Anda di halaman 1dari 26

KERTAS KERJA AUDIT

Disusun oleh :

Daffa Sahmillah C1C018031

Taslimatun Najah C1C019013

Farah Hanifa F C1C019099

Mata kuliah :

Auditing 1

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN S1 AKUNTANSI REGULER

PURWOKERTO

2021

KATA PENGATAR

i
Puji syukur atas kehadirat Allah swt karena atas rahmat serta hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan beberapa kekurangan. Judul dari makalah ini yaitu
“Kertas Kerja Audit”, yang memuat tentang pengertian dari kertas kerja tersebut bagaimana
cara penulisan dan indekss yang ada didalamnya.
Ucapan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Auditing 1 yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami sebagai kelompok 2 dapat memahami isi materi tersebut. Semoga dengan
materi ini bisa dijadikan sebagai bahan menambah wawasan bagi kami dan para pembaca
nantinya.
Pada dasarnya manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Alangkah
baiknya kekurangan itu kita perbaiki agar bisa digunakan sebagaimana mestinya. Kami
kelompok 2 sebagai penulis makalah ini membutuhkan saran dan kritikan untuk
kemajuan kami dalam mengembangkan bakat menulis dan memperkuat isi atau muatan
materi yang ada dalam makalah ini.

(Penulis)

i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Kertas Kerja..................................................................................................3
B. Tujuan Kertas Kerja........................................................................................................3
C. Penggolongan Kertas Kerja.............................................................................................6
- Program Audit.............................................................................................................7
- Kertas Kerja Neraca Saldo (working trial balance)....................................................7
- Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi..........................................................................8
- Skedul Utama (grouping sheet, lead schedule, summary schedule).........................10
- Skedul Pendukung (Supporting Schedule)................................................................10
D. Hubungan Antar Kertas Kerja.......................................................................................12
E. Pengarsipan Kertas Kerja (Filling System)...................................................................12
- Arsip Permanen.........................................................................................................12
- Arsip Tahun Berjalan atau Current File....................................................................14
F. Pedoman Pembuatan Kertas Kerja Yang Baik..............................................................14
G. Simbol atau Tanda Audit..............................................................................................15
H. Pemberian Indeks..........................................................................................................17
I. Pemilikan Kertas Kerja.................................................................................................18
J. Kriteria untuk Pemeriksaan Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik...............................18
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.............................................................................................................20
B. SARAN.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan
independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang
terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu audit atau pemeriksaan, selalu
diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar atau
kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi
keterangan tersebut.

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten,
objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk
melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan


catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat
penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus
mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan
pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan
pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi 339 kertas kerja
memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam audit atas
laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia

i
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Kertas Kerja ?


2. Apakah tujuan dari Kertas Kerja ?
3. Bagaimana penggolongan dari Kertas Kerja ?
4. Bagaimana hubungan antar Kertas Kerja ?
5. Bagaimana sistem pengarsipan Kertas Kerja ?
6. Apa pedoman dasar pembuatan Kertas Kerja ?
7. Apa saja contoh dari tanda audit yang dapat digunakan untuk Kertas Kerja ?
8. Metode apa saja yang digunakan dalam Pemberian Indeks ?
9. Bagaimana kepemilikan Kertas Kerja ?
10. Bagaimana kriteria untuk pemeriksaan Kertas Kerja yang baik ?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dari Kertas Kerja


2. Memahami tujuan dari Kertas Kerja
3. Mengetahui Bagaimana penggolongan dari Kertas Kerja
4. Mengetahi Bagaimana hubungan antar Kertas Kerja
5. Mengetahui Bagaimana sistem pengarsipan Kertas Kerja
6. Mengetahui Apa pedoman dasar pembuatan Kertas Kerja
7. Mengetahui Apa saja contoh dari tanda audit yang dapat digunakan untuk Kertas
Kerja
8. Mengetahui Metode apa saja yang digunakan dalam Pemberian Indeks
9. Memahami Bagaimana kepemilikan Kertas Kerja
10. Memahami Bagaimana kriteria untuk pemeriksaan Kertas Kerja yang baik

i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kertas Kerja

Dalam standar auditing khususnya standar pelaksanaan yang ketiga dikatakan


bahwa: Bukti yang cukup dan kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, observasi,
tanya jawab (wawancara) dan konfirmasi, untuk digunakan sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan yang diaudit. Bukti-bukti
atau informasi yang dikumpulkan selama melaksanakan audit tersebut harus
didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja.

Kertas kerja adalah catatan tertulis tentang bukti-bukti audit atau informasi-
informasi yang diperoleh selama pelaksanaan audit serta metode-metode, prosedur-
prosedur yang diterapkan, pengujian-pengujian yang dilakukan serta kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuat oleh auditor. Oleh karena itu sebagian dari kertas kerja
itu dapat berbentuk rekonsiliasi bank, analisa akun atau rekening buku besar,
ringkasan surat menyurat klien, notulen rapat direksi atau pemegang saham, daftar
pemegang saham atau mungkin dapat berbentuk bagan struktur organisasi, tata
susunan pabrik, neraca saldo, program audit, daftar pertanyaan pengendalian intern,
surat pernyataan klien, jawaban konfirmasi, bermacam-macam daftar saldo, analisa
umur piutang, dan dokumen-dokumen lainnya.

Jadi, kertas kerja adalah semua catatan tentang informasi atau bukti yang
dikumpulkan auditor untuk menunjukkan pekerjaan yang telah mereka lakukan,
metode dan prosedur yang mereka ikuti dan kesimpulan-kesimpulan yang telah
mereka lakukan. Dengan kertas kerja tersebut auditor menyusun laporannya kepada
klien, serta membuktikan luas auditnya dan membuktikan kemampuan profesionalnya
dalam melaksanakan audit.

D. Tujuan Kertas Kerja

Secara umum tujuan dari kertas kerja adalah untuk membantu auditor dengan
memberikan bukti bahwa auditor telah melaksanakan tugas auditnya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum. Namun demikian tujuan utama kertas kerja
adalah sebagai berikut:

i
 Sebagai alat koordinasi
Semua data dan informasi yang ditemukan dalam setiap fase audit itu
dicatat sehingga dapat dinilai secara benar dan ditentukan kaitannya dengan
fase-fase audit yang lain. Dengan perencana yang baik dalam penugasan
kepada asisten atau tenaga pembantu auditor, maka asisten ini akan bekerja
dengan baik dan lancar pada bidangnya masing-masing dalam waktu yang
bersamaan. Sehingga perancangan kertas kerja yang baik menunjukkan bahwa
auditor telah melaksanakan standar pelaksanaan auditing yang pertama yaitu:
adanya perencanaan dan pengawasan yang memadai terhadap pelaksanaan
audit.
 Sebagai alat pengkajian
Dalam melakukan audit terhadap perusahaan yang mempunyai
berbagai cabang, maka harus digunakan tenaga auditor maupun asisten lebih
banyak, begitu pula kertas kerja yang harus dibuat juga lebih banyak. Tiap-
tiap cabang dari perusahaan itu mungkin akan diperiksa oleh auditor yang
sama atau mungkin auditor lain dari kantor akuntan publik yang sama.
Sehingga kertas kerja akan dibuat di tempat audit dan hasilnya dikirimkan ke
pusat untuk digabungkan dengan kertas kerja lainnya dan dikaji ulang oleh
auditor ketua sebelum auditor tersebut menyusun laporannya.
Dalam hal ini keseragaman dan kualitas yang baik dari kertas kerja
tersebut merupakan hal yang sangat penting. Audit pada dasarnya tidak dapat
diselesaikan di kantor klien dan biasanya laporan auditor diselesaikan
seluruhnya di kantor akuntan. Maka kertas kerja mempunyai peranan yang
penting bagi auditor dalam mengkaji ulang atau mereview pekerjaan yang
dilakukan di masing-masing cabang perusahaan kliennya.
 Sebagai dasar penyusunan laporan audit
Kertas kerja akan mempermudah penyusunan laporan auditor karena
kertas kerja merupakan sumber data atau bahan penyusunan laporan tersebut.
Bentuk dari kertas kerja itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan dan
luasnya audit. Namun demikian data tentang penemuan-penemuan penting dan
rekomendasi-rekomendasi, yang biasanya merupakan hal yang sangat penting
baik dalam penyusunan laporan khusus (hasil investigasi) maupun pada
laporan bentuk pendek dan bentuk panjang, harus tersedia atau

i
didokumentasikan pada suatu kertas kerja, dan dari kertas kerja inilah auditor
menyusun laporannnya. Karena hasil akhir hampir dari semua jenis audit
adalah laporan auditor yang disusun berdasarkan dengan apa yang ada pada
kertas kerja audit. Maka sudah selayaknya jika kertas kerja itu harus dirancang
dan dibuat dengan sebaik-baiknya.
 Sebagai pendukung pendapat auditor
Laporan auditor disusun berdasarkan kertas kerja audit, ini berarti
bahwa kertas kerja merupakan alat untuk membuktikan dan menjelaskan
kesimpulan-kesimpulan yang ada pada laporan tersebut. Pada suatu ketika
kemungkinan auditor diminta oleh pengadilan untuk memberikan kesaksian
mengenai peristiwa keuangan kliennya atau mungkin dia diminta untuk
mempertahankan tentang ketelitian atau kewajaran laporan tersebut. Dalam
hal lain, auditor setelah memahami pengendalian intern kliennya dia akan
menyusun surat rekomendasi kepada manajemen tentang pengendalian intern
tersebut. Dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada pada suatu
pengendalian intern, demikian juga dalam menyusun rekomendasi
perbaikannya auditor akan menggunakan kertas kerja audit sebagai sumber
informasi yang utama.

Dalam kaitannya dengan tujuan kertas kerja audit ini, Arens secara lebih
spesifik menjelaskan tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut:

 Sebagai dasar untuk merencanakan audit


Jika auditor merencanakan auditnya untuk tahun berjalan dengan baik,
maka referensi harus ada dalam kertas kerja untuk membantunya dalam
pengambilan keputusan. Kertas kerja ini harus berisi macam-macam informasi
yang berkaitan dengan perencanaan, misalnya: pemahaman terhadap struktur
pengendalian intern, jadwal waktu audit, program audit, dan hasil audit
sebelumnya.
 Sebagai catatan bukti yang didapat dan hasil pengujian yang dilakukan
Kertas kerja sebagai alat utama untuk mendokumentasikan bahwa
audit telah dilakukan dengan baik. Jika diperlukan, auditor dapat menunjukkan
atau membuktikan kepada suatu dewan bahwa audit telah direncanakan dan
diawasi dengan baik, bukti-bukti yang kompeten telah dikumpulkan secara

i
cukup, dan laporan auditor telah disusun dengan mempertimbangkan hasil
auditnya.
 Sebagai data untuk menyususun laporan auditor
Kertas kerja merupakan sumber penting untuk membantu auditor di
dalam menentukan atau mengambil hasil keputusan untuk menerbitkan
laporan auditor sesuai dengan situasinya. Data dalam kertas kerja berguna
untuk menilai cukup tidaknya luasnya audit dan kewajaran laporan keuangan.
Selain itu, informasi yang ada dalam kertas kerja audit diperlukan dalam
penyusunan laporan keuangan (yang akan dilampirkan dalam laporan auditor).
 Sebagai dasar penilaian oleh pimpinan tim pemeriksa
Kertas kerja audit adalah merupakan referensi utama atau sumber data
bagi auditor senior, pimpinan tim audit, pimpinan kantor akuntan atau anggota
lainnya untuk menilai apakah bukti yang kompeten dan cukup telah
dikumpulkan untuk menyusun laporan auditor.

Selain tujuan-tujuan di atas, kertas kerja audit juga dapat digunakan sebagai:

a. Dasar untuk penyusunan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran


pajak, hal-hal yang berkaitan dengan bursa efek dan laporan-laporan lainnya.
b. Sebagai sumber informasi untuk menyusun surat pernyataan manajemen maupun
surat rekomendasi kepada klien dalam rangka perbaikan sistem operasi atau usaha
perusahaan.
c. Sebagai referensi untuk peningkatan kemampuan karyawan perusahaan kliennya.
d. Sebagai bantuan atau pedoman dalam merencanakan dan mengkoordinasikan
audit tahun-tahun berikutnya.

E. Penggolongan Kertas Kerja

Kertas kerja meliputi semua informasi yang diperoleh auditor selama


melakukan audit, sehingga banyak macam dan jenisnya. Namun demikian, pada
umumnya kertas kerja audit dapat dikategorikan beberapa golongan yaitu:

 Rencana audit, program audit, daftar pertanyaan (untuk memahami dan menilai
pengendalian intern), flow chart, dan agenda atau jadwal waktu audit.

i
 Kertas kerja neraca saldo (working trial balance), skedul utama (lead schedule),
skedul pendukung (supporting schedul).
 Jurnal-jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali (adjusment and
reklasification entries).
 Analisis, dan kertas kerja hasil perhitungan auditor (computational working
papers).
 Salinan keterangan atau notulen rapat dan catatan-catatan atau dokumen
lainnnya.
 Surat pernyataan klien atau dari penasihat hukum klien.
 Rancangan atau konsep laporan auditor dan laporan keuangan yang telah
diperiksa dapat dipertimbangkan juga sebagai kertas kerja.

- Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe
bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam
program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam
melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal
dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indekss kertas kerja
yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit.
Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan
untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior
yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan
auditor yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang
berlangsung.

- Kertas Kerja Neraca Saldo (working trial balance)


Adalah suatu daftar tentang saldo-saldo akun-akun buku besar tahun yang
diperiksa dan tahun sebelumnya, ditambah juga kolom-kolom untuk penyesuaian
auditor serta reklasifikasi maupun jumlah-jumlah akhir yang akan muncul dalam
laporan keuangan yang telah diaudit. Kerrtas kerja ini merupakan daftar utama yang
mengawasi atau meringkas semua kertas kerja pendukung. Jumlah kolom-kolom yang

i
harus ada akan berbeda-beda tergantung kebutuhan dan pandangan dari masing-
masing auditor, namun demikian, pada umumnya kolom-kolom kertas kerja neraca
saldo adalah sebagai berikut:

Referensi Nama Akun Saldo Tahun Saldo akhir Penyesuaian Saldo per
Kertas Kerja Lalu per buku dan Audit
besar reklasifikasi

Walaupun nama masing-masing kolom sudah jelas maksudnya, namun perlu


untuk menjelaskan secara singkat mengenai maksud kolom ketiga dan keempat.
Kolom ketiga adalah saldo akhir dari audit sebelumnya yang bertujuan untuk
mempermudah mengadakan pembandingan serta untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang penting atau material yang memerlukan perhatian khusus dari auditor
yang bersangkutan. Kolom keempat memberikan informasi tentang saldo akun-akun
pada akhir tahun yang diperiksa. Saldo ini biasanya diambil langsung dari buku besar,
baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi dan saldo-saldo tersebut harus sama
dengan saldo-saldo yang disajikan pada laporan keuangan.

Dalam suatu audit, pada umumnya klien diminta untuk membuat neraca saldo
setelah jurnal penyesuaian dibukukan atau dipostingkan. Namun demikian sebelum
auditor yang bersangkutan menerima neraca saldo tersebut sebagai kertas kerjanya
maka dia harus menelusuri (tracing) jumlah-jumlah tersebut ke buku besarnya sebagai
bukti bahwa semua akun-akun buku besar telah dimasukkan dalam neraca saldo
tesebut. Jika auditor menemukan adanya ketidakseimbangan dalam buku besar, maka
dia biasanya meminta kliennya untuk mencarikan atau menemukan sebab-sebab
ketidakseimbangan tersebut, maka hal ini harus disadari oleh klien bahwa tugas ini
diluar tugas audit dan harus dibebani sebagai jasa auditor yang bersangkutan.

- Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi

i
Selama melakukan audit, keuangan kliennya maupun dalam catatan
akuntansinya. Kesalahan ini mungkin jumlahnya besar (material) mungkin kecil yang
timbul karena adanya transaksi yang tidak dicatat atau adanya penggunaan metode
yang salah, atau karena pengklasifikasian yang tidak benar, adanya cut off atau titik
potong, atau kesalahan tafsir terhadap suatau transaksi keuangan. Pada umumnya
kesalahan itu tidak sengaja, namun demikian kemungkinan auditor akan menemukan
kesalahan yang disengaja oleh kliennya, baik dalam laporan keuangan maupun
catatan akuntansi yang merupakan kecurangan yang bila tidak disesuaikan akan
menyesatkan pemakai laporan keuangan.

Untuk mengkoreksi kesalahan-kesalahan besar akan ditemukan dalam laporan


keuangan maupun dalam catatan akuntansinya, maka auditor akan membuat jurnal
penyesuaian yang merupakan rekomendasi untuk dicatat pada catatan akuntansi
kliennya. Disamping itu, untuk hal-hal yang dicatat oleh klien dengan benar, namun
untuk penyajian yang wajar dalam laporan keuangan mungkin perlu diklasifikasikan
kembali.

Sebelum sampai pada suatu kesimpulan mengenai hasil auditnya, maka


konsep jurnal penyesuaian yang telah dibuat oleh auditor terlebih dahulu didiskusikan
dengan kliennya, yang biasanya diwakili oleh auditor internnya atau oleh komite
audit. Pada banyak hal klien akan menyetujui penyesuaian itu dan akan mengotorisasi
pegawainya untuk mencatat penyesuaian auditor tersebut pada catatan akuntansinya,
dan auditor akan mencatat persetujuan itu pada kertas kerjanya.

Auditor tidak akan melakukan pencatatan pada pembukuan kliennya, karena


jika dia melakukan hal ini akan mengurangi, walaupun hanya untuk sementara,
peranannya sebagai auditor yang independen. Sebagian dari jurnal penyesuaian yang
telah dibuat oleh auditor kemungkinan berhubungan dengan transaksi yang telah
dicatat oeh kliennya pada periode berikutnya. Dalam hal yang demikian auditor harus
membuatkan kliennya suatu daftar jurnal penyesuaian kembali yang harus dilakukan
kliennya untuk menetralisir pengaruh jurnal penyesuaian yang telah dibuatnya.

Auditor harus selalu mengecek bahwa semua jurnal penyesuaian kembali itu
dicatat oleh kliennya pada akun-akun yang bersangkutan, jika tidak laporan keuangan
yang disajikan dalam laporan auditor akan tidak sama dengan catatan akuntansi

i
kliennya. Disamping penggolongan kertas kerja audit seperti tersebut diatas, ada juga
yang hanya mengklasifikasikan kertas kerja audit itu menjadi dua grup lainnya yaitu
(1) Skedul utama dan (2) Skedul Pendukung.

- Skedul Utama (grouping sheet, lead schedule, summary schedule)


Kertas kerja neraca saldo biasanya untuk klien kecil dalam arti hanya
mempunyai beberapa rekening buku besar. Untuk klien yang besar mempunyai akun
buku besar yang cukup banyak, maka metode kertas kerja neraca saldo sulit untuk
digunakan. Hal ini disebabkan banyaknya akun-akun buku besar yang harus
digabungkan menjadi satu angka atau satu rekening dalam penyajian laporan
keuangan yang telah diperiksa auditor. Teknik grouping sheet atau skedul utama
dirancang untuk mengatasi kelemahan kertas kerja neraca saldo tersebut.

Skedul utama adalah kertas kerja audit dengan kolom-kolom sama dengan
kertas kerja neraca saldo. Kertas kerja skedul utama ini dibuat untuk menggabungkan
akun-akun kas kecil, kas di bank, kas di bank untuk upah, kas di bank untuk dividen,
dan sebagainya. Jurnal-jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang dibuat oleh auditor
yang diterima oleh klien harus dipostingkan pada masing-masing skedul utama,
semua kolom-kolom pada skedul utama dijumlahkan, kemudian jumlah tersebut
direkapitulasi pada kertas kerja neraca atau kertas kerja laporan laba rugi.

- Skedul Pendukung (Supporting Schedule)


Merupakan daftar atau skedul yang dibuat oleh auditor untuk mendukung
suatu jumlah yang ada dalam laporan keuangan. Sebagian besar dari kertas kerja
merupakan skedul pendukung, sehingga skedul yang digunakan akan bermacam-
macam tipenya sesuai dengan keadaan dan tujuan audit dan berbagai aspek yang
diperlukan untuk mendokumentasikan ataupun menunjukkan luasnya audit untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain dari kertas kerja tersebut. Jenis-jenis skedul pendukung
yang sering digunakan oleh auditor pada umunya adalah sebagai berikut:

 Analisis. Suatu analisis dirancang untuk menunjukkan atau menggambarkan


aktivitas akun-akun neraca yang terjadi selama periode yang diaudit, baik untuk

i
menyimpulkan saldo akhir maupun saldo awal. Jenis skedul ini biasanya dipakai
untuk akun-akun seperti: Surat Berharga, Piutang Wesel, Cadangan Kerugian
Piutang, Aktiva Tetap, Utang Jangka Panjang, dan seluruh rekening modal
sendiri. Karakteristik umum dari akun-akun ini adalah makna atau kepentingan
dari aktivitas atau mutasi pada akun-akun selama tahun yang bersangkutan.
Dalam banyak hal kertas kerja analisis mempunyai referensi silang (cross
reference) dengan kertas kerja yang lain.
 Neraca Saldo atau Daftar. Daftar jenis ini terdiri dari susunan secara lengkap
dari saldo-saldo akun baik akun-akun secara neraca maupun akun-akun laba rugi.
Hal ini berbeda dengan suatu analisis yang hanya meliputi hal-hal yang
mempunyai saldo akhir periode. Contoh umum dari neraca saldo ini adalah daftar
yang mendukung piutang dagang, utang dagang, biaya reparasi dan pemeliharaan,
dan bermacam-macam penghasilan.
 Rekonsiliasi. Suatu rekonsiliasi mendukung suatu jumlah tertentu yang pada
umumnya berupa pencocokan suatu jumlah yang tercatat pada catatan klien
dengan sumber informasi lain. Misalnya, rekonsiliasi antara saldo bank menurut
catatan lien dengan saldo bank menurut laporan bank, rekonsiliasi antara saldo
akun pembantu piutang dengan jawaban konfirmasi dari debitur, dan rekonsiliasi
antara saldo utang dengan laporan kreditur.
 Pengujian Kepantasan. Skedul ini berisi informasi yang dapat digunakan untuk
menilai apakah saldo yang dicantumkan oleh klien mengandung kesalahan yang
perlu dipertimbangkan sesuai dengan keadaan dalam penugasan itu, atau untuk
menentukan cukup tidaknya suatu cadangan yang ditentukan oleh klien. Pada
umumnya auditor mengadakan pengujian terhadap biaya depresiasi , cadangan
pajak penghasilan, dan cadangan kerugian piutang dengan pengujian kepantasan
atau kewajaran tersebut.
 Ikhtisar Hasil Prosedur Audit. Yaitu suatu prosedur audit tertentu yang telah
dilaksanakan oleh auditor. Misalnya, ikhtisar mengenai hasil konfirmasi piutang
dagang, dan ikhtisar hasil observasi persediaan.
 Pembuktian Dokumen Pendukung. Skedul ini tidak menunjukkan suatu jumlah
dan juga tidak mengkaitkan dengan buku besar, sebab memang hanya digunakan
untuk mendokumentasikan hasil cut off, skedul ini harus menyatakan secara jelas
kesimpulan positif atau negatif tentang hasil pengujian tersebut.

i
 Dokumen dari Pihak Luar. Sebagian dari kertas kerja audit terdiri dari
dokumen-dokumen yang berasal dari pihak luar yang dikumpulkan auditor
seperti: jawaban konfirmasi dan salinan surat perjanjian. Walaupun dokumen ini
bukan merupakan skedul dalam arti yang sebenarnya, tetapi dokumen ini harus
diberi indeks dan di arsip dengan prosedur yang sama dengan skedul yang lain.

F. Hubungan Antar Kertas Kerja

Antara kertas kerja yang satu dengan kertas kerja yang lain pada dasarnya
saling berkaitan dan kertas kerja tersebut akhirnya akan mendukung informasi atau
data yang disajikan dalam laporan keuangan.

G. Pengarsipan Kertas Kerja (Filling System)

Sistem atau metode pengarsipan kertas kerja yang berlaku atau digunakan
akan berbeda-beda antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lain.
Namun pada umumnya sistem pengarsipan kertas kerja dibagi menjadi arsip
permanen dan arsip tahun berjalan.

- Arsip Permanen
Merupakan kumpulan data permanen atau kertas kerja audit yang
diperlukan secara terus-menerus atau yang bermanfaat untuk audit tahun-tahun
berikutnya, atau berisi data historis yang sifatnya dapat digunakan secara terus
menerus dalam audit tahun-tahun berikutnya.
Tujuan dari arsip permanen antara lain adalah (a) menyediakan data
historis keuangan perusahaan, (b) menyediakan referensi untuk hal-hal yang
berlangsung terus-menerus dan terjadi berulang-ulang, (c) mengurangi
pekerjaan pembuatan kertas kerja baru untuk hal-hal yang tidak ada
perubahannya dan (d) menyediakan data bagi audit tahun-tahun yang akan
datang.
Sebagian besar informasi-informasi yang termasuk dalam arsip
permanen ini diperoleh selama audit yang pertama kali terhadap catatan

i
kliennya. Informasi yang termasuk dalam arsip permanen ini antara lain
adalah sebagai berikut:
 Ikhtisar atau salinan (copy) dari dokumen-dokumen perusahaan yang
selalu diperlukan oleh auditor, misalnya: anggaran dasar atau akte
pendirian, surat perjanjian atau kontrak-kontrak dengan pihak lain yang
meliputi rencana pension, sewa jangka panjang, kontrak pembangunan
jangka panjang, notulen rapat pemegang saham, rapat direksi atau rapat-
rapat komisi lainnya, hasil pemahaman struktur pengendalian intern.
Dokumen tersebut sangat penting untuk auditor dan mempengaruhi
auditnya beberapa tahun.
 Analisa akun tahun-tahun sebelumnya yang masih dianggap penting bagi
auditor yang bersangkutan, misalnya akun aktiva tetap, goodwill, utang
jangka panjang, modal dan sebagainya,. Dengan demikian informasi
mengenai hal-hal tersebut dimasukkan dalam arsip permanen akan
memungkinkan bagi auditor hanya memperhatikan dan menganalisa
perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing akun yang
bersangkutan.
 Informasi yang berhubungan dengan hasil evaluasi dan penilaian tentang
sistem pengendalian intern, yang meliputi bagan organisasi, luasnya
wewenang dan tanggung jawab masing-masing fungsionaris, flowchart,
daftar pertanyaan, dan informasi mengenai pengendalian intern lainnya
termasuk kesimpulan auditor mengenai kebaikan dan kelemahan dari
pengendalian intern tersebut.
 Hasil pengujian analisis dari audit tahun sebelumnya, antaranya adalah
ratio-ratio dan presentase yang dihitung oleh auditor. Informasi ini
berguna bagi auditor untuk menentukan adanya perubahan-perubahan
yang luar biasa yang terjadi pada tahun yang diaudit yang memerlukan
penelitian lebih intensif.
 Salinan daftar pemegang saham, contoh lembaran saham dan obligasi,
pedoman pembukuan termasuk daftar dan kode rekening, catatan
mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan, dan tembusan
laporan auditor tahun-tahun sebelumnya.

i
 Tata letak atau layout pabrik, proses produksi dan daftar barang-barang
utama yang dihasilkan oleh perusahaan klien, dan artikel-artikel dalam
majalah atau surat kabar yang ada kaitannya dengan perusahaan klien.

Banyak para eksekutif perusahaan yang menemui langsung auditornya


pada audit pertama untuk membuat auditor tersebut mengenal dan mengetahui
dengan baik terhadap sejarah, kebijaksanaan dan orang-orang oenting dalam
perusahaan. Agar pada tahun-tahun berikutnya mereka tidak perlu
memberikan informasi tersebut. Bagaimanapun juga agar informasi-informasi
tersebut memenuhi fungsinya, maka arsip permanen itu harus dilengkapi data
atau informasi terakhir yang diketemukan pada setiap audit sehingga informasi
yang tersimpan dalam arsip permanen selalu up to date.

Dengan adanya arsip permanen akan menghemat waktu bagi auditor


dan menghemat biaya bagi kliennya. Karena hanya perubahan-perubahan yang
terjadi pada tahun audit yang harus ditambahkan pada kertas kerja permanen
tanpa harus membuat lagi analisa keseluruhan terhadap akun-akun tersebut.
Oleh karena itu arsip permanen harus diindeks dan indeks silang serta
disimpan dengan baik agar setiap waktu diperlukan mudah diketemukan.

- Arsip Tahun Berjalan atau Current File


Adalah semua kertas kerja yang digunakan selama audit berlangsung
dan hanya untuk tahun berjalan. Dengan demikian setiap tahun audit ada satu
set arsip permanen ada pula satu set arsip tahun berjalan. Arsip tahun berjalan
ini antara lain meliputi rencana audit, program audit, surat penugasan, salinan
atau copy dari kontrak-kontrak baru, notulen rapat baru, korespondensi, kertas
kerja rencana saldo, skedul utama, jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
auditor, serta skedul-skedul pendukung, serta laporan keuangan.

H. Pedoman Pembuatan Kertas Kerja Yang Baik

Pembuatan kertas kerja yang akan disimpan atau didokumentasikan sebagai


bukti bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standar, temuan-temuan, dan
kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat oleh auditor merupakan hal yang sangat

i
penting dalam audit. Oleh karena itu kertas kerja harus dibuat dengan baik. Dengan
kata lain kertas kerja harus dibuat lengkap, teliti, jelas, singkat dan rapi.

Untuk mencapai mutu kertas kerja yang baik seperti yang diharapkan, maka
berikut uraian pedoman dasar pembuatan kertas kerja:

a. Setiap kertas kerja harus bertujuan, dalam arti bahwa sebelum auditor yang
bersangkutan membuat kertas kerja terlebih dahulu ditetapkan tujuan yang
ingin dicapai, informasi yang ingin dikumpulkan dalam kertas kerja yang
bersangkutan, kemudian merencanakan atau merancang bentuk atau format
kertas kerja tersebut.
b. Setiap topik dibuatkan kertas kerja tersendiri dan hanya satu muka yang
digunakan (tidak bolak-balik), hal ini dengan tujuan untuk menghindari
adanya informasi penting yang tercatat di halaman sebaliknya yang
terlewatkan oleh pengkaji.
c. Adanya identitas yang benar untuk setiap kertas kerja terutama mengenai judul
kertas kerja. Kertas kerja tersebut harus mencantumkan nama perusahaan
klien, tanggal audit, periode yang tercakup, penjelasan atau uraian mengenai
informasi yang disajikan, uraian mengenai prosedur uraian yang telah
dilakukan, serta adanya tanda tangan atau paraf dari pembuat kertas kerja.
d. Setiap kertas kerja harus diberi indeks atau indeks silang terhadap kertas kerja
neraca saldo atau skedul pertama yang bersangkutan. Jika memang diperlukan
maka diberi pula indeks atau indeks silang di antara kertas kerja satu terhadap
kertas kerja lainnya.
e. Semua langkah-langkah atau prosedur audit yang telah dilakukan harus
dinyatakan pada kertas kerja yang bersangkutan dan atau pada catatan
akuntansi perusahaan klien. Misalnya pengkajian atau review terhadap faktur
pembelian yang telah dibayar, dapat didukung dengan audit terhadap order
pembelian dan dokumen penerimaan barang untuk menguatkan atau
membuktikan kebenaran dan keabsahan dari faktur-faktur yang diperiksanya.
f. Dalam kertas kerja harus termasuk pula komentar auditor yang mencerminkan
kesimpulan terhadap setiap aspek pekerjaan. Dengan kata lain semua
informasi atau bukti yang diperoleh selama melakukan audit harus dituangkan
dalam suatu kertas kerja.

i
g. Hindarilah pekerjaan menulis kertas kerja kembali karena hal ini hanya akan
membuang waktu dan menambah biaya audit.
h. Kertas kerja yang sudah selesai pekerjaannya harus disimpan tersendiri dan
terpisah dengan kertas kerja yang belum selesai segera setelah kertas kerja
tersebut diselesaikan.

I. Simbol atau Tanda Audit

Kertas kerja yang baik harus menjelaskan langkah-langakah atau prosedur


audit yang telah dilakukan oleh auditor untuk topik yang bersangkutan. Dalam praktik
pada umumnya digunakan berbagai simbol yang berbeda antara kantor akuntan yang
satu dengan yang lainnya. Namun demikian, setiap kantor akuntan hendaknya
mengetrapkam simbol - simbol yang sama dalam setiap audit atau menggunakan
tanda standard. Agar mempermudah reviewer dalam menilai hasil pekerjaan.

Berikut ini adalah beberapa contoh dari tanda audit yang dapat digunakan
untuk berbagai kertas kerja:

\/ letakkan symbol ini disamping kanan angka - angka dalam suatu jurnal, untuk
menunjukkan bahwa angka tersebut telah ditelusuri atau ditrasir dan dibandingkan
dengan dokumen dasar, misalnya dengan faktur.

\I\ letakkan symbol ini dibawah suatu penjumlahan horizontal atau vertikal, hal
ini untuk menunjukkan bahwa telah dilakukan penjumlahan kembali terhadap jumlah-
jumlah tersebut baik ke bawah atau ke kanan.

\/\/ letakkan symbol ini di samping suatu jumlah dalam rekening buku besar untuk
menunjukkan bahwa telah dilakukan penelusuran ke buku jurnalnya.

/\ gunakan tickmark terbalik ini untuk menunjukkan bahwa komentar telah


diselidiki dan diterima, atau telah disesuaikan dan diterima.

= letakkan tanda “sama dengan” ini dibawah suatu jumlah total dalam suatu
kolom penjumlahan untuk menunjukkan bahwa jumlah tersebut telah sama dengan
jumlah-jumlah pendistribusiannya.

i
ᴼ letakkan tanda atau simbol ini disamping suatu nilai tiap cek yang masih
beredar (outsanding check) yang tercatat pada check register untuk menunjukkan
bahwa jumlah-jumlah telah didaftar pada rekonsiliasi bank.

ʘ simbol berupa lingkaran dengan suatu titik di tengahnya di letakkan di


samping nilai suatu cek dalam check regis teruntuk menunjukkan bahwa telah
dibandingkan dengan cek yang telah dibayar atau di uangkan (paid check)

$ simbol ini untuk menunjukkan bahwa suatu jumlah tersebut telah dibuatkan
perinciannya.

/- simbol ini di letakkan di samping angka tembusan bukti setoran bank untuk
menunjukkan atau menyatakan bahwa angka tersebut telah dicocokan dengan buku
penerimaan kas.

? simbol “tanda tanya” ini di samping kanan suatu angka atau komentar untuk
menyatakan bahwa angka atau komentar tersebut masih diragukan kebenarannya atau
perlu penjelasan lebih lanjut.

J. Pemberian Indeks

Setiap kertas kerja harus diberi indeks, subindeks atau indeks silang secara
lengkap dan sistematis baik selama atau setelah audit maupun kesimpulan. Pemberian
indeks ini dimaksudkan untuk mempermudah pengarsipan dan pencarian kembali
terhadap kertas kerja tersebut bila sewaktu-waktu diperlukan.

Beberapa metode pemberian indeks, berikut diberikan 3 contoh metode pengindeksan:

 Metode I, yaitu dengan memberi nomer urut pada setiap kertas kerja utama
atau skedul utama dan memberi sub-nomor pada skedul pendukung.
Contoh :
7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Cadangan Kerugian Piutang
 Metode II, yaitu dengan menggunakan kode huruf alphabet untuk skedul
utama, diikuti dengan angka untuk skedul pendukung. Jika untuk skedul utama
kehabisan huruf maka dapat digunakan dobel huruf.
i
Contoh :
A Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
A-1 Piutang Usaha
A-2 Piutang Wesel
A-3 Cadangan Kerugian Piutang
 Metode III, dalam metode ini sangat mudah yaitu hanya dengan menggunakan
nomor urut untuk setiap kertas kerja akun tertentu sesuai dengan urutan
penyajiannya dalam laporan keuangan.
Contoh :
1 Kas
2 Kas Bank
3 Kas Kecil

K. Pemilikan Kertas Kerja

Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang
disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusun oleh klien untuk auditor, adalah
milik auditor (akuntan publik). Oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus
disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur
sesuai dengan urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang
memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut
kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau
profesi akuntansi. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga
atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai
pertanggungjawabannya atau dituntut ke pengadilan.

L. Kriteria untuk Pemeriksaan Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik

Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, harus dipenuhi
kriteria berikut ini:
 Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan.
Misalnya: cash count sheet dapat ditaksir dengan angka pada neraca.

i
 Harus dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak
kerugiannya, antara lain:
 Membuang waktu
 Dapat salah menyalin
 Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang
dilakukan dengan menggunakan audit tick mark. Misalnya:
 Periksa schedule
 Cek penjumlahan dengan cara footing dan cross footing.
Penggunaan tick mark antara lain:
^ = Footing/cross footing
C.B = Confirmed Balance (bila cocok)
R.D = Reporting Difference

 Kertas kerja pemeriksaan harus di index/cross index:


a. Alphabetis =A–Z
b. Numerical = I – II dan seterusnya
c. Gabungan = A1, A2 dan seterusnya.
 Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan me-review working
papers sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggungjawab.
 Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus terjawab, tidak boleh ada
“open question” (pertanyaan yang belum terjawab).
 Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan:
a. Sifat dari perkiraan yang diperiksa.
b. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
c. Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa.
 Hal-hal tambahan
a. Kertas kerja pemeriksaan harus rapi dan bersih
b. Kertas kerja pemeriksaan harus mudah dibaca (jelas)
c. Bahasa yang digunakan (Indonesia atau Inggris) harus baik.
d. Jangan hanya memphoto copy data dari klien tanpa diberi suatu penjelasan.

i
 Dibagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan Daftar Isi dan
Index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tim pemeriksa yang
terlibat dalam penugasan audit tersebut.

i
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kertas kerja adalah semua catatan tentang informasi atau bukti yang
dikumpulkan auditor untuk menunjukkan pekerjaan yang telah mereka lakukan, metode
dan prosedur yang mereka ikuti dan kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka
lakukan. Dengan kertas kerja tersebut auditor menyusun laporannya kepada klien, serta
membuktikan luas auditnya dan membuktikan kemampuan profesionalnya dalam
melaksanakan audit.
Tujuan utama kertas kerja adalah (a) sebagai alat koordinasi (b) sebagai alat
pengkajian (c) sebagai dasar penyusunan laporan audit (d) sebagai pendukung pendapat
auditor. Pada umumnya kertas kerja audit dapat dikategorikan beberapa golongan yaitu
program audit, kertas kerja neraca, jurnal penyesuaian dan reklasifikasi, skedul utama,
dan skedul pendukung.

Selain itu, hubungan antara kertas kerja yang satu dengan kertas kerja yang lain
pada dasarnya saling berkaitan dan kertas kerja tersebut akhirnya akan mendukung
informasi atau data yang disajikan dalam laporan keuangan. Dan sistem pengarsipan
kertas kerja dibagi menjadi dua yaitu arsip permanen dan arsip tahun berjalan.

Untuk mencapai mutu kertas kerja yang baik seperti yang diharapkan, maka
berikut uraian pedoman dasar pembuatan kertas kerja yaitu setiap kertas kerja harus
bertujuan, setiap topik dibuatkan kertas kerja tersendiri, adanya identitas yang benar,
setiap kertas kerja harus diberi indeks atau indeks silang, semua langkah-langkah atau
prosedur audit yang telah dilakukan harus dinyatakan pada kertas kerja yang
bersangkutan, dalam kertas kerja harus termasuk pula komentar auditor yang
mencerminkan kesimpulan terhadap setiap aspek pekerjaan, hindarilah pekerjaan
menulis kertas kerja kembali, kertas kerja yang sudah selesai pekerjaannya harus
disimpan tersendiri dan terpisah dengan kertas kerja yang belum selesai.

Selain itu, setiap kertas kerja harus diberi indeks, subindeks atau indeks silang
secara lengkap dan sistematis baik selama atau setelah audit maupun kesimpulan.
Pemberian indeks ini dimaksudkan untuk mempermudah pengarsipan dan pencarian
kembali terhadap kertas kerja tersebut bila sewaktu-waktu diperlukan.

i
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang
disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusun oleh klien untuk auditor, adalah
milik auditor (akuntan publik). Oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus
disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai
dengan urutan yang logis.

M. SARAN

Perlakuan secara hukum yang tegas terhadap semua kegiatan audit beserta
auditornya dan juga terhadap subjek auditnya sangatlah diperlukan. Hal ini dapat
mengurangi tingkat kecurangan yang terjadi dalam proses audit dan juga untuk menjaga
kualitas laporan dan opini hasil auditnya sehingga para pengguna informasi atau para
pihak luar khususnya investor maupun nasabah bank beserta pengawasnya tidak akan
tertipu dengan kecurangan yang sangat merugikan setiap keputusan investasi pihak luar
tersebut.
Proses audit baiknya tidak hanya dilakukan oleh akuntan publik secara
independen penuh akan tetapi harus melibatkan pihak berwenang yang berfungsi
sebagai pengawas audit yang mempunyai kewenangan hukum yang diharapkan sebagai
salah satu pengendalian mutu.

i
DAFTAR PUSTAKA

Munawir.2008.Auditing Modern.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.


Agoes,Sukrisno.2012.Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik.
Yogyakarta : Salemba Empat.
Mulyadi, Auditing edisi 6, Jakarta : Salemba Empat, 2009.
Agoes, Sukrisno (2006).Auditing.Jakarta:lembaga Penerbit FE UI, Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai