Anda di halaman 1dari 13

Tugas Teori Akuntansi

Bab 8. Liabilitas

Nama Kelompok :
Cindy 12014000416
Valencia Ariesta 12014000421
Monica Amelia 12014000751
Sharon 12014000778
Clarisa 12014000779

Universitas Katolik Atma Jaya


2017
LO 1. PROPRIETARY AND ENTITY THEORY

Dalam akuntansi terdapat dua teori yang mendasari cara pandang konsep akuntansi, prosedur,
dan aturan terkait dengan liabilitas dan modal. Kedua teori tersebut adalah proprietory theory
dan entity theory.

1. Proprietory theory (Teori Kepemilikan)


Kepemilikan perseorangan (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah
aset perusahaan dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang
merupakan kewajiban perusahaan yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka besar
kepemilikan atas sebuah perusahaan merupakan aset yang telah terbebas dari
kewajiban terhadap kreditor. Teori ini dapat direpresentasikan dalam persamaan
berikut : P = A – L
Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan.
Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan dari
pemilik bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan
liabilitas merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep income dalam
teori ini merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga dapat diartikan
sebagai return bagi pelaku bisnis.
Pemilik atau perwakilan dari pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan di
dalam bisnis yang menghasilkan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan dan
pengeluaran dalam bisnis merupakan bagian dari akun P. Kedua akun ini sengaja
untuk dipisahkan agar dapat terlihat keuntungan yang diterima di dalam proses
berbinis. Pendapatan meningkatkan kepemilikan, sebaliknya pengeluaran menurunkan
kepemilikan.
Pendapatan bersih merupakan peningkatan kekayaan dari pemilik perusahaan
dari operasi bisnisnya di dalam rentang waktu tertentu. Pendapatan bersih ini
menyatakan segala hal yang meningkatkan kekayaan pemilik, meliputi profit yang
didapatkan melalui aktivitas operasi bisnis dan juga perubahan nilai dari aset yang
dimiliki.
Contohnya ialah ketika menjual kembali sebuah barang yang merupakan
invetory, selisih antara harga jual dan harga dasar barang tersebut dan biaya untuk
menjualnya diakatakan sebagai peningkatan kekayaan. Contoh lain ialah ketika nilai
gedung kantor sebuah perusahaan yang meningkat, hal ini juga dapat dikatakan
sebagai peningkatan kekayaan. Tetapi gagasan atas perubahan nilai seperti contoh
kedua masih merupakan perdebatan di dalam akuntansi.

Praktik akuntansi yang didasarkan atas proprietory theory


Dibawah ini merupakan praktek akuntansi masa kini yang didasarkan atas
proprietory theory. Pertama, dividen tidak dianggap sebagai sebuah pengeluaran
melainkan distribusi keuntungan kepada pemilik dan tidak mengurangi kekayaan dari
pemilik itu sendiri. Sedangkan pajak dan bunga tetap dikatakan sebagai pengeluaran
karena mengurangi kekayaan dari pemilik. Gaji untuk pemilik yang juga bekerja
untuk perusahaannya sendiri tidak dikategorikan sebagai pengeluaran karena pemilik
dan perusahaannya dianggap sebagai sebuah entitas yang sama. Dalam investasi
jangka panjang, metode ekuitas (equity method) mengakui kepemilikan dari
perusahaan investor, maka bagian keuntungan perusahaan dapat diakui sesuai bagian
investor tersebut. Didalam pelaporan keuangan konsolidasi pencatatan oleh
perusahaan induk menggunakan dasar teori ini. Induk seolah memiliki perusahaan
anak dan pemegang saham minor dipandang sebagai pihak eksternal yang mengurangi
kepemilikan induk.

Lebih kepada Financial Capital Maintenance


Teori ini tidak membedakan antar aset perusahaan atau aset dari pemilik usaha
jadi seluruh dari profit perusahaan merupakan profit dari pemiliknya juga. Maka dari
itu untuk masalah modal finansial dan modal fisik, modal finansial sesuai dengan
teori kepemilikan ini. Ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal maka uang
dari pemiliklah yang digunakan. Modal merupakan dana yang diberikan oleh pemilik
untuk perusahaan dan keuntungan yang diinvestasikan ulang di dalam bisnis.

Kekurangan Proprietory Theory


Teori ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, teori ini dibentuk ketika
bisnis masih berupa perusahaan kecil dengan bentuk usaha pribadi atau kerjasama.
Kedua, secara hukum, sebuah perusahaan merupakan entitas yang terpisah dari
pemilik perusahaan dan memiliki haknya sendiri. Oleh karena itu, bagi pemilik,
akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan besar mengingat
adanya jarak antar manajemen dan pemegang saham. Di dalam sebuah perusahaan
besar, akuntabilitas merupakan isu yang penting karena pemegang saham akan sangat
bergantung pada laporan manajemen, karena sulit bagi pemegang saham untuk
melihat langsung seluruh kinerja perusahaannya. Lain halnya dengan perusahaan
kecil, pemilik akan sangat peduli dengan kondisi usahanya tersebut dan kontrol akan
dapat dilakukan langsung, sehingga fungsi akuntabilitas dari laporan manajemen
bukanlah menjadi hal yang penting bagi pemilik usaha.

2. Entity theory (Teori Entitas)

Teori entitas merupakan teori yang dibentuk akibat ketidakmampuan teori


proprietary dalam menjelaskan status hukum perusahaan yang terpisah dari
pemiliknya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan perusahaan
yang berdiri sendiri dengan identitasnya sendiri. Menurut Martin ada dua asumsi
untuk gagasan entitas akuntansi yaitu:
Separation: untuk tujuan akuntansi perusahaan dipisahkan dengan pemiliknya.
Viewpoint: prosedur akuntansi dibentuk berdasarkan sudut pandang entitasnya,
berdasarkan teori ini ialah perusahaan itu sendiri.

Entitas memanglah bukan sebuah pribadi dan tidak bisa bergerak dengan
sendirinya, perlu orang-orang, manajemen, yang menjalankannya. Tetapi menurut
Paton tiap perusahaan memiliki sifatnya sendiri. Terlebih jika saham perusahaan telah
beredar, hidup atau matinya perusahaan tidaklah bergantung dari pemegang
sahamnya, melainkan dari perusahaan itu sendiri.

Entity theory memiliki cara pandang bahwa tujuan dari akuntansi ialah
menjalankan fungsi akuntabilitas atau stewardship. Pada mulanya teori ini
menyatakan bahwa bisnis dijalankan untuk manfaat sebesar-besarnya kepada
pemegang saham. Tetapi pandangan sekarang mulai berubah bahwa perusahaan
menjalankan bisnisnya untuk keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Perusahaan perlu
taat kepada hukum dan berperforma baik untuk menarik lebih banyak dana agar
perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang.

Fokus akuntansi berdasarkan teori ini ialah pada persamaaan antara aset dan
modal. Hal ini dikarenakan entitas yang tidak lagi memandang bahwa kekayaan dari
pemilik sebagai fokus melainkan berfokus kepada diri perusahaan itu sendiri.
Pemegang saham dan kreditor dianggap sebagai pihak luar yang hanya memberikan
dana untuk entitas dalam menjalankan bisnis.

Assets = Equities

Menurut Paton laporan posisi keuangan menunjukkan aset, yang menyatakan


secara langsung nilai dari entitas, dan ekuitas, yang menyatakan nilai secara tidak
langsung tetapi dengan jumlah total yang sama. Aset merupakan kepemilikan dari
perusahaan dan liabilitas merupakan kewajiban dari perusahaan, bukan lagi dari
pemilik perusahaan. Dana yang diinvestasikan dari pemegang saham haruslah juga
dicantumkan di dalam laporan posisi keuangan yang nantinya memaksa nilai dari aset
non-moneter dinilai secara historical cost karena neraca harus seimbang dari sisi debit
dan kredit. Sebagai penyumbang dana, pemegang saham pun ingin mengetahui
bagaimana kondisi aset yang dibeli dari dana yang diinvestasikan serta bagaimana
perubahaan nilainya. Karena sulit bagi investor untuk menilai perubahaan nilai
asetnya karena tidak cukup dekat dengan bisnisnya maka akuntabilitas memerlukan
penyesuaian yang dilaporkan agar investor tidak salah membuat keputusan.

Pendapatan, dalam teori entitas, didefinisikan sebagai aliran masuk aset akibat
adanya transaksi perusahaan, dan pengeluaran berhubungan dengan biaya aset terkait
dan jasa lain yang digunakan oleh perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dalam
waktu tertentu. Berdasarkan teori entitas, fokus bukan lagi kepada kekayaan pemilik
(P) melainkan kepada aset perusahaan sebagai hal nyata yang dimiliki perusahaan di
dalam menjalankan bisnis. Bukan lagi melihat kepada ekuitas atau modal yang lebih
abstrak, berupa klaim atas aset, yang timbul secara tidak langsung. Pendapatan
menambah aset yang dimiliki perusahaan dan sebaliknya pengeluaran mengurangi
aset perusahaan. Maka dari itu akuntansi sebaiknya menjelaskan konsep bahwa
pendapatan dan pengeluaran menjelaskan pada perubahan aset yang dimiliki
perusahaan bukan perubahan kekayaan dari pemilik perusahaan.

Pendapatan bersih adalah milik dari perusahaan, tetapi tercatat sebagai laba
ditahan seolah pendapatan tersebut milik dari pemegang saham. Interpretasi awal atas
pernyataan ini adalah bahwa pemegang saham memiliki hak klaim atas aset yang
dimiliki perusahaan yang besarnya sesuai dengan jumlah aset yang telah dikurangi
kewajiban kepada kreditur. Interpretasi atas hal ini kini berubah ke arah bahwa laba
ditahan merupakan modal atau investasi dari perusahaan itu sendiri atas dirinya
sendiri. Pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak luar
dikategorikan sebagai pengeluaran termasuk pajak, bunga, dan dividen kepada
pemegang saham. Pembayaran tersebut mengurangi modal perusahaan atas dirinya
sendiri.

Kedua teori ini memiliki pengaruh kepada praktik akuntansi di masa kini.
Seperti teori akuntansi konvensional yang berdasarkan konsep entitas bahwa laporan
keuangan merupakan laporan atas perusahaan itu sendiri dan perusahaan merupakan
entitas yang terpisah dari pemiliknya. Dan juga teori kepemilikan yang menganggap
bahwa dividen bukan sebagai pengeluaran tetapi sebagai distribusi dari keuntungan
kepada para pemilik.

LO 2. LIABILITIES DEFINED

Dalam IASB Framework, paragraph 49(B), liability didefinisikan sebagai berikut:


Liabilitas : kewajiban entitas pada saat ini muncul karena peristiwa di masa lalu,
penyelesaiaannya berupa outflow sumber daya perusahaan dalam bentuk penyerahan manfaat
ekonomik.

Present Obligation
Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilitas diharapkan dapat
menyebabkan terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus pada
future event, dalam artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan.
Pertimbangan yang mendasari hal ini adalah bahwa obligasi telah ada dalam
hubungannya dengan pengorbanan di masa depan. Sebagai contoh, utang dagang
adalah current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain.
Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari
obligasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti:
- pembayaran kas,
- transfer aset selain kas bayar utang dengan kasih mesin, mobil
- provisi jasa  kalo gabisa bayar utang, kita kasih ke jasa ke kreditur
- penggantian obligasi dengan obligasi lain,  ganti dengan utang baru
- konversi obligasi menjadi ekuitas  utang dibayar dengan kasih saham kita ke
kreditur
- atau kreditor melepaskan obligasi yang bersangkutan.
Dalam berbagai metode penyelesaian obligasi, hanya dua cara yang disebutkan di
awal yang tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai contoh, utang dagang akan
diselesaikan dengan pembayaran kas (outflow aset), sedangkan kewajiban untuk
unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan provisi
barang atau jasa. Planned obligations (contohnya rencana untuk renovasi gedung)
juga bisa menjadi present obligations apabila ada perjanjian kontrak dengan
pihak luar untuk menyelesaikan maintenance.
Constructive obligations: kewajiban yg tidak dinyatakan secara tertulis 
misalnya pembayaran atas bonus tertentu
Equitable obligations: kewajiban yg tidak dikuatkan dengan kontrak, hanya
karena kewajiban moral, demi kewajaran dan keadilan  misalnya
pembayaran cuti

Past Transaction
Syarat suatu obligasi merupakan hasil dari peristiwa lalu adalah harus
dipastikan bahwa hanya present liabilities yang dicatat, bukan untuk peristiwa
masa depan. Namun, kondisi dari peristiwa lalu sulit untuk diinterpretasikan. Ketika
suatu perusahaan memesan persediaan kepada pemasok, peraturan kini menentukan
bahwa tidak ada obligasi sampai suatu barang telah diterima. Oleh karena itu, past
event dalam konteks ini adalah saat penerimaan barang, bukan ketika melakukan
pemesanan.
Executory contract adalah hal yang tepat dalam interpretasi terkait past
event. Executory contract adalah kontrak yang belum sepenuhnya dijalankan.
Dalam kata lain, executory contract adalah sebuah kontrak ketika kedua pihak masih
memiliki pelaksanaan dan kepentingan yang tersisa. Kontrak yang telah sepenuhnya
dijalani satu pihak tapi belum dipenuhi untuk pihak yang lain diklasifikasikan sebagai
executory contract.
Sebagai contoh, apakah obligasi pembelian tanpa syarat adalah liabilitas.
Melihat situasi dimana pembeli menyetujui untuk membayar jumlah tertentu
secara periodik atas suatu produk dan jasa, dan pembayaran akan dilakukan
tanpa melihat apakah pembeli menerima produknya, maka pembeli diwajibkan
untuk melakukan pembayaran periodik walaupun jasa yang diberikan tidak
sesuai secara kuantitas. Dalam tahapan ini, terdapat persetujuan diantara dua pihak,
di mana tidak dijalankan oleh keduanya. Dalam kasus ini, obligasi untuk
mengorbankan manfaat ekonomi di masa depan (dengan membayar kas) kepada pihak
lain terbentuk ketika penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, obligasi pembelian
tanpa syarat merupakan liabilitas, yang muncul dari peristiwa lalu ketika
penandatanganan kontrak. Obligasi tetap terbentuk walaupun tidak dijalankan
dengan sesuai.

Liabilities Recognition
Akuntan membutuhkan suatu peraturan untuk menentukan kewajiban. Jenis peraturan
yang telah diterapkan di masa lalu sama dengan yang diterapkan dalam pengakuan
aset, yaitu:
1. Berdasarkan pada hukum
2. Adanya penentuan substansi ekonomi
3. Dapat diukur nilainya
4. Penggunaan prinsip konservatisme
Kriteria pertama, jika ada klaim yang memiliki kekuatan secara hukum, ada sedikit
keraguan bahwa suatu kewajiban terjadi. Meskipun kewajiban adil atau konstruktif
dianut dalam definisi kewajiban, sebagian besar kewajiban ditentukan atas dasar
apakah ada kewajiban klaim hukum terhadap entitas untuk memenuhinya. kewajiban
untuk pemulihan operasi penambangan adalah kewajiban hukum jika hukum
mensyaratkan pemulihan tetapi juga bisa dianggap sebagai suatu yang adil.
Kriteria kedua mengharuskan kita mempertimbangkan substansi ekonomi dari sebuah
transaksi. Apakah beberapa kewajiban benar-benar terjadi? Seberapa penting
pencatatan dan penampilan akhir dari kewajiban bagi pengguna dalam neraca?
Pemegang saham dan investor khawatir tentang besarnya aliran manfaat ekonomi
sehubungan dengan penyelesaian klaim ganti rugi, sedangkan karyawan khawatir
terkait keberlangsungan perusahaan untuk memenuhi klaim masa depan mereka.
Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai kewajiban. Untuk beberapa
kewajiban, nilai diwakili oleh harga kontrak, seperti jumlah uang yang harus dibayar
untuk barang dan jasa yang diterima. Nilai kewajiban mungkin berbeda dengan
jumlah nominalnya. Misalnya, jika kewajiban melibatkan jangka waktu lebih dari 12
bulan harus dipertimbangkan nilai waktu dari uang sehingga perhitungan nilai
kewajiban akan didasarkan pada nilai sekarang dari arus kas masa depan yang
diharapkan bukan jumlah nominalnya.
Kriteria keempat terkait prinsip konservatisme, bahwa lebih baik mencatat kewajiban
terlebih dahulu daripada mencatat aset sehingga akan timbul kesan lebih aman
memiliki keadaan assets understated daripada liabilities understated. Masalah yang
kemudian muncul adalah sampai sejauh mana perusahaan akan bersikap konservatis?
Konservatisme yang berlebihan akan mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias,
sementara pengambil keputusan memerlukan informasi yang netral dalam mengambil
keputusan.
Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar
sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi merupakan hasil dari penyelesaian
kewajiban saat ini dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung serta dapat
diukur dengan andal.

IASB Framework
Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan elemen
neraca dan laporan laba rugi. Dinyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen
harus diakui jika:
a. Kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan item
akan mengalir ke atau dari entitas
b. Item memiliki nilai yang dapat diukur dengan andal

Suatu kewajiban diakui dalam neraca ketika kemungkinan besar mengakibatkan arus
kas keluar dari sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang diakibatkan dari
penyelesaian kewajiban kini dan jumlah dimana penyelesaian akan berlangsung dapat
diukur dengan andal. Oleh karena itu, masalah-masalah penting yang harus
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pengakuan kewajiban, yaitu.
● Kemungkinan besar arus kas keluar dari manfaat ekonomi
● Realibilitas pengukuran
Dalam praktiknya, mungkin sulit untuk menerapkan kriteria tersebut. Misalnya, apa
maksud dari kemungkinan? Bisa dikatakan bahwa itu berarti semakin besar
kemungkinan daripada lebih kecil kemungkinannya. Namun, perbedaan individu
dalam perkiraan probabilitas dari suatu peristiwa dapat bervariasi menyebabkan
inkonsistensi dalam pengukuran.
Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah bebas dari kesalahan
material dan bias sehingga dapat menunjukkan dengan tepat. Kerangka kerja
menyatakan secara spesifik bahwa kewajiban tidak dapat diakui jika mereka tidak
dapat diukur dengan andal. Salah satu contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan
yang akan dibayar tidak dapat diestimasi dengan andal maka item tidak dapat diakui
sebagai kewajiban.

LO 3. LIABILITIES MEASUREMENT

Framework memberikan sedikit panduan tentang bagaimana menghitung kewajiban yang


memenuhi definisi dan kriteria pengakuan. Dalam IFRS, metode perhitungan untuk liabilitas
yang sering digunakan adalah historical cost (atau modified cost).
Dalam kaitannya dengan IAS 17 Leases, IAS 39 Recognition and Measurement of Financial
Instruments, IFRS 2 Share-based Payment dan IFRS 3 Business Combinations, penghitungan
fair value digunakan untuk awal pengukuran dari transaksi yang melibatkan liabilitas.
Konsep tersebut dijelaskan pada standar seperti IAS 17 (paragraf 4):
“The amount for which an asset could be exchanged or a liability settled between
knowledgable, willing parties in an arm’s length transaction.”

Tabel berikut menunjukkan metode pengukuran yang digunakan di bawah IFRS untuk
liabilitas

Usual measurement basis Fair value option


allowed by IFRS and
adopted in practice

Non-current liabilities

Long-term borrowings Amortised cost No

Finance lease obligations Amortised cost No

Defined benefit post Present value of expected No


employment obligations payments less fair value of
plan assets

Deferred tax Expected payments No


Long-term provisions Present value of expected No
payments

Current liabilities

Trade Payables Amortised cost No

Derivatives Fair value -

Short-term borrowings Amortised cost No

Current portion of long-term Amortised cost No


borrowings

Other financial liabilities Amortised cost Yes

Current tax payable Expected payments No

Short-term provisions Expected payments No

Employee Benefits - Pension (superannuation) Plans


Penyedia kerja melakukan pembayaran dana pensiun yang merupakan aktiva yang ditahan
untuk pendanaan tenaga kerja mereka ketika sudah pensiun. Dua jenis rencana pensiun:
1. Contributory (penyedia kerja dan tenaga kerja berkontribusi dalam pendanaan)
2. Non-contributory (penyedia kerja yang berkontribusi dalam pendanaan).
Perbedaan antara defined benefit fund dengan defined contribution fund (atau accumulated
benefit fund):
1. Benefit Fund: jumlah yang dibayarkan kepada tenaga kerja paling sedikit sebagian dari
gaji terakhir atau rata-rata dari gaji.
2. Contribution Fund: jumlah yang dibayarkan sebesar jumlah kontribusi yang berikan
dalam pendanaan.
Tiga jenis pendanaan pensiun:
1. Fully Funded: kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban pendanaan
2. Partially Funded: kas atau investasi hanya memenuhi sebagian dari kewajiban pendanaan
3. Unfunded: tidak mempunyai kas atau investasi untuk menutupi pembayaran potensial
sesuai rencana pensiun. Ketika obligasi yang direncanakan sudah jatuh tempo dan
pendanaan tidak cukup untuk memenuhi obligasi tersebut dapat dikatakan bahwa
rencana pension tersebut underfunded.
Dana pensiun adalah entitas yang legal yang terpisah dari perusahaan penyedia kerja. Oleh
sebab itu sebuah rencana pensiun yang unfunded bukan liabilitas dari penyedia kerja untuk
membayar dana pensiun. Tetapi, ada argumentasi lain bahwa perusahaan memiliki equitable
obligation untuk memenuhi unfunded commitments yang berarti perusahaan memiliki
liabilitas. Whittred, Zimmer, dan Taylor memberikan contoh sebuah perusahaan yang lalai
dalam pendanaan pensiun dan sebagai konsekuensinya, perusahaan tersebut kehilangan
reputasi di pasar tenaga kerja dan pasar lainnya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan
manfaat ekonomi.

Dalam Framework dan IAS 37/ AASB 137 dikatakan bahwa sulit untuk menyatakan bahwa
unfunded plan bukanlah liabilitas. Isu lain yang berkaitan dengan waktu pengakuan liabilitas
untuk pembayaran pensiun, yaitu:
1. Sudah atau belumnya karyawan telah memberikan jasa kepada perusahaan. Gagasan dari
dana pensiun adalah pembayaran tersebut merupakan bentuk kompensasi yang diterima
oleh karyawan pada karena telah memberikan jasa. Namun kompensasi dibayarkan di
masa depan, setelah karyawan pensiun.
2. Ketidakjelasan mengenai waktu pensiun karyawan.
3. Kapan pendanaan dibutuhkan untuk memberikan pembayaran di bawah rencana pensiun?

Provision and Contingencies


Provisions dan contingencies terjadi ketika terdapat garis ada ketidakjelasan antara present
dan future obligations. IAS 37/AASB 137 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent
Asset mengakui terjadinya tumpang tindih definisi di paragraph 12, ketika dinyatakan bahwa
semua provision adalah contingent karena adanya ketidakjelasan dalam waktu dan
jumlahnya. Perbedaan antara present, future, dan potensial (contingent) tergantung pada sifat
dari kejadian di masa lalu. IAS 37/AASB 137 paragraf 10 mendefinisikan contingent liability
sebagai:
(a) sebuah possible obligation yang muncul dari past events dan yang keberadaannya akan
dikonfirmasi hanya dengan occurrence atau non-occurrence dari satu atau lebih
ketidakpastian kejadian di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
(b) Sebuah present obligation yang muncul dari past events tetapi tidak diakui karena:
i. Kemungkinan besar pengeluaran sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi tidak
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban; atau
ii. jumlah dari obligasi tidak bisa dihitung dengan keandalan yang cukup.
IAS 37/AASB 137 paragraf 14 mengatakan bahwa kriteria pengakuan provisions konsisten
dengan kriteria Framework untuk pengakuan dari liabilitas. Oleh sebab itu, liabilitas dan
provision hanya dapat diakui jika ada kewajiban di masa kini, kemungkinan besar dibutuhkan
pengeluaran sumber daya yang mengandung keuntungan ekonomi untuk menyelesaikan
kewajiban tersebut, dan nilai obligasi dapat diukur secara andal. Contingent liabilities tidak
memenuhi kriteria ini (sama seperti contingent asset tidak memenuhi kriteria pengakuan
aset).

IAS 37/AASB 137 paragraf 27 menyatakan secara kategoris bahwa contingent liabilities
tidak diakui dalam laporan keuangan. Efek dari IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan
provisions.
IAS 37 (paragraf 86) menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, catatan atas akun
diperlukan karena informasi mengenai liabilitas sangat relevan untuk pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan tentang pengalokasian sumber daya
yang langka. Penyelesaian kewajiban mungkin diperlukan di masa depan namun tingkat
kemungkinannya tidak cukup tinggi sehingga dapat diakui sebagai liabilitas.

Anda mungkin juga menyukai