Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ACTIVITY BASED COSTING

DOSEN :

Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE, MSIE

DISUSUN OLEH :

Meita Sapira Nur Dwiyanti

184010106

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PASUNDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Activity Based Costing ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang topik Activity Based Costing (ABC) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Hj Ellen Rusliati,SE,MSIE yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 22 September 2020

Meita Sapira N

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................2

1.3 TUJUAN ......................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

2.1 Pengertian Activity Based Costing.......................................................................................2

2.2 Tujuan activity Based Costing...............................................................................................6

2.3 klasifikasi Activity Based costing........................................................................................9

2.4 Tahap penyusunan Activity Based Costing.........................................................................13

2.5. Manfaat dari Activity Based Costing............................................................................23

2.6 Keunggulan dan kelemahan Activity Based Costing.........................................................33

2.7 Konsep dasar dan syarat Activity Based Costing..........................................................35

2.8 Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Metode Tradisional......................36

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................37

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam setiap
aktivitas bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Hal ini mungkin disebabkan oleh dampak
globalisasi, seperti pemberlakuan AFTA, NAFTA, Uni Eropa, dan WTO. Di samping itu,
adanya kecenderungan lingkungan yang semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat,
daur hidup produk semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, standar kualitas
yang dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat, banyaknya dan diversifikasi produk
meningkat.

Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah proses
produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan teknologi ini, maka proporsi biaya
overhead dalam elemen harga pokok produksi akan menempati porsi yang lebih besar
sehingga diperlukan kalkulasi dan pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai dengan
proporsi aktivitas yang dikonsumsi. Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead
dialokasikan secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga
pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per
unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas. 

Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar
untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai
keputusan, antara lain:
 menentukan harga jual

 mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

 memantau realisasi biaya

 menghitung laba/rugi tiap pesanan

 menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan
disajikan di neraca.

1
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang
mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC)/
Activity Based Costing dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas,
mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat
berpartisipasi dalam perencanaan strategis. 

Informasi manajemen biaya merupakan informasi yang dibutuhkan untuk mengelola secara
efektif perusahaan atau organisasi nonprofit, baik berupa informasi keuangan tentang biaya
dan pendapatan maupun informasi nonkeuangan yang relevan, yaitu produktivitas, kualitas,
dan faktor kunci sukses lainnya untuk perusahaan. Informasi ini sebagai salah satu informasi
penting bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya, yaitu pembuatan keputusan yang
bersifat strategis untuk pengembangan posisi kompetitif sehingga keunggulan kompetitif
dapat menyebabkan kesuksesan yang berkesinambungan.
Activity based costing (ABC) di definidikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan
biaya yang dilakukan berdaarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini
dilakukan dengan dasar penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam
suatu perusahaan, sehingga wajar apabila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung
dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut. (Hongren,2005).
Semakin derasnya arus teknologi dan informasi,  perusahaan dituntut untuk lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global.
Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat ditentukan oleh berbagai strategi yang
diterapkan oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan agar dapat
bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan mengurangi biaya, meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kemampuan untuk
memberi respon terhadap berbagai kebutuhan pelanggan.
Bervariasinya sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk, maka
perusahaan pun harus dapat menggunakan sumber daya tersebut dengan lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perhitungan biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk pun haruslah akurat, sehingga
perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif di pasar global ini.
Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya produksi secara akurat yang dapat 
mengakibatkan perusahaan tersebut tidak mampu bersaing di pasaran. Oleh karena itu,
manajer suatu perusahaan membutuhkan suatu informasi mengenai biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk secara akurat. Pembebanan setiap biaya

