Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN INVESTASI DAN PEMBELANJAAN MODAL KERJA

Disusun Oleh :

1. Valen Ayu Primadini (719212752)

2. Riskiatin Fiah Rohimah (719212762)

3. Firda Wildaning Tyas (719212769)

4. Moh. Zainuri (719212884)

UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang memberikan kemudahan dan kelancaran
sehingga kelompok kami bisa melaksanakan Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan yakni
dalam membuat dan menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Kebijakan Investasi dan
Pembelanjaan Modal Kerja” Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan tugas mata kuliah Manajemen Keuangan dan Untuk menambah pengetahuan kita
tentang salah satu permasalahan yang terjadi dalam manajemen keuangan. Penyusun berharap
semoga materi yang telah dibuat dan nantinya akan di presentasikan bisa menambah wawasan
dan ilmu bagi kita yang mendengarkan. Penyusun juga memohon maaf sebesar-besarnya jika di
dalam makalah ini ada kesalahandan kata-kata yang kurang mendukung terkait dengan tema
makalah ini, dan penyusun akan menerima dengan terbuka segala sesuatu kritik dan saran dari
para pihak pembaca. Terimakasih

Sumenep, 5 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

2.1 Pengertian dan Pentingnya Modal Kerja ......................................................................... 3

2.2 Jangka waktu modal kerja ............................................................................................... 3

2.3 Kebutuhan Modal Kerja .................................................................................................. 4

2.4 Kebijakan Investasi modal kerja ..................................................................................... 5

2.5 Kebijakan Pembelanjaan Modal Kerja ........................................................................... 6

2.6 Keuntungan dan Kerugian Pembelanjaan Jangka Pendek ............................................. 7

2.7 Analisis Risiko dan Pengangguran Modal Risiko Proyek ............................................. 7

2.8 Analisis Sensivitas ......................................................................................................... 8

2.9 Analisis Skenario ........................................................................................................... 9

2.10 Analisis Break Even .................................................................................................... 10

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelanjaan modal (capital expenditure) termasuk dalam salah satu konsep penting dalam
suatu teori keuangan perusahaan. Dalam teori tersebut dijelaskan beberapa fungsi keuangan yang
dapat dikendalikan oleh manajer keuangan adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
akifitas pendanaan serta keputusan untuk bagaimana dana tersebut diinvestasikan. Ada beberapa
alasan penting yang menjadikan teori tersebut menarik untuk dianalisis. Dari segi ekonomi
makro, pembelanjaan modal yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu bagian dominan
yang membentuk permintaan agregat untuk barang modal, komponen gross national product,
variabel pertumbuhan ekonomi, serta siklus bisnis (Rudiger Dornbusch 2018). Kedua, pada sisi
ekonomi mikro, pembelanjaan modal mempengaruhi keputusan-keputusan dalam melakukan
produksi, hal ini menyangkut tentang seberapa besar dana yang akan digunakan dalam investasi
berupa aset tetap Snyder (2005) serta rencana strategik (Bromiley 1986). Dalam situasi
perekonomian global seperti sekarang ini, perusahaan bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi
tanpa batas negara. Kondisi seperti ini tentunya mampu menimbulkan persaingan yang sangat
ketat antar perusahaan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, setiap perusahaan dituntut mampu
membaca dan memahami situasi yang terjadi, sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-
fungsi manajemen, seperti di bidang pemasaran, produksi, 2 sumber daya manusia dan keuangan
dengan baik. Opportunity investment yang merupakan suatu pilihan investasi di masa depan
yang memiliki nilai return (pengembalian) yang tinggi mempu mendongkrak nilai perusahaan
menjadi lebih baik. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, pilihan akan investasi (opportunity
investment) semakin banyak tercipta. Keputusan perusahaan untuk melakukan investasi mampu
mengikutcampurkan banyak pihak karena data yang digunakan untuk berinvestasi bukan hanya
dari modal perusahaan tetapi juga dari penjualan saham yang melibatkan banyak investor. Dari
jumlah yang ditanamkan investor, sudah pasti mereka menginginkan timbal balik positif yaitu
nilai return yang tinggi dari apa yang mereka tanamkan (Herlianto 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas,maka masalah yang di hadapi
adalah :
1. Beberapa fungsi keuangan
2. Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Beberapa fungsi keuangan
2. Agar lebih memahami Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen

1.4 Manfaat
Tujuan disusunnya makalah ini agar banyak orang lebih mengerti keseluruhan tentang
Kebijakan Investasi dan Pembelanjaan Modal Kerja

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancer perusahaan yang digunakan untuk melakukan
kegiatan operasi perusahaan.  (Kasmir 2012:250). Terdapat 2 konsep modal kerja yang sering
digunakan :
a.       Modal Kerja Kotor  atau Gross Working Capital
Keseluruhan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan yaitu seluruh komponen perusahaan
seperti kas, piutang, dan persediaan merupakan modal kerja perusahan.
b.      Modal Kerja Bersih atau Net Working Capital
Selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar . bagian aktiva yang diperuntukkan membayar
utang tidak termasuk dalam modal kerja bersih perusahaan. Modal kerja bersih merupakan
modal kerja yang digunakan untuk operasional perusahan, bukan untuk membayar utang.

Ada beberapa alasan modal kerja dianggap penting yaitu :


a.       Dalam perusahaan manufaktur, sebagian besar aktivanya merupakan aktiva lancar. Jika
jumlah investasi dalam modal kerja besar, maka perlu dikelola dengan baik.
b.      Ditinjau dari kegiatan manajer keuangan suatu perusahaan , lebih dari separuh waktunya tiap
hari dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Maka dari itu modal kerja penting untuk
menjaga kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari.

2.2 Jangka Waktu Modal Kerja


  Perusahaan Dagang
a.       Modal kerja terikat pada barang dagangan
Perputaran barang dagangan = harga pokok penjualan barang dagangan/persediaan rata-rata
barang dagangan.
Periode terikat modal kerja pada barang dagangan = (360 hari/perputaran barang dagangan) x 1
hari.
b.      Modal kerja terikat pada piutang
Perputaran piutang = penjualan kredit/piutang rata-rata.
Periode terikat modal kerja pada piutang = (360 hari/perputaran piutang) x 1 hari.

3
  Perusahaan Pabrikan
a.       Modal kerja terikat pada bahan baku :
-           perputaran bahan baku = biaya penggunaan bahan baku/rata-rata persediaan bahan baku.
-    Periode terikat modal kerja pada bahan baku = (360 hari/perputaran bahan baku) x 1      
hari   .
b.      Modal kerja terikat pada proses produksi :
·      Perputaran barang dalam proses = biaya produksi : persediaan barang dalam proses
·     Periode terikat modal kerja pada barang dalam proses = 360 hari : perputaran barang dalam
proses
c.       Modal kerja terikat pada barang jadi :
·   Perputaran barang jadi = harga pokok penjualan/persediaan rata-rata barang jadi
·   Periode terikat modal kerja pada barang jadi = 360 hari/perputaran barang jadi
d.      Modal kerja terikat pada piutang :
·   Perputaran piutang = penjualan kredit/piutang rata-rata
·   Periode terikat modal kerja pada piutang = 360 hari/perputaran piutang. 
Jadi periode terikat modal kerja secara keseluruhan adalah :
-  Terikat pada bahan baku                         = a hari
-  Terikat pada barang dalam proses           = b hari
-  Terikat pada barang jadi                         = c hari
-  Terikat pada piutang                               = d hari     
Total hari terikatnya modal kerja               = a+b+c+d hari

2.3 Kebutuhan Modal Kerja

besar kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :


a.       Periode terikatnya modal kerja
b.      Besarnya pengeluaran kas rata-rata

4
Kebutuhan modal kerja  = Periode terikatnya modal kerja X Pengeluaran kas rata-rata.
Berikut ini adalah contoh perhitungan modal kerja menurut Riyanto (2001:59-60):
Aktiva Lancar:
Kas        Rp.   75.000,-
Efek        Rp. 180.000,-
Pihutang Dagang        Rp. 150.000,-
Persediaan Barang        Rp. 120.000,-
J u m l a h        Rp. 525.000,-

Aktiva Tetap:
Tanah        Rp.   75.000,-
Bangunan-bangunan        Rp. 360.000,-
Mesin-mesin        Rp. 240.000,-
J u m l a h        Rp. 675.000,-

Keterangan:
a)      Depresiasi setiap tahunnya:
Bangunan-bangunan        Rp.   22.500,-
Mesin-mesin        Rp.   30.000,-
b)    Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 40%.

2.4 Kebijakan Investasi Modal Kerja

Terdapat 2 pertanyaan mengenai kebijakan modal kerja yaitu berapa modal kerja atau aktiva
lancar yang tepat bagi suatu perusahaan dan bagaimana membelanjai modal kerja atau aktiva
lancar tersebut.
Ada 3 kebijakan berkaitan dengan besar kecilnya jumlah investasi dalam modal kerja ,yaitu ;
a.       Kebijakan Konservatif
Perusahaan menerapkan kebijakan investasi modal kerja konservatif akan mempertahankan
jumlah aktiva lancar yang relatif kecil untuk tingkat penjualan tertentu.

5
b.      Kebijakan Agresif
Perusahaan menerapkan kebijakan investasi modal kerja agresif untuk mempertahankan jumlah
modal kerja yang relatif kecil untuk tingkat penjualan tertentu.
c.       Kebijakan Moderat
Perusahaan yang menerapkan kebijakan investasi modal moderat akan mempertahankan jumlah
modal kerja yang lebih kecil dari kebijakan konservatif tetapi lebih besar dari kebijakan agresif
untuk ttingkat penjualan tertentu.
2.5 Kebijakan Pembelanjaan Modal Kerja

Kebijakan pembelanjaan modal kerja berkaitan dengan penentuan jenis sumber dana yang akan
dipakai untuk membelanjai investasi dalam modal kerja.  Terdapat 3 jenis pembelanjaan modal
kerja yaitu :
a.       Kebijakan pembelanjaan modal kerja konservatif
Kebijakan pembelanjaan modal kerja konservatif seluruh aktiva lancar yang bersifat permanen
dan sebagian aktiva lancar variabel dibelanjai  dengan sumber dana jangka panjang, hanya
sebagian kecil aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
b.      Kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat
Kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat, seluruh aktiva lancar variable dibelanjai dengan
sumber dana jangka pendek, sedangkan aktiva lancar permanen seluruhnya dibelanjai dengan
sumber dana jangka panjang.
c.       Kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif
Kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif seluruh aktiva lancar variable dan sebagian aktiva
lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek, sedangkan sebagian lagi aktiva
lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang.

6
2.6 Keuntungan dan Kerugian Pembelanjaan Jangka Pendek

Walaupun utang jangka pendek pada umumnya memiliki resiko yang lebih tinggi daripada utang
jangka panjang, akan tetapi penggunaan utang jangka pendek juga memiliki keuntungan yaitu :
         Kecepatan
Utang jangka pendek umumnya dapat diperoleh dalam kurun waktu yang lebih cepat
dibandingkan utang jangka panjang. Karena kreditur harus melakukan penilaian yang terinci
berdasarkan perusahaan yang diberi utang.
         Fleksibilitas
Jika perusahaan membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat musiman,
perusahaan barang kali tidak ingin terikat dengan utang jangka panjang karena
1.      Biaya untuk memperoleh pinjaman jangka panjanglebih mahal daripada pinjaman jangka
pendek, sekalipun pinjaman jangka panjang dapat dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo.
2.      Suku bungan utang jangka pendek pada umumnya lebih rendah daripada suku bunga utang
jangka panjang.

Sekalipun utang jangka pendek biayanya lebih murah daripada utang jangka panjang, tetapi
resiko nya lebih besar dibandingkan dengan utang jangka panjang. Hal ini terjadi karena :
1.      Jika perusahaan menggunakan utang jangka panjang, maka biaya bunganya akan relatif
stabil untuk jangka waktu relative panjang. Sedangkan bila perusahaan menggunakan utang
jangka pendek biaya bunganya akan sangat berfluktuasi.
2.      Jika perusahaan terlalu banyak mempergunakan utang jangka pendek , dapat terjadi
perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya sehingga pihak krditur tidak
bersedia untuk memperpanjang pinjaman.

2.7 Analisis Risiko Dan Penganggaran Modal Risiko Proyek

Risiko proyek adalah peristiwa tidak pasti yang bila terjadi akan memiliki efek positif atau
negatif terhadap tujuan proyek (bisa berupa biaya, waktu, mutu, ruang lingkup). Resiko mungkin
memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih dampak. Resiko
memiliki 3 unsur utama didalamnya, dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

7
Tiga Resiko Proyek yang saling berbeda;

1.       Resiko berdikari (Stand Alone Risk = SAR) Adalah resiko khusus dari suatu proyek
(aktiva) tanpa dikaitkan sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki. Resiko ini
diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva/proyek tersebut.
2.       Resiko di dalam perusahaan (Within firm risk atau corporate risk). Adalah resiko diukur
tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Resiko ini diukur dari
variabilitas  laba perusahaan yang  diabaikan oleh suatu proyek tertentu.
3.       Resiko pasar atau beta (Market or Beta risk) Adalah bagian resiko proyek yang tidak dapat
dieliminasi melalui  diversifikasi. Resiko ini diukur dengan koefisien beta proyek.  Analisa
resiko beta (pasar) dapat diukur dengan menggunakan   CAPM dan SML yang menyatakan   
hubungannya dengan resiko.

2.8 Analisis Sensitivitas


Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system produksi dalam
menghasilkan keuntungan.
Dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-
perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya.
Contoh :
  Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan.Alasan dilakukannya
analisis sentivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut :
1.   Adanya cost overrn, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan baku,
produksi, dsb.
2.       Penurunan produktivitas
3.       Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek

Tujuan Analisis Sensitivitas


Menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis,
apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat;

8
1.  Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di dasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang
akan datang 
2.    Analisis pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
kondisi ekonomi dan hasil analisisbisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam
perhitungan biaya atau manfaat 
Bisnis sangat sensitivitas terhadap perubahan akibat beberapa hal :

1.       Harga
2.       Keterlambatan pelaksanaan
3.       Kenaikan biaya
4.       Ketidaktetapan dan perkiraan hasil (produksi)

2.9 Analisis Skenario (Scenario  Analysis)

Adalah tehnik untuk menganalisa resiko dengan membandingkan situasi yang paling
memungkinkan atas skenario dasar (semacam situasi normal) dengan keadaan yang “baik” dan
“buruk”.
Atau disebut juga suatu tehnik analisis resiko yang mempertimbangkan baik sensitivas NPV
terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan (range) dari nilai-nilai variabel
yang sangat menguntungkan.
Tiga jenis analisis skenario           
1.   Skenario terburuk (Worst case scenario) Adalah keadaan dimana untuk semua variabel
masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang wajar.
2.     Skenario terbaik (Best case scenario) Adalah keadaan dimana untuk semua variabel 
masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar.
3.    Skenario dasar (Base scenario)  Adalah keadaan dimana untuk semua variabel diberikan
nilai yang paling menguntungkan.

9
2.10 Analisis Break Even
1.      Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even merupakan suatu
analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan
agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut
dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita
rugi.
2.      Menurut Rony (1990, p. 358) Analisa break even atau disebut Analisis titik impas
merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama
dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.
3.      Bambang Riyanto, dalam bukunya "Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan" mengemukakan
pengertian Analisa Break Even sebagai berikut:
"Analisa Break Even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari
hubungan antara biaya - keuntungan - volume, maka analisa tersebut sering juga disebut 'cost-
profit volume analysis (CPV analysis)', (1982: 290)".

 Manfaat Analisa Break Even Point.

Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat
bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting
dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:

a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus
dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi
biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa break even
untuk manajemen, yaitu :
a. Membantu pengendalian melalui anggaran.
b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.

10
c. Menganalisa dampak perubahan volume.
d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
e. Merundingkan upah.
f. Manganalisa bauran produk.
g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
h. Menganalisa margin of safety.

Sedangkan menurut Sigit (1993, p. 1) analisa Break Even Point mempunyai beberapa manfaat,
diantaranya adalah :
a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu.
b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan

 Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :


Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi (1993, p. 259)
adalah sebagai berikut :
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya

 Dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point Menurut
Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (1993, 259):
a. Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution
margin dan impas.
b. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin

11
dan impas.
c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga
jual.
d. Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak
mempengaruhi laba kontribusi.
e. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan
menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.

12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancer perusahaan yang digunakan untuk melakukan
kegiatan operasi perusahaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. I Made, Sudana. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Praktik. Surabaya: Airlangga


University Press.
2. http://afifwidianto.blogspot.co.id/2014/05/modal-kerja.html

14

Anda mungkin juga menyukai