Anda di halaman 1dari 18

KONSEP EKUITAS

(Disusun untuk memenuhi tugas makalah Mata Kuliah Teori Akuntansi yang
diampu oleh Ibu. Dr. Niswatin, S.Pd., SE., MSA)

OLEH KELOMPOK 9 :

ZAKIR YUSUF GUNIBALA 921417025


ADAWIYAH R. M. BANO 921417029
MUSTIKA 921417031
SATRIAWAN S. PANYUE 921417069
MOH. RISKI DAUD 921417087

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

KONSEP EKUITAS 1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami Konsep Aset.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki sangat
kurang. Oleh kerena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman sampul..................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
2.1. Pengertian................................................................................................2
2.2. Tujuan Penyajian Ekuitas........................................................................2
2.3. Teori Ekuitas...........................................................................................2
2.4. Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan........................................5
2.5. Modal Yuridis dan Modal Setoran Lain..................................................7
2.6. Perubahan Laba Ditahan.........................................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14


3.1. Kesimpulan........
.................................................................................... 14
3.2. Saran...................
.................................................................................... 14

Daftar Pustaka..................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi tentu memerlukan modal untuk
memperlancar kegiatan operasi tersebut. Modal ini biasa disebut juga dengan ekuitas. Ekuitas
menjadi faktor pendukung dan penyeimbang bersama utang sebagai sumber dana untuk
menghasilkan aset. Melihat awal perkembangan akuntansi, yang ketika itu diawali oleh
konsep proprietary dengan formula yaitu Aset = Modal, saat itu yang dianggap pemilik
tunggal adalah investor. Kemudian berkembang menjadi konsep entity theory dengan
formula baru yaitu Aset = Hutang + Modal. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
bahwa modal (ekuitas) dan hutang (kewajiban) sebagai sumber dana dalam memeroleh aset
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk perseroan, istilah
ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders’ equity) lebih merefleksi makna yang
ingin dikandungnya. Dalam buku ini, istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata
equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Istilah ekuitas dan
modal sering digunakan secara bergaintian. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan
(ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan.
Detailnya akan diulas dalam makalah ini terkait dengan konsep ekuitas. Bagaimana
definisinya, komponen-komponen, dll.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana konsep ekuitas sebagai unsur penting dalam akuntansi.

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui bagaimana konsep ekuitas sebagai unsur terpenting dalam akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Karena artikulasi harus dipertahankan, ekuitas tidak didefinisi secara semantik tetapi
secara sintaktik. Artinya, ekuitas didefinisi secara mekanik atau prosedural dalam kaitannya
dengan elemen-elemen statemen keuangan yang lain. Lebih tegasnya, ekuitas tidak dapat
didefinisi secara independen terhadap aset dan kewajiban. Dalam kerangka dasar Standar
Akuntansi Keuangan (2002), misalnya, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mendefinisikan
ekuitas sebagai berikut (pasal 49):

Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Definisi di atas tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh FASB dalam SFAC
No. 6 sebagai berikut:

Equity or net assets is the residual interest in the assets of an entity that remains after
deducting its liabilities.

Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-sama
mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan.
Akan tetapi, terdapat dua karakteristik yang melekat pada hak kreditor yaitu (a) penyelesaian
klaim mereka pada tanggal tertentu melalui pada transfer aset dan (b) prioritas di atas
pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam hal likuidasi. Jadi, klaim kreditor terbatas
jumlahnya dan harus diselesaikan atau dilunasi pada tanggal tertentu.

Hak kreditor dan pemilim (pemegang saham) juga berbeda dalam hal penggunaan
aset. Kreditor pada umumnya tidak mempunyai akses dan kendali dalam penggunaan aset
perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam pengambilan keputusan operasi
perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemilik (khususnya dalam perusahaan
perseorangan) mempunya akses, hak, dan outoritas untuk menjalankan perusahaan dan
menggunakan atau mengendalikan aset.
Komponen Ekuitas Pemegang Saham

2.2 Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan lain
adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan
pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para
pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang
saham ini. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah: (1) sumber ekuitas pemegang saham
beserta riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan
pengembalian modal setoran kepada pemegang saham, dan (3) prioritas beberapa golongan
pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya (urutan proteksi).

2.3 Teori Ekuitas


a. Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan.
Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan
perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut
pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran
pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah:
Aktiva – Hutang = Modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik.


Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika
usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha
maka nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah
dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
b. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan
menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti
terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan.
Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari
pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
c. Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori
entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas
lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori
entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun
demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan
mengalami kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang
saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan
pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
d. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori
entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam
teori enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam
rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas
pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai,
konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori
enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini cocok diterapkan untuk perusahaan skala besar dan modern dan memiliki
kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa
kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek akuntansi hal ini berarti
tanggungjawab pelaporan keuangan tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditur
semata, tetapi lebih luas kepada semua kelompok lain yang berkepentingan dan
masyarakat keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise
adalah laporan keuangan nilai tambah (value added statement) yaitu laporan keuangan
yang menujukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.
e. Teori Dana (Fund)
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi
personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori
entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit
aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau
batasan-batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana
berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan
retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan
retriksi legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak
digunakan di sektor pemerintah dan lembaga nir-laba.
Didalam pemerintahan dana yang umunya digunakan meliputi dana umum (general
fund), dana pendapatan khusus (special revenuefund), dana proyek (capital projectfund),
dana pelunasan hutang jangka penjang (debt service fund). Setiap dana ini memiliki
restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah
lainnya. Masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-
masing memiliki pembukuan debit kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan
perubahan saldo dana.

2.4 Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan


Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan
sebenarnya merefleksi pembedaan atas dasar sumber. Penyajian ekuitas pemegang saham
atas dasar sumber sebenarnya bersifat tradisi karena anggapan bahwa penyajian seperti ini
akan memberi informasi tentang riwayat modal sejak berdirinya perseroan. Memang pada
umumnya perseroan berdiri dari perusahaan kecil yang mendanai operasinya dari sumber
pemilik-manajer. Makin besarnya perusahaan menjadikan ekuitas pemegang saham berubah
tidak hanya dalam jumlahnya tetapi juga dalam komposisi atau sumbernya. Ditinjau dari
sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham yaitu:
(1) jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham
(2) laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
(3) jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset fisis tertentu
(4) jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham
(5) sumber lainnya
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan
dari akun Ikhtisar Laba-Rugi (Income Summary). Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan,
sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang
sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukkan sejumlah hak atas seluruh
jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur
seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan (ditambahkan)
dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba (earning piwer)
sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya
akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting
secara yuridis karena modal setoran merupakan dana pasar (basic fund) yang harus tetap
dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba
ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

Modal Yuridis
Sebagai pasangan laba ditahan, modal setoran dibedakan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain (agio/premium modal saham). Modal yuridis timbul karena ketentuan
hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan
dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk
menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus
disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis (legal capital).

