Keandalan bukti audit yang diperoleh dari sumber internal meningkat bila pengendalian
yang berkaitan, termasuk pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya,
dilaksanakan secara efektif oleh entitas.
Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor (sebagai contoh, observasi atas
penerapan suatu pengendalian) lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit
yang diperoleh secara tidak langsung atau dengan melalui penarikan kesimpulan dari
beberapa informasi (sebagai contoh, permintaan keterangan tentang penerapan suatu
pengendalian).
Bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik, atau media lainnya, lebih
dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh secara lisan (sebagai contoh,
catatan rapat lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan representasi lisan tentang hasil
yang dibahas).
Bukti audit yang diperoleh dari dokumen asli lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan bukti audit yang diperoleh melalui fotokopi atau faksimili, atau dokumen yang
telah difilmkan, diubah ke dalam bentuk digital, atau diubah ke dalam bentuk elektronik,
yang keandalannya dapat bergantung pada pengendalian atas penyusunan dan
pemeliharaannya.
Untuk memperoleh bukti audit yang andal, informasi yang dihasilkan oleh entitas yang
akan digunakan untuk melaksanakan prosedur audit harus cukup lengkap dan akurat.
Sebagai contoh, efektivitas dalam melakukan audit atas pendapatan dengan menerapkan
harga standar ke dalam catatan jumlah penjualan dipengaruhi oleh akurasi informasi
harga serta kelengkapan dan akurasi data volume penjualan. Dengan cara yang sama, jika
auditor bermaksud untuk menguji populasi (seperti pembayaran) untuk karakteristik
tertentu (seperti otorisasi), hasil pengujian menjadi kurang dapat diandalkan jika populasi
unsur yang akan dipilih untuk pengujian tidak lengkap.
Suatu pengujian yang efektif memberikan bukti audit yang memadai, yang diambil
bersamaan dengan bukti audit lain yang telah atau akan diperoleh, sehingga cukup untuk
tujuan auditor. Dalam memilih unsur yang akan diuji, auditor disyaratkan untuk
menentukan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit;
aspek lain efektivitas (kecukupan) merupakan suatu pertimbangan penting dalam
memilih unsur yang diuji. Cara-cara yang tersedia bagi auditor untuk memilih unsur
untuk pengujian adalah:
Memilih semua unsur (pemeriksaan 100%);
Memilih unsur tertentu; dan
Sampling audit.
5. Tingkat Objektivitas
Bahan bukti objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bahan bukti yanag
memerlukan penilaian untuk menentukan apakah bahan bukti tersebut benar adanya
contoh objektivitas bahan bukti misalnya konfirmasi piutang dagang dan saldo bank,
perhitungan fisik atas surat-surat berharga dan kas, dan menjumlah ke bawah (footing)
sebuah daftar utang dagang untuk menentukan apakah jumlah tersebut sesuai dengan
saldi di buku besar.
6. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu dalam bukti audit mengacu pada kapan bahan bukti tersebut
dikumpulkan atau periode yang dicakup dalam audit tersebut. Bahan bukti biasanya lebih
andal untuk akun-akun neraca ketika bahan bukti tersebut didapatkan saat mendekati
tanggal neraca. Misalnya, perhitungan auditor atas surat-surat berharga di tanggal neraca
lebih andal dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan 2 bulan sebelumnya. Untuk
akun-akun laba rugi, bahan bukti lebih andal jika terdapat sampel dari seluruh periode
pengauditan, misalnya sampel acak atas transaksi penjualan untuk sepanjang tahun,
dibandingkan dengan hanya dari bagian periode tertentu, misalnya sampel yang dibatasi
hanya dari 6 bulan pertama
B. Resiko audit Terdapat hubungan erat antara resiko audit dengan materialitas.
Untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya resiko audit
berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan
pendapatnya sehingga bukti yang dikumpulkan juga harus lebih banyak. Semakin
rendah tingkat resiko audit yang dapat diterima auditor maka semakin banyak juga
kuantitas bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik juga terdapat antara resiko
deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan, dan sebaliknya terdapat hubungan
searah antara resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan kuantits bukti yang
diperlukan, dimana semakin tinggi tingkat resiko bawaan maka semakin banyak bukti
yang diperlukan. Demikian juga jika semakin tinggi tingkat resiko pengendalian
maka semakin banyak bukti yang diperlukan. Standar pekerjaan lapangan kedua
mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
klien. Auditor menggunakan model resiko audit untuk mengidentifikasi lebih jauh
salah saji yang potensial dalam laporan keuangan secara keseluruhan serta saldo akun
khusus, kelas transaksi, dan pengungkapan di mana salah saji paling mungkin terjadi.
C. Faktor – faktor ekonomi Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang
menentukan bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya
yang memadai. Dengan demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan
apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan berupa
perolehan bukti yang lebih meyakinkan.
D. Ukuran dan Karakteristik Populasi ukuran populasi berkaitan dengan jumlah item
yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam
jurnal penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan
keuangan yang digunakan dalam 27 penarikan sampel yang diperlukan untuk
pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin
besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai
guna menarik kesimpulan tentang hal itu. Hubungan yang pasti antara ukuran
populasi, karakteristik populasi dan ukuran sampel bergantung pada tujuan dan sifat
rencana penarikan sampel yang sedang digunakan. Auditor akan mengevaluasi
kecukupan bukti audit yang dikumpulkannya dengan tahap awal mengevaluasi resiko
audit yang dicapai berdasarkan akun dan siklus dan kemudian mengevaluasi laporan
keuangan secara keseluruhan dengan menggunakan cara yang sama. Selain itu auditor
juga harus mengevaluasi apakah bahan bukti mendukung pendapat auditor dengan
cara mengestimasi kekeliruan (salah saji) material dalam masing – masing akun dan
kemudian mengestimasikannya untuk keseluruhan laporan keuangan.
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan atau perhitungan yang dilakukan oleh
auditor atas aset berwujud. Jenis bukti ini sering kali dikaitkan dengan persediaan
dan kas, namun dapat pula diterapkan untuk memverifikasi surat-surat berharga,
pitang dagang dan aset tetap. Pemeriksaan fisik merupakan sarana langsung untuk
memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan keberadaan), dan ke
tingkat yang lebih kecil adalah apakah aset-aset yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan). Pemeriksaan fisik dianggap sebagai salah satu bukti audit yang
paling andal dan berguna. Umumnya pemeriksaan fisik merupakan alat yang
objektif untuk menetukan kuantitas maupun gambaran aset tersebut. Dalam
beberapa kasus, pemeriksaan fisik juga merupakan metode yang berguna untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas suatu aset.
2. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga
yang independen untuk melakukan verifikasi atas kakuratan informasi yang
diminta oleh auditor. Permintaan tersebut diberikan pada klien, dan klien meminta
pihak ketiga yang independen untuk menjawab langsung kepada auditor tersebut.
Namun demikian, konfirmasi ini relatif mahal untuk didapatkan dan dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi mereka yang diminta untuk menjawab.
Sehingga konfirmasi tidak dapat digunakan dalam segala kondisi yang tidak
memungkinkan. Informasi yang biasa dimintai konfirmasi adalah informasi aset,
liabilitas, ekuitas pemilik, dan informasi lainnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pemeriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan
catatan klien untuk membuktikan informasi yang harus, atau sebaliknya,
dimasukkan dalam laporan keuangan. Dokumen yang diuji oleh auditor adalah
catatan-catatan yang digunakan oleh klien untuk memberikan informasi untuk
menjalankan usahanya dengan cara yang terstruktur, dan dapat tersaji secara
tertulis diatas kertas, dalam bentuk elektronik atau media lainnya. Dokumen dapat
dibagi menjadi 2 (dua) diantaranya:
A. Dokumen internal, adalah sebuah dokumen yang telah disiapkan dan
digunakan di dalam organisasi klien dan disimpan tanpa pernah keluar ke
pihak lain. Contoh dokumennya adalah salinan faktur penjualan, catatan
waktu kerja karyawan, dan laporan penerimaan persediaan.
B. Dokumen external, adalah sebuah dokumen yang telah ditangani oleh
seseorang di luar organisasi klien dan berakhir di tangan klien. Contoh
dokumennya adalah tagihan pemasok, wesel bayar yang dibatalkan, dan polis
asuransi.
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai
apakah saldo-saldo akun atau data lain yang muncul telah disajikan secara wajar
dibandingkan dengan pemeriksaan auditor. Sebagai contoh seorang auditor dapat
membandingkan persentase laba kotor di tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya. Dewan standar audit menyimpulkan bahwa prosedur analitis sangat
penting sehingga prosedur ini diharuskan selama fase perencanaan dan
penyelesaian atas semua audit.
6. Perhitungan Ulang
Perhitungan ulang mencakup pengecekan ulang atas contoh-contoh perhitungan
yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang atas perhitungan 21 klien terdiri dari
pengujian atas keakuratan matematis klien dan mencakup prosedur-prosedur
seperti peningkatan faktur-faktur penjualan dan persediaan, penambahan jurnal-
jurnal dan catatan pendukung, dan pengecekan atas perhitungan beban depresiasi
dan beban-beban dibayar dimuka. Sebagian besar perhitungan ulang yang
dilakukan auditor saat ini dilakukan dengan program komputer audit.
7. Pengerjaan Ulang
Pengerjaan ulang merupakan pengujian yang dilakukan oleh seorang auditor
independen terhadap prosedur pembukuan atau pengendalian yang awalnya
dilakukan sebagai bagian dari pembukuan entitas dan sistem pengendalian
internal. Penghitungan ulang mencakup pengecekan ulang atas perhitungan
matematis, sedangkan pengerjaan ulang mencakup pengecekan atas prosedur lain.
8. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan panca indra untuk menilai aktivitasaktivitas
klien. Auditor dapat melakukan kunjungan ke pabrik untuk mendapatkan
gambaran umum tentang fasilitas yang dimiliki klien, atau mengamati bagaimana
setiap orang yang melakukan tugas-tugas pembukuan untuk menentukan apakah
orang yangg ditugaskan tersebut melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Elder, dan Beasley. 2012, Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, Fourteenth
Edition, Pearson Education Limited, England.
Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
https://kamus.tokopedia.com/b/bukti-audit/
http://repository.stei.ac.id/5224/3/BABII.pdf