Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP EKUITAS DAN PERMASALAHANNYA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Auditing


Dosen Pengampu: 1. Drs. Kusmuriyanto, M.Si.
2. Ratieh Widhiastuti, S.P.d, M.Si.

Disusun oleh:

1. Nanda Agung Wicaksono (7101414012)


2. Feliya Gufrona (7101414033)
3. Ipit Solichatun (7101414039)
4. Ubaed Mubarok (7101414344)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Konsep Ekuitas dan Permasalahannya yang disusun sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Teori Akuntansi. Dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Kusmuriyanto, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori
Akuntansi.
2. Ibu Ratieh Widhiastuti, S.Pd., M.Si, sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori
Akuntansi.
3. Kedua orang tua dan segenap keluarga besar kami yang telah memberikan
dukungan, semangat, kasih sayang dan kepercayaan yang begitu besar.
4. Rekan-rekan dari rombel Pendidikan Akuntansi A 2014, dan semua pihak yang
membantu penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk perbaikan yang akan datang. Penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Semarang, Mei 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Konsep Ekuitas ................................................................................ 3
2.2. Teori Ekuitas .................................................................................... 3
2.3. Elemen Ekuitas Pemegang Saham ................................................... 12
2.4. Perubahan Modal Setoran ................................................................ 16
2.5. Perubahan Laba Ditahan .................................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk
perseorangan, istilah ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity)
lebih merefleksi kata yang ingin dikandungnya. Istilah modal sering digunakan pula
sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah
capital.Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi
nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan
adanya pemilikan.

Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan


pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting
karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan
pemegang saham. dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham
merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau
dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan "utang"
perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham
dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan
pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah
bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan
tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.

Karena konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statemen


keuangan, tidak terdapat masalah semantik atau definisional dalam pembahasan
ekuitas seperti halnya elemen pendapatan, biaya dan laba. Teori ekuitas yang
bersifat semantik adalah teori sudut pandang atau teori entitas. Ekuitas pemegang
saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba
ditahan .sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai modal
bentukan atau ciptaan. Setoran pemegang saham juga dipengaruhi oleh berbagai
aspek, baik dari pemodal maupun dari aktivitas operasi suatu usaha.

1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, yakni:
1. Bagaimana konsep dari ekuitas?
2. Bagaimana teori-teori yang ada didalam ekuitas?
3. Apa sajakah elemen-elemen ekuitas pemegang saham?
4. Bagaimana perubahan pada modal disetor?
5. Bagaimana perubahan pada laba ditahan?

1.3. Tujuan
Tujuan penyusunan makah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep dari ekuitas.
2. Untuk mengetahui teori-teori yang ada di dalam ekuitas.
3. Untuk mengetahui elemen-elemen ekuitas pemegang saham.
4. Untuk mengetahui perubahan dalam modal disetor
5. Untuk mengetahui perubahan dalam laba ditahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Ekuitas


Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim
sisa (residual claim) terhadap aktiva. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat
didefinisikan tersendiri, terpisah dari aktiva dan hutang. Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of Financial Accounting
Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai hak sisa terhadap suatu entitas
setelah dikurangi hutang.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah
sebagai berikut:
a) Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
b) Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan
aktiva neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan
biaya) maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.

2.2. Teori Ekuitas


Teori Ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang
digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat
tergantung pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling
berkepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini membahas
pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan
keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format
pelaporan yang berbeda pula.

1. Teori Pemilikan (ProprietaryTheory)


Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan
berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam

3
akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya
dilihat dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah
meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan:

Aktiva Liabilitas = Modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan


kewajiban pemilik. Kepemilikan dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan
untuk pemilik. Ketika usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik.
Selama berjalannya usaha maka nilai perusahaan sama dengan investasi awal
ditambah akumulasi laba bersih setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori
proprietariy menganut wealth concept.

