(AFI-ULIL-ULFA-SIGIT)
Terdapat dua konsep utama yang digunakan dalam komunikasi di Amerika pada
abad-19 (James Carey, 1992). Pertama adalah pandangan tentang transmisi. Kedua,
pandangan ritual.
Dalam pandangan ritual, komunikasi lebih berkaitan erat dengan sharing/ berbagi,
partisipasi, asosiasi. Pandangan ritual dalam komunikasi lebih kepada pemeliharaan
masyarakat dan representasi keyakinan bersama. Komunikasi dipahami lebih kepada
upacara sakral yang menggambarkan sekumpulan orang dalam komunitas.
Di abad 20 dan 21, komunikasi merujuk pada penyampaian informasi seperti pada
media cetak dan elektronik. Istilah komunikasi ke arah transmisional telah
mendominasi wacana abad ini.
Deskripsi Locke tentang menarik' (exciting) ini menggambarkan unsur elektrik yang
bersatu dan menjadi cahaya. Penggambaran cahaya oleh Locke merepresentasikan
seseorang yang memiliki ide begitu sempurna. Penggunaan istilah ‘komunikasi’ dari
Locke dalam essay-nya inilah yang membentuk pergesaran istilah yang saat ini
mendominasi wacana.
Menurut pemikir teori pengetahuan empiris, John Locke, seseorang dilahirkan dalam
kondisi pikiran yang kosong layaknya kertas putih. Locke memulai dengan premis
dari kebersihan dan kekosongan pikiran, atau terkenal dengan istilah tabula rasa. Bagi
Locke, tabula rasa ditulis oleh pengalaman melalui panca indera.
Bagi Locke, setiap orang bebas merepresentasikan dan mempersepsikan setiap hal di
dunia ini. Locke memahami bahwa persepsi sebagai aktivitas dari pikiran dan tidak
sesederhana penerima pasif atau cermin dari dunia luar. Ia juga menyarankan individu
untuk dapat melihat sesuatu seperti apa mereka sebenarnya, bukan atas tampilan dari
institusi dominan, gereja, kekuasaan atau adat istiadat.
Locke membedakan dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi yang biasa digunakan
untuk percakapan sehari-hari dan filosofi komunikasi untuk mengrekspresikan
kebenaran.
Setiap harinya, menurut Locke, proses dari gagasan datang dari satu ide ke ide lain
dan proses ini berkelanjutan. Komunikasi terjadi di masyarakat dalam konteks
manusia berhubungan dengan yang lain di kehidupan sosial dan budaya. Pandangan
semacam ini mendekati pandangan pandangan ritual.
Konsep baru dari Locke mengenai komunikasi lebih kepada pengetahuan sejati dapat
tersampaikan melalui orang satu ke yang lain, atau satu generasi ke generasi lainnya,
dengan cara yang akurat dan kebenaran yang sebenarnya dapat disampaikan terus
menerus. Konsep ini mengacu pada komunikasi sebagai filosofi.
Komunikasi adalah sarana yang tidak sempurna untuk menyalurkan ide-ide melalui
kata dan tanda. Menurut Locke, komunikasi adalah permasalahan konsekuensi-
konsekuensi dasar yang butuh untuk dikenali dan diperkecil.
Locke dan George Bakeley memperkenalkan bahasa sebagai prinsip utama dari
pengetahuan manusia. Barkeley mempertimbangkan, penggunaan kata-kata dalam
komunikasi menjadi hambatan dasar dari artikulasi gagasan yang jelas dan berbeda.
Pengetahuan menjadi membingungkan karena penyalahgunaan kata.
Seluruh permasalahan komunikasi bergantung kenyataan bahwa orang-orang tidak
bisa meng-komunikasikan ide-ide mereka secara langsung dan dalam bentuk yang
sesungguhnya (murni).
Ada dua cara untuk memahami “gangguan komunikasi” sesuai dengan yang telah
dibahas Locke mengenai komunikasi. (1.) pertama, ide tentang gangguan sebagai
“kegagalan” komunikasi menjadi salah dan menjadi tidak berfungsi. (2.)
membaca gangguan komunikasi dalam sebuah proses, karena terganggu dalam
berbagai tahap yang terjadi dalam komunikasi.
Tidak hanya isi kesatuan pesan dari penyampai dan penerima. Namun, cara
menyampaikan pesan juga menjadi hal yang penting. Disampaikan pengarang buku,
cara yang baik untuk menyampaikan pesan adalah sebagai berikut :
Kritik :
Locke dihadapkan pada fakta bahwa tidak ada cara yang baik untuk
menyampaikan ide. Bahwa kata, tidak dapat mewakili ide secara murni.
Mengenai pengertian komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna, maka
pemikiran Lock secara tidak langsung mengatakan bahwa tidak akan ada titik
temu dalam komunikasi.
Padahal pada kenyataannya, seseorang dapat berbagi ide oleh pengirim. Tidak
akan ada kesamaan pemahaman mengenai ide itu sendiri.
Chapter 3
(RIO-NINING-NUZUL-TITIK)
Intinya adalah bahwa segala sesuatu tentang persepsi dan perhatian terjadi di dalam
pikiran seseorang. Namun meskipun fenomena sebuah pesta koktail mewakili situasi
komunikasi akrab, perhatian penelitian tidak berusaha untuk menjelaskan
komunikasi. Sebaliknya perhatian peneliti menggunakan kemampuan kita untuk
berkomunikasi (untuk membedakan yang berarti dari simbol non-bermakna,
misalnya) sebagai sarana untuk mengeksplorasi bagaimana mekanisme filter internal
yang mampu menyaring atau memilih suatu arus informasi tertentu dari lingkungan
itu.
Komentar :
Bahwa dalam bab ini berbicara tentang hubungan antara psikologi dan
komunikasi
Psikologi dianggap menjadi pembahasan yang dominan dan
mempengaruhi bahasan komunikasi
Ada istilah limen, yaitu batas antara sadar dan tidak sadar, dimana
belum adanya keterangan konkrit mengenai batas dari hal tersebut.
(PAMOR-OJI-TAQWIM)
A. Pendahuluan
“An engineering communication theory is just like a very proper and discreet
girl accepting your telegrams. She pays no attention to the meaning, whether
it be sad or joyous or embrassing. But she must be prepared to deal with all
that comes to her desk (Warren Weaver).”
seseorang tidak selalu memfokuskan hanya pada makna atas sebuah pesan
yang diterima tetapi pada keseluruhan prosesnya.
Menurut Radford, wacana komunikasi dari cara berpikir modern,
sudah di bingkai menggunakan filososfi empiris Jhon Locke, berdasarkan
dari sebuah perwujudan alam bawah sadar serta metafora komputer
(pemrosesan informasi), wacana the golden treasure of the unconsicious
dalam bidang psikologi kognitif.
Sumber :Shannon,(1964:7)
Pada Model Wiener (1954 ) " informasi adalah nama untuk konten dari
apa yang dipertukarkan dengan dunia luar yang telah kita sesuaikan dengan
dunia luar dan membuat penyesuaian kitaatasnya” Wiener juga fokus untuk
mendalami tentanghubungan komunikasi dan kontrol, terutama dalam hal
peran pemrosesan secara mental dari data sensori dalam pembentukan
feedback.Wiener menyimpulkan bhw pesan yg memiliki sifat sangat
kompleks , dikirim dan diterima oleh sistem saraf organisme melalui bagian
saraf dan tubuh tertentu yg terhubung oleh otot dan daging.
Filosofi Jhon Locke, wacana alam bawah sadar, pikiran sbg proses
informasi, deskripsi chanel komunikasi matematis Shannon, hubungan
sistematis komunikasi dan kontrol Wiener, pendanaan dari pemerintah
Amerika Serikat utk ilmu sosial dlm pengembangan Psychological Warfare
menghasilkan rejim komunikasi yg di simpulkan oleh James carey
(1977)sebagai berikut:
Kritik
Chapter 6:
Learning To Speak Differently About Communication:
Which Do You Wish?
(RITA-ALKOMARI-JEAN)
Realita komunikasi yang kita ketahui bahwa adanya speaker dan receiver,
yaitu speaker memproduksi ide-ide yang dia harapkan untuk disampaikan ke dalam
pikirannya yang mana ide-ide itu melalui proses encode nantinya. Sedangkan,
receiver yang akan menerima kata-kata dari speaker dan ia menginterpretasi dan
memahami simbol-simbol. Wittgenstein (1958) mengatakan bahwa komunikasi
merupakan hasil dari dua bagian: the inorganic dan the organic.
• The inorganic : produksi dan transmisi tanda-tanda dari satu tempat ke
tempat lain
• The organic: pemahaman dari tanda-tanda tersebut dan proses yang
secara serentak dari interpretasi, berpikir, dan memaknai.
Jika dikatakan bahwa berpikir adalah sebagai proses mental, maka hal tersebut
sebenarnya agak salah arah. Melainkan, menurut Wittgenstein, berpikir (thinking)
adalah proses mengoperasikan tanda-tanda. Sehingga, ketika kita menulis, maka kita
‘berpikir dengan tangan’, ketika kita berbicara, kita ‘berpikir dengan mulut dan
larink’.
Menurutnya, ekspresi dari kepercayaan, dan pemikiran, hanyalah sebuah
kalimat-dan kalimat hanya masuk akal jika termasuk dalam sistem bahasa. Kita telah
terhalangi oleh hipotesis yang mengatakan bahwa makna dari sebuah kata menetap
pada sesuatu di luar kata tersebut.
“Thought” muncul dalam ekspresi, percakapan, dan pidato. Tetapi, untuk
memahami “thought” itu, tidak penting mencari tahu pada proses mental, melainkan
kita lihat dari bagaimana kata tersebut digunakan dalam sebuah sistem bahasa.
Seperti, tempatnya dimana? Istilah apa yang berhubungan dengan kata tersebut? Pada
jenis ekspresi dan pidato apa kata tersebut muncul?
Contohnya, saat seorang teman menceritakan kegiatannya kepada saya dan
juga kepada teman yang lainnya, penggunaan bahasa dan kata yang ia pilih mungkin
akan berbeda karena saat bercerita kepada saya, ia ingin menanyakan saran, tetapi
ketika bercerita kepada teman yang lain, ia ingin berbagi pengalaman.
Kesimpulannya, menurut Wittgenstein, penggunaan kata akan merujuk pada
bagaimana kata tersebut digunakan dalam sistem bahasa, bagaimana istilah lain
berhubungan dengan kata yang digunakan tersebut, serta pada kegiatan apakah kata
tersebut digunakan. Karena, penggunaan kata atau bahasa akan berbeda sesuai
dengan tujuan dan kepentingan masing-masing.
Karya besar Wittgenstein adalah Philosopichal Investigations : Makna adalah
Kegunaan. Wittgenstein menentang dan mengkritisi pemikirannya sendiri yang
tertuang dalam karya sebelumnya, Tractatus. Menurutnya, makna suatu pernyataan
bergantung pada jenis bahasa tertentu : meaning in use. Wittgenstein
memperkenalkan suatu istilah : permainan bahasa.
Pada Chapter ini, Radford menggunakan contoh novel karangan George
Orwell ‘’1984’’ yang mengisahkan bagaimana seorang penguasa dalam Party
bernama O’Brien melakukan brainwash terhadap pegawai rendahan bernama Winston
Smith untuk kembali mengabdi kepada Big Brother (BB), sosok ilusi yang
dituhankan oleh Party.
Disebutkan, seorang anggota Party, tidak boleh mempergunakan benak,
pikiran, dan perasaannya pengabdian dan cinta kepada Big Brother. Kekuasaan Party
digambarkan melalui Kementrian Kebenaran (Minitrue) yang mengatur berita,
hiburan, pendidikan, dan seni. Kementrian Perdamaian (Minipax), menangani bidang
perang. Kementrian Cinta Kasih (Miniluv) mengurusi hukum dan ketertiban,
sedangkan Kementrian Tumpah Ruah (Miniplenty) bertanggung jawab dalam
masalah perekonomian.
Winston dianggap telah melakukan pengkhianatan terhadap BB karena
melakukan percintaan dengan Julia. Winston ditangkap dan disiksa menggunakan
kursi listrik untuk kembali mengabdi dan menyerahkan cintanya kepada BB. O’Brien
melakukan penyiksaan itu dengan membuang semua kenangan dan perasaan Winston
terhadap Julia. Tidak menggunakan kalimat dan bahasa, tetapi menggunakan tekanan
psikologis untuk mengubah pikiran dan hasrat Winston.
Pembahasan Radford pada Chapter ini menegaskan penelitian komunikasi
sebagai perang psikologis. Psikologi komunikasi menganalisis penyebab, dampak,
cara mengendalikan peristiwa mental, dan behavioral yang erat kaitannya dengan
pengalaman kesadaran. Komunikasi dipertimbangkan sebagai alat senjata perang
sehingga melengkapi ranah psikologi dalam membuat strategi.
Sebuah kritik yang ditujukan pada Chapter ini adalah : berhasilkah brainwash
yang digambarkan O’Brien mengubah pikiran dalam benak Winston.
Pada kenyataanya, masih ada memori di dalam diri Winston terhadap
keberadaan Julia. Ini ditunjukkan dengan pertemuan keduanya pada akhir kisah 1984.
Meskipun pada akhirnya perasaan ‘’cinta’’ Winston kepada Julia ‘’kosong’’, tetapi dia
masih mengingat keberdaan gadis itu saat mereka bersama. Di sini, terlihat adanya
pemisahan antara memory, thought dan self.
CHAPTER 7
Empirical Reader:
Intrepretasi:
Inti dari analisis Husserl dan Eco akan membawa pada penjelasan kebenaran yang
selama ini kita percayai bukan lagi berasal dari pengirim informasi. Kebenaran adalah
hasil intrepretasi penerima informasi yang secara aktif mengolah berbagai macam
tanda yang dikirimkan padanya. Melalui konsep-konsep yang telah dijelaskan seperti
tanda, intreptasi, indikasi, ekspresi, dan esensi yang Radford kutip dari karya Eco dan
Husserl, dapat kita pahami bahwa ada kemungkinan pengirim tidak melakukan apa
yang menjadi dasar dari aksioma komunikasi, yaitu kejujuran. Seperti yang dikatakan
Radford (2005:144): “It’s entirely possible that the person is telling a lie…” Secara
logis, yang dikatakan oleh Radford benar, karena penerima informasi memiliki hak
untuk dapat mengintrepretasi dan memaknai pesan yang ia terima berdasarkan
pemahamannya sendiri. Akan tetapi, Radford tidak memberikan penjelasan secara
gamblang, akan kejujuran yang mungkin diberikan oleh pengirim informasi. Apakah
tanda selalu bersifat indikasi jika komunikasi berlangsung dalam konteks hubungan
personal? Dalam konteks teoritis, berbagai pertanyaan di atas berada pada teori yang
Gb. 1 Pembacaan Vlog Nikita Mirzani – Mandi Kucing
Empirical reader:
(Turner dan West, 2009:204; Taylor dan Altman, 1975:20-21). Jika pernyataan yang
diungkapkan oleh Radford mengenai apa yang kita tahu hanya berupa indikasi yang
bersifat hipotesis, maka proses komunikasi tidak akan mencapai pada tingkat
keintiman. Ini dikarenakan sikap kritis dalam mempertanyakan kebenaran yang
diungkapkan oleh salah satu pihak pada kegiatan komunkasi itu. Dari hal ini yang
ingin dikatakan adalah Radford melupakan satu sifat tanda sebagai bagian dari
ekspresi yang dikemukakan oleh Husserl. Husserl (1970:107) menjelaskan dua hal
yang penting untuk diperhatikan dalam hal indikasi yaitu intuisi yang bersifat adekuat
(adequate intuition) sehingga mencukupi untuk mendekati kebenaran dan intuisi yang
bersifat prediksi (putative grasp of what is on a basis of inadequate) pada tanda yang
dilihat atau dipresentasikan. Intuisi yang bersifat adekuat dapat dimaknai sebagai
intuisi yang tidak memiliki kendala (apprehension) konseptual seperti berbicara
dengan nada tinggi yang mengindikasikan marah. Sementara itu, intuisi yang bersifat
prediksi berupa tanda yang tidak ter-verbalkan secara cukup sehingga yang dapat
dilakukan oleh pendengar hanyalah melakukan prediksi atau hipotesis atas apa yang
ia rasakan. Konsep ini menjadi kritik yang seharusnya dijelaskan oleh Radford untuk
mengelaborasi lebih jauh persamaan konsep Locke dengan Husserl dan menjadi pintu
masuk untuk menganalisis posisi tanda yang memiliki tendensi berbeda dalam
memaknai proses komunikasi pada rezim transmisi.
CHAPTER 8
Hermeneutika
(ANNA-LUSI-SAPTONO)
Hermeneutika adalah membaca komunikasi dengan cara lain, bukan dengan cara
transmisional. Hermeneutika bertentangan dengan rezim transmisi. Hermeneutika
merupakan rezim potensial yang bisa menjadi tandingan rezim transmisi.
Dalam rezim transmisi, yang ditekankan adalah kesamaan mind pada sender
dan mind pada receiver. Sedangkan yang ditekankan pada hermeneutika adalah peran
Hermes. Artinya, hermeneutika sebagai sebuah metode menuntun kepiawaian seorang
interpreter untuk menafsirkan teks dari masa lalu ke masa sekarang.
Bahasa Tuhan bersifat tetap dan universal. Sedangkan bahasa pembaca punya
konteks sosial-historis beragam sehingga perlu interpretasi. Akibatnya, komunitas
bahasa yang satu bisa menafsirkan kata-kata Tuhan secara berbeda dengan komunitas
bahasa yang lain berdasarkan ensiklopedi kultural masing-masing. Cara pandang
masing-masing masyarakat akan pesan dari Tuhan tersebut dapat berbeda-beda
menyesuaikan pemahaman yang berlaku sesuai dengan tempat dan waktu dimana
masyarakat itu berada.
Ini bukan sebuah kekurangan. Justru sebuah kelebihan. Karena pada dasarnya,
hermeutika telah meredakan ketegangan antara pendekatan naturalistis dan
humanistik. Hermeneutik sejatinya mengkritik konsep proses komunikasi yang erat
kaitannya dengan cognitive information processing, sebagaimana dinyatakan Harre
dan Secord.
Memahami orang lain tidak dengan cara mengetahui secara persis apa yang
ada di benak orang itu. Namun, dengan memperhatikan rangkaian tanda-tanda yang
diekspresikan orang tersebut dalam aliran temporal kehidupannya (autobiografi).
Esensi komunikasi yaitu pemahaman pada apa yang orang lakukan dan
katakan. Receiver melakukan interpretasi dan evaluasi tindakan komunikatif yang
mengacu pada aliran percakapan dimana tindakan komunikatif tersebut terjadi.
Kesimpulan
Hermeneutika Gadamer : dalam memaknai teks tidak perlu tau apa yang
dimaksud oleh komunikator, yang lebih penting adalah makna teks tersebut bagi kita.
Kritik
Wilhelm Dilthey adalah satu dari sekian hermeneut besar yang pernah ada di dalam
sejarah. Namun kebesarannya itu seringkali terkubur oleh nama-nama besar lainnya
seperti Schleiermacher, Martin Heidegger, Hans Georg Gadamer dan lainnya.