2
produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk dengan suatu metoda dapat membantu
manajemen memperoleh informasi mengenai biaya produksi satu unit produk dengan lebih
akurat. Metoda ini didalam akuntansi manajemen dinamakan sebagai metoda Activity Based
Costing (ABC) System.
Metode Activity Based Costing (ABC) System menghitung setiap biaya pada masing-masing
aktivitas dengan dasar alokasi yang berbeda untuk masing-masing aktivitas. Banyak
perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mengadopsi metode ini dalam penghitungan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap produk. Umumnya metode yang digunakan
oleh perusahaan yang berada di Indonesia adalah pemerataan biaya secara umum untuk
masing-masing produk. Padahal masing-masing produk tersebut kenyataannya tidak
menggunakan sumber daya dalam jumlah yang sama.
Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing (ABC) banyak
diterapkan pada perusahaan – perusahaan dunia. ABC membantu perusahaan mengurangi
distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok tradisional, sehingga dengan
ABC dapat diperoleh biaya produk yang lebih akurat. ABC menyediakan pandangan yang
jelas bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa dan aktivitas yang memberikan
kontribusi dalam jangka panjang. Sistem ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan
pada banyak perusahaan seperti Hewlett-Packard, General Electric, Merck,
AT&T, dan American Express.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Activity Based Costing
2. Apa tujuan dari Activity Based Costing
3. Apa saja klasifikasi dari Activity Based Costing
4. Bagaimana tahap penyusunan Activity Based Costing
5. Bagaimana manfaat dari Activity Based Costing
6. Sebutkan keunggulan dan kelemahan Activity Based Costing
7. Bagaimana konsep dasar serta syarat dari activity Based Costing
8. Jelaskan perbedaan metode Activity Based Costing dengan Tradisional
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Activity Based Costing
2. Mengetahui tujuan dari Activity Based Costing
3. Mengetahui klasifikasi dari Activity Based Costing
4. Mengetahui dan memahami tahap penyusunan Activity Based Costing

3
5. Mengetahui manfaat dari Activity Based Costing
6. Mengetahui keunggulan dan juga kelemahan dari Activity Based Costing
7. Mengetahui konsep dasar serta mengetahui syarat dari metode Activity Based Costing
8. Mengetahui perbedaan antara Activity Based Costing dengan metode tradisional

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ACTIVITY BASED COSTING


Menurut Hongren (2005) ABC (Activity Based Costing) didefinisikan sebagai suatu sistem
pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya
adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian
biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.

Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah: “Metode costing
yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada
para manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi
kapasitas dan biaya tetap”.

Sedangkan Activity Based Costing menurut Hansen and Mowen (1999: 321) adalah suatu
sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke pr
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:25) Activity-Based Costing adalah: “Metode
membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan
membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya
pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat
dengan proses dan objek biaya”.

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based Costing adalah:
“Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang
jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih
faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor)”.

5
Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25) merupakan: “sistem
informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan
personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas”. 

Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) adalah “Metode costing
yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik
dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”

Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen
yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk
menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas
bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan
biaya. Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke
sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk
yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC
baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan
memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan.

Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang


mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC
memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.

Activity-Based Costing (ABC) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh


barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat sekarang atau masa yang akan dating
(Siregar 2014:23)

Activity Based Costing ialah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan
informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis
serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan.
Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur jasa dan dagang. (Mulyadi
2003:40)

6
Activity Based Costing yaitu Activity Based Costing is a costing method that is designed to
provide managers cost information for strategic and other decision that potentially affect
capacity and therefore “ fixed costs ”. (Garisson dan Noreen 2003:316)

Activity Based Costing sebagai berikut Activity Based Costing or ABC is a costing method
that first assigns costs to activies and then to goods services based on how much each good or
service use the activities. (Hilton, Maher, Selto 2006:14)
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi
berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan
dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau
menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
 Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
 Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
 Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
 Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
 Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi
 Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.

7
 Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead
yang berbeda beda.
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer  kepada
harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau
terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan
dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar
untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai
keputusan, antara lain:
 menentukan harga jual
 mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
 memantau realisasi biaya
 menghitung laba/rugi tiap pesanan
 menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan
disajikan di neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang
mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC)
dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses,
mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam
perencanaan strategis.

2.2 TUJUAN ACTIVITY BASED COSTING


Sistem biaya konvensional kurang mampu memenuhi kebutuhan manajemen dalam
perhitungan harga pokok produk yang akurat, terlebih apabila melibatkan biaya produksi
tidak langsung yang cukup besar dan keanekaragaman produk. Hal ini mengakibatkan
pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh pihak manajemen sehubungan dengan strategi
yang ditetapkan, sedangkan metode Activity-based costing system (ABC) menggunakan
berbagai tingkatan aktivitas dalam pembebanan biaya produksi tidak langsung.

Menurut Mulyadi (2001) Activity-based costing system (ABC) pada dasarnya merupakan
metode penentuan harga pokok produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan
informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan

8
mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk.

Jika full costing dan variable costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk hanya
pada fase produksi saja, Activitybased costing system (ABC) menitikberatkan penentuan
harga pokok produk di semua fase pembuatan produk, sejak fase desain dan pengembangan
produk sampai dengan penyerahan produk kepada konsumen.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut
secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full costing dan
variable costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase
produk saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :

1. Fase design dan pengembangan produk


 Biaya design (design expenses)

 Biaya pengujian (testing expenses)

2. Fase produksi
 Unit level activity cost

 Batch level activity cost

 Product sustaining activity cost 

 Facility sustaining activity cost

3. Fase dukungan logistic


 Biaya iklan (advertising expenses)

 Biaya distribusi (distribution expenses)

 Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

2.3 KLASIFIKASI ACTIVITY BASED COSTING


Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu
perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka

9
semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi,
pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperdalam ABC, proses identifikasi
aktivitas merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya
overhead pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas
dikelompokkan ke dalam 4 kategori aktivitas, yaitu :

1. Unit Level Activities (tingkat unit)

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga biaya produk
yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan jumlah unit yang
diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin banyak jumlah unit yang
diproduksi maka semakin banyak juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.

2. Bacth Level Activity (tingkat bacth)

Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah
order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch sehingga biaya
produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan jumlah batch yang
diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin banyak unit yang diproduksi tidak
mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up dilakukan maka
semakin besar pula biaya set-up mesin.

3. Product Sustaining Activities

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi suatu
produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan inovasi produk.Beban biaya yang
terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi
sumber daya yang dikonsumsi tidak tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk
yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin
sering aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.

10
4. Facility Sustaining Activities.

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan,
seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan
lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis
produk.

Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok tersebut, biaya yang
muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok aktivitasnya, sehingga dalam
membebankan biaya sistem ABC dapat digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :

 Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer mengkonsumsi


sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.

 Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus dibebankan
objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek biaya itu sendiri bukan
dalam proses produksi.
Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk
digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu:
 Facility sustaining activity cost
biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki
perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
 Product sustaining activity cost
biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya
untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian
produk, biaya desain produk
 Bacth activity cost
biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup
mesin.
 Unit level activity cost
biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan.
Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

11
2.4 TAHAPAN-TAHAPAN ACTIVITY BASED COSTING
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap
yaitu :

1. Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas

Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber daya
dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening
buku besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang
kantor, mebel, dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan,
teknik dan akuntansi.

Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan
penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara
terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan
hal-hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :

a. Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?


b. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
c. Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
d. Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?

Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan
membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.

Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:

a. Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit
produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian
bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan
aktivitas menjalankan mesin.

12
b. Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok
produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh
aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi,
inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan.

c. Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang
produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik
rekayasa dan ekspedisi.

d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja,
pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.

2. Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver)
digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk
memilih cost driver yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya
meliputi:

a. meter untuk utilitas


b. jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian
c. jumlah setup untuk aktivitas setup mesin
d. jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan
e. jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan
f. luas lantai untuk aktivitas kebersihan.

3. Membebankan Biaya ke Objek Biaya

Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit. Hal
ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh

13
aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat
digunakan untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.

Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem
biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam
perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada
pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya
perusahaan.

Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver
aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang,
jumlah laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran,
jam kerja langsung, jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.
Langkah-Langkah Desain Sistem ABC
 Lakukan survey pendahuluan dan pelajari system akuntansi biaya diperusahaan dan
telaah peraturan yang berlaku.
 Bentuk tim khusus untuk menerapkan system ABC
 Manajer akuntansi menggambar grafik untuk menjelaskan struktur umummodel ABC
 Pastikan, Asumsi: system akuntansi tradisional mencukupi untuk mengukur bahan
langsung dan tenaga kerja langsung
 Membuat tahap proses penerapan.
 Mengidentifikasikan aktivitas dalam system ABC.
 Memahami dan menggabungkan aktivitas.
 Menyusun pool biaya aktivitas dan ukuran aktivitas.
 Menelusuri biaya overhead aktivitas dan obyek biaya.
  Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas 
 Menghitung tariff aktivitas 
 Membebankan biaya ke obyek biaya.. 
 Menghitung margin produk dengan system ABC. 
 Menyiapkan laporan manajemen.

2.5 MANFAAT ACTIVITY BASED COSTING

14
Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:

Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.


Pembuatan keputusan yang lebih baik.
Perbaikan proses (process improvement).
Estimasi biaya.
Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.

Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai berbagai manfaat
berikut ini:
1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas
(activity-based budget).
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan
biaya.
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan.
5. memperbaiki mutupengambilan keputusan.
6. Memenungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus-menerus terhadap
kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
7. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.
ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang menuju
pada pengukuran kemampuan perolehan laba atas produk yang lebih akurat dan keputusan-
keputusan strategis yang di informasikan dengan lebih baik mengenai harga jual,
lini produk, pasar pelanggan dan pengeluaran modal.
ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya pemacu
aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki produk dan proses menilai
dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik, pengendalian biaya
yang lebih baik dan membantu mempertinggi berbagai nilai objek.
ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang biaya-biaya
yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.

15
2.6  KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing
(ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

 Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi
tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

 Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern,
terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis system biaya ABC
itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai
pabrik dapat ditelusuri.

 Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities
cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

 Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan
membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah
nilai terhadap produk.

 Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem
dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari pemicu
biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume
produk. 

 Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya
produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap
pengambilan keputusan yang strategik.

 Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem ABC ini akan menghilangkan
aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pembuatan suatu

16
produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu inspeksi, dan
waktu tunggu

 Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya
lebih akurat.

 Mengidentivikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.

 Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak


bernilai tambah.

 Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan


keputusan.
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka
dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada mengurangi
biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk
yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai
merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih
efisien dan lebih tinggi.

KELEMAHAN ACTIVITY BASED COSTING


Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Activity Based Costing systems menurut Caster
dan Usry ( 2005: 513 ) sebagai berikut :

 ABC ( Activity Based Costing systems ) mengharuskan manajer membuat perubahan


radikal dalam cara berpikir mereka mengenai biaya. Cara yang paling berguna untuk
memahami logika ABC ( Activity Based Costing ) systems ialah dengan mengakui

17
bahwa Activity Based Costing memperlakukan semua biaya sebagai biaya variable
karena ABC ( Activity Based Costing ) didesain sebagai alat pembuat keputusan
strategis dalam jangkan panjang.
 ABC ( Activity Based Costing systems ) tidak menunjukkan biaya yang akan dapat
dihindari dengan menghentikan suatu produk. ABC ( Activity Based Costing
systems ) berusaha untuk menunjukkan sumber daya dalam jangka panjang dari setiap
produk namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan
dipengaruhi oleh keputusan tertentu.
 ABC ( Activity Based Costing systems ) memerlukan usaha pengumpulan data
melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyratan pelaporan eksternal.

Diperusahaan yang mempunyai sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada
perhitungan biaya tradisional akan sulit untuk menyakinkan manajemen bahwa sistem
perhitungan biaya baru dibutuhkan. Solusi bagi masalah ini ialah untuk terus menggunakan
sistem tradisonal yang selama ini sudah di kenal, dan melakukan eksperimen dengan ABC
secara terpisah, dengan cara menggunakannya pertama-tama untuk satu lini produk, satu
fasilitas atau suatu kategori biaya seperti biaya departemen jasa.

Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen
banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya
memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak
ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.

Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka
mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan
pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar,
pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang
percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini
diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang
ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan
sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).

18
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak
mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global
menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional,
antara lain:

1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga
pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif
sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada
distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan
dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena
seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume
produk atau jam kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan
keunggulan perusahaan.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak
langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya
volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas. 
6. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-
pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih
biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-
teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup
produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya
aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok
daur hidup produk.

19
Implementasi sistem ini belum terlalu dikenal stake holders perusahaan di Indonesia
sehingga penolakan untuk pemakaian sistem ini cukup besar.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan cukup sulit dan terlalu banyak metode
pengumpulan biaya untuk menggunakan sistem Activity Based Costing.

Masalah joint cost pada sistem konvensional juga tidak dapat diatasi dengan


sistem siklus akuntansi biaya ini.

Sistem ini melaporkan biaya dengan membebankan pada suatu periode penuh dan tidak
mempertimbangkan amortisasi long term payback expense. Contohnya, biaya
pengembangan dan penelitian yang cukup besar membuat biaya produk yang terlalu
besar.

ABC (Activity Based Costing systems)membuat para manajer harus melakukan perubahan
radikal dalam cara berpikir tentang biaya.

Untuk memahami Activity Based Costing dengan mudah harus memperlakukan semua


biaya sebagai biaya variabel karena sistem ini didesain sebagai alat pembuat keputusan
strategis dalam jangka panjang.

Hanya menggunakan jam kerja langsung untuk mengalokasikan biaya overhead.


Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume relate (unit level) untuk pengalokasian
bagian dari biaya produk/pelanggan. Pengukuran alokasi biaya overhead yang merupakan
bagian dari biaya produksi ditentukan dengan menggunakan dasar yang berkaitan dengan
volume produksi. Hal ini menyebabkan distorsi pengukuran product cost karena aktivitas-
aktivitas penyebab timbulnya biaya overhead banyak yang tidak berkaitan langsung
dengan produk yang dihasilkan.

Hanya menitik beratkan biaya produk pada fase produksi saja.Sistem akuntansi biaya
konvensional menitik beratkan padatahap produksi tertentu tidak akan menghasilkan
informasi yang relevan.
Kurang menekankan analisis produk jangka panjang

20
2.7 KONSEP-KONSEP DASAR DAN SYARAT PENERAPAN SISTEM ACTIVITY-
BASED COSTING
Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-
aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa.  Activity Based
Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau
transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik
perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke
produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi
sumber daya dan bukannya produk.
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC
menyaratkan tiga hal:
a.  Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau
lini produk yang diproses dengan menggunakan  fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian
tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
b.  Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan  semakin
meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan
maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.
c.  Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang
akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Facility sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya
asuransi, biaya gaji pegawai kunci

21
2. Product sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
3. Bacth activity cost: biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang
diproduksi. Misalnya biaya set-up mesin
4. Unit level activity cost: biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit
produk yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
5. Penggolongan aktivitas menjadi empat ketegori diatas disebut cost hierarchy (struktur
biaya).

Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based-Costing


Pada  Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk
juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang
dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari
pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya
tradisional.
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan
sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure
pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya.  Cost Driver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan
suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas
aktivitas selanjutnya.
2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap
produk,  dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu
produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari  overhead yang variasi
biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu
kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus
berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
Cost Driver

22
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak
tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga
menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi
ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead 
yang ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya  overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan
biaya dalam aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui
penggunaan  tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
 Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang
menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa
adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak jumlahnya. Oleh karena
itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan pemicu biayanya atau cost driver.
 Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan
laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan.
Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan
kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost
driver yang dibutuhkan.
 Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:
 Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost
driver (cost of measurement).  Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih
rendah akan dipilih.
 Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih
dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost driver yang
memiliki korelasi tinggi akan dipilih.

23
 Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost
driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.

2.8 PERBEDAAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN


TRADISIONAL

Metode Penentuan Harga Pokok Metode Activity Based Costing


Produk Tradisional
Tujuan Inventory level Product Costing
Tahap desain, produksi,
Lingkup Tahap produksi
Tahap pengembangan
Biaya bahan baku, tenaga kerja
Fokus Biaya overhead
langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang digunakan Metode manual Komputer telekomunikasi
Sumber: (Mulyadi, 1993)
Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen
banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya
memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak
ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka
mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan
pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan ke pasar,
pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang  berbeda. Banyak manajer yang
percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini
diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang
ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan
sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak
mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global

24
menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional,
antara lain:
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga
pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif
sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada
distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena
seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume
produk atau jam kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan
keunggulan perusahaan.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung
serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya
volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-
pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih
biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-
teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi
maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk.
Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-
aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup
produk.
Contoh ABC pada Pabrik Sepatu Maya

25
Pabrik sepatu Maya menghasilkan produk, Barry dan Bally dan menggunakan system
penetapan biaya di mana semua biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu pool biaya
dan dialokasikan berdasar pada jam mesin.

Manajemen lain ememutuskan untuk menetapkan ABC karena studi tentang biaya
mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan aktivitas set up dan aktivitas
desain. Banyaknya setup dan banyaknya jam mesin desain merupakan pendorong aktivitas
untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengalokasi kan
biaya tidak langsung

Berikut ini informasi operasi tahun sekarang dari pabrik sepatu Maya:

Data Biaya
 
  Barry Bally Total
17. 17.
Unit yang diproduksi
800 000 800
By Bahan Langsung

Per Unit
250 50  
200.0 850.0 1.050.0
Total
00 00 00
80. 425.0 505.0
By Upah Langsung
000 00 00
9. 4. 14.
Jam Desain
600 400 000

Setup
120 80 200
5. 45. 50.
Jam Mesin
000 000 000
Overhead
350.0
Desain
    00
250.0
Setup
    00
1.200.0
Lain – Lain  
  00
1.450.0
Total
    00
Direktur Pabrik Sepatu Maya meminta kepala bagian akuntansi :

26
1. Menghitung total biaya dan biaya per unit yang dilaporkan untuk keduaproduk dengan system
perhitungan harga pokok dengan konsep ABC

Pabrik Sepatu Maya

Harga Pokok Produksi Dengan Sistem Activity Based Costing ( ABC )

Tarif Overhead :

Desain : 350.000 : 14.000 jam desain = Rp.25 per jam desain

Setup : 250.000 : 200 setup = Rp.1.250 Setup

Overhead Lainnya : 1.200.000 : 50.000 jam mesain = Rp.24 per jam mesain

Penyelesaian
Barry Bally Total
Bahan Baku 200.000 850.000 1.050.000
Upah Langsung 80.000 425.000 505.000
Overhead
25 X 9.600 jam desain 240.000 - -
25 x 4.400 jam desain - 110.000 -
Total - - 350.000

By setup
1.250 x 120 setup 150.000 - -
1.250 x 80 setup - 100.000 -
Total - - 250.000

By Lainnya
24 x 5.000 jam mesin 120.000 - -
24 x 45.000 jam mesin - 1.080.000 -
Total - - 1.200.000

Total Biaya 790.000 2.565.000 3.355.000


Unit Yang Di
800 17.000
produksi
HPP per Unit 987,5 150,88

Pengertian Activity Based Management System

27
Manajemen berdasarkan aktivitas (Activity-Based Management) merupakan suatu konsep
yang mengarahkan perhatian pada konsumsi sumber daya terhadap aktivitas yang dilakukan
oleh suatu perusahaan, sehingga untuk dapat mengetahui bagaimana suatu perusahaan
menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah dipahami mengenai aktivitas-
aktivitas apa sajakah yang telah terjadi di dalam perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas
tersebut merupakan aktivitas yang telah mengkonsumsi sumber daya melalui
pengidentifikasian pemicu biayanya, dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya
aktivitas-aktivitas tersebut.

Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas yang telah dilaksanakan,
akan dapat memberikan pandangan yang baik tentang bagaimana menggunakan, mengelola,
dan mengendalikan sumber daya perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui
peluang yang ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman yang baik
untuk menilai kinerja tersebut dalam rangka untuk mendukung perbaikan berkesinambungan
(continous improvement).

Activity based management (manajemen berdasarkan aktivitas) merupakan pendekatan yang


terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan (customer value) dan meningkatkan laba
perusahaan melalui penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan informasi
yang diperoleh dari activity-based costing system, dimana antara ABM dengan ABC saling
berkaitan satu sama lain.
STUDI KASUS

Pengimplementasian Activity Based Costing di PT. Indonesia Pet Bottle

Metode pengalokasian biaya yang selama ini digunakan PT. Indonesia Pet Bottle Pandaan
adalah sistem akuntansi biaya tradisional. Dimana dasar yang digunakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik ke masing masing-masing produk menggunakan satu
pemicu biaya yaitu jumlah unit yang diproduksi yang dihasilkan oleh masing-masing produk.
Hal ini mengakibatkan terjadinya distorsi biaya, karena pembebanan biaya overhead pabrik
pada masing-masing jenis produk ada yang dibebankan terlalu besar dan sebaliknya ada
produk yang dibebani biaya overhead pabrik terlalu rendah.

28
Pembebanan biaya dengan menggunakan Activity BasedCosting (ABC) System lebih akurat
dibandingkan dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional. Karena Activity
BasedCosting (ABC) System membebankan biaya berdasarkan banyaknya aktivitas yang
dikonsumsi oleh masing-masing produk dan ABC System juga bisa mengatasi distorsi biaya
yang terjadi pada akuntansi biaya tradisional. Maka dari itu ABC system dapat membantu
manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dalam menghitung harga pokok
produksi.

Menggunakan perhitungan biaya berdasarkan Activity BasedCosting (ABC) System, semua


biaya yang timbul akan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam
proses produksi dengan menggunakan beberapa cost driver yaitu unit produksi, jam tenaga
kerja langsung, dan jam mesin. Oleh karena itu semua biaya yang timbul dalam
menghasilkan produk bisa ditelusuri dan dijelaskan perilaku dari biaya tersebut atas konsumsi
sumber daya pada perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan dan perbandingan sistem akuntansi biaya tradisional dengan
Activity BasedCosting (ABC) System yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terjadi
perbedaan nilai harga pokok produksi oleh masing-masing jenis produk pada PT. Indonesia
Pet Bottle Pandaan. Botol mengalami undercosted atau pembebanan biaya produk terlalu
rendah sebesar Rp 942.506.718, sedangkan untuk produk gelas plastik mengalami overcosted
atau pembebanan biaya terlau tinggi Rp 903.929.466.

Hal-hal tersebut baru dapat diketahui setelah PT. Indonesia Pet Bottle melakukan perhitungan
menggunakan ABC yang jauh lebih akurat deibandingkan Sistem Perhitungan tradisional.

