: Hanik Yulistina
NPM
: 12130310003
Kelas
: VI-A1/ Ekonomi-Akuntansi
Mata kuliyah : Teori Akuntansi
PERSPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN
DALAM AKUNTANSI
A. PRESPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN AKUNTANSI
1. Perolehan ilmu akuntansi
Model pembelajaran manusia menurut Kolb et al yaitu kita memperoleh ilmu
pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari
beberapa peristiwa mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran
atas apa yang sedang terjadi. Jika cukup termotivasi, kita dapat menciptakan hipotesis
dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita
untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan
oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus
pengetahuan yang kita peroleh. Begitu juga proses perolehan ilmu akuntansi, yang
berangkat dari fakta-fakta yang diamati dan diitemukan berlanjut ke hipotesishipotesis lalu ke teori-teori umum hingga ke hukum.
2. Klasifikasi penelitian-penelitian akuntansi
C.G. Jung mengklasifikasikan peneliti secara umum dan peneliti akuntansi secara
khusus. Pada dasarnya, Jung mengklasifikasikan individual berdasarkan atas cara
mereka menerima informasi, baik melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka
menerima keputusan, baik melalui pemikiran ataupun perasaan. Kombinasi dari kedua
dimensi ini menghasilkan empat jenis kepribadian:
1) Pengindraan-pemikiran (sensing-thinking-Sts)
2) Pengindraan-perasaan (sensing-feeling-Sfs)
3) Perasaan-intuisi (feeling-intitution_Ifs)
4) Pemikiran-intuisi (thinging-intution-Its)
Tipologi Jung dipergunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan
klasifikasi para peneliti:
1) Ilmuwan Abstrak (Abstract Scientist AS)
Seseorang yang menggunakan indranya dan berpikir, dimotivasi oleh
penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan
fokus padakepastian, keakuratan dan keandalan, serta bergantung pada sebuah
paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
2) Teoritikus Konseptual (Conceptual Theorist CT)
Sesorang yang berpikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak
penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang tejadi dengan berfokus pada
penemuan dan bukan pengujiannya.
3) Humanis Konseptual (Conceptual Humanis CH)
fakta yang diambil satu persatu dari suatu keseluruhan fakta. Fakta-fakta ini
ditandai oleh pola-pola yang terus menerus berubah, membuat perubahan
dan hal baru sebagai kategori-kategori kontekstualistis yang fundamental.
Kebenaran dari kontekstualisme adalah operasional jika dilihat dari
konfirmasi kualitatif dan pengerjaan pragmatis.
13.
ORGANISISME
14. Organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari faktafakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus di
ramalkan. Ia bersifat sintesis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi
dan bukannya fakta-fakta yang berbeda. Semua hal sianggap kohern dan
terintegrasi dengan baik dan memiliki tujuh fitur, diantaranya ;
a. Fragmen-fragmen pengalaman yang muncul
b. Nexus-nexus atau sambungan-sambunga yang secara spontan
mengarah sebagai akibat dari gangguan-gangguan
c. Tradisi, jurang pemisah, perlawanan atau tindakan tandingan terhadap
resolusi dalam
d. Suatu keseluruhan organik
e. Yang implisit dalam fragmen dan
f. Melebihi kontradiksi-kontradiksi sebelumnya melalui cara-cara suatu
totalitas koheren, yang
g. Membuat lebih ekonomis, menghemat, memelihara semua fragmenfragmen pengalaman asli tanpa satu pun kerugian.
15. Formisme dalam akuntansi
16.
Fenomena dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan
perbedaan diantara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa
mempeertimbangkan adanya kemungkinan hubungan diantara mereka. Aspek dari
bidang akuntansi ini ditandai oleh metodelogi klasifikasi yang tak kenal lelah.
Penyelidikan formisme berfokus pada karakter taksonomis dari objek studi dan
bukannya penyebab-penyebab dari kesamaan dan perbedaan. Objek studinya
diasumsikan memut kesamaan-kesamaan yang sistematis dan independen dari
pengamat, dan tugas dari para peneliti akuntansi adalah untuk menemukan apakah
kesamaan tersebut.
17. Mekanisme dalam akuntansi
18.
Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan
dan perbedaan diantara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk
hubungan kuantitatif yang memungkinkan dilakukannya penguraian dan peramalan.
Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin
mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu
representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek
penelitian akuntansi.
19.
Masalah yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah
adanya asumsi tidak langsung bahwa ;
1) Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant)
2) Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant)
20. Kontekstualisme dalam akuntansi
21.
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari faktafakta independen yang diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks
spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat
dalam setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal-hal
baru. Mereka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka. Dengan adanya
pemikiran akan perubahan ini, analisis menurut suatu konteks tertentu akan memiliki
asumsi ontologis bahwa dunia sosial atau dunia akuntansi akan selalu terus bergerak.
Perbedaan fundamental antara kontekstualisme dan formisme dalam akuntansi adalah
bahwa fakta-faktanya kini dikumpulkan kedalam konteks-konteks spesifik.
22.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis
dari fakta-fakta yang hanya diverifikasi secara langsung, fakta-fakta yang spesifik
terhadap situasi teertentu, seperti misalnya pada industri tertentu. Sehingga hasil
akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas. Hal ini merupakan suatu dilema
yang serius bagi kontekstialisme dalam akuntansi, yaotu untuk baik
menerimakekhusussan maupun mengakui adanya perubahan-perubahan secara
konstan didalamkonteks.
23. Organisisme di dalam akuntansi
24.
Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan
berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari faktafakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus
diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi
dari keteraturan empirik di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam
bentuk analisis statistik. Organisisme dalam akuntansi dipandang sebagai salah satu
faktor yang penting dalam penelitian akuntansi di masa depan. Organisisme dalam
akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada
konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikannya
menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap. Organisisme dalam akuntansi perlu pula
untuk mengidentifikasikan urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam
suatu telos, suatu keseluruhan yang mendetail. Apa yang tampak seperti peristiwaperistiwa akuntansi yang berbeda selanjutnya akan dihubungkan dalam sebuah
harmoni yang memiliki arti sebuah sintesis yang lebih tinggi, klasifikasi atas anomali
dan fokus pada struktur mendasar yang komprehensif. Hasil akhirnya adalah sebuah
dunia akuntansi yang koheren dan terintegrasi dengan baik.
25.
D. PRESPEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI
26. Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang
awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik,
metodology, dan jenis wacananya. Kenyataannya ternyata sangat berbeda. Sebuah
pendekatan yang diterapkan oleh Burrell dan Morgan dalam analisis oraganisasional
dapat digunakan untuk membedakan pandangan strukturalis radikal.
1. Kerangka kerja Burrel dan Morgan
1) Hakikat dari ilmu sosial
27. Empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu
sosial, yaitu:
41.
Adapun keterbatasan dalam paradigma interpretatif yakni:
1) Paradigma ini berasumsi bahwa seorang pengamat quasidivine dapat
memahami tindakan sosial hanya melalui subjektivitas saja dan tanpa
interferensi
2) Menciptakan sebuah ilusi mengenai ilmu yang murni dengan menggunakan
garis pemikiran sacara monologis.
3) Gagal menjadi penuntut perubahan.
4. Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
42.
Pandangan ini berfokus pada penjelasan tatanan sosial dari perspektif
seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis dan memberikan penekanannya pada
bentuk-bentuk dari perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua penelitian
yang memperkecil kritik filosofis yang diberikan pada beberapa metodologi normatif.
Dalam bentuk teori kritis ia mensyaratkan dua bentuk analisis:
1) Suatu analisis taksonomis atas kepentingan-kepentingan ontologis,
epistemologis, dan metodologis yang mendasari ilmu organisasional
2) Suatu kritik mengenai dinamika yang saling memengaruhi dari penelitian, teori,
dan praktik. Ia akan memperluas kritik epistemiknya hingga mencakup:
a. Sebuah pembahasan mengenai keterbatasan yang dimilikioleh bentukbentuk penyelidikan alternatif.
b. Analisis mengenai hubungan antara komunitas peneliti organisasional dan
para praktisi serta organisasional
c. Pengakuan atas sasaran praktis dari setiap bentuk penelitian tertentu.
43. Para akuntan klasik atau fungsional menuduh para humanis sebagai kaum partisan
dan nonakademik. Burrell dan Morgan, para humanis sering diistilahkan sebagai
orang-orang radikal yang bersikeras untuk meniup nyala api kesadaran
revolusioner, atau sebagai eksistensialis tidak berakal yang tidak mau atau tidak
dapat menyesuaikan diri terhadap kenyataan hidup dunia sehari-hari dan
menerima kemajuan yang telah terjadi
5. Pandangan struktualis radikal dalam akuntansi
44.
Pandangan ini mencari perubahan radikal, emansipasi, dan
potensionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik
struktural, cara-cara dominasi, kontradiksi dan penghapusan hak. Paradigma ini
mencipataka teori-teori akuntansi yang didasarkan atas metafora-metafora seperti alat
dominasi, sistem skismatis, dan bencana.
45.
Para akuntan strukturalis memiliki pandangan yang objektif atas alam
sosial namun juga berfokus pada kencenderungan terjadinya kontradiksi dan krisis
yang ditimbulkan oleh proses akuntansi. Sehubungan dengan akuntansi perusahaan,
pemdekatan ini akan berfokus pada kebebasan relatif dari berbagai praktik ,
kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan ekonomis dan politis yang nyata.
Perkembangan akuntansi dapat dilihat sabagai sebuah proses sui generis, atau
didefinisikan dari dalam.
46.
E. FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI
1. Akuntansi berbasis ekonomi marginal
47.
Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik
ditunjukkan oleh dua penekanan yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan
masayarakt sebagai model yang akan membantu melakukan peran tersebut dan
mmberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi,
akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
52. D.J Cooper dan M. J Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi
ekonomi politis:
1) AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat
dan maka dari itu hendakanya berfokus pada dampak-dampak dari laporan
akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
Masyarakat dikendalikan oleh kaum elite atau terdapat konflik sosial yang terus
menerus antara golongan-golongan yang pada dasarnya antagonis.
2) AEP hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang spesifik
dari masyarakat dimana ia beroperasi, yaitu bahwa:
a. Ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar
b. Ketidaksetaraan merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi
c. Negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi,
dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelajarannya,
dalam melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaanperusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya
sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3) AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipasif akan motivasi
manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai
pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi
maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri
serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.
3. Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
53.
Untuk meni dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan
telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha
tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah
lingkungan sosial dan ekonomi.
54.