Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tidak dapat dipungkiri lagi, suatu badan usaha atau industri apapun dan
dimanapun, jika hendak untuk bertahan, bertumbuh, dan bahkan mampu melakukan
ekspansi pasar, maka harus memiliki dukungan yang kuat dalam hal kinerja perusahaan.
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).Ukuran suatu kinerja
perusahaan secara tersirat dapat kita nilai dari Laporan Keuangan yang dihasilkan
perusahaan tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan(SAK) : Laporan Keuangan
adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti, misalnya : sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Di samping itu juga ternasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misal : informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). Sedangkan
menurut Syafri (2008:201) berpendapat bahwa, Laporan Keuangan adalah output dan
hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi
bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau
accountability. Sekaligus mengambarkan indicator kesuksesan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Laporan Keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan bagi para pihak yang
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Misalnya dari pihak internal (manajer,
direktur, dll), digunakan untuk mengukur kineja perusahaan, dan membantu dalam
pengambilan keputusan untuk menunjang kegiatan operasional. Selanjutnya dari pihak
eksternal perusahaan, seperti kreditur, Laporan Keuangan digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas perusahaan sehingga dapat diambil kesimpulan apakah suatu perusahaan
layak untuk diberi dana pinjaman atau tidak, dan untuk para pemegang saham digunakan
untuk meramalkan nilai pasar saham, tingkat deviden, dan pencapaian labanya. Secara
garis besar, berikut ini dipaparkan tujuan dari Laporan Keuangan menurut M. Sadeli
(2012:18),menyediakan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan
kewajiban,
1. menyajikan informasi yang dapat diandalkan tetang perubahan kekayaan bersih
perusahaan sebagai tentang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari
kegiatan usaha,
2. menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang
bukan berasal dari kegiatan usaha,

1
3. menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir
kemampuan perusahaan memperoleh laba, serta

4. menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para
pemiliknya.

Lalu, bagaimana caranya mengukur kineja perusahaan melalui Laporan


Keuangan? Dalam mengukur kinerja perusahaan, diperlukan faktor penilaian yang tepat,
yang didapatkan melalui berbagai macam pengolahan data di dalam Laporan Keuangan,
yaitu berupa Rasio Keuangan. Menurut Syafri (2008:297), rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandigan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan, contohnya antara
hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total
penjualan dan sebagainya. Kenapa harus menggunakan Rasio Keuangan dalam
mengukur kinerja perusahaan? Perhitungan Rasio Keuangan yang menggunakan
perbandingan antara data yang saling memengaruhi/terpengaruh satu sama lain, dan juga
membandingkan antara data yang muncul pada dua periode yang berbeda, dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan terpercaya apakah dalam suatu sisi kinerja
perusahaan mengalami peningkatan kualitas, atau malah sebaliknya, mengalami
penurunan. Oleh karena itu, penggunaan Rasio Keuangan dirasa lebih baik digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan daripada hanya mengukur dan menilai melalui tiap-
tiap data, dan hanya menggunakan Laporan Keuangan dalam satu periode.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1995:237) yang kemudian


diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana dan Kibandroko, pengukuran kinerja perusahaan
dapat dilakukan melalui analisis terhadap tiga kelompok rasio keuangan di, yaitu

a. rasio profitabilitas : mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil


pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi,
b. rasio pertumbuhan : mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi, dan
c. rasio penilaian : mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai
pasar yang melebihi pengeluaran kas.

Dalam makalah ini, kami selaku penulis akan melakukan analisis penilaian
kinerja perusahaan khusus pada bidang industri rokok dan tembakau. Hampir semua
orang di Indonesia pasti setidaknya pernah melihat dan mengetahui apakah rokok itu.
Seperti yang kita tahu, industri rokok dan tembakau telah memberikan kontribusi yang
besar dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir,
seiring dengan semakin meningkatnya jumlah perokok di Indonesia. Pada tahun 2013,
realisasi penerimaan bea dan cukai negara mencapai Rp155,82 triliun, dimana
penerimaan cukai tercatat sebesar Rp108,45 triliun, dan khusus untuk cukai hasil
tembakau dan rokok saja menyumbang sebesar Rp103,53 triliun, kemudian pada tahun
2014, terjadi peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok menjadi sebesar
Rp111,4 triliun. Sedangkan pada 2015, dari total penerimaan kepabeanan dan cukai

2
sebesar Rp180,4 triliun, sebanyak 96,4 persen atau Rp139,5 triliun merupakan
penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok. Bahkan menurut Heru Pambudi selaku
Direktur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok
pada 2015 telah melebihi target APBNP 2015 sebesar 100,3 persen.
Selain kontribusi dalam hal penerimaan cukai yang menjadi pendapatan bagi
negara, menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, beliau mengatakan
industri rokok melibatkan tenaga kerja hingga 6,1 juta jiwa, sungguh fantastis angka
tersebut jika hanya untuk satu jenis industri saja. Pencapaian prestasi industri rokok
Indonesia tidak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Betapa tidak,
pada tahun 2012 nilai ekspor rokok dan cerutu mencapai US$ 617,8 juta, dan dua tahun
kemudian atau pada tahun 2014 mencapai nilai US$ 804,7 juta, dengan kata lain terjadi
rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 14,1 % selama 2012-2014. Hal tersebut
menunjukkan bahwa betapa baiknya kualitas industri rokok dan tembakau Indonesia
sehingga bisa diterima dengan baik pula di pangsa pasar luar negeri, meskipun tetap
harus bersaing dengan merek-merek rokok internasional lainnya.Sejalan dengan
penjelasan Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), beliau
mengatakanrata-rata produksi rokok nasional dalam tiga tahun terakhir mencapai 300
miliar batang per tahun.Konsumsi rokok terbesar berasal dari dalam negeri yang
mencapai 93% atau 279 miliar batang.Adapun untuk konsumsi luar negeri sekitar 21
miliar batang.Meskipun hanya 7% dari rata-rata total produksi rokok nasional, tetapi bila
disandingkan dengan berbagai macam merek rokok lainnya yang beredar di pasar
internasional, tentu hal tersebut patut untuk diapresiasi.
Melihat betapa luar biasanya kontribusi industri rokok dan tembakau Indonesia
terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, bahkan dalam bidang lain seperti
bidang sosial dan budaya di Indonesia, maka dari itu akan menjadi sangat menarik untuk
mengetahui sebenarnya seperti apa kualitas kinerja dan kekuatan dari dalam industri
tersebut sehingga dinobatkan menjadi tumpuan penghasilan pendapatan APBN
Indonesia. Oleh karena itu, kami selaku penulis makalah skripsi mini ini, akan
melakukan dan memaparkan penelitian bertajuk Analisis Kualitas Kinerja Industri
Rokok dan Tembakau Indonesia Melalui Rasio-Rasio Keuangan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan diidentifikasi dapat diuraikan menjadi:
1. Bagaimana kualitas kinerja dari kelompok industri rokok dan tembakau di
Indonesia?
2. Apakah hubungan antara analisis Laporan Keuangan perusahaan industri
melalui rasio-rasio keuangan dengan penilaian kinerja perusahaan?

1.3 Pembatasan Masalah


Agar penelitian kali ini dapat dilakukan dengan baik, memiliki alur pembahasan
yang terarah, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai, maka ruang lingkup penelitian
akan dibatasi sebagai berikut :
1. Perusahaan rokok yang dijadikan obyek penelitian dibatasi pada tiga
perusahaan saja, yaitu perusahaan yang besar dan sudah bersifat terbuka yaitu

3
PT Bentoel Internasional Investama Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT
Gudang Garam Tbk., dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
2. Laporan keuangan yang akan dianalisis dibatasi pada laporan keuangan
keluaran tahun 2013, 2014, dan 2015.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian


Sesuai dengan masalah-masalah yang telah teridentifikasi, maka penelitian ini
dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas kinerja dari kelompok industri rokok dan
tembakau di Indonesia sehingga bisa memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi serta sumber
pemasukan negara terbesar.
2. Untuk mengetahui hubungan antara analisis rasio-rasio keuangan di Laporan
Keuangan perusahaan dengan kualitas kinerja perusahaan tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


Kami selaku penulis tentunya berharap bahwa hasil penelitian ini akan dapat
memberikan manfaat kepada orang lain, dan dalam banyak hal. Kami mengharapkan
sekiranya penelitian ini akan berguna bagi:
1. Bagi kelompok penulis, kami mengharapkan penelitian ini akan membantu
kami untuk lebih memahami konsep pembelajaran yang dibahas, serta
memahami hubungan antara analisis rasio-rasio keuangan dengan kualitas
kinerja suatu perusahaan.
2. Bagi beberapa perusahaan rokok dan tembakau yang menjadi obyek
penelitian kami, kami mengharapkan penelitian ini akan memberikan dampak
yang positif bagi perusahaan, serta membantu perusahaan dalam memutuskan
rencana-rencana perusahaan, membuat kebijakan, dan sebagainya.
3. Bagi seluruh masyarakat yang menjadikan hasil penelitian ini sebagai
pegangan atau bahan acuan untuk melakukan penelitian yang sejenis, atau
sekadar tertarik membaca, semoga dapat memberikan manfaat yang
semaksimal mungkin.

1.6 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
cara yang paling tepat untuk mengetahui kualitas kinerja suatu perusahaan adalah dengan
menganalisis rasio-rasio keuangan melalui laporan keuangan yang dimilikinya.
Menurut Oswald (1990:13), analisis laporan keuangan adalah:
In general financial analysis provides a method for assessing the financial strength and
weakness of the firm, using information found in financial statement.
Dalam pengungkapan tersebut, dapat diartikan bahwa analisis laporan keuangan dapat
membantu para pihak manajemen perusahaan, atau pihak-pihak lain di luar perusahaan
untuk menemukan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui
informasi-informasi yang tertera di dalamnya.Untuk memudahkan dalam mengevaluasi
suatu laporan keuanga.Diperlukan suatu tolok ukur, dimana yang paling sering dijadikan
tolok ukur adalah berupa rasio atau indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolok ukur
yang menghubungkan dua data keuangan atau lebih, yang berasal dari laporan keuangan
pada periode yang sama maupun berbeda periode. Analisis rasio-rasio keuangan yang

4
dilakukan pada saldo-saldo akun pada neraca maupun laporan laba-rugi dapat
memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat tertentu.
Analisis rasio-rasio keuangan melalui laporan keuangan perusahaan terdapat dua
jenis perbandingan. Pertama, analisis yang membandingkan rasio pada periode sekarang
dengan rasio pada periode sebelumnya atau pada periode yang akan datang pada laporan
keuangan perusahaan yang sama. Kedua, analisis yang membandingkan rasio keuangan
suatu perusahaan dengan rasio keuangan perusahaan lainnya yang sejenis, atau dengan
rata-rata industry pada satu titik yang sama. Melalui perbandingan-perbandingan
tersebut, kita dapat mengetahui terjadinya kenaikan maupun penurunan kualitas kinerja
perusahaan.Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1995:237) yang
kemudian diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana dan Kibandroko, pengukuran kinerja
perusahaan dapat dilakukan melalui analisis terhadap tiga kelompok rasio keuangan di,
yaitu
a. rasio profitabilitas : mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi,
b. rasio pertumbuhan : mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi, dan
c. rasio penilaian : mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai
pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Analisis laporan keuangan akan sangat membantu para pihak manajemen
perusahan dalam mengidentifikasi kondisi sebenarnya dari perusahaan, seperti
kekurangan-kekurangan dalam operasional perusahaan, sehingga manajemen dapat
mengambil keputusan yang tepat untuk langkah perusahaan kedepannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1. Konsep Analisis
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat, dan pemahaman arti keseluruhan.Menurut Dwi
Prasowo Darminto, analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut Komaruddin (1994:163), analisis
adalah suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan yang padu. Sedangkan menurut Sofyan Syafari
(2009:207), analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai
unit terkecil.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
menguraikan pos-pos atau ayat-ayat yang memungkinkan tentang perbedaan untuk
kemudian dievaluasi dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan untuk kemudian disimpulkan.

2.2. Laporan Keuangan


Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi
keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatanoperasi
normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-
entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain diluar perusahaan.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.1 Revisi 2009 dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, yaitu:
Laporan keuangan merupakan bagian proses dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti sebagai laporan arus kas
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk jadwal dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Sedangkan
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5), laporan keuangan adalah struktur yang
menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5), tujuan umum dari laporan
keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi
keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),dan arus kas
(cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi
para penggunanya.Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth,
beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas.

6
Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi
aruskas masa depan. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan
keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari
unsur - unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang
berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak
manajemen perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1,
tujuan dan manfaat laporan keuangan yaitu:
1. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor
kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam membuat keputusan lain yg sejenis
secara rasional,
2. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor,
kreditor, dan pengguna lain yang potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan
ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang, yang berasal dari
pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan,
3. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi
perusahaan, klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal, dan
4. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama
satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk
membantu menafsirkan prospek perusahaan.
2.2.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas dalam membuat
informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan
keputusan yang bernilai ekonomis. Berikut adalah karakteristik kualitatif keuangan
menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK No. 1 (2007:7).

1. Dapat dipahami.
Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu.
2. Relevan.
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi harus memiliki kualitas yang relevan
jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan
membantu mengevaluasi peristiwa di masa lalu, kini, atau mendatang atau dengan
mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
3. Keandalan.
Informasi memiliki kualitas andal apabila bebas dari pengertian menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus
atau jujur dari yang seharusnya disajikan, atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. Selain itu informasi harus diarahkan pada kebutuhan pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu. Dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, maka ketidakpastian tersebut diakui
dengan mengungkapkan hakikat dan tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan
sehat. Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus

7
lengkap dalam batasan materialistis dan biaya (kelengkapan). Kesenjangan untuk
tidak mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan
menyesatkan.
4. Dapat dibandingkan.
Pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
periodeuntuk dapat mengidentifikasikan kecenderungan posisi laporan keuangan dan
mengevaluasi posisi keuangan perusahaan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten baik untuk perusahaan tersebut, antara periode yang sama,
maupun untuk perusahaan yang berbeda.
2.2.4 Jenis jenis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
1. Neraca (Balance Sheet)
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi
keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas
pada saat tertentu. Neraca (balance sheet) adalah laporan yang menyajikan sumber-
sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset serta kewajiban - kewajibannya atau
utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau
ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga
dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu
neraca tepatnya dinamakan statements of financial position. Karena neraca merupakan
potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status
report bukan merupakan flow report. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9)
menyatakan bahwa unsur yang berkaitan secara langsung dengan posisi keuangan
antara lain:
a. Aset (Asset)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), aset adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahan. Menurut
Prastowo dan Juliaty (2010:18), aset atau aktiva dapat diklasifikasikan menjadi:
aktiva lancar : aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh
dalam waktu satu tahun kurang (siklus operasi normal), contoh : kas, surat
berharga, persediaan, piutang dan persekot biaya,
investasi jangka panjang : penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahan
lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, contoh : investasi saham,
investasi obligasi,
aktiva tetap : aktiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam operasi normal
perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi
lebih dari satu tahun, contoh : tanah, gedung, kendaraan, mesin serta peralatan,
dan
aktiva tak berwujud : aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya
berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi

8
perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : patent, goodwill,
royalty, copyright, trade name/trade mark, franchise, dan licence.
b. Kewajiban (Liabilities)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), kewajiban merupakan utang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi. Menurut Prastowo dan Juliaty (2010:18),
kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi:
kewajiban lancar : kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang, contoh : utang
dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, dan utang biaya atau beban lainnya
yang belum dibayar,
kewajiban jangka panjang : kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : utang
obligasi, utang hipotik, dan utang bank atau kredit investasi, dan
kewajiban lain-lain : kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang, contoh : utang kepada para
pemegang saham.
c. Ekuitas (Equity)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), ekuitas adalah hak residual atas
aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Menurut Prastowo dan
Juliaty (2010:19), ekuitas dapat diklasifikasikan menjadi:
ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, contoh : modal saham (termasuk
agio saham bila ada), dan
ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada
pemilik, contoh : dividen (ditahan).
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan
laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan
adalah sebagai berikut:
a. penghasilan (revenue) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan
harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor, serta
b. beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus kas keluar,
penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang
tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu
yang diklasifikasikan menjadi:
beban : timbul dari pelaksanaan aktiva perusahaan, misalnya beban
umum/administrasi dan beban penjualan (operating expenses), dan
kerugian : timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, misalnya penjualan
aktiva tetap.
3. Laporan Perubahan Ekuitas

9
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menyajikan peningkatan dan
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan
prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas beguna untuk meneliti kecermatan dari transaksi arus kas masa
depan yang telah dibuat sebelumnya, dan dalam menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga yang diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, dan pendanaa. Selain itu informasi arus kas histori sering
digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan
atas laporan keuangan juga mencangkup informasi yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk
menghasilkan laporan keuangan secara wajar.
2.2.5 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2004), pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah:
1. investor: seorang penanam modal yang berisiko, yang membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi
tersebut serta tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden,
2. karyawan : seseorang atau kelompok-kelompok yang mewakili mereka yang tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja,
3. pemberi pinjaman/kreditur : orang yang tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat
dibayar pada saat jatuh tempo,
4. pemasok dan kreditur usaha lainnya: orang yang tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan,
5. pelanggan : orang yang berkepentingan dengan informai mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama jika terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau
bergantung pada perusahaan,
6. pemerintah dan lembaga yang berada di bawah kekuasaan yang berkepentingan
dengan alokasi sumber daya, dan karenanya berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan, mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya, dan
7. masyarakat, biasanya perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai
cara misalnya memberikan kontribusi pada perekonomian nasional termasuk jumlah
orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengwn menyediakan informasi

10
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.2.6 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:6), laporan keuangan bersifat historis serta menyuluruh
dan sebagai suatu progress report,laporan keuangan terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain:
1. fakta yang telah dicatat (recorded facts),
2. prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation
and postulate), serta
3. pendapat pribadi (personal judgement).
Menurut Munawir (2004:9), terdapat beberapa keterbatasan dari laporan keuangan
yakni:
1. laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan
merupakan laporan final,
2. laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti
dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin
berbeda atau berubah-ubah,
3. laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai
rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dan
4. laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat
dinyatakan dengan satuan uang.
Sedangkan menurut Harahap(2004:16) menjelaskan bahwa Standar Akuntansi
Keuangan menggambarkan sifat dan keterbatasan laporan keuangan yaitu:
1. laporan keuangan bersifat historis : merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.
Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
2. laporan keuangan bersifat umum : disajikan untuk semua pemakai dan bukan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja misalnya untuk pajak,
dan bank,
3. proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbagan,
4. akuntansi hanya melaporkan informasi yang material,
5. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
6. laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya/formalitas(substance over form),
7. laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai
laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan,
8. adanya berbagai alternatif metode dan akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan, dan
9. informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.

11
2.3 Analisis Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan adalah analisis yang
terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis
laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk
menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di
masa depan. Sedangkan menurut Harahap (2004:189), analisis laporan keuangan
adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalan proses
menghasilkan keputusan yang tepat.
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Harahap (2004:195), tujuan analisis laporan
keuangan yaitu:
1. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode,
2. untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan,
3. untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki,
4. untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang pelu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini,
5. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal, dan
6. dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Prosedur analisis laporan keuangan menurut Abdullah (2001:34-35) dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Review data laporan keuangan, aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap
berbagai hal, baik sifat/jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi
yang berlaku. Tujuan dilakukannya review data laporan keuangan adalah untuk
menyakinkan pada penganalisa bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas
menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur
akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul
mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable).
2. Menghitung, dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis, dilakukan
perhitungan-perhitungan meliputi metode perbandingan, persentase perkomponen,
analisis rasio keuangan, dan lain-lain.
3. Membandingkan/mengukur, langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil
perhitungan tersebut apakah sehat atau tidak sehat.

12
4. Menginterpretasikan, merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara
hasil perbandingan/pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi
mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dihadapi perusahaan
dalam pengelolaan keuangan.
5. Solusi, dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan
ditempuh solusi yang tepat.
Sedangkan menurut Darminto dan Aji Suryo (2000:41-42), prosedur analisis laporan
keuangan yaitu:
1. memahami latar belakang dan data keuangan perusahaan,
2. memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan,
3. mempelajari dan mereview laporan keuangan perusahaan, serta
4. menganalisis laporan keuangan perusahaan.
2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), metode analisis laporan keuangan yaitu:
1. analisis horisontal : analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui
perkembangannya, dan
2. analisis vertikal : apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu
dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan adalah seperti yang di
bawah ini.
1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan
cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan:
a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah,
b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah,
c. kenaikan atau penurunan dalam persentase,
d. perbandingan yang dinyatakan dalam rasio, serta
e. persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Tendensi posisi (trends) dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk
mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi
tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan persentase per komponen (common sizestatement), adalah suatu
metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset
terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi
perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Laporan dengan persentase per komponen (sommon sizestatement), adalah suatu
metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset
terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi
perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

13
6. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
7. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-
akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut.
8. Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke
periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
9. Analisis Titik Potong(break even), adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini
juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan


2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sofyan (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangakan menurut Muslich (2004:47), analisis
rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar.
Penggunaan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah menstandarkan informasi yang
dianalisis sehingga dapat dibuat perbandingan rasio dalamperusahaan yang berbeda atau
mungkin dalam perusahaan yang sama pada periode waktu yang berlainan.
2.4.2 Rasio Keuangan
Rasio keuangan terbagi menjadi lima kelompok yang dijelaskan Hanafi dan
Halim dalam Pradana (2007), yaitu sebagai berikut.
1. Rasio likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah
menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Rasio yang
sering digunakan adalah sebagai berikut.
a. Current Ratio.
Menurut Sutrisno (2009:216),current ratio adalah rasio yang membandingkan
antara antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.
Rumus Current ratio adalah :
Curreent Asset
Current Ratio=
Current Liabilities

b. Quick Ratio.
Menurut Sutrisno (2009:216),quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar
sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini
menunjukkanbesarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk
melunasi utang lancar. Rumus quick ratio adalah:

14
Current AssetInventory
Quick Ratio=
Current Liabilities

2. Rasio aktivitas, merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan asetuntuk memperoleh penjualan. Dengan kata lain, rasio
aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal,
kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka
dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Ada beberapa macam
rasio pasar yaitu sebagai berikut.
a. Inventory Turnover.
Menurut Riyanto (2008:334), inventory turnover menunjukkan dana yang
tertanam dalam persediaan (inventory) berputar dalam suatu periode tertentu, atau
likuiditas dari persediaan dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio ini mengukur
efesiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rumus inventory turnover
adalah:
Cost of Good Sold
Inventory Turnover=
Inventory

b. Receivables Turnover.
Menurut Darsono (2004:59), receivables turnover adalah seberapa kali saldo rata-
rata piutang dikonversikan ke dalam kas selama periode tertentu.Perputaran
piutang dapat mengukur hubungan antara jumlah piutang dalam sebuah perusahaan
dengan kebijakan dalam pemberian piutang serta keberhasilan bagian penagihan
dalam menagih piutang.Rumus receivables turnover adalah:
Sales
Receivables Turnover=
Accont s Receivable

c. Total Asset Turnover.


Menurut Syamsuddin (2009:19), total assets turn over adalah rasio yang
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam
menghasilkan volume penjualan tertentu. Rumus total asset turnover adalah:
Sales
Total Asset Turnover=
Total Asset

3. Rasio solvabilitas, merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk


memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan
untuk jangka panjang, sehingga rasio ini berfokus pada sisi kanan neraca. Apabila
total hutang lebih besar daripada total aset, maka perusahaan dikatakan tidak solvabel.
Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu sebagai berikut.
a. Total Debt to Total Asset Ratio.
Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutang (debt ratio),
mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang.Yang dimaksud
dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang
berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Rumus total debt to total asset
ratio adalah:
Total AssetTotal Equity
Total Debt Total Asset Ratio=
Total Asset

b. Times Interest Earning Ratio.

15
Times Interest Earning Ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur
berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Rumus Times Interest
Earning Ratioadalah:
Earning before Interest Taxes(EBIT )
Interest Earning Ratio=
Interest

c. Fixed Change Coverage Ratio.


Fixed Change Coverage Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan unutk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham
preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Rumus Fixed Change Coverage
Ratio adalah:
EBIT + Depreciation Expense
ChangeCoverage Ratio=
Interest

4. Rasio profitabilitas, merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan


perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka panjang, rasio profitabilitas
dapat digunakan untuk melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam
bentuk deviden. Rasio ini akan dibahas tersendiri, karena merupakan bagian dari
penelitian. Ada tiga rasio yang sering digunakan yaitu sebagai berikut.
a. Return on Asset.
Return on Asset adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau
laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Rumus Return on
Asset adalah:
Net Income
Return on Asset=
Total Asset

b. Return on Equity.
Return on Equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
tersebut mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri ataupun
pemegang saham suatu perusahaan. Rumus Return on Equity adalah:
Net Income
Return on Equity=
Total Equity

c. Profit Margin.
Menurut Bastiandan Suhardjo (2006), profit margin adalah perbandingan antara
laba bersih dengan penjualan. Rumus Profit Margin adalah:
Net Income
Profit Margin=
Sales

5. Rasio pasar, merupakan rasio yang membandingkan harga pasar terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak dilihat berdasarkan sudut pandang investor atau
calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.
Ada beberapa macam rasio pasar yaitu sebagai berikut.
a. Price Earning Ratio.
Menurut Henry Simamora (2002:530), earning per share adalah laba bersih per
lembar saham biasa yang beredar selama satu periode, rasio laba per lembar saham

16
ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa. Rumus
Price Earning Ratioadalah:
Price per share
Price Earning Ratio=
Earning per share

b. Dividend Yield
Dividen yield adalah sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Rumus Dividend Yield adalah:
Dividend per share
Dividend Yield=
Market value per share

c. Dividend Payout
Menurut Agus Sartono (2001:491), dividen payout ratio adalah rasio pembayaran
deviden, persentase laba yang dibayarkan adalah dalam bentuk deviden, atau rasio
antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia
bagi pemegang saham.Rumus Dividend Payout adalah:
Dividend per share
Dividend Payout=
Earning per share

2.4.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


Menurut Syahyunan (2004:82) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan
analisis rasio keuangan yaitu:

1. kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis


apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha,

2. perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya


perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan,

3. rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara
penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, dan

4. informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.

Sedangkan menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu yaitu:

1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakai,
2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik seperti ini,
3. jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio, serta
4. sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

2.5 Kinerja
2.5.1 Pengertian Kinerja
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007), kinerja keuangan adalah
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang
dimilikinya. Kemudian menurut Mulyadi (2007:2), kinerja keuangan adalah penentuan

17
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan perusahaan
dapat juga diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah
dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca, dan
laporan perubahan modal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu.
2.5.2 Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (1997:419), pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan
karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelummya. Prinsip-prinsip pengukuran kinerja menurut R.A Supriyono (1999:420),
yaitu sebagai berikut.
1. Konsisten dengan tujuan perusahaan.
Ukuran-ukuran kinerja harus konsisten dengan tujuan-tujuan stakeholders (tujuan
pihak-pihak internal & eksternal).Ukuran-ukuran kinerja perusahaan harus
menyediakan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas bisnis dengan rencana strategis.
2. Memiliki adabtabilitas pada kebutuhan bisnis.
Ukuran-ukuran kinerja harus dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan bisnis
maupun dengan berbagai macam tujuan (bukan karena perubahan gaya manajemen).
Ukuran-ukuran kinerja harus dikaji ulang dan diurutkan seperlunya agar
mencerminkan faktor-faktor kunci sukses yang relevan.Ukuran-ukuran kinerja yang
sudah ada harus dikaji ulang, dimodifikasi, dikurangi, atau dihapuskan jika perlu.
3 Dapat mengukur aktivitas-aktivitas signifikan.
Ukuran-ukuran kinerja tersebut harus mencerminkan aktivitas-aktivitas yang
signifikan bagi perusahaan.Setiap perusahaan harus menentukan aktivitas-aktivitas
yang signifikan bagi perusahaan berdasarkan tujuan bisnis dan lingkungan
beroperasinya.
4 Mudah diaplikasikan.
Jika aktivitas-aktivitas signifikan telah diidentifikasikan, maka ukuran-ukuran kinerja
harus disusun dan untuk itulah aktivitas harus mudah untuk dipahami.Jumlahnya tidak
banyak, dan dapat dikuantitatifkan.Banyak ukuran-ukuran kinerja yang dapat
dinyatakan secara kualitatif dalam ukuran keuangan maupun non keuangan.
5 Mempunyai akseptabilitas dari atas ke bawah.
Pendekatan dari atas ke bawah (top down) harus digunakan untuk menentukan
ukuran-ukuran kinerja yang dapat memotivasi perilaku optimal pada semua level
perusahaan.
6 Berbiaya efektif.
Informasi mengenai pengukuran kinerja harus berbiaya efektif, tersedia saat
dibutuhkan dan disajikan tepat waktu.
7 Tersaji tepat waktu.
Informasi kinerja harus tersaji tepat waktu dan dalam format yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan.Peyajian informasi tepat waktu juga harus dihubungkan dengan
validitasnya serta manfaat dan biayanya.Laporan informasi kinerja yang tepat waktu
bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dan penyempurnaan yang cepat.
2.5.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut R.A Supriyono (1999:4242), jika didesain dan diimplementasikan
dengan baik, pengukuran kinerja dapat memberikan manfaat penting pada perusahaan
sebagai berikut.

18
1. Menelusuri kinerja yang dibandingkan dengan harapan konsumen sehingga
perusahaan dekat dengan konsumen dan mendorong semua orang dalam perusahaan
terlibat dalam usaha memuaskan konsumen.
2. Menjamin keterkaitan antara rangkaian konsumen internal dan pemasok internal.
Keterkaitan ini dapat mengurangi persaingan lintas fungsional dalam perusahaan dan
dapat meningkatkan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Mengidentifikasi pemborosan dalam berbagai bentuk dan mengarah kepada
pengurangan atau pengeliminasian pemborosan.
4. Membuat tujuan strategis lebih konkrit sehingga dapat meningkatkan pemahaman
terhadap organisasi.
5. Membangun konsesus untuk mengubah perilaku yang mendukung pencapaian
keselarasan tujuan.
6. Memungkinkan keterkaitan antara akuntansi, aktivitas, dengan ukuran-ukuran kinerja.
Keterkaitan ini bermanfaat untuk:
a. menyediakan informasi mengenai biaya aktivitas dan biaya produk serta obyek
biaya lainya, dan
b. mengidentifikasipengendali-pengendali biaya bisnis.
7. Memusatkan perhatian pada pengendali-pengendali biaya. Pengendali-pengendali
biaya dapat menjelaskan faktor sebab akibat aktivitas dan biaya sehingga bermanfaat
untuk:
a. mengurangi jumlah pemasok sehingga aktivitas-aktivitas pembelian misalnya
waktu dan biaya negoisasi dengan para pemasok dapat dikurangi,
b. mengurangi jumlah komponen dalam suatu produk sehingga aktivitas perakitan
dapat dikurangi,
c. mengurangi jumlah perintah perubahan perekayasaan sehingga jumlah aktivitas
pengerjaan kembali dapat dikurangi, serta
d. mengurangi waktu setel (setup) sehingga aktivitas setel mesin dapat dikurangi.
2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja
Menurut Hiro Tugiman (1999:1), penilaian kinerja dapat dilakukan melalui
empat cara yaitu sebagai berikut.
1. Balance Scorecard.
Balance Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk
mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja
keuangan.Balance Scorecard terdiri dari dua kata yakni sebagai berikut.
a. Kartu score (scorecard) adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil
kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan personel dimasa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak
diwujudkan personel dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang
sesungguhnya. Hasil ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel
yang bersangkutan.
b. Berimbang (balance), dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel
diukur secara berimbang baik dari aspek keuangan maupun non keuangan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta internal maupun eksternal.
BalanceScorecard memperluas ukuran kinerja ke dalam empat perspektif yakni
keuangan, costumer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran pertumbuhan.
2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.
Mutu dalam standar ISO 8402 ialah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi

19
terhadap mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk,
dan kemudahan pemilihan.
3. Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQA).
MBNQA merupakan kriteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang
mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan
hasil-hasil usaha, membandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu
ke waktu dengan perusahaan terbaik dibidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk
melakukan penilaian dari perusahaan sendiri dan pelatihan, serta merupakan alat
untuk mengembangkan kinerja dan proses bisnis.
4. Penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan surat
keputusan Menteri Keuangan.
Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
untuk meningkatkan daya efisiensi dan daya saing.
Selain ukuran-ukuran kinerja diatas, juga terdapat metode analisis kinerja
Economic Value Added (EVA). EVA adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan dan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA yang
positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai suatu
perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan,
manajemen memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2001:48), EVA
dapat dihitung dengan rumus:
Economic Value Added=Earning Before Interest TaxesTaxesCapital Cost

EVA dapat ditingkatkan dengan cara:


1. memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal, dan
2. memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi dari pada biaya modal atas
investasi baru.
Keterangan perhitungan:
1. Jika EVA > 0 maka terjadi proses nilai tambah perusahaan dan kinerja keuangan
perusahaan baik.
2. JIka EVA = 0 maka menunjukkan posisi impas perusahaan
3. Jika EVA < 0 maka total biaya modal perusahaan lebih besar dari pada laba operasi
setelah pajak yang diperoleh, sehingga kinerja keuangan perusahaan tersebut tidak
baik.
Sedangkan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1995:237) yang
dialihbahasakan oleh A. Jaka Wasana dan Kibandroko, menilai kinerja perusahaan
dengan tiga rasio yaitu sebagai berikut.
1. Rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio yang digunakan:
a. Return on Asset : mengukur efektivitas pemakai total sumber daya oleh
perusahaan. Rumus Return on Asset adalah:
Net Income
Return on Asset=
Total Asset

b. Return on Equity :memperhatikan sejauh mana perusahaan mengelola modal


sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang
telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rumus
Return on Equity adalah:

20
Net Income
Return on Equity=
Total Equity

c. Profit Margin on Sales atau Profit Margin :mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Rumus Profit Margin adalah:
Net Income
Profit Margin=
Sales

d. Operating Profit Margin: rasio laba bersih terhadap penjualan banyak digunakan
oleh para praktisi keuangan sebagai penentu nilai kunci yang mempengaruhi
penilaian atas sebuah perusahaan. Rumus Operating Profit Margin adalah:
Operating Net Income
Operating Net Income=
Sales

2. Rasio pertumbuhan.
Rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi
ekonomisnya didalam industrinya. Tingkat pertumbuhan dihitung dengan
menggunakan metode titik-titik ujung, yaitu:
1
g= Xn n 1
( )
Xo

Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan majemuk selama periode tercakup
Xn = nilai titik akhir
Xo = nilai titik awal
N = jumlah periode pertumbuhan

Sedangkan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland(1995:243) yang


kemudian diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana dan Kibarandoko, tingkat pertumbuhan
dapat diukur dengan:
a. penjualan,
b. laba operasi bersih,
c. laba bersih, dan
d. laba per saham.
3. Rasio penilaian.
Rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian
dan risiko. Rasio-rasio yang digunakan adalah:
a. Price to Earnings Ratio
Price per share
Price Earning Ratio=
Earning per share

b. Market to Book Ratio


Market value per share
Market Book Ratio=
Book value per share

2.6 Hubungan Kinerja Perusahaan dan Analisis Laporan Keuangan

21
Performansi suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan, dari laporan
keuangan tersebut dapat diketahui keadaan keuangan dari hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan selama periode tertentu dan menjadi alat ukur yang digunakan dalam mengukur
kinerja suatu perusahaan. Menurut Harington (2003:1), menyebutkan bahwa:
The primary resources of information these analyst use to evaluate a firm performance are
its financial statement, the historical record of its past performance.
Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui melalui analisis atau interpretasi
terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat menggunakannya sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Interpretasi atau analisis laporan keuangan
suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing
berbeda. Selanjutnya dikatakan pula oleh Harington ( 2003:1), bahwa :
The financial performance of corporation is a vital intens to many groups and individual.
Kinerja perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi
para pemakai laporan keuangan tersebut.
Hubungan antara kesehatan perusahaan dengan analisis laporan keuangan adalah
seperti dikemukakan oleh Martin ( 2002:421), yaitu :
Financial analysis involves the assesment of a firm past, present, anticipated future
financial condition the objective is to identity any weakness in the firms financial health
that could lead to future problems and to determine any strength the firms might capitalize
upon.
Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya dari kinerja tersebut
dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan tersebut, yaitu dengan cara melakukan
analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Kinerja perusahaan merupakan
informasi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan,
untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan. Dari hasil analisis terhadap
kinerja perusahaan maka dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi kondisi keuangan di masa yang akan datang. Sebagaimana diuraikan dimuka
bahwa analisis terhadap laporan keuangan adalah membandingkan elemen- elemen yang
terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi pada suatu saat tertentu, maka dapat diperoleh
gambaran mengenai kinerja perusahaan. Sehubungan dengan itu maka pimpinan
perusahaan dapat mengadakan perbaikan-perbaikan, penyusunan rencana dan kebijakan-
kebijakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dan juga untuk dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan atas hasil-hasil yang telah dicapai pada periode
sebelumnya.

22
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan
rokok yang telah go public. Terdapat empat perusahaan rokok yang telah go public, yaitu:
1. PT Bentoel Internasional Investama Tbk.
2. PT Gudang Garam Tbk.
3. PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.
4. PT Wismilak Inti Makmur Tbk.

3.2 Sejarah Perusahaan Rokok yang Go Public

3.2.1 PT Gudang Garam Tbk.


PT Gudang Garam Tbk bergerak di bidang pembuatan rokok kretek yang produknya
dipasarkan dengan merek gudang garam. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 30 Juni 1971,
berkantor pusat di Jl. Semampir II/I Kediri Jawa Timur dengan kantor perwakilan yang
berada di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 75-79, Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
3.2.1.1 Dewan Komisaris dan Direksi
Presiden Komisaris : Juni Setiawati Wonowidjojo

23
Komisaris : Lucas Mulia Suhardja
Komisaris Independen : Frank W. van Gelder
Gotama Hengdratsonata
Presiden Direktur : Susilo Wonowidjojo
Direktur : Heru Budiman
Lengga Nurullah
Istata Taswin Siddharta
Herry Susianto
Buana Susilo
Sony Sasono Rahmadi

3.2.2 PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.


PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri dan perdagangan rokok, serta
pernyertaan saham pada perusahaan-perusahaan lain. PT Handjaya Mandala Sampoerna
mempunyai kantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya no. 18 Surabaya dan mempunyai
kantor perwakilan di One Pacific Place 9th & 16th-20th Floor, Sudirman Central Business
District (SCBD) Kav. 52-53, Jalan Jenderal Sudirman, Kebayoran Baru, Pacific Place Jakarta,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Pada tahun 1990, perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000
lembar saham dengan nilai nominal Rp1000,- per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya dengan harga penawaran Rp1260,- per saham. Pada tanggal 31 Desember 1998,
perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
3.2.1.1 Dewan Komisaris dan Direksi
Presiden Komisaris : John Gledhill
Wakil Presiden Komisaris : Wayan Mertasana Tantra
Komisaris : Niken Rachmad
Komisaris Independen : Goh Kok H.
RB Permana Agung Dradjattun
Presiden Direktur : Paul N. Janelle
Direktur : Ivan Cahyadi
Andre Dahan
Peter Alfred Kurt Haase
Troy J. Modlin
Yos Adiguna Ginting
Michael Sandritter
Mimi Kurniawan

3.2.3. PT Bentoel International Investama Tbk.


Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan umum distribusi rokok. PT Bentoel
International Investama berdiri pada tanggal 11 April 1987, mempunyai kantor pusat di Plaza
Bapindo Citi Bank Tower, Jl. Jend.Sudirman, Kavling 54-55.
3.2.3.1 Dewan Komisaris dan Direksi
Presiden Komisaris : Hendro Martowardojo
Komisaris : Michael Scott Hayes

24
Komisaris Independen : Eddy Abdurrachman
Silmy Karim
Presiden Direktur : Jason Fitzgerald Murphy
Direktur : Martin Arthur Guest
Hardeep Khangura

3.2.4 PT Wismilak Inti Makmur Tbk.


PT Wismilak Inti Makmur adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 1962
dan merupakan produsen filter rokok serta penyertaan pada Entitas Anak yang berhubungan
dengan industri rokok. Perusahaan ini mempunyai kantor pusat di Jl. Buntaran No. 9A Kel.
Manukan Wetan Kec. Tandes, Surabaya dan kantor perwakilan di Jl. Jend. Gatot Subroto
No.38, Jakarta.
3.2.4.1 Dewan Komisaris dan Direksi
Presiden Komisaris : Willy Walla
Komisaris : Indahtati Widjajadi
Komisaris Independen : Edy Sugito
Presiden Direktur : Ronald Walla
Direktur : Trisnawati Trisnajuwana
Sugito Winarko
Krisna Tanimihardja
Lucas Firman Djajanto

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode Penelitian yang Digunakan


Dalam penelitian ini penulis melakukan pendekatan dengan studi survei, sedangkan
metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian
yang berusaha mengumpulkan dan menyajikan data dari perusahaan untuk dianalisis
sehingga memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Penulis mencoba
untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian serta membandingkan dengan
teori yang ada, untuk kemudian dianalisis penerapannya dalam praktik.

3.3.2 Jenis dan Sumber Data


3.3.2.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, jurnal, majalah, dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif ini adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Jenis
data kualitatif ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah mengalami proses
pengolahan oleh sumbernya.
2. Data Kuantitatif

25
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang
disajikan dalam bentuk angka. Data ini menunjukkan nilai terhadap besaran atau
variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah data runtut waktu, yaitu data yang
merupakan hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu.
3.3.2.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari:
1. Data dari PTBursa Efek Jakarta berupa perusahaan industri rokok
yang telah melakukan go public.
2. Data dari Bursa Efek Jakarta berupa laporan keuangan perusahaan
industry rokok yang go public dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.

3.3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu
metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
menyajikan dan menganalisanya sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas
atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode studi survey dan langkah-
langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan dan menunjang penulisan
adalah sebagai berikut:
1.Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data sekunder dan untuk
mengetahui indikator-indikator dari variabel yang diukur. Penelitian ini juga
berguna sebagai pedoman teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan serta
untuk mendukung dan menganalisis data, yaitu dengan cara mempelajari literatur-
literatur yang relevan dengan topic yang sedang diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Cara pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung pada perusahaan
untuk kemudian dipelajari, diolah, dan dianalisis. Adapun langkahlangkah yang
dilakukan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara meminta data yang
diperlukan.

3.4 Operasional Variabel


Untuk meneliti apakah analisis laporan keuangan dalam penilaian kinerja
perusahaan industri rokok, penulis mempunyai dua variabel yang akan diukur sesuai
dengan judul yang penulis tetapkan.Maka terdapat dua variabel yang dianalisis
hubungannya, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel pengaruh yaitu variabel yang dipengaruhi
variabel lain yang tidak bebas. Dalam hubungannya dengan judul yang ditetapkan,
maka yang menjadi variabel independen adalah pelaksanaan analisis laporan
keuangan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya. Dalam hubungannya dengan judul yang ditetapkan, maka yang

26
menjadi variabel dependen adalah kinerja perusahaan pada industri rokok.

3.5 Teknik Pengembangan Instrumen


Dalam penelitian ini penulis melakukan metode survey. Dimana penulis melakukan
penelitian terhadap kelompok perusahaan sejenis yaitu kelompok perusahaan industri
rokok yang telah go public. Perusahaan industri rokok yang telah melakukan go public
terdiri atas empat perusahaan, yaitu:PT Bentoel International Investama Tbk., PT Gudang
GaramTbk., PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.,dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Penelitian ini menggunakan data-data keuangan perusahaan industri rokok yang
melakukan go public dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 untuk kemudian
dilakukan analisis guna menilai kinerja perusahaan dan untuk mengetahui perkembangan
yang terjadi pada masing-masing perusahaan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut kami selaku kelompok penulis penelitian akan memaparkan hasil penelitian
yang didapatkan berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan sebagian kelompok industri
rokok yang go public, meliputi:
1. PT Gudang Garam Tbk.
2. PT Bentoel Investama Tbk.
3. PT HM Sampoerna Tbk.
4. PT Wismilak Inti Makmur Tbk.

Penulis menganalisis laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan


industri rokok dan tembakau raksasa tersebut.Laporan keuangan yang penulis teliti adalah
laporan yang terbit pada tahun 2013-2015, analisis yang dilakukan penulis untuk mengetahui
kinerja perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut.
Analisis Profitabilitas
Analisis Pertumbuhan
Analisis Penilaian Pasar

4.1 Kinerja Perusahaan Kelompok Industri Rokok

27
4.1.1 Kinerja PT Gudang Garam Tbk.

4.1.1.1 Analisis Profitabilitas


Analisis profitabilitas atau kemampuan menghasilkan laba merupakan hasil akhir
bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi
gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Berdasarkan rasio-rasio yang tercantum dalam bab II, maka kami selaku penulis
menganalisis kondisi profitabilitas PT Gudang Garam Tbk. sebagai berikut.

1. Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan (Operating Profit Margin)


Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan ini memberikan gambaran tentang efisiensi
perusahaan pada kegiatan utama perusahaan.Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva
(Return OnInvestment/ROI)

Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset berjalan dengan baik.

Tabel 4.1
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan

Tahun Laba Operasi Bersih Penjualan %


2013 6,691,722,000,000 55,436,954,000,000 12
2014 8,577,656,000,000 65,185,850,000,000 13
2015 10,064,867,000,000 70,365,573,000,000 14
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015

Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diperoleh bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih dari penjualan sejak
2013-2015 semakin lama semakin naik meskipun kenaikan tidak signifikan, atau
setidaknya perusahaan mampu mempertahankan nilai rasionya.Hal ini disebabkan karena
perusahaan mampu mempertahankan dan sedikit menaikkan nilai penjualan, hal ini dapat
dilihat dari penjualan yang semakin meningkat diikuti laba operasi serta rasionya.

2. Return On Investment (ROI)

Tabel 4.2
PT Gudang Garam Tbk.
Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 6,691,722,000,000 50,771,650,000,000 13
2014 8,577,656,000,000 58,234,278,000,000 15
2015 10,064,867,000,000 63,505,413,000,000 16

28
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan Return on Investment (ROI) tersebut, diperoleh bahwa


kinerja perusahaan mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan tiap tahunnya. Hal
itu disebabkan oleh profit margin yang naik dan perputaran persediaan yang tinggi.
Peningkatan ROI ini terus terjadi, maka akan menyebabkan naiknya kepercayaan investor
atau pemilik modal kepada perusahaan, sehubungan dengan naiknya kemampuan
investasi perusahaan.

3. Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang
telah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Tabel 4.3
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 4,383,932,000,000 55,436,954,000,000 8
2014 5,395,293,000,000 65,185,850,000,000 8
2015 6,452,834,000,000 70,365,573,000,000 9
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan rasio laba bersih terhadap penjualan, maka dapat diperoleh bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari tahun ke tahun tidak
mengalami kenaikan yang signifikan, bahkan tidak ada kenaikan dari tahun 2013 ke
2014.Kenaikan yang rendah dan/atau bahkan tidak mengalami kenaikan ini disebabkan
oleh perusahaan yang masih kurang mampu meningkatkan efisiensi perusahaan pada
kegiatan di luar operasi perusahaan, meskipun sebenarnya nilainya sudah bagus.

4. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik
perusahaan.

Tabel 4.4
PT Gudang Garam Tbk.
Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 4,383,932,000,000 29,416,271,000,000 15
2014 5,395,293,000,000 33,134,403,000,000 16
2015 6,452,834,000,000 38,007,909,000,000 17
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

29
Dari hasil perhitungan Return on Equity, diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam
dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin meningkat dari tahun ke tahun
meskipun tidak signifikan. Kenaikan ini disebabkan karena laba yang diperoleh
perusahaan dari tahun ke tahun meningkat.

4.1.1.2 Analisis Pertumbuhan


Rasio-rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi
ekonomisnya di jalan industrinya. Penulis menghitung pertumbuhan perusahaan dari 2013
sampai dengan tahun 2015 dengan menggunakan metode titik-titik ujung.
Metode titik-titik ujung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Xn 1n
g=( ) 1
Xo

Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan majemuk (rata-rata geometri) selama periode tercakup
Xn = nilai titik akhir
Xo = nilai awal
n = jumlah periode tumbuhan
Perhitungan:
1. Penjualan
Pertumbuhan penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:
1
70,365,573,000,000 2
g=( ) 1
55,436,954,000,000

g = 0.126627725 x 100%
g = 12,66%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 12,66%.

2. Laba Operasi Bersih


Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015
dapat dihitung sebagai berikut:
1
10,064,867,000,000 2
g=( ) 1
6,691,722,000,000

g = 0.226408283 x 100%
g = 22,64%
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 22,64%.

3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:

30
1
6,452,834,000,000 2
g=( ) 1
4,383,932,000,000

g = 0.213230562 x 100%
g = 21,32%
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 21,32%.

4. Laba Per Saham


Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:
1
3,345 2
g=( ) 1
2,250

g = 0.219289411 x 100%
g = 21,93%
Pertumbuhan laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 adalah sebesar
21,93%.

4.1.1.3 Analisis Penilaian Pasar


Rasio-rasio Penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan
risiko.

1. Rasio Harga atau Laba (Price Earnings Ratio)

Mencerminkan pengaruh yang kadang-kadang saling menghilangkan yang membuat


penafsirannya semakin sulit.Semakin tinggi risiko, semakin tinggi faktor diskonto dan
semakin rendah rasio harga atau laba.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan,
maka semakin tinggi risiko harga atau laba.

Tabel 4.5
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Harga atau Laba

Tahun Market Value Earnings Per Share %

2013 55.000 2.250 2.444

2014 61.000 2.790 2.186

2015 42.000 3.345 1.256


Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai rasio harga atau laba dari tahun
ke tahun mengalami penurunan.Hal ini berarti perusahaan memiliki tingkat risiko yang
rendah, tingkat risiko rendah disebabkan karena perusahaan tidak mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun.

31
2. Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)

Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.

Tabel 4.6

PT Gudang Garam Tbk.

Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku


Tahun Market Value Book Value %

2013 55.000 500 11.000

2014 61.000 500 12.200

2015 42.000 500 8.400

Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pada tahun 2013 ke tahun 2014, rasio nilai pasar
terhadap nilai buku dari ekuitas PT Gudang Garam Tbk. mengalami kenaikan, hal
tersebut terjadi karena perusahaan memiliki nilai lebih di mata pasar, sehingga mampu
meningkatkan nilai pasar ekuitasnya. Namun, pada 2015 rasio nilai pasar terhadap nilai
buku ekuitasnya mengalami penurunan, hal tersebut bisa terjadi karena kinerja
perusahaan memburuk di mata investor sehingga menurunkan citra perusahaan, hal
tersebut memberi dampak terhadap nilai pasar ekuitasnya.

4.1.2 Kinerja PT Bentoel Investama Tbk.

4.1.2.1 Analisis Profitabilitas


Berdasarkan rasio-rasio yang tercantum dalam bab II, maka penulis menganalisis
kondisi profitabilitas PT Bentoel Investama Tbk. sebagai berikut.

1. Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan


(Operating Profit Margin)

Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan ini memberikan gambaran tentang efisiensi
perusahaan pada kegiatan-kegiatan utama perusahaan.Semakin tinggi nilai rasio, maka
semakin mencerminkan tingkat efisiensi manajemen kegiatan perusahaan.Begitu pula
berlaku sebaliknya, jika semakin rendah nilai rasio, maka tingkat efisiensi manajemen
perusahaan dianggap rendah/jelek.

32
Tabel 4.7
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan

Tahun Rugi Operasi Bersih enjualan %


2013 (1,257,722,000,000) 12,522,822,000,000 -10
2014 (1687,866,000,000) 14,489,473,000,000 -12
2015 (1,938,552,000,000) 16,814,352,000,000 -12
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa bahkan sejak 2013, rasio laba
operasi bersih terhadap penjualan sudah bernilai minus, dan ke tahun-tahun berikutnya
pun nilainya semakin merosot. Hal tersebut terjadi karena nilai penjualan perusahaan
belum bisa menutupi total pembiayaan operasional perusahaan tersebut, dengan kata lain
tingkat penjualan PT Bentoel Investama Tbk. sejak 2013-2015 masih sangat rendah.

2. Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva (Return On


Investment/ROI)

Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset berjalan dengan baik.
Tabel 4.8
PT Bentoel Investama Tbk.
Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva
Tahun Rugi Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 (1,257,722,000,000) 9,935,256,000,000 -13
2014 (1,687,866,000,000) 8,929,372,000,000 -19
2015 (1,938,552,000,000) 1,005,884,000,000 -16
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil analisisdi atas, didapatkan rasio laba operasi bersih terhadap total
aktiva sejak 2013 sudah bernilai minus dan hingga tahun 2015 nilainya terus merosot. Hal
tersebut terjadi karena tingkat penjualan perusahaan sangat rendah sehingga bukannya
menghasilkan laba operasi melainkan rugi operasi.Perusahaan belum mampu
memanfaatkan dan menggunakan aktivanya seefektif dan seefisien mungkin sehingga
tidak mampu menghasilkan laba.

3. Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.Nilai rasio

33
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau
biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Tabel 4.9
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 (919,928,000,000) 12,522,822,000,000 -7
2014 (2,264,159,000,000) 14,489,473,000,000 -16
2015 (1,629,718,000,000) 16,814,352,000,000 -10
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas, didapatkan bahwa perusahaan sama sekali
belum mampu menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualannya selama 2013 hingga
2015 kemarin. Sejak 2013 hingga 2015 tingkat rasio laba bersih terhadap selalu bernilai
minus karena perusahaan terus mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena tingkat
penjualan perusahaan masih sangat rendah dibandingkan dengan total pembiayaan
perusahaan.

4. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada


pemilik perusahaan.

Tabel 4.10
PT Bentoel Investama Tbk.
Hasil Pengembalian Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 (919,928,000,000) 1,005,884,000,000 -91
2014 (2,264,159,000,000) (1,281,039,000,000) 177
2015 (1,629,718,000,000) (3,148,757,000,000) 52
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Dari hasil perhitungan rasio di atas, diperoleh bahwa pada 2013, rasio hasil pengembalian
ekuitas bernilai sangat rendah, yaitu -91%, tetapi pada 2014, perusahaan mampu
memutarbalikkan nilainya menjadi tiga kali lipat yaitu 177%, dan pada 2015 perusahaan
masih mampu mempertahankan nilainya pada posisi 52%. Hal tersebut terjadi karena
pada 2013 nilai ekuitas perusahaan masih positif, sedangkan pada 2014 dan 2015 nilai
ekuitasnya menjadi negatif.

4.1.1.2 Analisis Pertumbuhan


Rasio-rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi
ekonomisnya di jalan industrinya. Penulis menghitung pertumbuhan perusahaan dari tahun ke
tahun 2013-2015 dengan menggunakan metode titik-titik ujung.
Metode titik-titik ujung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

34
1. Penjualan
1
16,814,352,000,000
g=( ) 1
2
12,522,822,000,000

g = 0.15874791 x 100%
g = 15,87%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 15,87%.

2. Laba Operasi Bersih


Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015
dapat dihitung sebagai berikut :
(1,938,552,000,000) 12
g=( ) 1
(1,257,722,000,000)

g = 0.24149907 x 100%
g = 24,15%
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 24,15%.

3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut :
1
(1,629,718,000,000) 2
g=( ) 1
(919,928,000,000)

g = 0.331003852 x 100%
g = 33,10%
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 33,10%.

4. Laba Per Saham


Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:
1
(226) 2
g=( ) 1
(311)

g = 0.265000498 x 100%
g = 26,50%
Pertumbuhan laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sebesar 26,50%.

4.1.1.3 Analisis Penilaian Pasar

35
Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan
risiko.
1. Rasio Harga atau Laba (Price Earnings Ratio)

Mencerminkan pengaruh yang kadang-kadang saling menghilangkan yang


membuat penafsirannya semakin sulit.Semakin tinggi risiko, semakin tinggi faktor
diskonto dan semakin rendah rasio harga atau laba.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perusahaan, semakin tinggi risiko harga atau laba.

Tabel 4.11
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Harga atau Laba

Tahun Market Value Earnings Per Share %

2013 510 -141 -361

2014 520 -311 -167

2015 570 -226 -252


Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas, didapatkan nilai rasio harga atau laba
perusahaan dari 2013 sampai 2015 terus bernilai negatif meskipun bersifat fluktuatif. Hal
ini terjadi karena perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan, bahkan mengalami
penciutan nilai perusahaan, sehingga tingkat risiko perusahaan menjadi sangat rendah.

2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)

Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.

Tabel 4.12

PT Bentoel Investama Tbk.


Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku
Tahun Market Value Book Value %

2013 510 50 1.020

2014 520 50 1.040

2015 570 50 1.140


Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

36
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai rasio harga pasar terhadap nilai
buku dari tahun 2013 sampai 2013 mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan masih mampu mempertahankan nilai pasar dari
ekuitasnya selama ini.

4.1.3 Kinerja PT HM Sampoerna Tbk

4.1.3.1 Analisis Profitabilitas


Data yang dianalisis oleh penulis adalah data laporan keuangan periode 2013 sampai
dengan 2015. Rasio-rasio profitabilitas tersebut adalah :
1. Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan (Operating Profit Margin)
Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan ini memberikan gambaran tentang efisiensi
perusahaan pada kegiatan utama perusahaan.

Tabel 4.13
PT HM SampoernaTbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Operasi Bersih penjualan %
2013 14,509,710,000,000 75,025,207,000,000 19
2014 13,718,299,000,000 80,690,139,000,000 17
2015 13,932,644,000,000 89,069,306,000,000 16
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka
diperoleh bahwa kinerja operasi perusahaan kurang efisien.Hal ini terlihat karena
menurunnya rasio dari tahun ke tahun.Pada tahun 2014, terjadi penurunan laba operasi
bersih yang menyebabkan turunnya rasio.Walaupun ada kenaikan laba operasi pada tahun
2015 namun rasio tetap mengalami penurunan.

2. Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva (Return On Investment/ROI)

Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Aasset menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen asset berjalan dengan baik.

Tabel 4.14
PT HM Sampoerna Tbk.
Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 14,509,710,000,000 27,404,594,000,000 53
2014 13,718,299,000,000 28,380,630,000,000 48
2015 13,932,644,000,000 38,010,724,000,000 37
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

37
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat rasio laba operasi bersih
terhadap total aktiva perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun
nilai rasionya positif dan cukup besar. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya laba
operasi bersih namun mengalami kenaikan pada total asetnya.Hal ini memperlihatkan
kinerja perusahaan yang kurang efisien.

3. Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang
telah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Tabel 4.15
PT HM Sampoerna, Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 10,807,957,000,000 75,025,207,000,000 14
2014 10,014,995,000,000 80,690,139,000,000 12
2015 10,355,007,000,000 89,069,306,000,000 12
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa tingkat rasio laba bersih
terhadap penjualan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.Hal ini juga menunjukkan
kualitas kinerja operasi perusahaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.Walaupun
nilai rasionya masih positif dan penurunannyatidak signifikan, tetapikinerja perusahaan
tetap dinilai tidak efisien.

4. Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Pengukuran rasio hasil pengembalian atas ekuitas menunjukkan tingkat


pengembalian nilai buku ekuitas perusahaan kepada para pemegang saham atau pemilik
perusahaan.

Tabel 4.16
PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 10,807,957,000,000 14,155,035,000,000 76
2014 10,014,995,000,000 13,498,114,000,000 74
2015 10,355,007,000,000 32,016,060,000,000 32
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 ke 2014 terjadi
penurunan sebesar 2%, hal tersebut terjadi karena baik laba bersih dan ekuitas perusahaan

38
sama-sama mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Pada tahun 2014 ke tahun
2015 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 42%.Ini disebabkan karena adanya
kenaikan ekuitas sebesar 137%, tetapi kenaikan laba operasi bersih sangat sedikit.

4.1.3.2 Analisis Pertumbuhan


Untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran, maka
diperlukan analisis untuk menilai pertumbuhan perusahaan.Rasio-rasio yang dianalisis
diantaranya.
Perhitungan:
1. Penjualan

Pertumbuhan Penjualan perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut :
1
89,069,306,000,000 2
g=( ) 1
75,025,207,000,000

g = 0.089583287

g = 8,96%

Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 8,96%.

2. Laba Operasi Bersih

Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:

1
13,932,644,000,000 2
g=( ) 1
14,509,710,000,000

g = -0.02008726

g = -2.01%

Dari data laba operasi bersih tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan
penurunan sebesar 2,01%.

3. Laba Bersih

Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:

10,355,007,000,000 12
g=( ) 1
10,807,957,000,000

g = -0.021178738

g = -2,12%

39
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 2,12%.

4. Laba Per Saham

Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:

2,326 12
g=( ) 1
2,468

g = -0.02919439 x 100%

g = -2,92%

Pertumbuhan Laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami penurunan
sebesar 2,92%.

4.1.3.3 Analisis Penilaian Pasar


Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan
risiko.
1. Rasio Harga atau Laba (Price Earnings Ratio)
Mencerminkan pengaruh yang kadang-kadang saling menghilangkan yang membuat
penafsirannya semakin sulit.Semakin tinggi resiko, semakin tinggi faktor diskonto dan
semakin rendah rasio harga atau laba.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan,
semakin tinggi resiko harga atau laba.

Tabel 4.17
PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Tahun Market Value Earnings Per Share %

2013 2.326 2.468 94

2014 2.323 2.323 100

2015 2.468 2.326 106


Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, sejak 2013 rasio harga atau laba perusahaan sudah
tinggi yakni sebesar 94%, dan ke tahun-tahun berikutnya juga terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut terjadi karena perusahaan Sampoerna terus mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun, sehingga tingkat risiko perusahaan juga semakin tinggi,
yang menyebabkan rasio harga atau laba perusahaan juga tinggi dan semakin tinggi ke
tahun-tahun berikutnya.

40
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)

Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.

Tabel 4.18

PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku
Tahun Market Value Book Value %

2013 2.326 100 1.020

2014 2.323 100 1.040

2015 2.468 100 1.140


Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tingkat rasio harga pasar terhadap nilai buku
ekuitas perusahaan sejak 2013 sudah bernilai sangat tinggi, dan ke tahun-tahun berikutnya
juga semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena nilai dan citra perusahaan di mata
publik sangat baik, sehingga mampu menciptakan nilai jual/nilai pasar yang sangat tinggi
pada ekuitas perusahaan terhadap nilai bukunya.

4.1.4 Kinerja PT Wismilak Inti Makmur Tbk.

4.1.4.1 Analisis Profitabilitas

Data yang dianalisis oleh penulis adalah data laporan keuangan periode 2013 sampai
dengan 2015. Rasio-rasio profitabilitas tersebut adalah :

1. Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan (Operating Profit Margin)

Perhitungan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan ini memberikan


gambaran tentang tingkat efisiensi yang dilakukan manajemen perusahaan pada
kegiatan-kegiatan utama perusahaan, seperti kegiatan operasional, dan penjualan
perusahaan.

Tabel 4.19
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Operasi Bersih penjualan %
2013 180,201,164,378 1,588,022,200,150 11
2014 162,779,528,379 1,661,533,200,316 10

41
2015 200,720,211,666 1,839,419,574,956 11
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diketahui bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih terhadap penjualan tidak
mengalami kenaikan atau stabil. Hal ini terlihat dari pada tahun 2014 rasio laba operasi
bersih terhadap penjualan sempat mengalami penurunan walaupun penjualan mengalami
kenaikan sedangkan pada tahun 2015 rasio laba operasi terhadap penjualan kembali
meningkat padahal penjualannya mengalami kenaikan.

2. Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva (Return On Investment/ROI)

Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. ROI atau
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti
efisiensi manajemen.
Tabel 4.20
PT Wismilak Inti MakmurTbk.
Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 180,201,164,378 1,232,930,133,158 15
2014 162,779,528,379 1,334,544,790,387 12
2015 200,720,211,666 1,342,700,045,391 15
Sumber : Laporan Keungan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan ROI perusahaan tersebut, maka terlihat bahwa


kinerja perusahaan sempat mengalami penurunan dan kembali stabil.Penurunan ROI pada
tahun 2014 disebabkan oleh penurunan laba operasi bersih walaupun mengalami sedikit
kenaikan pada total aktiva. Kenaikan ROI pada tahun 2015 membuat ROI pada tahun
tersebut kembali stabil seperti pada tahun 2013 yang dikarenakan kenaikan laba operasi
bersih walaupun total aktivanya hanya mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan
total aktiva tahun 2014. Hal ini menunjukkan perusahaan yang kembali memperbaiki
kinerja perusahaan.

3. Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.Rasio yang
telah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Tabel 4.21
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 132,378,983,720 1,588,022,200,150 8
2014 116,469,426,444 1,661,533,200,316 7
2015 125,706,275,922 1,839,419,574,956 7

42
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan laba bersih terhadap penjualan, maka diperoleh bahwa kinerja


operasi perusahaan dari mengalami penurunan yang tidak signifikan namun dinilai tidak
efisien.Hal ini terlihat dari laba bersih yang diperoleh tidak sesuai dengan peningkatan
penjualan yang dilakukan dari tahun ke tahun.

4. Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return On Equity)

Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas ini, akan menunjukkan tingkat
pengembalian perusahaan terhadap nilai buku ekuitas perusahaan kepada para pemegang
saham/pemilik perusahaan.
Tabel 4.22
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 132,378,983,720 769,602,687,694 17
2014 116,469,426,444 846,390,403,028 14
2015 125,706,275,922 943,708,980,906 13
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun ke
tahun terjadi penurunan.Hal itu disebabkan karena adanya kenaikan ekuitas dari tahun ke
tahun namun tidak diiringi dengan kenaikan laba bersih.

4.1.4.2 Analisis Pertumbuhan


Untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran, maka
diperlukan analisis untuk menilai pertumbuhan perusahaan.Rasio-rasio yang dianalisis
diantaranya sebagai berikut :

1. Penjualan
1
1,839,419,574,956 2
g=( ) 1
1,588,002,200,150

g = 0.076254182 x 100%

g = 7.63%

Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 7,63%.

2. Laba Operasi Bersih

Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015
dapat dihitung sebagai berikut :

43
1
200,720,211,666 2
g=( ) 1
180,201,164,378

g = 0.055399190 x 100%

g = 5.54%

Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 5.54%.

3. Laba Bersih

Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut :

125,706,275,922 12
g=( ) 1
132,378,983,720

g = -0.025528911 x 100%

g = -2.55%

Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 2.55%.

4. Laba Per Saham

Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut :
1
62 2
g=( ) 1
51

g = 0.102581641 x 100%

g = 10,26%

Pertumbuhan Laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sebesar 10,26%.

4.1.4.3 Analisis Penilaian Pasar


Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan
risiko.
1. Rasio Harga atau Laba (Price Earning Ratio)

Mencerminkan pengaruh yang kadang-kadang saling menghilangkan yang


membuat penafsirannya semakin sulit.Semakin tinggi resiko, semakin tinggi factor

44
diskonto dan semakin rendah rasio harga atau laba.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perusahaan, semakin tinggi resiko harga atau laba.

Tabel 4.23
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Tahun Market Value Earnings Per Share %
2013 650 51 1.275
2014 625 54 1.157
2015 650 62 1.048
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan rasio harga atau laba perusahaan dari
tahun 2013 sudah sangat tinggi, dan juga ke tahun-tahun berikutnya mengalami
peningkatan.Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan
atau melebarkan pangsa pasarnya, sehingga tingkat risiko perusahaan pun menjadi
semakin tinggi.

2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)

Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.

Tabel 4.24
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku
Tahun Market Value Book Value %

2013 650 50 1.300

2014 625 50 1.250

2015 650 50 1.300


Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun2013,2014, dan 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa nilai rasio harga pasar
terhadap nilai buku mengalami kefluktuatifan tetapi tetap stabil.Hal tersebut
menunjukkan tidak ada perubahan yang drastis pada nilai pasar perusahaan.

45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Dari perbandingan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan antar perushaan-
perusahaan industry rokok, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua perusahaan rokok
mengalami pernurunan. Perusahaan yang mengalami kenaikan ada PT Gudang Garam Tbk,
dimana perusahaan mampu menaikan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan sebesar
1% disetiap tahunnya. Pada PT Wismilak Inti Makmur Tbk, rasio laba operasi bersih terhadap
penjualan mengalami penurunan 1% ditahun 2014 namun mengalami kenaikan kembali
sebesar 1% ditahun 2015. Dapat dikatakan bahwa PT Wismilak Inti Makmur Tbk tidak
mengalami perubahan yang berarti. Sedangkan untuk PT HM Sampoerna Tbk dan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami penurunan pada rasio ini. Khususnya untuk
PT Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami kerugian laba (net loss) disetiap
tahunnya.

Dari Perbandingan ROI, dapat dilihat bahwa kenaikan dan penurunan yang terjadi
sama dengan penurunan dan kenaikan di rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, yaitu
PT Gudang Garam Tbk mengalami kenaikan 2% ditahun 2014 dan 1% ditahun 2015, PT
Wismilak Inti Makmur Tbk mengalami penurunan sebesar 3% ditahun 2014 namun
mengalami kenaikan sebesar 3% ditahun 2015, dan untuk PT HM Sampoerna Tbk dan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami penuruna ROI yang sangat signifikan yaitu
5%-11%.

Dari perbandingan ROE antar perushaan, dapat dilihat bahwa PT Bentoel


Internasional Investama Tbk mengalami kenaikan yang sangat tinggi di tahun 2014 namun
kembali menurun ditahun 2015. PT Gudang Garam Tbk mengalami kenaikan yang teratur
disetiap tahunnya yaitu sebesar 1%. Sedangkan untuk kedua perusahaan lainnya yaitu HM
Sampoerna Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk mengalami penurunan ROE.

Dari perbandingan rasio-rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa dari semua


perusahaan yang dibandingkan PT Gudang Garam mempunyai kinerja yang lebih baik,
sedangkan PT Bentoel International Investama mempunyai kinerja yang paling buruk pada
tahun 2013-2015.

46
5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran untuk perushaan-


perusahaan industry rokok sebagai berikut :

1. Untuk PT Gudang Garam Tbk


Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya pada tahun 2013-2015 sudah efisien.
Disarankan untuk mempertahankan kenaikan dan lebih meningkatkan efisiensi pada
kegiatan oprasional perusahaan

2. Untuk PT HM Sampoerna Tbk


Sebaiknya perusahaan harus melakukan efisiensi terhadap aktivitas perushaan terutama
kegiatan operasi perusahaan, sehingga tidak menimbulkan beban terhadap laba operasi
perusahaan

3. Untuk PT Bentoel Internasional Investama Tbk


Perusahaan sudah merugi beberapa tahun, harus ada evaluasi lebih lanjut mengenai
pembiayaan apa saja yang tidak diperlukan. Sehingga perusahaan dapat kembali
mendapatkan kan laba usaha (net profit)

4. Untuk PT Wismilak Inti Makmur Tbk


Perusahaan mengidentifkasi mengapa setelah kenaikan kemudian ditahun berikutnya
terjadi penurunan kembali. Dan perusahaan hendaknya melakukan efisiensi biaya operasi
dan mengefisiensikan kegiatan di luar kegiatan utama perusahaan, sehingga tidak
menimbulkan beban terhadap laba operasi perusahaan

47

Anda mungkin juga menyukai