PT. Jalan Terus memproduksi 2 barang yaitu sepatu dan sandal. Berikut data keuangan
yang terhimpun untuk masing-masing produk:

Jenis Barang
Keterangan
Sepatu Sandal
Volume Produksi (Unit) 1,000 2,000
Harga Jual (Rupiah) Rp. 20,000 Rp. 10,000
Biaya Utama (Rupiah) Rp. 10,000 Rp. 5,000

29
Jam Kerja Langsung 500 Jam 1,000 Jam

Data dari hasil identifikasi manajemen menunjukan aktivitas dan biaya yang dianggarkan
adalah sebagai berikut:

Aktivitas Anggaran Aktivitas


Rekayasa Rp. 100,000 Jam
Set up Rp. 500,000 Jam
Mesin Rp. 2,000,000 Jam
Packaging Rp. 200,000 Jumlah

Data dari aktivitas sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Konsumsi
Aktivitas Jumlah
Sepatu Sandal
Rekayasa Rp. 35,000 Rp. 15,000 Rp. 50,000
Set up Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000
Mesin Rp. 250,000 Rp. 150,000 Rp. 400,000
Packaging Rp. 50,000 Rp. 50,000 Rp. 100,000

Maka perhitungan sistem ABC adalah

Aktivitas Jumlah anggaran Jumlah aktivitas Tarif aktivitas


Rekayasa Rp. 100,000 Rp. 50,000 Rp. 2
Set up Rp. 500,000 Rp. 100,000 Rp. 5
Mesin Rp. 2,000,000 Rp. 400,000 Rp. 50

30
Packaging Rp. 200,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Setelah itu bebankan biaya overhead kepada masing-masing produk perusahaan.


Produk sepatu

Aktivitas Tarif Jumlah Total Biaya OH Biaya OH / Unit


Rekayasa Rp. 2 Rp. 35,000 Rp. 70,000 Rp. 2
Set up Rp. 5 Rp. 50,000 Rp. 250,000 Rp. 5
Mesin Rp. 50 Rp. 250,000 Rp. 12,500,000 Rp. 50
Packaging Rp. 2 Rp. 50,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Total Rp. 12,920,000 Rp. 59

Produk sandal

Aktivitas Tarif Jumlah Total Biaya OH Biaya OH / Unit


Rekayasa Rp. 2 Rp. 15,000 Rp. 30,000 Rp. 2
Set up Rp. 5 Rp. 50,000 Rp. 250,000 Rp. 5
Mesin Rp. 50 Rp. 150,000 Rp. 7,500,000 Rp. 50
Packaging Rp. 2 Rp. 50,000 Rp. 100,000 Rp. 2

Total Rp. 7,880,000 Rp. 59

Jadi, biaya per unit dengan perhitungan metode akuntansi ABC adalah

Keterangan Sepatu Sandal


Biaya Utama* Rp. 10,000,000 Rp. 10,000,000
Biaya OH** Rp. 59,000 Rp. 118,000

31
Jumlah Rp. 10,059,000 Rp. 10,118,000
Unit produksi (unit) 1,000 2,000
Harga per unit*** Rp. 10,059 Rp. 5,059

*Biaya utama = Biaya utama x Volume produksi


**Biaya OH =  Total biaya OH x Volume produksi
***Harga per unit = (Jumlah biaya utama + Biaya OH) : Unit produksi

Mari kita gambarkan konsep ABC dengan melihat dua kegiatan manufaktur yang umum: (1)
perawatan mesin produksi untuk menjalankan proses produksi, dan (2) produksi aktual dari
unit produk.

Mari kita berasumsi bahwa perusahaan memiliki biaya overhead manufaktur tahunan dari $
2.000.000 — $ 200.000 yang secara langsung terlibat dalam pemasangan mesin produksi.
Selama satu tahun ini perusahaan mengharapkan untuk melakukan 400 pembelian dan
perawatan mesin.  Kemudian kita juga berasumsi bahwa ukuran produksi sangat bervariasi,
tetapi upaya perawatan untuk setiap mesin sama.

Biaya per perawatan dihitung menjadi $ 500 ($ 200.000 biaya per tahun dibagi dengan 400
perawatan per tahun). Di bawah ABC, $ 200.000 dari overhead akan dipandang sebagai biaya
per kuota produksi

Ini berarti bahwa $ 200.000 pertama-tama akan dialokasikan ke kuota produk yang akan
diproduksi (disebut alokasi Tahap 1), dan kemudian ditugaskan ke unit produk di setiap kuota
produksi (disebut alokasi Tahap 2).

Misalnya, jika kuota X terdiri dari 5.000 unit produk, biaya perawatan per unit adalah $ 0,10
($ 500 dibagi 5.000 unit). Jika kuota Y adalah 50.000 unit, biaya per unit untuk pemasangan
adalah $ 0,01 ($ 500 dibagi dengan 50.000 unit).

Untuk mempermudah, mari kita asumsikan bahwa sisa biaya produksi sebesar $ 1.800.000
disebabkan oleh aktivitas produksi yang berkorelasi dengan 100.000 jam mesin perusahaan.

Berikut contoh dua aktivitas sederhana, mari kita lihat bagaimana tarif untuk mengalokasikan
overhead manufaktur akan terlihat dengan ABC dan tanpa ABC:

  Dengan ABC Tanpa ABC

Manufacturing overhead cost assigned to setups $200.000 $0

Number of setups 400 Tidak Dapat

32
  Dengan ABC Tanpa ABC

Diterapkan

Manufacturing overhead cost per setup $500 $0

Total manufacturing overhead costs $2.000.000 $2.000.000

Less: cost traced to machine setups $200.000 $0

Manufacturing O/H cost allocated on machine $1.800.000 $2.000.000


hours

Machine hours (MH) 100.000 100.000

Manufacturing overhead cost per MH $18 $20

Manufacturing overhead cost allocations

Selanjutnya, mari kita lihat apa dampak manufacturing overhead cost allocations atau biaya
overhead teknik alokasi terhadap biaya per unit dari unit output tertentu. Asumsikan bahwa
perusahaan memproduksi per kuota 5.000 unit dan menghasilkan 50 unit per jam mesin,
berikut adalah bagaimana biaya yang ditetapkan untuk unit dengan ABC dan tanpa ABC

  Dengan ABC Tanpa ABC

Manufacturing overhead for setting up $500 $0


machine

No. of unit in bacth 5.000 Tidak Dapat Diterapkan

Manufacturing O/H caused by setup per unit $0.10 Tidak Dapat Diterapkan

Manufacturing overhead cost per machice $18 $20


hour

No. of unit produced per machine hour 50 50

33
  Dengan ABC Tanpa ABC

Manufacturing O/H caused by production per $0.36 $0.40


unit

Total Manufacturing O/H Allocated per unit $0.46 $0.40

Jika perusahaan memproduksi per kuota 50.000 unit dan menghasilkan 50 unit per jam
mesin, Berikut ini adalah perbedaan bagaimana biaya yang ditetapkan untuk unit dengan
ABC dan tanpa ABC.

  Dengan ABC Tanpa ABC

Manufacturing overhead for setting up machine $500 $0

No. of unit in bacth 5.000 Tidak Dapat Diterapkan

Manufacturing O/H caused by setup per unit $0.10 Tidak Dapat Diterapkan

Manufacturing overhead cost per machice hour $18 $20

No. of unit produced per machine hour 50 50

Manufacturing O/H caused by production per $0.36 $0.40


unit

Total Manufacturing O/H Allocated per unit $0.37 $0.40

Seperti yang diilustrasikan tabel di atas, dengan activity based costing, biaya per unit
berkurang dari $ 0,46 menjadi $ 0,37 karena biaya perawatan kegiatan tersebar di 50.000
unit, bukan 5.000 unit. Tanpa ABC, biaya per unit adalah $ 0,40 terlepas dari jumlah unit
dalam setiap kuota produksi.

34
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang


mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC
memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang
tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen. Akuntansi
biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi

35
pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan
manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa
yang menimbulkan biaya.

Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang tidak
diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen. Akuntansi biaya
tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran
pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan
biaya.

Adapun Keunggulan ABC yaitu:


1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi
biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar. 
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume, yang 21dilakukan untuk mencari break even atas produk yang
bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai
merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih
efisien dan lebih tinggi.
3.2 SARAN

Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan lebih maju lagi jika mengimplementasikan ABC


maupun ABM System, mengingat betapa bagusnya pengggunaan metode ini dibandingkan
dengan metode perhitungan tradisional. Perusahaan-perusahaan di Indonesia alangkah

36
baiknya dapat menggunakan metode yang tepat dalam melakukan perhitungan biaya yaitu
dengan menerapkan sistem ABC ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://sarjana-manajemen.blogspot.com/2017/06/actuvity-based-costing.html
https://www.ukirama.com/en/blogs/sudah-tahu-model-akuntansi-abc-activity-based-
costing-penetapan-biaya-berbasis-akuntansi-ini-penting-untuk-anda-ketahui
https://akuntansiterapan.com/2014/02/17/activity-based-costing/
https://cpssoft.com/blog/akuntansi/activity-based-costing-pengertian-lengkap-dan-
contohnya/

37

Anda mungkin juga menyukai