Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PPh OP Karyawan (2) : PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur”
Tugas Mata Kuliah PPh OP

Dosen Pengampu :
1. Priandhita Sukowidyanti Asmoro, SE., MSA., Ak.
2. Dewi Noor Fatikhah Rokhimakhumullah, SE., MSA.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Danis Firstyari 205030400111010
Mutiara Zahra Arsyita 205030400111025
Nanda Aprilia 205030401111013
Virginia Nabila Parindra Putri 205030400111043
Yurita Anggraini Suprobowati 205030407111030

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pajak Penghasilan
Orang Pribadi berjudul “PPh OP Karyawan (2) : PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan
Tidak Teratur” dengan baik dan lancar. Makalah “PPh OP Karyawan (2) : PPh 21 Pegawai
Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak
Penghasilan Orang Pribadi sebagai proses pembelajaran dalam perkuliahan di Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Makalah ini tidak dapat terwujud dengan baik apabila tidak dibantu oleh peran beberapa
pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Priandhita Sukowidyanti
Asmoro, SE., MSA., Ak. dan Ibu Dewi Noor Fatikhah Rokhimakhumullah, SE., MSA. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang telah membantu dan
memberikan pengajaran kepada kami. Semoga budi baik beliau dibalas dengan baik oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Meski penyusunan makalah “PPh OP Karyawan (2) : PPh 21 Pegawai Tetap dengan
Penghasilan Tidak Teratur” ini dilakukan secara maksimal, namun kami masih merasa ada
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami meminta kepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya pembuatan makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumya.

Malang, 9 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………... 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………… 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Jasa Produksi.... 6
2.2 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Gratifikasi…….. 7
2.3 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Tantiem……..... 8
2.4 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Bonus……...…..9
2.5 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Premi Tahunan.. 10
2.6 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Tunjangan Hari
Raya……………………………………………………………………………... 12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
Sedangkan pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka
waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur.
PPh Pasal 21 memotong beberapa jenis penghasilan, salah satu jenis penghasilan
yang dipotong pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak
teratur. Berdasarkan Pasal 1 angka ‘16’ PER 16/2016 Penghasilan pegawai tetap yang
bersifat tidak teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang
bersifat teratur, yaitu yang diterima satu kali dalam satu tahun atau periode lainnya,
antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat yang kurang mengerti mengenai penghasilan pegawai tetap yang bersifat
teratur. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai PPh 21
Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Jasa Produksi, Gratifikasi,
Tantiem, Bonus, Premi Tahunan, dan Tunjangan Hari Raya (THR).

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Jasa
Produksi?
2. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Gratifikasi?
3. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Tantiem?
4. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Bonus?
5. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Premi Tahunan?
6. Bagaimana PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Tunjangan Hari Raya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Jasa
Produksi
2. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Gratifikasi
3. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Tantiem
4. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Bonus
5. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Premi Tahunan
6. Memahami PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas
Tunjangan Hari Raya

5
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan Pasal 1 angka ‘16’ PER 16/2016 penghasilan pegawai tetap yang bersifat
tidak teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur,
yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus,
Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apapun.
Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus,
premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan
biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara
sebagai berikut :
1. dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan
penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
2. dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa
produksi, dan sebagainya.
3. selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan angka 1 dan angka 2 adalah PPh Pasal
21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
Dalam hal pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak awal
tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas penghasilan
yang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara sebagaimana dimaksud diatas dengan
memperhatikan ketentuan mengenai Penghitungan PPh Pasal 21 Bulanan atas Penghasilan
Teratur.

2.1 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Jasa Produksi
Berdasarkan penjelasan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, Jasa Produksi dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada
pegawai/pekerja karena hasil pekerjaannya yang sangat dihargai oleh konsumen hingga
karenanya masih diperoleh laba. Pembayaran jasa produksi ini termasuk dalam
pengertian biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai Pasal
6 ayat (1) huruf a UU PPh sehingga dapat diperhitungkan dalam mengurangi penghasilan
bruto perusahaan (menjadi deductible expense). Tetapi, apabila pembayaran jasa
produksi tersebut berasal dari Laba Ditahan (Retained Earning), pembayaran tersebut
tidak dapat diperhitungkan dalam mengurangi penghasilan bruto perusahaan.

