PENDAHULUAN
1
3. menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir
kemampuan perusahaan memperoleh laba, serta
4. menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para
pemiliknya.
Dalam makalah ini, kami selaku penulis akan melakukan analisis penilaian
kinerja perusahaan khusus pada bidang industri rokok dan tembakau. Hampir semua
orang di Indonesia pasti setidaknya pernah melihat dan mengetahui apakah rokok itu.
Seperti yang kita tahu, industri rokok dan tembakau telah memberikan kontribusi yang
besar dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir,
seiring dengan semakin meningkatnya jumlah perokok di Indonesia. Pada tahun 2013,
realisasi penerimaan bea dan cukai negara mencapai Rp155,82 triliun, dimana
penerimaan cukai tercatat sebesar Rp108,45 triliun, dan khusus untuk cukai hasil
tembakau dan rokok saja menyumbang sebesar Rp103,53 triliun, kemudian pada tahun
2014, terjadi peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok menjadi sebesar
Rp111,4 triliun. Sedangkan pada 2015, dari total penerimaan kepabeanan dan cukai
2
sebesar Rp180,4 triliun, sebanyak 96,4 persen atau Rp139,5 triliun merupakan
penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok. Bahkan menurut Heru Pambudi selaku
Direktur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, penerimaan cukai hasil tembakau dan rokok
pada 2015 telah melebihi target APBNP 2015 sebesar 100,3 persen.
Selain kontribusi dalam hal penerimaan cukai yang menjadi pendapatan bagi
negara, menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, beliau mengatakan
industri rokok melibatkan tenaga kerja hingga 6,1 juta jiwa, sungguh fantastis angka
tersebut jika hanya untuk satu jenis industri saja. Pencapaian prestasi industri rokok
Indonesia tidak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Betapa tidak,
pada tahun 2012 nilai ekspor rokok dan cerutu mencapai US$ 617,8 juta, dan dua tahun
kemudian atau pada tahun 2014 mencapai nilai US$ 804,7 juta, dengan kata lain terjadi
rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 14,1 % selama 2012-2014. Hal tersebut
menunjukkan bahwa betapa baiknya kualitas industri rokok dan tembakau Indonesia
sehingga bisa diterima dengan baik pula di pangsa pasar luar negeri, meskipun tetap
harus bersaing dengan merek-merek rokok internasional lainnya.Sejalan dengan
penjelasan Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), beliau
mengatakanrata-rata produksi rokok nasional dalam tiga tahun terakhir mencapai 300
miliar batang per tahun.Konsumsi rokok terbesar berasal dari dalam negeri yang
mencapai 93% atau 279 miliar batang.Adapun untuk konsumsi luar negeri sekitar 21
miliar batang.Meskipun hanya 7% dari rata-rata total produksi rokok nasional, tetapi bila
disandingkan dengan berbagai macam merek rokok lainnya yang beredar di pasar
internasional, tentu hal tersebut patut untuk diapresiasi.
Melihat betapa luar biasanya kontribusi industri rokok dan tembakau Indonesia
terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, bahkan dalam bidang lain seperti
bidang sosial dan budaya di Indonesia, maka dari itu akan menjadi sangat menarik untuk
mengetahui sebenarnya seperti apa kualitas kinerja dan kekuatan dari dalam industri
tersebut sehingga dinobatkan menjadi tumpuan penghasilan pendapatan APBN
Indonesia. Oleh karena itu, kami selaku penulis makalah skripsi mini ini, akan
melakukan dan memaparkan penelitian bertajuk Analisis Kualitas Kinerja Industri
Rokok dan Tembakau Indonesia Melalui Rasio-Rasio Keuangan.
3
PT Bentoel Internasional Investama Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT
Gudang Garam Tbk., dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
2. Laporan keuangan yang akan dianalisis dibatasi pada laporan keuangan
keluaran tahun 2013, 2014, dan 2015.
4
dilakukan pada saldo-saldo akun pada neraca maupun laporan laba-rugi dapat
memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat tertentu.
Analisis rasio-rasio keuangan melalui laporan keuangan perusahaan terdapat dua
jenis perbandingan. Pertama, analisis yang membandingkan rasio pada periode sekarang
dengan rasio pada periode sebelumnya atau pada periode yang akan datang pada laporan
keuangan perusahaan yang sama. Kedua, analisis yang membandingkan rasio keuangan
suatu perusahaan dengan rasio keuangan perusahaan lainnya yang sejenis, atau dengan
rata-rata industry pada satu titik yang sama. Melalui perbandingan-perbandingan
tersebut, kita dapat mengetahui terjadinya kenaikan maupun penurunan kualitas kinerja
perusahaan.Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1995:237) yang
kemudian diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana dan Kibandroko, pengukuran kinerja
perusahaan dapat dilakukan melalui analisis terhadap tiga kelompok rasio keuangan di,
yaitu
a. rasio profitabilitas : mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi,
b. rasio pertumbuhan : mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi, dan
c. rasio penilaian : mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai
pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Analisis laporan keuangan akan sangat membantu para pihak manajemen
perusahan dalam mengidentifikasi kondisi sebenarnya dari perusahaan, seperti
kekurangan-kekurangan dalam operasional perusahaan, sehingga manajemen dapat
mengambil keputusan yang tepat untuk langkah perusahaan kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1. Konsep Analisis
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat, dan pemahaman arti keseluruhan.Menurut Dwi
Prasowo Darminto, analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut Komaruddin (1994:163), analisis
adalah suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan yang padu. Sedangkan menurut Sofyan Syafari
(2009:207), analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai
unit terkecil.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
menguraikan pos-pos atau ayat-ayat yang memungkinkan tentang perbedaan untuk
kemudian dievaluasi dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan untuk kemudian disimpulkan.
6
Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi
aruskas masa depan. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan
keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari
unsur - unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang
berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak
manajemen perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1,
tujuan dan manfaat laporan keuangan yaitu:
1. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor
kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam membuat keputusan lain yg sejenis
secara rasional,
2. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor,
kreditor, dan pengguna lain yang potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan
ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang, yang berasal dari
pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan,
3. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi
perusahaan, klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal, dan
4. pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama
satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk
membantu menafsirkan prospek perusahaan.
2.2.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas dalam membuat
informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan
keputusan yang bernilai ekonomis. Berikut adalah karakteristik kualitatif keuangan
menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK No. 1 (2007:7).
1. Dapat dipahami.
Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu.
2. Relevan.
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi harus memiliki kualitas yang relevan
jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan
membantu mengevaluasi peristiwa di masa lalu, kini, atau mendatang atau dengan
mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
3. Keandalan.
Informasi memiliki kualitas andal apabila bebas dari pengertian menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus
atau jujur dari yang seharusnya disajikan, atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. Selain itu informasi harus diarahkan pada kebutuhan pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu. Dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, maka ketidakpastian tersebut diakui
dengan mengungkapkan hakikat dan tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan
sehat. Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
7
lengkap dalam batasan materialistis dan biaya (kelengkapan). Kesenjangan untuk
tidak mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan
menyesatkan.
4. Dapat dibandingkan.
Pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
periodeuntuk dapat mengidentifikasikan kecenderungan posisi laporan keuangan dan
mengevaluasi posisi keuangan perusahaan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten baik untuk perusahaan tersebut, antara periode yang sama,
maupun untuk perusahaan yang berbeda.
2.2.4 Jenis jenis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
1. Neraca (Balance Sheet)
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi
keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas
pada saat tertentu. Neraca (balance sheet) adalah laporan yang menyajikan sumber-
sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset serta kewajiban - kewajibannya atau
utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau
ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga
dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu
neraca tepatnya dinamakan statements of financial position. Karena neraca merupakan
potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status
report bukan merupakan flow report. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9)
menyatakan bahwa unsur yang berkaitan secara langsung dengan posisi keuangan
antara lain:
a. Aset (Asset)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), aset adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahan. Menurut
Prastowo dan Juliaty (2010:18), aset atau aktiva dapat diklasifikasikan menjadi:
aktiva lancar : aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh
dalam waktu satu tahun kurang (siklus operasi normal), contoh : kas, surat
berharga, persediaan, piutang dan persekot biaya,
investasi jangka panjang : penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahan
lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, contoh : investasi saham,
investasi obligasi,
aktiva tetap : aktiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam operasi normal
perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi
lebih dari satu tahun, contoh : tanah, gedung, kendaraan, mesin serta peralatan,
dan
aktiva tak berwujud : aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya
berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi
8
perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : patent, goodwill,
royalty, copyright, trade name/trade mark, franchise, dan licence.
b. Kewajiban (Liabilities)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), kewajiban merupakan utang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi. Menurut Prastowo dan Juliaty (2010:18),
kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi:
kewajiban lancar : kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang, contoh : utang
dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, dan utang biaya atau beban lainnya
yang belum dibayar,
kewajiban jangka panjang : kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : utang
obligasi, utang hipotik, dan utang bank atau kredit investasi, dan
kewajiban lain-lain : kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang, contoh : utang kepada para
pemegang saham.
c. Ekuitas (Equity)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), ekuitas adalah hak residual atas
aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Menurut Prastowo dan
Juliaty (2010:19), ekuitas dapat diklasifikasikan menjadi:
ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, contoh : modal saham (termasuk
agio saham bila ada), dan
ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada
pemilik, contoh : dividen (ditahan).
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan
laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan
adalah sebagai berikut:
a. penghasilan (revenue) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan
harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor, serta
b. beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus kas keluar,
penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang
tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu
yang diklasifikasikan menjadi:
beban : timbul dari pelaksanaan aktiva perusahaan, misalnya beban
umum/administrasi dan beban penjualan (operating expenses), dan
kerugian : timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, misalnya penjualan
aktiva tetap.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
9
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menyajikan peningkatan dan
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan
prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas beguna untuk meneliti kecermatan dari transaksi arus kas masa
depan yang telah dibuat sebelumnya, dan dalam menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga yang diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, dan pendanaa. Selain itu informasi arus kas histori sering
digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan
atas laporan keuangan juga mencangkup informasi yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk
menghasilkan laporan keuangan secara wajar.
2.2.5 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2004), pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah:
1. investor: seorang penanam modal yang berisiko, yang membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi
tersebut serta tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden,
2. karyawan : seseorang atau kelompok-kelompok yang mewakili mereka yang tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja,
3. pemberi pinjaman/kreditur : orang yang tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat
dibayar pada saat jatuh tempo,
4. pemasok dan kreditur usaha lainnya: orang yang tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan,
5. pelanggan : orang yang berkepentingan dengan informai mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama jika terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau
bergantung pada perusahaan,
6. pemerintah dan lembaga yang berada di bawah kekuasaan yang berkepentingan
dengan alokasi sumber daya, dan karenanya berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan, mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya, dan
7. masyarakat, biasanya perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai
cara misalnya memberikan kontribusi pada perekonomian nasional termasuk jumlah
orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengwn menyediakan informasi
10
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.2.6 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:6), laporan keuangan bersifat historis serta menyuluruh
dan sebagai suatu progress report,laporan keuangan terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain:
1. fakta yang telah dicatat (recorded facts),
2. prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation
and postulate), serta
3. pendapat pribadi (personal judgement).
Menurut Munawir (2004:9), terdapat beberapa keterbatasan dari laporan keuangan
yakni:
1. laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan
merupakan laporan final,
2. laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti
dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin
berbeda atau berubah-ubah,
3. laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai
rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dan
4. laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat
dinyatakan dengan satuan uang.
Sedangkan menurut Harahap(2004:16) menjelaskan bahwa Standar Akuntansi
Keuangan menggambarkan sifat dan keterbatasan laporan keuangan yaitu:
1. laporan keuangan bersifat historis : merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.
Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
2. laporan keuangan bersifat umum : disajikan untuk semua pemakai dan bukan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja misalnya untuk pajak,
dan bank,
3. proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbagan,
4. akuntansi hanya melaporkan informasi yang material,
5. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
6. laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya/formalitas(substance over form),
7. laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai
laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan,
8. adanya berbagai alternatif metode dan akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan, dan
9. informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
11
2.3 Analisis Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan adalah analisis yang
terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis
laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk
menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di
masa depan. Sedangkan menurut Harahap (2004:189), analisis laporan keuangan
adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalan proses
menghasilkan keputusan yang tepat.
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Harahap (2004:195), tujuan analisis laporan
keuangan yaitu:
1. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode,
2. untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan,
3. untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki,
4. untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang pelu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini,
5. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal, dan
6. dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Prosedur analisis laporan keuangan menurut Abdullah (2001:34-35) dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Review data laporan keuangan, aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap
berbagai hal, baik sifat/jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi
yang berlaku. Tujuan dilakukannya review data laporan keuangan adalah untuk
menyakinkan pada penganalisa bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas
menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur
akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul
mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable).
2. Menghitung, dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis, dilakukan
perhitungan-perhitungan meliputi metode perbandingan, persentase perkomponen,
analisis rasio keuangan, dan lain-lain.
3. Membandingkan/mengukur, langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil
perhitungan tersebut apakah sehat atau tidak sehat.
12
4. Menginterpretasikan, merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara
hasil perbandingan/pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi
mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dihadapi perusahaan
dalam pengelolaan keuangan.
5. Solusi, dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan
ditempuh solusi yang tepat.
Sedangkan menurut Darminto dan Aji Suryo (2000:41-42), prosedur analisis laporan
keuangan yaitu:
1. memahami latar belakang dan data keuangan perusahaan,
2. memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan,
3. mempelajari dan mereview laporan keuangan perusahaan, serta
4. menganalisis laporan keuangan perusahaan.
2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), metode analisis laporan keuangan yaitu:
1. analisis horisontal : analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui
perkembangannya, dan
2. analisis vertikal : apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu
dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan adalah seperti yang di
bawah ini.
1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan
cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan:
a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah,
b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah,
c. kenaikan atau penurunan dalam persentase,
d. perbandingan yang dinyatakan dalam rasio, serta
e. persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Tendensi posisi (trends) dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk
mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi
tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan persentase per komponen (common sizestatement), adalah suatu
metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset
terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi
perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Laporan dengan persentase per komponen (sommon sizestatement), adalah suatu
metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset
terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi
perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
13
6. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
7. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-
akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut.
8. Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke
periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
9. Analisis Titik Potong(break even), adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini
juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.
b. Quick Ratio.
Menurut Sutrisno (2009:216),quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar
sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini
menunjukkanbesarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk
melunasi utang lancar. Rumus quick ratio adalah:
14
Current AssetInventory
Quick Ratio=
Current Liabilities
2. Rasio aktivitas, merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan asetuntuk memperoleh penjualan. Dengan kata lain, rasio
aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal,
kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka
dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Ada beberapa macam
rasio pasar yaitu sebagai berikut.
a. Inventory Turnover.
Menurut Riyanto (2008:334), inventory turnover menunjukkan dana yang
tertanam dalam persediaan (inventory) berputar dalam suatu periode tertentu, atau
likuiditas dari persediaan dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio ini mengukur
efesiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rumus inventory turnover
adalah:
Cost of Good Sold
Inventory Turnover=
Inventory
b. Receivables Turnover.
Menurut Darsono (2004:59), receivables turnover adalah seberapa kali saldo rata-
rata piutang dikonversikan ke dalam kas selama periode tertentu.Perputaran
piutang dapat mengukur hubungan antara jumlah piutang dalam sebuah perusahaan
dengan kebijakan dalam pemberian piutang serta keberhasilan bagian penagihan
dalam menagih piutang.Rumus receivables turnover adalah:
Sales
Receivables Turnover=
Accont s Receivable
15
Times Interest Earning Ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur
berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Rumus Times Interest
Earning Ratioadalah:
Earning before Interest Taxes(EBIT )
Interest Earning Ratio=
Interest
b. Return on Equity.
Return on Equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
tersebut mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri ataupun
pemegang saham suatu perusahaan. Rumus Return on Equity adalah:
Net Income
Return on Equity=
Total Equity
c. Profit Margin.
Menurut Bastiandan Suhardjo (2006), profit margin adalah perbandingan antara
laba bersih dengan penjualan. Rumus Profit Margin adalah:
Net Income
Profit Margin=
Sales
5. Rasio pasar, merupakan rasio yang membandingkan harga pasar terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak dilihat berdasarkan sudut pandang investor atau
calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.
Ada beberapa macam rasio pasar yaitu sebagai berikut.
a. Price Earning Ratio.
Menurut Henry Simamora (2002:530), earning per share adalah laba bersih per
lembar saham biasa yang beredar selama satu periode, rasio laba per lembar saham
16
ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa. Rumus
Price Earning Ratioadalah:
Price per share
Price Earning Ratio=
Earning per share
b. Dividend Yield
Dividen yield adalah sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Rumus Dividend Yield adalah:
Dividend per share
Dividend Yield=
Market value per share
c. Dividend Payout
Menurut Agus Sartono (2001:491), dividen payout ratio adalah rasio pembayaran
deviden, persentase laba yang dibayarkan adalah dalam bentuk deviden, atau rasio
antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia
bagi pemegang saham.Rumus Dividend Payout adalah:
Dividend per share
Dividend Payout=
Earning per share
3. rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara
penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, dan
4. informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.
1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakai,
2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik seperti ini,
3. jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio, serta
4. sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
2.5 Kinerja
2.5.1 Pengertian Kinerja
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007), kinerja keuangan adalah
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang
dimilikinya. Kemudian menurut Mulyadi (2007:2), kinerja keuangan adalah penentuan
17
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan perusahaan
dapat juga diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah
dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca, dan
laporan perubahan modal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu.
2.5.2 Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (1997:419), pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan
karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelummya. Prinsip-prinsip pengukuran kinerja menurut R.A Supriyono (1999:420),
yaitu sebagai berikut.
1. Konsisten dengan tujuan perusahaan.
Ukuran-ukuran kinerja harus konsisten dengan tujuan-tujuan stakeholders (tujuan
pihak-pihak internal & eksternal).Ukuran-ukuran kinerja perusahaan harus
menyediakan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas bisnis dengan rencana strategis.
2. Memiliki adabtabilitas pada kebutuhan bisnis.
Ukuran-ukuran kinerja harus dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan bisnis
maupun dengan berbagai macam tujuan (bukan karena perubahan gaya manajemen).
Ukuran-ukuran kinerja harus dikaji ulang dan diurutkan seperlunya agar
mencerminkan faktor-faktor kunci sukses yang relevan.Ukuran-ukuran kinerja yang
sudah ada harus dikaji ulang, dimodifikasi, dikurangi, atau dihapuskan jika perlu.
3 Dapat mengukur aktivitas-aktivitas signifikan.
Ukuran-ukuran kinerja tersebut harus mencerminkan aktivitas-aktivitas yang
signifikan bagi perusahaan.Setiap perusahaan harus menentukan aktivitas-aktivitas
yang signifikan bagi perusahaan berdasarkan tujuan bisnis dan lingkungan
beroperasinya.
4 Mudah diaplikasikan.
Jika aktivitas-aktivitas signifikan telah diidentifikasikan, maka ukuran-ukuran kinerja
harus disusun dan untuk itulah aktivitas harus mudah untuk dipahami.Jumlahnya tidak
banyak, dan dapat dikuantitatifkan.Banyak ukuran-ukuran kinerja yang dapat
dinyatakan secara kualitatif dalam ukuran keuangan maupun non keuangan.
5 Mempunyai akseptabilitas dari atas ke bawah.
Pendekatan dari atas ke bawah (top down) harus digunakan untuk menentukan
ukuran-ukuran kinerja yang dapat memotivasi perilaku optimal pada semua level
perusahaan.
6 Berbiaya efektif.
Informasi mengenai pengukuran kinerja harus berbiaya efektif, tersedia saat
dibutuhkan dan disajikan tepat waktu.
7 Tersaji tepat waktu.
Informasi kinerja harus tersaji tepat waktu dan dalam format yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan.Peyajian informasi tepat waktu juga harus dihubungkan dengan
validitasnya serta manfaat dan biayanya.Laporan informasi kinerja yang tepat waktu
bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dan penyempurnaan yang cepat.
2.5.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut R.A Supriyono (1999:4242), jika didesain dan diimplementasikan
dengan baik, pengukuran kinerja dapat memberikan manfaat penting pada perusahaan
sebagai berikut.
18
1. Menelusuri kinerja yang dibandingkan dengan harapan konsumen sehingga
perusahaan dekat dengan konsumen dan mendorong semua orang dalam perusahaan
terlibat dalam usaha memuaskan konsumen.
2. Menjamin keterkaitan antara rangkaian konsumen internal dan pemasok internal.
Keterkaitan ini dapat mengurangi persaingan lintas fungsional dalam perusahaan dan
dapat meningkatkan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Mengidentifikasi pemborosan dalam berbagai bentuk dan mengarah kepada
pengurangan atau pengeliminasian pemborosan.
4. Membuat tujuan strategis lebih konkrit sehingga dapat meningkatkan pemahaman
terhadap organisasi.
5. Membangun konsesus untuk mengubah perilaku yang mendukung pencapaian
keselarasan tujuan.
6. Memungkinkan keterkaitan antara akuntansi, aktivitas, dengan ukuran-ukuran kinerja.
Keterkaitan ini bermanfaat untuk:
a. menyediakan informasi mengenai biaya aktivitas dan biaya produk serta obyek
biaya lainya, dan
b. mengidentifikasipengendali-pengendali biaya bisnis.
7. Memusatkan perhatian pada pengendali-pengendali biaya. Pengendali-pengendali
biaya dapat menjelaskan faktor sebab akibat aktivitas dan biaya sehingga bermanfaat
untuk:
a. mengurangi jumlah pemasok sehingga aktivitas-aktivitas pembelian misalnya
waktu dan biaya negoisasi dengan para pemasok dapat dikurangi,
b. mengurangi jumlah komponen dalam suatu produk sehingga aktivitas perakitan
dapat dikurangi,
c. mengurangi jumlah perintah perubahan perekayasaan sehingga jumlah aktivitas
pengerjaan kembali dapat dikurangi, serta
d. mengurangi waktu setel (setup) sehingga aktivitas setel mesin dapat dikurangi.
2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja
Menurut Hiro Tugiman (1999:1), penilaian kinerja dapat dilakukan melalui
empat cara yaitu sebagai berikut.
1. Balance Scorecard.
Balance Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk
mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja
keuangan.Balance Scorecard terdiri dari dua kata yakni sebagai berikut.
a. Kartu score (scorecard) adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil
kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan personel dimasa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak
diwujudkan personel dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang
sesungguhnya. Hasil ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel
yang bersangkutan.
b. Berimbang (balance), dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel
diukur secara berimbang baik dari aspek keuangan maupun non keuangan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta internal maupun eksternal.
BalanceScorecard memperluas ukuran kinerja ke dalam empat perspektif yakni
keuangan, costumer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran pertumbuhan.
2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.
Mutu dalam standar ISO 8402 ialah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi
19
terhadap mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk,
dan kemudahan pemilihan.
3. Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQA).
MBNQA merupakan kriteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang
mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan
hasil-hasil usaha, membandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu
ke waktu dengan perusahaan terbaik dibidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk
melakukan penilaian dari perusahaan sendiri dan pelatihan, serta merupakan alat
untuk mengembangkan kinerja dan proses bisnis.
4. Penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan surat
keputusan Menteri Keuangan.
Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
untuk meningkatkan daya efisiensi dan daya saing.
Selain ukuran-ukuran kinerja diatas, juga terdapat metode analisis kinerja
Economic Value Added (EVA). EVA adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan dan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA yang
positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai suatu
perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan,
manajemen memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2001:48), EVA
dapat dihitung dengan rumus:
Economic Value Added=Earning Before Interest TaxesTaxesCapital Cost
20
Net Income
Return on Equity=
Total Equity
c. Profit Margin on Sales atau Profit Margin :mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Rumus Profit Margin adalah:
Net Income
Profit Margin=
Sales
d. Operating Profit Margin: rasio laba bersih terhadap penjualan banyak digunakan
oleh para praktisi keuangan sebagai penentu nilai kunci yang mempengaruhi
penilaian atas sebuah perusahaan. Rumus Operating Profit Margin adalah:
Operating Net Income
Operating Net Income=
Sales
2. Rasio pertumbuhan.
Rasio pertumbuhan mengukur sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi
ekonomisnya didalam industrinya. Tingkat pertumbuhan dihitung dengan
menggunakan metode titik-titik ujung, yaitu:
1
g= Xn n 1
( )
Xo
Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan majemuk selama periode tercakup
Xn = nilai titik akhir
Xo = nilai titik awal
N = jumlah periode pertumbuhan
21
Performansi suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan, dari laporan
keuangan tersebut dapat diketahui keadaan keuangan dari hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan selama periode tertentu dan menjadi alat ukur yang digunakan dalam mengukur
kinerja suatu perusahaan. Menurut Harington (2003:1), menyebutkan bahwa:
The primary resources of information these analyst use to evaluate a firm performance are
its financial statement, the historical record of its past performance.
Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui melalui analisis atau interpretasi
terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat menggunakannya sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Interpretasi atau analisis laporan keuangan
suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing
berbeda. Selanjutnya dikatakan pula oleh Harington ( 2003:1), bahwa :
The financial performance of corporation is a vital intens to many groups and individual.
Kinerja perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi
para pemakai laporan keuangan tersebut.
Hubungan antara kesehatan perusahaan dengan analisis laporan keuangan adalah
seperti dikemukakan oleh Martin ( 2002:421), yaitu :
Financial analysis involves the assesment of a firm past, present, anticipated future
financial condition the objective is to identity any weakness in the firms financial health
that could lead to future problems and to determine any strength the firms might capitalize
upon.
Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya dari kinerja tersebut
dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan tersebut, yaitu dengan cara melakukan
analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Kinerja perusahaan merupakan
informasi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan,
untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan. Dari hasil analisis terhadap
kinerja perusahaan maka dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi kondisi keuangan di masa yang akan datang. Sebagaimana diuraikan dimuka
bahwa analisis terhadap laporan keuangan adalah membandingkan elemen- elemen yang
terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi pada suatu saat tertentu, maka dapat diperoleh
gambaran mengenai kinerja perusahaan. Sehubungan dengan itu maka pimpinan
perusahaan dapat mengadakan perbaikan-perbaikan, penyusunan rencana dan kebijakan-
kebijakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dan juga untuk dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan atas hasil-hasil yang telah dicapai pada periode
sebelumnya.
22
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
23
Komisaris : Lucas Mulia Suhardja
Komisaris Independen : Frank W. van Gelder
Gotama Hengdratsonata
Presiden Direktur : Susilo Wonowidjojo
Direktur : Heru Budiman
Lengga Nurullah
Istata Taswin Siddharta
Herry Susianto
Buana Susilo
Sony Sasono Rahmadi
24
Komisaris Independen : Eddy Abdurrachman
Silmy Karim
Presiden Direktur : Jason Fitzgerald Murphy
Direktur : Martin Arthur Guest
Hardeep Khangura
25
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang
disajikan dalam bentuk angka. Data ini menunjukkan nilai terhadap besaran atau
variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah data runtut waktu, yaitu data yang
merupakan hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu.
3.3.2.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari:
1. Data dari PTBursa Efek Jakarta berupa perusahaan industri rokok
yang telah melakukan go public.
2. Data dari Bursa Efek Jakarta berupa laporan keuangan perusahaan
industry rokok yang go public dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.
26
menjadi variabel dependen adalah kinerja perusahaan pada industri rokok.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut kami selaku kelompok penulis penelitian akan memaparkan hasil penelitian
yang didapatkan berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan sebagian kelompok industri
rokok yang go public, meliputi:
1. PT Gudang Garam Tbk.
2. PT Bentoel Investama Tbk.
3. PT HM Sampoerna Tbk.
4. PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
27
4.1.1 Kinerja PT Gudang Garam Tbk.
Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset berjalan dengan baik.
Tabel 4.1
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih Terhadap Penjualan
Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diperoleh bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih dari penjualan sejak
2013-2015 semakin lama semakin naik meskipun kenaikan tidak signifikan, atau
setidaknya perusahaan mampu mempertahankan nilai rasionya.Hal ini disebabkan karena
perusahaan mampu mempertahankan dan sedikit menaikkan nilai penjualan, hal ini dapat
dilihat dari penjualan yang semakin meningkat diikuti laba operasi serta rasionya.
Tabel 4.2
PT Gudang Garam Tbk.
Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 6,691,722,000,000 50,771,650,000,000 13
2014 8,577,656,000,000 58,234,278,000,000 15
2015 10,064,867,000,000 63,505,413,000,000 16
28
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Tabel 4.3
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 4,383,932,000,000 55,436,954,000,000 8
2014 5,395,293,000,000 65,185,850,000,000 8
2015 6,452,834,000,000 70,365,573,000,000 9
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan rasio laba bersih terhadap penjualan, maka dapat diperoleh bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari tahun ke tahun tidak
mengalami kenaikan yang signifikan, bahkan tidak ada kenaikan dari tahun 2013 ke
2014.Kenaikan yang rendah dan/atau bahkan tidak mengalami kenaikan ini disebabkan
oleh perusahaan yang masih kurang mampu meningkatkan efisiensi perusahaan pada
kegiatan di luar operasi perusahaan, meskipun sebenarnya nilainya sudah bagus.
Hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik
perusahaan.
Tabel 4.4
PT Gudang Garam Tbk.
Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 4,383,932,000,000 29,416,271,000,000 15
2014 5,395,293,000,000 33,134,403,000,000 16
2015 6,452,834,000,000 38,007,909,000,000 17
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
29
Dari hasil perhitungan Return on Equity, diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam
dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin meningkat dari tahun ke tahun
meskipun tidak signifikan. Kenaikan ini disebabkan karena laba yang diperoleh
perusahaan dari tahun ke tahun meningkat.
Xn 1n
g=( ) 1
Xo
Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan majemuk (rata-rata geometri) selama periode tercakup
Xn = nilai titik akhir
Xo = nilai awal
n = jumlah periode tumbuhan
Perhitungan:
1. Penjualan
Pertumbuhan penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:
1
70,365,573,000,000 2
g=( ) 1
55,436,954,000,000
g = 0.126627725 x 100%
g = 12,66%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 12,66%.
g = 0.226408283 x 100%
g = 22,64%
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 22,64%.
3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:
30
1
6,452,834,000,000 2
g=( ) 1
4,383,932,000,000
g = 0.213230562 x 100%
g = 21,32%
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 21,32%.
g = 0.219289411 x 100%
g = 21,93%
Pertumbuhan laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 adalah sebesar
21,93%.
Tabel 4.5
PT Gudang Garam Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai rasio harga atau laba dari tahun
ke tahun mengalami penurunan.Hal ini berarti perusahaan memiliki tingkat risiko yang
rendah, tingkat risiko rendah disebabkan karena perusahaan tidak mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun.
31
2. Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)
Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.
Tabel 4.6
Sumber : Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pada tahun 2013 ke tahun 2014, rasio nilai pasar
terhadap nilai buku dari ekuitas PT Gudang Garam Tbk. mengalami kenaikan, hal
tersebut terjadi karena perusahaan memiliki nilai lebih di mata pasar, sehingga mampu
meningkatkan nilai pasar ekuitasnya. Namun, pada 2015 rasio nilai pasar terhadap nilai
buku ekuitasnya mengalami penurunan, hal tersebut bisa terjadi karena kinerja
perusahaan memburuk di mata investor sehingga menurunkan citra perusahaan, hal
tersebut memberi dampak terhadap nilai pasar ekuitasnya.
Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan ini memberikan gambaran tentang efisiensi
perusahaan pada kegiatan-kegiatan utama perusahaan.Semakin tinggi nilai rasio, maka
semakin mencerminkan tingkat efisiensi manajemen kegiatan perusahaan.Begitu pula
berlaku sebaliknya, jika semakin rendah nilai rasio, maka tingkat efisiensi manajemen
perusahaan dianggap rendah/jelek.
32
Tabel 4.7
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa bahkan sejak 2013, rasio laba
operasi bersih terhadap penjualan sudah bernilai minus, dan ke tahun-tahun berikutnya
pun nilainya semakin merosot. Hal tersebut terjadi karena nilai penjualan perusahaan
belum bisa menutupi total pembiayaan operasional perusahaan tersebut, dengan kata lain
tingkat penjualan PT Bentoel Investama Tbk. sejak 2013-2015 masih sangat rendah.
Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset berjalan dengan baik.
Tabel 4.8
PT Bentoel Investama Tbk.
Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva
Tahun Rugi Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 (1,257,722,000,000) 9,935,256,000,000 -13
2014 (1,687,866,000,000) 8,929,372,000,000 -19
2015 (1,938,552,000,000) 1,005,884,000,000 -16
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil analisisdi atas, didapatkan rasio laba operasi bersih terhadap total
aktiva sejak 2013 sudah bernilai minus dan hingga tahun 2015 nilainya terus merosot. Hal
tersebut terjadi karena tingkat penjualan perusahaan sangat rendah sehingga bukannya
menghasilkan laba operasi melainkan rugi operasi.Perusahaan belum mampu
memanfaatkan dan menggunakan aktivanya seefektif dan seefisien mungkin sehingga
tidak mampu menghasilkan laba.
33
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau
biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.
Tabel 4.9
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 (919,928,000,000) 12,522,822,000,000 -7
2014 (2,264,159,000,000) 14,489,473,000,000 -16
2015 (1,629,718,000,000) 16,814,352,000,000 -10
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas, didapatkan bahwa perusahaan sama sekali
belum mampu menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualannya selama 2013 hingga
2015 kemarin. Sejak 2013 hingga 2015 tingkat rasio laba bersih terhadap selalu bernilai
minus karena perusahaan terus mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena tingkat
penjualan perusahaan masih sangat rendah dibandingkan dengan total pembiayaan
perusahaan.
Tabel 4.10
PT Bentoel Investama Tbk.
Hasil Pengembalian Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 (919,928,000,000) 1,005,884,000,000 -91
2014 (2,264,159,000,000) (1,281,039,000,000) 177
2015 (1,629,718,000,000) (3,148,757,000,000) 52
Sumber : Laporan Keuangan PT Bentoel Investama Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Dari hasil perhitungan rasio di atas, diperoleh bahwa pada 2013, rasio hasil pengembalian
ekuitas bernilai sangat rendah, yaitu -91%, tetapi pada 2014, perusahaan mampu
memutarbalikkan nilainya menjadi tiga kali lipat yaitu 177%, dan pada 2015 perusahaan
masih mampu mempertahankan nilainya pada posisi 52%. Hal tersebut terjadi karena
pada 2013 nilai ekuitas perusahaan masih positif, sedangkan pada 2014 dan 2015 nilai
ekuitasnya menjadi negatif.
34
1. Penjualan
1
16,814,352,000,000
g=( ) 1
2
12,522,822,000,000
g = 0.15874791 x 100%
g = 15,87%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 15,87%.
g = 0.24149907 x 100%
g = 24,15%
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 24,15%.
3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut :
1
(1,629,718,000,000) 2
g=( ) 1
(919,928,000,000)
g = 0.331003852 x 100%
g = 33,10%
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 33,10%.
g = 0.265000498 x 100%
g = 26,50%
Pertumbuhan laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sebesar 26,50%.
35
Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan
risiko.
1. Rasio Harga atau Laba (Price Earnings Ratio)
Tabel 4.11
PT Bentoel Investama Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas, didapatkan nilai rasio harga atau laba
perusahaan dari 2013 sampai 2015 terus bernilai negatif meskipun bersifat fluktuatif. Hal
ini terjadi karena perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan, bahkan mengalami
penciutan nilai perusahaan, sehingga tingkat risiko perusahaan menjadi sangat rendah.
Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.
Tabel 4.12
36
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai rasio harga pasar terhadap nilai
buku dari tahun 2013 sampai 2013 mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan masih mampu mempertahankan nilai pasar dari
ekuitasnya selama ini.
Tabel 4.13
PT HM SampoernaTbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Operasi Bersih penjualan %
2013 14,509,710,000,000 75,025,207,000,000 19
2014 13,718,299,000,000 80,690,139,000,000 17
2015 13,932,644,000,000 89,069,306,000,000 16
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka
diperoleh bahwa kinerja operasi perusahaan kurang efisien.Hal ini terlihat karena
menurunnya rasio dari tahun ke tahun.Pada tahun 2014, terjadi penurunan laba operasi
bersih yang menyebabkan turunnya rasio.Walaupun ada kenaikan laba operasi pada tahun
2015 namun rasio tetap mengalami penurunan.
Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Return
OnInvestment atau Return On Aasset menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen asset berjalan dengan baik.
Tabel 4.14
PT HM Sampoerna Tbk.
Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 14,509,710,000,000 27,404,594,000,000 53
2014 13,718,299,000,000 28,380,630,000,000 48
2015 13,932,644,000,000 38,010,724,000,000 37
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
37
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat rasio laba operasi bersih
terhadap total aktiva perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun
nilai rasionya positif dan cukup besar. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya laba
operasi bersih namun mengalami kenaikan pada total asetnya.Hal ini memperlihatkan
kinerja perusahaan yang kurang efisien.
Tabel 4.15
PT HM Sampoerna, Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 10,807,957,000,000 75,025,207,000,000 14
2014 10,014,995,000,000 80,690,139,000,000 12
2015 10,355,007,000,000 89,069,306,000,000 12
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa tingkat rasio laba bersih
terhadap penjualan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.Hal ini juga menunjukkan
kualitas kinerja operasi perusahaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.Walaupun
nilai rasionya masih positif dan penurunannyatidak signifikan, tetapikinerja perusahaan
tetap dinilai tidak efisien.
Tabel 4.16
PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 10,807,957,000,000 14,155,035,000,000 76
2014 10,014,995,000,000 13,498,114,000,000 74
2015 10,355,007,000,000 32,016,060,000,000 32
Sumber : Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 ke 2014 terjadi
penurunan sebesar 2%, hal tersebut terjadi karena baik laba bersih dan ekuitas perusahaan
38
sama-sama mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Pada tahun 2014 ke tahun
2015 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 42%.Ini disebabkan karena adanya
kenaikan ekuitas sebesar 137%, tetapi kenaikan laba operasi bersih sangat sedikit.
Pertumbuhan Penjualan perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut :
1
89,069,306,000,000 2
g=( ) 1
75,025,207,000,000
g = 0.089583287
g = 8,96%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 8,96%.
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:
1
13,932,644,000,000 2
g=( ) 1
14,509,710,000,000
g = -0.02008726
g = -2.01%
Dari data laba operasi bersih tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan
penurunan sebesar 2,01%.
3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:
10,355,007,000,000 12
g=( ) 1
10,807,957,000,000
g = -0.021178738
g = -2,12%
39
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 2,12%.
Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:
2,326 12
g=( ) 1
2,468
g = -0.02919439 x 100%
g = -2,92%
Pertumbuhan Laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami penurunan
sebesar 2,92%.
Tabel 4.17
PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Tahun Market Value Earnings Per Share %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, sejak 2013 rasio harga atau laba perusahaan sudah
tinggi yakni sebesar 94%, dan ke tahun-tahun berikutnya juga terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut terjadi karena perusahaan Sampoerna terus mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun, sehingga tingkat risiko perusahaan juga semakin tinggi,
yang menyebabkan rasio harga atau laba perusahaan juga tinggi dan semakin tinggi ke
tahun-tahun berikutnya.
40
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)
Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.
Tabel 4.18
PT HM Sampoerna Tbk.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku
Tahun Market Value Book Value %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tingkat rasio harga pasar terhadap nilai buku
ekuitas perusahaan sejak 2013 sudah bernilai sangat tinggi, dan ke tahun-tahun berikutnya
juga semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena nilai dan citra perusahaan di mata
publik sangat baik, sehingga mampu menciptakan nilai jual/nilai pasar yang sangat tinggi
pada ekuitas perusahaan terhadap nilai bukunya.
Data yang dianalisis oleh penulis adalah data laporan keuangan periode 2013 sampai
dengan 2015. Rasio-rasio profitabilitas tersebut adalah :
Tabel 4.19
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Operasi Bersih penjualan %
2013 180,201,164,378 1,588,022,200,150 11
2014 162,779,528,379 1,661,533,200,316 10
41
2015 200,720,211,666 1,839,419,574,956 11
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diketahui bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih terhadap penjualan tidak
mengalami kenaikan atau stabil. Hal ini terlihat dari pada tahun 2014 rasio laba operasi
bersih terhadap penjualan sempat mengalami penurunan walaupun penjualan mengalami
kenaikan sedangkan pada tahun 2015 rasio laba operasi terhadap penjualan kembali
meningkat padahal penjualannya mengalami kenaikan.
Rasio ini biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. ROI atau
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti
efisiensi manajemen.
Tabel 4.20
PT Wismilak Inti MakmurTbk.
Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva
Tahun Laba Operasi Bersih Total Aktiva %
2013 180,201,164,378 1,232,930,133,158 15
2014 162,779,528,379 1,334,544,790,387 12
2015 200,720,211,666 1,342,700,045,391 15
Sumber : Laporan Keungan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Tabel 4.21
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
Tahun Laba Bersih Penjualan %
2013 132,378,983,720 1,588,022,200,150 8
2014 116,469,426,444 1,661,533,200,316 7
2015 125,706,275,922 1,839,419,574,956 7
42
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas ini, akan menunjukkan tingkat
pengembalian perusahaan terhadap nilai buku ekuitas perusahaan kepada para pemegang
saham/pemilik perusahaan.
Tabel 4.22
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Tahun Laba Bersih Ekuitas %
2013 132,378,983,720 769,602,687,694 17
2014 116,469,426,444 846,390,403,028 14
2015 125,706,275,922 943,708,980,906 13
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun ke
tahun terjadi penurunan.Hal itu disebabkan karena adanya kenaikan ekuitas dari tahun ke
tahun namun tidak diiringi dengan kenaikan laba bersih.
1. Penjualan
1
1,839,419,574,956 2
g=( ) 1
1,588,002,200,150
g = 0.076254182 x 100%
g = 7.63%
Dari data penjualan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didapatkan pertumbuhan
penjualan sebesar 7,63%.
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan 2015
dapat dihitung sebagai berikut :
43
1
200,720,211,666 2
g=( ) 1
180,201,164,378
g = 0.055399190 x 100%
g = 5.54%
Pertumbuhan laba operasi bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 sebesar 5.54%.
3. Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat
dihitung sebagai berikut :
125,706,275,922 12
g=( ) 1
132,378,983,720
g = -0.025528911 x 100%
g = -2.55%
Pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 2.55%.
Pertumbuhan laba per saham selama tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dihitung
sebagai berikut :
1
62 2
g=( ) 1
51
g = 0.102581641 x 100%
g = 10,26%
Pertumbuhan Laba per saham dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sebesar 10,26%.
44
diskonto dan semakin rendah rasio harga atau laba.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perusahaan, semakin tinggi resiko harga atau laba.
Tabel 4.23
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Harga atau Laba
Tahun Market Value Earnings Per Share %
2013 650 51 1.275
2014 625 54 1.157
2015 650 62 1.048
Sumber : Laporan Keuangan PT Wismilak Tbk. tahun 2013,2014, dan 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan rasio harga atau laba perusahaan dari
tahun 2013 sudah sangat tinggi, dan juga ke tahun-tahun berikutnya mengalami
peningkatan.Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan
atau melebarkan pangsa pasarnya, sehingga tingkat risiko perusahaan pun menjadi
semakin tinggi.
Rasio harga pasar terhadap nilai buku ini mengukur nilai pasar dari aset,
kewajiban, ekuitas suatu perusahaan yang diberikan oleh pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan
hendak memajukan usahanya.
Tabel 4.24
PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku
Tahun Market Value Book Value %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa nilai rasio harga pasar
terhadap nilai buku mengalami kefluktuatifan tetapi tetap stabil.Hal tersebut
menunjukkan tidak ada perubahan yang drastis pada nilai pasar perusahaan.
45
BAB V
Dari perbandingan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan antar perushaan-
perusahaan industry rokok, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua perusahaan rokok
mengalami pernurunan. Perusahaan yang mengalami kenaikan ada PT Gudang Garam Tbk,
dimana perusahaan mampu menaikan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan sebesar
1% disetiap tahunnya. Pada PT Wismilak Inti Makmur Tbk, rasio laba operasi bersih terhadap
penjualan mengalami penurunan 1% ditahun 2014 namun mengalami kenaikan kembali
sebesar 1% ditahun 2015. Dapat dikatakan bahwa PT Wismilak Inti Makmur Tbk tidak
mengalami perubahan yang berarti. Sedangkan untuk PT HM Sampoerna Tbk dan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami penurunan pada rasio ini. Khususnya untuk
PT Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami kerugian laba (net loss) disetiap
tahunnya.
Dari Perbandingan ROI, dapat dilihat bahwa kenaikan dan penurunan yang terjadi
sama dengan penurunan dan kenaikan di rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, yaitu
PT Gudang Garam Tbk mengalami kenaikan 2% ditahun 2014 dan 1% ditahun 2015, PT
Wismilak Inti Makmur Tbk mengalami penurunan sebesar 3% ditahun 2014 namun
mengalami kenaikan sebesar 3% ditahun 2015, dan untuk PT HM Sampoerna Tbk dan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk mengalami penuruna ROI yang sangat signifikan yaitu
5%-11%.
46
5.2 Saran
47