Anda di halaman 1dari 31

CHAPTER 11

Research Prespective In Accounting &


Research Methodology and Theories on The Uses of
Accounting Information

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Anggith Asvantyas K.P 023001908036


2. Odeneska J.A Purba 023001908013
3. Riyan Ramadhan S 023001908022
4. Roy Jianto 023001908028
5. Yogi Nur Rizki 023151255

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
PRESPEKTIF PENELITIAN DALAMA AKUNTANSI ( RESEARCH PRESPECTIVE IN
ACCOUNTING )

Perolehan ilmu akuntansi


Pada dasarnya pengetahuan diperoleh melalui tahapan sebagai berikut:
“Pengalaman, dimana keunikan beberapa kejadian, fenomena mendorong kita untuk
melakukan observasi dan refleksi untuk mengetahui penyebabnya, dan merumuskan
hipotesisnya dalam bentuk konsep dan generalisasi yang abstrak. Langkah selanjutnya
yaitu menguji hipotesisnya, memahami implikasi konsep pada situasi yang baru dan pada
proses untuk memperbaiki pengetahuan kita.
Tetapi, model ini tidak membedakan antara proses penguasaan suatu pengetahuan (metode),
metodologi (menyatakan metodanya), dan epistemologi (menyatakan metodologinya).
Pengetahuan terdiri dari tiga tipe yaitu:
 Knowledge-of atau pengetahuan faktual (sesungguhnya)
Tingkat pertama, dari pengalaman sampai melakukan observasi dan refieksi,
menghasilkan "knowledge-of" atau pengetahuan personal.
 Knowledge-that atau pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman atau perkenalan,
Tingkat kedua, dari melakukan observasi dan refleksi sampai mencari alasan abstrak untuk
menguji dan melakukan percobaan, menghasilkan "knowledge-that".
 Knowledge-how atau pengetahuan yang berhubungan dengan tata.cara (praktis)
Tingkat ketiga, dari pengujian dan melakukan percobaan sampai mempunyai pengalaman,
menghasilkan "knowledge-how" praktis.

Klasifikasi peneliti-peneliti akuntansi


Klasifikasi penelitian akuntansi menurut C.G. Jung:
Pada dasarnya, Jung mengklasifikasi individu dengan cara penerimaannya terhadap informasi,
yaitu dengan sensasi atau intuisi, dan cara mereka dalam membuat keputusan, yaitu pikiran atau
perasaan. Definisi komponen-komponen dimensi model Jung:
- Sensasi mencakup penerimaan informasi melalui penginderaan, berfokus pada hal-hal yang
mendetail, menekankan pada saat dan tempat ini dan pada hal-hal yang praktis.
- Intuisi mencakup penerimaan informasi melalui imajinasi, menekankan pada keseluruhan
atau Gestalt, mempertahankan idealisme yang memungkinkan pada pembuatan hipotesis,
dan mempunyai minat dengan jangka waktu yang lama.
- Pemikiran terkait dengan penggunaan penalaran yang tidak menunjuk pada orang tertentu
dan formal untuk mengembangkan penjelasan pada batasan yang ilmiah, teknis, dan teoretis.
- Pada sisi lain, perasaan terkait dengan pembuatan keputusan yang berdasar pada ketetapan
bernilai tinggi dan berfokus pada masalah nilai, moral dan etika manusia.

Klasifikasi penelitian menurut Mitroff dan Kilman:


Ilmuwan abstrak, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan pemikiran,
dimotivasi dengan perilaku bertanya dengan metodologi dan logika yang tepat, yang berfokus
pada kepastian, keakuratan, dan reliabilitas, dan tergantung pada paradigma yang sederhana,
mudah dijelaskan dan konsisten.
Teoretisi konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian pemikir-intuisi, berusaha
untuk membuat penjelasan dan hipotesis ganda untuk menjelaskan fenomena, yang berfokus
pada penemuan, bukan untuk pengujian.
Humanis khusus, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan-perasaan,
terkait dengan keunikan khusus setiap manusia. Setiap orang itu media yang unik, bukan yang
secara teoretis, abstrak.
Humanis konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian intuisi perasaan, berfokus
pada kesejahteraan manusia, mengarahkan pertanyaan konseptual personalnya pada
pembentukan seluruh manusia menjadi bak.

Perspektif metodologi akuntansi: ideografi versus nomotesis


Pandangan yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah bahwa ia
berfugsi untuk:

Menyusun hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau objek-
objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenannya
memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa-peristiwa yang
diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan pristiwa-
peristiwa yang mmasih belum diketahui.

Untuk mengetahui fungsi di atas, model ilmu engetahuan alam, termasuk pengambilan sampel
yang cermat, pengukuran yang akurat, secara perancangan dan analisis yang baik dari hipotesis-
hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum dipergunakan sebagai model yang mendukung
suatu penelitian yang baik. Hal tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang mengarah kepada
timblnya perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.

Debat ini tetap terjadi selama bertahun-tahun, kadang kala dengan penamaan lain seperti
“penelitian kualitatif versus kuatitatif” atau “penyelidikan dari dalam versus penyelidikan dari
luar”. Perbedaan antara nomotesis dan ideografis tumbuh dari perbedaan-perbedaan yang terjadi
pada asumsi yang mendasari ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Pendekatan subjectif dari ilmu sosial
menonjolkan sebuah asumsi nominalisme untuk onologi, suatu asumsi antipositivisme bagi
epistemologi, sebuah asumsi voluntarisme dari sifat manusia dan akhirnya, suatu asumsi
ideografis bagi metodologi. Sedangkan pendekatan objektif menonjolkan suatu ontologi
nomotetis.

Kedua pendekatan-nomotesis versus ideografi, atau penyelidikan dari luar versus penyelidikan
dari dalam-berbeda jika dilihat dari segi cara penyelidikannya, jenis tindakan organisasionalnya
jenis penyelidikan organisasionalnya dan peran dari peneliti. Metode ideografis tertarik untuk
mengetahui kekhusussan sebagai salah satu persyaratan praktis, yang merupakan “pengetahuan
mengenai bagaimana untuk bertindak dengan tepat dalam berbagai jenis situasi khusus.” Metode
nomotetis tertarik dengan pengembangan teori pegetahuan universal.

Perbedaan antara dua cara penyelidikan di atas akan palig tepat diterjemahakan ke dalam bahasa
lain dengan menggunakan dua kata kerja terpisah untuk membedakan dua cara untuk mengetahui
sesuatu: pengetahuan mengenai dan perkenalan dengan Bahasa Prancis menggunakan
kata savoir dan connaitre; bahasa jerman menggunakan kata wissen dan kennen dan dalam
bahasa latin disebut seirre dan nosere.
Meskipun kedua pendekatan tersebut diperbolehkan dalam literatur, bukan suau hal yang
berlebihan jika dinyatakan bahwa pendekatan nomotesis telah mendominasi penelitian di bidang
akuntansi dengan pencarian hukum-hukum umum, variabel-variabel universal dan sejumlah
besar subjek yang dilakukan. Yang menjadi permasalahan selama ini adalah ketelitian
metodologis, akurasi, dan kridibilitas, bahkan meskipun ia sering kali tidak relevan dengan
kenyataan organisasi dan akuntansi yang ada. Para peneliti akuntansi hendaknya memperhatikan
semakin banyaknya keberatan yang muncul dan ditujukan bagi ilmu pengetahuan alam pada
khususnya dan nomotesis pada umumnya. Sebagai ontoh, Orlando Behling mengemukakan akan
lima sasaran kunci dari penggunkan model ilmu pengetahuan alam yang digunakan dalam
penelitian ilmu sosial dan dapat diterapkan dalam penelitian akuntansi yaitu:

1. Setiap organisasi, kelompok dan manusia kesemuanya pada tingkat tertentu akan memiliki
perbedaan satu sama lain. Jadi pengembangan hukum umum yang benar presisi dalam
perilaku organisasi adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.
2. Fenomena ketertarikan dari pada peneliti terhadap perilaku organisasiunal dan teori organisasi
sifatnya fana. Tidak hanya “fakta” dari peristiwa-peristiwa sosial akan berubah seiring dengan
waku, namun “hukum-hukum” yang mengaturnya pun ikut mengalami perubahan. Penelitian
ilmu alam kurang mampu untuk menangkap fenomena yang berubah sedemikian cepat.
3. Tidak seperti senyawa-senyawa kimi dan hal-hal lain yang menjadi perhatian dari para
peneliti ilmu alam. Orang-orang yang menyusun organisasi, artinya adalah organisasi itu
sendiri, akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan adanya hipotesis-
hipotesis penelitian mengenai mereka.
4. Kurang sesuai dengan kenyataan. Variabel-variabel yang memanipulasi dan mengendalikan di
dalam penelitian organisasional mengubah fenomena yang sedang dipelajari. Oleh karenanya
para peneliti tidak dapat meyamarkan kenyataan dengan studi-studi yang mereka lakukan
karena fenomena yang mereka amati pasti akan berbeda lawannya di dunia nyata.
5. Perbedaan epistemologis. Meskipun memahami penyebab dan dampak melalui penelitian
ilmu alam adalah suatu cara yang tepat untuk “mengetahui” fenomena-enomena fisik,
terhadap jenis “pengetahuan” lain yang tidak dapat disentuh oleh pendekatan ini dan
merupakan suatu hal yang lebih penting bagi perilaku organisasional dan teori organisasional.
Luthans dan Davis mempertanyakan “asumsi kesamaan” yang diterapkan oleh nomtesis, yaitu
pemeriksaan secara selektif atas banyak subjek menurut asumsi teoritis interaktif dari perilaku-
orang-linhkungan, dari orang yang nyata berinteraksi dengan organisasi yang nyata, ideografi
diusulkan sebagai suatu pendekatan yang bermanfaat dengan menggunakan rancangan
eksperimental kasus tunggal yang intensif dan ukuran pengamatan secara langsung.

Yang menjadi hal utama bagi suatu bagian pendekatan ideografis terhadap studi-studi perilaku
organisasional interaktif di dalam suatu lingkungan yang alami yang dimaksudkan untuk
memeriksa dan menarik kesimpulan dan menguji hipotesis-hipotesis spesifik adalah rancangan
eksperimental kasus tunggal yang insentif dan metode-metode langsung seperti pengamatan
partisipan yang sistematis. Ketika telah dipahami dan diperiksa dengan mendalam, ternayata
rancangan dan metode-metode ini dapat bertahan dengan sama baikya terhadap kriteria evaluatif
yang sama bagi peneliti ilmiah yangsaat ini sedang digunakan oleh para peneliti ilmiah yang saat
ini sedang digunakan oleh para peneliti berbasis nomotetis.

Di antara metodologi-metodologi kuantitatif atau ideografis yang digunakan, etnografi dan


fenomenologi telah mendapatkan posisi yang kuat. Etnografi digunaan oleh para antropologis
yang melibatkan mereka di dalam kenyataan orang lain. Metodologi ini telah mencapai tingat
paradigma:

Etnologi pradigma dimulai ketika pengamat, yang telah telah terlatih atau familiar dengan
pendekatan antropologis, turun dari kapal, kereta api, pesawat, subwway atau bus dengan
persiapan untuk tinggal selama waktu yang lama dengan kopor yang penuh dengan buku-buku
catatan kosong, alat perekan, dan sebuah kamera. Etnografi paradigmatis berakhir ketika
sejumlah besar data yang telah dicatat, di-fail, disimpan, dicek dan dicek ulang disusun menurut
satu atau beberapa gaya interpretasi dan diterbitkan untuk para audiensi ilmiah ataupun umum.

Para peneliti di bidang akuntansi yang tertarik dengan metode etnografis seharusnya memiliki
keterlibatan langsung yang terus-menerus dan berlangsung lama dalam lingkungan
organisasional yang sedang diteliti. Mereka membutuhan pengamatan lapangan untuk melihat
struktur di dalam dan juga perilaku di permukaan dari mereka-mereka yang berbeda di dalam
organisasi trsebut. Menurut ulassan John Van Maanen, mereka perlu:
1. Memisahkan konsep-konsep urutan pertama atau fakta-fakta dari suatu penyelidikan
etnografis dan konsep-konsep urutan edua atau teori-teori yang digunakan oleh seorang analis
untuk menyusun dan menjelaskan fakta-fakta yersebut;
2. Membedakan antara data penyaji yang mendokumentasian “aliran percakapan dan aktivitas
spontan yang terjadi dan diamati oleh etnografer ketika sedang berada di lapangan” dan data
penyajian yang “berhubungan dengan tampilan-tampilan yang oleh para informan berusaha
untuk dijaga di mata pekerja lapangan, pihak luar dan pihak asing secara umum, rekan-rekan
sekerja, teman sejawat yang dekat dan akrab, dan sampai beberapa tingkat tertentu, dari
mereka sendiri.
3. Secara terus-menerus menilai kebenaran dari informasi lisan untuk mengungkapkan
kebonhongan area-area yang tidak diketahui, dan beragam asumsi-asumsi yang diterima
begitu saja.

Fenomonologi memiliki skala yang lebih luas daripada pengamatan partisipan dan etnografi
dengan menekankan pada pencarian kenyataan seperti yang “telah ada” di dalam struktur
kesadaran universal bagi umat manusia. Hermert Spiegelberg menguraikan tujuh langkah dari
fenomenologi berikut ini untuk memandu para peneliti:

1. Menyelidiki fenomena tertent


2. Menyelidiki ensensi ese
3. Memahami hubungan pentin yang terjadi di antara esensi-esensi
4. Mengamati cara-cara penampilan
5. Mengamati konstitusi fenomena dalam kesadaran
6. Menunda untuk mempercayai eksistensi dari fenomena
7. Menginterpretasikan arti dari fenomena

Meskipun perdebatan mengenai ideografi versus nomotesis akan terus berlangsung di berbagai
literatur ilmu-ilmu sosial, terbentuk suatu pemikiran khusus yang merekomendasikan
digunakannya banyak metode. Hal ini secara umum dijabarkan sebagai metodologi konvergen,
multimetode, validasi konvergen, atau apa yang telah disebut sebagai “triangulasi”. Bahkan,
orang yang mengawali berdebatan ini, Allport, mengemukakan bahwa metode0metode ideogrfis
dan nomotesis telah “saling mengerjakan hal yang sama dan memberikan keyakinan yang lebih
tinggi akan hasil yang diperoleh, (2) membantu untuk menyingkapkan dimensi yang
menyimpang atau di luar kuadrat dari sebuah fenomena, (3) mengarah pada terjadinya sintesa
atau integrasi teori-teori dan (4) menjadi suatu tes yang sangat penting.

Suatu garis yang menghubungkan semua manfaat ini adalah peran penting yang diminkan oleh
metode kualitatif dalam triangulasi. Penelitian yang dilakukan kemungkinan akan memberikan
suatu pendekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan akan memberikan
suatu kedekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan adanya sensitivitas
yang lebih tinggi terhadap banyak sumber data. Data kualitatif dan fungsi analisis berfungsi
sebagai [erekat yang menyatukan interpretasi dari hasil-hasil multimetode. Dalam satu aspek
tertentu, data kualitatif digunakan sebagai sebuah titik tanding penting bagi metode kuantitatif.
Sedangkan dari aspek lain, analisis mendapat keuntungan dari persepsi yang diambil dari
pengalaman pribadi dan pengamatan langsung. Sehingga masuklah peneliti yang licik yang
menggunakan data kuantitatif untuk memperkaya dan memperjelas gambarnya.

Arti dari semua hal di atas bagi praktik penelitian adalah pada akhir ia harus mengambil pilihan
di antara ketiga pilihan berikut ini:

1. Melakukan baik peneliti nomotetis maupun ideografis dan agregatnya.


2. Melakukan penelitian nomotetis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua
metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa
kasus tertentu dan mengtasi kelemahan yang dimiliki metode lainnya di beberapa kasus yang
lain.
3. Mengambangkan sebuah ilmu baru yang dapt diuraikan dengan jelas

Perspektif ilmu akuntansi


Hipotesis dunia oleh Stephen Pepper
Pengetahuan merupakan hasil perbaikan kognitif secara konstan: kritik dan perbaikan
pengetahuan umum, memperjelas pengetahuan yang dubitanda - dinyatakan meragukan.
Perbaikan kognitif dicapai dengan:
o Usaha untuk memperjelas (multiplicative), yaitu konfirmasi fenomena dengan berbagai
subjek dan
o Pembuatan struktur yang jelas (structural corroboration), yaitu menggunakan teori-teori dan
hipotesis mengenai dunia dan mengkonfirmasikannya dengan data empiris.
Pepper membedakan empat hipotesis yang tepat untuk hipotesis struktural. Hipotesis
tersebut merupakan empat hipotesis dunia, yaitu formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan
organisme. Sejumlah besar hipotesis dikurangi hingga menjadi empat hipotesis dunia dengan
menggunakan teori hipotesis awal, yang disebut "root metaphor theory".
Dua perangkat asumsi yang terkait dengan struktur logis dunia sosial dapat digunakan
untuk membedakan antara keempat hipotesis, yaitu:
o Dimensi pertama membedakan antara teori analitis dengan sintesis.
o Dimensi kedua membedakan antara teori dispersif (penyebaran) dengan integratif
(penggabungan).
Sebagai hasil penggunaan kedua dimensi tersebut, empat hipotesis dunia dapat dicirikan
sebagai:
o Formisme, mencakup teori analitis dan dispersif.
o Mekanisme, mencakup teori analitis dan integratif.
o Kontekstualisme, mencakup teori sintesis dan dispersif,
o Organisme, mencakup teori sintesis dan integratif.

Formisme dengan akuntansi


Forminisme dalam akuntansi terdiri dari pencarian kesamaan dan perbedaan antara beberapa
objek studi yang berbeda tanpa memperhatikan hubungan yang ada diantara objek studi tersebut.
Formisme sesuai dengan praktek akuntansi, yaitu pada kesamaan dalam mencapai
resolusi. Hal ini penting bagi pengkhususan karakter akuntansi atau bagi penentuan karakter
suatu akuntansi tertentu. Objek studi diasumsikan terkandung secara sistematis, kesamaan bebas
setiap peneliti, dan tugas peneliti akuntansi adalah untuk menemukan ciri mereka.
Bagi peneliti formisme dalam bidang akuntansi, penemuan untuk mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan antar objek studi tidak cukup untuk menentukan realitas akuntansi, dan
untuk menetapkan hubungan antara praktek dengan penelitian akuntansi.
Usaha ekplisit untuk mencari penyebab persarnaan dan perbedaan bukanlah bidang peneliti
formisme, tetapi lebih menjadi bidang peneliti mekanisme.

Mekanisme dalam akuntansi


Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya mencari persamaan dan perbedaan antar objek studi,
tetapi juga mencari hubungan kuantitatif antar objek studi sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi. Mekanisme dalam akuntansi juga mencari aturan-aturan empiris
antar fenomena-fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk korelasi statistis. Penelitian
pasar, keperilakuan, penelitian akutansi positif, studi untuk memprediksi kejadian dan studi
berbasis korelasi lain dalam penelitian utama akuntansi, merefleksikan pembelokan mekanisme
analitis yang berfokus pada fenomena tersendiri, tidak secara kompleks dan konteks, dan
pembelokan mekanisme integratif dengan melihat dunia sebagai sesuatu yang tersusun baik
dengan hubungan yang dapat dijelaskan dan dikualifikasikan. Hasilnya jauh dari sempurna
karena:
o tingkat koefisien korelasi yang tidak memuaskan:
o kurangnya pengendalian bagi penjelasan-penjelasan alternatif:
o sampel-sampel yang kurang mewakili: dan
o replikasi yang tidak ada habis-habisnya dan “tersamar”.
Masalah lain yang terkait dengan mekanisme dalam akuntansi adalah asumsi yang
menyatakan bahwa:
o ukuran-ukurannya tidak berubah, dan
o hubungan antar ukuran tidak berubah.

Konstektualisme dalam akuntansi


Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi fakta-fakta bebas yang berasal dari
fakta-fakta universal dalam konteks tertentu yang akan menghasilkan suatu pola atau gestalt.
Perbedaan mendasar antara kontektualisme dengan formisme dalam akuntansi adalah fakta-fakta
dikumpulkan menjadi beberapa konteks tertentu. Sehingga ada yang berpendapat bahwa
pengetahuan teknis baru akuntansi adalah kumpulan dari beberapa konteks tertentu yang
tersusun dari contoh-contoh baik, yang menyusun kontektualisme dalam akuntansi.
Contoh-contoh konteks baru itu meliputi:
o kejadian ekonomi, misal kebangkrutan, pengambilalihan, tingkat bunga obligasi:
o klasifikasi industri:
o klasifikasi sementara, misal sebelum dan setelah suatu kejadian politis, kejadian ekonomis
atau sosial.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi hanya tergantung pada analisis fakta-fakta
yang dapat memberikan verifikasi langsung, fakta-faka yang sesuai dengan situasi yang ada,
misal suatu industri tertentu. Kondisi itu merupakan hasil akhir yang terbatas dalam cakupannya.
Setiap usaha untuk memberikan verifikasi tidak langsung, yang sesuai dengan pengakuan bahwa
dunia mempunyai struktur tertentu, membutuhkan ketergantungan pada hipotesis dunia lainnya.
Ini merupakan dilema yang serius bagi kontekstualisme dalam akuntansi, yaitu menerima
kekhususan atau mengakui perubahan dalam konteks secara terus menerus.

Organisisme dalam akuntansi


Penerapan organisisme dalam akuntansi berfokus pada konteks-konteks tertentu
(gestalt) sebagai objek studi yang terdiri dari fakta-fakta yang tersusun baik dan terintegrasi,
sehingga dapat dijabarkan dan diprediksi. Organisisme berusaha mencari penentuan
aturan-aturan empiris antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk analisis
statistika.
Dengan menerapkan organisisme, sebagian besar kelemahan mekanisme dalam akuntansi
dapat diatasi, dengan menggabungkan penelitian dan temuan-temuan pada suatu konteks
tertentu.
Organisisme dalam akuntansi sangat tergantung pada ketersediaan data base asli, yang
berfokus pada konteks tertentu yang mengakui kekhususan data dan mengharmonisasikannya
menjadi data akuntansi yang lebih lengkap, karena adanya struktur mendasar dan komprehensif.
Organisisme dalam akuntansi juga membutuhkan identifikasi urut-urutan langkah yang mencapai
puncak pada keseluruhan struktur yang sempurna. Yang akan terlihat adalah kejadian-kejadian
akuntansi yang terpisah, yang kemudian dihubungkan menjadi harmoni yang berguna melalui
sintesis yang tingkatannya lebih tinggi, penjelasan anomali-anomali dan berfokus pada struktur
yang komprehensif dan mendasar. Hasil akhirnya adalah dunia yang saling melekat dan
terintegrasi dengan baik.
Perspektif pada penelitian akuntansi

Kerangka kerja Burell dan Morgan


 Sifat Ilmu Sosial
Empat asumsi ilmu sosial diuji, karena terkait dengan ontologi, epistimologi, sifat dasar
manusia, dan metodologi. Asumsi-asumsi ini dapat dibedakan menjadi dimensi subjektif –
objektif yaitu:
o Pertama, asumsi ontologika, yang menekankan pada esensi fenomena akuntansi termasuk
perbedaan nominalisme-realisme.
o Kedua, perdebatan epistimologi menekankan pada dasar-dasar pengetahuan dan sifat
pengetahuan, mencakup perdebatan anti-positivisme-positivisme.
o Ketiga, perdebatan sifat dasar manusia, yang menekankan pada hubungan antara manusia
dengan lingkungannya, mencakup perdebatan voluntarisme-determinisme.
o Keempat, perdebatan metodologi, yang menekankan pada metode-metode yang digunakan
utk menginvestigasi dan mempelajari dunia sosial, mencakup perdebatan
ideografi-nomotesis.

 Sifat Masyarakat
Salah satu asumsi mengenai sifat masyarakat adalah terjadinya perdebatan konflik yang
teratur (order-conflict) atau lebih tepatnya adalah perubahan aturan radikal (regulation-radical
change). Sosiologi aturan (sociology of regulation) berusaha menjelaskan tentang masyarakat
dengan berfokus pada kesatuan dan keeratannnya dan kebutuhan akan aturan~aturan.
Sebaliknya, sosiologi perubahan radikal berusaha menjelaskan tentang masyarakat dengan
berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural yang dalam, bentuk-bentuk dominasi, dan
pertentangan struktural pada masyarakat modern.

Seperti yang ditekankan oleh Burrell dan Morgan, dimana:


 sosiologi aturan menekankan pada status quo, bentuk sosial, konsensus, integrasi dan daya
lekat, solidaritas, kebutuhan akan kepuasan, dan aktualitas, sedangkan
 sosiologi perubahan radikal menekankan pada perubahan radikal, konfilk struktural,
model-model dominasi, pertentangan, emansipasi, penghapusan, dan kesanggupan.
 Kerangka untuk Analisis Penelitian
Burrell dan Morgan dapat mengembangkan suatu skema yang melekat bagi analisis teori
sosial secara umum dan analisis organisasional secara khusus. Skema terdiri dari empat
paradigma yang berbeda yang disebut sebagai:
o humanis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi subjektif
o strukturalis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi objektif
o interpretif, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan subjektif, dan
o fungsionalis, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan objektif.

Pandangan fungsionalis dalam akuntansi


Pandangan fungsional akuntansi berfokus pada penjelasan keterturan sosial, dimana akuntansi
memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari modus pandangan seorang realis, positivis,
determinis, dan nomotetis ia berhubungan dengan regulasi secara efektif atas dasar bukti yang
objektif.

Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagaii hubungan dunia
nyata yang konkrit yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima
dengan disertai penjelasan permanfaatan ilmiah.

Sebagai tambahan, tatanan sosial, seperti yang didefinisikan oleh struktur pasar dan perusahaan
yang masih ada, telah diterima begitu saja, dengan tanpa adanya acuan kepada dominasi ataupun
konflik. Kedua pandangan fenomena akuntansi maupun alam sosial digunakan untuk
mengembangkan teori – teori yang diasumsikan bebas nilai dan bukannya terkait secara historis.

Seperti dalam fungsionalisme struktural, paradigma fungsional dalam akuntansi berfokus pada
penetapan fungsi – fungsi ini adalah “prasyarat fungsional’’ atau “keharusan fungsional’’ dari
adaptasi, pencapaian sasaran, integrasi dan latensi atau pemeliharaan pola. Untuk mencapai
keharusan – keharusan tersebut, maka didefinisikan struktur struktur atau elemen – elemen
akuntansi.
Seperti dalam teori sistem, paradigma fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada baik
pencarian representasi analogis dari sistem akuntansi maupun suatu analis sistem.
Interaksionisme dengan fokusnya pada hubungan dan interaksi dengan manusia diekspresikan
dalam bentuk akuntansi keprilakuan.

Objektivitas dengan komitmennya kepada model dan metode yang digunakan dalam ilmu – ilmu
alam adalah cara utama dalam penelitian dan pembuatan teori akuntansi. Bahkan empirisme
abstrak sebagai suatu judul cocok sekali dengan kebanyakan penelitian akuntansi empiris yang
telah diterbitkan. Terdapat suatu desakan yang pasti untuk mengembangkan sebuah model yang
mendalam dari fenomena akuntansi di tengah – tengah absennya variabel – variabel yang
membingungkan dan ketergantungan metodologis pada metode – metode hipotesis – deduktif.

Pandangan fungsionalis dalam akuntansi menandai apa yang secara umum diterima sebagai
suatu penelitian akuntansi konvensional. Asumsi – asumsi yang dominan meliputi hal – hal
berikut: ‘’teori dipisahkan dari pengamatan yang dapat digunakan untuk memverifikasi
ataupun menyalahkan sebuah teori. Perhitungan hipotesis – deduktif dari penjelasan ilmiah
dapat diterima. Sedangkan metode kuantitatif dari analisis dan mengumpulkan data yang
memungkinkan adanya generalisasi adalah metode yang lebih disukai.

Pandangan interpretatif dalam akuntansi


Pandangan interpretif terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial dari sudut
pandang normalisme, antipositivisme, voluntarisme, dan ideologika. Pada akuntansi, pandangan
ini bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individual yang terlibat dalam penyiapan,
pengkomunikasian, pembuktian, atau penggunaan informasi akuntansi.
Penerapan hermeneutics dalam akuntansi berfokus pada bidang objektifikasi (pengungkapan
secara objektif) akuntansi, seperti lembaga-lembaga akuntansi, teks akuntansi, literatur
akuntansi, bahasa-bahasa akuntansi, dan ideologi akuntansi, menggunakan metode verstehen.
Fenomenologi, jika diterapkan dalam akuntansi, berusaha untuk mengungkapkan
“esensi” yang tidak dapat diungkapkan oleh observasi positivisme biasa. Walaupun pada masa
permulaan, paradigma interpretif pada akuntansi telah berfokus pada:
o kemampuan informasi untuk “menyusun realitas”,
o peran akuntansi sebagai “alat linguistik (berkenaan dengan ilmu bahasa” dan
o peran dan citra lain yang dapat disandang oleh akuntansi.
Sehingga asumsi yang dominan pada pandangan interpretif terhadap akuntansi adalah:
o Keyakinan Mengenai Pengetahuan
Penjelasan ilmiah mengenai pencarian tujuan manusia. Kesesuaiannya ditetapkan melalui
kriteria konsistensi logika, interpretasi subjektif, dan persetujuan dengan interpretasi
pengetahuan umum yang dimiliki oleh pihak yang melakukan tidakan.
o Keyakinan Mengenai Realitas Fisik dan Sosial
Realitas sosial merupakan sesuatu yang muncul, dihasilkan secara subjektif, dan
diungkapkan secara objektif melalui interaksi antar manusia. Hubungan Antara Teori dan
Praktik Walaupun paradigma interpretif tidak utama dalam akuntansi, paradigma ini
memiliki tiga kelemahan utama yaitu:
o paradigma ini mempunyai asumsi bahwa peneliti “quasidivine” dapat memahami tindakan
sosial melalui subjektivitas yang tipis dan tanpa adanya campur tangan:
o paradigma ini menghasilkan ilusi mengenai teori murni dengan menggunakan garis penalaran
monologis: dan
o paradigma ini menjadi suatu penelitian mengenai perubahan.

Pandangan humanis radikal dalam akuntansi


Pandangan humanis radikal berfokus pada penjelasan susunan sosial dari perspektif nomalisme,
voluntarisme, dan ideografi, dan memberi penekanan pada bentuk perubahan radikal. Pandangan
ini menghargai setiap penelitian yang mengurangi kritik-kritik yang bersifat filosofi pada
metodologi normatif.
Pada bentuk teori kritis, pandangan ini mempunyai dua bentuk analisis:
o analisis toksonomis (toxonomic) mengenai ontologika, epistimologika, dan metodologika
yang memperhatikan dasar-dasar ilmu organisasi dan
o suatu kritik (didasarkan pada anatisis ini) mengenai keadaan dinamis yang saling
mempengaruhi antar penelitian, teori, dan praktik organisasi.
Pandangan ini mengembangkan kritik epistemiknya (asal usul, sifat, dan batas-batas
pengetahuan) menjadi:
o diskusi mengenai kelemahan bentuk-bentuk penelitian alternatif:
o analisis hubungan antara komunitas peneliti organisasional dengan praktisi dan anggota
organisasi: dan
o pernyataan mengenai tujuan praktis beberapa bentuk penelitian tertentu.
Teori kritis pada akuntansi berasumsi bahwa teori-teori, susunan pengetahuan, dan
fakta-fakta hanya merupakan refleksi dari wawasan dunia yang realistis. Teori ini akan
memandang akuntan, accountor, dan accountee sebagai modus tahanan kesadaran yang dibentuk
melalui proses ideologika.
Singkatnya, akuntansi akan dipandang sebagai pembuat “tahanan psikis”. Alasannya adalah
bahwa sistem akuntansi mendukung dan mempertahankan adanya pengasingan dan konflik.

Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi


Pandangan sturkturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial dari sudut
pandang seorang realis, positivis, dan nomotetis. Pandangan ini akan mencari perubahan yang
radikal, emansipasi, dan potenasionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan
pada konflik struktural, cara – cara dominasi, kontradiksi, dan penghapusan hak. Paradigma ini
akan menciptakan teori – teori akuntansi yang didasarkan atas metafora – metafora seperti alat
dominasi, sistem skismatis, dan bencanan.

Peran akuntansi dalam analisis birokrasi yang klasik dari Weber sebagai salah satu cara
dominasi, analisis ‘’iron low oligarchy’’ (oligarki hukum besi) dari Robert Michael, dan analisis
organisasi dari Marxis akan muncul sebagai alat dominasi yang berkuasa untuk dipahami sebagai
bagian yang penting dari sebuah proses diminasi yang lebih luas didalam masyarakat secara
keseluruhan.

Para akuntansi strukturalis memiliki pandangan yang obbjektif atas alam sosial namun juga
berfokus pada kecenderungan – kecenderungan terjadinya kontradiksi dan krisis yang
ditimbulkan pada proses akuntansi. Tidak seperti humanis radikal yang menekankan pada
fenomena superstruktural seperti ideologi dan kesadaran yang menyimpang, strukturalis radikal
dalam akuntansi akan berfokus pada hubungan antara akuntansi dan ekonomi hubunngan politis
dan dominasi.
Strukturalis Marxis seperti Althusser dan Nicos Poulantzas telah menekankan otonomi relatif
dari struktur – struktur politis dan ideologis dari basis ekonomi yang mendasari sebagai suatu
hubungan kemodel – model Marxis klasik yang terlalu deterministis. Sehubungan dengan
akuntansi perusahaan, pendekatan ini akan berfokus kepada kebebasan relatif dari berbagai
praktik, kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan politis yang ekonomi yang nyata.
Perkembanhgan akuntansi dapat dilihat sebagai sebuah proses sui generis, atau didefinisikan dari
dalam.

Fondasi intelektual dalam akuntansi

Akuntansi berbasis ekonomi marginal


Ekonomi margina neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada praktik,teori,dan penelitian
akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi adalah bukti yang baik dari pengaruh
tersebut, komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua
penekanan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi.
Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik,yang
mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, ,maupun pandangan yang secara
eksplisit mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga
perusahaan sebagai pihak yang ‘’sah’’ memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya
tertentu. Penekanan yang kedua menepatkan akuntan pada posisi seorang sejarawan dan
akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari pertukaran historis dengan objektivitas
sebagai tujuan terpenting.

Kedua penekanan di atas meningkatkan pembatasan pada praktik dan pengajaran akuntansi.
Seperti yang telah di perhatikan oleh anthony tinker dan rekan-rekannya, penekanan yang
pertama menimbulkan pertanyaan tentang afiliasi golongan dari individu dan peran yang
dimainkan oleh akuntan dalam konflik antargolongan, dan penekanan yang kedua mengarah
pada penghindaran pertanyaan-pertanyaan subjektif tentang nilai dan mengonfirmasikan data
akuntansi kepada harga pasar yang objektif.68 Motifasi di balik peran sebagai seorang sejarawan
dijelaskan sebagai berikut:
Citra akuntan ini yang sering kali dilihat sebagai ‘’sejarawan’’ yang tidak memihak dan tidak
berbahaya-tumbuh dari adanya keinginan untuk melepaskan tanggung jawab yang diemban oleh
para akuntan untuk membentuk ekspektasi subjektif di mana, selanjutnya, ekspentasi tersebut
akan memengaruhi keputusan-keputusan tentang alokasi sumber daya dan distribusi laba di
antara dan didalam masing-masing golongan. Keterkaitan dengan fakta-fakta historis ini
memberikan suatu lapisan tipis objektivitas semu yang memungkinkan akuntan untuk
menyatakan bahwa mereka hanya sekedar mencatat- dan tidak ikut ambil bagian- dalam konflik-
konflik sosial.

Ekonomi marginal dan akuntansi konvesional yang didasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang
berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang diperoleh
dari taksiran nilai sekarang (present value) dari aliran arus kas mereka. Hal ini telah memberikan
alasan yang menarik untuk menilai untuk menilai beberapa aktiva akuntansi berdasarkan konsep
nilai sekarang dan untuk membandingkan proyek-proyek dengan melihat nilai sekarang yang
mereka miliki. Namun Tinker telah menunjukkan bahwa dalam membandingkan proyek-proyek
investasi modal alternatif, akuntansi berdasarkan ekonomi marginal tidak memberikan suatu
solusi yang unik.

Perbandingan tersebut akan tergantung pada pemilihan tingkat suku bunga. Proyek yang paling
dibutuhkan bagi suatu masyarakat hanya dipastikan dengan menggunakan satu tingkat suku
bunga tertentu, yang cocok bagi perusahaan yang menggunakan biaya modalnya sebagai tingkat
bunga. Akan tetapi, dengan melihat berbedanya biaya modal untuk tiap-tiap perusahaan, maka
perhitungannya pun akan tidak dapat ditentukan. Hal ini menjadi alasan untuk menguntungkan
secara sosial jika dibandingkan dengan proyek yang lain. Namun solusi ini ditentang oleh apa
yang dikenal sebagai kontroversi cambridge. Pada dasarnya, ditunjukkan bahwa penjelasan
marginalis bersifat tautologis. Hal ini dirangkum sebagai berikut:

Kita mulai dengan menanyakan bagaimana tingkat laba ditentukan dan jawabannya akan
mangacu kepada jumlah modal dan produk pendapatan marginalnya. Kita kemudian
menanyakan bagaimana hal tersebut ditentukan dan jawabannya adalah dengan mengonsumsikan
suatu pembagian dari laba di masa datang dan mendiskontokan pengembalian modal dengan
tingkat suku bunga pasar. Semua yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa tingkat suku
bunga pasar merupakan fungsi suku bunga pasar (dan adanya asumsi distribusi laba).

Begitu pula, D.J.Cooper menunjukan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada
penawaran dan permintaan modal moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku
bunga pasar. Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak
terderminasi.

Akuntansi ekonomi politik


Akuntansi ekonomi politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan
kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih
holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam
ekonomi secara keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan
peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur
institusional dari masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut
dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan
laporan akuntansi yang baru.
Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah
dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya
diarahkan kepada pengapdatasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.
Beberapa usulan meliputi:
a. Suatu keterkaitan dengan matematika
b. Suatu fokus pada teori keputusan
c. Suatu referensi terhadap elemen-elemen dari teori pengukuran formal
d. Suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
e. Suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi
f. Suatu perhatian bagi implikasi dari pilihan-pilihan model profitabilistik, yang merupakan
psikologi matematis, bagi pilihan dan penggunaan teori informasi akuntansi.
g. Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori positif dari akuntansi
h. Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak.
Suatu pendekatan multidimensional yang akan meminjam atau bergantung pada sumbangan-
sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal
.
METODOLOGI PENELITIAN DAN TEORI DALAM PENGGUNAAN INFORMASI
AKUNTANSI ( RESEARCH METHODOLOGY AND THEORIES ON THE USES OF
ACCOUNTING INFORMATION )

A. Metodologi Penelitian
Teori Akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metodologi
penelitian. Metodologi yang biasa digunakan diantaranya adalah:
(1) pendekatan deduktif;
(2) pendekatan induktif;
(3) pendekatan pragmatis;
(4) pendekatan etis; dan
(5) pendekatan perilaku.
Selain itu, ada metode tambahan yakni metode ilmiah dalam penyelidikan, yang
merupakan penggabungan antara pendekatan induktif dan deduktif, sebagai pedoman penelitian
dalam pengembangan teori akuntansi.

A.1. Pendekatan deduktif


Pendekatan deduktif dimulai dengan pembentukan sasaran. Setelah sasaran dibuat,
kemudian dibuat asumsi dan definisi kunci. Peneliti kemudian harus mengembangkan struktur
logis untuk mencapai sasaran, berdasarkan asumsi dan definisi. Metodologi ini sering disebut
sebagai “dari yang umum ke yang spesifik”. Jika teori akuntansi dikembangkan melalui
metodologi deduktif, peneliti harus mengembangkan struktur yang melingkupi sasaran
akuntansi, lingkungan dimana akuntansi berada, asumsi dan definisi sistem, serta prosedur serta
pelaksanaan, dengan mengikuti pola yang logis.

A.2. Pendekatan induktif


Pendekatan induktif dalam penelitian adalah melakukan pengamatan kemudian membuat
kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut. Oleh karena itu, metode ini disebut “dari yang
spesifik ke yang umum”, karena peneliti menyamaratakan seluruh kejadian berdasarkan
pengamatan terbatas pada satu kejadian tertentu saja.
Accounting Principles Board Statement No.4 merupakan contoh dari hasil penelitian dengan
pendekatan induktif.

A.3. Pendekatan pragmatis


Pendekatan pragmatis dalam pengembangan teori didasarkan pada asas kegunaan atau
manfaat. Setelah masalah teridentifikasi, peneliti mencari solusi yang bermanfaat yang dapat
memecahkan masalah. Hal ini tidak berarti bahwa solusi optimal telah ditemukan atau bahwa
sasaran yang telah ditentukan akan tercapai. Oleh sebab itu, segala jawaban yang didapat dari
pendekatan pragmatis harus dianggap sebagai solusi sementara.
Sayangnya dalam akuntansi, kebanyakan praktek dan prinsip-prinsip akuntansi dihasilkan
dari pendekatan pragmatis, dan solusi yang dihasilkan telah disadur sebagai GAAP bukannya
hanya sebagai pemecahan yang berguna terhadap suatu masalah. Sebagaimana dijelaskan dalam
Bab I, Pernyataan Dasar-dasar Akuntansi merupakan pendekatan pragmatis dalam pembangunan
teori. Sayangnya, pengembangan teori turunannya juga mengggunakan pendekatan pragmatis.
Hasilnya, profesi akuntansi harus secara rutin mengakui bahwa praktek akuntansi yang biasanya
harus diikuti disebabkan karena “memang begitulah kita biasa melakukannya”, alasan yang
paling tidak memuaskan, khususnya saat pertanyaan hukum terlontar.

A.4. Metode ilmiah dalam penyelidikan


Melaksanakan penelitian melalui metode ilmiah mencakup lima tahapan utama, yang
mungkin terdiri atas beberapa subtahapan.
1. Mengidentifikasikan dan menetapkan masalah untuk dipelajari
2. Menetapkan hipotesis untuk diuji
3. Mengumpulkan data yang terlihat perlu untuk menguji hipotesis
4. Menganalisis dan mengevaluasi data yang berhubungan dengan hipotesis
5. Membuat kesimpulan sementara
Walaupun langkah-langkah tersebut dibuat berurutan, dapat juga dibuat langkah mundur-
maju antara langkah-langkah tersebut. Contohnya, pada langkah menetapkan hipotesis, mungkin
diperlukan untuk mundur ke langkah pertama dan mengidentifikasi masalah yang lebih tepat.
Kemudian, saat mengumpulkan data, mungkin diperlukan untuk mengklarifikasi masalah atau
hipotesis, atau keduanya. Langkah mundur-maju ini terus berlanjut selama proses dan
merupakan faktor utama sebagai kekuatan dari metode ilmiah.
Sayangnya, metode ilmiah dalam penyelidikan mendapatkan perhatian terbatas dalam
penelitian akuntansi. Prosedur-prosedur yang mempunyai ‘kegunaan’ tersebut telah diterima
secara umum tanpa memperhatikan apakah prosedur tersebut telah diuji relevansinya terhadap
hipotesis tertentu.

A.5. Pendekatan penelitian lainnya


Beberapa penulis juga membahas pendekatan etis dan pendekatan perilaku dalam
penelitian, yang dianggap dapat digunakan dalam pengembangan teori akuntansi. Beberapa
penulis lainnya menganggap bahwa pendekatan ini hanya merupakan metode tambahan,
bukannya metode spesifik. Karenanya, mereka dapat dan harus mempengaruhi sikap peneliti
tetapi tidak dapat dengan sendirinya membuat kesimpulan yang beralasan.
Pendekatan etika, yang dipermasalahkan kepada DR Scott, menekankan konsep
kebenaran, keadilan, dan kejelasan. Tidak ada yang menentang konsep ini sebagai panduan bagi
peneliti, tetapi selalu ada pertanyaan: adil untuk siapa, untuk tujuan apa, dan dalam kejadian apa.
Pertanyaan seperti ini menyebabkan pendekatan ini mungkin sulit untuk digunakan dalam
pengembangan teori akuntansi, tetapi pendekatan ini menghasilkan metode lebih tinggi sebagai
hasil dari kemunculan perkembangan teori akuntansi model baru bernama penelitian ‘sudut
pandang kritis’ yang akan selanjutnya.
Pendekatan perilaku (Behavioral Accounting Research/BAR), adalah sebuah studi
mengenai perilaku akuntan atau perilaku nonakuntan saat mereka dipengaruhi oleh laporan dan
fungsi akuntansi yang didasarkan pada aktivitas penelitian terhadap ilmu perilaku. Karena tujuan
dari akuntansi adalah menyediakan akuntansi bagi pembuat keputusan, sepertinya diperlukan
fokus pada bagaimana penyedia dan pengguna bereaksi terhadap informasi. BAR merupakan
studi yang mempelajari masalah-masalah yang relevan, tetapi tidak memberi dampak terhadap
praktek yang seharusnya terjadi, sehingga masalah-masalah relevan tersebut menjadi penting.

B. Outcome/Hasil/manfaat Penyediaan Informasi Akuntansi


Perkembangan teori akuntansi tidak akan memecahkan semua kebutuhan pengguna
informasi akuntansi. Teori-teori akuntansi juga harus dikembangkan dengan memperkirakan
reaksi pasar terhadap informasi akuntansi dan bagaimana pengguna bereaksi pada data akuntansi.
Pada tahapan selanjutnya, akan dijelaskan kegunaan informasi akuntansi dan informasi lainnya
oleh bagi masing-masing individu, dan menampilkan beberapa teori bagaimana pengguna
beraksi pada data akuntansi.

B.1. Analisis pokok/fundamental


FASB menyatakan bahwa salah satu tujuan penyediaan informasi akuntansi adalah untuk
memberikan informasi kepada investor, informasi yang dapat dipercaya dan benar sehingga
mereka dapat menghasilkan keputusan investasi berdasarkan informasi. Proses pengambilan
keputusan yang digunakan oleh masing-masing investor dinamakan analisis pokok. Analisis
pokok adalah usaha untuk mengidentifikasi saham individual yang salah harga dengan melihat
semua informasi keuangan yang tersedia. Analisis investasi dapat juga dilakukan oleh investor
itu sendiri atau lewat analisis sekuritas.

B.2. Hipotesis pasar efisien


Pakar ekonomi telah berpendapat selama bertahun-tahun bahwa dalam ekonomi pasar
bebas dengan persaingan sempurna, harga ditentukan oleh ketersediaan pasokan (supply) dan
permintaan pasar (demand). Berdasarkan teori ini, harga produk tertentu kemudian ditentukan
oleh mekanisme pasar. Proses ini pada umumnya ditunjukan oleh diagram di bawah ini.

Sifatnya pasar efisien:


1. Semua unit ekonomi memiliki pengetahuan utuh mengenai ekonomi
2. Segala barang dan jasa seluruhnya bergerak dan dapat mudah bergeser
3. Pembeli dan penjual harus mempunyai sedikit hubungan terhadap permintaan dan
penawaran total dan tidak memiliki pengaruh terhadap harga atau permintaan
4. Tidak ada pembatasan buatan dalam permintaan, penawaran, atau harga barang dan jasa
Contoh paling sempurna dalam mekanisme penawaran dan pembelian adalah pada pasar
saham, terutama karena sistem distribusi pasar saham relatif efisien dan informasi terkait saham
tersedia berbagai bursa. Contoh sumber informasi sbb:
1. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
2. Laporan pendapatan triwulanan yang dikeluarkan di media
3. Laporan perubahan manajemen
4. Informasi keuangan pesaing perusahaan
5. Penghargaan dari pemerintah atau perusahaan swasta lain
6. Informasi yang disebarkan kepada pemilik kepentingan pada pertemuan stokholders
tahunan
Berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran, harga ditentukan oleh pengetahuan
konsumen atas produk yang dibelinya. Mekanisme ini di pasar saham kemudian disebut sebagai
mekanisme pasar efisien (EMH). Masalah yang dikeluarkan oleh EMH antara lain: (1) informasi
apa tentang perusahaan yang berguna bagi investor, (2) apakah pengungkapan tentang berbagai
tipe informasi perusahaan mempunyai dampak terhadap pemahaman informasi?
Pasar saham dapat dikatakan efisien jika menggambarkan semua informasi yang tersedia
dan bereaksi secara instant terhadap informasi baru. Pembahasan EMH dalam literatur akademik
memiliki bermacam definisi terhadap informasi yang tersedia dan terbagi menjadi tiga bentuk
EMH, yakni bentuk lemah, bentuk semi kuat, dan bentuk kuat.

a. Bentuk lemah
Berdasarkan teori ini, harga historis menyediakan perkiraan tidak bias mengenai harga
masa depan dari saham, dan beberapa studi mendukung pendapat ini. Hal ini menjelaskan bahwa
perubahan harga terjadi akibat pengetahuan investor mengenai pendapatan yang mungkin
didapatkan atau kesempatan investasi alternatif. Berdasarkan bentuk lemah, investor tidak bisa
mendapatkan pengembalian/keuntungan lebih berdasarkan pengetahuan sederhana atas harga
saham sebelumnya.
b. Bentuk semi kuat
Perbedaan antara bentuk lemah, semi kuat, dan kuat EMH terletak pada jumlah informasi
yang dikumpulkan dalam menentukan harga saham. Pada bentuk semi lemah, harga lampau
saham dan semua informasi yang disampaikan ke publik diperlukan dalam menentukan harga
saham.

c. Bentuk kuat
Berdasarkan bentuk kuat EMH, semua informasi termasuk trend harga saham, informasi
tersedia untuk publik, dan informasi dari dalam digunakan dalam penentuan harga saham.
Bentuk ini menyebabkan akuntan mempertimbangkan semua informasi termasuk informasi
eksternal dan internal.

Implikasi penelitian pasar efisien


Hipotesis pasar efisien berimplikasi terhadap perkembangan teori akuntansi. Para kritisi
akuntansi berpendapat bahwa ketidakseragaman prinsip akuntansi menyebabkan manajer
perusahaan dapat memanipulasi pendapatan dan mengaburkan investor. Pendapat ini disebabkan
karena asumsi bahwa laporan akuntansi adalah satu-satunya sumber informasi dalam organisasi
bisnis. Hasil dari penelitian EMH menghasilkan kesimpulan bahwa harga pasar tidak hanya
ditentukan oleh laporan akuntansi. Kesimpulan ini menyebabkan peneliti menyelidiki bagaimana
pendapatan akuntansi berhubungan dengan harga saham. Hasil dari penyelidikan tersebut adalah
bahwa pendapatan akuntansi berhubungan dengan keuntungan saham.

B.3. Model Penilaian Aset Modal (CAPM)


Investor menggunakan informasi akuntansi untuk meminimalkan risiko dan
memaksimalkan keuntungan. Kebanyakan investor menolak risiko. Oleh karena itu investasi
yang berisiko tinggi harus memberikan keuntungan yang lebih tinggi pula untuk memikat
investor. Hal ini berarti investor memerlukan informasi mengenai tingkat risiko dan keuntungan
yang mungkin didapatkan. Rumus tingkat keuntungan yang sebenarnya bagi investor :
Dividen + Penambahan (pengurangan) nilai
Harga beli
Karena harga saham berubah-ubah sehingga merubah ekspektasi investor mengenai arus
kas perusahaan di masa datang, saham biasa dikategorikan investasi berisiko. Risiko
didefinisikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang didapatkan bergeser dari yang
diharapkan, dan nilai dari perubahan itu menentukan besarnya tingkat risiko.
Asumsi dasar CAPM adalah saham yang berisiko bisa dikombinasikan menjadi
portofolio saham yang lebih rendah tingkat risikonya dibanding dengan saham biasa saja.
Terdapat dua tipe risiko yaitu risiko tidak sistematis adalah saat ketidakwajaran risiko
suatu perusahaan bisa dipecah sedangkan risiko sistematis adalah bagian yang tidak dapat
dipecah yang berhubungan dengan pergerakan keseluruhan di pasar saham dan tidak dapat
dihindarkan. Persamaan sederhana mengenai hubungan antara risiko dan keuntungan dengan
menggunakan pengembalian bebas risiko (US T-Bills):
Rs =Rf + Rp
Rs = tingkat pengembalian yang diharapkan pada saham berisiko
Rf = tingkat bebas risiko
Rp = nilai risiko
Perhitungan hubungan paralel antara saham biasa tertentu dengan trend keseluruhan di
pasar saham disebut dengan  (beta).  dilihat sebagai perkiraan penguapan saham tertentu
terhadap pasar saham total.
Dengan  menjadi
Rs = Rf + Ps(Rm-Rf)
Rs = tingkat pengembalian saham yang diharapkan
Rf = tingkat bebas risiko
Rm = tingkat pengembalian yang diharapkan pada pasar saham secara keseluruhan
Rf = beta saham, yang dihitung selama periode tertentu
CAPM membuat harga saham tidak dipengaruhi oleh risiko tidak sestematis, dan saham
yang menawarkan risiko yang lebih tinggi ( lebih tinggi) akan berharga lebih rendah dari saham
yang berisiko lebih rendah. Penelitian empiris telah mendukung bahwa  lampau merupakan
peramal yang baik bagi harga saham masa depan.
CAPM relevan terhadap perkembangan teori akuntansi karena peneliti telah
menggunakannya untuk menguji hipotesis yang tergantung pada EMH yang dibahas
sebelumnya. Contohnya, peneliti telah memperkirakan pengembalian yang diharapkan dari
sebuah perusahaan menggunakan CAPM untuk mengetahui apakah informasi akuntansi memuat
informasi. Keuntungan yang diharapkan dibandingkan dengan keuntungan yang diterima, dan
sisanya (perbedaan antara harapan dan kenyataan) diuji untuk melihat apakah ada reaksi pasar
atas informasi yang dikeluarkan.

B.4. Teori positif dan normatif


Teori positif mencoba menjelaskan fenomena yang telah diamati. Perbedaan besar antara
praktek-praktek dan aplikasi akuntansi telah membuat perkembangan deskripsi komprehensif
akuntansi menjadi sulit. Akhirnya, untuk menjadi teori, deskripsi harus mempunyai nilai
penjelasan.
Teori normatif didasarkan oleh tujuan-tujuan yang dibuat, tetapi tidak ada tujuan-tujuan yang
dianggap baku oleh akuntan. Teori akuntansi normatif biasanya dapat diterima hanya kepada
orang-orang yang setuju dengan asumsi yang digunakannya. Namun, kebanyakan teori akuntansi
adalah normatif karena mereka didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu suatu laporan keuangan.

B.5. Teori agensi


Asumsi dasar teori agensi adalah bahwa orang-orang memaksimalkan utilitas mereka
untuk kepentingan mereka sendiri. Suatu agensi didefinisikan sebagai hubungan antara dua
pihak, dimana pihak pertama (agen) setuju untuk bertindak atas nama pihak lainnya (prinsip).
Contohnya, hubungan antara pemegang saham dan manajer adalah sebuah teori agensi,
sebagaimana hubungan manajer dan auditor, serta pejabat tinggi atau yang lebih rendah, antara
auditor dan pemegang saham.
Risiko bawaan dalam teori agensi adalah asumsi bahwa terjadi konflik kepentingan
antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajer. Hubungan agensi menyebabkan
biaya bagi pihak prinsip. Biaya dari hubungan agensi dihasilkan dari penjumlahan (1)
pengeluaran monitoring oleh pihak prinsip, (2) pengeluaran ikatan oleh agen, dan (3) kerugian
selisih. Watts menjelaskan konsep tersebut sbb:
Pengeluaran monitoring adalah pengeluaran oleh pihak prinsip untuk mengontrol perilaku agen
(contoh, biaya pengukuran dan pengamatan perilaku agen, biaya kebijakan menerbitkan
kompensasi, dll). Agen mempunyai insentif melakukan pengeluaran untuk menjamin bahwa dia
tidak akan membuat tindakan tertentu yang membahayakan kepentingan pihak prinsip atau dia
akan membayar pihak prinsip jika melakukannya. Inilah biaya perikatan. Pada akhirnya,
bahkan dengan pengeluaran monitoring dan perikatan, tindakan yang dilakukan oleh agen akan
berbeda dengan tindakan yang dilakukan oleh pihak prinsip sendiri ... efek kesejahteraan yang
berbeda yang dihasilkan disebut dengan kerugian selisih.
Teori agensi dapat menjelaskan kurangnya teori akuntansi komprehensif. Teori keagenan
menyiratkan kerangka teori akuntansi tidak dapat dikembangkan karena perbedaan kepentingan
yang terlibat dalam laporan keuangan. Bagaimanapun juga, ada lagi sebuah alasan dasar tentang
kenapa teori keagenan memiliki keterbatasan dalam mempengaruhi secara langsung akuntansi
keuangan. Teori keagenan adalah teori deskripsi yang membantu menjelaskan mengapa terjadi
perbedaan dalam praktek akuntansi. Oleh karena itu, walaupun pengujian secara terus menerus
telah mendukung teori ini, teori keagenan tidak akan mengindentifikasi prosedur akuntansi yang
benar yang dapat dapat digunakan pada keadaan yang berbeda dan hasilnya praktek akuntansi
tidak akan diubah.

B.6. Pemrosesan informasi masyarakat


Pengungkapan semua informasi mengenai perusahaan dimaksudkan untuk membantu
investor dan calon investor dalam membuat keputusan beli-tahan-jual saham perusahaan.
Pendidikan yang membuat seseorang berkemampuan menggunakan informasi disebut sebagai
Penelitian Human Information Processing (HIP). Secara umum, penelitian HIP
mengindikasikan bahwa seseorang mempunyai kemampuan sangat terbatas dalam memproses
informasi dalam jumlah besar. Ringkasnya, seseorang menggunakan sistem pemrosesan
informasi secara runut dan selektif, sistem memiliki kapasitas terbatas, dan ketidakwajaran
biasanya diabaikan.
Penemuan ini mempunyai implikasi pengungkapan yang dalam bagi para akuntan. Trend
saat ini dari FASB dan SEC adalah kebutuhan pengungkapan informasi secara lebih dan lebih.
Tapi saat kesimpulan sementara dari penelitian HIP sudah benar, pengungkapan tambahan
mungkin mempunyai efek terbalik dari yang diinginkan. Oleh karenanya, tujuan FASB dan SEC
adalah menyediakan semua informasi relevan sehingga orang-orang dapat membuat keputusan
terhadap perusahaan berdasarkan informasi. Bagaimanapun, laporan tahunan mungkin telah
memuat informasi yang telah diproses yang cukup dan efisien bagi orang-orang.
Peneliti harus menjelaskan bagaimana pemrosesan secara selektif suatu informasi
diproses kepada mekanisme pasar yang dijelaskan dalam EMH dan menjelaskan informasi
paling relevan yang dimuat dalam laporan tahunan. Sekali tujuan ini tercapai, akuntan telah
melakukan langkah besar dalam menentukan informasi apa yang harus disajikan tentang entitas
akuntansi

B.7. Penelitian sudut pandang kritis


Peneliti sudut pandang kritis mencoba menterjemahkan sejarah akuntansi sebagai
jaringan rumit dari ekonomi, politik, dan keterjadian tidak sengaja. Penelitian sudut pandang
kritis melihat pemikiran penelitian akuntansi yang sekarang berlaku terlalu objektif dan
menganggap bahwa variable – variable itu konstan. Penelitian dari sudut pandang didasarkan
pada tiga asumsi dasar:
1. Masyarakat mempunyai potensi untuk menjadi bukan mereka
2. Tindakan manusia secara sadar dapat membentuk dunia sosial menjadi sesuatu yang lain
atau lebih baik
3. Nomor 2 dapat didukung menggunakan teori kritis
Teori ini mencari dan mendeteksi pengertian tersembunyi yang terletak dalam konteks
tersebut, dan dihubungkan dengan kekuatan perusahaan multinasional dan distribusi yang
dihasilkan keuntungan dan kerugian terhadap masyarakat. Teori kritis juga tidak menerima
pemikiran teori akuntansi bahwa organisasi bertahan karena mereka efisien secara maksimal,
sebaliknya teori ini beranggapan bahwa metode penelitian masih bias dalam mencapai
kesimpulan tersebut.

C. Hubungan antara Penelitian, Pendidikan, dan Praktek


Penelitian dibutuhkan untuk perkembangan teori yang efektif. Pada kebanyakan bidang
ilmu, saat peneliti mengindikasikan bahwa metode yang lebih baik telah ditemukan untuk
menangani situasi tertentu, metode baru kemudian diajarkan kepada siswa, yang kemudian
mengimplementasikan metode tersebut saat mereka masuk profesi tersebut. Oleh karena itu,
penelitian yang dihasilkan pada pendidikan mempengaruhi praktek.
Profesi akuntansi telah dikritik untuk tidak mengikuti model ini. Faktanya, sebelum
perkembangan FASB pada Kerangka Kerja Konseptual, teori normatif dan positif memiliki
dampak yang kecil terhadap pendidikan akuntansi. Selama periode ini, para siswa diajarkan
praktek akuntansi sebagaimana dinyatakan, metode yang lebih baik secara teori tidak pernah
dibahas di kelas. Hasilnya, penggunaan akuntansi biaya historis menerima sedikit kritik dari
pengajar akuntansi karena metode tersebut telah diterima secara praktek, walaupun hanya
memiliki relevansi sedikit terhadap pembuatan keputusan.
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual dan perbaikan berbagai teori dalam hal
outcome akuntansi meningkatkan hubungan antara penelitian, pendidikan dan praktek agar lebih
baik. Contohnya, akuntansi biaya historis sekarang telah diremehkan sebagai “suatu ketika
akuntansi”. SFAS no. 115 sekarang memerlukan beberapa sekuritas yang dapat dipasarkan untuk
dinilai dengan nilai pasarnya, dan pandangan zaman baru, seperti teori sudut pandang memaksa
baik pengajar dan praktisi untuk memikirkan kembali praktek-praktek yang sebelumnya tidak
dipertanyakan. Namun, kemajuan tambahan tetap dibutuhkan. Tradisi sulit untuk mengatasi, dan
para akuntan sebagai sebuah kelompok tidak dapat menyokong perubahan drastis yang sangat
besar.

D. Kesimpulan
Sejumlah pendekatan penelitian tersedia untuk membantu dalam mengembangkan teori-teori
akuntansi dan penggunaannya. Pendekatan deduktif membutuhkan penentuan sasaran dan
kemudian diteruskan ke praktek yang lebih spesifik. Pendekatan induktif diawali pengamatan
dan kemudian membuat kesimpulan dari pengamatan tersebut. Pendekatan pragmatis
mengidentifikasikan masalah dan kemudian menghasilkan solusi yang berguna. Pendekatan etis
menekankan pada konsep kebenaran, keadilan dan kejelasan. Akhirnya, penelitian akuntansi
perilaku mempelajari bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh laporan dan fungsi akuntansi.
Beberapa teori mengenai outcome masalah akuntansi disajikan. Analisis fundamental mencoba
agar dapat membuat masing-masing investor mengetahui kesalahan harga saham. Penelitian
Pasar Efisien mempelajari informasi apa yang berharga bagi investor dan bentuk dampak dari
pengungkapan terhadap nilai dari informasi. Teori agensi mempelajari bagaimana keuntungan
individu dari rangkaian tertentu suatu tindakan. Model penilaian aktiva modal menjelaskan
bagaimana investor bisa meminimalisir risiko dan memaksimalkan keuntungan. Penelitian
pemrosesan informasi manusia mempelajari bagaimana masing-masing individu menggunakan
dan memproses informasi. Terakhir, penelitian sudut pandang krisis mempertanyakan beberapa
asumsi ekonomi yang telah disepakati yang didapat akuntan.

Anda mungkin juga menyukai