Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Fakultas Dakwah
1435 H / 2015 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat dan
rahmat, dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TEORI PENETRASI SOSIAL”. Makalah ini ditujukan guna memenuhi tugas
komunikasi Antarpribadi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Mengingat
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dari Bapak/Ibu Dosen dan para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu`alaikum wr,wb.
Penulis
Kelompok II
BAB 1 ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
PENUTUP ............................................................................................................. 14
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu sosial, maka ilmu komunikasi
mengkhususkan kajiannya pada fenomena human communication. Fenomena
tersebut, dalam telaah aspek ontologis pada filsafat ilmu komunikasi disebut
sebagai obyek forma ilmu, yakni obyek formanya ilmu komunikasi.
Fenomena human communication sendiri menurut Littlejohn terjadi pada
beberapa level (konteks). Konteks tersebut terdiri dari : (1) interpersonal, (2)
group, (3) public or rhetoric, (4) organizational dan (5) mass. Interpersonal
communication deals with communication between people, usually in face to face,
private settings. Group communication relates to the interaction of people in small
groups, ususally in decision-making settings. Group communication necessarily
involves interpersonal interaction, and most of the theories of interpersonal
communication apply also at the group level. Public communication, traditionally
focuses on the public presentation of discourse. Organizational communication
occurs in large cooperative networks and includes virtually all aspects of both
interpersonal and group communication. It encompasses topics such as the
structure and function of organizations, human relations, communication and the
process of organizing and organizational culture. Mass communication deals with
public communication, usually mediated. Many aspects of interpersonal, group,
public and organizational communication are involved in the process of mass
communication (Littlejohn, 2005 : 11).
Terhadap sejumlah konteks terjadinya fenomena human communication
itu, menurut catatan Gayatri (2006) para akademisi komunikasi telah berhasil
merumuskan ratusan teori komunikasi. Dari jumlah tersebut, maka rumusan teori
lebih banyak berasal dari hasil studi terhadap fenomena human communication
pada level mass, dengan mana satu di antaranya yang sangat populer yaitu agenda
PEMBAHASAN
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka
bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak
ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi,
maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan
kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka
bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya. maka informasinya
bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama,
alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap
mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini
sendiri disebut dengan tahap orientasi.
Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga
dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat
intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-
tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang
dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing
pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.
Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat
dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi.
Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian
yang kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat
dengan kita. Taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini.
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan
beberapa penjabaran sebagai berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada
lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang
hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada
membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin
ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita
hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin
mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit
pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik),
terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal
suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka
diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau
semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut
semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan
juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika
aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.
Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dalam
tahap ini, termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai”.
Mawar dan marwan awalnya tidak mengenali satu sama lain . Mawar sudah
lama melajang sedangkan marwan baru saja putus dengan kekasihnya , marwan
merasa sedih dan kesepian melajang seorang diri dan membutuhkan wanita
sebagai pengganti kekasihnya , lalu suci sebagai temannya marwan dan mawar
mengenali mereka satu sama lain.
Tidak beberapa lama mereka bertemu untuk saling mengenal satu sama
lain. Mereka bertemu dan mengobrol secara umum untuk pertama kalinya , lalu
mereka bertemu kembali karena merasa nyaman dan memiliki kecocokan. Setelah
berkali – kali bertemu Mawar, marwan membicarakan masalah hubungan mereka
yang berawal dari komunikasi superficial menjadi komunikasi yang lebih intim.
Kritik terhadap teori penetrasi sosial adalah bahwa prediksi teori ini gagal
dibuktikan dengan data di lapangan. Misalnya, menurut teori penetrasi sosial,
proses timbal balik self-disclosure terjadi pada awal hubungan. Van Lear melihat
bahwa self-disclosure sering terjadi justru pada kawasan pertengahan pembicaraan
semiprivat dari proses penetrasi. Teori ini juga menysebutkan bahwa
ketidakcocokan muncul sesuai dengan kecepatan dari self-revelation (pembukaan
rahasia) yang tidak terduga.
Namun John Berg menemukan bahwa teman sekamar di kampus dapat
memutuskan apakah mereka akan terus sekamar atau tidak, hanya dalam beberapa
minggu. Selain itu, teori ini menjelaskan bahwa suatu hubungan berakhir karena
terjadi kemunduran proses penetrasi di mana kedua belah pihak tidak lagi
membagi hal-hal yang bersifat pribadi dengan lawan bicaranya. Penemuan Betsy
Tolstedt menunjukkan bahwa self-disclosure seringkali meningkat secara dramatis
justru di tahap final dari kemerosotan hubungan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan