Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN URBAN DI KAYUTANGAN KOTA MALANG” dengan baik.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas besar mata kuliah Azas Desain Urban Arsitektur Universitas Brawijaya
Malang. Laporan tugas besar ini berisi ulasan tentang keadaan dan permasalahan yang terdapat pada kawasan kayutangan dan mengetahui
bagaimana solusi untuk kedepannya. Dengan dibuatnya laporan ini, kami jadi mengetahui lebih dalam tentang tata ruang kota khususnya di Kota
Malang ini sebagai acuan perancangan yang lebih baik dan mengetahui bagaimana solusi untuk menanggapi permasalahan pada kawasan
kayutangan khususnya.
Kami menyadari bahwa adanya kelancaran dalam penyusunan tugas besar ini tak luput dari bantuan semua pihak. Oleh Karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Jenny Ernawati, MSP., Ph.D. selaku ketua tim dosen pengampu Azas Desain Urban, serta Bapak Ir.
Sigmawan Tri Pamungkas, MT. dan bapak Beta Suryokusumo, ST., MT., selaku dosen pengampu.
Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur dalam mengetahui karakteristik kawasan urban di kayutangan
kota Malang dan menjadi bahan perbaikan untuk masa yang akan datang. Selain itu, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya dalam bidang arsitektur itu sendiri.

Malang, Maret 2017

Penyusun,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan kekayaan kepulauannya. Dengan wilayahnya yang begitu luas pastinya Indonesia memiliki banyak
kota yang tersebar di berbagai kepulauannya. Banyaknya kota yang tersebar mengakibatkan tata ruang di beberapa kota masih harus
mendapatkan penanganan yang serius. Tingginya tingkat kemacetan merupakan salah satu akibat perencanaan tata ruang kota yang tidak
jelas, serta inkonsistensi pembuat kebijakan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan.
Jika dari manusianya sendiri saja kurang kesadaran akan pentingnya perencanaa tata ruang kota menjadikan peraturan tertulis maupun
himbauan kepada masyarakat tentang aturan-aturan mengenai lingkungan dalam hidup bermasyarakat yang dibuat pemerintah atau pun
pemda menjadi sia-sia. Selain itu, akibat kurang matangnya perencanaan tata ruang dan inkonsistensi pemerintah juga berdampak buruk
seperti kurang terkendalinya pergerakan masyarakat entah itu masalah urbanisasi, membludaknya kendaraan bermotor pribadi atau dampak
lain masalah tata kota.
Maka dari itu, perlu adanya suatu tata ruang kota yang dapat dijadikan sebuah kawasan kota yang dirancang dengan berbagai cara dari
segala aspek, demi memenuhi kebutuhan masyarakat dengan segala pemanfaatan ruang yang efisien. Perancangan tersebut harus mencakup
semua karakteristik kawasan yang ideal. Semua usaha dapat berfungsi dan dimanfaatkan sebagaiman mestinya agar tujuan keberadaanya
menjadi berarti dan tidak sia-sia.
Adanya pemanfaatan ruang kota sangat diperlukan demi mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang
melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kota
Surabaya, kota Malang setiap tahunnya mengalamami peningkatan jumlah penduduk. Besarnya peluang pada tingkat pekerjaan maupun
pendidikan menjadi penyebab membludaknya penduduk di kota Malang. Maka demi memenuhi kebutuhan masyarakat perlu adanya
perubahan desain agar dapat mengikuti perkembangan tersebut.
1.2 Tujuan Penugasan
1. Memahami permasalahan urban yang terjadi di Kota Malang khususnya kawasan Kayutangan
2. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan masalah urban pada kawasan Kayutangan
3. Mencari solusi untuk memperbaiki masalah urban pada kawasan Kayutangan
1.3 Batasan Studi

Lokasi: Jl. Jaksa Agung Suprapto- Perempatan BCA Jl. Jenderal Basuki Rahmat, Kota Malang, Jawa Timiur (Kawasan Kayu Tangan)

Gambar 1.1 Peta Kawasan Jl. Jenderal Basuki Rahmat yang Dikaji
Sumber : http://maps.google.com/

Lokasi yang digunakan untuk kajian karakteristik kawasan ini adalah Jl. Jaksa Agung Suprapto sampai dengan Jl. Jenderal Basuki
Rahmat, tepatnya pada Kawasan Kayu Tangan (antara jembatan Sungai Brantas – Perempatan Jl. Jenderal Basuki Rahmat). Kawasan
ini merupakan salah satu kawasan ekonomi dan sosial di Kota Malang, terdapat banyak bangunan komersial, pertokoan, hotel, bengkel
otomotif, rumah makan dan bangunan perkantoran yang berada di lokasi ini, antara lain seperti pertokoan Avia, kantor PLN Kota
Malang, kantor Bank BCA, hotel Kartika Graha, dan Rumah Makan Padang. Hal tersebut membuat kawasan ini layak untuk dijadikan

salah satu objek pengamatan karakteristik kawasan perkotaan.

Hotel Tychi Apotek Kimia Farma

Hiburan Malam “My Place” Kantor PLN Kota Malang

Toko Avia Kantor Bank BCA Kota Malang


Gambar 1.2 Beberapa Bangunan yang Ada Pada Lokasi Kajian
Sumber : http://maps.google.com/ & Dokumentasi Pribadi
Gambar 1.3 Kondisi Jl. Jaksa Agung Suprapto

Gambar 1.4 Kondisi Jalan Pada Pertigaan Jl. Brigjend Slamet Riyadi
Gambar 1.5 Kondisi Jalan Pada Pertigaan Jl. Jend. Basuki Rahmat

1.3 Metode Penyusunan


1.4.1 Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan sebenar-benarnya sesuai dengan
keadaan di lokasi serta teori-teori dan peraturan-peraturan yang berlaku di kawasan studi. Sehingga permasalahan atau potensi yang
ada di lapangan dapat diidentifikasi dengan tepat dan dapat ditemukan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Proses
pengumpulan data terdiri dari 2 bagian, yaitu:
 Studi literatur
Yaitu mengumpulkan dan mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan kawasan studi. Mengumpulkan dan mempelajari peraturan-
peraturan yang berlaku pada kawasan studi.
 Observasi lapangan
Yaitu pengumpulan data-data lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sesuai di lapangan melalui catatan-catatan atau
dokumentasi visual keadaan kawasan yang ditinjau.
1.4.2 Analisis data
Proses melakukan penelitian dengan metode deskriptif terhadap data yang telah diperoleh. Mengolah dan menganalisis antara
keadaan yang ada di lapangan dengan teori-teori dan kebijakan pemerintah yang berlaku pada kawasan tersebut sehingga dapat dianalisa
permasalahan pada kawasan tersebut.
1.4.3 Rekomendasi desain
Mengajukan alternatif penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan dengan berdasarkan teori dan peraturan yang
ada dalam bentuk rekomendasi desain yang baru terhadap tata ruang kota pada kawasan tinjauan.
1.4 Simpulan Akhir

Menemukan kesimpulan dari seluruh permasalahan yang ada. Mencari penyebab dan penyelesaiannya secara singkat dan jelas
sebagai bukti terpecahkannya masalah urban pada kawasan Kayutangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kota


Konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek,
konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.
Secara umum, Kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan
sebagainya. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang
melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan
kehidupan modern dan menjadi wewenang pemerintah kota.

2.1.1 Pengertian Kota


1. SMSAI (Standard Metropolitan Statistical Area) USA – Canada

Kota adalah tempat yang:

 Penduduknya 50.000 jiwa atau gabungan 2 kota dengan total penduduk 50.000 jiwa.
 Merupakan gabungan kota-kota kecil dengan masing-masing jumlah penduduknya kurang lebih 15.000 jiwa.
 Menunjukkan hubungan antara aspek ekonomi dan sosial.
 75% penduduknya bekerja di sektor non pertanian.
 Mayoritas penduduk bekerja di kota.
 Kepadatan penduduknya 375 jiwa / hektar.

2. Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang.
Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.

3. UU No. 22 th. 1999 Tentang Otonomi Daerah

Kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

4. Kamus Tata Ruang

Kota adalah pemukiman yang berpenduduk relatif besar, luas area terbatas, pada umumnya bersifat non-agraris, dan kepadatan penduduk
relatif tinggi.

5. Louis Wirth

Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

6. Peraturan Mendagri RI No. 4 th. 1980

Kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu
lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan.

7. Jorge E. Hardoy

Ciri-ciri kota adalah:

a. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap masa dan tempat.
b. Bersifat permanen.
c. Kepadatan minimum terhadap masa dan tempat.
d. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditujukan oleh jalur jalan dan ruang-ruang perkotaan yang nyata.
e. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja.
f. Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yaitu meliputi sebuah pasar, sebuah pusat administratif atau pemerintahan, sebuah
pusat militer, sebuah pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama.
g. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat.
h. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota dan memproses bahan mentah untuk
pemasaran yang lebih luas.
i. Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
j. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan tempat itu.

8. Max Weber

Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah
adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.

9. Arnold Tonybee

Kota tidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kota menunjukkan
perwujudan pribadinya masing-masing.

10. Ir. Sutami

Kota dipandang sebagai koldip (koleksi, distribusi, dan produksi).

11. Grunfield
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata
pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya
berdekatan.

12. Amos Rappoport

Amos Rappoport membagi definisi kota menjadi dua definisi, yaitu definisi klasik dan definisi moderen.

Definisi klasik

Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-indivudu yang heterogen dari segi
sosial.

Definisi Modern

Kota adalah suatu permukiman yang dirumuskan bukan dari ciri morfolgi kota tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruang-ruang
efektif melalui pengorganisasian ruang dan hirarki tertentu.

13. Peraturan Mendagri No. 2 th. 1987

Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam
peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

14. Alan S. Burger

Kota adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan penduduk yang heterogen, dimana di kota itu dilengkapi
dengan berbagai fasilitas yang terintegrasi membentuk suatu sistem sosial dan seterusnya.

15. National Urban Development Strategy


Kota sebagai pusat pelayanan kegiatan produksi, distribusi dan jasa-jasa yang mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah
sekitarnya.

16. John Brickerhoff Jackson

Kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh
berbagi unsur seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau.

17. Djoko Sujarto

Kota memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Demografi
Pemusatan penduduk tinggi dengan kepadatan tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
2. Sosiologi
Adanya sifat heterogen, budaya – urbanisasi yang mendominasi budaya desa.
3. Ekonomi
Adanya proporsi lapangan pekerjaan yang dominan di sekitar non pertanian seperti industri, pelayanan jasa, transport dan pedagang.
4. Fisik
Dominasi wilayah terbangun dan struktur binaan.
5. Administrasi
Suatu wilayah wewenang yang dibatasi oleh suatu wilayah yuridikasi yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku.

18. Marx dan Engels

Kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang
diperlukan agar masing-masing anggota dapat mepertahankan diri. Perbedaan kota dan pedesaaan menurut mereka adalah pemisahan
yang besar antara kegiatan rohani dengan materi. Individu-individu terbagi dalam kedua jenis tenaga kerja ini, yang mengakibatkan
mereka mengalami alienasi.

19. Bhudy Tjahyati Soegiyoko


 Kota sebagai pusat pelanan jasa, produksi, serta pintu gerbang atau simpul transportasi bagi kawasan permukiman dan wilayah
produksi sekitarnya.
 Kota sebagai tempat tinggal sebagian besar penduduk kota, setiap tahunnya selalu bertambah jumlahnya.

20. Ditjen Cipta Karya

Kota adalah merupakan permukiman yang berpenduduk relative besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris,
kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah
geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis.

2.1.2 Bentuk dan Perkembangan Kota

A. Bentuk kota

Bentuk kota adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kota adalah bentuk dan pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat
menggambarkan arah perkembangan dan bentuk fisik kota. Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur
bangunan, dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Pada tahap selanjutnya, terjadilah aktivitas
sosial, ekonomi, budaya dalam masyarakatnya sehingga membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan pusat kota.
Bentuk kota tidak mengalami perkembangan dengan sendirinya. Kota merupakan suatu komponen yang memiliki unsur yang terlihat nyata
secara fisik seperti perumahan & prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik tidak dapat terlihat yaitu berupa kekuatan politik &
hukum yang mengarahkan kegiatan kota (Melville C. Branch, 1984:154). Ada beberapa aspek yang mempengaruhi bentuk, menurut teori
shirvani hamid (1985) yaitu tata guna lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir,pedestrian, activity support, preservasi, open space
dan signage.

1. Apek bentuk fisik kota

Tata guna lahan


Pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu sehingga secara umum dapat
memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tertentu. Penggunaan lahan merupakan salah satu elemen kunci
dalam perancangan kota yang menjabarkan rencana dua dimensi menjadi tiga dimensi. Penetapan land use pada lingkup urban design
menentukan hubungan antara sirkulasi/parkir dengan intensitas kegiatan dalam urban area. Ada beberapa area yang memiliki intensitas,
pencapaian, parkir, sistem transportasi yang membutuhkan penggunaan tersendiri.

 Bentuk dan massa bangunan


Bentuk dan massa bangunan harus mencakup ketinggian, blok massa, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, garis sempadan
bangunan, gaya atau langgam, skala, material, tekstur, warna. Studi mengenai bentuk terbangun dan jaringan fisik tidak boleh semata-mata
hanya menitikberatkan pada ketinggian, blok massa, set-back, dan sebagainya (Spreiregen; 1965).

 Massa
yang meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah, serta obyek lain di dalam ruang yang dapat diatur. Bentuk dan massa bangunan tidak
semata-mata ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan bentuk maupun konfigurasi dari massa bangunan akan tetapi
ditentukan juga oleh besaran selubung bangunan (building envelope), koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, ketinggian
bangunan, sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala, material yang digunakan, warna yang terdapat pada bangunan dan sebagainya.
Semua faktor di atas akan
menciptakan penampilan dan konfigurasi bangunan yang membentuk kota tersebut.

 Sirkulasi dan parkir


Elemen parkir mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan, yaitu kelangsungan kegiatan komersial pusat kota, kesan visual
terhadap wujud fisik dan bentuk kota. Sirkulasi merupakan salah satu elemen pembentuk struktur lingkungan kota.
Bisa berupa arah, kontrol aktivitas, sistem jalan umum, pedestrian ways, transit dan sistem hubungan.

 Pedestrian ways
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, di mana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan
kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan, maka
pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain
sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Pedestrian juga berarti “person walking in the street“, yang berarti orang yang
berjalan di jalan. Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki yang
berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari kendaraan bermotor.

 Kegiatan pendukung (Activity Support)


Merupakan salah satu bangunan yang mendukung kegiatan yang ada di sekitar lingkungan. Penunjang aktivitas (acitivity support) mencakup
semua penggunaan dan kegiatan yang memperkuat ruang publik, yang saling melengkapi satu sama lain.Menurut Long Beach (1980)
kegiatan belanja, makan-makan, menunggu, istirahat, kegiatan pulang dan pergi ke tempat kerja, merupakan tanda-tanda vital sehatnya
pusat kota dan untuk menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut dibutuhkan penyediaan penunjang aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat penggunanya.

 Signage
Branch (1995) dalam bukunya ”Comprehensive City Planning: Introduction and Explanation”, mengatakan bahwa perancangan kota
berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota, yaitu penampilan visual, kualitas estetika dan karakter kota.
Shirvani (1985) dalam ”The Urban Design Process”, bahwa ada 8 (delapan) unsur yang mempengaruhi bentuk fisik kota yaitu tata guna
lahan, bentuk bangunan, sirkulasi dan perparkiran, ruang terbuka, jalan dan pedestrian, pendukung kegiatan, perpapanan nama dan
preservasi. Papan nama/reklame adalah merupakan unsur tampilan visual yang cukup penting dalam membentuk karakter kota. Sehingga
dari sisi perancangan kota/arsitektur kota, papan nama/reklame dengan berbagai bentuknya perlu diatur dan ditata agar terjalin kecocokan
lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kompetisi antara reklame dan juga mencegah kebisingan masyarakat atau
warga kota akan tampilan visual kotanya.

 Preservasi
Pelestarian tidak hanya berkenaan dengan kepentingan bangunan dan tempat bersejarah, tetapi juga semua tempat dan bangunan yang ada
sepanjang mereka secara ekonomi adalah vital dan secara budaya mempunyai arti penting. Di dalam rancangan kota pelestarian harus
ditujukan untuk melindungi atau mempertahankan lingkungan dan juga diarahkan pada pelestarian suatu kegiatan.

 Ruang Terbuka Hijau (Open Space)


Pada elemen perancangan kota ruang terbuka didefinisikan sebagai lansekap, hardscape (jalan, jalur pejalan kaki, dan sejenisnya), park, dan
rekreasi terbuka di dalam kota. Lahan kosong di dalam kota yang lazim disebut “super hole” pada masa peremajaan kota tidak termasuk
ruang terbuka karena ruang tersebut terbentuk secara organis.

Jenis Bentuk Kota


secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14).

1. Linier
Perkembangan yang diatur sepanjang ‘Coridor’, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk ‘star’. linier merupakan bentuk awal
sebuah bentuk kota, linier juga merupakan produk dari revolusi industri, bentuk ini juga memudahkan pergerakan orang dan barang. Contoh :
Madrid
2. Spreadsheet/Grid
Bentuk grid ini mempunyai hirarki, dan bergantung satu sama lain. dan setiap grid dihubungkan dengan jalan. Merupakan penyebaran dari
pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan
untuk kota yang daerahnya datar. Contoh : Los Angeles, Tokyo

3. Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk Gurita/Bintang)


Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C.
Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam “ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur
transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinter land” dan
pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.
4. Finger sheep
5. Sporadis

6. Ring/Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin)


Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah
wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota
besar. Contoh nyata dari pada “ring cities” adalah “Randstad Holland” di Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht,
Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.
7. Spider Web
Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala kegiatan yang sangat vital
dengan perkembangan disekitarnya. Contoh : Dallas

8. The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)


Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal
“relatif” tidak begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada
arah jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).
9. The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang)
Melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul
karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958).

10. Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru)
Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama dengan jalan
meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota satelit sehingga memperluas “working opportunities” nya. Contoh : Kota Stockholm, London,
Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa “concentric development” mendominasi
perkembangan areal kekotaannya pada “main urban center” maupun pada kota-kota satelitnya.
11. Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas)Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar
lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian
lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
Hambatan-hambatan alamia (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.
Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.

Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan “green belt zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan demikian terciptalah
bentuk bulat arcificial.

12. Polycentred
Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan ruang terbuka yang
merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit.

13. Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)


Sebenarnya bentuk ini juga mirip “regtangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka
bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur
transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping.

14. Stellar Cities (Bentuk Stellar)


Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala
penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak
pohon”, dimana pada ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang
besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.

15. Walled CityWalled City


Terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.
16. Concellation City
Pertumbuhan kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan dari pusat ke wilayah-
wilayah masing-masing
2.1.3 Dinamika dan Permasalahan Kota
Kata dinamika berarti berhubungan dengan benda yang bergerak baik secara nyata maupun tidak nyata karena cenderung bersifat
fleksibel.
A. Dinamika kota
Dinamika masalah perkotaan berhubungan dengan dimensi waktu dan cara perkembangan kota itu sendiri. Berikut pembahasannya :
 Dimensi waktu
Dalam mengkaji wujud suatu kota, tidak boleh hanya dipandang dari bentuk tiga dimensinya saja tetapi perlu
memperhatikan dimensi waktu yang menjadi unsur yang sangat mempengaruhi kehidupan di kota.
Sebuah kota pasti mengalami proses dari awal terbentuknya kota tersebut sampai sekarang. Dalam proses tersebut terdapat
perkembangan setiap waktunya baik secara keseluruhan maupun bagiannya, baik kearah positif maupun negatif.
 Cara perkembangan kota

1. Perkembangan Horizontal
Perkembangan horizontal adalah perkembangan yang mengarah ke luar. Artinya,daerah bertambah, sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan
terbangun (coverage) tetap sama. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pinggir kota karena hargalahannya masih lebih murah dan
dekat dengan jalan raya yang mengarah ke kota sehingga terdapat banyak keramaian.

2. Perkembangan Vertikal
Perkembangan vertikal adalah perkembangan yang mengarah ke atas. Dalam hal ini,daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap
sama, sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Cara ini sering terjadi di pusat kota yang harga lahannya mahaldan pusat-pusat perdagangan.

3.Perkembangan Interstisial
Perkembangan interstisial adalah perkembangan yang dilangsungkan ke dalam. Dalam hal ini, daerah dan ketinggian bangunan rata-rata
tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusatkota, dimana antara
pusat dan daerah pinggiran yang kawasannya dibatasi dan hanya dapat dipadatkan

2.1.4 Kesimpulan

2.2 Tata Ruang Kota

2.2.1 Pengertian Tata Kota

1. Menurut KBBI, tata kota adalah pola tata perencanaan yg terorganisasi untuk sebuah kota dalam membangun, misalnya jalan,
taman, tempat usaha, dan tempat tinggal agar kota itu tampak apik, nyaman, indah, berlingkungan sehat, dan terarah
perluasannya pada masa depan

2. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran
serta masyarakat dalam penataan ruang meliputi:
 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruangudara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lainnyahidup dan melakukan kegiatan guna memelihara kelangsungan hidupnya.
 Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.
 Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruangdan pengendalian pemanfaatn ruang.
 Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenapunsur terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkanaspek administratif dan atau aspek fungsional.
 Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya.
 Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsikawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
3. Menurut Erna Witoelar kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu
wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal.

4. Menurut Slamet Darwani, tata ruang kota dan wilayah itu adalah menentukan, merencanakan, dan memastikan bagaimana
penggunaan ruang secara proporsional sehingga area yang ada di Jakarta dapat memenuhi aspek kegiatan ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup pada kawasan kota tersebut ketiga aspek tesebut sangat penting bagi keamanan, kesejahteraan, dan kemajuan
pada masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut.

5. Menurut Nurkholis Hidayat, tata ruang kota dan wilayah itu adalah suatu usaha pemegang kebijakan untuk menentukan visi
ataupun arah dari kota yang menjadi tanggung jawab pemegang kekuasaan di wilayah tersebut.

6. Menurut Abidin Kusno, tata ruang tidak hanya berupa tampak fisik dari lingkungan saja tapi juga mempengaruhi pengakuan
identitas. Baik individual atau kolektif. Ruang dengan kapasitas tersebut bisa menghapuskan identitas individu ataupun
komunitas bahkan populasi sekalipun, melalui ( sains, tekhnologi, dan ekonomi ) ilmu pengetahuan, politik etik dan simbol-
simbol ritual yang dibuat oleh aparat-aparat kekuasaan.

2.2.2 Tata Ruang Kota

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata
Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya Land use adalah wujud struktur ruang
dan pola ruang disusun secara nasional, regionaldan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang
dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PerMen PU) No.17/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RTRW Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang
merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur
ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah dan kota yang di tetapkan oleh
pemerintah daerah kota adalah arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional. Selain dari pemerintah daerah, Tujuan penyusunan rencana tata ruang menurut Buyung Azhari
adalah:

 terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan berlandaskan Wawasan Nusantara danKetahanan Nasional;
 terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya;
 tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk
o mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera;
o mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia;
o meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk meningkatkan kualitassumber daya manusia;
o mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang
paling sering kita alami adalah banjir, erosi dan sedimentasi); dan
o mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

Tata ruang antara daerah perkotaan dan pedesaan pastilah berbeda, Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan,
sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona
sebagai berikut:

1. Perumahan dan permukiman


2. Perdagangan dan jasa
3. Industri
4. Pendidikan
5. Perkantoran dan jasa
6. Terminal
7. Wisata dan taman rekreasi
8. Pertanian dan perkebunan
9. Tempat pemakaman umum
10. Tempat pembuangan sampah

2.2.3 Fungsi Serta Manfaat Tata Ruang Kota

Tata ruang kota juga pasti mempunyai fungsi tersendiri. Fungsi dari tata ruang kota adalah sebagai berikut:

 acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD);
 acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah provinsi;
 acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah provinsi;
 acuan lokasi investasi dalam wilayah provinsi yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;
 pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
 dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah provinsi yang meliputi indikasi arahan peraturan
zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; dan acuan dalam administrasi pertanahan.

Selain mempunyai fungsi, tata ruang kota juga pasti memiliki manfaat. Diantaranya:

 mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah provinsi;


 mewujudkan keserasian pembangunan wilayah provinsi dengan wilayah sekitarnya; dan
 menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi yang berkualitas.

Referensi
UU penataan Ruang Kota

http://dtrb.pekanbaru.go.id

https://rdtrzonasi.wordpress.com/pentingnya-tata-kota/

2.3 Desain Urban

Urbanisasi berasal dari kata Urban yang memiliki arti sifat kekotaan. Dalam hal ini pengertian urbanisasi sangatlah luas, namun masyarakat
pada umumnya hanya mengetahui bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi sendiri dapat juga diartikan sebagai
pertumbuhan kota yang berbeda dengan desa , baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kota memiliki arti sebagai daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar
penduduknya bekerja di luar pertanian. Kota-kota besar memiliki daya ekonomi dan industri yang kuat sedangkan kota-kota kecil di sekitarnya
sebagaikota satelit yang bergantung serta mensuport kota-kota besar.

2.3.1 Istilah perancangan kota (Urban Desain)

Urban Desain atau biasa disebut dalam Bahasa Indonesia sebagai perancangan kota memiliki arti yang berbeda-beda dari masing-
masing negara dan juga memiliki arti yang berbeda dari masingmasing pribadi. Hubungan antara arsitektur, perencanaan kota dan perancangan
kota dapat dilihat dari diagram berikut ini.

ARSITEKTUR PERENCANAAN KOTA

PERANCANGAN KOTA
2.4 Aspek Manusia dan Sosial dalam Desain Urban

Perancangan tata ruang kota bukan hanya mengenai estetika dan konstruksi, namun juga analisa yang kuat berdasarkan faktor-faktor
yang ada. Diperlukan pula tempat beraktifitas yang nyaman untuk memenuhi aspek sosial dan budaya dalam masyarakat sekitarnya. Maka dari
itu, penting untuk memahami desain tata ruang kota yang dipengaruhi oleh aspek-aspek tersebut.

2.1.4 Aspek Manusia dalam Desain Urban


Manusia atau orang dapat dibedakan dari berbagai segi, segi biologis, rohani, istilah kebudayaan atau secara campuran.
Segi biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (bahasa latin dari ‘manusia yang tahu’). Dalam segi kerohanian
dijelaskan menggunakan berbagai konsep jiwa, dalam hal agama, mitos, dan seringkali dibedakan dengan ras lain. Dalam kebudayaan,
dibedakan berdasarkan penggunaan bahasa, organisasi dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya dan terutama
dalam kemampuan untuk membentuk kelompok. Penggolongan yang utama berdasar kelamin yaitu lai-laki dan perempuan.
Penggolongan lain berdasar usia, yang terdiri dari, janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa dan lansia. Selain itu
masih banyak penggolongan seperti berdasar asal, budaya, warna kulit, dll. Penggolongan inipasti memberikan dampak pada
lingkungan huniannya.
Pada dasarnya semua lingkup perancangan, seperti perancangan arsitektur, industrial, kota dan sebagainya didasarkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang harus terus menyesuaikan dengan perkembangan zamannya.

2.5

Anda mungkin juga menyukai