Anda di halaman 1dari 13

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

MAHASISWA S2 IK STIK ANGKATAN X

TEORI AGENDA SETTING DALAM KOMUNIKASI

(AGENDA SETTING THEORY)

MAKALAH

Disusun dalam rangka Ujian Tengah Semester 1

Mata Kuliah Teori dan Perspektif Ilmu Komunikasi

Dosen pengampu : Dr. Ilham Prisgunanto, SS, M.Si

oleh

ARIEF BUDIHARSO, S.H., S.I.K.

NIM. 2020097005

S2 STIK - PTIK ANGKATAN 10

2020
TEORI AGENDA SETTING DALAM KOMUNIKASI

(AGENDA SETTING THEORY)

I. ABSTRAK

Dalam era perkembangan teknologi memudahkan akses setiap orang untuk mendapatkan

informasi. Apalagi ditengah pandemi Covid – 19 saat ini, kebutuhan informasi masyarakat banyak

dipengaruhi oleh media elektronik, media online bahkan dari media sosial. Teori agenda setting

merupakan salah satu teori dalam komunikasi massa. Dalam teori ini menjelaskan bahwa media

massa mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan membentuk pola fikir dalam masyarakat

yang menerima informasi. Maxwell McComb dan Dinald L Shaw kemudian menjadi tokoh utama

dibalik teori ini. Teori Agenda Setting merupakan fenomena yang sudah diteliti dan didalami oleh

Maxwell McComb dan Dinald L Shaw pada kampanye pemilu Presiden Amerika Serikat tahun

1968. Aplikasi teori agenda setting pertama sekali pada penelitian perubahan sikap pemilih dalam

kampanya Pemilu Amerika Serikat tahun 1968, memberikan hasil penelitian berbalik dengan teori

efek media terbatas (the limited media effect theories) sebelumnya. Teori agenda setting menganut

paradigma atau perspektif Positivistik. Teori ini menggunakan pengujian hipotesis secara statistic.

Dimana model pendeketan teori ini dengan model pendekatan kuantitatif. Pada perspektif

Positivistik yang dipakai dalam teori agenda setting menggunakan premis mayor dan premis minor

yang bisa ditarik kesimpulan. Sedangkan untuk metodologi yang digunakan dalam teori ini adalah

Metodologis Hypotetico Deductive Method, dimana terdapat pengujian hipotesis pada sebuah

teori. Apabila dimasukkan dalam tradisi ilmu komunikasi maka teori agenda setting termasuk

dalam tradisi Fenomenologi. Penulis mencoba mengambil judul tesis terkait Teori agenda setting

yaitu “PERAN MEDIA ONLINE LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PELAKSANAAN

PILKADA SERENTAK DI KABUPATEN BURU SELATAN TAHUN 2020”.

Kata kunci : Teori Agenda Setting, Perspektif Positivistik, Komunikasi massa.

/ II. PENDAHULUAN . . . .

2
II. PENDAHULUAN

Ditengah gencarnya perkembangan teknologi, terutama teknologi multi media

memudahkan akses setiap orang untuk mendapatkan informasi. Berbagai macam alat komunikasi

mulai telepon genggam, tablet, laptop sudah banyak diproduksi dan dipasarkan di dunia. Apabila

kita tidak bisa mengikuti informasi terkesan kita akan ketinggalan jaman. Saat ini media massa

tidak terbatas hanya pada media cetak semata, akan tetapi yang dirasakan pengaruh lebih luas

adalah pengaruh media kontemporer yaitu media elektronik, media online dan medis sosial. Di

mana semua media kontemporer tersebut memiliki keunggulan dari efektifitas dan efisien karena

mudah untuk diakses selama jaringan internet tersedia.

Seperti dikutip dari media online Republika.co.id pada 30 September 2020 memberitakan

bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2020 tercatat sekitar 175,5 juta jiwa dari

jumlah populasi sebanyak 268.583.016 penduduk. Pesatnya jumlah pengguna internet di

Indonesia ini tidak lepas dari fenomena yang terjadi yaitu Pandemi Covid-19. Di mana saat ini

aktivitas manusia cenderung dilakukan di rumah, tidak bersifat kontak secara fisik yaitu tatap

muka atau pun berkumpul. Paradigma masyarakat sudah bergeser melihat suatu informasi

menjadi kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di era pandemic Covid-19, masyarakat

cenderung memanfaatkan media online. Perubahan paradigma ini di satu sisi memang

memberikan dampak yang positif, yaitu kemudahan dalam mendapatkan informasi yang lebih

efektif dan efisien. Akan tetapi disisi lain apabila kita tidak cermat dalam menyikapi informasi

yang masuk melalui media kontemporer saat ini yaitu media elektronik, media online dan medis

sosial akan menggiring persepsi kita jauh dari fakta empiris. Hal ini tentunya berpengaruh

terhadap respon atapun reaksi masing – masing individu dalam menghadapi suatu isu atau

informasi. Informasi yang dimuat melalui media kontemporer saat ini banyak yang

mempengaruhi. Diantaranya adalah pengaruh teori agenda setting dalam media massa.

/ III. PEMBAHASAN . . .

3
III. PEMBAHASAN

1. Teori Agenda Setting atau disebut Agenda Setting Theory menurut McCombs & Shaw adalah

“mass media have ability to transfer the salience of items on their news agendas to public

agenda”(Griffin,2010). Dalam teori ini bisa dilihat bahwa media massa memang memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi dan membentuk pola pikir dalam masyarakat yang

menerima informasi tersebut. McCombs & Shaw juga menjelaskan bahwa media massa

mempunyai kekuatan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu dianggap penting sesuai

informasi yang diberitakan media massa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa apa yang disampaikan

media dianggap sebagai sesuatu yang penting dan patut untuk dipikirkan oleh masyarakat luas

(PakarKomunikasi.com :22 April 2017). Sebagai ilmuwan yang pertama kali menguji teori

ini, Maxwell McComb dan Dinald L Shaw kemudian menjadi tokoh utama dibalik teori ini,

yang empat tahun setelah penelitiannya (1968-1972) baru mengumumkan ke publik, bahwa

risetnya itu menguatkan hipotesis hingga keduanya sepakat menamakan teori tersebut sebagai

agenda setting theories ( Ritonga, 2018:34). Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa media

sengaja mempengaruhi audience dengan informasi dan berita yang disampaikan melalui

media serta memiliki tujuan tertentu. Teori agenda setting merupakan salah satu cara untuk

mempengaruhi khalayak ramai tanpa harus melalui kontak secara langsung.

Agenda setting yang dijalankan oleh pihak tertentu bisa mempengaruhi nilai dan persepsi

masyarakat secara luas. Berita atau informasi yang disuguhkan oleh media memang tidak

langsung berisi kesimpulan dari suatu peristiwa atau permasalahan. Akan tetapi terkadang

pemberitaan yang dipublikasikan bisa menggiring persepsi seseorang untuk mengambil

kesimpulan. Sedangkan persepsi tersebut tentunya banyak dipengaruhi faktor-faktor.

Diantaranya faktor pengalaman, kepercayaan atau edukasi, dan kepentingan dari masing-

masing orang yang membaca atau melihat informasi tersebut.

Teori agenda setting sampai saat ini masih banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Seperti

isu kontemporer saat ini, dimana pada awal tahun 2020 ini banyak media di Indonesia baik

media cetak, media elektronik dan online bahkan media sosial banyak yang mengangkat isu
4
Pandemi Covid-19. Isu tersebut gencar diberitakan, mulai dari jumlah penderita yang

terkonfirmasi, proses penyebaran virus, cara mengantisipasi penyebaran virus, sampai

langkah dan kebijakan pemerintah. Isu tersebut diangkat untuk menciptakan dan mengarahkan

pemikiran masyarakat. Persepsi masyarakat lambat laun terbentuk, dan mengarah terkait

Covid-19. Pro dan kontra dalam masyarakatpun terjadi, mulai persepsi masyarakat dari

Pandemi Covid-19 dianggap sebagai teori konspirasi, kebijakan pemerintah seperti PSBB

yang menuai banyak protes dari masyarakat yang dianggap merugikan dari sisi ekonomi,

sampai sorotan terkait tingginya harga alat pelindung diri (APD) kesehatan berupa masker,

hand sanitizer, pembatasan jarak dan berkumpul (social distancing ), dan masih banyak lagi

pro dan kontra kebijakan pemerintah untuk mengatasi dampak dari Pandemi Covid-19.

2. Dalam Teori Agenda Setting menganut Perspektif atau paradigma Positivistik. Paradigma

positivisme adalah sebuah proses linier atau proses sebab akibat yang mencermikan upaya

pengirim pesan untuk menubah pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto, 2009).

Sehingga paradigma ini melihat suatu proses komunikasi bergantung dari sumber dan cara-

cara penyampaian informasi kepada audience. Salah satu teori yang termasuk dalam

paradigma ini adalah teori agenda setting. Teori agenda setting termasuk dalam paradigma

positivistik karena teori ini membuktikan bahwa media massa melalui informasi yang

dibawanya mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi dan membentuk pola fikir dari

masyarakat. Dengan demikian muncullah anggapan bahwa “menguasai media berarti

menguasai publik” atau “menguasai media berarti menguasai massa (politik)” (Ritonga,

2018:35). Sehingga memandang bahwa media merupakan suatu alat. Salah satu tokoh dalam

paradigma positivisme adalah August Comte (1798 – 1857). Menurut pendapat August Comte

bahwa ilmu pengetahuan bisa dikembangkan secara ilmiah.

/ Pengaruh . . . .

5
Pengaruh paradigma positifisme terhadap teori agenda setting yang merupkan salah satu dari

jenis teori komunikasi masa sangatlah besar. Hal ini bisa dilihat dari rumusan metodologi

penelitian yang digunakan pada teori ini.

3. Dalam paradigma ini berfikir secara positivistik maka penelitiannya menggunakan hitungan

– hitungan statistik untuk pengujian hipotesis. Sebelumnya kita akan melihat pengertian

hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:96). Rumusan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan

yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan. Pengujian

hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan Hipotesis yang

diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung tersebut atau

tidak. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan terima

atau ditolak.Ditinjau dari proses pemerolehannya hipotesis dibedakan menjadi :

a. Hipotesis induktif, adalah hipotesa yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk

menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).

b. Hipotesis deduktif, adalah hipotesa yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang telah

ada (pada penelitian kuantitatif)

Adapun Hipotesis dalam teori ini adalah :

1. Informasi yang disampaikan melalui Media massa dinilai penting dalam masyarakat.

2. Informasi yang disampaikan melalui Media massa dapat mempengaruhi persepsi dalam

masyarakat.

4. Dalam Teori agenda setting ini dapat kita lihat silogismenya . Silogisme adalah suatu jenis

penalaran deduksi secara tidak langsung.. Dimana tokoh dari silogisme adalah Aristoteles.

Dalam silogisme terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan.

/ Hasil . . .
6
Hasil dari kesimpulan tersebut merupakan hubungan dari premis mayor dan premis minor.

Paradigma Positivistik pasti menggunakan Premis Mayor dan Premis Minor. Adanya premis

mayor dan premis minor dalam teori agenda setting adalah sebagai berikut :

a. Premis Mayor :

Media massa bisa memberikan informasi kepada masyarakat

b. Premis Minor :

Informasi bisa mempengaruhi nilai dan persepsi dalam masyarakat

c. Kesimpulan :

Media massa bisa mempengaruhi nilai dan persepsi dalam masyarakat

5. Pada teori agenda setting untuk proses penelitiannya menggunakan hitung-hitungan secara

statistik dalam pengujian hipotesis, dan menganut paradigma atau persepsi positivistik

sehingga model pendekatan teori agenda setting adalah secara kuantitatif. Pengertian

penelitian kuantitif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data

berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui

(Kasiram, 2008:149). Dalam penelitian kuantitatif ini metode yang digunakan adalah metode

deduktif. Metode ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadiakn acuan dalam

menari kebenaran selanjutnya.

6. Teori Agenda Setting yang menganut paradigma Positivistik menggunakan Metodologis

Hypotetico Deductive Method yaitu terdapat pengujian pada hipotesis dari sebuah teori.

Adapun langkah langkah penelitian dengan metode Hypotetico Deductive sebagai berikut:

a. Proses penelitian dimulai dari observasi dalam rangka identifikasi yang menarik perhatian

dan permasalahan yang memerlukan jawaban.

/ b. Dalam . . .

7
b. Dalam rangka Perumusan masalah penelitian, peneliti memerlukan survei data

pendahuluan yang dapat diperoleh melalui wawancara atau survei literatur.

c. Berdasarkan langkah 1 dan 2 di atas, peneliti dapat menyusun rumusan masalah penelitian

yang akan diangkat.

d. Kerangka teori yang merupakan interpretasi informasi sehingga latar belakang

permasalahan dapat dikonsepkan. Pada tahap ini variabel riset jelas di identifikasikan

dalam kaitannya dengan masalah riset dan penjelasan bagaimana masalah tersebut akan

dijawab.

e. Pembentukan hipotesis setelah merumuskan formasi kerangka dari teori, berdasarkan

asosiasi variabel yang diteliti, peneliti mengembangkan hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian tersebut.

f. Penyusunan desain penelitian ilmiah merupakan pemilihan rencana penelitian yang

berkaitan berkaitan dengan: tujuan riset, pengujian, setting riset, pengukuran variabel,

analisis, desain sampel, waktu dan metode pengumpulan data.

g. Mengarahkan pada titusi akhir dari uji hipotesis tersebut. Jika semua hipotesis penelitian

yang didukung pertanyaan riset telah terjawab maka hasil penelitian dapat diterapkan

dalam memecahkan masalah.

h. Akan tetapi jika hipotesis hanya didukung Sebagian maka kita harus mencari tahu

mengapa terjadi. Sehingga apabila diperlukan penelitian bisa diulang.

7. Teori agenda setting termasuk dalam Tradisi Ilmu Komunikasi Fenomenologi. Penelitian

Fenomenologi membuat intepretasi sebuah kejadian atau pengalaman serta kemudian menguji

intepretasi tersebut dan sekali lagi melihat dengan cermat pada detail kejadian pada proses

berkelanjutan dalam memperbaiki makna ( Setiawan Harry, 2019:26). Dimana teori agenda

setting penelitiannya berawal dari kejadian atau fenomena yang berurutan terjadi

menghasilkan suatu fenomena tertentu.

/ Teori . . .
8
Teori Agenda Setting merupakan fenomena yang sudah diteliti dan didalami oleh Maxwell

McComb dan Dinald L Shaw pada kampanye pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 1968.

Aplikasi teori agenda setting pertama sekali pada penelitian perubahan sikap pemilih dalam

kampanya Pemilu Amerika Serikat tahun 1968, memberikan hasil penelitian berbalik dengan

teori efek media terbatas (the limited media effect theories) sebelumnya. Dengan kata lain

teori agenda setting menganggap media memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan

mempengaruhi khalayak terhadap suatu isu (Ritonga, 2018:35).

8. Adapun Gambar kerangka dari Teori agenda setting adalah sebagai berikut :

PERSPEKTIF /
PARADIGMA
POSITIVISTIK

PREMIS MAYOR &


PREMIS MINOR
TEORI AGENDA SETTING TERMASUK
(Maxwell McComb & TRADISI
Dinald L Shaw) 1968-1972 FENOMENOLOGI
MODEL PENELITIAN
KUANTITATIF

PENGUJIAN
HIPOTESIS

/ 9. Contoh . . . .

9
9. Contoh pengaplikasian dalam sebuah judul Tesis yang akan diambil mahasiswa S2 STIK-

PTIK : “PENGARUH MEDIA ONLINE LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN

PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI KABUPATEN BURU SELATAN

TAHUN 2020”.

a. Dalam contoh tesis ini penulis akan menggunakan landasan Teori Agenda Setting.

b. Penelitian dilakukan perspektif atau paradigma Positivsme secara kuantitatif, yang

mengubungkan antara variable bebas (Variabel X) dengan variabel terikat (Variabel Y)

untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara PENGARUH MEDIA ONLINE

LOKAL (X) terhadap KEBERHASILAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI

KABUPATEN BURU SELATAN TAHUN 2020 (Y).

c. Selanjutnya untuk judul tersebut mengacu pada aliran tradisi Ilmu Komunikasi

Fenomenologi. Tradisi ini dipakai oleh penulis karena fenomena Pilkada merupakan

agenda yang rutin dilakukan, dimana di era modernisasi setiap orang tidak lepas dari

Gadget dan haus akan pemberitaan informasi on line. Fenomena pemberitaan media lokal

di Kabupaten Buru Selatan mempunyai pengaruh penting dalam menggiring pola fikir

masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Buru untuk memberikan respon terkait

keberhasilan pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Buru Selatan.

d. Dalam contoh judul tesis diatas terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu yang

dimuat dalam jurnal yang berjudul “PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA MASSA

TERHADAP KREDIBILTAS PEMIMPIN SIMBOLIK KEAGAMAAN” (Presetyo :

2016). Dalam jurnal ini menggunakan teori agenda setting, pendekatan kuantitatif,

membicarakan fenomena yang masuk dalam tradisi Fenomenologi.

1) Dalam contoh jurnal diatas menggunakan metode pendekatan kuantitatif, dengan tipe

penelitian korelasi menghubungkan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

Rumusan . . .

10
2) Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pemberitaan

kasus korupsi yang menimpa KH. Fuad Amin terhadap kredibilitas pemimpin

simbolik keagamaan pada mahasiswa Madura Universitas Dr. Soetomo Surabaya”.

3) Teori yang digunakan adalah Teori Agenda Setting dan kepemimpinan.

4) Metode penelitian dalam jurnal ini adalah metode “explanatory survey” yaitu

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner

sebagai alat pengumpul data yang pokok.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

a. Menurut McCombs & Shaw, teori agenda setting berbunyi bahwa media massa dapat

mempengaruhi penilaian dan persepsi masyarakat dari informasi yang diberitakan.

Memang dalam hal ini media massa tidak pernah menyimpulkan secara detail benar atau

tidaknya pemeberitaannya. Akan tetapi dengan pemberitaan yang secara terus-menerus

disampaikan ke masyarakat, maka hal ini akan membentuk frame dan arah pemikiran

masyarakat akan informasi atau berita tersebut secara terus menerus. Pemikiran yang

secara terus menerus tersebut bisa mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa pemberitaan

tersebut selalu berisi kebenaran yang mutlak.

b. Dalam teori agenda setting ini terdapat kerangka pembentukannya yaitu mulai dari persepsi

atau paradigma posistivistik, pendekatan penelitian dengan kuantitatif, memerlukan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang

berupa pertanyaan. Hipotesis ini dugunakan untuk acuan dalam berfikir atau membentuk

kerangka penelitian. Selain itu terdapat premis mayor dan premis minor yang harus

jabarkan.

c. Dalam teori agenda setting mengikuti Tradisi Ilmu Komunikasi Fenomenologi.

/ 2. SARAN. . ..

11
2. SARAN

a. Penggunaan teori agenda setting saat ini masih banyak dimanfaatkan oleh berbagai pihak

untuk mempengaruhi persepsi masyarakat. Sehingga diperlukan lembaga pengawas

khusus yang bisa melihat fenomena ini dalam masyarakat.

b. Lembaga tersebut terbentuk dari Tim independent dengan tujuan bisa mengkontrol agenda

setting yang di mainkan oleh pihak pihak tertentu melalui media massa, dalam era

kontemporer saat ini yaitu media elektronik, media online, dan bahkan media sosial.

c. Edukasi kepada masyarakat sangatlah diperlukan agar persepsi masyarakat tidak

diombang-ambingkan oleh kepentingan pihak tertentu yang memanfaatkan media massa

melalui teori agenda setting.

V. DAFTAR PUSTAKA

Griffin, (2010). A First Look at Communication Theory.8theedition.Boston:McGraw

Hill.Bungin.

Ritonga, Elfi Yanti. 2018. Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi. SOMBOLIKA, Vol

4 (1) April (2018).

Setiawan, H. 2019. MEMILIH DIANTARA 7 TRADISI ILMU KOMUNIKASI DALAM

KERANGKA FILOSOFIS. Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran

Hukum Islam Vol. XI, No 1:18-35.September 2019.

Prasetyo, Iwan Joko. 2016. Pengaruh Pemberitaan Media Mass Terhadap Kredibiltas

Pemimpin Simbolik Keagamaan. Jurnal Komunikasi. Vol. 8, No. 2, Desember 2016, Hal 159 –

169.

Makhshun Toha dan Khalillurahman. 2018. Pengaruh Media Massa dalam Kebijakan

Pendidikan. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol 1, No.1, November 2018.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

12
http://digilib.uinsgd.ac.id/3475/17/BAB%20V.pdf.

https://pakarkomunikasi.com/teori-agenda-setting.

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-positivisme-

konstruktivisme.html

https://www.statistikian.com/2012/10/hipotesis.html

13

Anda mungkin juga menyukai