Teori Proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan


perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan
personal antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini
disebabkan net income ditambahkan setiap periode ke rekening modal pemilik
walaupun perhitngan laba bersih tidak mengukur kenaikan bersih kekayaan
(wealth).

Teori proprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan


peseroan terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Namun
demikian, dalam praktik banyak yang memandang bahwa total modal saham yang
diinvestasikan dan laba ditahan dianggap sebagai kekayaan bersih pemilik dan hal
ini mngimplikasikan teori proprietary. Konsep laba komprehensif yang diadopsi
oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua
item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan deviden
dan transaksi modal.
Teori proprietary banyak mempengaruhi praktik-praktik akuntansi maupun
terminologi akuntansi perusahaan perseroan terbatas. Sebagai contoh, laba bersih
suatu persahaan sering dianggap sebagai laba bersih bagi pemilik. Lebih jauh lagi
laporan keuangan harus menunjukan pada earning per share dan book value per
share. Pengertian laba bersih bagai pemilik dapat diinterpretasikan sebagai sisa

4
laba bersih yang dialokasikn kepada modal pemilik dan book value per share
dapat diinterpretasikan sebagai book equity per share menurut pendekatan entitas.

Oleh karena sudut pandang yang digunakan adalah pemilik, maka


pengukuran daengan menggunakan current value dipandang lebih relevan
dibandingkan historical cost.

Makna Laba (income)


Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik,
sementara biaya diartikan sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba
merupakan kenaikan kekayaan/ kemakmuran pemilik selama satu periode yang
menjadi hak bagi pemilik. Pemakaian teori proprietary dalam akuntansi
memberikan implikasi sebagai berikut :
Semua kejadian/transaksi yang mempengaruhi perubahan kekayaan/
kemakmuran pemiliki dalam satu periode harus dimasukkan sebagai penentu
laba.
Perusahaan merupakan alat bagi pemilik untuk mencapai tujuannya bukan
sebagai entitas yang berdiri sendiri terpisah dari pemilik.
Dividen merupakan distribusi laba bagi pemilik.
Bungan pinjaman dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya.
Gaji yang dibayarkan pada pemilik sebagai karyawan tidak dapat diperlakukan
sebagai biaya karena pemilik dianggap sama dengan perusahaan.

2. Teori Entitas/ Kesatuan Usaha (Entity Theory)


Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori
proprietary. Perkembangan saat ini kenyataannya kegiatan usaha menyebabkan
perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik.
Hal ini berarti terdapat pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
perusahaan. Dengan demikian, transaksi/ keajdian yang dicatat dan
dipertanggungjawabkan adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan
dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik.
Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:

5
Aktiva = Hutang + Modal

Atau

Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik)

Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi
sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam persamaan.
Perbedaan utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat
dinilai secara independen dari penilaian yang lain jika perusahaan dalam keadaan
solvent, sedangkan hak pemegang saham atau pemilik diukur dari penilaian aktiva
yang diinvestasikan ditambah laba yang diinvestasikan kembali. Namun demikian,
hak pemegang saham untuk menerima dividen dan bagian aktiva jika dilikuidasi
adalah hak sebagai pemegang saham bukan hak sebagai pemilik aktiva khusus.

Jadi, hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan


hak perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya. Penilaian
aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan.
Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan
bersih modal pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi dividen
dan transaksi modal.

Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba
bersih adalah laba bagi pemegang saham. Laba bersih dalam konsep entitas
menggambarkan sisa perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim,
termasuk bunga hutang jangka panjang dan pajak penghasilan.

Jika konsep teori entitas ini dipegang teguh, maka bunga hutang harus
diperlakukan sebagai distribusi laba entitas dan bukan sebagai biaya. Jadi semua
distribusi dan alokasi kepada pemegang saham (equity holder) harus dianggap
sebagai alokasi laba perusahaan perseroan terbatas. Oleh karena laba bersih
perusahaan tidak dianggap sebagai laba bersih untuk pemilik, maka penghasilan
dan biaya tidak meningkat atau menurun didalam ekuitas pemilik. Penghasilan
adalah produk perusahaan, dan biaya adalah barang atau jasa yang dikonsumsi
untuk memperoleh penghasilan. Jadi biaya dikurngkan dari penghasilan dan

6
selisihnya merupakan laba perusahaan yang akan didistribusikan kepada pemegang
saham dalam bentuk deviden atau diinvestasikan kembali ke perusahaan.

