Anda di halaman 1dari 24

LIABILITIES AND OWNERS EQUITY

DIsusun Oleh:

KELOMPOK 6

NURIL ADNAN

ADVENTINE DODO’ ALLOBUNGA

MONALISA FEBRIANTY LELANG A031181339

ELLEN ELEONORA PATEBONG

KASWATI SUARDI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan Judul ‘Liabilities and Owners Equity’.

Dalam proses penyusunan modul ini, penulis diberi bantuan yang sangat
bermanfaat dari berbagai pihak baik itu berupa ide maupun yang berupa dukungan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberi bantuan dan dukungan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampuh Mata kuliah Teori Akuntansi, bapak Dr. Syarifuddin
Rasyid, M.SA., AK., CA, atas arahan yang diberikan sehingga penyusunan makalah
ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari masih banyak kekuranagn dalam penyusunan makalah ini,


untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
agar kedepannya penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir
kata, penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
khususnya kepada penulis sendiri.

Makassar, 18 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1

A. Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab 2

A. Proprietary and Equity Theory


B. Liabilities Defined
C. Liability Measurement
D. Challenges for Standard Setter

Bab 3

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Proprietary Theory dan Equity Theory?
2. Bagaimana defenisi dari Liabilities?
3. Bagaimana pengukuran Liabilitas?
4. Bagaimana pengaruhnya terhadap standard Setter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proprietary theory dan Equity Theory
2. Untuk mengetahui defenisi dari liabilitas
3. Untuk mengetahui pengukuran liabilitas
4. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap standard setter
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROPRIETARY AND EQUITY THEORY

Terdapat dua teori yang diusulkan untuk memahami akuntansi, yaitu teori
kepemilikan dan teori entitas.

Proprietary Theory

Kepemilikan (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah aset


perusahaan dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang
merupakan kewajiban perusahaan yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka
besar kepemilikan atas sebuah perusahaan merupakan aset yang telah terbebas
dari kewajiban terhadap kreditor. Dapat dituliskan di dalam persamaan sebagai
berikut:
P=A–L
Kepemilikan (owner equity) sama dengan aset dIkurangi liabilitas.
Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan.
Seperti yang dikatakan oleh Sprague: “Balance sheet merupakan penjumlahan dari
elemen-elemen yang membentuk kekayaan pemilik di dalam suatu rentang waktu
tertentu. Dengan fokus untuk mengumpulkan kekayaan dalam berbisnis yang juga
merupkan peningkatan atas kepemilikan”.
Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan
dari pemilik bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik,
sedangkan liabilitas merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep
income dari berbisnis merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga
dapat diartikan sebagai return bagi pelaku bisnis. Pemilik atau perwakilan dari
pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan di dalam bisnis yang menghasilkan
pendapatan dan pengeluaran.
Pendapatan dan pengeluaran di dalam berbisnis merupakan bagian dari
akun P. Kedua akun ini sengaja untuk dipisahkan agar dapat melihat keuntungan
yang diterima di dalam proses berbinis. Pendapatan meningkatkan kepemilikan,
sebaliknya pengeluaran menurunkan kepemilikan. Seperti yang dikatakan oleh
Vatter: “Pencatatan double entry didasarkan pada ide bahwa pendapatan dan
pengeluaran merupakan satu bagian dari kekayaan bersih. Akun yang
meningkatkan kekayaan bersih meningkat berdasarkan kredit, sebaliknya akun
yang menurunkan kekayaan bersih berdasarkan debit”
Pendapatan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan pendapatan serta
perubahan nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead dapat
meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika dijual.
Dalam kasus tersebut, argumennya adalah bahwa peningkatan kekayaan bersih
pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan tersebut abstrak hingga pada
saat surat kabar tersebut benar – benar dijual kepada pihak ketiga. Masalah
akuntansi adalah mengukur perubahan abstrak yang terjadi pada nilai.
Secara umum, praktik akuntansi saat ini didasarkan pada teori kepemilikan.
Dividen dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena dividen
dibayarkan kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan
dianggap beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik.
Modal finansial lebih wajar bila menyangkut teori kepemilikan, dibandingkan
dengan modal fisik. Modal finansial menekankan investasi keuangan pemilik,
sedangkan modal fisik berfokus pada kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan operasi fisik tanpa mempedulikan klaim kepemilikan. Pandangan
hak milik tidak melihat perbedaan antara aset pemilik dan aset entitas. Oleh karena
itu, semua laba entitas dapat didistribusikan kepada pemilik perusahaan. Jika
entitas memerlukan sumber daya tambahan. Modal untuk itu tersedia dari sumber
daya pribadi si pemilik. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan keuangan
modal dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional
tradisional.

Akuntabilitas untuk pemilik adalah hal yang penting bagi perusahaan besar
karena adanya kesenjangan antara manajemen dan pemegang saham. Untuk
perusahaan kecil, pemilik menyadari status keuangan usaha sehingga gagasan
akuntabilitas atau kepengurusan tidak seberarti pada perusahaan besar. Beda
halnya dengan kontak pemegang saham dengan urusan perusahaan yang sangat
minim.

Entity Theory
Teori entitas merupakan teori yang dibentuk akibat ketidakmampuan teori
sebelumnya dalam menjelaskan status hukum perusahaan yang terpisah dari
pemiliknya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan
perusahaan yang berdirri sendiri dengan identitasnya sendiri. Menurut Martin ada
dua asumsi untuk gagasan entitas akuntansi yaitu:
 Separation, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.
 Viewpoint, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.

Meskipun teori entitas sangat cocok untuk akuntansi perusahaan, pendukung


teori ini percaya bahwa teori ini juga dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan
dan bahkan untuk organisasai non profit, yang menyediakan:
 Laporan keuangan dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut
pandang entitas sebagai unit operasi dan,
 Prinsip dan prosedur Akuntansi tidak diformulasikan dalam bentuk
kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.

Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi adalah antara


kepengurusan atau akuntabilitas. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa
perusahaan bisnis beroperasi untuk kepentingan pemegang saham, yaitu mereka
yang menyediakan dana untuk entitas. Oleh karena itu entitas harus melaporkan
status dan konsekuensi dari investasi mereka kepada pemegang saham.
Fokus akuntansi berdasarkan teori ini ialah pada persamaaan antara aset
dan modal. Hal ini dikarenakan entitas yang tidak lagi memandang bahwa
kekayaan dari pemilik sebagai fokus melainkan berfokus kepada diri perusahaan itu
sendiri. Pemegang saham dan kreditor dianggap sebagai pihak luar yang hanya
memberika dana untuk entitas dalam menjalankan bisnis:

AKTIVA = EKUITAS
Neraca menunjukkan aset entitas, yang Paton sebut mewakili pernyataan
langsung dari nilai entitas dan ekuitas, yang disebut sebagai ekspresi berbeda dari
total yang sama. Aset milik perusahaan dan utang merupakan kewajiban
perusahaan, bukan pemilik. Hal ini telah diargumenkan karena jumlah yang
diinvestasikan oleh pemilik saham harus dicatat, tujuan ini mengarah ke
penggunaan biaya historis untuk aktiva non moneter, karena total pada sisi kanan
dari laporan keuangan harus sama dengan total di sisi kiri. Setelah menerima dana
yang diberikan oleh pemilik saham, perusahaan menginvestasikan dana dalam
aset.
Aset dan beban pada dasarnya memiliki sifat yang sama. mereka
menyediakan jasa. Yang membedakannya hanyalah sebuah pertanyaan apakah
jasa digunakan hingga habis atau akan digunakan untuk penggunaan masa depan.
Karakteristik dasar dari pendapatan adalah pendapatan itu menciptakan aset lebih
sedangkan biaya akhirnya mengurangi aset.
Oleh karena itu, teori Akuntansi seharusnya menjelaskan konsep pendapatan
(penghasilan) dan biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai
kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki
klaim sisa kontrak pada total aktiva, dan karena alasan inilah kenapa net income
diletakkan pada retained earning. Para pemegang saham mendapatkan residual,
sisanya, setelah para kreditur dibayar dalam hal terjadi likuidasi perusahaan.
Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas. Penafsiran yang
lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai modal perusahaan atau investasi
sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya karena baik kreditur
dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, bunga perubahan
dan dividen, serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka
mengurangi jumlah ekuitas entitas memiliki dalam dirinya sendiri.
Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa baik teori kepemilikan
dan teori entitas memiliki pengaruh dalam praktik. teori akuntansi konvensional
didasarkan pada konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan pandangan
entitas, dengan berfokus pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan
memperdagangkan saham mereka sendiri, yang menunjukkan bahwa pasar
menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah. Namun, pandangan hak
milik juga memiliki pengaruh sendiri.
B. LIABILITIES DEFINED

Kewajiban adalah hutang entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
dimana penyelesaiannya menyebabkan adanya arus keluar sumber daya ekonomi
entitas tersebut. (IASB Framework par 49b).

Dua komponen utama di dalamnya, yaitu:


 Adanya kewajiban masa kini yang memerlukan penyelesaian di masa
mendatang
 Hasil dari transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu yang lain
Present Obligation
Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilities diharapkan dapat
menyebabkan terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus pada
future event, dalam artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan.
Pertimbangan yang mendasari hal ini adalah bahwa obligasi telah ada dalam
hubungannya pengorbanan di masa depan. Sebagai contoh, utang dagang adalah
current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain.
Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari
obligasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti pembayaran kas, transfer aset
selain kas, provisi jasa, penggantian obligasi dengan obligasi lain, konversi obligasi
menjadi ekuitas, atau kreditor melepaskan obligasi yang bersangkutan. Dalam
berbagai metode penyelesaian obligasi, hanya dua cara yang disebutkan di awal
yang tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai contoh, utang dagang akan
diselesaikan oleh pembayaran kas (outflow aset), sedangkan kewajiban untuk
unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan provisi
barang atau jasa.
Past Transaction
Hanya peristiwa masa lalu sajalah yang dapat membuat suatu item
dikategorikan sebagai kewajiban, peristiwa masa depan tidak termasuk. Hal ini
harus diterapkan secara kontekstual, termasuk dalam hal semisal perusahaan
memesan barang yang mengandung ketentuan yang menyatakan bahwa tidak ada
hutang selama barang belum diterima; maka persitiwa masa lalu yang dimaksud
tentu bukanlah saat pemesanan barang, namun saat penerimaan barang. Sebuah
contoh lain dapat dipakai untuk mengilustrasikan pentingnya pemahaman yang
benar tentang kewajiban kini dan peristiwa masa lalu. Ketika sebuah perusahaan
pertambangan mengumumkan penambangan, apakah saat itu juga perusahaan
dapat dikatakan memiliki kewajiban kini untuk memulihkan situs tambang?
Jawabannya adalah ya, kewajiban kini tersebut muncul sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu yaitu penandatanganan kontrak.

Liability Recognition

Akuntan membutuhkan suatu peraturan untuk menentukan pengakuan kewajiban.


Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan
dalam pengakuan aset, yaitu :

1. Berdasarkan pada hukum


2. Adanya penentuan substansi ekonomi
3. Dapat diukur nilainya
4. Penggunaan prinsip konservatisme

Kriteria pertama, jika ada klaim yang memiliki kekuatan secara hukum, ada
sedikit keraguan bahwa suatu kewajiban terjadi. Meskipun kewajiban adil atau
konstruktif dianut dalam definisi kewajiban, sebagian besar kewajiban ditentukan
atas dasar apakah ada kewajiban klaim hukum terhadap entitas untuk
memenuhinya. Kewajiban untuk pemulihan operasi penambangan adalah
kewajiban hukum jika hukum mensyaratkan pemulihan tetapi juga bisa dianggap
sebagai suatu yang adil.
Kriteria kedua mengharuskan kita mempertimbangkan substansi ekonomi
dari sebuah transaksi. Apakah beberapa kewajiban benar-benar terjadi? Seberapa
penting pencatatan dan penampilan akhir dari kewajiban bagi pengguna dalam
neraca? Pemegang saham dan investor khawatir tentang besarnya aliran manfaat
ekonomi sehubungan dengan penyelesaian klaim ganti rugi, sedangkan karyawan
khawatir terkait keberlangsungan perusahaan untuk memenuhi klaim masa depan
mereka.
Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai kewajiban. Untuk
beberapa kewajiban, nilai diwakili oleh harga kontrak, seperti jumlah uang yang
harus dibayar untuk barang dan jasa yang diterima. Nilai kewajiban mungkin
berbeda dengan jumlah nominalnya. misalnya, jika kewajiban melibatkan jangka
waktu lebih dari 12 bulan harus dipertimbangkan nilai waktu dari uang. Sehingga
perhitungan nilai kewajiban akan didasarkan pada nilai sekarang dari arus kas
masa depan yang diharapkan, bukan jumlah nominalnya.

Kriteria keempat terkait prinsip konservatisme, bahwa lebih baik mencatat


kewajiban terlebih dini dibanding aset, sehingga timbul kesan bahwa lebih aman
memiliki keadaan assets understated daripada liabilities understated. Masalah yang
kemudian muncul adalah sampai sejauh mana perusahaan akan bersikap
konservatis? Konservatisme yang berlebihan akan mengakibatkan laporan
keuangan menjadi bias, sementara pengambil keputusan tentu memerlukan
informasi yang netral dalam mengambil keputusan.
Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu
arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi merupakan hasil dari
penyelesaian kewajiban saat ini dan jumlah di mana penyelesaian akan
berlangsung serta dapat diukur dengan andal.
IASB Framework

Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan


elemen neraca dan laporan laba rugi. Dinyatakan bahwa item yang memenuhi
definisi elemen harus diakui jika:

 Kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item


akan mengalir ke atau dari entitas
 Item memiliki nilai yang dapat diukur dengan andal

Suatu kewajiban diakui dalam neraca ketika kemungkinan besar tersebut


mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang
diakibatkan dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian
akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Oleh karena itu, masalah-masalah
penting yang harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pengakuan
kewajiban, yaitu:

 kemungkinan besar arus keluar dari manfaat ekonomi


 reliabilitas pengukuran

Dalam prakteknya, mungkin sulit untuk menerapkan kriteria tersebut.


misalnya, apa maksud dari kemungkinan? Bisa dikatakan bahwa itu berarti semakin
besar kemungkinan daripada lebih kecil kemungkinannya. Namun, perbedaan
individu dalam perkiraan probabilitas dari suatu peristiwa dapat bervariasi,
menyebabkan inkonsistensi dalam pengukuran.
Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah 'bebas
dari kesalahan material dan bias'; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga
'menunjukkan dengan tepat' apa yang dimaksudkan. Kerangka kerja menyatakan
secara spesifik bahwa kewajiban yang tidak dapat diakui jika mereka tidak dapat
diukur dengan andal. Salah satu contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan
yang akan dibayar tidak dapat diestimasi dengan andal maka item tidak dapat
diakui sebagai kewajiban.

C. LIABILITY MEASUREMENT
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk
kewajiban adalah biaya historis. Pengukuran fair value digunakan pada pengukuran
awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS 17
sewa/lease, IAS 39 pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2
setoran saham berbasis, IFRS 3 penggabungan usaha. Kewajiban yang timbul
dalam finance lease diakui pada awal berdasarkan nilai wajar sewa atau nilai kini
dari present value pembayaran sewa minimum jika lebih rendah. Di tahun-tahun
berikutnya, kewajiban diukur berdasarkan metode biaya diamortisasi yaitu biaya
dari kewajiban pada awal disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan
estimasi nilai saat ini. Saldo kewajiban adalah berdasarkan metode tingkat bunga
efektif amortisasi. Dalam hal sewa pembiayaan, standar yang memberikan
panduan yang jelas untuk menentukan nilai kewajiban sewa guna usaha. Namun,
dalam kasus lain, pengukuran nilai wajar kewajiban hadir beberapa tantangan.
Sebagai contoh, bagaimana kita memperkirakan nilai wajar suatu kewajiban yang
tidak ada nilai pasar.

Employee Benefit – Pension (Superannuation) Plans


Pada beberapa negara, iuran pensiun ditetapkan oleh atasan untuk
memberikan manfaat pensiun kepada karyawan. Pengusaha melakukan
pembayaran kepada dana pensiun yang memiliki aktiva, kepercayaan, untuk
mendanai pembayaran ketika karyawan pensiun. Dana pensiun adalah suatu
badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja. Dana pensiun mungkin
iuran atau non-iuran. Untuk dana imbalan pasti, jumlah yang akan dibayarkan
kepada karyawan setidaknya sebagian fungsi dari gaji karyawan akhir atau rata-
rata, sebaliknya, suatu iuran pasti dana membayar jumlah yang adalah fungsi dari
kontribusi dibuat untuk dana tersebut.
Dana pensiun dapat seluruhnya dibiayai, sebagian didanai atau tidak
didanai. Sepenuhnya didanai rencana memiliki kas yang cukup atau investasi untuk
memenuhi kewajiban dana untuk anggota. Sebaliknya, rencana didanai tidak
memiliki uang tunai atau investasi untuk menutupi potensi pembayaran di bawah
rencana. Sejauh yang jumlah yang diselenggarakan di percaya dan yang
dibayarkan ke dana pensiun tidak cukup untuk memenuhi kewajiban berdasarkan
program saat mereka jatuh tempo, dana pensiun adalah kekurangan dana.
Dana pensiun adalah badan hukum yang terpisah, mungkin akan dianggap
bahwa komitmen tidak didanai. Rencana bukan merupakan kewajiban dari sebuah
perusahaan atasan yang membayar ke dana pensiun. Namun, bisa dikatakan
bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang adil untuk memenuhi komitmen tidak
didanai.
Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban untuk pensiun
dibayarkan, yaitu:

 Sebagai jasa karyawan yang membuat? gagasannya bahwa pembayaran


adalah bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat
pemberian jasa. Namun, dibayarkan di masa depan, setelah pensiun.
 Ketika karyawan pensiun?
 Bila dana yang dibutuhkan untuk membuat pembayaran berdasarkan
program pensiun?

Dana pensiun dapat dianggap sebagai janji entitas untuk memberikan


pensiun kepada karyawan sebagai imbalan jasa masa lalu dan saat ini. Manfaat
pensiun adalah bentuk kompensasi ditangguhkan ditawarkan oleh perusahaan
dalam pertukaran untuk pelayanan oleh karyawan yang telah memilih, baik implisit
maupun eksplisit, untuk menerima kompensasi yang lebih rendah saat pembayaran
pensiun di masa depan. Manfaat pensiun yang diterima oleh karyawan, dan biaya
dicatat selama bertahun-tahun merupakan sebagai bentuk imbalan jasa yang telah
diberikan.
Provisions and contingencies

Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada batas kabur antara kewajiban
sekarang dan masa depan. PSAK 37 Penyediaan, Kewajiban Kontinjensi dan Aset
Kontinjensi mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan
bahwa semua ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu
atau jumlah. Mencoba untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan
potensi (atau kontinjen) kewajiban tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan
ini tergantung tingkat besar pada sifat ' bahkan masa lalu ' tersebut. IAS 37/AASB
137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai :

a) Kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang
keberadaannya akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya
satu atau lebih peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali
entitas

b) Kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
 Kemungkinan tidak mengakibatkan arus keluar sumber daya dan manfaat
ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
 Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang
cukup.

Kewajiban dan ketentuan diakui hanya jika ada kewajiban kini, adanya
kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat
ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban
tersebut dapat diukur secara andal. Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria
tersebut. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui
dalam laporan keuangan. PSAK 37 dikaji oleh IASB sebagai bagian dari proyek
kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan
'kewajiban kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non- finansial'.

Owners’ equity

Ekuitas Pemilik merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari


entitas. Dengan demikian, pemilik ekuitas sebagai pemilik klaim terhadap aktiva
bersih entitas. Ekuitas pemilik mewakili kepentingan pemilik atau modal dalam
perusahaan. Kerangka mendefinisikan ekuitas adalah kepentingan sisa dalam aset
perusahaan setelah dikurangi semua kewajibannya. Oleh karena itu, ekuitas
pemilik tidak punya kewajiban untuk pengalihan aset, namun dapat klaim sisa.
Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan secara terpisah dari aktiva dan
kewajiban. Dengan demikian, definisi aset dan kewajiban yang harus disepakati
sebelum definisi ekuitas dapat diselesaikan dan diterapkan dalam arti teoritis atau
praktis suara. Sebagai hasil dari sifat residu, jumlah yang ditampilkan dalam neraca
sebagai mewakili ekuitas tergantung pada tidak hanya aset dan kewajiban yang
diakui tetapi juga bagaimana mereka diukur.

Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita untuk membedakan antara
kewajiban dan ekuitas pemilik, yaitu:

 Hak para pihak


 Pengaturan substansi ekonomi

Hak hukum adalah pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh
menjadi dasar satu-satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Sudut pandang
hukum terlalu sempit fokusnya dalam mencapai tujuan penggunaan keputusan
akuntansi. Oleh karena itu, substansi ekonomi juga harus dipelajari.

Right of The Parties

Hak-hak yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik, didapatkan karena hukum
atau peraturan perusahaan terkait. Secara sah, kreditor memiliki klaim terhadap
pemilik dalam kepemilikan tunggal atau persekutuan, sedangkan dalam
perusahaan, kreditor memiliki klaim terhadap perusahaan. Bagaimanapun, dalam
teori akuntansi, tidak peduli bagaimana bentuk hukum sebuah organisasi, entitas
diakui sebagai unit akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditor memiliki klaim terhadap
entitas dan juga asetnya. Berikut ini merupakan hak-hak yang dimiliki oleh kreditor:

 Penyelesaian atas klaim kreditor dengan jangka waktu yang telah ditentukan,
melalui transfer aset (barang atau jasa).

 Penyelesaian klaim kreditor merupakan prioritas utama dibandingkan hak-hak


pemilik, jika terjadi likuidasi.

Harus diingat bahwa klaim yang dimiliki kreditor itu terbatas untuk jumlah
tertentu (yang mungkin berbeda-beda, sesuai dengan terms of agreement).
Sebaliknya, pemilik ‘hanya memiliki residual interest’, meskipun dengan pengaturan
kontral yang berbeda, pemilik dapat memiliki prioritas yang berbeda dalam
pengembalian modal (the return of the capital).
Aspek lain yang membedakan hak antara kreditor dan pemilik adalah hak
atas penggunaan aset atau pengoperasian perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak
atas penggunaan aset perusahaan selain yang ditentukan dalam kontrak. Selain itu
kreditor juga tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan bisnis,
kecuali dengan secara tidak langsung dalam beberapa kasus. Contohnya kreditor
dapat mempengaruhi perusahaan dengan membatasi retained earnings, atau
sejumlah aset tertentu tidak dapat dijual sebelum mendapatkan persetujuan dari
kreditor. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau otoritas untuk menjalankan
perusahaan.

Economic Substances

Liabilities dan owner’s equity melambangkan klaim terhadap entitas. Semua


klaim terhadap entitas memiliki resiko kerugian, namun resiko kerugian kreditor
sedikit lebih rendah dibandingkan resiko kerugian pemilik. Pemilik harus
menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan. Perbedaan utama
antara kreditor dan pemilik ialah, kreditor memiliki hak atas settlement, sedangkan
pemilik memiliki hak atas pembagian profit. Perbedaan tersebut mencerminkan
resiko ekonomi dan timbal balik dari kedua jenis klaim: kreditor menanggung resiko
yang lebih rendah dan mendapatkan timbal balik dengan pengembalian yang relatif
tetap (fixed return), sedangkan pemilik menanggung resiko yang lebih tinggi dan
dengan demikian mendapatkan timbale balik dengan pengembalian (lebih sering
meningkat) melalui partisipasi mereka dalam pembagian keuntungan. Figur berikut
ini menjelaskan hubungan antara substansi ekonomi (economic substance) dengan
hak-hak (rights) yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik.

Rights Economic Substance

Interest and Settlement/ Risk and Return

Participation in profits

Use of asets Control

Pemilik atau wakilnya (agent) memiliki kendali atas akuisisi, komposisi,


penggunaan dan disposisi aset perusahaan. Mereka memiliki kendali atas
pengoperasian dan bertanggung jawab dalam menjalankan perusahaan serta
keberlangsungan dan profitabilitasnya. Pada umumnya, pemilik menyerahkan
hampir seluruh tanggung jawab dan kendali tersebut kepada direktur dan manajer
(agent). Bagaimanapun, konsep ini memiliki kelemahan. Pengakuan atas owner’s
equity menggunakan teori proprietary, yang tidak cocok ketika diterapkan kepada
perusahaan besar.

Concept of Capital

Akuntansi untuk ekuitas pemegang saham dipengaruhi oleh ketentuan


hukum. Sebagai contoh, hukum bisnis Inggris dan Australia memuat undang-
undang mengenai akuntansi untuk modal. Konsep yang paling krusial adalah
ketentuan mengenai capital maintenance, yaitu perusahaan dituntut untuk
mempertahankan keutuhan modal dasarnya. Framework mengakui bahwa
perusahaan mempertahankan keutuhan modal dasarnya atau tidak, merupakan
sebuah fungsi, bukan hanya sebagai definisi ekuitas sebagai hak residu suatu
entitas, melainkan juga concept of capital. Modal dapat dikonseptualisasi
sebagai”the invested money”, “invested purchasing power” atau kapasitas
produktivitas sebuah entitas. Modal dapat diukur dalam nominal mata uang, atau
skala daya beli (sesungguhnya). Framework tidak memberikan arahan mengenai
model mana yang paling sesuai, namun dijelaskan di paragraph 108 dan 109
bahwa perusahaan harus mempertahankan jumlah yang berbeda atas sumber
dayanya untuk mempertahankan konsep dan pengukuran modal yang berbeda.

Tujuan lain dari capital maintenance adalah melindungi kreditor dengan


menyediakan ‘bantalan’ atau ‘penyangga’. Sebagai contoh, misalkan perusahaan A
memiliki modal sebesar Rp 100.000.000. Jika total aset sebesar Rp 1.000.000.000,
maka besarnya kewajiban sebesar Rp 900.000.000. Berikut ini adalah
penghitungannya:

Aset = Kewajiban + Modal

Rp 1.000.000.000 = Rp 900.000.000 + Rp 100.000.000

Jika perusahaan A harus mengalami likuidasi dan aset perusahaan hanya dinilai
sebesar Rp 800.000.000, perusahaan A masih mampu untuk membayar
kewajibannya kepada kreditor. Hal ini dikarenakan perusahaan A masih memiliki
modal sebesar Rp 100.000.000. Tanpa modal tersebut, kreditor tidak akan
mendapatkan bayarannya secara penuh dari perusahaan A. Modal memang
bukanlah sebuah jaminan dalam perlindungan kreditor, namun membantu
memberikan sedikit ‘rasa aman’ kepada kreditor.

Classifications Within Owner’s Equity

Pemisahan antara contributed dan earned capital ternyata berguna bagi para
akuntan. Contributed capital merupakan modal yang diserahkan secara langsung
oleh pemilik untuk keberlangsungan perusahaan (invested), sedangkan earned
capital adalah modal yang berasal dari profit, didapatkan oleh perusahaan seiring
dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan (reinvested). Logikanya adalah
memisahkan modal yang telah diinventasikan secara langsung dengan modal yang
diinvestasikan kembali. Contributed capital itu untuk financing transactions.
Retained earnings, atau unnappropriated profit meningkatkan earned capital.
Namun, demarkasi antara contributed dan earned capital tidak bisa dipisahkan
secara tegas dikarenakan tidak ada transaksi yang benar-benar sesuai atas dua
kategori tersebut. Sebagai contoh, dividen (yang telah dibayarkan) mencerminkan
bahwa ada perubahan klasifikasi dari earned menjadi contributed capital.

D. CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS


IASB saat ini memiliki beberapa proyek yang dapat mempengaruhi definisi,
pengakuan dan pengukuran kewajiban, kerangka konseptual, instrumen keuangan,
ketentuan serta hak-hak karyawan. Contohnya IAS 37 tentang Provisions,
Contingent Liabilities and Contingent Assets dan IAS 19 Employee Benefits
sebagai bagian dari kewajiban. Tujuan dari proyek ini (IAS 37 & IAS 19) adalah
untuk menyatukan standar IASB dengan US GAAP dan untuk meningkatkan
standar saat ini dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengakuan kewajiban.
Untuk mengilustrasikan tantangan yang di hadapi para pembuat standar, kita akan
mendiskusikan tiga topik utama yang sesuai dengan chapter ini.
Debt vs Equity Distinction

Sesuai dengan kriteria definisi dan pengakuan yang telah kita bahas di
chapter ini, saham yang telah di terbitkan kepada investor termasuk bagian dari
equity sedangkan pinjaman dari kreditor di klasifikasikan sebagai liabilities. Lalu
bagaimana dengan akun yang memiliki hybrid instrument? Contohnya, saham
preference yang dianggap sebagai bagian dari modal dan diklasifikasi sebagai
equity. Namun, saham preference juga memiliki karateristik yang sesuai dengan
liabilities yakni:

 Memiliki penerimaan yang tetap

 Tidak memiliki partisipasi dalam pembagian dividen lebih kearah specified


rate

 Memiliki prioritas lebih utama dibandingkan dengan saham biasa


dalam pengembalian modal

 Pada umumnya tidak memiliki hak voting.

Meskipun saham preference di klasifikasikan sebagai equity namun saham


preference juga memiliki definisi dari liabilities.

IAS 32/AASB 132 paragraf 18 mengatakan :

“The substance of financial instrument, rather than its legal form, governs the
classification... substance and legal form are commonly consistent, but not always.
Some financial instrument take the legal form of equity but are liabilities in
substance and other may combine features associated with equity but are
liabilities in substance and other may combine features associated with equity
instrument and features associated with financial liabilities.”

Jadi IAS 32/AAS 132 mengatakan bahwa saham preference yang memberikan
penerimaan tetap atau yang telah ditentukan untuk masa mendatang dikategorikan
sebagai financial liabilities. Sebuah instrumen keuangan yang memberikan hak
kepada pemegang instrumen untuk dikembalikan dan diganti dengan cash atau
financial asset lainya di kategorikan sebagai financial liabilities.

Extinguish Debt

Hutang dapat di selesaikan dengan cara membayar lunas atau memberikan


jasa kepada kreditur. Namun bila debitur tidak mampu melunasi hutangnya, kreditur
dapat menghapuskan hutang debitor. IAS 32/ AASB 132 membahas hal ini. Hal ini
memungkinkan debitor untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset
financial bersih atau hutang hanya jika entitas tersebut di perbolehkan secara
hukum.

Employee Shares

Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk gaji


dimasukan kedalam beban atau tidak. Isu lainya adalah pemberian upah karyawan
dalam bentuk saham perusahaan dikategorika ke dalam liabilities atau equity. Bila
termasuk ke dalam liabilities, economic benefit apa yang akan dikorbankan?
Mereka yang berargumen employee shares menciptakan expense dan liabilities
berpendapat para karyawan mendapatkan sesuatu yang bernilai, oleh karenanya
ada cost oleh perusahaan. Cost inilah yang dianggap beban. Dan liabilities ada
sampai di lunasi dengan hutang dan ekuitas bertambah. Bagi mereka yang
berpendapat Employee shares tidak menciptakan “expense” mereka beranggapan
employee shares tidak lebih menciptakan additional shares. Sebaliknya para
shareholder lah yang mengalami penurunan nilai saham.

ASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan dalam bentuk saham


kedalam beban.IFRS 2/AASB 2 ,pembayaran dalam bentuk saham dibedakan
menjadi dua cash settled dan equity settled. IFRS2/AASB 2 juga mengarahkan
perlakuan yang berbeda untuk “Fair value” yang berhubungan dengan cash settled
dan equity settled. Nilai wajar dari equity settled di tetapkan pada tanggal
pemberian sedangkan perubahan berikutnya di abaikan. Sedangkan untuk cash
settled di adjust tiap periode.

Issue for Auditor

Lengkapnya liabilities yang diakui, pengungkapan note dan obligasi lainya


merupakan salah satu isu yang di hadapi para auditor. Mereka wajib
mengumpulkan bukti bahwa account payable, accrual, and other liabilities disajikan
secara benar. Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
penyimpangan waktu, dimana liability yang ada sebelum akhir periode tidak dicatat
oleh entitas sampai dimulainya periode baru. Dengan uji cut off para auditor dapat
mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam perode yang tepat.

Pengenalan IFRS2/AASB berbasis pembayaran shares meningkatkan


paduan otoritas untuk auditor saaat menilai kewajaran dari nilai fair value yang di
berikan. Standar menyatakan bahwa fair value dapat ditentukan baik oleh nilai
saham yang diberikan atau dengan nilai barang/jasa yang diterima.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai