Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MARHABAN

NPM : 16120002

PRODI : AKUNTANSI

MK : TEORI AKUNTANSI

A. PERSPEKTIF PENELITI-PENELITI AKUNTANSI

1. Perolehan Ilmu Akuntansi

            Proses perolehan ilmu akuntansi yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau
ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu (penyusunan pemikiran yang lainnya) hingga ke
hukum umum yang diamati atau ditemukan tidak membuat suatu pembedaan antara proses perolehan
ilmu pengetahuan (metode), metodologinya (penentuan metode), dan epistemologinya (penentuan
metodologi).

            Pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis:

1.      Pengetahuan- dari (knowledge-of) atau pengetahuan faktual. Dihasilkan dari pengalaman sampai


ke pengamatan dan pemikiran

2.      Pengetahuan- bahwa (knowledge-that) atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau


pengetahuan berdasarkan pengalaman. Dihasilkan dari pengamatan dan pemikiran sampai ke
pembuatan teori abstrak.

3.      Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how), dihasilkan dari metodologi yang kita pergunakan untuk


bergerak dari pemikiran abstrak sampai ke pengujian dan percobaan.

2. Klasifikasi Peneliti-peneliti Akuntansi

      Klasifikasi penelitian akuntansi menurut C.G. Jung

            Pada dasarnya, Jung mengklasifikasi individu dengan cara penerimaannya terhadap informasi,
yaitu dengan sensasi atau intuisi, dan cara mereka dalam membuat keputusan, yaitu pikiran atau
perasaan. Definisi komponen-komponen dimensi model Jung:

§  Sensasi mencakup penerimaan informasi melalui penginderaan, berfokus pada hal-hal yang
mendetail, menekankan pada saat dan tempat ini dan pada hal-hal yang praktis

§  Intuisi mencakup penerimaan informasi melalui imajinasi, menekankan pada keseluruhan atau
Gestalt, mempertahankan idealisme yang memungkinkan pada pembuatan hipotesis, dan mempunyai
minat dengan jangka waktu yang lama.
§  Pemikiran terkait dengan penggunaan penalaran yang tidak menunjuk pada orang tertentu dan
formal untuk mengembangkan penjelasan pada batasan yang ilmiah, teknis, dan teoretis.

§  Pada sisi lain, perasaan terkait dengan pembuatan keputusan yang berdasar pada ketetapan bernilai
tinggi dan berfokus pada masalah nilai, moral dan etika manusia.

      Klasifikasi penelitian menurut Mitroff dan Kilman:

Ilmuwan abstrak, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan pemikiran, dimotivasi
dengan perilaku bertanya dengan metodologi dan logika yang tepat, yang berfokus pada kepastian,
keakuratan, dan reliabilitas, dan tergantung pada paradigma yang sederhana, mudah dijelaskan dan
konsisten.

Teoretisi konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian pemikir-intuisi, berusaha untuk
membuat penjelasan dan hipotesis ganda untuk menjelaskan fenomena, yang berfokus pada penemuan,
bukan untuk pengujian.

Humanis khusus, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan-perasaan, terkait


dengan keunikan khusus setiap manusia. Setiap orang itu media yang unik, bukan yang secara teoretis,
abstrak.

Humanis konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian intuisi perasaan, berfokus pada
kesejahteraan manusia, mengarahkan pertanyaan konseptual personalnya pada pembentukan seluruh
manusia menjadi baik.

B. PERSPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDEOGRAFI VS NOMOTESIS

Pandangan penelitian akuntansi yang diterima secara luas menggambarkan  bahwa akuntansi berfungsi
untuk membuat hukum-hukum umum yang mencakup perilaku kejadian atau objek empiris, yang
merupakan perhatian ilmu, sehingga memungkinkan bagi kita untuk menghubungkan pengetahuan dari
kejadian yang diketahui secara terpisah, dan untuk membuat prediksi yang reliabel mengenai
kejadian-kejadian yang belum diketahui.

Perbedaan antara nomotesis dan ideografi bermula dari perbedaan asumsi-asumsi yang mendasari
pengetahuan ilmu sosial yaitu:

§  Pendekatan subjektif pada ilmu sosial memberikan ciri asumsi nominalisme bagi ontologi (cabang ilmu
filsafat yang mempelajari sifat makhluk atau kenyataan), asumsi anti positivisme bagi epistimologi
(cabang ilmu filsafat yang berkenaan dengan asal usul, sifat dan batas-batas pengetahuan), asumsi
voluntarisme bagi sifat alami manusia, dan terakhir asumsi ideografi bagi metodologi.

§  Pendekatan objektif memberikan ciri ontologi realistis, asumsi faktor penentu epistimologi positif
pada sifat alami manusia, dan metodologi nomotesis.
C. PERSPEKTIF ILMU AKUNTANSI

Hipotesis dunia oleh Stephen Pepper

Pengetahuan merupakan hasil perbaikan kognitif secara konstan: kritik dan perbaikan pengetahuan
umum, memperjelas pengetahuan yang dubitanda- dinyatakan meragukan. Perbaikan kognitif dicapai
dengan:

o   Usaha untuk memperjelas (multiplicative), yaitu konfirmasi fenomena dengan berbagai subjek dan

o   Pembuatan struktur yang jelas (structural corroboration), yaitu menggunakan teori-teori dan


hipotesis mengenai dunia dan mengkonfirmasikannya dengan data empiris.

            Pepper membedakan empat hipotesis yang tepat untuk hipotesis struktural. Hipotesis tersebut
merupakan empat hipotesis dunia, yaitu formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme.
Sejumlah besar hipotesis dikurangi hingga menjadi empat hipotesis dunia dengan menggunakan teori
hipotesis awal, yang disebut "root metaphor theory".

            Dua perangkat asumsi yang terkait dengan struktur logis dunia sosial dapat digunakan untuk
membedakan antara keempat hipotesis,  yaitu:

o   Dimensi pertama membedakan antara teori analitis dengan sintesis.

o   Dimensi kedua membedakan antara teori dispersif (penyebaran) dengan integratif (penggabungan).

           Sebagai hasil penggunaan kedua dimensi tersebut, empat hipotesis dunia dapat dicirikan sebagai:

o   Formisme, mencakup teori analitis dan dispersif.

o   Mekanisme, mencakup teori analitis dan integratif.

o   Kontekstualisme, mencakup teori sintesis dan dispersif,

o   Organisme, mencakup teori sintesis dan integratif.

Formisme dengan akuntansi

      Forminisme dalam akuntansi terdiri dari pencarian kesamaan dan perbedaan antara beberapa objek
studi yang berbeda tanpa memperhatikan hubungan yang ada diantara objek studi tersebut.

            Formisme sesuai dengan praktek akuntansi, yaitu pada kesamaan dalam mencapai resolusi. Hal
ini penting bagi pengkhususan karakter akuntansi atau bagi penentuan karakter suatu akuntansi
tertentu. Objek studi diasumsikan terkandung secara sistematis, kesamaan bebas setiap peneliti, dan
tugas peneliti akuntansi adalah untuk menemukan ciri mereka.
      Bagi peneliti formisme dalam bidang akuntansi, penemuan untuk mengidentifikasi kesamaan dan
perbedaan antar objek studi tidak cukup untuk menentukan realitas akuntansi, dan untuk menetapkan
hubungan antara praktek dengan penelitian akuntansi.

Usaha ekplisit untuk mencari penyebab persarnaan dan perbedaan bukanlah bidang peneliti formisme,
tetapi lebih menjadi bidang peneliti  mekanisme.

Mekanisme dalam akuntansi

            Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya mencari persamaan dan perbedaan antar objek studi,
tetapi juga mencari hubungan kuantitatif antar objek studi sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memprediksi. Mekanisme dalam akuntansi juga mencari aturan-aturan empiris antar
fenomena-fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk korelasi statistis. Penelitian pasar,
keperilakuan, penelitian akutansi positif, studi untuk memprediksi kejadian dan studi berbasis korelasi
lain dalam penelitian utama akuntansi, merefleksikan pembelokan mekanisme analitis yang berfokus
pada fenomena tersendiri, tidak secara kompleks dan konteks, dan pembelokan mekanisme integratif
dengan melihat dunia sebagai sesuatu yang tersusun baik dengan hubungan yang dapat dijelaskan dan
dikualifikasikan. Hasilnya jauh dari sempurna karena:

o   tingkat koefisien korelasi yang tidak memuaskan:

o   kurangnya pengendalian bagi penjelasan-penjelasan alternatif:

o   sampel-sampel yang kurang mewakili: dan

o   replikasi yang tidak ada habis-habisnya dan “tersamar”.

Masalah lain yang terkait dengan mekanisme dalam akuntansi adalah asumsi yang menyatakan bahwa:

o   ukuran-ukurannya tidak berubah, dan

o   hubungan antar ukuran tidak berubah.

Konstektualisme dalam akuntansi

Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi fakta-fakta bebas yang berasal dari
fakta-fakta universal dalam konteks tertentu yang akan menghasilkan suatu pola atau gestalt.
Perbedaan mendasar antara kontektualisme dengan formisme dalam akuntansi adalah fakta-fakta
dikumpulkan menjadi beberapa konteks tertentu. Sehingga ada yang berpendapat bahwa pengetahuan
teknis baru akuntansi adalah kumpulan dari

beberapa konteks tertentu yang tersusun dari contoh-contoh baik, yang menyusun kontektualisme
dalam akuntansi.

Contoh-contoh konteks baru itu meliputi:

o   kejadian ekonomi, misal kebangkrutan, pengambilalihan, tingkat bunga obligasi:


o   klasifikasi industri:

o   klasifikasi sementara, misal sebelum dan setelah suatu kejadian politis, kejadian ekonomis atau
sosial.

            Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi hanya tergantung pada analisis fakta-fakta yang
dapat memberikan verifikasi langsung, fakta-faka yang sesuai dengan situasi yang ada, misal suatu
industri tertentu. Kondisi itu merupakan hasil akhir yang terbatas dalam cakupannya. Setiap usaha untuk
memberikan verifikasi tidak langsung, yang sesuai dengan pengakuan bahwa dunia mempunyai struktur
tertentu, membutuhkan ketergantungan pada hipotesis dunia lainnya. Ini merupakan dilema yang serius
bagi kontekstualisme dalam akuntansi, yaitu menerima kekhususan atau mengakui perubahan dalam
konteks secara terus menerus.

Organisisme dalam akuntansi

      Penerapan organisisme dalam akuntansi berfokus pada konteks-konteks tertentu (gestalt) sebagai
objek studi yang terdiri dari fakta-fakta yang tersusun baik dan terintegrasi, sehingga dapat dijabarkan
dan diprediksi. Organisisme berusaha mencari penentuan aturan-aturan empiris antara
fenomena-fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk analisis statistika.

      Dengan menerapkan organisisme, sebagian besar kelemahan mekanisme dalam akuntansi dapat
diatasi, dengan menggabungkan penelitian dan temuan-temuan pada suatu konteks tertentu.

            Organisisme dalam akuntansi sangat tergantung pada ketersediaan data base asli, yang berfokus
pada konteks tertentu yang mengakui kekhususan data dan mengharmonisasikannya menjadi data
akuntansi yang lebih lengkap, karena adanya struktur mendasar dan komprehensif. Organisisme dalam
akuntansi juga membutuhkan identifikasi urut-urutan langkah yang mencapai puncak pada  keseluruhan
struktur yang sempurna. Yang akan terlihat adalah kejadian-kejadian akuntansi yang terpisah, yang
kemudian dihubungkan menjadi harmoni yang berguna melalui sintesis yang tingkatannya lebih tinggi,
penjelasan anomali-anomali dan berfokus pada struktur yang komprehensif dan mendasar. Hasil
akhirnya adalah dunia yang saling melekat dan terintegrasi dengan baik.

D. PERSPEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI

            Kerangka kerja Burell dan Morgan

Þ    Sifat Ilmu Sosial

            Empat asumsi ilmu sosial diuji, karena terkait dengan ontologi, epistimologi, sifat dasar manusia,
dan metodologi. Asumsi-asumsi ini dapat dibedakan menjadi dimensi subjektif –objektif yaitu:

 Pertama, asumsi ontologika, yang menekankan pada esensi fenomena akuntansi termasuk
perbedaan nominalisme-realisme.

 Kedua, perdebatan epistimologi menekankan pada dasar-dasar pengetahuan dan sifat


pengetahuan, mencakup perdebatan anti-positivisme-positivisme.
 Ketiga, perdebatan sifat dasar manusia, yang menekankan pada hubungan antara manusia
dengan lingkungannya, mencakup perdebatan voluntarisme-determinisme.

 Keempat, perdebatan metodologi, yang menekankan pada metode-metode yang digunakan utk
menginvestigasi dan mempelajari dunia sosial, mencakup perdebatan ideografi-nomotesis.

Þ    Sifat Masyarakat

            Salah satu asumsi mengenai sifat masyarakat adalah terjadinya perdebatan konflik yang
teratur (order-conflict) atau lebih tepatnya adalah perubahan aturan radikal (regulation-radical change).
Sosiologi aturan (sociology of regulation) berusaha menjelaskan tentang masyarakat dengan berfokus
pada kesatuan dan keeratannnya dan kebutuhan akan aturan~aturan. Sebaliknya, sosiologi perubahan
radikal berusaha menjelaskan tentang masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik
struktural yang dalam, bentuk-bentuk dominasi, dan pertentangan struktural pada masyarakat modern.

Seperti yang ditekankan oleh Burrell dan Morgan, dimana:

 sosiologi aturan menekankan pada status quo, bentuk sosial, konsensus, integrasi dan daya
lekat, solidaritas, kebutuhan akan kepuasan, dan aktualitas, sedangkan

 sosiologi perubahan radikal menekankan pada perubahan radikal, konfilk struktural,


model-model dominasi, pertentangan, emansipasi, penghapusan, dan kesanggupan.

Þ    Kerangka untuk Analisis Penelitian

            Burrell dan Morgan dapat mengembangkan suatu skema yang melekat bagi analisis teori sosial
secara umum dan analisis organisasional secara khusus. Skema terdiri dari empat paradigma yang
berbeda yang disebut sebagai:

 humanis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi subjektif

 strukturalis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi objektif

 interpretif, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan subjektif, dan

 fungsionalis, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan objektif.

Pandangan fungsionalis dalam akuntansi

Pandangan fungsionalis terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial (akuntansi
mempunyai peran di sini), dari sudut pandang realisme, positivisme, determinisme, dan nomotesis.
Pandangan fungsionalis terkait dengan aturan efektif yang berdasar pada bukti-bukti objektif. Paradigma
fungsionalis pada akuntansi memandang fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia riil yang lengkap,
yang mempunyai aturan-aturan dan hubungan sebab akibat dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan dan prediksi ilmiah.
Interaksionisme dengan fokusnya pada hubungan dan interaksi manusia dijelaskan dalam bentuk
akuntansi keperilakuan. Objektivisme dengan komitmennya pada model dan metode yang digunakan
dalam ilmu sosial, merupakan jalan utama bagi pembuatan teori dan penelitian akuntansi.

Pandangan fungsionalis terhadap akuntansi mempunyai ciri yang secara umum disebut sebagai aliran
utama (mainstream) penelitian akuntansi. Asumsi-asumsi dominan ini mencakup: “Teori merupakan
bagian yang terpisah dari observasi, yang digunakan untuk membuktikan atau memutar-balikkan suatu
teori”. Penjelasan ilmiah mengenai hipotetis-deduktif dapat diterima. Metode analisis data secara
kuantitatif dan cara pengumpulan data yang memungkinkan generalisasi lebih disukai.

Pandangan interpretatif dalam akuntansi

Pandangan interpretif terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial dari sudut pandang
normalisme, antipositivisme, voluntarisme, dan ideologika. Pada akuntansi, pandangan ini bertujuan
untuk memahami pengalaman subjektif individual yang terlibat dalam penyiapan, pengkomunikasian,
pembuktian, atau penggunaan informasi akuntansi. Penerapan hermeneutics dalam akuntansi berfokus
pada bidang objektifikasi (pengungkapan secara objektif) akuntansi, seperti lembaga-lembaga akuntansi,
teks akuntansi, literatur akuntansi, bahasa-bahasa akuntansi, dan ideologi akuntansi, menggunakan
metode verstehen.

Fenomenologi, jika diterapkan dalam akuntansi, berusaha untuk mengungkapkan “esensi” yang tidak
dapat diungkapkan oleh observasi positivisme biasa. Walaupun pada masa permulaan, paradigma
interpretif pada akuntansi telah berfokus pada:

o   kemampuan informasi untuk “menyusun realitas”,

o   peran akuntansi sebagai “alat linguistik (berkenaan dengan ilmu bahasa” dan

o   peran dan citra lain yang dapat disandang oleh akuntansi.

Sehingga asumsi yang dominan pada pandangan interpretif terhadap akuntansi adalah:

o   Keyakinan Mengenai Pengetahuan

Penjelasan ilmiah mengenai pencarian tujuan manusia. Kesesuaiannya ditetapkan melalui kriteria
konsistensi logika, interpretasi subjektif, dan persetujuan dengan interpretasi pengetahuan umum yang
dimiliki oleh pihak yang melakukan tidakan.

o   Keyakinan Mengenai Realitas Fisik dan Sosial

Realitas sosial merupakan sesuatu yang muncul, dihasilkan secara subjektif, dan diungkapkan secara
objektif melalui interaksi antar manusia. Hubungan Antara Teori dan Praktik
Walaupun paradigma interpretif tidak utama dalam akuntansi, paradigma ini memiliki tiga kelemahan
utama yaitu:

o    paradigma ini mempunyai asumsi bahwa peneliti “quasidivine” dapat memahami tindakan sosial
melalui subjektivitas yang tipis dan tanpa adanya campur tangan:

o    paradigma ini menghasilkan ilusi mengenai teori murni dengan menggunakan garis penalaran
monologis: dan

o    paradigma ini menjadi suatu penelitian mengenai perubahan.

Pandangan humanis radikal dalam akuntansi

Pandangan humanis radikal berfokus pada penjelasan susunan sosial dari perspektif nomalisme,
voluntarisme, dan ideografi, dan memberi penekanan pada bentuk perubahan radikal. Pandangan ini
menghargai setiap penelitian yang mengurangi kritik-kritik yang bersifat filosofi pada metodologi
normatif.

Pada bentuk teori kritis, pandangan ini mempunyai dua bentuk analisis:

o   analisis toksonomis (toxonomic) mengenai ontologika, epistimologika, dan metodologika yang


memperhatikan dasar-dasar ilmu organisasi dan

o   suatu kritik (didasarkan pada anatisis ini) mengenai keadaan dinamis yang saling mempengaruhi
antar penelitian, teori, dan praktik organisasi. 

 Pandangan ini mengembangkan kritik epistemiknya (asal usul, sifat, dan batas-batas pengetahuan)
menjadi:

o   diskusi mengenai kelemahan bentuk-bentuk penelitian alternatif

o   analisis hubungan antara komunitas peneliti organisasional dengan praktisi dan anggota organisasi

o   pernyataan mengenai tujuan praktis beberapa bentuk penelitian tertentu.

      Teori kritis pada akuntansi berasumsi bahwa teori-teori, susunan pengetahuan,dan fakta-fakta hanya
merupakan refleksi dari wawasan dunia yang realistis. Teori ini akan memandang akuntan, accountor,
dan accountee sebagai modus tahanan kesadaran yang dibentuk melalui proses ideologika. Singkatnya,
akuntansi akan dipandang sebagai pembuat “tahanan psikis”. Alasannya adalah bahwa sistem akuntansi
mendukung dan mempertahankan adanya pengasingan dan konflik.

Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi

Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi akan melihat susunan sosial dari sudut pandang
realisme, positivisme, deterministik, dan nomotesis. Pandangan ini berusaha mencari perubahan radikal,
emansipasi, dan menggunakan suatu analisis yang menekankan pada konflik struktural, bentuk
dominasi, pertentangan, dan penghapusan. Paradigma ini akan menghasilkan teori akuntansi yang
berdasar pada metafora seperti: instrumen dominasi, sistem perpecahan dan bencana.

Akuntan strukturalis akan mempertahankan pandangan objektif mengenai dunia sosial, tetapi tetap
berfokus pada pertentangan dan kecenderungan krisis yang ditimbulhan oleh proses akuntansi. Tidak
seperti humanis radikal yang menekankan pada fenomena super struktural seperti: ideologi dan
kesadaran yang terdistorsi, strukturalis radikal pada akuntansi berfokus pada hubungan antara
akuntansi dengan hubungan dominasi ekonomi dan politik.

E. FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI

 Akuntansi berbasis ekonomi marginal

            Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua
pendekatan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi.
Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik, yang
mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, maupun pandangan yang secara eksplisit,
mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai
yang sah memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu. Penekanan yang kedua
menempatkan akuntan pada posisi seorang sejarahwan dan akuntansi pada posisi catatan yang tidak
memihak dari pertukaran historis dengan objektivitas sebagai tujuan terpenting.

Akuntansi ekonomi politik

            Akuntansi ekonomi politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis
terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam
menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan.
Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam
pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu
pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai model yang akan
membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa
seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.

Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis

            Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat
baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada
pengapdatasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa usulan meliputi:

a. Suatu keterkaitan dengan matematika

b. Suatu fokus pada teori keputusan

c. Suatu referensi terhadap elemen-elemen dari teori pengukuran formal

d. Suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
e. Suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi

f. Suatu perhatian bagi implikasi dari pilihan-pilihan model profitabilistik, yang merupakan
psikologi matematis, bagi pilihan dan penggunaan teori informasi akuntansi.

g. Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori positif dari akuntansi

h. Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak.

Suatu pendekatan multidimensional yang akan meminjam atau bergantung pada sumbangan-
sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal.

Anda mungkin juga menyukai