Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UTS

KONVERGENSI MEDIA

CULTURE SHOCK DALAM KONVERGENSI MEDIA

Disusun Oleh :
Hanif Maulana Ulinnuha (A15.2018.01286)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi ujian tengah semester pada mata kuliah Konvergensi & New Media.

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang dibuat dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan untuk perbaikan penulisan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dosen selaku mata kuliah Konvergensi
& New Media dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyusunan tugas ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..... 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..……………….……………………………………...……….. 3

1.2 Tujuan …………..………………………………………………………....…….. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Culture Shock …… ………….……………………………………… 4

2.2 Konvergensi Media ……….……………………………………………...……... 5

2.3 Culture Shock dalam Konvergensi …………………………...…………………. 6

2.4 Contoh Kasus ……………………………………………………………………. 7

2.5 Penjelasan Contoh Kasus ……………………………………………………….. 7

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….... 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 1. Latar Belakang


Culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang sosiolog Kalervo
Oberg di akhir tahun 1960. (dalam Irwin, 2007) mendefinisikan culture shock sebagai
“penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan kulturnya. Istilah ini
mengandung pengertian adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa
yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh
individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial
baru.
Konvergensi menurut KBBI adalah keadaan menuju suatu titik pertemuan. Menurut
Henry Jenkins, Konvergensi media adalah aliran konten di berbagai platform, kerja sama
antara industri media, dan perilaku bermigrasi dari khalayak media.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Culture Shock di dalam
konvergensi media.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cultrue Shock

Menurut sumber dari internet dalam situs (repository.usu.ac.id), yang didalamnya


mengulas tentang culture shock, salah satu pakar budaya Adler mendefiniskan bahwa:

... culture shock sebagai suatu set reaksi emosional terhadap hilangnya penguat dari
lingkungan individu tersebut, dan digantikan dengan stimulus kebudayaan baru yang
memiliki sedikit arti, dan menyebabkan kesalahpahaman dengan kebudayaan baru, dan dapat
menyebabkan perasaan tidak berdaya, mudah marah, dan ketakutakan akan di tipu, dilukai
ataupun diacuhkan.

Berbeda lagi, dari sumber (www.luciatriedyana.wordpress.com) menurut Deddy


Mulyana mendasarkan bahwa:
... gegar budaya sebagai benturan persepsi yang diakibatkan penggunaan pesepsi berdasarkan
faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan
dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami.

Oberg di akhir tahun 1960 dalam situs (www.anneahira.com/arti-bvudaya.htm)


mendefinisikan:

... culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan
kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian adanya perasaan cemas, hilangnya arah,
perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan
sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang
secara kultur maupun sosial baru.

4
Dari pemaparan para ahli serta definisi-definisi diatas, maka kelompok
menyimpulkan Culture shock/gegar budaya/kekagetan terhadap budaya baru merupakan
suatu reaksi negatif terhadap berbagai segi kehidupan suatu masyarakat asing yang dirasakan
rumit. Culture shock bukanlah istilah klinis ataupun kondisi medis. Culture shock merupakan
istilah yang digunakan untuk menjelaskan perasaan bingung dan ragu-ragu yang mungkin
dialami seseorang setelah ia meninggalkan budaya yang dikenalnya untuk tinggal di budaya
yang baru dan berbeda.

2.2 Konvergensi Media

Pada zaman sekarang, konvergensi telah merambah pada aspek media. Untuk mudah
menelaah kata “konvergensi”, kita memakai analogi ilmu fisika tentang cahaya. Ia dating
dari berbagai sudut yang terkumpul dan dibiaskan oleh kaca pembesar pada suatu titik temu.
Peristiwa ini adalah contoh dari konvergensi yang mudah ditelaah.

Konvergensi media juga mengubah relasi antara teknologi, industri pasar, gaya hidup, dan
masyarakat. Jelasnya, konvergensi mengubah arketipe-arketipe relasi produksi dan
konsumsi, yang pemakaiannya benar-benar berefek pada berbagai aspek seperti ekonomi,
politik, pendidikan, dan kebudayaan.

Contohnya saja, bagaimana Koran Kompas yang dulunya hanya menyajikan berita di
media cetak kemudian melawan alterasi teknologi yang ekstrem ini. Semakin kesini, Koran
Kompas juga mengekori perkembangan jaman dengan cara menyajikan berita secara digital
seperti kompas.com. Dengan tersajimya berita secara digital yang dapat diakses dengan
komputer bahkan sekarang dapat diakses lewat HP, sehingga khalayak dapat dengan
gampangnya memperoleh informasi, hiburan, sosial, politik, dan ekonomi.

Jadi, konvergensi media adalah pengintegrasian dari berbagai macam media yang ada
untuk digunakan dan diantarkan ke dalam satu titik temu yang memiliki tujuan tertentu.
Istilah konvergensi sendiri biasanya digunakan dalam pengembangan teknologi komunikasi
dan informasi. Di dalamnya termasuk teknologi digital, integrasi teks, gambar, video, angka,
suara, dll.

5
2.3 Culture Shock dalam Konvergensi

Dengan adanya media yang terkonvergensi ini, banyak hal-hal yang menunjang dan
mempermudah kehidupan manusia. Di dunia media, khususnya konvergensi media banyak
hal-hal baru yang pada media bahkan teknologi masa lampau tidak kita temui. Maka dari
itu, banyak sekali orang-orang yang kaget akan hal baru ini. Kekagetan ini dapat dibilang
sebagai culture shock dalam konvergensi media.

Hal ini, berarti culture shock dalam konvergensi adalah keguncangan atau kekagetan
dalam menghadapi konvergensi pada suatu media. Contohnya ini dapat kita lihat ketika awal
tahun 1990-an lalu, masyarakat dihebohkan oleh pemutraran film kartun dan sinetron tiga
dimensi di RCTI. Agar bisa menyaksikannya, mereka harus memakai kacamata tiga dimensi.
Masyarakat berbondong-bondong menyerbu toko buku untuk mendapatkannya, meski
harganya untuk kacamata yang framenya dari kertas karton dan kacanya dari film itu- luar
biasa mahal. Makin dekat waktu pemutaran film kartun dan sinetron tersebut, makin naik
pula harganya. Padahal kegunaan kacamata itu tak begitu berarti. Karena, menonton tanpa
kacamata tersebut juga tak jauh beda.

Dalam menyikapi culture shock dalam konvergensi media ini pun, banyak reaksi dari
berbagai macam individu. Cara mereka menyikapi tergantung psikologi dari masing-masing
individu. Ada yang menyambut baik, seperti halnya orang-orang yang mau belajar terus
menerus tentang teknologi dan media yang ada pada zaman ini. Ada pula yang
menyambutnya dengan buruk, seperti halnya orang-orang yang skeptis dan menolak adanya
konvergensi dalam teknologi serta media.

Alangkah baiknya kita sebagai manusia, khususnya anak-anak muda, menyikapi


konvergensi media ini dengan bijak. Karena dengan usia yang masih belia alangkah baiknya
waktu yang dimiliki dipakai untuk belajar, khususnya belajar akan hal-hal baru seperti
pengkonvergensian media ini.

6
2.4 Contoh Kasus

Contoh kasus dari Culture shcok dalam konvergensi adalah ketika orang tua saya yang
dulunya berbelanja baju di pasar sekarang lebih menyukai belanja online karena lebih praktis
dan juga menghemat waktu.

2.5 Penjelasan Contoh Kasus

Dari contoh kasus diatas bisa kita lihat bagaimana orang tua-orang tua sekarang,
khususnya orang tua saya yang mengalami culture shock dalam konvergensi. Mereka tidak
terlalu siap menghadapi culture shock tersebut, mereka sering kali menyalah gunakan atau
mungkin salah paham dengan fungsi Toko online yang saat ini mereka gunakan. Contohnya
saja seperti mereka dulu sering berbelanja di asar namun semenjak perkembangan teknologi,
mereka lebih menyukai berbelaja di Online shop karena lebih praktis dan juga menghemat
waktu. Namun perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan negatif.
Mungkin memang dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan saat ini semakin
dipermudah dan sangat praktis akan tetapi tak dapat dipungkiri kejahatan pun menjadi
semakin banyak pula terjadi, terutama kejahatan yang bermula dari media online. Tak jarang
kasus tentang penipuan pembelian online terjadi.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Culture Shock terhadap konvergensi merupakan bukti kedinamisan dunia yang selalu
mengalami perubahan. Perkembangan yang terjadi memang akan menghasilkan masyarakat
yang modern apalagi dengan konvergensi media ini. Namun, masyarakat juga harus pintar-
pintar mengatur diri agar tidak menjadi manusia yang ketergantungan dan hanya
mengandalkan sesuatu yang praktis.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/konvergensi-media

https://id.wikipedia.org/wiki/Kejutan_budaya

Jenkins, Henry. Convergence Culture : Where Old and New Media Collide. New York :
NYU Press, 2006

Anda mungkin juga menyukai