Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Riska Meinarti Siregar (1824055)
Reihani Meilisa (1824053)
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas segala karunia
dan nikmat-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Kertas Kerja Audit” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1 yang diampu
oleh Ibu Sri Yunawati, M.Acc. Tidak lupa diucapkan terima kasih kepada teman-
teman serta keluarga yang selalu mendukung dalam pembuatan makalah.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penyusun sebagai manusia
biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Baik dari segi
EYD, kosa kata, etika maupun isi. Karenanya penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa penyusun sampaikan, semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari karya ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1 serta:
1. Untuk mengetahui definisi kertas kerja
2. Untuk mengetahui isi kertas kerja
3. Untuk mengetahui tujuan pembuatan kertas kerja
4. Untuk mengetahui kepemilikan kertas kerja dan kerahasiaan informasi
dalam kertas kerja
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh auditor
dalam pembuatan kertas kerja yang baik
6. Untuk mengetahui tipe kertas kerja
7. Untuk mengetahui hubungan antara berbagai tipe kertas kerja
8. Untuk mengetahui pemberian indeks pada kertas kerja
9. Untuk mengetahui metode pemberian indeks kertas kerja
10. Untuk mengetahui susunan kertas kerja
11. Untuk mengetahui pengarsipan kertas kerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. TUJUAN PEMBUATAN KERTAS KERJA
Ada berbagai tujuan pembuatan kertas kerja, yaitu:
1) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan. Standar
pekerjaan lapangan ketiga mensyaratkan auditor memperoleh bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor
untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah
melaksanakan audit yang memadai.
2) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya. Di
kemudian hari, jika ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan
mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat auditor dalam
auditnya, auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat
dalam auditnya. Pembuatan seperangkat kertas kerja yang lengkap
merupakan syarat yang penting dalam membuktikan telah dilaksanakannya
dengan baik audit atas laporan keuangan.
3) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit. Audit yang
dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang
dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap tahap
audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk
kertas kerja. Pengkoordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
4) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya. Dalam audit yang
berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang
berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai: sifat usaha klien,
catatan dan sistem akuntansi klien, pengendalian intern klien, dan
rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu,
jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan yang lalu. Informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya tersebut dapat dengan mudah diperoleh dari kertas kerja audit
tahun sebelumnya.
4
2.2 KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI
DALAM KERTAS KERJA
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 06 mengatur bahwa kertas kerja
adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor.
Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang
bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus
menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai
penyimpanan dokumen.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
“Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.”
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien
kepada pihak lain adalah:
Jika klien tersebut menginginkannya
Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik
lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas
seizin klien.
Dalam perkara pengadilan
Dalam program pengendalian mutu
5
lapangan sesuai dengan standar auditing, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja
yang benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini, ada lima faktor yang
harus diperhatikan:
1. Lengkap
a. Berisi semua informasi yang pokok, menentukan komposisi semua
data penting yang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya,
kertas kerja harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi
yang lengkap, tidak berisi informasi yang masih belum jelas atau
pertanyaan yang belum terjawab.
2. Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian
dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari
kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang
relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas,
untuk menghindari rincian yang tidak perlu. Analisis yang dilakukan
auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya
merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan
memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penggunaan istilah
yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara
sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas
kerja akan membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan
stafnya serta memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari
kertas kerja tersebut.
6
2.4 TIPE KERTAS KERJA
Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat
oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara
garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:
1. Program audit (audit program)
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk
mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur
audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan.
Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan
pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah
orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya,
jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang
akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan
sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang
berlangsung.
2. Working trial balance
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun
buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun
sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali
yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang
akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial
statements). Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang
harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang
tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit,
working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta
7
saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh
auditor. Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan
lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses
penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan,
klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a. Pengumpulan bukti transaksi
b. Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku
pembantu
c. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar\Pembuatan
lembar kerja
d. Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan
keuangan auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan
auditan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau
pengumpulan skedul pendukung (supporting schedules)
b. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke
dalam skedul utama (lead schedules atau top schedules) dan
ringkasan jurnal adjustment
c. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan
ringkasan jurnal adjustment ke dalam working trial balance
d. Penyusunan laporan keuangan auditan
3. Ringkasan jurnal adjustment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam
laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan
kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal adjustment yang
nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga
membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk
unsur, yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk
kepentingan penyusunan laporan keuangan yang wajar, harus
digolongkan. Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya
8
diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas
huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali
harus disertai penjelasan yang lengkap. Jurnal adjustment berbeda dengan
jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan
oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam
laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan
kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor; tidak untuk disarankan
agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien. Di lain pihak, jurnal
adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi
klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien
untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal
adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul
pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Kemudian jurnal-jurnal
tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama
yang berkaitan ke dalam working trial balance.
4. Skedul utama (lead schedule atau top schedule)
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas
informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang
berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-
akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom
yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial
balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke
dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.
5. Skedul pendukung (supporting schedule)
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam
kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan
operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus
dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam
memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam
9
daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul
dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung
harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.
10
Skedul Utama
PT Rimendi
Piutang
31 Desember 19X2
Debit Kredit
Jurnal Adjustment #1
450 Hasil Penjualan
111 Piutang Dagang 6.000.000
Untuk mengoreksi penjualan 6.000.000
konsinyasi yang barangnya belum
laku dijual pada tanggal neraca
Jurnal Adjustment #2
210 Investasi
112 Piutang Wesel
Koreksi investasi dalam wesel tagih 4.000.000
yang dicatat sebagai piutang wesel 4.000.000
11
Skedul Pendukung
PT Rimendi
Piutang Wesel 31 Desember 19X2
Jangka Waktu
Pembuat Wesel Dari Sampai Saldo
Eliona Sari 12/09/19x1 12/01/19x2 10.000.000
Rissa Rimendi 15/11/19x1 15/02/19x2 5.000.000 √
Oki Sasongko 14/02/19x1 14/02/19x2 4.000.000 √
Jumlah 19.000.000 √√
12
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya
tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang
berindeks.
13
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.
Contoh :
1 Skedul Utama Kas
2 Kas dan Bank
3 Konfirmasi Bank
4 Dana Kas Kecil
14
c. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan
pengendalian
d. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang
e. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
f. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang
dibentuk klien
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan
digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang
Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien
bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien
tersebut
Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami
perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti
tanah, gedung, akumulasi, depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal
saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang
mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun
tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun,
sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-
transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal
ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-
perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen,
tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya
dalam kertas kerja tersendiri.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas
kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan
laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi
dokumentasi yang memperlihatkan: (a) telah dilaksanakannya standar pekerjaan
lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan
baik, (b) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu
pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan, dan (c) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu
bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan telah diterapkan, dan pengujian
telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Empat tujuan terpenting pembuatan kertas kerja adalah untuk: (1)
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan, (2) menguatkan
simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya, (3) mengkoordinasi dan
mengorganisasi semua tahap audit, dan (4) memberikan pedoman dalam audit
tahun berikutnya.
Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau
milik pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan
publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan
penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak
semestinya.
Ada lima tipe kertas kerja: program audit, working trial balance, ringkasan
jurnal adjustment, skedul utama dan skedul pendukung.
16
DAFTAR PUSTAKA
17