Teori entitas cocok diterapkan untuk oganisasi yang berbentuk perseroan


terbatas (corporate), tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki
eksistensi yang terpisah dari individu pemilik. Teori ini sangat relevan untuk
penyusunan laporan keuangan konsolidasi, walaupun dalam kaitan ini entitas
ekonomi lebih relevan sebagai entitas akuntansi dibandingkan dengan entitas
legalnya.

Perbedaan antara teori proprietary dan teori entitas menimbulkan perbedaan


dalam melakukan penilaian aktiva. Dengan teori proprietary, aktiva harus dinilai
dengan nilai sekarang (current value) oleh karena ekuitas pemilik dianggap sebagai
kekayaan bersih. Sedangkan dengan teori entitas, perusahaan tidak berhubungan
dengan nilai sekarang oleh karena penekanannya adalah akuntabilitas cost kepada
pemilik atau pemegang saham lainnya. Dengan demikian dasar pengukuran yang
relevan adalah historical cost.

Teori entitas memiliki dua versi yaitu versi traditional dan versi baru.
Perbedaan kedua versi tersebut terletak pada sudut pandang yang digunakan dalma
melihat entitas.

a) Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang
ekuitas (Equility holders), yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan
investasi yang dilakukan pemilik.

b) Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya
sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian
laporan kepada pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan
menjaga hubungan baik pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana
yang diperlukan dimasa mendatang.

Meskipun kedua pandangan di atas memusatkan perhatiannya pada kesehatan


usaha (entitas yang independen) namun pandangan tradisional melihat pemegang
ekuitas sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedang

7
pandangan versi baru, melihat pemegang saham ekuitas sebagai pihak diluar
perusahaan. Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang
memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:

Aktiva = Ekuitas

Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu


unit suatu usaha. Kreditor memiliki klaim yang secara spesifik dapat ditentukan,
sementara pemegang saham memiliki klaim atas sisa aktiva dalam kasus likuidasi.
Pemegang saham memiliki hak terhadap total aktiva dan dividen apabila
diumumkan oleh dewan direktur. Meskipun demikian hak yang diterima didasarkan
pada perjanjian kontraktual yang ada. Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan
mengandung makna sebagai berikut :
Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha.
Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama.
Aktiva adalah milik perusahaan
Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai
total aktiva sama dengan jumlah pasivanya.

Makna Laba
Dalam pendekatannya ekuitas ini, laporan rugi laba lebih relevan
dibandingkan neraca. Alasannya :
Pemegang ekuitas lebih tertarik pada laba yang merupakan hasil dari investasi
mereka
Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan
perusahaan
Biaya adalah cost aktiva/jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan.
Tekanan teori ini adalah pada aktiva karena aktiva dipandang lebih riil
daripada ekuitas.

8
Laba Ditahan
Menurut pandangan tradisional, laba dicatat dan ditampung dalam laba
ditahan. Pandangan versi baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas
perusahaan/investasi milik sendiri.
a) Pandangan Tradisional
1. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman
modal bukan biaya bagi kreditor.
2. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham. Jadi bunga
pinjaman kedudukannya sama dengan deviden.
3. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan.
b) Pandangan Versi Baru
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman,
deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaan karena
menurunkan jumlah ekuitas unit usaha tersebut.

3. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)


Seseorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa
ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas.
Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan
seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap
sebagai pemilik. Patton menekankan pada hubungan khusus residual equity holder.

Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba
ditahan dan perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin
didalam residual equity pemegang saham biasa. Walaupun ekuitas kreditur,
pemegang saham preferen, dan pemegang saham biasa harus dikelompokkan secara
terpisah dan semuanya merupakan ekuitas dalm konsep teori ekuitas.

Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan
teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:

Aktiva Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham


preferen. Namun demikian pada kasus diaman kerugian begitu besar sehingga

9
perusahaan tersebut bangkrut, ekuitas pemegang saham biasanya dapat hilang dan
pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas
residual. Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang
lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan
investasi. Dalam perusahaan going concern, nilai sekarang dari modal saham biasa
tergantung dari ekspektasi total penerimaan dikurangi kewajiban kontraktual,
pembayaran kepada pemegang ekuitas khusus.

Pemegang saham biasa umumnya dianggap memiliki ekuitas residual


didalam laba perusahaan dan didalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh karena
laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi
yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna untuk
memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa. Laporan laba rugi
dan laporan laba ditahan harus menunjukkan laba yang tersedia bagi pemegang
ekuitas residual setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk deviden kepada
pemegang saham preferen. Ekuitas pemegangn saham biasa di neraca harus
dipisahkan dari ekuitas pemegang saham preferen dan pemegang ekuitas khusus
lainnya. Laporan aliran kas harus juga menunjukkan kas yang tersedia bagi
perusahaan untuk pembayaran deviden saham biasa dan tujuan lainnya.

4. Teori Badan Usaha (Enterprise Theory)


Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas
dibandingkan teori eentitas, tetapi kurang terdefinisikan dengan baik dalam skope
maupun aplikasinya. Didalam teori entitas, perusahaan dipandang sebagai unit
ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi
pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang sebagai
lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak
pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas meliputi pemegang saham, kreditor,
pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi saham dalam
arti luas teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.

Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan modern,
dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya
kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek

10
akuntansi hal ini berarti bertanggungjawab pelaporan keuangan tidak hanya kepada
pemegang saham dan kreditur semata, tetapi lebih luas kepada semua kelompok
lain yang erkepentingan dan masyarakat keseluruhan. Perusahaan berskala besar
tidak beroperasi semata untuk kepentingan pemegang saham saja, tetapi untuk
semua pihak yang berkepentingan. Pegawai lewat serikat buruh menggunakan data
akuntansi untuk mengajukan klaim kenaikan gaji. Konsumen dan badan regulasi
lainnya berkepentingan terhadap pengaruh perubahan harga terhadap keadaan
ekonomi makro. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah
laporan keuangan nilai tambah (value added statement) yaitu laporan keuangan
yang menunjukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.

5. Teori Dana (Fund Theory)


Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary
dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal
dalm teori entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi ini disebut daan yang
meliputi sekelompok aktiva dan kewajiban dan restriksi atau batasan-batasan yang
menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada
persamaan akuntansi sebagai berikut:

Aktiva = Restriksi Aktiva

Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit koperasi,


hutang merupakan restriksi aktiva umum atau khusus dari dana, modal yang
diinvestasikan menceriminkan restriksi legal atau financial untuk menggunakan
aktiva.

Konsep ini banyak diterapkan pada sektor pemerintahan dan lembaga nirlaba.
Dalam pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum (general
fund), dana pendapatan khusus (spesial revenue fund), dana proyek (capital project
fund), dana pelunasan hutang jangka panjang (debt service fund). Setiap dana ini
memiliki restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan
pemerintah lainnya, masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri

11
sehingga masing-masing mempunyai pembukuan debet kredit sendiri dan memiliki
neraca dan laporan perubahan saldo dana.

2.3. Elemen Ekuitas Pemegang Saham


Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham
diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan.
Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis
(lega capital) dan modal setoran tambahan (additional paid-in capital), dan
komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau
modal sumbangan). Gambar berikut ini melukiskan komponen modal ekuitas
pemegang saham dan pos-pos yang mempengaruhinya (sumber perubahan).
Gambar 2.1.
Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Ekuitas Pemegang Saham

Modal Setoran Modal Bentukan Lain-lain


atau Laba ditahan

Modal Yuridis Modal Setoran lain


Sumber Perubahan

a.Penerbitan saham baru a.Premium modal saham a.Laba rugi (dari


b.Kapitalisasi laba ditahan b.Penjualan saham treasuri statement laba rugi)
c.Dividen saham c.Penyerapan defisit b.Dividen
d.Konversi obligasi atau d.Deklarasi dividen c.Rekapitalisasi
saham istimewa likuidasi d.defisit
terkonversi e.Restrukturisasi kapital e.koreksi
e.Stock subscriptions f. Revaluasi aset f. perubahan akuntansi

Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam
komponen modal setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasi
sebagai pos ekuitas pemegang saham. Pos-pos ini misalnya adaah untung

12
penahanan belum teralisasi (unrealized holding gains), penyesuaian kapital belum
terealisasi lainnya selisih revaluasi dan hak pemegang saham minoritas.

Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat diengaruhi
oleh tujuan penyajian informasi tersebutkepada pemakai statemen keuangan, Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan manajemen. Tujuan lain adalah menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lalinnya. Informasi
tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak
lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini. Untuk
memnuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah:
1) Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya
2) Peraturan yuridis yang membatasi pembagain dividen dan pengembalian
modal setoran kepada pemegang saham
3) Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya
(urutasn proteksi)

Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan


Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba
ditahan sebenarnya merefleksi pembedaan atas dasar sumber. Penyajian ekuitas
pemegang saham atas dasar sumber sebenarnya bersifat tradisi karena anggapan
bahwa penyajian seperti ini akan memberi informasi tentang riwayat modal sejak
berdirinya perseroan. Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang
membentuk ekuitas pemegang saham yaitu:
1) Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham
2) Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
3) Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/ revaluasi aset fisis tertentu
4) Jumlah rupiah donasi dair pihak non pemegang saham
5) Sumber lainnya.

13
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang
dipindahkan dari akun Ikhtisar Laba-Rugi (Income Summary). Begitu saldo laba
ditutup ke laba ditahan sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen
modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan
menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis
aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas
aset, laba ditahan harus digabungkan (ditambahkan) dengan modal disetor.
Tabel 2.1.
Perbedaan Modal Disetor dan Laba Ditahan
Perbedaan Laba ditahan Modal Disetor
Segi Administrasi Indikator daya melaba sehingga Dana dasar yang harus
Keuangan laba ditahan harus elalu tetap dipertahankan
dipisahkan dengan modal untuk menunjukkan
setoran, meskipun jumlahnya perlindungan bagi pihak
akhirnya ditotal untuk lain.
membentuk ekuitas pemegang
saham.
Segi Yuridis Dana yang dapat digunakan Dana dasar yang harus
untuk pembagian dividen tetap dipertahankan.

Macam-Macam Modal Disetor


Modal disetor dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan
bahwa harus da sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus mempunyai nilai nominal atau tentuan minimum yang dinyatakan
untuk menunjukkan hak yuridis.Modl yuridis merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis. Tujuan penyajian modal yuridis ini adalah untuk memberi informasi
kepada para pemegang saham ekuitas lainna tentang batas perlindungan
investasinya.

14
Dalam hal saham bernilai nominal, modal yuridis dapat sama dengan
jumlah yang dikenal dengan nama modal saham (capital stock). Modal saham
menunjukkan jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai
nominal per saham. Modal saham ini juga merupakan batas tanggungjawab
pemegang saham dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang
saham.
2. Modal Setoran Lainnya
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham
sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak
bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat
untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai saham itu
sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan tanpa nilai
nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal yaitu (1) untuk
menghindari utang bersyarat dalam ha saham terjual dibawah harga nominal dan
(2) tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar saham.

Namun demikian, penerbitan saham tanpa nilai nominal ini dapat


menimbulkan persoalan khususnya dalam hal perusahaan dilikuidasi karena akan
sulit untuk menentukan dasar pembagian kekayaan perusahaan. Disamping itu,
perlindungan bagi kreditor menjadi tidak jelas karena seakan akan tidak ada batas
jumlah rupiah yang dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden dan likuidasi modal. Yang lebih tidak menguntungkan lagi bagi kreditor
dan pihak berkepentingan lainnya adalah bahwa saham tanpa nilai nominal dijual
dengan harga yang sangat rendah semata-mata untuk tujuan penggeseran pemilikan
atau mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, beberapa negara memberlakukan
ketentuan bahwa perseroan menyatakan nilai saham minimun disebut nilai nyataan.
Saham tidak dapat diterbitkan kalau dijual dengan harga di bawah nilai nyataan.
Nilai nyataan akan berfungsi sebagai modal yuridis.

Walaupun praktik akuntansi dalam kenyataannya memecah modal setoran


menjadi modal saham dan modal setoran lain, modal saham sebenarnya tidak harus
menunjukan modal yuridis karena modal saham dapat berbeda jumlahnya dengan
modal yuridis. Berapapun besarnya modal yuridis, modal ini harus dipisahkan
dengan yang lain. Pemisahan ini merupakan tradisi dan dipengaruhi oleh konsep

15
yang disebut dengan trust-fund theory yang pada prinsipnya menyatakan harus ada
batas jumlah maksimum yang dapat didistribusikan secara yuridis kepada
pemegang saham dalam kondisi perusahaan berjalan normal kecuali dalam hal
perusahaan dilikuidasi. Jumlah maksimum tidak harus sama dengan modal saham.

2.4. Perubahan Modal Setoran


Transaksi, kejadian atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam
ketiga komponen baik secara individual maupun bersamaan. Tujuan utama
perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas
antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan manfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul
adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang
dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah:
a. Pemesanan saham (stock subscriptions)
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak0tukar (convertible stocks)
d. Dividen saham (stock dividends)
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
f. Saham treasuri (treasury stocks)

2.5. Perubahan Laba Ditahan


Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, hanya terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba
ditahan yaitu laba atau rugi periodik dan pembagian dividen. Laba yang
dipindahkan dari akun Laba-Rugi adalah laba yang meurpakan selisih seluruh
elemen transaksi-operasi dalam arti luas yang disebut laba komprehensif. Transaksi
lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong dalam
transaksi modal. Pengaruh beberapa transaksi langsung dimasukkan dalam laba
ditahan dan tidak melalui statemen laba-rugi perioda terjadinya transaksi tersebut
karena transaksi tersebut merupakan transaksi modal.
Sebagai ketentuan umum, selain karena pos-pos transaksi modal, laba
ditaahn dalam suatu perioda hanya berubah karena laba atau rugi operasi dan

16
pembagian dividen. Namun demikian, terdapat beberapa hal lain yang dapat
menyebabkan laba ditahan dalam suatu perioda berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus, yaitu:
1) Penyesuaian perioda lalu
2) Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3) Pengaruh perubahan akuntansi
4) Kuasi-reorganisasi (reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum
yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada
nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit)

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim
sisa (residual claim) terhadap aktiva. FASB Statement of Financial Accounting
Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai hak sisa terhadap suatu entitas
setelah dikurangi hutang. Konsep ekuitas tersebut sangat erat kaitannya dengan
teori-teori dalam ekuitas. Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut
pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

Beberapa teori yang dikenal dalam teori ekuitas, antara lain teori pemilikan
(proprietary theory), teori entitas/ kesatuan usaha (entity theory), teori ekuitas
residual (residual equity theory), teori badan usaha (enterprise theory), dan teori
dana (Fund Theory). Masing-masing teori tersebut memiliki formula tersendiri
dalam persamaan akuntansinya.

Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham


diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan.
Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis
(lega capital) dan modal setoran tambahan (additional paid-in capital), dan
komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau
modal sumbangan).

18
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE.

19

Anda mungkin juga menyukai