Jurnalis bercerita dengan suatu tujuan. Jurnalis harus melakukan lebih dari
mengumpulkan penonton atau daftar yang penting. Untuk kelangsungan
hidup sendiri, itu harus menyeimbangkan apa yang pembaca tahu yang
mereka inginkan dengan apa yang mereka tidak bisa mengantisipasi tetapi
membutuhkan. Singkatnya, ia harus berusaha keras untuk membuat menarik
yang signifikan dan relevan. Efektivitas jurnalisme diukur baik oleh berapa
banyak pekerjaan yang melibatkan audiens dan menerangi itu. Ini berarti
wartawan harus terus-menerus meminta informasi apa yang memiliki nilai
bagi masyarakat dalam bentuk apa. Sementara jurnalisme harus mencapai
melampaui topik seperti topik pemerintah dan kemampuan publik, jurnalisme
kewalahan oleh hal-hal sepele dan signifikan palsu akhirnya melahirkan
masyarakat sepele.
Setiap wartawan harus memiliki rasa pribadi etika dan tanggung jawab-
kompas moral. Setiap dari kita harus rela, jika keadilan membutuhkan akurasi,
untuk menyuarakan perbedaan rekan-rekan kami, baik dalam newsroom atau
gugatan eksekutif. Berita organisasi melakukannya dengan baik untuk
memelihara kemerdekaan ini dengan mendorong individu untuk berbicara
tentang pemikiran mereka. Ini merangsang keragaman intelektual yang
diperlukan untuk memahami dan akurat mencakup masyarakat yang semakin
beragam. Keberagaman pkiran dan suara inilah, bukan hanya angka, yang
penting.
Reporter
Jurnalis-reporter bertugas melakukan liputan sesuai hasil rapat redaksi (inline).
Pelaksanaan liputan mengacu pada peran editor, yakni berupa penugasan (term of
reference, TOR/outline), pengusulan tunggal, dan isu hangat. Kecuali reporter media
cetak yang melengkapi liputannya dengan foto, reporter media elektronik (radio)
melengkapi liputannya dengan moment record (rekaman peristiwa) dalam bentuk audio.
Sedang reporter media elektronik (televisi) melengkapi liputannya dengan moment
record (rekaman peristiwa) dalam bentuk video.
Setiap reporter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan pada saat rapat
redaksi. Setiap keterlambatan dari waktu deadline yang diberikan merupakan
tanggungjawab langsung editor yang memberikan TOR.
Berita artikel, narasi audio, narasi dan rekaman video diberikan dua jam
sebelum deadline. Semua material ini harus diserahkan ke editor di bawah yang
direferensikan ke komputer database yang akan di-file dalam bentuk copy file dan hard
copy.
Laporan atau artikel yang ditulis tak perlu memiliki analisis dan kesimpulan yang sama
dengan pandangan editor. Namun syarat utama yang tak bisa ditawar adalah
laporan/artikel itu harus benar. Kebenaran disini bukan dalam pengertian filosofis, tapi
kebenaran fungsional, seperti keakuratan laporan, semua informasi yang disuguhkan tak
kurang, tak berlebihan, sumber-sumber yang jelas, nama lengkap, angka, waktu, jarak,
ukuran, tempat.
Untuk mencapai kebenaran fungsional itu reportert harus bisa melakukan pengumpulan
informasi dengan baik. Verifikasi adalah esensi dari jurnalisme dengan standar akurasi,
proporsional, komprehensif, relevansif, fairness, berimbang.
Jika melakukan liputan atau wawancara, reporter harus memperkenalkan diri sejelas-
jelasnya. Kantor media seharusnya tidak mentolerir jika ada reporter mengambil
keuntungan dari wawancara atas nama media dimana dia bekerja. Aturan ini berlaku
pula terhadap semua pihak yang terlibat dalam bisnis penerbitan dan penyiaran.
Tidak boleh mengutip pernyataan atau mengambil foto seseorang tanpa izin. Misalnya,
saat ngobrol bebas pun harus minta izin jika ada kalimat yang menarik dari narasumber
atau untuk mengambil foto harus seizin narasumber. Ingat, kode etik menjelaskan
narasumber memiliki hak embargo terhadap informasi dan foto yang dapat
diberikannya.
Reporter tidak berupaya menjadi antek golongan manapun, parpol tertentu, pejabat
tertentu, yang tercermin dalam berita-berita yang dibuatnya.
Editor/Redaktur
Editor/Redaktur bertugas memberikan TOR/outline kepada reporter sesuai hasil rapat
redaksi. Setiap editor harus memberikan panduan teknis lapangan ke reporter sebelum
bertugas meliput suatu isu. Ini penting dilakukan, selain merupakan garis besar outline,
seorang redaktur bertanggungjawab terhadap segala resiko yang bakal dialami reporter
yang meliput isu yang diberikannya.
Setelah laporan diselesaikan reporter, material laporan harus diperiksa kembali oleh
redaktur untuk mengetahui keakuratan laporan, seperti semua informasi yang
disuguhkan tak kurang, tak berlebihan, dengan sumber-sumber yang jelas, nama
lengkap, angka, waktu, jarak, ukuran, tempat.
Tak ada larangan jika seorang redaktur harus turun ke lapangan untuk melakukan
peliputan, sebab sebagaimana idealnya; jurnalis yang baik adalah jurnalis yang tak
berada di belakang meja. Jurnalis yang baik adalah jurnalis yang merancang rencana
liputannya di belakang meja dan melaksanakannya di lapangan.
Seorang redaktur tidak menggunakan sumber anonim sumber yang layak dipercaya,
menurut sumberdalam laporannya. Tidak pula menggunakan sumber dengan
astribusi, misal seorang anggota TNI, pelaku perkosaan adalah anak seorang petinggi
Korem.
SubEditor
Setelah sampai di meja redaktur/editor, berita diteruskan melalui komputer pada
subeditor yang bertugas memeriksa akurasi penulisan berita. Bila ada yang perlu
ditanyakan, subeditor dapat memanggil reporter yang bersangkutan melalui sekretaris
redaksi atau langsung. Subeditor harus mempertimbangkan berbagai persoalan hukum,
seperti kemungkinan pencemaran nama baik, character assassination (pembunuhan
karakter orang lain), penghinaan terhadap seseorang.
Jika struktur tulisan dianggap perlu diperbaiki, subeditor bisa menulis ulang (edit).
Subeditor pun dapat mengurai panjang tulisan/narasi sesuai kebutuhan kolom (cetak)
dan durasi (elektronik).
Subeditor harus menjamin gaya penulisan baik untuk artikel cetak maupun narasi,
terjalin dalam seluruh tulisan: menyusun headline (judul), caption (teks foto), lead (teras
berita) dan panel (teks yang digunakan untuk menekankan gagasan penting dalam
tulisan). Subeditor juga dapat menentukan desain halaman sebagai bahan pertimbangan
bagian design dan layout.
Redaktur Pelaksana
Secara teknis, peliputan di lapangan sampai di meja radaktur berada di bawah
wewenang redaktur pelaksana. Posisi ini sangat penting sebab berkenaan dengan
bagaimana mengatur dan menentukan alur peliputan semua reporter di lapangan dan
redaktur di kantor dalam penggarapan seusai rapat redaksi.
Seorang redaktur pelaksana harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan reporter di
lapangan. Harus dapat menjawab pertanyaan reporter atau membantu reporter jika
sewaktu-waktu mereka menemui kendala teknis di lapangan.
Jika terjadi error operation, seorang redaktur pelaksana harus dapat
mempertanggungjawabkannya kepada penanggungjawab redaksi atau di hadapan rapat
evaluasi redaksi. Redaktur pelaksana adalah kendali dari mata reporter di lapangan.
Sekretaris Redaksi
Harus memahami bagaimana sirkulasi berita, baik media cetak dan siaran. Sekretaris
redaksi bertugas memperbanyak dokumen yang dibutuhkan reporter dan redaktur.
Melayani panggilan telepon dan melakukan hubungan langsung ke narasumber untuk
kepentingan wawancara atas permintaan reporter dan redaktur.
Penanggungjawab Redaksi
Posisi satu ini bukan posisi yang mudah. Dahulunya, posisi ini disebut pimpinan redaksi,
namun karena tuntutan UU RI No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, maka sebutan pimpinan
diganti menjadi penanggungjawab.
Di kalangan radio namanya tak diubah, namun pada media televisi, biasa disebut
Direktur Pemberitaan.
Maka, jangan heran jika suatu saat terjadi tuntutan hukum, seorang penanggungjawab
redaksi seringkali diproses lebih dulu. Ia harus dapat menjelaskan kenapa hal itu terjadi?
Apa yang menyebabkannya? Apa motivasinya? Bagaimana implikasi sebuah
pemberitaan terhadap masyarakat? Secara non-teknis maupun teknis jurnalistik.
Penanggungjawab Perusahaan
Ia mengendalikan dan mengkoordinasikan kebijakan di lingkungan perusahaan. Dalam
tubuh media, bagian redaksi dan bagian perusahaan (advertaising, sirkulasi/pemasaran,
keuangan) bukan merupakan bagian tunggal. Di jajaran redaksi dipimpin seorang
penanggungjawab redaksi, sedang di bagian perusahaan dipimpin seorang
penanggungjawab perusahaan. Keduanya, nantinya akan bertanggungjawab kepada
Penanggungjawab Umum.
Seorang pemimpin perusahaan media dituntut
paham marketing, sirkulasi, cost, budgeting, oplag, advertaising dan semua hal yang
terkait dengan mekanisme menjalankan perusahaan. Sebab, maju-mundur, sehat-
tidaknya perusahaan sangat tergantung kehandalan seorang pemimpin perusahaan.
Penanggungjawab Umum
Penanggungjawab Umum adalah posisi yang merupakan kalaborasi tanggungjawab
perusahaan dan redaksional. Penanggungjawab umum bertanggungjawab terhadap
jalannya perusahaan dan redaksional. Ia akan secara berkala menerima laporan
perkembangan perusahaan dari pemimpin perusahaan dan penanggungjawab redaksi.
Dengan data-data dari laporan-laporan itu, setiap penanggungjawab umum akan
mengetahui perkembangan perusahaan.
Advertaising (Periklanan)
Dipimpin seorang kepala.
Ini salah satu elemen berhasilnya lembaga penerbitan/penyiaran. Sebuah tim periklanan
yang kuat dapat menentukan arus masuk kas keuangan. Bagian ini juga kadang menjadi
parameter mapan-tidaknya sebuah lembaga penerbitan/penyiaran.
Seorang advertaser harus paham etika periklanan Indonesia, sistim kontrak, solusi, trik-
tips mendapatkan iklan, metode pemasaraan iklan, designer periklanan dan aplikasi
komputer yang berhubungan dengan bidangnya.
Beberapa iklan yang harus dihindari, seperti iklan tembakau (tak ramah lingkungan),
iklan yang menggunakan satwa dilindungi sebagai material iklan.
Bagian periklanan akan berhubungan dengan redaksi dan design/layout, kecuali bagian
ini memiliki tim design/layout sendiri. Segala urusan periklanan yang berhubungan
dengan bagian redaksi harus didiskusikan dulu. Bagian periklanan berhak menolak
iklan yang diperoleh reporter atau bagian lain dengan cara-cara yang tak etik, seperti
iklan yang diperoleh setelah memaksa narasumber, iklan yang dipasang tanpa nilai,
kecuali ada pembicaraan khusus, dan iklan yang bertendensi tertentu oleh bagian lain.
Sirkulasi/Marketing (Pemasaran)
Dipimpin seorang kepala.
Seseorang di bagian ini harus dapat mengklasifikasikan data (primer dan sekunder)
menurut kepentingan dan kebutuhannya. Ia harus secara berkala memasukkan (insert)
data yang diperoleh redaksi atau bagian lain dalam sistim database. Ia harus memahami
sistim pengarsipan, file, dan bagaimana menempatkannya dalam folder klasifikasi yang
sudah disusun. Harus memahami jenis-jenis dokumen, buku, foto (non spatial), diagram-
diagram dan peta (spatial). Harus pandai memilah mana profil perusahaan, individu,
lembaga pemerintah, sejarah daerah, dan lain-lain.
Ia harus dapat berkomunikasi dengan baik kepada jajaran redaksi, redaktur, subeditor,
perusahaan. Termasuk melayani permintaan data dari berbagai bagian ini.
Komputerisasi
Dipimpin seorang kepala.
Tehnisi
Posisi ini adalah salah satu posisi vital. Seorang teknisi harus memahami sistim operasi
komputer, kerusakan hardware dan software. Teknisi di bagian penyiaran harus
memahami bagaimana sistim frekuensi, modulasi, perbaikan peralatan dan mendukung
sepenuhnya jalannya penerbitan dan penyiaran radio dan televisi. Dia harus dapat
melakukan komunikasi dan membangun kontak profesional dengan pihak luar
sehubungan dengan beratnya kerusakan peralatan di lingkungan media.
Designer/Layouter
Designer/Layouter harus paham dan dapat menggunakan berbagai program aplikasi
untuk design/layout, seperti Pagemaker, Photoshop, Framemaker, Adobeacrobat. Harus
pula mampu menggunakan berbagai aplikasi yang terintegrasi dengan program-
program ini.