Modal Setoran Lain 


Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga
secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomi.
Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan
distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai saham itu sendiri. Karena tidak
bermakna ekonomi, saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal (no par stock). Ada 2
alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal yaitu (1) untuk menghindari utang bersyarat
dalam hal saham terjual di bawah harga nominal dan (2) tidak ada hubungan antara nilai
nominal dengan nilai harga pasar saham.
2.5 Modal Yuridis dan Modal Setoran Lain
a. Modal Yuridis
 Pemesanan Saham
Pada umumnya, pada saat perseroan didirikan atau pada saat melakukan
penawaran publik perdana (initial public offering atau IPO), perusahaan telah
menetapkan apa yang disebut modal dasar (authorized capital stocks). Dengan
autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Sertifikat saham
yang telah dicetak ini akan menjadi apa yang sering disebut saham dalam portepel
(unissued stocks). Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh
kesepakatannya, sertifikat saham diserahkan kepada pembeli sehingga secara fisis
saham dalam portepel akan berkurang. Atas dasar konsep kesatuan usaha, jumlah
rupiah yang diterima perusahaan ( kas atau aset lainnya) akan menimbulkan atau
diimbangi dengan modal setoran. 
 Obligasi Terkonversi
Dalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik
bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak
pemegang obligasi dalam periode konversi tertentu. Telah dibahas sebelumnya
bahwa obligasi yang demikian mengandung sifat ekuitas dan kewajiban sehingga
menimbulkan masalah apakah perlu dipisahkan jumlah rupiah yang
mempresentasi ekuitas dan yang mempresentasikan kewajiban. 
Hak tukang tersebut diambil  (exercised), yang terjadi adalah perubahan
status kewajiban menjadi modal setoran. Masalah teoritisnya adalah menentukan
jumlah rupiah yang dapat dianggap sebagai modal setoran sehingga modal saham
dan kelebihan an di atas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini,
ada 2 nilai yang dapat digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:
1. Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carryng value) obligasi pada saat
penukaran.
2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham ( mana yang paling objektif). 
Dasar pertama  mereklasifikasi nilai buku menjadi modal saham dan
premium atau diskon pada saham tergantung kasusnya. Dengan demikian, tidak
ada untung atau rugi yang diakui pada saat transaksi pertukaran tersebut. Esensi
transaksi tersebut hanyalah mengubah status jumlah rupiah utang menjadi modal
pemegang saham. Pendekatan didasari konsep kesatuan usaha (business entity
concept) karena kreditor dan pemegang saham mempunyai kedudukan yang sama
sebagai investor dengan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pertukaran
tersebut tidak mempunyai substansi ekonomi sehingga tidak dapat menimbulkan
untung atau rugi. 
 Saham Prioritas Terkonversi
Pengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal setoran dapat
menggunakan cara seperti pada obligasi terkonversi. Dengan pendekatan pertama,
nilai nominal saham prioritas plus porsi premium/diskon ditransfer ke modal
pemegang saham dan premium/diskon modal pemegang saham biasa. Tidak ada
untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti bahwa jumlah
rupiah  yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap
sebagai modal setoran mula-mula untuk saham biasa. Dicatat bahwa jumlah
rupiah ini bukan merupakan nilai likuiditas saham prioritas karena nilai likuidasi
saham prioritas adalah sebesar nilai nominalnya. Itulah sebabnya porsi
premium/diskon juga ikut ditransfer. Kalau porsi premium tidak ditransfer dan
semua saham prioritas dikonversi menjadi saham biasa maka akan terjadi
kejanggalan karena akan terdapat premium saham prioritas padahal tidak ada
saham prioritas yang beredar. Konversi ini semata-mata menandai perubahan
status atau hak dua golongan pemegang saham. Perubahan ini sering disertai
penerbitan sertifikat saham biasa baru dan penarikan sertifikat saham prioritas
atau istimewa. 
 Dividen Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak
disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai
pemecahan saham (stock split). Pemecahan Saham adalah penurunan nominal
(atau nilai nyataan/stated value) per saham dengan cara menukar setiap satu
saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per
saham merupakan pecahan dari nilai nominal  saham semula. Bila perusahaan
mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan
sebenarnya telah menurunkan nominal per saham menjadi 100/ 120 dari nilai
nominal semula. 
Karakteristik Dividen Saham
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba.
Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham
bukan merupakan laba bagi penerimanya. 
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan
pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang
perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi
penerima karena ada transfer kemakmuran (wealth)ke pemegang saham.

b. Modal Setoran Lain


Penurunan Modal Setoran
Berbagai sumber perubahan modal setoran yang dibahas diatas bersifat menaikkan
atau menambah modal setoran. Pada umumnya lebih banyak faktor yang bersifat
menaikkan modal setoran dari pada menurunkan modal setoran. Alasannya adalah bahwa
begitu modal disetor dan tertananam dalam perusahaan, modal tersebut akan menjadi
investasi permanen dalam perusahaan. Kalupun pemegang saham ingin melepaskan
investasinya, pemegang saham akan menjualnya kepasar saham sehingga apana yang
dialkukan pemengang saham tidak mempenggaruhi operasi ataupun posis keuangan
perusahaan.
Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen
yang dapat diketegori dividen yang dapat dilikuidasi (liqudating dividen) atau penarikan
kembali dividen saham yang beredar yang secara permanen (1970) sangat menegaskan
bahwa perubahan karena transaksi modal harus dibedakan secara tegas dengan perubahan
karena operasi taransaksi operasi.
 Saham Treasuri
Transsakti yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali
saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan
melakukan penarikan kembali saham treasuri adalah:
a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program opsi
saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham, proporsi
pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurang dibandigkan kalau digunakan
saham baru.
b. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaksi
penggabungan usaha (business combination)

2.6 Perubahan Laba Ditahan


Laba yang dipindahkan dari akun laba-rugi (income summary) adalah laba yang
merupakan selisih seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba
komperhensif. Transaksi lain yang dapat mempenggaruhi laba ditahan adalah transaksi yang
tergolong dalam transaksi modal seperti yang diuraikan dalam pembahasan perubahn modal
setoran diatas. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimaukkan dalam laba ditahan
dan tidak melaui statmen laba-rugi perioda terjadinya transaksi tersebut karena transaksi
tersebut merupakan transaksi modal.

Perincian Laba Ditahan


Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung
ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula
kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan memerincinya atas dasar tujuan (by
purposes) dengan cara yang disebut apropriasi (appropriation) dan pembatasan (restriction).
Masalah teoritisnya adalah apakah rincian yang diajukan tersebut benar-benar bermanfaat
(meaningful) kaau ditnjau atas dasar pandang pemakai satatemen keuangan umum.
Perincian Atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi
normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua
sumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namun, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk
memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodic atas dasar klasifikasi sumber bilamana
statment laba-rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih (pendekatan
laba komprehensif) dan laba komprehensif ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi
bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, bila perubahan akibat transaksi operasi
dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, statment laba-rugi telah merefleksi sumber
laba ditahan sehingga perincian laba ditahan akan percuma.

Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan


Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba
ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam itu
sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset
imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat. Klasfikasi ini mendasarkan
pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang
terkait.
Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk untuk mengatakan bahwa laba ditahan terikat
dalam aset lancar. Misalnya saja, dalam satu periode telah terjadi kenaikan modal kerja neto
dan tidak terjadi transaksi lain kecuali transaksi operasi yang menimbulkan laba dalam
periode tersebut. Dalam hal ini, terdapat cukup alasan untuk mengatakan bahwa laba ditahan
pada saat itu tertanam dalam tambahan modal kerja. Dalam kasus lain mungkin dapat
dibuktikan bahwa jumlah rupiah laba ditahan terikat dalam kas atau pos aset lancar lain.
Sejalan dengan pikiran tersebut, kalau terjadi tambahan fasilitas fisis tanpa diimbangi
dengan terjadinya pinjaman baru, modal baru, atau berkurangnya modal kerja, terdapat pula
cukup alasan untuk menyatakan bahwa laba ditahan telah tertanam dalam aset tetap.
Perincian semacam itu sebenarnya tidak perlu dan tidak mempunyai manfaat
informasional karena statment aliran kas telah mengandung informasi tersebut. Jadi,
penyertaan statment laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian
resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi”.
Ada kalanya, dalam rangka kebijakan dividen, perusahaan yang mempunyai rencana
membagi dividen menyisihkan laba ditahan menjadi “cadangan pembagian dividen”
sebelum mengumumkan dividen. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut
harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas
tersedia untuk keperluan tersebut. Contoh yang sangat popouler adalah banyaknya perseroan
amerika yang mampu membayar dividen selama periode depresi pada awal-awal tahun 30an
karna adanya akumulasi laba selama periode ledakan (boom) kegiatan ekonomi pada tahun
tahun 20an. Jadi sebenarnya tidak benar untuk beranggapan bahwa dividen yang dibayar
pada periode berjalan adalah berasal dari laba yang diperoleh pada periode tersebut. Oleh
karena itu, Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa penyisihan laba ditahan
sebenarnya tidak bermakna (meaning ful).
Selanjutnya dinyatakan bahwa penyisihan hanya akan bermakna bila di sisi aset
disisihkan benar-benar sejumlah rupiah untuk tujuan penyisihan tersebut. Misalnya,
disisihkannya laba ditahan untuk jaminan sosial mungkin akan bermanfaat kalau sejumlah
kas disisihkan untuk keperluan tersebut. Akan tetapi, penyisihan kas itu sendiri sebenarnya
sudah cukup untuk menunjukkan bahwa aset tidak dapat digunakan untuk keperluan selain
yang telah ditetapkan sehingga laba ditahan tidak perlu disisihkan. Penyisihan laba ditahan
akan berlebihan secara informasional.
Penyisihan laba ditahan sebagai cadangan khusus akan cenderung memberi gambaran
yang menyesatkan kepada para pembaca statment keuangan. Istilah “cadangan” memberi
kesan sebagai dana kas atau semacamnya yang disihkan (dihimpun) untuk tujuan khusus.
Pada kenyataannya, biasanya tidak ada dana (kas dan aset lainnya) yang benar-benar
dipisahkan yang jumlahnya sama dengan jumlah “cadangan” laba ditahan yang dibentuk
bahkan kadang-kadang tidak pernah atau akan terjadi investasi atau pengeluaran dana seperti
yang disebut dengan nama cadangan laba ditahan tersebut. Jadi, pencadangan semacam itu
akan percuma saja.
Paton dan Littleton beragumen bahwa tidak diperlukannya perincian Laba ditahan
karena laba ditahan pada dasarnya tidak lebih daripada sebagai bagian hak pemegang saham
atas dana yang tertanam dalam seluruh aset sebagai kesatuan sehingga tidak diperlukan
perincian laba ditahan. Jumlah rupiah laba ditahan tidak dapat diidentifikasi atas dasar ke
jenis aset apa jumlah rupiah tersebut terikat. Seperti juga modal setoran, laba ditahan terikat
dalam aset sebagai satu kesatuan. Ini berarti bahwa setiap bentuk klasifikasi laba ditahan
atas dasar untuk apa jumlah rupiah laba ditahan digunakan dalam perusahaan adalah bersifat
hipotesis belaka dan sama sekali tidak bermakna.
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujuan penyerapan kemungkinan rugi atau
ketidakpastian lainnya (contingencies). Penyisihan ini juga tidak bermakna karena pada
dasarnya total jumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai penyangga atau cadangan
umum (general purpose buffer). Kalau memang terdapat suatu tuntutan ganti rugi atau klaim
yang suatu saat memang harus dipenuhi maka jumlah rupiahnya (bila perlu ditaksir) harus
ditunjukkan sebagai kewajiban. Kalau ketidakpastian tersebut tidak lebih dari sekedar
kemungkinan dan khususnya apabila jumlah rupiah kerugiannya tidak dapat ditentukan
maka suatu catatan kaki akan cenderung lebih informative daripada penyisihan laba ditahan.
Proses penyisihan laba ditahan hendaknya tidak dikacaukan dengan proses akuntansi
untuk pengukuran laba. Dengan demikian masalah cadangan laba ditahan harus dibedakan
secara tegas dengan masalah teoritis yang berkaitan dengan akun-akun “cadangan” utang
(misalnya diskun utang obligasi), “cadangan” aset (misalnya depresiasi akumulasian),
cadangan kerugian piutang, dan akun-akun cadangan lainnya sebagai kontra-akun asset atau
kewajiban.

Laba Komprehensif
Telah disinggung sebelum in bahwa kalau perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi
nonpemilik harus dibedakan dan dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi
pemilik, semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba-
rugi.
Pos-pos operasi dalam arti luas sebagai lawan pos-pos transaksi nonpemilik meliputi
pos-pos operasi utama, pos-pos tambahan, dan pos-pos sifatnya khusus atau luar biasa tetapi
berasal dari transaksi nonpemilik. Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja
yang disajikan melalui statemen laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui
statemen laba ditahan. Dalam hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dianut yaitu kinerja
sekarang atau normal (current atau normal performance approach) dan semua termasuk
atau surplus bersih (all-inclusive atau clean surplus approach).

Laba kinerja sekarang

Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam statemen laba-rugi pos-pos operasi yang
dianggap bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan aset (sumber ekonomik) untuk
mencapai tujuan utama. Pendekatan ini menekankan makna periode sekarang atau berjalan
(current) dan operasi (operating) dalam arti sempit. Pendukung pendekatan ini mengajukan
beberapa argumen sebagai berikut

1. Apa harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk perioda berjalan
sehingga laba harus bebas dari hal-hal yang mengaburkan efisiensi. Efisiensi, yang diukur
atas dasar kembalian atas asset (return on assets), merupakan angka penting untuk
memprediksi kemampuan melaba masa datang.

2. Laba merupakan pengukur kinerja manajemen. Oleh karenanya, laba haruslah angka yang
benar-benar merupakan hasil penggunaan sumber ekonomi yang ada dalam batas-batas
pengendalian manajemen. Faktor-faktor yang terjadi diluar kendali manajemen harus
dikeluarkan dari perhitungan laba. Ini berarti laba yang harus disajikan dalam statemen
laba-rugi adalah laba yang berasal dari operasi normal.

3. Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antar perioda dan
antarperusahaan secara bermakna. Hal ini hanya dapat dilakukan kalau angka laba hanya
berisi pos-pos yang bersifat operasi dan rutin.

4. Karena fiksasi fungsional (fungsional fixation) pembaca statemen laba rugi yang hanya
melihat angka akhir, pemasukkan pos-pos luar biasa dalam statemen laba rugi dapat
menyesatkan pemakai.

Laba Semua-Termasuk
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas
dan transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan
melalui statemen laba-rugi adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini
dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha yang memandang statemen laba-rugi
merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka Panjang. Untuk
dapat memprediksi kemampuan melaba jangka Panjang, statemen laba rugi tidak dapat
berdiri sendiri tetapi harus disajikan sebagai serangkaian statemen laba-rugi sepanjang umur
perusahaan. Dengan demikian, laporan laba-rugi periodic (tahunan) harus memuat pos-pos
yang tidak normal (regular) atau luar biasa. Tidak ada pos selain yang berasal dari transaksi
pemilik langsung masuk atau menerobos ke statemen laba ditahan.

Sebagai contoh, pengaruh kumulatif perubahan akuntansi misalnya tidak selaknya


dilaporkan sebagai penyesuai laba ditahan. Paton dan Littleton (1970) berkeberatan terhadap
perlakuan seperti itu. Memang sebagian atau seluruh pengaruh tersebut sebenarnya telah
“terhimpun” beberapa perioda sebelumnya dan baru diketahui akibatnya dalam perioda
berjalan sehingga kelihatan logis bahwa jumlah tersebut disesuaikan terhadap laba ditahan.
Akan tetapi, perlakuan semacam itu sama saja dengan menyembunyikan riwayat tentang
kemampuan perusahaan menghasilkan laba jangka panjang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (2002), misalnya, Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) mendefinisikan ekuitas sebagai berikut (pasal 49):
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Definisi di atas tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh FASB dalam SFAC
No. 6 sebagai berikut:
Equity or net assets is the residual interest in the assets of an entity that remains after
deducting its liabilities.
Adapun teori terkait dengan konsep ekuitas yaitu 1) proprietary theory; 2) entity theory ;
3) residual equity theory ; 4) enterprise theory dan 5) fund theory. Hal-hal yang membentuk
modal dapat dilihat dalam pembahasan yaitu terdapat modal setoran dan modal bentukan
atau laba ditahan. Modal setoran terbagi menjadi modal setoran yuridis dan modal setoran
lain. Di mana Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa
harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap
pihak lain.

3.2 Saran
Saran penulis terkait dengan materi Konsep Ekuitas diharapkan pembaca dan
terkhususnya penulis sendiri lebih memahami bagaimana konsep ekuitas dalam akuntansi.
Penulis hanya dapat memasukan beberapa poin yang menurut penulis dapat dipahami. Untuk
itu mohon maaf atas segala kekurangan dari makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bisa memberikan manfaat terutama untuk penulis
dan juga untuk pembaca. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE : Yogyakarta

http://samfarhan.blogspot.com/2017/05/makalah-teori-akuntansi-konsep-ekuitas.html

Anda mungkin juga menyukai