6
Contoh penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap dengan penghasilan tidak teratur
atas Jasa Produksi
Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Nusa. Pada tanggal 1 Januari 2016 telah berhenti
bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2016 Victoria Endah
menerima jasa produksi tahun 2014 dari PT Fajar Wisesa sebesar Rp 55.000.000,00
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp 5.000.000,00 Rp 750.000,00 +
PPh Pasal 21 yang harus dipotong : Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada
mantan pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan
yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan
yang telah diterima sebelumnya.
• Pasal 17 Ayat 1 UU PPh yaitu Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha
Tetap adalah sebesar 28%.
• Pasal 17 Ayat 2 UU PPh, tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diturunkan menjadi paling rendah sebesar 25%.

2.2 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Gratifikasi
Berdasarkan Penjelasan Pasal 12B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Gratifikasi merupakan pemberian dalam
arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik. Seperti halnya dengan bonus dan jasa produksi, pemberian
gratifikasi merupakan deductible expense selama gratifikasi yang diberikan tersebut tidak
berasal dari Laba Ditahan (Retained Earning) perusahaan.

7
2.3 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Tantiem
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ.44/1992
angka 3, Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada Direksi dan
Komisaris oleh pemegang saham yang didasarkan pada suatu prosentase/jumlah tertentu
dari laba perusahaan setelah kena pajak, sehingga pemberian Tantiem tidak dapat
dibebankan sebagai biaya dalam perusahaan untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak
(PKP) dan bagi penerimanya merupakan penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21.
Tantiem merupakan salah satu dari jenis bonus tahunan. Bedanya tantiem adalah
keuntungan perusahaan yang dihadiahkan kepada direksi dan komisaris oleh pemegang
saham berdasarkan persentase atau jumlah tertentu dari laba bersih yang ditentukan
dalam pasal 70 ayat 1 UU No.4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Contoh perhitungan
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji
sebesar Rp6.500.000,00 sebulan. PT Qolbu Jaya mengalami keuntungan yang
rencananya keuntungannya akan dibagi kepada pegawai. Pada bulan Maret 2013 Joko
Qurnain memperoleh bonus sebesar Rp5.000.000,00 sehingga pada bulan Maret 2013
Joko Qurnain memperoleh penghasilan berupa gaji sebesar Rp2.500.000,00 dan bonus
sebesar Rp5.000.000,00. Setiap bulannya Joko Qurnain membayar iuran pensiun ke dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas tantiem adalah :
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus tantiem (penghasilan setahun) :
Gaji setahun (12 x Rp 6.500.000,00) = Rp78.000.000,00
Tantiem = Rp 5.000.000,00
--------------------+
Penghasilan bruto setahun = Rp 83.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 83.000.000,00 = Rp 4.150.000,00
2. luran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 = Rp 720.000,00
--------------------+

8
= Rp 4.870.000,00
-------------------- -
Penghasilan neto setahun = Rp 78.130.000,00
PTKP
untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00
-------------------- -
Penghasilan Kena Pajak = Rp 24.130.000,00
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 24.130.000,00 = Rp 1.206.500,00

2.4 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Bonus
Mengacu pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/MEN/1990 tentang
Pengelompokan Upah, bonus bukan merupakan bagian dari upah, melainkan
pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja
menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena
peningkatan produktivitas. Sedangkan dalam PP No. 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan, disebutkan jika bonus termasuk dalam pendapatan non upah dan dapat
diberikan oleh perusahaan atas keuntungan yang didapat. Penetapan besarnya pun diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Secara umum, bonus adalah tambahan penghasilan di luar gaji/ upah kepada
seorang pegawai atau dividen tambahan kepada pemegang saham. Bonus yang diberikan
oleh perusahaan dibagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah bonus tahunan,
bonus prestasi, bonus retensi, bonus referral, bonus akhir tahun, dan tantiem.

