Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI KELOMPOK 9

Retno Kiyarsi (1810104005)


Maya Octavia (1810104031)
Nurul Mahmudah (1810104034)

RESUME BAB II: PENGENALAN TEORI

BERBAGAI PANDANGAN TERHADAP AKUNTANSI


1. Sebagai Catatan historis, (kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan
2. Sebagai Bahasa (manajemen harus mengkomunikasikan informasi yang diolahnya ke pada
pihak pihak terkait.)
3. Sebagai politik antar perusahaan, (mendukung nilai nilai dan kebutuhan kelompok tertentu
dan digunkana sumber untuk membuat keputusan)
4. Sebagai penentu standar adalah proses politik
5. Sebagai mitologi ,(sebagai sumber sumber yang bersifat sosial untuk mempertahankan
mitos rasionalisasi)
6. Sebagai informasi komunikasi dan keputusan (berorientasi pada tindakan)
7. Sebagai barang ekonomi,(memiliki unsur biaya dan manfaat)
8. Sebagai komoditi sosial, (dapat mempengaruhi kesejahteraan atau kemakmuran kelompok
tertentu dlm masyarakat)
9. Sebagai ideology dan eksploitasi (mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan kelompok
elit tertentu atas beban kerugian pada masyarakat luas dan karyawan )
10. Sebagai klub sosial, (mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan tujuan tujuan
akunatansi)

TEORI
 Menurut Braithwaite, :
Teori ilmiah merupakan system deduktif dimana konsekuensi yang diobservasi secara logis
mengikuti hubungan antara fakta yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari system
tersebut.
 Menurut Popper
Teori adalah are yang digunakan untuk menangkap apa yang kita namakan dunia untuk
merasionalkan dan menjelaskan.
 Teori dapat dikatakan sebagai argument logis, sedang pernyataan terhadap keyakinan baik
berupa penjelasan, prediksi atau preskripsi merupakan hipotesis.

PERUMUSAN TEORI
Pembentukan teori berawal dari fenomena yang terjadi dalamkehidupan manusia.
Teori Sebagai bahasa
 Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa baik bersifat verbal atau matematis.
 Teori dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (symbol)
 Unsur teori :
1. Sintaktik, adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara symbol dengan
symbol, dapat dianalisis dengan metode analitik yang didasarkan pada silogisme, yang
memiliki seprangkat pernyataan dan konklusi.
2. Semantik, menunjukkan makna atau hubungan antara kata vtanda atau symbol dengan
obyek didunia nyata. Keakuratan seminatik suatu pernyataan ditentukan oleh
keakuratan deskriptif yang ada didunia nyata. Hubungan semantic , hipotesis, atau teori
mengandung unsur empiris dan sintaksis.
3. Pragmatis, menunjukkan bahwa pengaruh kata kata atau symbol terhadap seseorang,
dengancara mengamati reaksi seseorang terhadap pesan yang sama dengan cara yang
berbeda.
Teori sebagai penalaran
Dimana terori tersebut dihasilkan bisa melalui argument/penalaran yang berasal dari sesuatu
yang bersifat umum ke khusus (penalaran deduktif) dan dari sifat khusus ke umum.(penalaran
induktif).
1. Pendekatan Deduktif, metode yang digunakan aksioma atau matematika. diawali dengan
pemakaian asumsi dasar dan aturan aturan yang akan digunakan menarik kesimpulan logis
dari masalah yang dianalisis.
2. Pendekatan induktif, didasarkan pada pembuatan kesimpulan yang berasal dari generalisasi
atas fenomena yang bersifat khusus. Kebenaran dari suatu teori tidak didasarkan pada alur
logikanya tetapi pada pengujian secara empiris.
Teori sebagai justifikasi (Pembenaran)
merupakan pendekatan dalam perumusana teori yang bersifat normative, sehingga sebagai
resep untuk dijadikan acuan dalam praktik tentang apa yang seharusnya dilakukan.
Teori sebagai penjelasan dan prediksi
Teori dianggap bebas nilai (netral), sehingga teori dirumuskan berdasar bukti empiris untuk
menjelaskan praktik dan memprediksi yang akan terjadi.

PENGUJIAN TERHADAP TEORI


Saat pengujian suatu teori memerlukan kriteria yang jelas untuk kebenaran tori tersebut.
sehingga dalam pengujian definisi kebenaran dan kriteria kebenaran harus dibedakan.
Tiga kriteria dasar yang digunakan untuk meyakini benar atau salahnya suatu pernyataan:
1. Dasar Dogmatis, pembenaran suatu pernyataan oleh orang lain karena pernyataan tersebuat
dibuat berdasarkan suatu otoritas tertentu, karena adanya unsur agama, politik, karisma dan
posisi orang yang membuat pernyataan tersebut.
2. Terbukti Sendiri, dimana kebenaran terbukti sendiri adalah kelogisan, perasaan ,kejelasan
dari pernyataan yang didasarkan pada pengetahuan umum, pengalaman, dan pengamatan.
3. Dasar ilmiah, setiap unsur teori menghasilkan metode ilmiah yang berbeda dalam
merumuskan atau mengembangkan suatu teori.
cara untuk mengembangkan dan menguji teori ilmiah seringkali menimbulka perdebatan,
seperti
a Sintaksis dan Induksi
Sintaksis, pengjian ini merupakan dasar pengujian kebenaran teori dengan
menggunakan logika atau penalaran tertentu.
Induksi, dimana kebenaran dan kesalahan teori hanya dibuktikan melalui pembuktian
empirus,.
b Falsifikasi, menurut popper, yang tidak puas terhadap teori induktif,,tujuan dari
penelitian ilmiah adalah untuk membuktikan kesalahan hipotesis dan teori adalah
hipotesis yang belum dibuktikan kesalahannya.
c Paradigma dan Revolusi, dikembangkan oleh Thomas Kuhn, bahwa kemajuan
pengetahuan bukan hasil evolusi,melainkan dari hasil revolusi.
d Research Programmers, menurut Laktos, teori ilmiah merupakan suatu struktur yang
terdiri dari beberapa asumsi dasar yang dinamakan hard core dan seperangkat hipotesis
tang dinamakan protective belt of auxiliary hypothese. Cara ini dianggap progresif jika
:
 Memiliki positif heuristic yang memberikan kesempatan untuk penelitian.
 Menghasilkan fenomena baru dari waktu ke waktu.
RESUME ARTIKEL 1
“Pergulatan Metodologi Dan Penelitian Kualitatif Dalam Ranah Ilmu”

Pemanfaatan metode kuantitatif dan kualitatif pada akuntansi memunculkan


perdebatan, karena metode kuantitatif telah melekat pada penelitian akuntansi sehingga
penelitian kuantitatif pada posisi atas dan penelitian kualitati termarginisasi. Perbebatan yang
muncul membuat penelitian kualitatif kurang mendapat pasaran dan perlu diluruskan.
Perdebatan metodologi bertalian dengan metode apa yang tepat dipakai untuk mengkaji fakta
sosial. Perdebatan epistemologi yang terjadi dalam ilmu akuntansi juga tidak dapat dipisahkan,
karena mengatur interaksi masyarakat menyajikan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan. Akuntansi merupakan fakta sosial, dalam memahami perilaku manusia yang
dibentuk akuntansi sebagai fakta sosial, peneliti seharusnya mendeskripsikan fakta sosial tanpa
dibingungkan pengetahuan subjrktifnya. Masalahnya, sejauh mana peneliti soshum mencapai
akses pengetahuan objek kajiannya. Sehingga, perdebatan ini bukan hanya aspek metodologi
namun juga aspek epistemologi.
Sejak abad ke XVIII dan awal abad ke XIX, penganut epistemologi naturalistik-
positivistik (epistemologi arus utama) berjaya, ini berkaitan dengan keunggulan teori dan
metodologi ilmu positivistik yang terbukti yaitu lahirnya industrialisasi. Epistemologi
naturalistik-positivistik ini bersumber dari pemikiran Comte yaitu fenomena sosial memiliki
karakteristik sama dengan fenomena alam. Logika ini dapat pula ditemukan dalam ilmu
akuntansi. Sisi yang berlawanan yaitu epistemologi humanistik-kulturalistik yang disebut studi
humanistik atau pendekatan subjektifn metode yang digunakan yaitu observasi partisipasi,
penelitian biografi, dan deskripsi mendalam. Epistemologi ini berasal dari Wilhelm Dilthey
yang membedakan ilmu menjadi Geisteswissenschften yaitu ilmu tentang manusia dan
fenomena alam, serta Naturwissenshaften yaitu ilmu alam. Epistemologi humanistik-
kulturalistik terkait dengan Geisteswissenschften dan epistemologi naturalistik-positivistik
terkait dengan Naturwissenshaften. Dalam akuntansi, epistemologi humanistik-kulturalistik
memiliki pengaruh yaitu pemikiran yang menyatakan praktek akuntansi tidak dapat dipisahkan
dari kultur dimana akuntansi tersebut dipraktekkan, yang membuat praktek akuntansi memiliki
makna subyektif berbeda-beda. Perdebatan kedua pendekatan ini semakin kompleks dengan
adanya filsafat kritis dalam akuntansi, teori kritis mengajukan beberapa kritik terhadap
pendekatan positivistik. Melalui pendekatan kritis, akuntansi dipandang sebagai piranti yang
mampu mengantarkan pemiliknya berkuasa, pemahaman ini melahirkan berbagai pemikiran
dekonstruktif dalam bidang akuntansi yang membongkar berbagai relasi kuasa dalam praktek
keakuntansian.
Pada dasarnya, paradigma hermeneutik dan paradigma kritis ada pada ranah penelitian
kualitatif. Penyebutan penelitian kualitatif ada banyak diantaranya verstehen (pemahaman),
participant-observation, studi kasus, etnografi, etnometodologi, fenomenologi, natural inquiry,
dan interpretative inquiry, sehingga susah memberikan definisinya. Ciri-ciri penelitian ini yaitu
mengkostruksi realitas, meneliti interaksi peristiwa dan proses, melihat fenomena yang
kompleks dan sulit diukur, memiliki keterkaitan erat dengan konteks, melibatkan peneliti
secara penuh, memiliki latar belakang alamiah, menggunakan sample purposif, menerapkan
analisis induktif, mengutamakan makna di balik realitas, serta mengajukan pertanyaan
mengapa dan bagaimana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara, observasi, kajian pustaka, kajian dokumen, historis, stuudi kasus, dan etnografi.
Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan model interaksi atau etnografi. Teori atau
paradigma yang melandasi penelitian ini yaitu fenomenologi, etnografi, interaksi simbolik,
etnometodologi, dan konstruktivisme. Karena itulah, peneliti kualitatif sulit menunjukkan teori
mana yang digunakan bahkan dapat terjadi persilangan lintas disiplin. Kenyataan ini membuat
tidak adanya batasan ilmu pengetahuan secara tegas.

RESUME ARTIKEL 4
“Hermeneutika dalam Interpretative Paradigm sebagai Metodologi Penelitian
Akuntansi”

Menurut Capra, paradigma merupakan konsep konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi,


dan praktik yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang
realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya. Paradigma terdiri dari beberapa
macam diantaranya adalah scientific paradigm dan naturalistic paradigm atau paradigm ilmiah.
Penelitian akuntansi biasanya hanya membahas aspek teknik dan klerikal dari akuntansi. Hal
ini menyebabkan minimnya pengetahuan sebenarnya tentang peran sosial dan organisasional
akuntansi diaplikasikan pada lingkungan masyarakat, penelitian sebelumnya meneliti
hubungan akuntansi dengan lingkungan organisasi menggunakan paradigm positivistic yang
menghasilkan hasil yang tidak mendalam karena sifat dari sifat positivistic adalah generalisasi.
Metode yang digunakan dapat berkembang dengan menggunakan metode penelitian pada ilmu
sosiologi ataupun antropologi yang bukan positivistik.

Pendekatan interpretative berasal dari filsafat jerman yang menitikberatkan pada


peranan Bahasa, interpretasi, dan pemahaman di dalam ilmu sosial. Tujuan dari pendekatan
interpretative adalah menganalisis realita sosial dan bagaimana realitas sosial itu terbentuk.
Salah satu model penelitian interpretative yang digunakan dalam dunia akuntansi adalah model
hermeneutika. Kata “Hermeneutik” berasal dari Bahasa Yunani hermeneuein yang berarti
“menafsirkan”. Gambaran umum pengertian hermeneutika diungkapkan sebagai upaya
menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tujuan yang
tidak jelas, kabur, remang-remang, dan kontradiktif, yang menimbulkan kebingungan bagi
pendengar atau pembaca. Menurut Palmer, mediasi dan proses membawa pesan “agar
dipahami” yang diasosiasikan dengan Dewa Hennes itu terkandung dalam tiga bentuk makna
dasar dari herme-neuein yaitu sebagai berikut:

1. Herme-neuein sebagai “to express”, “to assert”, atau “to say”


2. Herme-neuein sebagai “to explain” yang menekankan aspek pemahaman diskursif
3. Herme-neuein sebagai “to translate”

Hermeneutika memiliki keuntungan antara lain: dapat menunjuk kepada bidang


hermeneutika secara umum dan membedakan spesifikasinya. Kata hermeneutika merupakan
kata benda yang mengandung tiga arti yaitu Ilmu penafsiran, ilmu mengetahui maksud yang
terkandung dalam kata-kata ungkapan penulis, dan penafsiran secara khusus yang menunjuk
kepada penafsiran kitab suci. Hermeneutika sebagai sebuah metode panafsiran harus
memperhatikan tiga hal sebagai komponen pokok yaitu teks, konteks, kemudian melakukan
upaya kontekstualisasi. Palmer membagi perkembangan hermeneutika menjadi enam kategori
yaitu sebagai berikut:

1. Hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci


2. Hermeneutika sebagai metode filologi
3. Hermeneutika sebagai pemahaman linguistic
4. Hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu kemanusiaan
5. Hermeneutika ebagai fenomenalogi desain
6. Hermeneutika sebagai sistem interpretasi

Gambaran terhadap pengertian dan konsep daar hemeneutika bisa digunakan sebagai
acuan pemahaman ketika menggunakan hermeneutika sebagai sistem interpretasi dalam
penelitian akuntansi. Contohnya adalah karya Ricoeur dalam penelitian sosial dengan kunci
dari arah refleksi yang disebut dengan hermeneutika-mendalam. Hemeneutika mendalam dapat
memberilan kerangka metodologis bagi arah pelaksanaan analisis budaya dalam konteks
pemahaman. Selain itu, dalam analisis ideology seperti yang didefinisikan Thompson juga
memperhatikan bentuk-bentuk symbol hubunganya dengan konteks sosial-historis. Pendekatan
hermeneutika mendalam harus didasarkan pada upaya penjelasan bentuk-bentuk sosial itu
diinterpretasikan dan dipahami oleh individu-individu yang memproduksi dan menerimanya
dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Fase pertama dari pendekatan hemeneutika-mendalam adalah analisis sosial-historis.


Bentuk symbol tidak berada dalam suasana yang yakum; ia dibuat lalu ditransmisikan dan
diterima dalam kondisi sosial dan historis tertentu. Artinya tigas pada fase pertama ini adalah
untuk merekonstruksi kondisi dan konteks sosial-historis produksi, sirkulasi dan resepsi
bentuk-bentuk symbol. Fase kedua adalah analisis formal atau diskursif. Bentuk-bentuk simbol
menurutnya adalah produk tindakan tertentu yang menggunakan aturan, sumber daya, dll. yang
tersedia bagi produser; tetapi bentuk-bentuk simbol juga dapat berupa sesuatu yang berbeda.
Fase terakhir adalah interpretasi/reinterpretasi. Metode ini diawali dengan analisis yaitu
merinci, membagi-bagi, mendekonstruksi, berupaya menyingkap bentuk dan alat yang
membentuk dan bekerja dengan sebuah symbol atau bentuk wacana. Fase ini membangun
analisis serta hasil-hasil analisis sosial-historis.

Anda mungkin juga menyukai