Anda di halaman 1dari 8

Tren Masa Depan Dalam Akuntansi

1. Pelaporan nilai tambah

Value added reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan
Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang
disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di
berbagai Negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini
sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama,
Neraca, Laba Rugi, dan Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi :

1. Total produktivitas dari perusahaan.


2. Share dari setiap stakeholders atau anggota tim yang ikut dalam proses manajemen yaitu :
pemegang saham, kreditur, pegawai dan pemerintah (Belkaoui, 1995).

Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR
menekankan pada upaya meng-generate kekayaan. Karena laba biasanya hanya
menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut
terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value added adalah kenaikkan nilai kekayaan yang
degenerate atau dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber
kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditur
dan pemerintah. Sebenarnya konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu ekonomi
terutama dalam perhitungan Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa value added
tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan
pertambahan nilai mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders.

Beberapa kegunaan dari value added reporting ini dapat disebut sebagai berikut:

1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai dasar
perhitungan reward.
2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui
angka reinvestasi (retained earnings dan penyusutan).
3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan
mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional
4. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai
kotor:
 Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas
tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal.
 Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting yang bisa
terjadi jika ada pertukaran aktiva antara 2 perusahaan.
 Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini
akan mendorong spirit team dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui
kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.
 Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tapi juga dari kenaikkan
kekayaan.
 Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempenagruhi kesehatan perusahaan.
 Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional.

Namun, disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan nilai
ini, yaitu:

1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang
bekerja sama dengan pihak lain. Tidak jarang justru ada konflik, sehingga laporan ini justru
bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2. Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah tanggap
seolah ingin memaksimalkan pertambahan nilai.
3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat
seperti:
 Kenaikkan pertambahan nilai dianggap kenaikkan laba.
 Kenaikkan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang
saham.
 Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan
nilai.
 Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi
ekonomi yang baik.
 Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang
tinggi.
2. Pelaporan karyawan

Semakin besarnya kekuatan serikat pekerja di Barat, khususnya Eropa menimbulkan


fenomena baru dalam tuntutan akan laporan keuangan yang dapat menggambarkan informasi
yang dibutuhkan oleh kaum pekerja. Pegawai selaku salah satu stakeholders juga berhak akan
informasi keuangan. Informasi keuangan seperti inilah yang disebut employee reporting.
Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan
bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat berkembang di USA dan Eropa
pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa Negara seperti anggota Organization of
Economic Cooperation and Developmnet (OECD) seperti di USA, Canada, Jerman, Perancis,
Denmark, Norwegia, Swedia dan United Kingdom (Belkaouui, 1995).

Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy
dalam Belkaoui, 1985):

1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure.


2. Praktek dan masalah yang berkaitan dangan hubungan perburuhan.
3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.
4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi yang dimaksud.

Di samping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan


perusahaan memasukkan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja telah diatur
oleh berbagai Negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979, Swedia, USA, dan Kanada.
Beberapa informasi penting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini adalah:

 Jumlah pegawai
 Lokasi tempat bekerja
 Umur karyawan
 Jam kerja
 Biaya tenaga kerja
 Program pension
 Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua
 Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path
 Pengakuan terhadap serikat pekerja
 Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa dan kelamin
Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979
diketahui beberapa alas an pelaporan sebagai berikut (Lewis dkk, 1984):

1. Menyampaikan perubahan.
2. Menyajikan propaganda manajemen.
3. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahan.
4. Menyampaikan keputusan manajemen.
5. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
6. Menjelaskan tujuan perusahaan.
7. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.
8. Merespon tekanan legislative atau serikat pekerja.
9. Membangun imej perusahaan.
10. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkapan informasi yang dibutuhkan karyawan.
11. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun
persaingan.
12. Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.

3. Akuntansi dan pelaporan sosial

Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi
pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi sosioekonomi
(socioeconomis accounting, SEA), akuntansi dampak total ( total impact accounting, TIA), dan
akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA).

Alasan dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya:

1. Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Secara implicit,
diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak dalam cara memaksimalkan
kesejahteraan social, seolah-olah terdapat kontrak social di antar organisasi dan
masyrakat.
2. Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi
akuntansi sosial. Memuat prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan institusi dari
sudut pandang moral. Prinsip kewajaran diyakini menguntungkan bagi akuntansi
social.
3. Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana. Pada
dasarnya pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi soisial untuk keputusan
mealokasi pendapatan mereka. Marc Epstein memberikan langkah-langkah agar dapat
mengelola pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan kepentingan social:
mengintegrasikan kesadaran perusahaan akan masalah-masalah social, etika dan
lingkungan hidup kedalam keputusan perusahaan, mengembangkan metode-metode
untuk mengavlasi dan melaporkan dampak-dampak social dan lingkungan hidup,
menciptakan insentif untuk perilaku karyawan yanag bertanggung jawab secara etika,
lingkungan hidup dan social, menyadari bahwa jika lingkunga hidup ingin dibersikhan,
dunia bisnis harus mengambil peran pimpinan didalam memeperkecil polutan dan
menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
4. Investasi sosial. Pada dasanya diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor
yang etis mengandalkan infromasi social yang disajikan dalam laporan tahunan dalam
laporan akuntansinya.

4. Pengungkapan informasi anggaran

Diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor yang etis mengandalkan
informasi social yang disajikan dalam laporan tahunan untuk membuat keputusan investasinya.

Pengungkapan Informasi Penganggaran

Dalam pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait


dengan keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban
perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran tersebut, dan
sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya perusahaan akibat kerugian
yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.

Perubahan posisi SEC menimbulkan beberapa masalah dilihat dari sisi:

1. definisi peramalan laba


2. apakah penggungkapan tersebut bersifat wajib atau operasional
3. kemungkinan keuntungan dari pengungkapan seperti itu

5. Akuntansi dan pelaporan arus kas


Akuntansi aliran kas dipandang oleh pendukungnya sebagai yang terbaik dibandingkan
akuntansi akrual konvensional karena:

1. Dapat menyediakan kerangka analitis untuk menghubungkan kinerja masa lalu,


sekarang dan masa yang akan datang.
2. Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa
mendatang dan yang direncanakan pada kebijakan keuangan.
3. Rasio aliran harga yang didiskon dapat menjadi indikator investasi yang lebih dapat
dipercaya dibandingkan rasio harga dengan earnings saat ini, karen dalam menghitung
earnings per lembar saham menggunakan berbagai metode alokasi yang sembarang.
4. Dapat digunakan untuk mengoreksi perbedaan dalam praktik yaitu antara cara
melaksanakan investasi ( biasanya didasarkan pada aliran kas) dengan cara
mengevaluasi hasil ( biasanya didasarkan pada earnings).

6. Akuntansi sumber daya manusia

1. Manfaat sumber daya manusia

Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia yaitu proses


mengidentifikasi dan mengukur data mengenai sumber daya manusia dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak – pihak yang tertarik. Tujuan utama
akuntansi sumber daya manusia yaitu:

 Identifikasi “nilai sumber daya manusia”.


 Pengukuran cost dan nilai orang pada organisasi.
 Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia.

2. Teori nilai sumber daya manusia

Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan
kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk
memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan
sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang
masa pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan.

a. Determinan dari nilai individual


Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia
adalah nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua
variable:

 Nilai kondisional yang diharapakan individual : produktivitas, kemampuan untuk


dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan.
 Probabilitas bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada
organisasi : terkait dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

b. Determinan dari nilai kelompok

Tiga variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan manusia”(


Likert-Bowers ):

 Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara
langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah
perkembangan dalam organisasi.
 Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan
kinerja organisasi.
 Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh
suatu perusahaan.

3. Pengukuran aktiva sumber daya manusia

a. Metode Biaya Historis

Mengkapitalisasi seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut,


memilih, mempekerjakan, melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang
karyawan (aset manusia), dan kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa
manfaat aset ini dan mengakui kerugian jika melikuidasinya atau meningkatkan
keuntungan potensial dari aset tersebut.

b. Metode Biaya Penggantian

Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam
perusahaan. Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti
pengukuran yang baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan
pasar penting untuk membentuk tafsiran akhir
c. Metode Biaya Oportunitas

Nilai sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada


perusahaan, didasarkan pada konsep opportunity cost.

d. Metode Kompensasi

Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun
adalah nilai sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya.
Kelemahan metode ini adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji
mendatang, lama karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon.

e. Metode Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan

Metode ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan


dengan menggunakan faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas
relatif modal manusia pada perusahaan tertentu.

f. Ukuran Non Moneter

Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah
digunakan seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking
mengenai kinerja individual dan pengukuran sikap.

Anda mungkin juga menyukai