Anda di halaman 1dari 13

Review Buku

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. (2008). Theories of Human Communication (9th ed.).
Belmont, CA: Thomson-Wadsworth

REVIEW BAGIAN I (FOUNDATION)


Chapter 1 (Communication Theory and Scholarship)
Chapter 2 (The Idea of Theory)
Chapter 3 (Tradition of Communication Theory)

PERSPEKTIF DAN TEORI KOMUNIKASI

Lusia Vreyda Adveni

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2021
CHAPTER I

COMMUNICATION THEORY AND SCHOLARSHIP

Di buku ini, komunikasi diperlakukan sebagai pusat kehidupan kemanusiaan. Setiap aspek

dalam kehidupan dipengaruhi oleh komunikasi. Buku ini disusun untuk membantu memahami

komunikasi dalam segala aspeknya dengan lebih baik – kerumitannya, kekuatannya,

kemungkinannya, dan batasannya. Akan diulas beberapa teori yang memberikan penjelasan dan

membantu kita memahami fenomena yang disebut komunikasi.

Di bab ini dimulai dengan mendefinisikan komunikasi. Tidak mudah untuk

mendefinisikan komunikasi. Para akademisi telah mencoba mendefinisikan komunikasi namun

menentukan sebuah definisi tunggal terbukti tidak mungkin untuk dilakukan. Perbedaan konseptual

Frank Dance tentang definisi komunikasi: (1) Dimensi tingkat pengamatan dan keringkasan

(specificity); (2) Dimensi tujuan (purposes); dan (3) Penilaian normative (judgment succsess). Di

buku ini tidak terdapat definisi tunggal tentang komunikasi, namun dapat dilihat pada cakupan teori

yang mendefinisikan komunikasi dengan cara yang berbeda.

Penelitian akademik tentang komunikasi. Setelah ilmu sosial dikenal sebagai ilmu yang sah,

penelitian komunikasi berkembang dengan pesat. Jurnal yang memublikasikan karya tulis pada

akademisi terkait dengan komunikasi telah memberikan banyak hasil dan membantu

mendefinisikan apa sebenarnya bidang komunikasi. Perkembangan ilmu komunikasi mengambil

bentuk dana rah yang berbeda di setiap belahan dunia yang berbeda. Beberapa akademisi

mengembangkan teori yang lebih besar (atau meta) yang khusus untuk budaya atau agama tertentu.

Dalam buku ini akan dihadirkan teori – teori yang berkembang dalam ilmu dan

perkembangan sementara dari teori – teori tersebut. Robert T. Craig mengemukakan sebuah langkah

besar dengan mempersatukan bidang yang agak sedikit berbeda, Craig menyatakan bahwa

1|Page
komunikasi tidak akan pernah menyatu dengan sebuah teori tunggal atau kelompok teori. Perlu

mencari jenis hubungan yang berbeda yang berdasarkan pada (1) pemahaman umum mengenai

kemsamaan dan perbedaan; dan (2) komitmen untuk mengatur tekanan melalui dialog. Diperlukan

sebuah metamodel. Metamodel merupakan “model dari semua model”. Teori harus dipandang

sebagai pernyataan atau arguman berdasarkan pendekatannya. Teori merupakan sebuah bentuk dari

wacana, teori merupakan metawacana. Jika kita dapat menemukan metamodel yang berguna maka

dapat menentukan hubungan antara teori-teori. Craig menjelaskan tujuh dasar (tradisi) dalam

membicarakan komunikasi: (1) retorika; (2) semiotika; (3) fenomenologis; (4) sibernetika; (5)

sosiopsikologis; (6) sosiokultural; dan (7) kritikal.

Proses penelitian dalam komunikasi. Sebuah model dasar penelitian. Proses penelitian yang

sistematis menggunakan tiga tahapan: tahapan pertama adalah menanyakan pertanyaan, tahapan

kedua adalah pengamatan, dan tahapan ketiga adalah menyusun jawaban. Jenis penelitian yang

berbeda, mengajukan pertanyaan yang berbeda, menggunakan metode pengamatan yang berbeda,

dan menghasilkan jenis teori yang berbeda. Metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga

bentuk ilmu pengetahuan yang luas – ilmiah, humanis, dan ilmu pengetahuan sosial.

Para akademisi bekerja mengikuti pola penelitian dan pengembangan teori. Pada akhirnya,

karya seorang akademisi harus dipublikasi untuk ditinjau. Salah satu teori formal untuk “pengujian”

yang pertama adalah karya konvensi. Ada dua bentuk publikasi yang dipandang dalam komunitas

akademis, artikel jurnal dan sebuah monograf atau buku. Salah satu publikasi paling penting untuk

mengenalkan teori komunikasi adalah jurnal Communication Theory. Satu tingkat terakhir dalam

publikasi menguraikan sebuah teori. Bentuk publikasi ini berguna untuk memasuki teori dalam

bidang tertentu. Pada akhirnya, teori pun dibuat. Akademisi menamai konsep-konsep dalam teori,

memutuskan hubungan atau keterkaitan apa yang ditonjolkan, menentukan bagaimana menyusun

teori, dan memberi nama pada teori tersebut.

2|Page
CHAPTER II

THE IDEA OF THEORY

Teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang sudah ada. Istilah teori komunikasi dapat

mengacu pada sebuah teori tunggal atau dapat digunakan untuk menandakan kearifan kolektif yang

ditemukan dalam seluruh kesatuan teori yang berhubungan dengan komunikasi. Orientasi

multiteoretis merupakan sifat dari teori komunikasi. Semua teori merupakan abstraksi. Teori

merupakan tafsiran, sehingga mempertanyakan kegunaan sebuah teori lebih bijaksana daripada

mempertanyakan kebenarannya.

Dimensi – Dimensi Teori

Terdapat empat dimensi teori:

1. Asumsi filosofis atau kepercayaan dasar yang mendasari teori. Asumsi filosofis dibagi

menjadi tiga : epstemologi (pertanyaan tentang pengetahuan), ontologi (pertanyaan tentang

keberadaannya), dan aksiologi (pertanyaan tentang nilai).

2. Konsep atau susunan pembentukan. Sifat manusia adalah konseptual. Dalam menentukan

konsep, ahli teori komunikasi mengamati banyak variabel dalam interaksi manusia dan

menggolongkannya serta menandai menurut pola yang diterima. Teori yang berhenti pada

tingkatan konseptual – teori yang tujuannya untuk memberikan susunan kateogiri tanpa

menjelaskan hubungan dikenal dengan nama taksonomi.

3. Penjelasan atau hubungan dinamis yang dihasilkan oleh teori. Dua jenis penjelasan yang

paling umum adalah kausal (kejadian dihubungkan sebagai hubungan sebab akibat) dan

praktis (tindakan sebagai tujuan yang terhubung dengan tindakan yang dirancang).

4. Prinsip atau panduan untuk tindakan. Prinsip memiliki tiga bagian: mengidentifikasi sebuah

situasi atau kejadian, menyertakan seperangkat nilai, dan menegaskan hubungan antara

3|Page
susunan tindakan. Untuk menjelaskan bagaimana kombinasi elemen teoretis yang beragam

menghasilkan jenis teori yang berbeda akan digunakan dua paradigma teori yaitu teori

nomotetik dan teori praktis.

Teori nomotetik. Teori ini didefinisikan sebagai sesuatu yang melihat hukum secara universal atau

umum. Ilmu pengetahuan tradisional didasarkan pada empat proses: mengembangkan pertanyaan,

menyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan merumuskan teori. Pendekatan ini dikenal dengan

metode hypothetico-deductive atau kadang disebut juga tradisi analisis variabel. Empat langkah

metode hipotetis deduktif adalah memeprtanyakan, menghipotesiskan, menguji, dan menyusun teori

(dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah).

Asumsi filosofis. Teori nomotetik menempatkan posisi tertentu dalam pertanyaan tentang

epistemologi, ontologi, dan aksiologi.

Konsep biasanya dioperasikan dalam tradisi nomotetik karena penelitian ilmiah mengharuskan

untuk fokus pada pengamatan. Pengukuran dinilai berdasarkan dua kriteria, validitas (tingkatan

dimana pengamatan mengukur apa yang harus diukur) dan reliabilitas (tingkatan yagn mengukur

tingkat susunan dengan akurat/konsisten).

Penjelasan bersifat kausal dalam teori nomotetik. Tradisi penelitian nomotetik hampir sama dengan

apa yang disebut Charles Pavitt dengan realisme ilmiah, yaitu filosofi yang meyakini dunia yang

nyata dengan hal yang nyata dengan karakteristik yang benar dan pengaruh kausal.

Induksi Teori

Tindakan
Metode dan Pengukuran

Gambar 1. Gagasan klasik sebuah Ilmu Pengetahuan (Wallter L. Wallace)


4|Page
Teori praktis. Teori praktis memberikan ujung yang berbeda pada penelitian dan rangkaian

kesatuan teori dari nomotetik. Robyn Penman menggarisbawahi lima prinsip pendekatan tindakan

praktis yang menyatakan perbedaan penyusunan teori ini daripada ilmu pengetahuan tradisional,

yaitu:

1. Tindakan bersifat sukarela. Manusia sebagian besar memotivasi dirinya sendiri dan

memperkirakan perilaku berdsarkan pada faktor eksternal adalah sesuatu yang tidak

mungkin.

2. Pengetahuan dihasilkan secara sosial. Teori komunikasi diciptakan oleh proses komunikasi

atau interaksi – proses yang mereka susun sendiri untuk mereka jelaskan.

3. Semua teori berhubungan dengan sejarah. TEori mencerminkan keadaan serta waktu ketika

diciptakan dan ketika waktu berubah.

4. Teori memengaruhi kenyataan yang ditutupi (bagian paradigma teoretis tindakan-praktis).

Ahli teori tidak terpisah dari dunia yang diciptakan namun mereka juga bagian dari dunia

tersebut.

5. Teori memiliki nilai, tidak pernah netral. Nilai menjadi dasar untuk diakui.

Asumsi filosif. Dalam epistemologi, teori praktis cenderung menganggap manusia mengabil sebuah

peran aktif dalam menciptakan pengetahuan. Dalam ontologi, teori praktis cenderung beranggapan

bahwa individu merupakan agen yagn diarahkan oleh tujuan yang menciptakan pengertian,

memiliki maksud, membuat pilihan yang nyata, dan bertindak dalam berbagai situasi dengan cara

yang disengaja. Secara aksiologi, sebagian besar teori praktis cenderung sadar akan nilai.

Konsep. Konsep dalam teori praktis cenderung tidak disajikan sebagai sesuatu yang universal.

Penjelasan. Teori praktis cenderung menggunakan kebutuhan praktis sebagai dasar sebuah

penjelasan.

5|Page
Prinsip. Tidak semua jenis teori praktis memiliki keempat aspek (asumsi, konsep, penjelasan, dan

prinsip). Robert Craig dan Karen Tracy mengemukakan bahwa teori praktis memberikan

seperangkat prinsip yang memungkinan penghubung untuk menyusun sebuah model normatif yang

bersifat sementara, dapat diperbaharui, tetapi masih dibenarkan secara rasional yang relevan dengan

cakupan teori praktis yang luas.

Menilai Teori Komunikasi. Terdapat beberapa kriteria yang dapat membantu kita menilai teori –

teori secara sistematis.

a. Ruang lingkup teori. Bergantung pada prinsip umum atau gagasan bahwa sebuah penjelasan

teori harus cukup umum untuk datpat masuk ke pengamatan tunggal. Ada dua jenis keadaan

umum yaitu dengan tingkat cakupan dan keadaan umum.

b. Ketepatan. Perlu dilihat apakah asumsi epistemologis, antologis, dan aksiologi teori tepat

bagi pertanyaan teoretis yang disampaikan.

c. Nilai heuristik. Akankah teori tersebut menghasilkan ide baru bagi penelitian dan teori

lainnya? Teori dalam contoh praktis dan nomotetik harus heuristik.

d. Validitas. Dapat dikatakan sebagai nilai kebenaran sebuah teori. Validitas sebagai sebuah

kriteria teori setidaknya memiliki tiga arti, sebagai value, corrspondence, dan

generalizability.

e. Parsimony. Uji parimony melibatkan logical simplicity.

f. Keterbukaan

Semua teori penting bagi bidang keilmuan karena perkembangannya sinergis dengan perkembangan

bidang keilmuan. Coba berpikir tentang teori komunikasi sebagai prisma, dengan metafora ini

komunikasi menjadi proses dalam berbagai aspek yang memengaruhi dan dipahami dalam berbagai

konteks. Selain itu dapat berupa metafora rancangan, dan juga metafora ekspolorasi. Pemaparan di

buku ini menjadi metadiscourse – komunikasi tentang komunikasi.

6|Page
CHAPTER III

TRADITION OF COMMUNICATION THEORY

Dalam bab ini diberikan kerangka kerja yang digunakan sebagai petunjuk dan alat dalam

meperhatikan berbagai asumsi, perspektif, dan poin utama teori komunikasi agar dapat dilihat

persamaan dan perbedaannya. Kerangka kerja ini menyediakan metode yang berguna dalam

memahami kajian komunikasi sebagai keseluruhan dan beberapa tradisi.

Menyusun teori komunikasi. Keragaman tipologi komunikasi telah dikembangkan. Model yang

digunakan di buku ini adalah model Robert T. Craig, model ini dipilih oleh Littlejohn karena

menawarkan cara melihat dan merefleksikan kajian komunikasi dalam cara holistik. Robert T. Craig

membagi dunia komunikasi kedalam tujuh tradisi pemikiran:

1. Tradisi Semiotik

Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam

teori komunikasi. Tradisini ini terdiri dari sekumpulan teori tentang bagaimana tanda

merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda itu sediri.

Kebanyakan pemikiran semiotic melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa

arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda (atau yang dituju), manusia (penafsir), dan

tanda. Dalam buku Littlejohn ini dijelaskan landasarn teoritik dari kalangan ahli lingusitik, seperti

Charles S Pearce ahli semiotic modern pertama selaku pelopor ide ini, C.K. Ogden dan I.A.

Richards, Donald Ellis, dan Wendy Martyna.

Semiotik dibagi ke dalam tiga wilayah kajian – semantic, sintaktik, dan pragmatik. Semantik

bicara tentang bagaimana tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan

oleh tanda-tanda (bahasa). Sintaktik adalah kajian hubungan di antara tanda-tanda. Pragmatik

merupakan kajian utama semiotic yang memperhatikan bagaimana tanda membuat perbedaan dalam

7|Page
kehidupan manusia. Tanda nonlinguistic menciptakan permasalahan pragmatic khusus dan

nonverbal yang telah menarik minat para peneliti komunikasi.

2. Tradisi Fenomenologi

Teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang secara aktif menginterpretasi

pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Tradisi ini

memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang.

Gagasan utama dari tradisi fenomenologis. Istilah phenomenon mengacu pada kemunculan

sebuah benda, kejadian atau kondisi yang dilihat. Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar

fenomenologi, yaitu: pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, makna

benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang, dan bahasa merupkaan kendaraan

makna. Proses interpretasi penting bagi pemikiran fenomenologis (verstchen dalam bahasa Jerman).

Interpretasi melibatkan maju mundur antara suatu kejadian atau situasi dan menentukan maknanya

atau dikenal dengan istilah hermeneutic circle.

Tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis: fenomenologi klasik,

fenomenologi persepsi, fenomenologi hermenetuik.

3. Tradisi Sibernetika

Sibernetika merupakan tradisi sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling

berinteraksi, memengaruhi satu sama lainnya. Gagasan utama dari tradisi ini adalah sistem. Bagian

apa pun dari sebuah sistem selalu dipaksa oleh ketergantungan bagian-bagian lainnya dan bentuk

saling ketergantungan inilah yang mengatur sistem itu sendiri. Sistem mendapatkan input dari

lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa hasil kepada lingkungan (output).

Input dan output berupa materi nyata, dapat pula berupa energi dan informasi.

8|Page
Pembedaan diantara keempat variasi teori sistem, yaitu: (1) teori sistem dasar (basic system

theory), (2) sibernetika (cybernetics); (3) teori sistem umum (general system theory); dan (4)

sibernetika tingkat kedua (second-order cybernetics).

4. Tradisi Sosiopsikologis

Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sociopsychological ini.

Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori

di tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian

dan sifat, persepsi, serta kognisi.

Gagasan utama tradisi sosiopsikologis. Penjelasan psikologis penting dalam tradisi

sosiopsikologis. Tradisi ini sering diasosiasikan dengan the science of communication. Tradisi

sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem pemrosesan informasi individu.

Input merupakan bagian dari perhatian khusus sedangkan output (rencana dan perilaku) merupakan

bagian dari sistem kognitif. Tradisi dalam sosiopsikologis dapat dibagi kedalam tiga cabang besar:

(1) perilaku; (2) kognitif; dan (3) biologis.

5. Tradisi Sosiokultural

Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita

terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi.

Gagasan utama dari tradisi sosiokultural. Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk interaksi

antarmanusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan

tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya dijalankan.

Keragaman dalam tradisi sosiokultural. Tradisini ini memiliki beragam sudut pandang yang

berpengaruh: paham interaksi simbolis (symbolic interactionism), konstruksionisme

(constructionism), sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi, dan etnometodologi. Berdasarkan ide

9|Page
bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi soial, paham interaksi

simbolis sangat berpengaruh dalam tradisi.

6. Tradisi Kritik

Pertanyaan akan keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam teori komunikasi dan

merupakan tema dari tradisi kritik. Teori dalam tradisini ini akan menyangkut bagaimana kekuatan,

tekanan, dan keistimewaan sebagai hasil dari bentuk komunikasi tertentu dalam masyarakat. Tradisi

ini banyak dipengaruhi oleh karya di Eropa, feminisme Amerika, dan kajian post modernisme dan

post kolonialisme.

Gagasan utama tradisi kritik. Terdapat tiga keistimewaan pokok tradisi ini: (1) tradisi ini

mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan keyakinan – atau

ideologi yang mendominasi masyarakat dengan pandangan tertentu dimana minat disajikan oleh

struktur kekuatan yang ada. (2) Para ahli teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka

kondisi sosial terkait penindasan dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau

masyarkaat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. (3) Menciptakan kesadaran untuk

menggabungkan teori dan tindakan.

7. Tradisi Retorika

Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada

awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen

dan pembuatan naskah pidato.

Gagasan utama tradisi retorika. Pusat dari tradisi retorika daalah kelima karya retorika:

penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Tanpa mengesampingkan pemilihan

simbol dan media, retorika melibatkan sebuah teks atau artefak khusus untuk audiensi.

10 | P a g e
Keragaman dalam tradisi retorika. Untuk memperlihatkan beragam kemungkinan dari tradisi

retorika dapat diidentifikasi dari beberapa periode yang berbeda: klasik, pertengahan, Renaissance,

Pencerahan, Kontemporer, dan post modern.

Mengembangkan konteks untuk komunikasi. Teori dalam tujuh tradisi yang telah dibahas

mencakup banyak aspek komunikasi. Ada beberapa poin yang menyediakan petunjuk dalam

melanjutkan pembahasan teori dalam bab berikutnya, yaitu: tidak ada tradisi yang memberikan

kontribusi pada seluruh aspek komunikasi, tradisi tidaklah terpisah satu sama lainnya – tradisi

tersebut memengaruhi satu sama lainnya, setiap tradisi memiliki karakter khusus dan dalam

beberapa kasus tradisi tersebut saling menolak satu sama lain, ketika konteks diganti maka tradisi

yang berbeda menjadi kurang berharga karena konteks komunikasi multikontekstual, tradisi tidak

menyebarkan dirinya dengan sama untuk semua konteks.

Komentar Penulis untuk Buku LittleJohn bagian I (chapter 1 sampai dengan 3)

Cukup banyak materi di setiap bab yang menurut penulis cukup sulit untuk dipahami, hal itu

bermula dari pengalaman penulis membaca buku Littlejohn dimulai dari bab lanjutan (bab 4 dan 5)

dengan melewati bab awal yang paling penting, yaitu bab 1 sampai 3 di buku ini. Konsep yang

disajikan dalam tiga bab pertama di buku Littlejohn ini diwujudkan melalui contoh pada bab-bab

berikutnya, sehingga wajib untuk memahami alur berpikir Littlejohn saat menulis dan melakukan

pengelompokkan terhadap teori. Membaca bagian awal buku akan memberikan pemahaman yang

baik terhadap keseluruhan isi materi yang disampaikan. Edisi di buku Littlejohn yang digunakan

dalam pegangan utama perkuliahan ini (ed. 9) cukup terstruktur dengan pengelompokan teori sesuai

karakteristik berdasarkan tradisi Robert T.Craig, hal ini dirasa cukup memudahkan dalam

memberikan pemahaman terhadap banyaknya kajian teori yang ada dalam bidang komunikasi.

Kelemahan dari buku Littlejohn di edisi ke-9 ini adalah tidak adanya penjelasan secara

gamblang terkait level komunikasi yang terjadi sesuai pada teorinya. Perubahan berpikir dari

11 | P a g e
seorang Littlejohn juga terjadi dari pola di buku edisi terakhirnya (edisi 11) dimana terjadi

perluasan framework atau pola pengelompokkan teori komunikasi. Di edisi 11, Littlejohn

menambahkan empat skema / tipologi untuk mengelompokkan teori komunikasi, yaitu: paradigma

Gibson Burrell dan Gareth Morgan, Stanley Deetz’s discourses, John Power’s tiers, dan tradisi

Robert T. Craig.

Melihat struktur awal beberapa buku, terlihat bahwa setiap penulis memberikan perspektif

yang berbeda dalam pemarapannya tentang teori komunikasi (baik dari penulis yang sama dengan

edisi berbeda ataupun penulis lain). Perspektif dalam teori komunikasi dikemukakan dalam

berbagai ragam. Em Griffin dalam buku A First Look at Communication Theory edisi 10th (2019)

membangun tatanan teori di bukunya berdasarkan pendekatan obyektif ataukah interpretif. Tradisi

komunikasi di Littlejohn ke-9 direspon dengan cara yang berbeda oleh Griffin di bukunya (ed 10th,

2019). Tradisi sibernetika dan sosiopsikologis merupakan tradisi paling bersifat obyektif sementara

fenomenologis, kritik, dan sosiokultural bersifat paling interpretif. Tradisi semiotik dan retorika

berada diantara obyektif dan interpretif.

Masih dalam buku Griffin, dipaparkan bahwa Robert T. Craig tidak berpikir bahwa tujuh

tradisi yang sudah dikemukakan telah mewakili peta lengkap dari teori komunikasi. Dia

menyarankan kemungkinan tradisi pragmatis – yang berorientasi pada masalah praktis dan

mengevaluasi beberapa ide. Hal tersebut juga dipicu oleh mahasiswa Craig yang mendeskripsikan

tentang spiritual tradition untuk memberikan pemahaman bagaimana orang berbicara mengenai

kebenaran transedental (spiritual). Keterbukaan Craig dalam menerima penambahan tradisi tersebut

membuat Griffin dalam bukunya mengusulkan penambahan tradisi, yaitu ethical tradition. Meski

demikian, dalam 36 bab bukunya, tidak teridentifikasi dengan jelas contoh teori yang masuk dalam

tradisi etika ini yang seperti apa.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai