MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Syariah
Oleh :
Muhammad Khadafi 1199220051
Nanda Ilfa Nurarofah 1199220060
Rifani Annisa Mawardini 1199220072
Puja puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehinga kami dapat menyusun makalah dengan judul
“Kertas Kerja Audit” ini tepat pada waktunya. Sholawat bertangkaikan salam
senantiasa tercurah kepada junjunan kami Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Dodi Supriyanto, M.M selaku dosen
pengampu mata kuliah Audit Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan.
Kami selaku penulis makalah berharap semoga makalah ini bisa memberikan
banyak manfaat serta pengetahuan bagi para pembaca. Namun, terlepas dari itu kami
memohon maaf karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan
independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dan dari keterangan
yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang
terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu
audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat
dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor
sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten,
objektif, dan tidak memihak, yang dikenal dengan auditor. Tujuannya adalah untuk
melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetuji dan diterima.
Kertas kerja (working space) metupakan mata rantai yang menghubungkan
catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat
pentin dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus
mengkumpulkan atau membuat berbagai jenis bukti. Untuk mendukung simpulan
dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan
dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi 339 kertas
kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam
audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Pada makalah ini kami
akan sedikit menjelaskan “Kertas Kerja Audit”.
1
B. Rumusan Masalah
Agar kita bisa lebih mudah dipahami terkait Kertas Kerja Audit, maka
ada beberapa rumusan masalah, diantaranya :
1. Apa definisi kertas kerja ?
2. Apa tujuan pembuatan kertas kerja ?
3. Apa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja ?
4. Apa saja jenis kertas kerja ?
5. Bagaimana pemberian indeks pada kertas kerja ?
6. Apa metode pemberian indeks kertas kerja ?
7. Bagaimana susunan kertas kerja ?
8. Bagaimana sistem pengarsipan kertas kerja ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan rumusan masalah yang elah disebutkan diatas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi kertas kerja.
2. Mengetahui tujuan dari pembuatan kertas kerja.
3. Mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas
kerja.
4. Mengetahui jenis-jenis kertas kerja.
5. Memahami pemberian indeks pada kertas kerja.
6. Mengetahui metode pemberian indeks kertas kerja.
7. Memahami susunan kertas kerja.
8. Memahami sistem pengarsipan kertas kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Sukrisno Agus (2006:3) dalam bukunya yang berjudul Auditing adalah
sebagai berikut :“auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”. Menurut Mulyadi pengertian audit adalah : “Suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”. Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah
proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan.
3
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervisi dengan baik, yang
menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh
untuk merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakuan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten
yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan, yang menunjukan dilaksanakannya standar
pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK. Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-
catatan yang dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada
saat melaksanakan tugas audit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap
terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan langkah-langkah audit yang
ditempuh : rencana audit, pemeriksaan, evaluasi kecukupan, dan fektivitas sistem
kontrol internal, prosedur-prosedur audit yang dilakukan (informasi yang
diperoleh dan kesimpulan yang dicapai), penelahaan kertas kerja audit oleh
penyedia, laporan audit, serta tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas
kerja sebagai berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan
oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya.”
Standar pekerjaan lapangan mengharuskan seorang auditor untuk selalu
melakukan:
1. Perencanaan dan supervisi terhadap audit yang dilakukan.
2. Mendapatkan pemahaman atas struktur pengendalian intern.
3. Dan mengumpulkan berbagai bukti komponen yang cukup dengan melalui
berbagai prosedur audit.
4
Kertas kerja audit adalah sebuah sarana yang dipakai oleh seorang auditor
untuk dapat membuktikan bahwa standar pekerjaan lapangan tersebut sudah
dipatuhi. Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang
menunjukan :
1. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan
sudah direncanakan dan sudah disupervisi dengan baik.
2. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan kedua. Yaitu pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern untuk dapat merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang sudah
dilaksanakan.
3. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti audit
sudah didapatkan, prosedur audit sudah diaplikasikan, dan pengujian sudah
dilakukan yang dapat memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai
landasan atau dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang di-audit.
5
kertas kerja audit yang sudah dibuat dalam auditnya. Pembuatan seperangkat
kertas kerja audit yang lengkap adalah syarat yang sangat penting untuk
membuktikan sudah dilakukannya dengan baik proses audit atas laporan
keuangan.
3. Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi seluruh proses audit.
Audit yang dilakukan oleh seorang auditor terdiri dari suatu proses atau
tahapan audit yang dilakukan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksanaan.
Semua proses audit tersebut akan menghasilkan berbagai macam bukti yang
akan membentuk kertas kerja audit. Pengkoordinasian dan pengorganisasian
setiap tahapan atau proses audit tersebut bisa dilakukan dengan memakai
kertas kerja.
4. Untuk memberikan dasar dalam audit selanjutnya.
Dalam melakukan proses audit yang berulang dengan klien yang sama dan
dalam periode akuntansi yang berbeda, seorang auditor membutuhkan data
atau informasi tentang:
a. Sifat usaha kliennya.
b. Catatan dan juga sistem akuntansi klien.
c. Pengendalian intern yang dilakukan klien.
d. Rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam proses audit
yang dilakukan sebelumnya.
e. Berbagai jurnal penyesuaian yang disarankan untuk menyajikan secara
wajar laporan keuangan yang terdahulu.
Informasi tersebut sangat berguna untuk melakukan proses audit selanjutnya
dan bisa dengan mudah diperoleh dari kertas kerja audit periode sebelumnya.
6
tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja harus jelas, dapat
berbicara sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak berisi informasi
yang belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab.
2. Teliti, dalam pembuatan kerja akuntan harus memperhatikan ketelitian dalam
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis
dan perhitungan.
3. Ringkas, kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja
yang relevan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan
dengan ringkas untuk menghindari rincian-rincian yang tidak perlu. Analisis
yang diperlukan oleh seorang akuntan harus merupakan peringkasan dan
penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke
dalam kertas kerja.
4. Jelas, kejelasan dalam informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa
kertas kerja perlu diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang
menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara
sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi, kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan
kertas kerja aka nmembantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan
stafnya serta memudahkan memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
7
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan, tanggal, dan paraf pelaksana prosedur
audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan
demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit
dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk
melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior
yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk
memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisior dapat mengikuti
program audit yang sedang berlangsung.
2. Neraca percobaan bekerja (Working Trial Balance)
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo berbagai akun
buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya,
kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan
oleh auditor, serta saldo-saldo setelah dikoreksi auditor yang akan tampak
dalam laporan keuntungan auditan. Working Trial Balance ini merupakan
daftar permulaan yang harus dibuat auditor untuk memindahkan semua saldo
akun yang tercantum dalam daftar saldo klien. Dalam proses audit, Working
Trial Balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan
kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo akhir tiap-tiap
akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom
terakhir dalam Working Trial Balance tersebut, auditor menyajikan draft final
laporan keuangan klien setelah diaudit aoleh auditor. Draft final inilah yang
akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan
audit.
3. Ringkasan jurnal penyesuaian
Auditor mungkin menemui dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan
karena salah memahami dan salah interpretasi terhadap prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Kesalahan tersebut perlu dikoreksi dengan membuat jurnal
8
penyesuaian. Jurnal penyesuaian kembali dilakukan untuk memastikan
pengklasifikasian akun yang tepat, misalnya akun obligasi jangka panjang
yang jatuh tempo tahun depan, maka auditor harus menyesuaikan ke
kelompok kewajiban lancar.
4. Skedul Utama (lead schedule)
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi
yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan.
Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar
yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan
keuangan dalam satu jumlah.
5. Skedul pendukung (supporting schedule)
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas
kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang
dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam menverifikasi dan
menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode
verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban
atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai
simpulan yang dibuat oleh auditor.
9
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c. Indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan audit program
dengan kertas kerja.
3. Penjelasan konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya
tidak diberi indekskecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang
berindeks.
10
1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien.
2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer.
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan
pengendalian.
4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan.
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang
dibentuk klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan,
diantaranya :
a. Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan
digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
b. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien
bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien
tersebut.
c. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke
tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relative tidak pernah mengalami
perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti
tanah, gedung, akumulasi, depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal
saham, dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang
mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun
tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga
dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun
yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip
permanen benar-benar menghemat waktu auditor, karena perubahan-perubahan
dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus
memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas
kerja tersendiri.
11
H. Pengarsipan Kertas Kerja
Metode pengarsipan kertas kerja yang berlaku atau digunakan akan
berbeda-beda antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lain.
Namun pada umumnya sistem pengarsipan kertas kerja dibagi menjadi arsip
permanen dan arsip tahun berjalan.
1. Arsip permanen
Arsip permanen yaitu kumpulan data permanen atau kertas kerja audit
yang diperlukan secara terus-menerus atau yang bermanfaat untuk diaudit
tahun-tahun berikutnya, atau berisi data historis yang sifatnya dapat
digunakan secara terus menerus dalam audit tahun-tahun berikutnya.
Tujuan dari arsip permanen antara lain adalah menyediakan data historis
keuangan perusahaan, menyediakan referensi untuk hal-hal yang berlangsung
terus-menerus dan terjadi berulang-ulang, mengurangi pekerjaan pembuatan
kertas kerja baru untuk hal-hal yang tidak ada perubahannya, serta
menyediakan data bagi audit tahun-tahun yang akan datang.
Sebagian besar informasi-informasi yang termasuk dalam arsip
permanen ini diperoleh selama audit yang pertama kali terhadap catatan
kliennya. Informasi yang termasuk dalam arsip permanen ini antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Ikhtisar atau Salinan dari dokumen-dokumen perusahaan yang selalu
diperlukan oleh auditor. Misalnya : anggaran dasar atau akte pendirian,
surat perjanjian atau kontrak-kontrak dengan pihak lain yang meliputi
rencana pension, sewa jangka panjang, notulen rapat pemegang saham,
rapat direksi, hsil pemahaman struktur pengendalian intern. Dokumen
tersebut sangat penting untuk auditor dan mempengaruhi auditnya
beberapa tahun.
b. Analisa akun tahun-tahun sebelumnya yang masih dianggap penting bagi
auditor yang bersangkutan, misalnya akun aktiva tetap, obligasi,
goodwill, utang jangka panjang, modal, dan sebagainya. Dengan
12
demikian informasi mengenai hal-hal tersebut dimasukkan dalam arsip
permanen, akan memungkinkan bagi auditor hanya memperhatikan dan
menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing
akun yang bersangkutan.
c. Informasi yang berkaitan dengan hasil evaluasi dan penilaian tentang
sistem pengendalian intern, yang meliputi bagan organisasi, luasnya
wewenang dan tanggung jawab masing-msing fungsionaris, flowchart,
daftar pertanyaan, dan informasi mengenai pengendalian intern lainnya
termasuk kesimpulan auditor mengenaik kebaikan dan kelemahan dari
pengendalian intern tersebut.
d. Hasil pengujian analisis dari audit tahun sebelumnya, antara lain yaitu
ratio-ratio dan presentase yang dihitung oleh auditor. Informasi ini
berguna bagi auditor untuk menentukan adanya perubahan-perubahan
yang luar biasa yang terjadi pada tahun yang diaudit yang memerlukan
penelitian lebih intensif.
e. Salinan daftar pemegang saham, contoh lembaran saham dan obligasi,
pedoman pembukaan termasuk daftar fan kode rekening, catatan
mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan, serta tembusan
laporan auditor tahun-tahun sebelumnya.
f. Tata telak, proses produksi dan daftar barang-barang utama yang
dihasilkan oleh perusahan klien, dan artikel-aritkel dalam majalah atau
surat kabar yang ada kaitannya dengan perusahaan klien.
Banyak para eksekutif perusahaan yang menemui langsung auditornya
pada audit pertama untuk membuat auditor tersebut mengenal dan mengetahui
dengan baik terhadap sejarah, kebijaksanaan, dan orang-orang penting dalam
perusahaan. Agar pada tahun-tahun berikutnya meraka tidak perlu
memberikan informasi tersebut. bagaimanapun juga agar informasi-informasi
tersebut memenuhi fungsinya, maka arsip permanen itu harus dilengkapi data
13
atau informasi terakhir yang diketemukan pada setiap audit, sehingga
informasi yang tersimpan dalam arsip permenen selalu up to date.
Dengan adanya arsip permanen akan menghemat waktu bagi auditor
dan menghemat biaya bagi kliennya. Karena hanya perubahan-perubahan
yang terjadi pada tahun audit yang harus ditambahkan pada kertas kerja
permanen tanpa harus membuat lagi analisa keseluruhan terhadap akun-akun
tersebut. oleh karena itu, arsip permanen harus diindek dan indeks silang serta
disimpan dengan baik agar setiap waktu diperlukan mudah ditemukan.
2. Arsip tahun berjalan
Arsip tahun berjalan yaitu semua kertas kerja yang digunakan selama
audit berlangsung dan hanya untuk tahun berjalan. Dengan demikian setiap
tahun audit ada satu set arsip permanen ada pula satu set arsip tahun berjalan.
Arsip tahun berjalan ini antara lian meliputi rencana audit, program audit,
surat penugasan, Salinan dari kontrak-kontrak baru, notulen rapat baru,
korespondensi, kertas kerja rencana saldo, skedul utama, jurnal penyesuaian
dan reklasifikasi auditor, skedul-skedul pendukung, serta laporan keuangan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perannya, kertas kerja merupakan suatu sarana menilai kualitas
kinerja baik terhadap perusahaan yang diaudit maupun auditornya sendiri,
khususnya bagi auditor. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam seksi 339 yang
menerangkan kertas kerja secara khusus dimana setiap prosedur yang ditempuh,
pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat
oleh auditor sehubungan dengan auditnya adalah suatu gambaran tentang kualitas
yang dimiliki auditor yang mengaudit perusahaan apakah sudah sesuai standar
yang berlaku atau belum.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kasus diatas adalah profesionalisme
auditor tidak hanya dapat diukur dari kinerja yang mengharuskan mengaudit
khususnya dalam menyusun kertas kerjanya sesuai standar yang berlaku, akan
tetapi keterbukaan subjek yang diauditnya haruslah mampu menyediakan
informasi yang dibutuhkan auditor, suatu keharusan agar proses audit yang
dilaksanakan dapat berjalan sesuai prosedur yang diterapkan auditornya dan proses
yang dituangkan dalam kertas kerjanya telah memenuhi kebutuhan auditnya,
sehingga auditor dapat memberikan opini-opini yang wajar dan interpretasi
berkualitas sesuai informasi yang diperolehnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.untag-banyuwangi.ac.id/file-jurnal/KERTAS-KERJA-AUDIT-DALAM-
PROSES-PEMERIKSAANLAPORAN-KEUANGAN.pdf
https://mastahbisnis.com/kertas-kerja-audit/
https://www.coursehero.com/file/p5um4426/C-Faktor-Faktor-Yang-Harus-
Diperhatikan-Dalam-Pembuatan-Kertas-Kerja-Yang-Baik/
https://www.coursehero.com/file/p5t9e5j/Pemberian-Indeks-Pada-Kertas-Kerja-
Pemberian-indeks-terhadap-kertas-kerja-akan/
https://www.coursehero.com/file/p7p0i92/C-Jenis-Kertas-Kerja-Pada-dasarnya-ada-
enam-jenis-tipe-kertas-audit-yang/
https://www.academia..edu/39057495/MAKALAH_KERTAS_KERJA_Audit_lengk
ap
16