Anda di halaman 1dari 2

1.

1 Jenis Konsep
Jenis konsep digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Philosophical (nonspecific) dan native (specific)
Konsep filosofis adalah konsep yang tidak secara eksklusif dimiliki setiap ilmu atau
seni tertentu. Seperti contohnya kebenaran, probabilitas, penyebab, bukti, benda
fisik, makna, dan kebutuhan.
Native concepts atau spesifik adalah konsep yang khusus berasal dari disiplin ilmu
tertentu. Misalnya, percepatan dalam mekanika, netralisasi kimia dalam kimia, AC
refleks dalam psikologi, fertilisasi silang dalam botani, biaya marjinal di bidang
ekonomi, dan bukti dalam audit.
b. Ideal dan nyata
Ideal concept tidak berarti bahwa mereka medekati kesempurnaan, tetapi dalam
artian mereka tidak peduli denga realitas situasi yang sebenarnya. Mereka adalah
fiksi dan dikembangkan sengaja oleh proses logis yang memurnikan dan mensintesis
unsur konstituen mereka untuk membentuk sebuah gambar yang mungkin tidak
bena:r-benar ada sama sekali di luar pikiran mereka yang peduli dengan konsep.
Konsep nyata, bukan fiksi tapi kelas umum hal-hal nyata atau kejadian. Contohnya:
di audit, subjek diterapkan, kita prihatin terutama tetapi tidak secara eksklusif
dengan konsep nyata. konsep nyata kemerdekaan, untuk menggambarkan, akan
menjadi konsep yang berlatih auditor sekarang bertindak.

1.2 Primary Concepts Dalam Audit


Dalam buku Mautz dan Sharaf ini Primary concept dibagi menjadi lima bagian,
yaitu:
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu :

1. Bukti (evidence)
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai
dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang dituangkan dalam pendapat
auditor.
Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan dengan cara , yaitu :
a. Authoritarianisme
Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya keterangan lisan manajemen dan
karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan lisan tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme
Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan penelaahan terhadap
keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi
Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan kembalioleh auditor,
dan pengamatan terhadap pengendalian intern.
d. Emperikisme
Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme
Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)
Konsep kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada issue pokok tingkat kehati-hatian
yang diharapkan pada auditor yang bertanggung jawab. Yang disebut Prudent Auditor.
Konsep ini lebih dikenal dengan Konsep Konservatif
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak
bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas perusahaan.
Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 subkonsep, yaitu :
1) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu dalam
kondisi tertentu.
2) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian
informasi
3) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam
memberikan pendapat.
4. Independensi (Independence)
Merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan
audit. Konsep independensi berkaitan dengan independensi pada diri pribadi auditor secara
individual , dan independensi secara bersama-sama.
5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)
Etika dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan audit.

Anda mungkin juga menyukai