Anda di halaman 1dari 10

Nama

: Hanik Yulistina
NPM
: 12130310003
Kelas
: VI-A1/ Ekonomi-Akuntansi
Mata kuliyah : Teori Akuntansi

PERSPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN
DALAM AKUNTANSI
A. PRESPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN AKUNTANSI
1. Perolehan ilmu akuntansi
Model pembelajaran manusia menurut Kolb et al yaitu kita memperoleh ilmu
pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari
beberapa peristiwa mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran
atas apa yang sedang terjadi. Jika cukup termotivasi, kita dapat menciptakan hipotesis
dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita
untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan
oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus
pengetahuan yang kita peroleh. Begitu juga proses perolehan ilmu akuntansi, yang
berangkat dari fakta-fakta yang diamati dan diitemukan berlanjut ke hipotesishipotesis lalu ke teori-teori umum hingga ke hukum.
2. Klasifikasi penelitian-penelitian akuntansi
C.G. Jung mengklasifikasikan peneliti secara umum dan peneliti akuntansi secara
khusus. Pada dasarnya, Jung mengklasifikasikan individual berdasarkan atas cara
mereka menerima informasi, baik melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka
menerima keputusan, baik melalui pemikiran ataupun perasaan. Kombinasi dari kedua
dimensi ini menghasilkan empat jenis kepribadian:
1) Pengindraan-pemikiran (sensing-thinking-Sts)
2) Pengindraan-perasaan (sensing-feeling-Sfs)
3) Perasaan-intuisi (feeling-intitution_Ifs)
4) Pemikiran-intuisi (thinging-intution-Its)
Tipologi Jung dipergunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan
klasifikasi para peneliti:
1) Ilmuwan Abstrak (Abstract Scientist AS)
Seseorang yang menggunakan indranya dan berpikir, dimotivasi oleh
penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan
fokus padakepastian, keakuratan dan keandalan, serta bergantung pada sebuah
paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
2) Teoritikus Konseptual (Conceptual Theorist CT)
Sesorang yang berpikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak
penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang tejadi dengan berfokus pada
penemuan dan bukan pengujiannya.
3) Humanis Konseptual (Conceptual Humanis CH)

Seseorang yang menggunakan intuisi dan perasaanya, berfokus oada


kesejahteraan manusia yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya
ke arah kebaikan dari umat manusia secara umum.
4) Humanis Khusus (Partikular Humanist PH)
Seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan
keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang
unik daripada suatu akhir teoritis yang abstrak.
B. PRESPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDIOLOGI VERSUS NOMOTESIS
Pendekatan nomotesis hanya mencoba untuk mencari hukum dan menerapkan
prosedur-prosedur yang telah di sampai kan oleh ilmu pasti. Psikologi secara umum telah
berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu yang sepenuhnya
nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan ideografis berusaha untuk memahami
beberapa peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat.
Burrell dan Morgan memberikan suatu definisi yang mendalam mengenai baik
nomotesis maupun ideografi. Pendekatan ideografis adalah:
Didasarkan atas pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial
dengan pertama kali memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang
diselidiki. Ia kemudian memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek
tersebut dan menekan kan analisis dari catatan-catatan subjektif yang di hasilkan
dengan masuk ke dalam situasi dan melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari,
analisis yang rinci dari wawasan yang di ciptakan oleh interaksi sejenis dengan subjek
dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan impresionistis yang di temukan
dalam buku harian, biografi, dan catatan-catatan jurnalistis.
Pada sisi yang lain, pendekatan nomotesis adalah:
Mendasarkan penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh
pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Ia
disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah dan penggunaan teknik-teknik kuantitatif
dalam analisis data. Survei, kuesioner, tes-tes kepribadian dan semua jenis instrumen
penelitian yang telah distandardisasi marupakan alat-alat penting paling utama, yang
menyusun meodologi nomotesis.
Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah pada akhirnya ia harus
mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut:
1) Melakukan baik penelitian nomotesis maupun ideografis dan agregatnya
2) Melakukan penelitian nomotesis dan ideografis secara bergantian, menggunakan
kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari
keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki
metode lainnya dibeberapa kasus lainnya.
3) Mengembangkan sebuah ilmu baru.
C. PRESPEKTIF ILMU AKUNTANSI
Memberikan empat pendekatan berbeda dalam memperoleh dan mengklasifikasikan
ilmu pengetahuan formal dalam akuntansi. Keempat pendekatan tersebut adalah :
1) Formisme
3) Kontekstualisme
2) Mekanisme
4) Organisisme

1. Hipotesis dunia oleh Stephen Pepper


2. Penyempurnaan kognitif dapat dicapai melalui :
1) Bukti pendukung Multiplikatif, suatu konfirmasi atas fenomena oleh beragam
subjek
2) Bukti pendukung struktural, penggunaan teori dan hipotesis mengenai dunia dan
konfirmasinya oleh data empiris.
3.
4. Hipotesis Dunia dapat di tandai sebagai berikut :
1) Formisme terdiri atas teori teori analitis dan dispresif
2) Mekanisme terdiri atas teori teori analitis dan integrative
3) Kontekstualisme terdiri atas teori teori sintesis dan dispersive, serta
4) Organisisme terdiri atas teori teori sistesis dan integrative.
5.
FORMISME
6.
Secara Filosofis terhubung dengan kenyataan dan idealism
platonik, dengan eksponen eksponen seperti Plato dan Aristoteles.
Hipotesis ini terdiri atas teori teori analitis dan dispersive. Metafora
akarnya adalah kesamaan. Uraian dalam formisme terdiri dari 3 kategori.
Yaitu ;
a. Karakter
b. Kekhususan
c. Partisipassi
7.
MEKANISME
8. Pengetahuan berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri:
a. Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang
memiliki lokasi-lokasi tertentu.
b. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai
dengan sifat utama dari mesin tersebut.
c. Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan
sebagai rumus-rumus fungsional atau korelasi-korelasi statistik.
d. Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang
dapat dinyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara
langsung dengan objek studi; mereka adalah sifat-sifat sekunder.
e. Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secara prinsip dengan
objek.
f. Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil diantara
sifat-sifat sekunder.
9.
10. Teori kebenaran dari mekanisme adalah apakah mesin tersebut bekerja,
yang akhirnya sampai kepada mampu tidaknya pengetahuan seseorang
meramalkan hasil hasil dari penyesuaian spontan ( casual adjustment )
yang terjadi dalam system.
11.
KONTEKSTUALISME
12. Kontekstualisme bersifat sintesis, dimana ia berfokus pada pola, suatu
keseluruhan objek studi dimana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-

fakta yang diambil satu persatu dari suatu keseluruhan fakta. Fakta-fakta ini
ditandai oleh pola-pola yang terus menerus berubah, membuat perubahan
dan hal baru sebagai kategori-kategori kontekstualistis yang fundamental.
Kebenaran dari kontekstualisme adalah operasional jika dilihat dari
konfirmasi kualitatif dan pengerjaan pragmatis.
13.

ORGANISISME
14. Organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari faktafakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus di
ramalkan. Ia bersifat sintesis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi
dan bukannya fakta-fakta yang berbeda. Semua hal sianggap kohern dan
terintegrasi dengan baik dan memiliki tujuh fitur, diantaranya ;
a. Fragmen-fragmen pengalaman yang muncul
b. Nexus-nexus atau sambungan-sambunga yang secara spontan
mengarah sebagai akibat dari gangguan-gangguan
c. Tradisi, jurang pemisah, perlawanan atau tindakan tandingan terhadap
resolusi dalam
d. Suatu keseluruhan organik
e. Yang implisit dalam fragmen dan
f. Melebihi kontradiksi-kontradiksi sebelumnya melalui cara-cara suatu
totalitas koheren, yang
g. Membuat lebih ekonomis, menghemat, memelihara semua fragmenfragmen pengalaman asli tanpa satu pun kerugian.
15. Formisme dalam akuntansi
16.
Fenomena dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan
perbedaan diantara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa
mempeertimbangkan adanya kemungkinan hubungan diantara mereka. Aspek dari
bidang akuntansi ini ditandai oleh metodelogi klasifikasi yang tak kenal lelah.
Penyelidikan formisme berfokus pada karakter taksonomis dari objek studi dan
bukannya penyebab-penyebab dari kesamaan dan perbedaan. Objek studinya
diasumsikan memut kesamaan-kesamaan yang sistematis dan independen dari
pengamat, dan tugas dari para peneliti akuntansi adalah untuk menemukan apakah
kesamaan tersebut.
17. Mekanisme dalam akuntansi
18.
Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan
dan perbedaan diantara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk
hubungan kuantitatif yang memungkinkan dilakukannya penguraian dan peramalan.
Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin
mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu
representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek
penelitian akuntansi.
19.
Masalah yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah
adanya asumsi tidak langsung bahwa ;
1) Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant)
2) Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant)
20. Kontekstualisme dalam akuntansi

21.
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari faktafakta independen yang diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks
spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat
dalam setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal-hal
baru. Mereka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka. Dengan adanya
pemikiran akan perubahan ini, analisis menurut suatu konteks tertentu akan memiliki
asumsi ontologis bahwa dunia sosial atau dunia akuntansi akan selalu terus bergerak.
Perbedaan fundamental antara kontekstualisme dan formisme dalam akuntansi adalah
bahwa fakta-faktanya kini dikumpulkan kedalam konteks-konteks spesifik.
22.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis
dari fakta-fakta yang hanya diverifikasi secara langsung, fakta-fakta yang spesifik
terhadap situasi teertentu, seperti misalnya pada industri tertentu. Sehingga hasil
akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas. Hal ini merupakan suatu dilema
yang serius bagi kontekstialisme dalam akuntansi, yaotu untuk baik
menerimakekhusussan maupun mengakui adanya perubahan-perubahan secara
konstan didalamkonteks.
23. Organisisme di dalam akuntansi
24.
Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan
berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari faktafakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus
diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi
dari keteraturan empirik di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam
bentuk analisis statistik. Organisisme dalam akuntansi dipandang sebagai salah satu
faktor yang penting dalam penelitian akuntansi di masa depan. Organisisme dalam
akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada
konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikannya
menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap. Organisisme dalam akuntansi perlu pula
untuk mengidentifikasikan urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam
suatu telos, suatu keseluruhan yang mendetail. Apa yang tampak seperti peristiwaperistiwa akuntansi yang berbeda selanjutnya akan dihubungkan dalam sebuah
harmoni yang memiliki arti sebuah sintesis yang lebih tinggi, klasifikasi atas anomali
dan fokus pada struktur mendasar yang komprehensif. Hasil akhirnya adalah sebuah
dunia akuntansi yang koheren dan terintegrasi dengan baik.
25.
D. PRESPEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI
26. Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang
awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik,
metodology, dan jenis wacananya. Kenyataannya ternyata sangat berbeda. Sebuah
pendekatan yang diterapkan oleh Burrell dan Morgan dalam analisis oraganisasional
dapat digunakan untuk membedakan pandangan strukturalis radikal.
1. Kerangka kerja Burrel dan Morgan
1) Hakikat dari ilmu sosial
27. Empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu
sosial, yaitu:

a. Asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari


fenomena akuntansi yang melibatkan perbedaan-perbedaan nomimalismerealisme. Perdebatan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada
di luar kesadaran individu adalah merupakan penggabungan nama-nama
asli, konsep, dan judul yang merupakan struktur pada kenyataan.
b. Perdebatan tentang epistemologis, yang berkaitan dengan dasar
pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivismepositivisme.
c. Perdebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan
lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme.
d. Perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode
yang digunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam
sosial, melibatkan perdebatan ideologis-nonotetis.
2) Hakikat dari masyarakat
28. Yakni perdebatan susunan konflik atau perdebatan regulasi-perubahan
radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan
berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu
regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan
masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural
mendalam, cara-cara pendominasian, dan pertentangan struktural yang terjadi
pada masyarakat modern. Seperti yang disoroti oleh Burrel dan
Morgan,sosiologi regulasi berkaitan dengan status quo, tatanan sosial,
solidaritas, aktualisasi, sedangkan sosiologi perubahan radikal berkaitan dengan
konflik struktural, emansipasi, perampasan hak.
3) Kerangka kerja untuk analisis penelitian
29. Burrell dan Morgan mengembangkan suatu skema yang koheren untuk
melakukan analisis atas teori sosial secara umum dan analisis organisasional
secara khusus. Skema ini terdiri atas empat paradigma yang berbeda dan diberi
nama sebagai
a. Humanis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi
subjektif.
b. Strukturalis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi
objektif.
c. Interpretatif, yang ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi.
d. Fungsionalis, yang ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi.
30.
31.
2. Pandangan fungsionalis dalam akuntansi
32.
Pandangan fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada penjelasan
keteraturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari
sudut pandang seorang realis, positivis, determinis, dan nomotetis. Paradigma
fungsionalis dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia
nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat
diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah. Dalam fungsionalis
struktural, paradigma fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada penetapan fungsifungsi yang dibutuhkan oleh akuntansi untk menjalankan operasi organisasi secara

efektif. Fungsi-fungsi ini adalah prasyarat fungsional atau keharusan fungsional


dari adaptasi pencapaian sasaran, integrasi dan latensi atau pemeliharaan pola. Untuk
mencapai keharusan-keharusan tersebut, maka didefinisikanlah struktur atau elemen
dari akuntansi. Objektivisme dengan komitmennya kepada model dan metode yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam adalah cara utama dalam penelitian dan pembuatan
teori akuntansi.
33.
Pandangan fungsionalis dalam akuntansi menandai apa yang secara
umum diterima sebagai suatu penelitian akuntansi konvensional. Asumsi-asumsinya
yang dominan meliputi hal-hal berikut ini: Teori dipisahkan dari pengamatan yang
dapat digunakan untuk memverifikasi ataupun menyalahkan sebuah teori. Perhitungan
hipotesis-deduktif dari penjelasan ilmiah dapat diterima. Sedangkan metode
kuantitatif dari analisis dan pengumpulan data yang memungkinkan adanya
generalisai adalah metode yang lebih disukai.
3. Pandangan interpretatif dalam akuntansi
34.
Pandangan interpretatif dalam akuntansi berfokus pada menjelaskan
tatanan sosial dari sudut pandangan seorang normalis, antipositivis, voluntaris, dan
ideologis. Fenomenologi, jika diterapkan pada akuntansi, akan mencoba untuk
menampakkan secara eksplisit, esensi-esensi yang tidak dapat ditunjukkan oleh
pengamatan positivis biasa. Paradigma interpretatif dalam akuntansi, meskipun masih
sangat muda, telah berfokus pada:
1) Kemampuan dari informasi untuk membentuk kenyataan
2) Peran dari akuntansi sebagai sebuah alat linguistik
3) Peran-peran dan gambaran lain yang dapat dilaksanakan oleh akuntansi.
35.
36.
Bagi para interpretatis, akuntansi tidak lebih dari hanya sekedar nama,
konsep, dan label yang digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ia hanya
dapat dimengerti dari sudut pandang piha-pihak yang terlibat langsung dalam
pembuatan, komunikasi, dan penggunaannya. Secara metodologis, metode-metode
ideografis dan bukannya metode hipotesis-deduktiflah yang dibutuhkan untuk
menghidupkan kembali definisi pelaksana atas masalah. Oleh karenanya, asumsiasumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah:
1) Percaya pada pengetahuan
37.
Penjelasan ilmiah yang dimaksud manusia. Kecukupan mereka dinilai
melalui kriteria konsistensi logis, interpretasi subjektif dan persetujuan dengan
interpretasi akal sehat si pelaksana.
2) Percaya pada kenyataan fisik dan sosial
38.
Kenyataan sosial adalah suatu hal yang akan segera terjadi, diciptakan
secara subjektif, dan diobjekttifikasi melalui interaksi manusia. Seluruh
perbuatan mempunyai arti dan maksud yang secara retrospektif deberkahi dan
didasarkan atas praktik-praktik sosial dan historis. Tatanan sosial sudah
dipastikan. Konflik diatasi melalui skema-skema umum yang memiliki arti
sosial.
3) Hubungan antara teori dan praktik
39.
Teori mencoba untuk menjelaskan tindakan dan untuk memahami
bagaimana tatanan sosial diciptakan kembali.
40.

41.
Adapun keterbatasan dalam paradigma interpretatif yakni:
1) Paradigma ini berasumsi bahwa seorang pengamat quasidivine dapat
memahami tindakan sosial hanya melalui subjektivitas saja dan tanpa
interferensi
2) Menciptakan sebuah ilusi mengenai ilmu yang murni dengan menggunakan
garis pemikiran sacara monologis.
3) Gagal menjadi penuntut perubahan.
4. Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
42.
Pandangan ini berfokus pada penjelasan tatanan sosial dari perspektif
seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis dan memberikan penekanannya pada
bentuk-bentuk dari perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua penelitian
yang memperkecil kritik filosofis yang diberikan pada beberapa metodologi normatif.
Dalam bentuk teori kritis ia mensyaratkan dua bentuk analisis:
1) Suatu analisis taksonomis atas kepentingan-kepentingan ontologis,
epistemologis, dan metodologis yang mendasari ilmu organisasional
2) Suatu kritik mengenai dinamika yang saling memengaruhi dari penelitian, teori,
dan praktik. Ia akan memperluas kritik epistemiknya hingga mencakup:
a. Sebuah pembahasan mengenai keterbatasan yang dimilikioleh bentukbentuk penyelidikan alternatif.
b. Analisis mengenai hubungan antara komunitas peneliti organisasional dan
para praktisi serta organisasional
c. Pengakuan atas sasaran praktis dari setiap bentuk penelitian tertentu.
43. Para akuntan klasik atau fungsional menuduh para humanis sebagai kaum partisan
dan nonakademik. Burrell dan Morgan, para humanis sering diistilahkan sebagai
orang-orang radikal yang bersikeras untuk meniup nyala api kesadaran
revolusioner, atau sebagai eksistensialis tidak berakal yang tidak mau atau tidak
dapat menyesuaikan diri terhadap kenyataan hidup dunia sehari-hari dan
menerima kemajuan yang telah terjadi
5. Pandangan struktualis radikal dalam akuntansi
44.
Pandangan ini mencari perubahan radikal, emansipasi, dan
potensionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik
struktural, cara-cara dominasi, kontradiksi dan penghapusan hak. Paradigma ini
mencipataka teori-teori akuntansi yang didasarkan atas metafora-metafora seperti alat
dominasi, sistem skismatis, dan bencana.
45.
Para akuntan strukturalis memiliki pandangan yang objektif atas alam
sosial namun juga berfokus pada kencenderungan terjadinya kontradiksi dan krisis
yang ditimbulkan oleh proses akuntansi. Sehubungan dengan akuntansi perusahaan,
pemdekatan ini akan berfokus pada kebebasan relatif dari berbagai praktik ,
kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan ekonomis dan politis yang nyata.
Perkembangan akuntansi dapat dilihat sabagai sebuah proses sui generis, atau
didefinisikan dari dalam.
46.
E. FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI
1. Akuntansi berbasis ekonomi marginal
47.
Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik
ditunjukkan oleh dua penekanan yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan

objektivitas dan independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandagan atas


kedaulatan dari masing-masing pemilik, yang mengabaikan pemisahan antara
kepemilikan dan manajemen, maupun pandangan yang secara eksplisit mengakui
pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan
sebagai pihak yang sah memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya
tertentu. Penekanan yang kedua menempatkan akuntan pada posisi seorang sejarawan
dan akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari pertukaran historis dengan
objektivitas sebagai tujuan terpenting. Kedua penekanan ini membatasi pada praktik
dan pengajaran akuntansi.
48.
Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang didasarkan pada
nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai kemungkinan
konsumsi di masa datang yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang (present value)
dan aliran arus kas mereka. Menurut Tinker, bahwa dalam membandingkan proyekproyek investasi modal alternatif, akuntansi berdasarkan ekonomi marginal tidak
memberikan suatu solusi yang unik. Perbandingan tersebut akan bergantung pada
pemilihan tingakt suku bunga. Proyek yang paling dibutuhkan bagi suatu masyarakat
hanya dapat dipastikan dengan menggunakan satu tingkat bunga tertentu, yang cocok
bagi perusahaan yang menggunakan biaya modalnya sebagai tingkat bunga. Akan
tetapi, dengan melihat berbedanya biaya modal untuk tiap-tiap perusahaan, maka
perhitungannyapun akan tidak dapat ditentukan. Hal ini menjadi alasan untuk
menggunakan suatu tingkat suku bunga pasar tertentu dalam memutuskan apakah satu
proyek akan lebih menguntungkan secara sosial jika dibandingkan dengan proyek
yang lain. Begitupula, D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar
bergantung pada penawaran dan permintaan modal moneter, yang selanjutnya akan
bergantung pada tingkat suku bunga pasar. Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan
sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.
2. Akuntansi ekonomi politis
49.
Akuntansi ekonomi politisi dipicu oleh adanya keterbatasan dari
ekonomi marginal dan keunggulan dari ekonomi politis. Ekonomi politis mengakui
adanya dua dimensi modal: satu sebagai instrumen (fisik) dari produksi dan satu lagi
sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam sebuah organisasi sosial.
Perbedaan bentuk masayarakat terjadi dan ditandai oleh perbedaan institusi-institusi
sosial. Disini akuntansi memainkan sebuah peranan ideologis dalam melegitimasi
ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam membingungkan hubungan
antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi
kekuatan yang tidak merata. Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang
akuntansi ekonomi politis.
50.
Definisi yang baik dari akuntansi ekonomi politis ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
51. Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif,
deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka keja
yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari
laporan-laporan akuntansi dalam ekonomi secara keseluruhan. Dalam
pelaksanaanya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari

masayarakt sebagai model yang akan membantu melakukan peran tersebut dan
mmberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi,
akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
52. D.J Cooper dan M. J Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi
ekonomi politis:
1) AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat
dan maka dari itu hendakanya berfokus pada dampak-dampak dari laporan
akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
Masyarakat dikendalikan oleh kaum elite atau terdapat konflik sosial yang terus
menerus antara golongan-golongan yang pada dasarnya antagonis.
2) AEP hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang spesifik
dari masyarakat dimana ia beroperasi, yaitu bahwa:
a. Ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar
b. Ketidaksetaraan merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi
c. Negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi,
dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelajarannya,
dalam melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaanperusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya
sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3) AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipasif akan motivasi
manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai
pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi
maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri
serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.
3. Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
53.
Untuk meni dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan
telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha
tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah
lingkungan sosial dan ekonomi.
54.

Anda mungkin juga menyukai