Contoh perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap Penghasilan Tidak Teratur Atas Bonus
Joko (tidak kawin) bekerja pada PT Gandaria dengan memperoleh gaji sebesar
Rp6.000.000,00 sebulan. Pada bulan Maret 2020 Joko memperoleh bonus sebesar
Rp5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp60.000,00. Bila diminta
menghitung PPh 21 atas Bonus, maka cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x Rp 6.000.000,00) = Rp 72.000.000,00
Bonus = Rp 5.000.000,00 (+)
Penghasilan bruto setahun = Rp 77.000.000,00

9
Pengurangan :
1) Biaya Jabatan
5% x Rp 77.000.000,00 = Rp 3.850.000,00
2) luran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 = Rp 720.000,00 (+)
= Rp 4.570.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 72.430.000,00
PTKP (TK/0)
untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 18.430.000,00
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 18.430.000,00 = Rp 921.500,00

PPh Pasal 21 atas Gaji setahun


Gaji setahun (12 x Rp6.000,000,00) = Rp 72.000.000,00
Pengurangan :
1) Biaya Jabatan
5% x Rp 72.000.000,00 = Rp 3.600.000,00
2) luran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 = Rp 720.000,00 (+)
= Rp 4.320.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 67.680.000,00
PTKP (TK/0)
untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 13.680.000,00
PPh Pasal 21 terutang (5% x Rp 13.680.000,00) = Rp 684.000,00

PPh Pasal 21 atas Bonus


PPh Pasal 21 atas Bonus adalah :
Rp 921.500,00 - Rp 684.000,00 = Rp 237.500,00

2.5 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Premi Tahunan
Premi tahunan merupakan hadiah (uang dan sebagainya) yang diberikan sebagai
pendorong untuk meningkatkan prestasi kerja yang diterima sekali dalam satu tahun atau
periode lainnya.

10
Contoh perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap Penghasilan Tidak Teratur atas Premi
Tahunan
Karyawati Shanaya Aqeela (tidak kawin) bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan
memperoleh gaji sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program BPJS
Ketenagakerjaan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dan
iuran Jaminan Hari Tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar
1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji. Shanaya Aqeela membayar iuran Pensiun Rp
50.000,00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Pada
bulan April 2016 Shanaya Aqeela memperoleh bonus sebesar Rp 6.000.000,00 sehingga
pada bulan April 2016 Shanaya Aqeela menerima pembayaran berupa gaji sebesar
sebesar Rp 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp 6.000.000,00. Cara menghitung PPh
Pasal 21 atas bonus adalah sebagai berikut :
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
Penghasilan setahun
Gaji 12 x Rp 5.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
Bonus = Rp 6.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 50.000,00 = Rp 600.000,00
Premi Jaminan Kematian 12 x Rp 15.000,00 = Rp 180.000,00 (+)
Penghasilan bruto setahun = Rp 66.780.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 66.780.000,00 = Rp 3.339.000,00
2. Iuran Pensiun setahun
12 x Rp 50.000,00 = Rp 600.000,00
3. Jaminan Hari Tua
12 x Rp 100.000,00 = Rp 1.200.000,00 (+)
= Rp 5.139.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 61.641.000,00
PTKP setahun
untuk Wajib Pajak sendiri = Rp 54.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun = Rp 7.641.000,00
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 7.641.000,00 = Rp 382.050,00

11
PPh Pasal 21 atas Gaji setahun
Penghasilan setahun
Gaji 12 x Rp 5.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 50.000,00 = Rp 600.000,00
Premi Jaminan Kematian 12 x Rp 15.000,00 = Rp 180.000,00 (+)
Penghasilan bruto setahun = Rp 60.780.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 60.780.000,00 = Rp 3.039.000,00
2. Iuran Pensiun setahun
12 x Rp 50.000,00 = Rp 600.000,00
3. Jaminan Hari Tua
12 x Rp 100.000,00 = Rp 1.200.000,00 (+)
= Rp 4.839.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 55.941.000,00
PTKP setahun
untuk Wajib Pajak sendiri = Rp 54.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun = Rp 1.941.000,00
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 1.941.000,00 = Rp 97.050,00

PPh Pasal 21 atas Bonus


PPh Pasal 21 atas Bonus adalah Rp 382.050,00 - Rp 97.050,00 = Rp 285.000,00

2.6 PPh 21 Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur atas Tunjangan Hari
Raya
THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan dengan perhitungan proposional
dan dibayarkan menjelang hari raya keagamaan.
Perhitungan PPh 21 atas THR dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk THR, tarif
diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 tahun dengan
ketentuan :
• Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan
teratur dalam 1 bulan dikalikan 12.

12
• Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur maka
perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 tahun adalah sebesar
jumlah pada poin sebelumnya ditambah dengan jumlah penghasilan yang
bersifat tidak teratur.

Contoh perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap Penghasilan Tidak Teratur Atas THR
Heru merupakan karyawan tetap di PT ABC yang telah bekerja selama 13 bulan dengan
gaji per bulannya sebesar Rp 6.000.000. Heru telah menikah dengan pasangannya yang
tidak bekerja dan memiliki 1 orang anak. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Heru
mendapatkan THR sebesar 1x gajinya yaitu Rp 6.000.000. Maka, berapa besaran pajak
atas THR Heru? Maka :
Pertama-tama, mulai hitung pajak penghasilan Heru. Dimulai dari menentukan besaran
penghasilan neto setahun Heru.
PPh 21 atas Gaji
Gaji setahun (12 x Rp 6.000.000) = Rp72.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% x Rp 72.000.000) = Rp 3. 600.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 68.400.000,00
PTKP (K/1)
untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00
untuk status kawin = Rp 4.500.000,00
untuk tanggungan 1 anak = Rp 4.500.000,00 (+)
= Rp 63.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 5.400.000,00
PPh 21 terutang setahun (5% x Rp 5.400.000) = Rp 270.000,00
PPh 21 atas Gaji dan THR (setahun)
Penghasilan bruto (Gaji setahun + THR) = Rp 78.000.000,00
Pengurangan :
Biaya jabatan (5% x Rp 78.000.000) = Rp 3.900.000,00 (-)
Penghasilan neto setahun = Rp 74.100.000,00
PTKP (K/1)
untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00
untuk status kawin = Rp 4.500.000,00
untuk tanggungan 1 anak = Rp 4.500.000,00 (+)

13
= Rp 63.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 11.100.000,00
PPh 21 terutang setahun (5% x Rp 11.100.000) = Rp 550.000,00
PPh 21 atas THR
PPh 21 atas THR = PPh 21 terutang setahun – PPh atas gaji
= Rp 550.00,000 – Rp 270.000,00
= Rp 280.000,00
Maka, pajak atas THR Heru adalah sebesar Rp 280.000,00.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pasal 1 (16) PER 16/2016 penghasilan pegawai tetap yang bersifat
tidak teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat
teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa
bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan
sejenis lainnya dengan nama apapun.
Penghasilan pegawai tetap yang bersifat tidak teratur atas Jasa Produksi
didefinisikan dalam penjelasan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, bahwa Jasa Produksi dimaksudkan untuk memberikan penghargaan
kepada pegawai/pekerja karena hasil pekerjaannya yang sangat dihargai oleh konsumen
hingga karenanya masih diperoleh laba. Kemudian, berdasarkan Penjelasan Pasal 12B
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
istilah Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, dan dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik ataupun tanpa sarana elektronik.
Secara umum, bonus adalah tambahan penghasilan di luar gaji/ upah kepada
seorang pegawai atau dividen tambahan kepada pemegang saham. Bonus yang diberikan
oleh perusahaan dibagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah bonus tahunan,
bonus prestasi, bonus retensi, bonus referral, bonus akhir tahun, dan tantiem. Yang juga
termasuk ke dalam bonus tahunan adalah tantiem. Namun bedanya, tantiem tersebut
didasarkan pada keuntungan perusahaan yang dihadiahkan kepada direksi dan komisaris
oleh pemegang saham berdasarkan persentase atau jumlah tertentu dari laba bersih yang
ditentukan Undang-Undang. Selanjutnya, premi tahunan merupakan hadiah (uang dan
sebagainya) yang diberikan sebagai pendorong untuk meningkatkan prestasi kerja yang
diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya. Sedangkan, THR (Tunjangan Hari
Raya) adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan dengan perhitungan
proporsional dan dibayarkan menjelang hari raya keagamaan.

15
Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus,
premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap
dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong
dengan cara sebagai berikut :

1. dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan
penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

2. dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa
produksi, dan sebagainya.
3. selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan angka 1 dan angka 2 adalah PPh
Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. “Pajak Penghasilan 21 Bagi Mantan Pegawai”.


https://pph21.id/?mod=pph21&page=show&modul=studi&id=177. Diakses tanggal 9
April 2021.
Anonim. 2020. “Bagaimana Perhitungan PPh 21 THR? Simak Penjelasannya di Sini -
Rusdiono Consulting”. https://www.rusdionoconsulting.com/bagaimana-perhitungan-
pph-21-thr-simak-penjelasannya-di-sini/. Diakses tanggal 10 April 2021.
Anonim. “Menghitung PPh 21 atas Bonus”.
https://sites.google.com/site/referensipajak/menghitung-pph-21-atas-bonus. Diakses
tanggal 10 April 2021.
Anonim. 2014. “Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan
Berupa: Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Tunjangan Hari Raya Atau Tahun Baru,
Bonus, Premi, Dan Penghasilan Sejenis Lainnya Yang Sifatnya Tidak Tetap Dan Pada
Umumnya Diberikan Sekali Dalam Setahun”.
http://www.kabarpajak.com/2014/04/contoh-penghitungan-pemotongan-pph_26.html.
Diakses tanggal 10 April 2021.
Bisniscombestfriend. 2020. “Pengenaan Tarif Pajak PPh Pasal 17”.
https://bisnisbestfriend.co.id/pengenaan-tarif-pajak-pph-pasal-17/. Diakses tanggal 9
April 2021.
Galuh, Nora. 2020. “Beda Penghasilan Pegawai Tetap Bersifat Teratur dan Tidak Teratur”.
https://news.ddtc.co.id/beda-penghasilan-pegawai-tetap-bersifat-teratur-dan-tidak-
teratur-21297. Diakses tanggal 9 April 2021.
OnlinePajak. 2019. “Perhitungan PPh 21 Terbaru dengan PTKP 2021”. https://www.online-
pajak.com/tentang-pph21/perhitungan-pph-21. Diakses tanggal 10 April 2021.
Rafinska, Kezia. 2020. “Kenali Tantiem & 5 Jenis Bonus Tahunan Karyawan Lainnya”.
https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/tantiem-dan-bonus-tahunan. Diakses
tanggal 9 April 2021.
Republik Indonesia. 1995. Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
02/PJ./1995. https://ortax.org/files/lampiran/95PJ_KEP02.htm. Diakses tanggal 9
April 2021.
Republik Indonesia. 2009. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
31/PJ/2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26

17
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
https://www.ortax.org/files/lampiran/09PJ_PER31.html. Diakses tanggal 9 April
2021.
Republik Indonesia. 2016. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
https://pajaksite.files.wordpress.com/2016/11/lampiran-per-16-pj-2016-29-sept-
2016.pdf. Diakses tanggal 9 April 2021.
Sandi, Fajar Billy. 2020. “Bonus Akhir Tahun: Pengertian & Cara Penghitungannya”.
https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/bonus-akhir-tahun. Diakses tanggal 10
April 2021.
Suparman, R. Agus. 2020. “Menghitung PPh Pasal 21”.
https://aguspajak.com/2020/07/01/pph21/. Diakses tanggal 10 April 2021.
Tim Redaksi Ortax. 2016. “Pajak Penghasilan 21”.
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=177&q=&hlm=5. Diakses
tanggal 10 April 2021.
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/hbp/files/basic-html/page342.html

18

Anda mungkin juga menyukai