Anda di halaman 1dari 5

Proprietary theory adalah teori yang didasarkan pada pemikiran bahwa proprietor

(pemilik) adalah pusat dari seluruh perhatian. Dibawah pandangan atau pemikiran ini
seluruh konsep akuntansi, prosedur dan aturan diformulasikan atau disusun sesuai
dengan kepentingan pemilik sebagai dasar pemikirannya. Sementara di sisi lain,
kebalikan dari proprietary theory, entity theory mengusulkan agar proses bisnis
diartikan sebagai sebuah entitas terpisah dan juga sebagai pencatatan akuntansi atas
transaksi dari entitas tersebut.

A. Proprietary Theory
Dalam konsep ini, aktiva merepresentasikan sesuatu yang dimiliki oleh pemilik dan
kewajiban merupakan utang yang harus ditanggung oleh pemilik. Lebih lanjut
Isgiyarta (2009, p.89) menjelaskan bahwa dalam proprietary theory, perusahaan
merupakan milik pemegang saham sehingga posisi utang akan mengurangi kekayaan
perusahaan dan bunga diperlakukan sebagai beban usaha. Dalam persamaan
akuntansi, proprietary theory digambarkan sebagai berikut:

Ekuitas = Aktiva - Hutang

Dari persamaan akuntansi di atas terlihat bahwa utang merupakan pengurang aktiva
dan antara utang dengan ekuitas mempunyai posisi yang berbeda terhadap aktiva.
Dalam akuntansi konvensional, hal terpenting pada proprietary theory adalah aktiva
bersih (aktiva – utang) yang berarti pemilik lebih menekankan pada komponen laba
rugi. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip dasar dari aliran kapitalisme, yaitu self-
interest (kepentingan pribadi). Dalam hal ini pemilik memusatkan perhatian pada
upaya untuk memaksimalkan laba atau keuntungan usaha yang pada akhirnya akan
meningkatkan kekayaan pemilik. Di samping itu, konsep laba rugi pada akuntansi
konvensional hanya mencakup pada aspek keuangan atau materi dan konsep ini
memperkuat persepsi manusia bahwa kebahagiaan itu adalah berkaitan dengan
perolehan materi.
Untuk sebagian besar praktik akuntansi saat ini didasarkan pada teori kepemilikan
(proprietary theory). Dividen lebih dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada
beban karena dibayarkan kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak
penghasilan dianggap sebagai beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik.
Bagi kepemilikan tunggal dan partnership (bentuk kerjasama), gaji yang dibayarkan
kepada pemilik perusahaan yang sekaligus bekerja dalam usahanya, tidak bisa
dianggap sebagai beban, karena pemilik dan perusahaannya adalah entitas yang sama,
sehingga masing-masing tidak bisa membayar gaji atas dirinya sendiri dan
mengurangkannya sebagai beban. Metode ekuitas untuk investasi jangka Panjang
mengakui kepemilikaan atau kepentingan pemilikan atas perusahaan investor. Oleh
karena itu perusahaan investor berwenang untuk mencatat persentase pembagian laba
atas perusahaan investee sebagai profit. Dalam laporan keuangan konsolidasi,
perusahaan induk (parent company) menggunakan metode yang didasarkan pada teori
kepemilikan (proprietary theory). Perusahaan induk nampak seperti “memiliki”
perusahaan anak (subsidiary). Minority interest (kepentingan minoritas) dari sudut
pandang pemilik perusahaan anak menggambarkan hak-hak dari grup outsiders.
Umumnya minory interest digambarkan sebagai pengurang dalam hubungan
kepemilikan.
Sudut pandang proprietary dalam akuntansi telah disusun pada suatu waktu ketika
bentuk usaha atau bisnis masih relative kecil dan terutama untuk kepemilikan dan
kemitraan. Namun seiring dengan munculnya perusahaan besar, teori ini telah terbukti
tidak memadai untuk dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan akuntansi
perusahaan. Secara hokum perusahaan adalah entitas yang terpisah dari pemilik dan
memiliki hak-haknya sendiri. Seperti perusahaan (bukan pemegang saham)
mengambil kepemilikan atas asset dan asumsinya sebagai penanggung jawab usaha.
Tidak hanya asumsi perusahaan sebagai penanggung jawab usaha, namun juga ciri
dari kewajiban terbatas membuatnya sulit atau mustahil untuk mengatakan bahwa
pemegang saham bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Apabila pemegang
saham dari sebuah perusahaan besar ingin merealisasikan apa yang mereka anggap
sebagai hak mereka dengan jalan menarik asset dari perusahaan besar tersebut, maka
mereka akan melakukan pelanggaran hukum. Penarikan cash (dividends)
sesungguhnya adalah pembagian yang merupakan prosedur formal yang legal.

A. Entity Theory
Entity Theory (Teori Entitas) memandang entitas sebagai sesuatu yang
terpisah dan bebeda dari pihak yang menanamkan modal ke dalam perusahaan dan
unit usaha itulah yang menjadi pusat perhatian dan menyajikan informasi yang
harus dilayani, bukan pemilik. Unit usaha (entity) itulah yang dianggap memiliki
kekayaan dan kewajiban perusahaan baik kepada kreditor maupun kepada pemilik.
Oleh karena itu, persamaan akuntansinya adalah :

Aktiva = Hutang + Modal

Menurut Kam yang dikutip oleh Triyuwono, ide utama dari entity theory ini
adalah memahami perusahaan sebagai entitas yang terpisah dari pemiliknya. Teori
ini muncul dengan maksud untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada
dalam proprietary theory dimana pemilik menjadi pusat perhatian. Namun
demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori
pendahulunya, proprietary theory.
Implikasi dari konsep tersebut adalah kegiatan usaha perusahaan menjadi
unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti
terdapat pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
Dengan demikian, transaksi/kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan
adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas
nama kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Business entity concept atau
dalam literatur-literatur teori akuntansi dikenal dengan entity theory digagas oleh
William A Paton, seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan
olehnya, bahwa dengan adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya
menjadi terpisah. Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara
kewajiban dengan pemegang ekuitas oleh investor dalam aset tersebut merupakan
hak yang berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat dirumuskan dalam posisi
keuangan atau neraca bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban ditambah dengan
ekuitas pemilik. Konsep ini mempersonifikasi badan usaha sebagai orang yang
dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam pembuatan
kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari konsep
entitas, hubungan antara entitas dengan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis
terutama dalam hak dan kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik
tetap berhak atas keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk
dividen. Laba bersih yang diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta
adalah hak dari pemilik perusahaan. Diperlukan proses dalam menentukan untuk
dapat ditentukan kebijakan distribusi laba dalam bentuk dividen atau mengambil
kebijakan untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan yang ditambahkan
pada ekuitas pada posisi keuangan. Yang secara substansi juga menambah
kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri.

Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemilik ini memang perlu


pengkajian apakah entity theory selamanya menjadi relevan pada semua bentuk
bisnis. Sebab pada tiap bentuk bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi
bagian dari manajemen dan mengoperasikan bisnisnya tersebut. Namun, American
Accounting Association (AAA) yang dikutip Wolk, Francis, dan Tearney dalam
bukunya Accounting Theory: a Conceptual and Institutional Approach menyatakan
bahwa:

Although the entity theory provides a good description of the


relationship between the firm and its owners, its duality relative to
income and owner’s equity in the traditional form has probably
been responsible for fact that its precepts have not taken a strong
hold in committee reports and release of various accounting bodies.

Konsep entitas bisnis (business entity concept) memberikan konsekuensi bahwa


laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban perusahaan dan bukanlah
pertanggungjawaban pemilik, maka dengan demikian pendapatan dan biaya
dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan bukannya perubahan
dalam kekayaan pemilik.Konsep inilah yang dijadikan dasar dalam laporan
keuangan konvensional yang tercantum dalam Kerangka Dasar Penyusunan &
Penyajian Laporan Keuangan yang meliputi :

1. Laporan Posisi Keuangan


2. Laporan Laba Rugi (komperhensip)
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa baik teori kepemilikan maupun teori
entitas sama-sama berpengaruh dalam prakteknya. Teori akuntansi konvensional
didasarkan pada konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan sudut pandang
entitas, dengan fokus mereka pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan
memperdagangkan saham mereka sendiri, yang menunjukkan bahwasannya pasar
menerima perusahaan sebagai entitas terpisah. Namun demikian konsep kepemilikan
juga tetap berpengaruh. Sebagai contoh dalam konsep kepemilikan, biaya bunga
dianggap sebagai beban dan dividen adalah pembagian laba.
Perbedaan konsep pelaporan modal antara Entity Theory dan Proprietory Theory
adalah menurut Entity Theory, entity dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menanamkan modal ke dalam perusahaan dan unit usaha
itulah yang menjadi pusat perhatian dan menyajikan informasi yang harus dilayani,
bukan pemilik, sedangkan Proprietory Theory, entity itu dianggap sebagai agen,
perwakilan, atau penugasan dari pengusaha atau pemilik. Oleh karena itu, proprietor
(pemilik) merupakan pusat perhatian yang akan di layani oleh informasi akuntansi,
yang di gambarkan dalam pelaksanaan pencatatan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai