Latar Belakang
Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan
banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Usaha besar para konglomerat semakin berkembang, adapun usaha kecil semakin
terpuruk karena keterbatasan akses terhadap modal. Pemerintah sudah berupaya
memasyarakatkan kebijakan tentang ekonomi kerakyatan. Kredit dan pinjaman
perbankan yang seharusnya ditujukan untuk meningkatkan ekonomi rakyat justru
dimanfaatkan oleh konglomerat yang lebih mudah mengakses informasi. Begitu
longgarnya tatanan kredit dan pinjaman perbankan, sehingga menyebabkan
pembangunan ekonomi mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi (Zulkarnain
2005).
Lembaga keuangan merupakan pelaku penting dalam perekonomian suatu
negara. Prakteknya, lembaga keuangan dibagi menjadi bank (bank sentral, bank
umum, bank perkreditan rakyat dan bank syariah) dan lembaga keuangan non
bank (pasar modal, pasar uang, koperasi, pegadaian dan asuransi). Beberapa
tahun terakhir, pihak pemerintah dan non pemerintah di negara berkembang
memperkenalkan program kredit untuk masyarakat desa (Pitt et al. 2006). Hal ini
diharapkan mampu membantu permodalan bagi masyarakat kecil yang selama ini
terbentur pada agunan.
Bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan dapat membantu usaha kecil
meningkatkan usahanya melalui pemberian kredit sebagai tambahan modal. Bank
perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang bergerak pada sektor mikro yang
diharapkan mampu membantu peningkatan usaha kecil pedesaan. Meskipun porsi
yang diperankan bank mikro relatif kecil, tetapi fleksibilitas dan mobilitasnya
cukup tinggi dalam menjangkau pasar dibandingkan dengan bank komersial. Bank
mikro menyentuh hal yang lebih sosial, disamping sebagai mediator keuangan
juga harus memberikan pembelajaran bagaimana berhubungan dengan institusi
keuangan formal (Supriadi 2003).
Selama ini, masyarakat pedesaan cenderung belum akrab dengan
perkreditan formal dan tidak berani untuk mengambil kredit di lembaga keuangan
formal. Karena dianggap prosedur peminjaman kredit yang rumit dan adanya
agunan. Sehingga diperlukan sosialisasi yang mampu meningkatkan kepercayaan
dan keberanian masyarakat khususnya di pedesaan untuk menggunakan fasilitas
perkreditan. Sosialisasi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi
masyarakat diharapkan dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan layanan
perkreditan dan juga meningkatkan loyalitas nasabah sehingga menunjang
kelancaran dan tepat waktu dalam pengembalian kredit.
Adanya bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan memudahkan para
pengusaha kecil dan menengah mendapatkan peluang kredit sehingga nantinya
akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pedesaan.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus dapat dinikmati oleh masyarakat
seluas-luasnya. Namun perkembangan bank perkreditan rakyat (BPR) menjadi
terkendala dengan adanya persaingan dengan bank umum yang membuka kredit
mikro. Persaingan dengan lembaga keuangan lain menjadikan bank perkreditan
rakyat (BPR) harus berusaha agar produk jasa perbankan yang diberikannya
mampu menarik perhatian calon nasabah. Bank perkreditan rakyat (BPR)
merupakan salah satu perusahaan jasa. Bagi perusahaan jasa dalam menetapkan
strategi yang diperhatikan adalah 4P (product, price, place, promotion) ditambah
dengan 3P yaitu people, physical evidence, dan process (Kotler et al. 2005).
Perusahaan jasa menjual produk yang melalui pelayanan yang baik. Layanan
dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti lingkungan fisik dan kontak personal
(Alma 2007).
Sosialisasi dan promosi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi
masyarakat dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan produk layanan
bank dan juga menunjang kelancaran pengembalian kredit. Komunikasi yang baik
diperlukan dalam melakukan sosialisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan dapat
memaksimumkan kepuasan nasabah melalui berbagai pelayanan yang diinginkan
nasabah yang diharapkan dapat berdampak pada loyal masyarakat terhadap bank
perkreditan rakyat (BPR). Lembaga keuangan mikro dalam hal ini BPR dalam
menjalankan misinya terhadap pengusaha tidak hanya mendapatkan kredit akan
tetapi juga mendampingi dan membina para nasabah untuk mengelola keuangan
Perumusan Masalah
Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu yang
selanjutnya disebut Bank PD BPR Sarimadu merupakan satu-satunya bank
perkreditan rakyat (BPR) di Provinsi Riau yang telah mampu melakukan ekspansi
ke luar wilayah kerjanya. Selain di Kabupaten Kampar, Bank PD BPR Sarimadu
telah mempunyai cabang di Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru. Pada
tanggal 9 Juni 2010, Bank PD BPR Sarimadu berhasil meraih prestasi sebagai
bank perkreditan terbaik pada penganugerahan Infobank awards.
Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun Bank PD BPR Sarimadu yang
berbentuk tabungan masyarakat tumbuh 124% per tahunnya, sedangkan deposito
tumbuh 200%. Jika di tahun 2004, tabungan masyarakat yang ada di Sarimadu
hanya sekitar 15 milyar rupiah, empat tahun kemudian angkanya mencapai 90
milyar lebih. Begitu juga dengan jumlah deposito, lima tahun lalu deposito yang
ada di Bank PD BPR Sarimadu hanya sebesar 304 juta rupiah, sedangkan pada
akhir tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 35 milyar rupiah. Hal ini tercapai
karena banyaknya promosi yang dilaksanakan Bank PD BPR Sarimadu sehingga
menumbuhkan kepercayaan masyarakat Kampar (Zuprianto 2009).
Keberhasilan Bank PD BPR Sarimadu ini menimbulkan pertanyaan
bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal
perkreditan. Maka permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu
dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
2. Bagaimana hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian
kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR
Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
2. Menganalisis hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian
kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Bank PD BPR Sarimadu untuk meningkatkan pola komunikasi dan
kualitas layanan kredit untuk masyarakat kecil.
2. Bagi masyarakat Kampar khususnya mengenai akses permodalan dari
Bank PD BPR Sarimadu agar dapat mendukung permodalan usaha
masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Theodorson dan Theodorson dalam Littlejohn dan Foss (2009)
mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, ide, sikap atau
emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Theodore
Clavenger Jr dalam Littlejohn dan Foss (2009) mencatat bahwa masalah yang
selalu ada dalam mendefinisikan untuk tujuan-tujuan penelitian atau ilmiah
berasal dari fakta bahwa kata kerja berkomunikasi memiliki posisi yang kuat
dalam kosakata umum dan karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan
ilmiah. Definisi komunikasi lainnya dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
Effendy (2007), yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : who says what in which channel
to whom with what effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa
dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan Laswell ini merupakan unsur-unsur
proses komunikasi, yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media
(media), receiver (komunikan/penerima), dan effect (efek).
Hovland, Janis dan Kelly (1981) dalam Effendy (2007) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dimana individu mengirim stimulus yang
biasanya dalam bentuk verbal dan bertujuan untuk mengubah tingkah laku orang
lain. Teori komunikasi ini dikenal sebagai stimulus-organism-response. Efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengaharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.
komunikasi
sebagai
proses
linier
pertama
kali
diungkapkan oleh Claude Shannon pada tahun 1949 (dalam West dan
Turner 2008). Komunikasi sebagai proses linier merupakan komunikasi
sebagai aksi satu arah. Satu arah menjelaskan bahwa pesan ditransmisikan
dalam satu arah, dari satu orang ke orang lainnya (Sereno & Budaken
1975). Selain Claude Shannon, model linier juga dijelaskan oleh Harold D.
Laswell dan Aristoteles. Model Laswell menjelaskan proses satu arah,
sehingga mengabaikan faktor tanggapan balik. Aristoteles membuat model
komunikasi terdiri dari tiga unsur takni sumber, pesan dan penerima. Tiga
model analisis dasar komunikasi tersebut memiliki sifat satu arah (linier),
Fisik
Psikologis
Fisiologis
Gangguan
Pengirim / Sumber
Semantik
Pesan
Fisik
Target/Penerima
Psikologis
Fisiologis
Pesan
Gangguan
Bidang
Pengalaman
Gangguan
Penerima
Pengirim
Umpan Balik
Umpan Balik
Saluran
Gangguan
Bidang
Pengalaman
komunikasi
transaksional
(transactional
model
of
sebagai
transaksi
menunjukkan
bahwa
komunikasi
Gangguan :
- Semantik
- Fisik
- Psikologis
- Fisiologis
Komunikator
Bidang
Pengalaman
Komunikator
Bidang
Pengalaman
Kesamaan
Bidang
Pengalaman
Kelompok
Organisasi
Percakapan
Pesan
Pelaku
komunikasi
Kebudayaan
dan
masyarakat
Percakapan
Pelaku
komunikasi
Hubungan
Kelompok
REALITAS
PSIKOLOGI
A
REALITAS
FISIK
Merasa
Interpretasi
INFORMASI
Tindakan
Memahami
REALITAS
PSIKOLOGI
B
Merasa
Interpretasi
Tindakan
Tindakan
Kolektif
Percaya
Percaya
Memahami
Persetujuan bersama
MUTUAL
MUTUAL
UNDERSTANDING
UNDERSTANDING
REALITAS
SOSIAL
A&B
Efektivitas Komunikasi
Secara
umum
komunikasi
dinilai efektif
bila rangsangan
yang
disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan
rangsangan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin
besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dengan yang dipahami
komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Efektivitas
komunikasi erat kaitannya dengan tujuan, yang biasanya menghasilkan
pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan
tindakan (Tubbs & Moss 2005).
Pemahaman
partisipan A
Pemahaman
bersama A & B
Pemahaman
partisipan B
mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural
system).
2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap
positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi
pesan yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan
menafsirkan pesan.
3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa
pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan
pengaturan bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harus sesuai denga tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta
efisien dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar,
disentuh, dicium dan dirasakan.
Komunikasi dapat dinilai efektif apabila pendengar atau pembaca
mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam
hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya
(physic). Kesamaan dimaksudkan bahwa orang bisa terarik pada komunikator
karena adanya kesamaan demografik, seperti bahasa, agama, suku, daerah asal,
partai atau ideologi. Komunikator yang dikenal baik lebih cepat diterima oleh
khalayak daripada mereka yang tidak dikenal. Komunikator yang sudah dikenal
kepiawaiannya akan mudah diterima, sebab khalayak tidak akan ragu terhadap
kemampuan dan kejujurannya. Selain itu, komunikator juga harus disukai oleh
khalayak. Penampilan fisik dan postur badan dinilai penting karena fisik yang
cacat bisa menimbulkan ejekan sehingga menganggu jalannya komunikasi
(Cangara 2004).
Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah model komunikasi yang dilakukan perorangan
atau kelompok secara berulang. Pola komunikasi dapat terbentuk dari komunikasi
antar individu ataupun kelompok. Pola komunikasi kelompok tidak terlepas dari
struktur yang sistematis tentang tingkah laku penerimaan dan pengiriman pesan
diantara anggota kelompok, siapa yang berbicara kepada siapa dengan tingkat
keseringan tertentu yang membentuk suatu kebiasaan (Goldberg & Larson 1985).
Menurut Bintarti (2003), yang meneliti hubungan pola komunikasi dengan
prestasi belajar pada mahasiswa Universitas Terbuka, pola komunikasi tidak
terbentuk dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil interaksi antara karakteristik
pelaku, media komunikasi yang digunakan, hasil dan tujuan yang ingin dicapai
oleh sasaran. Sedangkan Retnowati (2007) mengartikan pola komunikasi orang
tua dan anak sebagai komunikasi antar pribadi antara orang tua dan anaknya, di
mana masing-masing dapat memilih fungsi baik sebagai komunikator maupun
sebagai komunikan yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, artinya hampir
tidak terhindarkan selalu ada hubungan antara kedua orang tersebut. Seorang
komunikator dalam berkomunikasi membawa pengalaman, kepercayaan, nilainilai dan sikap tertentu yang diperoleh dan dipelajari dari interaksinya dengan
orang lain dan lingkungan sekitar (Retnowati 2007).
Arif (2004) dalam penelitiannya tentang pola komunikasi pengelola
Taman Nasional dalam meningkatkan kesadaran konservasi pengunjung
menyatakan bahwa akses media, ketersediaan sumber informasi, kemudahan
mengakses sumber informasi, cara berkomunikasi dengan sesama pengunjung,
dan frekuensi komunikasi verbal dan nonverbal berpengaruh terhadap pola
komunikasi yang dilakukan Taman Nasional.
Penelitian Jufri (2009) pada masyarakat Islam dan Kristen di Kecamatan
Labuh Baru kota Pekanbaru memperlihatkan bahwa pola komunikasi dibentuk
dari hubungan kerjasama, persaingan, konflik, dominasi agama tertentu, peran
tokoh agama, dan peran pemerintah. Proses komunikasi sosial antara masyarakat
Kristen dan Islam melibatkan proses-proses sosial yang beraneka ragam, yang
menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu pikiran, diri, masyarakat,
terkait di dalamnya persepsi, sikap, tindakan, proses tingkah laku dan struktur
sosial yang ada. Pola komunikasi yang terjadi dalam masyarakat berbeda agama
ini adalah pola komunikasi interaksional. Blumer (dalam Jufri 2009)
mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini. Pertama, manusia
bertindak berdasarkan makna-makna yang diberikan individu terhadap lingkungan
sosialnya (simbol verbal, simbol nonverbal, lingkungan fisik). Kedua, makna
Pelaku
komunikasi
membawa
identitas
pribadi
dalam
sikap
(character),
tujuan
(intention),
kepribadian
berkomunikasi
(communication
skill),
yaitu
Pesan dapat terdiri dari tanda dan simbol, bahasa, dan tanda
nonverbal. Teori simbol yang terkemuka diciptakan oleh Susanne Langer.
Simbolisme mendasari pengetahuan dan pemahaman semua manusia.
Menurut Langer dalam Littlejohn dan Foss (2009), tanda (sign) adalah
sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal. Sebuah tanda
berhubungan erat dengan makna dari kejadian yang sebenarnya. Simbol
digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang
untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah
simbol adalah sebuah instrumen pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi
manusia tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu.
Bahasa menurut Sassaure dalam Littlejohn dan Foss (2009) adalah
sebuah sistem baku yang dapat dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan
pengucapan
adalah
kegunaan
yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau selalu berubah-ubah. Rogers dan Rogers (1976) mendefinisikan
organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan dimana operasi dan interaksi antara bagian
yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan lainnya
berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.
disetujui;
(6)
Mengebawahkan
kepentingan
individu
dari
tertulis;
terutama
jika
organisasi
perusahaan
sudah
II.
PERSUASI
III.
KEPUTUSAN
1.Mengadopsi
IV.
IMPLEMENTASI
V.
KONFIRMASI
Melanjutkan adopsi
Mengadopsi kemudian
Karakteristik
Pengambil Keputusan:
Karakteristik sosial
ekonomi
Variabel individu
Perilaku komunikasi
Tidak melanjutkan
2.Menolak
Persepsi mengenai
karakteristik inovasi:
Relative advantage
Compatibility
Complexity
Trialability
Observability
Melanjutkan menolak
keputusan
lainnya
merasakan
kenyamanan
atau
kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan ini tidak terlepas
dari peran komunikasi, karena pada dasarnya, bentuk penyampaian informasi
tentang apa yang ditawarkan perusahaan pada konsumen tidak terlepas dari
penetapan bentuk media penyaluran pesan-pesan itu sendiri.
Komunikasi pemasaran terpadu mencakup upaya koordinasi dari berbagai
elemen promosi dari kegiatan pemasaran lainnya. Kegiatan komunikasi
pemasaran itu mencakup 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media
advertising); 2) pemasaran langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan
(sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) hubungan
masyarakat (public relations) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih
efektif (Fawcett 1993).
Komunikasi pemasaran menurut Asosiasi Biro Iklan Amerika dalam
Morisan (2007) adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang
mengakui nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran
strategis dari berbagai disiplin komunikasi, misalnya iklan umum, respon
langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dan menggabungkan
berbagai disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi serta dampak
komunikasi yang maksimal).
Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima mode
dari komunikasi dalam pemasaran, yaitu periklanan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), penjualan
personal (personal selling), dan penjualan langsung (direct selling) (Kennedy &
Soemanagara
2006).
Komunikasi
dalam
kegiatan
promosi
penjualan
atau memberi
pinjaman
(kredit)
juga usaha
4. Perusahaan
pegadaian
merupakan
lembaga
keuangan
yang
anjak
piutang,
merupakan
yang
usahanya
adalah
serta produksi
kurang efektif
bawah
(masyarakat)
dalam
program
ketahanan
pangan
(Koesoemawardani 2003).
Banyak program yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, salah satunya dengan pemberian kredit bagi
masyarakat, khususnya di pedesaan. Menurut penelitian Sihaloho (2004), yang
meneliti pemberdayaan pengusaha kecil melalui kredit dan pendampingan,
strategi pemberdayaan kelompok pengusaha kecil adalah dengan memperluas
akses anggota pada informasi dan inovasi yang relevan dengan kepentingan dan
kebutuhan mereka serta merekomendasikan tipe usaha yang sesuai bagi anggota
yang bersangkutan dengan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan sosial
yang mencakup tindakan sosial atas kredit, aksesibilitas anggota kelompok
pengusaha kecil pada pasar. Selain itu, usaha yang perlu dilakukan oleh
pemerintah daerah adalah menciptakan kerjasama yang sinergis diantara semua
subsistem pendukung dan antara pendukung dengan pemerintah daerah dalam
upaya meningkatkan kapasitas anggota pengusaha kecil, memajukan usaha
mereka dan memberikan manfaat bagi mereka.
Pengusaha kecil mempunyai peranan strategis dalam perekonomian,
ditunjukkan oleh kesempatan berusaha, lapangan kerja, peningkatan nilai ekspor
dan penerimaan pajak. Beberapa situasi mengenai usaha kecil ini telah
menunjukkan bahwa pada masa krisis ekonomi, usaha kecil mempunyai
ketahanan relatif lebih baik bila dibandingkan dengan usaha besar, diantaranya
karena usaha kecil sebagian besar menghasilkan barang konsumsi yang tidak
tergantung pada produk ekspor. Selain itu, usaha kecil memiliki potensi pasar
tinggi, mengingat biaya produksinya rendah, sehingga harga produk yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh kalangan luas di Indonesia, maka dapat
dikatakan usaha kecil menengah di Indonesia masih berorientasi pasar lokal
Sebagai salah satu institusi yang berhubungan dengan
KERANGKA PEMIKIRAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang
bergerak di bidang perkreditan yang menyalurkan kredit lunak kepada masyarakat
dengan tujuan mendorong pertumbuhan usaha produktif. Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
kerakyatan. Kredit yang diberikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bertujuan
untuk membantu menumbuhkembangkan pengusaha mikro dan kecil sehingga
mampu bertahan dan lebih maju lagi. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang keberadaannya semakin lama semakin banyak tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Bank PD BPR Sarimadu diharuskan mampu bersaing dengan bank
komersil lain yang ada di Kabupaten Kampar. Bank PD BPR Sarimadu harus
mampu menjadi mitra dan melayani masyarakat. Untuk itulah diperlukan
komunikasi yang baik sehingga membangun hubungan yang baik dengan
masyarakat. Pola komunikasi akan mempengaruhi aksesibilitas informasi bagi
nasabah. Kemudahan akses informasi terhadap lembaga keuangan, khususnya
untuk pembiayaan kredit, maka diharapkan akan meningkatkan usaha kecil
melalui pemberian modal dan dapat memberikan pembinaan dan pengawasan
sehingga dapat meningkatkan kelancaran pembayarat kredit di Bank PD BPR
Sarimadu.
Pola komunikasi tidak berdiri sendiri sebagai penentu keberhasilan
penyaluran dan pengembalian kredit. Pola komunikasi lembaga keuangan
dipengaruhi oleh banyak hal, khususnya di pedesaan. Pola komunikasi disusun
oleh manajemen Bank Perkreditan Rakyat dengan memperhatikan standarisasi
komunikasi yang telah ditetapkan, isi pesan yang akan disampaikan, saluran
terpilih, cara komunikasi yang akan digunakan, frekuensi berkomunikasi dan
dengan memperhatikan kekuatan politik yang ada di pedesaan. Selain itu, pola
yang terbentuk secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
karakteristik individu setempat, pandangan masyarakat mengenai lembaga
keuangan khususnya lembaga perkreditan formal.
38
POLA KOMUNIKASI
1. Bentuk dan media komunikasi
2. Isi pesan yang
dikomunikasikan
3. Aktor (Pengirim dan
penerima)
4. Frekuensi berkomunikasi
5. Jenis hubungan
Faktor lingkungan
a. Nilai budaya dan etnis
b. Politik di pedesaan
c. Lingkungan keluarga dan
masyarakat
Karakteristik
individu
ma
le
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bank PD BPR Sarimadu, Jalan DI. Panjaitan
No. 96 Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Terpilihnya daerah ini
sebagai tempat penelitian karena Bangkinang adalah tempat berdirinya kantor
pusat Bank PD BPR Sarimadu. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai
bulan Mei 2010.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
metode
kualitatif
paradigma
kepada
respon
pada
situasi
komunikasi
yang
berbeda-beda.
teknik snowball yaitu penentuan sampling dimulai dari informan kunci dan
berkembang mengikuti informasi atau data yang diperlukan.
Pemilihan informan diawali dari bagian umum, selanjutnya ke bagian
kredit (kepala bagian kredit, kepala seksi kredit, administrasi kredit, analis kredit,
penagihan kredit dan costumer service) dan kemudian ke pimpinan Bank PD BPR
Sarimadu. Pimpinan Bank PD BPR Sarimadu agak sulit ditemui, sehingga
pertemuan dengan pimpinan bank dilakukan hanya untuk mengecek kembali
(triangulasi) hasil wawancara dengan pegawai Bank PD BPR Sarimadu.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan),
wawancara mendalam (in depth interview), triangulasi dan dokumentasi. Teknik
observasi dilakukan dengan mengamati kejadian komunikasi yang terjadi di Bank
PD BPR Sarimadu dan di tempat usaha nasabah. Wawancara mendalam dilakukan
ketika rapat bersama manajemen Bank PD BPR Sarimadu (dari kantor pusat
Bangkinang, kantor cabang Pekanbaru, kantor cabang Ujung Batu dan kantor
kas). Triangulasi dilakukan dengan mengkonfirmasi ulang penjelasan dari pihak
manajemen Bank PD BPR Sarimadu kepada nasabah dan sebaliknya.
Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian (Nasution dalam Sugiyono 2008).
Pada saat
Data
collection
Data
reduction
Data display
Conclusions:
drawing/verifying
ketiga
dalam
analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Miles &
Huberman 2007).
Pemanfaatan Lahan
Dari 1.128.928 ha luas Kabupaten Kampar di antaranya 10.780 ha (0,95%)
digunakan untuk tanah sawah dan 1.091.695 ha (96,70%) merupakan lahan
kering. Luas tanah menurut penggunaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas tanah menurut penggunaan lahan di Kabupaten Kampar pada tahun
2008
Jenis penggunaan lahan
Persentase (%)
Tanah sawah
10.780
0,95
82.813
7,34
109.500
9,70
Ladang huma
65.738
5,82
Padang rumput
12.037
1,07
Rawa
26.453
2,34
Kolam
1.443
0,13
Tegal/kebun
41.405
3,67
Hutan
183.617
16,26
Perkebunan
377.781
33,46
Lain-lain
217.361
19,25
1.128.928
100,00
Total
Sumber : BPS Kampar (2008)
Keuangan; 1,05
Transportasi; 2,62
Jasa-jasa; 4,56
Perdagangan; 6,89
Bangunan; 4,89
Listrik; 0,10
Pertanian; 59,30
Industri; 17,31
Pertambangan; 3,28
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik
Perdagangan
Transportasi
Keuangan
Jasa-jasa
Bangunan
pada kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 194.544 orang (30,7%), pada
kelompok umur 15-64 tahun sebanyak 421.268 orang (66,5%) dan penduduk pada
kelompok umur diatas 65 tahun sebanyak 17.508 orang (2,8%) (Gambar 11).
Penduduk Kampar yang paling banyak adalah pada kategori umur produktif yaitu
15-64 tahun.
Jumlah penduduk
Umur
mempunyai luas lahan 241,5 ribu ha dengan potensi coconut palm oil
(CPO) sebanyak 966 ribu ton.
3. Bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui
kerambah (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai Kampar, dan
tambak (kolam) ikan. Tahun 2008 jumlah produksi perikanan di
Kabupaten Kampar 20.105,89 ton masing-masing ditangkap dari perairan
umum sebanyak 808,30 ton (4,02%) dan budi daya sebanyak 19.297,59
ton (95,98%). Potensi ini terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Kampar dengan adanya kerjasama antara Pemerintah daerah Kabupaten
Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi 30 miliar, dan
diharapkan kedepan Kabupaten Kampar akan menjadi sentra ikan patin
dengan produksi 220 ton per hari.
4. Di bidang peternakan, ternak yang dikembangkan di Kabupaten Kampar
antara lain sapi, kambing, domba dan unggas.
Sarana ekonomi di Kabupaten Kampar berupa tiga buah bank, yaitu Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Pembangunan Daerah Riau (Bank Riau) dan Bank
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu (Bank PD BPR
Sarimadu), 78 Koperasi Unit Desa (KUD), 225 koperasi non KUD. Jumlah pasar
di Kabupaten Kampar adalah 73 unit, yang terdiri dari 3 pasar pemerintah daerah
dan 70 pasar desa.
Kabupaten Kampar memiliki berbagai sumber daya ekonomi yang
potensial. Mulai dari sektor pertanian, perikanan, hingga perdagangan dan jasa.
Besarnya potensi perekonomian di Kabupaten Kampar ini memungkinkan
terjadinya perputaran uang di Kampar yang cukup besar, sehingga dibutuhkan
lembaga keuangan seperti bank untuk membantu pengelolaan perputaran uang.
Namun agar perputaran uang ini berjalan baik, diperlukan lembaga keuangan
perbankan yang kuat. Hal ini membuat perkembangan Bank PD BPR Sarimadu
sebagai salah satu lembaga keuangan di Kabupaten Kampar menjadi lebih baik.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Kampar berencana untuk meremajakan
salah satu pasar di Kabupaten Kampar yaitu pasar Inpres Bangkinang menjadi
pasar modern. Untuk mewujudkan peremajaan pasar, pemerintah bekerjasama
dengan investor sebagai pengembang, dan dengan pihak perbankan, pemerintah
10
bekerjasama dalam hal pemberian bantuan kredit tambahan modal kerja. Bank PD
BPR Sarimadu yang merupakan salah satu perusahaan daerah Kabupaten Kampar
berperan dalam hal penyediaan modal untuk para pedagang di pasar ini. Bank PD
BPR Sarimadu mengakomodir pedagang untuk tambahan modal untuk
pengambilan kios di pasar.
Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan
suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas
sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Guna
meningkatkan kualitas pendidikan ini dibutuhkan sarana
pendidikan dan
Tingkat
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Rasio murid
Rasio murid
Pendidikan
Sekolah
Guru
Murid
dan sekolah
dan guru
TK
259
1.303
10.352
40 : 1
8:1
SD
467
7.673
91.197
195 : 1
12 : 1
SMP
97
2.413
23.693
244 : 1
10 : 1
SMA
57
1.409
16.685
292 : 1
12 : 1
880
12.798
141.927
Jumlah
11
12
13
14
Tabungan
Deposito
Kredit modal
kerja
Kredit
konsumtif
Kredit
Kredit
channeling
Kerjasama
Kredit anggota
koperasi
15
bunga 3,5% p.a dengan target pelajar. Keuntungan yang ditawarkan kedua
jenis tabungan ini antara lain :
1. Tabungan diciptakan khusus untuk keamanan masa depan dan hari tua
serta untuk kelancaran usaha.
2. Kemudahan bertransaksi sesuka hati selama jam kerja.
3. Bunga tabungan dihitung setiap harinya.
4. Dana yang disimpan dijamin oleh LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan )
Deposito
Deposito merupakan produk kedua yang ditawarkan Bank PD BPR
Sarimadu. Deposito ini diperuntukkan bagi konsumen perorangan maupun
kelompok / perusahaan. Jangka waktu deposito ini yaitu :
1. Satu bulan dengan suku bunga 6,75% p.a,
2. Tiga bulan dengan suku bunga 6,75% p.a,
3. Enam bulan dengan suku bunga 7,25% p.a,
4. Dua belas bulan dengan suku bunga 7,25% p.a.
Keuntungan yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu adalah
promosi penjualan yang dapat dilakukan melalui pemberian bunga khusus
(special rate) untuk jumlah dana yang relatif besar, pemberian
cinderamata, hadiah serta kenang-kenangan lainnya kepada nasabah yang
loyal. Bank PD BPR Sarimadu juga menawarkan special rate bagi
konsumen dengan penempatan dana di atas 100 juta rupiah. Penambahan
tingkat suku bunga pada special rate ini berkisar 0,5% p.a sampai 2,0%
p.a. Jadi, jika sebelumnya suku bunga yang diberikan untuk penempatan
dana dua belas bulan adalah 7,25% p.a maka dengan penambahan special
rate menjadi 7,75% p.a sampai 9,25% p.a. Penambahan suku bunga ini
berdasarkan jumlah penempatan dana dan potensi nasabah tersebut. Jika
nasabah mempunyai potensi untuk menempatkan dana yang lebih besar
maka Bank PD BPR Sarimadu juga akan memberikan tingkat special rate
yang besar pula. Beberapa keuntungan lain yang ditawarkan Bank PD
BPR Sarimadu antara lain :
16
17
18
3. Kredit channeling yaitu kredit dana bergulir yang dikelola dinas terkait
melalui Bank PD BPR Sarimadu. Kredit channeling ini hanya diberikan
oleh kantor pusat Bank PD BPR Sarimadu di Bangkinang.
4. Kredit anggota koperasi yang ditujukan bagi anggota koperasi dengan
sebelumnya melakukan perjanjian dengan pihak bank. Kredit ini
diberikan kepada masyarakat yang tergabung pada sebuah koperasi dan
membutuhkan tambahan modal usaha yang dikembangkan oleh masingmasing anggotanya.
Menurut
cara
pembayarannya,
Bank
PD
BPR
Sarimadu
Kampar dalam
hal
19
20
21
mendatangi
tempat
usahanya.
Kita
Mengumpulkan
Alur yang dijelaskan di atas merupakan tahapan awal dalam sosialisasi dan
promosi kredit yaitu pada tahap pengetahuan dan membujuk calon nasabah.
Menurut Rogers (2003), seorang individu akan relatif pasif untuk menyadari
22
syarat-syaratnya
terus
saya
diskusi
dengan
istri.
23
komunikator sangat besar terhadap komunikannya atau bisa sebaliknya. Hal ini
terkait pula dengan kredibilitas dari komunikator di mata komunikannya dan
sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, makin tinggi pengaruh
komunikator dan/atau sebaliknya (Bungin 2008).
Berdasarkan alur tersebut, bentuk komunikasi yang digunakan ketika awal
proses sosialisasi dan promosi yaitu bentuk komunikasi langsung dan komunikasi
tidak langsung. Komunikasi langsung dan tidak langsung dirinci pada Tabel 3.
Tabel 3 Bentuk komunikasi pada proses sosialisasi dan promosi kredit pada Bank
PD BPR Sarimadu
Jenis Kredit
Bentuk
Keterangan
komunikasi
Komunikasi
langsung
mendatangi
langsung
ke
Kredit modal
Kredit
kerja umum
bakulan
tempat
bantuan
perangkat
desa
Sarimadu
untuk
bertanya
24
dan
promosi
melalui
dan
promosi
melalui
di
(seperti
Kabupaten
MTQ
tingkat
Kabupaten Kampar).
Sumber : Wawancara dengan karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)
25
26
27
Adanya acara Ocu Baghandu ini juga direspon positif oleh masyarakat
Kampar, khususnya calon nasabah Bank PD BPR Sarimadu, dimana mereka
tertarik menggunakan fasilitas kredit seperti yang dikatakan Ibu Iy, seorang
pedagang kue keliling,
Waktu itu saya melihat acara Ocu baghandu, saya liat disponsori
BPR ini. Jadi saya coba langsung ke sana, pertama tanya aja dulu.
Setelah itu baru saya ceritakan pada suami tentang rencana meminjam
di sana. Abang saya juga sudah ada yang pernah pinjam, dia juga
cerita-cerita tentang kredit mingguan itu.
Melalui media BPR yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) tidak hanya
dalam bentuk iklan saja, tetapi juga dalam bentuk artikel tentang aktivitas
perbankan yang dilakukan oleh Bank PD BPR Sarimadu, maupun keberhasilankeberhasilan yang dicapai oleh Bank PD BPR Sarimadu. Pemasangan iklan di
yellow pages (buku telepon) dilakukan secara teratur dan kontiniu yaitu sekali
setahun.
28
29
30
analisis ini akan dibawa ke rapat komisi kredit. Setelah usaha diputuskan layak
diberikan kredit, maka terjadilah pencairan dana kredit (Gambar 13).
Mengisi Form Pengajuan
Kredit
Calon Nasabah
Melengkapi persyaratan:
- Identitas
- Surat izin usaha
- Jaminan
Tidak
Persyaratan lengkap ?
Ya
Tidak
Ya
Persetujuan kredit dan
menghubungi nasabah
31
Bentuk
Komunikasi
Jenis Kredit
Keterangan
Kredit
modal
Kredit Bakulan
kerja umum
Komunikasi
Melalui
langsung
service (CS)
Penagihan
costumer
melalui
petugas di lapangan
Komunikasi
Penagihan
melalui
tidak langsung
Sumber : Wawancara dengan Karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)
Pada saat penggunaan dan penagihan kredit seperti yang terlihat pada
Tabel 4, bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung dan
tidak langsung. Jika nasabah langsung mengantarkan angsuran tagihan kreditnya
ke kantor Bank PD BPR Sarimadu, maka komunikasi langsung yang terbentuk
dilakukan adalah costumer service dan bagian administrasi kredit dengan nasabah.
32
Tetapi jika angsuran kredit harus dijemput ke tempat usaha atau rumah nasabah,
maka komunikasi langsung dilakukan oleh petugas penagihan kredit dan nasabah.
Jika terjadi keterlambatan atau adanya tunggakan kredit, maka pihak Bank PD
BPR Sarimadu melalui costumer service kredit akan menghubungi nasabah
melalui telepon dan surat. Tetapi jika tidak ada tanggapan dari nasabah, maka
petugas penagihan akan langsung mendatangi tempat usaha dan rumah tempat
tinggal nasabah. Seperti yang dijelaskan oleh YP (bagian penagihan kredit) Bank
PD BPR Sarimadu,
Dari bagian administrasi kita mengetahui siapa saja yang terlambat
dan menunggak pembayarannya. Kita hubungi dulu via telpon. Jika
tidak juga bisa, kami bagian penagiahan akan langsung mendatangi
nasabah itu. Hal ini untuk menghindari nasabah yang mangkir dari
pembayaran angsuran. Jadi tugas bagian penagihan bisa juga untuk
kredit modal kerja umum, gak cuma untuk kredit bakulan.
33
Pemakaian
bahasa
daerah
yaitu
Bahasa
Ocu
digunakan
untuk
34
Isi Pesan
Kredit
modal
Kredit Bakulan
kerja umum
Kredit
modal
kerja
umum
dengan
sistem
pembayaran
bakulan
dengan
sistem
perminggu.
maksimal pembayaran.
Sosialisasi dan promosi dilakukan dengan tujuan
pemberian
kredit
guna
meningkatkan
dan
35
Isi Pesan
Jenis Kredit
Kredit
modal
Kredit Bakulan
kerja umum
Jalan keluar bersama ketika terjadi keterlambatan
36
injeksi. Kemaren dengan modal segitu belum cukup, kita tambah lagi,
berdasarkan analisis kitalah pokoknya.
Tabel 7 Aktor yang berperan dalam aktivitas komunikasi Bank PD BPR Sarimadu
Jenis kredit
Aktor
Keterangan
Kredit
kerja umum
Pihak Bank PD Costumer Service (CS)
BPR Sarimadu
Administrasi kredit
Analis kredit
Penagihan kredit
37
Sarimadu
Perangkat desa
Calon Nasabah
Sumber : Wawancara dengan karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)
38
Jenis kelamin
No.
1.
Keterangan
Tingkat
sarjana
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
(orang)
(orang)
21
16
37
dan
diploma
2.
Tingkat SMA
15
22
3.
Tingkat SMP
4.
Tingkat SD
39
40
Nama
Jenis Kelamin
Laki-laki
1.
LH
2.
AP
3.
Na
4.
EP
Umur
Pekerjaan
Perempuan
38
Pemilik warung
39
Pemilik warung
41
Penjual pakaian
43
5.
El
48
Bengkel
6.
Df
29
Bengkel
7.
JI
33
Penjual pakaian
8.
Jf
44
Pemilik warung
9.
Hi
45
Pemilik warung
10.
Nb
42
Penjual pakaian
11.
SE
30
Pemilik warung
12.
Sy
49
Pemilik warung
13.
Zl
25
Gudang kayu
14.
JH
28
Gudang kayu
15.
Hi
32
Pemilik warung
16.
Ra
30
Pemilik warung
17.
36
M
18.
Pemilik
warung
Nr
42
Rumah
makan
19.
Ms
20.
Sm
57
Pemilik warung
45
Rumah
makan
21.
Ma
47
Rumah
makan
22.
M
D
35
Pemilik
fotokopi
41
Nama
Jenis Kelamin
Laki-laki
1.
Iy
2.
AR
3.
Umur
Perempuan
Er
Pekerjaan
28
Penjual kue
43
Penjual sayur
50
Pemilik
warung
4.
ER
38
Pemilik
warung
5.
Ds
6.
RC
7.
Sm
25
Penjual kue
24
Penjual pulsa
35
Penjual ikan
Tidak seperti nasabah bank pada umumnya yang menjadikan bunga adalah
kriteria utama pengambilan kredit, nasabah Bank PD BPR Sarimadu lebih
mengutamakan pelayanan dan persyaratan. Hal ini disebabkan nasabah ingin
mendapatkan bantuan modal dengan mudah dengan persyaratan yang tidak
menyulitkan. Seperti yang dinyatakan Hi dalam wawancara di Bank PD BPR
Sarimadu,
Saya liat pelayanan BPR beda dengan bank lain. Disini seperti
keluarga, karyawannya juga pakai bahasa Ocu, jadi gak malu bicara.
Mereka juga mau jemput ke rumah kalau saya gak bisa ke sini ngantar
angsuran. Kalau persyaratan kredit, sama jugalah dengan bank lain.
Jadi gak ada masalah.
Hal senada juga dijelaskan oleh LH, seorang nasabah pemilik warung
harian,
Saya ini pedagang barang harian, hanya jualan di kios depan rumah.
Jaga warung sekalian ngerjakan kerjaan rumah, ya masak, ngurus
rumah, ngurus anak. Jadi susah kalau mau keluar rumah. Makanya
42
kalau membayar kredit saya sangat terbantu karena ada yang bisa
jemput. Kan kalau di bank lain belum tentu bisa. Makanya saya
minjam di sini.
43
Frekuensi Berkomunikasi
Waktu merupakan elemen yang berperan dalam proses komunikasi. Secara
umum tidak ada jadwal yang ditetapkan
Sarimadu dalam proses sosialisasi dan promosi. Proses sosialisasi dan promosi
dapat terjadi di kantor Bank PD BPR Sarimadu setiap hari melalui costumer
service dan karyawan bagian kredit lainnya. Namun demikian, ketika sudah
sampai pada saat penggunaan dan penagihan, frekuensi komunikasi telah
memiliki jadwal tetap (Tabel 11).
Tabel 11 Frekuensi komunikasi pada saat penagihan dan penggunaan kredit yang
dilakukan Bank PD BPR Sarimadu
Jenis Kredit
Waktu
Keterangan
Kredit
modal
kerja umum
Setiap bulan
Kredit
Bakulan
BPR Sarimadu.
Ke tempat usaha atau rumah
nasabah.
Setiap minggu
Sumber : Wawancara dengan Karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)
44
Kita tetap
Jenis Hubungan
Knapp (1984) dan Knapp & Vangelisti (1992) dalam Tubbs dan Moss
(2005) menyatakan bahwa hubungan berkembang hingga suatu puncak untuk
kemudian menurun lagi, menuju kebersamaan (coming together) dan menuju
perpisahan (coming apart). Pada setiap tahap dalam suatu hubungan, komunikasi
memainkan peran yang berbeda. Selama tahap-tahap awal, komunikasi ditujukan
untuk mengenal orang lain sehingga keputusan-keputusan mengenai hubungan
tersebut dapat dibuat, apakah hubungan tersebut dapat diteruskan dan harus
seberapa dekat hubungan tersebut dijalani.
Beberapa
nasabah
yang
diwawancarai
menjelaskan
bahwa
sifat
45
Tabel 12 Jenis hubungan yang tercipta dalam proses komunikasi di Bank PD BPR
Sarimadu
Jenis Kredit
Jenis hubungan
Keterangan
Kredit
modal
kerja umum
Hubungan
Ketika
berlangsung
formal
Kredit
Bakulan
balai desa.
Ketika penagihan dilakukan
pada
nasabah
terlambat
yang
melakukan
pembayaran kredit.
Hubungan
Ketika
sosialisasi
dan
informal
Dari Tabel 12, terlihat bahwa ketika proses sosialisasi dan promosi untuk
jenis kredit modal kerja umum adalah hubungan formal dan informal. Hubungan
formal terjadi pihak Bank PD BPR Sarimadu mensosialisasi dan promosikan
kredit di kantor balai desa. Hubungan informal terjadi ketika pihak Bank PD BPR
Sarimadu mendatangi langsung (door to door) ke tempat usaha calon nasabah.
Hubungan yang tercipta pada jenis kredit bakulan antara pihak Bank PD
BPR Sarimadu adalah hubungan informal dan hubungan interpersonal karena
pihak bank langsung mendatangi calon nasabah di pasar dan tempat usaha
lainnya. Komunikasi dengan pendekatan hubungan informal dan interpersonal
dirasakan lebih efektif digunakan. Taylor et al. (1977) dalam Rakhmat (2005)
menyatakan komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi
hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab dari
rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara
46
komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat
tidak akan menghindari kegagalan jika terjadi hubungan yang buruk.
Proses sosialisasi dan promosi ini merupakan proses informatif dan
persuasif. Proses informatif
47
Saya ikut abang yang pernah pinjam. Katanya ndak susah, Cuma
lengkapi syarat, terus mereka liat usaha kita. Usaha saya kan gudang
kayu, jadi memang perlu modal agak besar. Tapi sekarang, agak susah
cari kayu. Kadang ada juga telat bayar angsuran. Tapi selalu
koordinasi dengan orang di bank. Saya jelaskan kenapa telat, mereka
liat ke tempat saya langsung, cerita-cerita. Makanya saya tetap pinjam
di sini. Mereka gak langsung main ambil jaminan aja
Pemberian bantuan pada saat puasa dan hari raya idul fitri ini dimaksudkan
untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar Bank PD BPR
Sarimadu. Sesuai dengan pernyataan Rakhmat (2005) dalam psikologi
komunikasi, semakin baik hubungan interpersonal, semakin terbuka orang lain dan
persepsi dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung di antara
komunikan.
Ikhtisar
Bank PD BPR Sarimadu melakukan proses komunikasi berbentuk
langsung dan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan bantuan media.
48
Komunikasi
tidak langsung
a.
b.
c.
d.
Komunikasi
langsung
49
Gambar 14 Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu pada tahap sosialisasi dan
promosi
Pada saat penggunaan dan penagihan kredit, media yang paling sering
digunakan adalah media langsung. Secara sederhana, digambarkan pada Gambar
15.
Komunikasi
tidak langsung
Komunikasi
langsung
Media :
a. Surat
b. Telepon
Umpan balik
50
Gambar 15 Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu pada tahap penggunaan dan
penagihan kredit
Komunikasi pada tahap sosialisasi dan penagihan kredit yang dilakukan
Bank PD BPR Sarimadu dilakukan oleh costumer service kredit dan petugas
penagihan kredit di lapangan. Pada tahap penggunaan dan penagihan, komunikasi
langsung lebih sering dilakukan (digambarkan dengan garis tebal).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pola Komunikasi
Efektivitas pola komunikasi ditentukan oleh banyak hal, yaitu faktor
lingkungan, karakteristik individu (antara kedua belah pihak, baik nasabah
maupun pegawai Bank PD BPR Sarimadu), persepsi masyarakat mengenai
lembaga keuangan khususnya lembaga perkreditan mikro di pedesaan khususnya
pandangan mengenai Bank PD BPR Sarimadu.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ikut menentukan bagaimana kecenderungan efektivitas
penggunaan pola komunikasi yang dilakukan oleh pihak Bank PD BPR Sarimadu
dengan calon nasabah maupun nasabahnya. Setiap manusia hidup di dalam
lingkungan yang kompleks. Setiap perilaku khususnya komunikasi menciptakan
pola yang khusus pula dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
lingkungannya, yaitu : (1) nilai budaya dan etnis; (2) politik yang ada di pedesaan;
(3) kelas dan status sosial; (4) pengaruh dari keluarga dan rumah tangga calon
nasabah dan nasabah.
Nilai budaya dan etnis
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, dan simbol-simbol yang
bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan
penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel et al. 1992).
Kabupaten Kampar dikenal dengan julukan Bumi Sarimadu dan juga sebagai
Serambi Mekkah di Provinsi Riau. Hal ini disebabkan masyarakatnya yang
51
sebagian besar beragama Islam (etnis Ocu), demikian juga dengan pakaian
yang sehari-hari yang dipakai bernuansa muslim.
Kebudayaan Kampar merupakan kebudayaan yang sangat tua, ini
ditandai berdiri dengan megahnya sebuah candi Muara Takus, yang menjadi
pusat kebudayaan Kerajaan Sriwijaya dahulunya. Kampar sangat identik
dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari
kerajaan Minang Kabau. Limo Koto terdiri dari XIII Koto Kampar, Kuok,
Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan yang masih
dilestarikan hingga kini. Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan
konsep adat dan persukuan Minang Kabau di Sumatera Barat. Tidak heran
bila adat istiadat hingga bahasa sehari-hari warga Limo Koto sangat mirip
dengan bahasa Minang Kabau. Bahasa yang dipakai di Limo Koto, yang juga
kemudian dikenal sebagai bahasa Kampar adalah bahasa Ocu. Di samping itu,
Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional Calempong dan
Oguong.
Tradisi kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan salah
satunya adalah mandi balimau bakasai. Mandi "balimau bakasai" ini adalah
mandi membersihkan diri di Sungai Kampar untuk menyambut bulan suci
Ramadhan. Selain itu, ada juga tradisi lainnya yaitu "ma'awuo ikan", yaitu
acara menangkap ikan secara bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali.
Acara ini diadakan di Danau Bokuok (Kecamatan Tambang) dan Sungai
Subayang Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri hulu).
Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh Bank PD BPR Sarimadu, yang
salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah, maka kesulitan komunikasi
dalam keseharian aktivitas Bank PD. BPR dapat dihindari. Hal ini
dikarenakan setiap karyawan wajib menguasai bahasa daerah setempat.
Penguasaan bahasa daerah ini tentunya akan mempermudah nasabah untuk
berkomunikasi, sehingga komunikasi yang tercipta akan lebih efektif. Seperti
yang dijelaskan SH, Kepala Bagian Kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Peraturan yang dijalankan seluruh karyawan mengacu pada SOP
yang telah ditetapkan oleh manajemen. SOP ini wajib diketahui oleh
seluruh karyawan tanpa terkecuali. Selain SOP, karyawan juga wajib
52
bank
dengan
nasabah.
Hubungan
yang
akrab,
sehingga
nasabah.
Pemakaian
bahasa
yang
sama
ini
juga
53
Adanya acara Ocu baghandu ini juga direspon positif oleh masyarakat
Kampar, khususnya calon nasabah Bank PD BPR Sarimadu, dimana mereka
tertarik menggunakan fasilitas kredit seperti yang dikatakan EP (pedagang di
pasar air tiris),
Waktu itu saya melihat acara Ocu baghandu, saya liat disponsori
BPR ini. Jadi saya coba langsung ke sana, pertama tanya aja dulu.
Setelah itu baru saya ceritakan pada suami tentang rencana meminjam
di sana. Abang saya juga sudah ada yang pernah pinjam, dia juga
cerita-cerita tentang kredit mingguan itu.
54
55
berasal dari kelas menengah ke bawah. Calon nasabah dan nasabah tersebut
umumnya adalah pedagang kecil dan menengah bahkan pedagang kaki lima.
Pengaruh Keluarga
Banyak
keputusan
dalam
keluarga
yang
diambil
berdasarkan
sebagai
respon
terhadap
stres
dan
keadaan
situasional.
56
Karakteristik Individu
Faktor personal yang ada dalam diri seseorang atau karakteristik individu
menentukan bagaimana pola komunikasi yang digunakan. Jenis kelamin dan
pendidikan merupakan karakteristik yang mendominasi dalam hal komunikasi
misalnya pencarian informasi mengenai kredit. Pada Bank PD BPR Sarimadu,
nasabah perempuan umumnya lebih detail mencari informasi dan lebih mudah
berkomunikasi dibandingkan dengan nasabah laki-laki. Menurut penjelasan DS
(bagian administrasi kredit Bank PD BPR Sarimadu), walaupun nasabah kredit
lebih banyak laki-laki, namun nasabah perempuan lebih rajin berkomunikasi
dengan pihak Bank PD BPR Sarimadu.
Nasabah perempuan biasanya datang ke kantor bukan sekedar
membayar angsuran. Mereka rajin nanya tentang keadaan kredit
mereka. Terus juga suka cerita tentang usahanya. Mereka juga suka
nelpon kalau gak sempat bayar, biasanya minta dijemput. Tapi kalau
nasabah laki-laki datang, bayar terus pulang. Kalau ditanya tentang
usahanya baru dijawab. Kalau gak ditanya ya udah, gitu aja.
57
Tingkat
kelahiran
yang
tinggi
mengakibatkan
makin
besarnya
58
59
menjemput angsuran tiap minggunya (untuk kredit bakulan) dan juga untuk kredit
modal kerja.
Kita bawa produk, kita jelaskan keuntungannya. Bunganya segini,
cara pembayarannya gini. Ada juga yang dijemput langsung, termasuk
setorannya. Jenis kredit bakulan, kredit mikro itu. Kan mereka ndak
sempat ngantar. Tapi jenis kredit yang lain boleh juga dijemput. Kan
analis ke lapangan, jadi mereka boleh minta dijemput.
yang
berkelanjutan
dapat
berpengaruh
positif
bagi
60
pihak yang terkait dengan bank. Kemudian pengawasan kredit dilakukan secara
berkesinambungan sejak permohonan kredit sampai dengan pelunasan atau
penyelesaian kredit.
Upaya pembinaan yang berkesinambungan dilakukan sejak pencairan
kredit sampai dengan kredit dibayar lunas termasuk pemecahan masalahnya dan
dilakukan karyawan kredit yang berwenang terhadap fasilitas kredit yang
menyangkut penilaian perkembangan usaha nasabah, penggunaan kredit maupun
perlindungan kepentingan bank, baik yang dilakukan secara administratif maupun
di lapangan.
Pola komunikasi yang diterapkan Bank PD BPR Sarimadu dilakukan
dengan pendekatan pola hubungan persuasif. Seperti penjelasan kepala bagian
Bank PD BPR Sarimadu,
Kalau untuk yang lancar kita datangi juga, kita tanya-tanya juga
masalahnya. Terus kita tawari lagi. Siapa tau dia mau nambah lagi.
Kita bilang mungkin bapak bisa tambah lagi ni, bisa ekspansi. Pandaipandai kita lah membujuknya. Pokoknya waktu kita bicara, kita ajak
terus supaya dia mau tetap minjam walaupun udah lunas. Untuk yang
baru kita jelaskan keuntungan-keuntungan yang bisa mereka dapat.
Posisi pada
Triwulan
Tunggakan kredit
Rp. 117.000.000
61
2008
Triwulan
I Rp. 533.297.000
Rp. 132.461.250.000
Rp. 0
Rp. 141.676.273.000
Rp. 0
I Rp. 651.816.000
Rp. 140.156.302.000
Rp. 0
2009
Triwulan
2009
Triwulan
2010
Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2009; 2010b)
Tahun
Kredit bakulan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
rekening yang
rekening yang
rekening yang
rekening yang
disalurkan
diterima
disalurkan
diterima
1.
2005
881
10.195
186
5.119
2.
2006
503
18.508
135
7.208
3.
2007
330
15.457
164
6.364
4.
2008
319
13.582
398
12.743
62
5.
2009
215
11.422
430
12.943
Keterangan :
1. Jumlah rekening kredit yang disalurkan adalah jumlah rekening kredit
yang baru disalurkan setiap tahunnya.
2. Jumlah kredit yang diterima adalah jumlah pengembalian kredit setiap
bulannya, jadi jumlah ini adalah jumlah pengembalian kredit untuk setiap
tahunnya. Pengembalian kredit dilakukan dilakukan dua belas kali atau
kurang setiap tahunnya.
Penyaluran dan Pengembalian Kredit Cabang Ujungbatu
Penyaluran kredit pada cabang Ujung Batu lebih banyak dibandingkan
kantor cabang lainnya. Cabang Ujung Batu merupakan kantor pertama awal
berdirinya Bank PD BPR Sarimadu. Namun ketika di Kabupaten Kampar terjadi
pemekaran wilayah, Ujung Batu masuk ke kabupaten pemekaran yaitu Kabupaten
Rokan Hulu. Penyaluran dan pengembalian kredit wirausaha di kantor cabang
Ujungbatu dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit
bakulan pada kantor cabang Ujungbatu
Kredit modal kerja umum
No.
Tahun
Jumlah rekening
yang disalurkan
Kredit bakulan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
rekening yang
rekening yang
rekening yang
diterima
disalurkan
diterima
1.
2005
770
6.193
932
18.377
2.
2006
572
12.221
598
19.356
3.
2007
324
12.077
403
11.436
4.
2008
317
11.028
506
15.167
5.
2009
414
11.024
782
18.953
Keterangan :
63
Tahun
Kredit bakulan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
rekening yang
rekening yang
rekening yang
rekening yang
disalurkan
diterima
disalurkan
diterima
1.
2005
2.
2006
159
2.182
51
3.
2007
131
3.151
95
2.120
4.
2008
154
4.188
294
10.037
5.
2009
116
3.881
425
14.154
Keterangan :
1. Jumlah rekening kredit yang disalurkan adalah jumlah rekening kredit
yang baru disalurkan setiap tahunnya.
2. Jumlah kredit yang diterima adalah jumlah pengembalian kredit setiap
bulannya, jadi jumlah ini adalah jumlah pengembalian kredit untuk setiap
tahunnya. Pengembalian kredit dilakukan dilakukan dua belas kali atau
kurang setiap tahunnya.
64
65
menggunakan
Bahasa
Ocu.
Hal
ini
dilakukan
untuk
diketahui
apabila
ada
permasalahan
dalam
penyaluran
dan
PD
BPR
Sarimadu
hendaknya
mempertahankan
pendekatan
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Ardianto, E. 2009. Public Relations Praktis. Bandung: Widya Padjajaran.
Arif, R. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional dalam Meningkatkan
Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango) [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2008. Kampar dalam Angka 2008. Bangkinang: BPS
Kampar.
Bank PD BPR Sarimadu. 2009. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR
Sarimadu Periode Triwulan I 2009. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
_____. 2010a. Profil Bank PD BPR Sarimadu. Bangkinang: Bank PD BPR
Sarimadu.
_____. 2010b. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR Sarimadu Periode
Triwulan I 2010. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
_____. 2010c. Rekap Penyaluran Kredit per produk Bank PD BPR Sarimadu
(dicetak tanggal 16 Februari 2010). Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
Berlo. 1960. The Process of Communication Introduction to Theory and Practice.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Bintarti, A. 2003. Pola Perilaku Komunikasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa
Universitas Terbuka di Unit Program Belajar Jarak Jauh Bogor [Tesis].
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Grup.
Cangara, H. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
DeVito, JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Agus, M, penerjemah. Jakarta:
Professional Books.
Effendy, OU. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Engel, JF. Blackwell, RD, Miniard, PW. 1992. Consumer Behavior. Chicago: The
Dryden Press.
68
Fawcett, AE. 1993. Integrated Marketing Marketers Convinced Its Time Has
Arrived. Advertising Age.
Goldberg. AA., Larson. CE. 1985. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI Press.
Griffin, EM. 2003. A First Look at Communication Theory.
McGrraw-Hill Companies.
New York:
Hadi, AP. 2001. Hubungan antara Komunikasi Publik Perusahaan dan Sikap
Komunitas Setempat : Kasus pertambangan emas Batu hijau di Kabupaten
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Harahap, MA. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran
Kredit Ketahanan Pangan di Pedesaan [Tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Jufri, Y. 2009. Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Islam dan Kristen di
kelurahan Labuh baru Timur Kota Pekanbaru. www.Scribd.com.
Karim, L. 2008. Demystifying Micro Credit, The Grameen Bank, NGOs, and
Neoliberalism in Bangladesh. Cultural Dynamics 20 (1):5-29.
http://cdy.sagepub.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2009.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Kennedy, JE., Soemanagara. RD. 2006. Marketing Communication. Jakarta: PT.
Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Koesoemawardani, N. 2003. Peran Komunikasi dalam Kelembagaan Lumbung
untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P, Swee HA, Siew ML, Chin TT. 2005. Manajemen Pemasaran Sudut
Pandang Asia. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Lindlof, TR., Taylor, BC. 1995. Qualitative Communication Research Methods
Second Edition. California: Sage Publications.
Littlejohn, SW, Foss, KA. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human
Communication Eighth Edition. Mohammad YH, penerjemah. Jakarta:
Salemba Humanika.
Masmuh, A. 2008. Komunikasi Organisasi, Teori dan Praktek. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
69
Miles, MB., Huberman, AM. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Morissan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Ramdina Prakarsa.
Muhammad, A. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurmanaf, AR, Hastuti EL, Ashari, Friyatno S dan Wiryono B. 2006. Analisis
Sistem Pembiayaan Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Pedesaan.
Laporan Penelitian. Pusat Analisis Sosek dan kebijakan Pertanian.
Departemen Pertanian.
Pitt, MM, Khandker, SR, Cartwright, J. 2006. Empowering Women with Micro
Finance : Evidence from Bangladesh. Economic Development and Cultural
Change: 791-831.
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Retnowati, Y. 2007. Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dalam Membentuk
Kemandirian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rogers, EM., Rogers, RA. 1976. Communication in Organization. New York:
The Free Press.
_________, Kincaid, DL. 1981. Communication Networks Toward a New
Paradigm for Research. New York: The Free Press.
_________. 2003. Diffusion of Innovations Fifth Edition. New York: The Free
Press.
Sereno, KK., Bodaken, EM. 1975. Trans-Per Understanding
Communication. Boston: Houghton Mifflin Company.
Human
70