Anda di halaman 1dari 110

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan
banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Usaha besar para konglomerat semakin berkembang, adapun usaha kecil semakin
terpuruk karena keterbatasan akses terhadap modal. Pemerintah sudah berupaya
memasyarakatkan kebijakan tentang ekonomi kerakyatan. Kredit dan pinjaman
perbankan yang seharusnya ditujukan untuk meningkatkan ekonomi rakyat justru
dimanfaatkan oleh konglomerat yang lebih mudah mengakses informasi. Begitu
longgarnya tatanan kredit dan pinjaman perbankan, sehingga menyebabkan
pembangunan ekonomi mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi (Zulkarnain
2005).
Lembaga keuangan merupakan pelaku penting dalam perekonomian suatu
negara. Prakteknya, lembaga keuangan dibagi menjadi bank (bank sentral, bank
umum, bank perkreditan rakyat dan bank syariah) dan lembaga keuangan non
bank (pasar modal, pasar uang, koperasi, pegadaian dan asuransi). Beberapa
tahun terakhir, pihak pemerintah dan non pemerintah di negara berkembang
memperkenalkan program kredit untuk masyarakat desa (Pitt et al. 2006). Hal ini
diharapkan mampu membantu permodalan bagi masyarakat kecil yang selama ini
terbentur pada agunan.
Bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan dapat membantu usaha kecil
meningkatkan usahanya melalui pemberian kredit sebagai tambahan modal. Bank
perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang bergerak pada sektor mikro yang
diharapkan mampu membantu peningkatan usaha kecil pedesaan. Meskipun porsi
yang diperankan bank mikro relatif kecil, tetapi fleksibilitas dan mobilitasnya
cukup tinggi dalam menjangkau pasar dibandingkan dengan bank komersial. Bank
mikro menyentuh hal yang lebih sosial, disamping sebagai mediator keuangan
juga harus memberikan pembelajaran bagaimana berhubungan dengan institusi
keuangan formal (Supriadi 2003).
Selama ini, masyarakat pedesaan cenderung belum akrab dengan
perkreditan formal dan tidak berani untuk mengambil kredit di lembaga keuangan

formal. Karena dianggap prosedur peminjaman kredit yang rumit dan adanya
agunan. Sehingga diperlukan sosialisasi yang mampu meningkatkan kepercayaan
dan keberanian masyarakat khususnya di pedesaan untuk menggunakan fasilitas
perkreditan. Sosialisasi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi
masyarakat diharapkan dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan layanan
perkreditan dan juga meningkatkan loyalitas nasabah sehingga menunjang
kelancaran dan tepat waktu dalam pengembalian kredit.
Adanya bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan memudahkan para
pengusaha kecil dan menengah mendapatkan peluang kredit sehingga nantinya
akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pedesaan.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus dapat dinikmati oleh masyarakat
seluas-luasnya. Namun perkembangan bank perkreditan rakyat (BPR) menjadi
terkendala dengan adanya persaingan dengan bank umum yang membuka kredit
mikro. Persaingan dengan lembaga keuangan lain menjadikan bank perkreditan
rakyat (BPR) harus berusaha agar produk jasa perbankan yang diberikannya
mampu menarik perhatian calon nasabah. Bank perkreditan rakyat (BPR)
merupakan salah satu perusahaan jasa. Bagi perusahaan jasa dalam menetapkan
strategi yang diperhatikan adalah 4P (product, price, place, promotion) ditambah
dengan 3P yaitu people, physical evidence, dan process (Kotler et al. 2005).
Perusahaan jasa menjual produk yang melalui pelayanan yang baik. Layanan
dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti lingkungan fisik dan kontak personal
(Alma 2007).
Sosialisasi dan promosi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi
masyarakat dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan produk layanan
bank dan juga menunjang kelancaran pengembalian kredit. Komunikasi yang baik
diperlukan dalam melakukan sosialisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan dapat
memaksimumkan kepuasan nasabah melalui berbagai pelayanan yang diinginkan
nasabah yang diharapkan dapat berdampak pada loyal masyarakat terhadap bank
perkreditan rakyat (BPR). Lembaga keuangan mikro dalam hal ini BPR dalam
menjalankan misinya terhadap pengusaha tidak hanya mendapatkan kredit akan
tetapi juga mendampingi dan membina para nasabah untuk mengelola keuangan

keluarga dalam menjalankan usahanya dengan tertib dan terencana serta


memanfaatkan produk bank sesuai kebutuhan.
Menurut Hadi (2001), dalam penelitiannya mengenai komunikasi publik
perusahaan, komunikasi berimplikasi terhadap terbentuknya sikap positif anggota
komunitas dalam memandang keberadaan perusahaan. Hadi (2001) menyatakan
bahwa perusahaan harus sudah melakukan komunikasi sejak awal konstruksi
proyek. Dalam upaya menumbuhkan sikap positif tersebut, perusahaan
membentuk suatu departemen khusus untuk menjembatani komunikasi antara
perusahaan dengan komunitas setempat. Departemen hubungan eksternal pada
perusahaan ini memiliki beberapa seksi yaitu hubungan komunitas, public
relation, hubungan pemerintah, hubungan lembaga swadaya masyarakat dan
pengembangan komunitas. Adanya departemen ini diharapkan akan memberikan
dampak positif bagi citra perusahaan (Hadi 2001).
Adanya hubungan yang baik diharapkan akan memberikan dampak positif
bagi citra perusahaan. Komunikasi merupakan sesuatu yang penting bagi setiap
organisasi baik itu perusahaan ataupun organisasi nirlaba. Komunikasi adalah
faktor yang amat penting untuk perusahaan dan organisasi nirlaba dan integrasi
kelompok sosial, sebab dengan komunikasilah anggota kelompok sosial (publik)
dapat saling mempengaruhi untuk mencapai keseragaman nilai-nilai dan kelakuan
yang sama (Hadi 2001). Hubungan yang kuat dalam lembaga/organisasi dapat
membawa keberhasilan dalam sutu program. Salah satu bentuk hubungan yang
dilakukan adalah hubungan dengan publik eksternal (Nugraha dalam Ardianto
2009). Pola komunikasi yang baik diperlukan dalam hubungan dengan publik.
Pola komunikasi tidak terlepas dari struktur yang sistematis tentang tingkah laku
penerimaan dan pengiriman pesan diantara anggota kelompok, siapa yang
berbicara kepada siapa dengan tingkat keseringan tertentu yang membentuk suatu
kebiasaan (Goldberg & Larson 1985).

Perumusan Masalah
Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu yang
selanjutnya disebut Bank PD BPR Sarimadu merupakan satu-satunya bank
perkreditan rakyat (BPR) di Provinsi Riau yang telah mampu melakukan ekspansi
ke luar wilayah kerjanya. Selain di Kabupaten Kampar, Bank PD BPR Sarimadu
telah mempunyai cabang di Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru. Pada
tanggal 9 Juni 2010, Bank PD BPR Sarimadu berhasil meraih prestasi sebagai
bank perkreditan terbaik pada penganugerahan Infobank awards.
Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun Bank PD BPR Sarimadu yang
berbentuk tabungan masyarakat tumbuh 124% per tahunnya, sedangkan deposito
tumbuh 200%. Jika di tahun 2004, tabungan masyarakat yang ada di Sarimadu
hanya sekitar 15 milyar rupiah, empat tahun kemudian angkanya mencapai 90
milyar lebih. Begitu juga dengan jumlah deposito, lima tahun lalu deposito yang
ada di Bank PD BPR Sarimadu hanya sebesar 304 juta rupiah, sedangkan pada
akhir tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 35 milyar rupiah. Hal ini tercapai
karena banyaknya promosi yang dilaksanakan Bank PD BPR Sarimadu sehingga
menumbuhkan kepercayaan masyarakat Kampar (Zuprianto 2009).
Keberhasilan Bank PD BPR Sarimadu ini menimbulkan pertanyaan
bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal
perkreditan. Maka permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu
dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
2. Bagaimana hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian
kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR
Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
2. Menganalisis hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian
kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Bank PD BPR Sarimadu untuk meningkatkan pola komunikasi dan
kualitas layanan kredit untuk masyarakat kecil.
2. Bagi masyarakat Kampar khususnya mengenai akses permodalan dari
Bank PD BPR Sarimadu agar dapat mendukung permodalan usaha
masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Theodorson dan Theodorson dalam Littlejohn dan Foss (2009)
mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, ide, sikap atau
emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Theodore
Clavenger Jr dalam Littlejohn dan Foss (2009) mencatat bahwa masalah yang
selalu ada dalam mendefinisikan untuk tujuan-tujuan penelitian atau ilmiah
berasal dari fakta bahwa kata kerja berkomunikasi memiliki posisi yang kuat
dalam kosakata umum dan karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan
ilmiah. Definisi komunikasi lainnya dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
Effendy (2007), yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : who says what in which channel
to whom with what effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa
dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan Laswell ini merupakan unsur-unsur
proses komunikasi, yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media
(media), receiver (komunikan/penerima), dan effect (efek).
Hovland, Janis dan Kelly (1981) dalam Effendy (2007) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dimana individu mengirim stimulus yang
biasanya dalam bentuk verbal dan bertujuan untuk mengubah tingkah laku orang
lain. Teori komunikasi ini dikenal sebagai stimulus-organism-response. Efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengaharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.

Teori komunikasi lainnya adalah teori matematikal model Shannon dan


Weaver (Effendy 2007). Model komunikasi ini menunjukkan bahwa sumber
informasi memproduksi sebuah pesan untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut
dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain.
Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi
saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang
menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). Dalam
percakapan, sumber informasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme
suara yang menghasilkan isyarat, dan saluran adalah udara. Penerima melakukan
kebalikan operasi yang dilaksanakan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari
isyarat. Tujuan (destination) adalah orang atau benda kepada siapa atau kepada
apa pesan ditujukan.
Komunikasi merupakan pusat kehidupan kemanusiaan. Komunikasi
adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan
semua kehidupan kemanusiaan, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan
penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya. Kita dapat menyusun serangkaian
metode untuk meningkatkan komunikasi. Kita dapat menggunakan beberapa
model dasar, tetapi hal ini juga memberikan pandangan tentang komunikasi yang
terbatas (Littlejohn & Foss 2009).
Frank Dance dalam Littlejohn dan Foss (2009) menggrisbawahi adanya
sejumlah elemen yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Tiga poin dari
perbedaan konseptual yang penting membentuk dimensi-dimensi komunikasi.
Dimensi yang pertama adalah tingkat pengamatan atau keringkasan. Komunikasi
merupakan sebuah sistem (misalnya telepon atau telegraf) untuk menyampaikan
informasi dan perintah (misalnya di Angkatan Laut), yang bersifat membatasi.
Perbedaan yang kedua adalah tujuan. Definisi komunikasi disini adalah situasisituasi yang merupakan sebuah sumber yang mengirimkan sebuah pesan kepada
penerima dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Sedangkan sebuah definisi yang tidak memerlukan tujuan adalah sebagai berikut :
komunikasi merupakan sebuah proses menyamakan dua atau beberapa hal
mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Dimensi ketiga
yang digunakan untuk membedakan definisi komunikasi adalah penilaian

normatif. Beberapa definisi menyertakan pernyataan tentang keberhasilan,


keefektifan, atau ketepatan; definisi-definisi yang lain tidak berisi penilaian yang
lengkap seperti itu. Sebagai contoh, definisi berikut menganggap bahwa
komunikasi dikatakan berhasil jika komunikasi merupakan pertukaran sebuah
pemikiran atau gagasan. Asumsi dari definisi ini adalah bahwa sebuah pemikiran
atau gagasan berhasil ditukarkan. Di sisi lain, sebuah definisi yang tidak menilai
apakah hasilnya berhasil atau tidak, komunikasi adalah penyampaian informasi.
Di sini, informasi disampaikan, tetapi tidak penting apakah informasi tersebut
diterima dan dipahami atau tidak.
Model Komunikasi
Model merupakan representasi sederhana dari proses komunikasi. Model
diartikan sebagai gambaran yang didesain untuk mempresentasikan realita, dan
merupakan representasi fisik atau verbal dari suatu objek atau proses (DeVito
1997). Suatu model yang nyata (tangible) akan membantu untuk menjelaskan
proses komunikasi insani yang merupakan suatu proses yang tidak dapat diraba
(intangible) yang selalu berubah (Tubbs & Moss 2005). Model merupakan suatu
maksud untuk menunjukkan hal yang fundamental dalam sebuah studi (Sereno &
Budaken 1975).
Komunikasi sebagai aksi: model linier
Deskripsi

komunikasi

sebagai

proses

linier

pertama

kali

diungkapkan oleh Claude Shannon pada tahun 1949 (dalam West dan
Turner 2008). Komunikasi sebagai proses linier merupakan komunikasi
sebagai aksi satu arah. Satu arah menjelaskan bahwa pesan ditransmisikan
dalam satu arah, dari satu orang ke orang lainnya (Sereno & Budaken
1975). Selain Claude Shannon, model linier juga dijelaskan oleh Harold D.
Laswell dan Aristoteles. Model Laswell menjelaskan proses satu arah,
sehingga mengabaikan faktor tanggapan balik. Aristoteles membuat model
komunikasi terdiri dari tiga unsur takni sumber, pesan dan penerima. Tiga
model analisis dasar komunikasi tersebut memiliki sifat satu arah (linier),

serta terlalu menekankan pada peranan sumber dan media (Cangara,


2004).
Elemen kunci pada model linier adalah sebuah sumber (source)
yang mengirimkan pesan (message) kepada penerima (receiver) yang akan
menerima pesan tersebut. Komunikasi juga melibatkan gangguan (noise),
yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber
informasi (Gambar 1). Ada empat jenis gangguan. Pertama, gangguan
semantik yang berhubungan dengan slang, jargon atau bahasa-bahasa
spesialisasi yang digunakan secara perorangan dan kelompok. Kedua,
gangguan fisik (eksternal) yaitu gangguan yang berada di luar penerima.
Ketiga, gangguan psikologis merujuk pada prasangka, bias dan
kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lainnya
atau terhadap pesan itu sendiri. Keempat, gangguan fisiologis adalah
gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan
semacam ini muncul apabila sedang sakit, lelah atau lapar.
Semantik

Fisik

Psikologis

Fisiologis

Gangguan
Pengirim / Sumber

Semantik

Pesan

Fisik

Target/Penerima

Psikologis

Fisiologis

Gambar 1 Model komunikasi linier (Shannon Weaver)


Sumber : West dan Turner (2008)
Komunikasi sebagai interaksi: model interaksional
Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Wilbur Schramm pada
tahun 1954. Model ini menolak asumsi model linier bahwa seseorang
hanyalah pengirim atau penerima (West & Turner 2008). Komunikasi
sebagai interaksi memandang bahwa komunikasi memiliki penyebab dan
efek atau memiliki aksi dan reaksi. Seseorang berbicara, yang lainnya

menganguk, kemudian orang pertama berbicara lagi. Interaksi terjadi


sebagai komunikasi dua arah, setiap komunikator menerima dan mengirim
pesan (Sereno & Budaken 1975). Sedangkan model interaksional menurut
Wilbur Schramm (1954) dalam West dan Turner (2008) menekankan pada
proses komunikasi dua arah, yaitu dari pengirim kepada penerima dan dari
penerima kepada pengirim. Proses interaksi terjadi secara melingkar
(Gambar 2). Proses ini mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi
pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat
menjadi keduanya sekaligus. Selain Shcramm, model interaksi juga
dijelaskan oleh Dance. Dance (dalam Effendy 2007), menyatakan sutu
bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada
suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang
dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi.
Dance menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi.
Gangguan

Pesan

Gangguan

Bidang
Pengalaman

Gangguan

Penerima

Pengirim

Umpan Balik

Umpan Balik

Saluran

Gangguan

Gambar 2 Model komunikasi interaksional


Sumber : West dan Turner (2008)

Bidang
Pengalaman

Satu elemen penting bagi model komunikasi interaksional adalah


umpan balik (feed back), atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan
balik juga dapat berupa verbal dan nonverbal, dapat disengaja ataupun
tidak disengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk
mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh
mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik
terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim.
Elemen terakhir dalam model interaksional adalah bidang pengalaman
(field of experience). Seseorang atau bagaimana budaya, pengalaman dan
keturunan seseorang mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi
dengan satu sama lainnya
Komunikasi sebagai transaksi: model transaksional
Model

komunikasi

transaksional

(transactional

model

of

communication) awalnya diperkenalkan oleh Barnlund pada tahun 1970.


Komunikasi

sebagai

transaksi

menunjukkan

bahwa

komunikasi

merupakan suah proses pertukarang yang dinamis antara komunikator,


tidak memiliki waktu tertentu. Setiap komunikator selalu aktif mengirim
dan menerima pesan. Setiap waktu para partisipan aktif mempertukarkan
respon verbal dan nonverbal (Sereno & Bodaken 1975). Model ini
menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung
secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi (Gambar 3).
Menurut Barnlund (1970) dalam DeVito (1997), dengan transaksi
dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa
komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya
beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. Model
transaksional berarti komunikasi bersifat kooperatif, pengirim dan
penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas
komunikasi yang terjadi. Dalam model transaksional, orang membangun
kesamaan makna (West & Turner 2008).

Gangguan :
- Semantik
- Fisik
- Psikologis
- Fisiologis

Komunikator

Pesan / Umpan Balik

Bidang
Pengalaman

Komunikator

Bidang
Pengalaman
Kesamaan
Bidang
Pengalaman

Gambar 3 Model komunikasi transaksional


Sumber : West dan Turner (2008)

Model komunikasi sebagai transaksi lainnya dijelaskan Littlejohn


dan Foss sebagai konteks komunikasi. Setiap tingkatan komunikasi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks-konteks yang lebih besar
(Littlejohn & Foss 2009). Teori komunikasi disusun dalam delapan
konteks yang digambarkan pada Gambar 4.

Kelompok

Organisasi
Percakapan
Pesan

Pelaku
komunikasi
Kebudayaan
dan
masyarakat

Percakapan

Pelaku
komunikasi
Hubungan

Kelompok

Gambar 4 Model komunikasi Littlejohn dan Foss


Sumber : Littlejohn & Foss (2009)
Konteks komunikasi dimulai dengan individu, yaitu melihat caracara dari tradisi-tradisi yang berbeda yang menjelaskan pelaku komunikasi
sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi sosial. Selanjutnya,
diperluas dengan melihat pesan dan percakapan. Ketika orang-orang
menggunakan pesan dalam percakapan dengan orang lain, mereka
mengembangkan hubungan, dan akan diperluas ke konteks yang lebih
besar dari kelompok dan organisasi. Konteks komunikasi diperjelas
dengan media dan pada tingkatan yang paling lebar yaitu untuk melihat
pada komunikasi dalam kebuadayaan dan masyarakat.
Konteks-konteks komunikasi dari pelaku komunikasi hingga
masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh,
hubungan kita didefinisikan dan diatur melalui pertukaran pesan dalam
percakapan. Para pelaku komunikasi mengambil keputusan mengenai
pesan, tetapi pesan disusun ke dalam percakapan, mempengaruhi para
pelaku komunikasi. Kebudayaan dibangun melalui komunikasi, tetapi
jenis-jenis pesan yang kita kirimkan, bagaimana kita memahami pesanpesan tersebut, dan hasil dari hubungan tersebut ditentukan dalam banyak
cara oleh kebudayaan dan masyarakat tempat kita hidup.
Model komunikasi transaksi lainnya adalah model komunikasi
konvergen yang dinyatakan oleh Rogers dan Kincaid (1981). Model
komunikasi konvergen menyatakan komunikasi merupakan sebuah proses
dimana para partisipan membuat dan membagi informasi dengan
partisipan lainnya dalam rangka untuk mencapai mutual understanding
antar dua individu tersebut. Komunikasi selalu berimplikasi pada suatu
hubungan. Informasi dan mutual understanding merupakan komponen
dominan dalam model komunikasi konvergen. Informasi diproses oleh
individu pada level merasa (perceiving), interpretasi (interpreting),
memahami (understanding), percaya (believing), dan tindakan (action).
Ketika informasi dibagi oleh dua orang atau lebih, proses informasi akan

menghasilkan pemahaman bersama pada level abstraksi fisik, psikologi


dan sosial (Gambar 5).

REALITAS
PSIKOLOGI
A

REALITAS
FISIK

Merasa

Interpretasi

INFORMASI

Tindakan

Memahami

REALITAS
PSIKOLOGI
B
Merasa

Interpretasi

Tindakan
Tindakan
Kolektif

Percaya

Percaya

Memahami

Persetujuan bersama
MUTUAL
MUTUAL
UNDERSTANDING
UNDERSTANDING
REALITAS
SOSIAL
A&B

Gambar 5 Komponen dasar dari model komunikasi konvergen


Sumber : Kincaid (1979) dalam Rogers dan Kincaid (1981)

Efektivitas Komunikasi
Secara

umum

komunikasi

dinilai efektif

bila rangsangan

yang

disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan
rangsangan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin
besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dengan yang dipahami
komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Efektivitas
komunikasi erat kaitannya dengan tujuan, yang biasanya menghasilkan
pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan
tindakan (Tubbs & Moss 2005).

Komunikasi akan menjadi efektif apabila adanya pemahaman bersama


(mutual understanding). Pemahaman bersama (mutual understanding) yang
merupakan tujuan dan fungsi utama komunikasi adalah proses pengambilan
keputusan bersama yang berdasarkan pada ketidakpastian. Saling mengerti dan
persetujuan tentang informasi simbolik yang dibentuk dan dibagi adalah sebuah
prasyarat untuk aktivitas sosial dan kolektif lainnya (Rogers & Kincaid 1981).
Pemahaman bersama yang dihasilkan dapat digambarkan dengan dua atau lebih
overlapping lingkaran yang merepresentasikan tiap perkiraan partisipan terhadap
makna lainnnya sebagai overlapping dengan makna aktual lainnya (Gambar 6).

Pemahaman
partisipan A

Pemahaman
bersama A & B

Pemahaman
partisipan B

Gambar 6 Komunikasi sebagai konvergensi yang mengarah pada hubungan timbal


balik
Sumber: Kincaid dan Schramm 1975 dalam Rogers dan Kincaid 1981.
Menurut Berlo (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila
ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya dapat diperkecil. Oleh karena
itu, meningkatkan ketepatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap
unsur komunikasi. Hal tersebut dapat terjadi apabila :
1. Seorang komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi
(communication skills), pengetahuan yang luas mengenai apa yang
dibahasnya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitide), serta

mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural
system).
2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap
positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi
pesan yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan
menafsirkan pesan.
3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa
pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan
pengaturan bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harus sesuai denga tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta
efisien dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar,
disentuh, dicium dan dirasakan.
Komunikasi dapat dinilai efektif apabila pendengar atau pembaca
mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam
hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya
(physic). Kesamaan dimaksudkan bahwa orang bisa terarik pada komunikator
karena adanya kesamaan demografik, seperti bahasa, agama, suku, daerah asal,
partai atau ideologi. Komunikator yang dikenal baik lebih cepat diterima oleh
khalayak daripada mereka yang tidak dikenal. Komunikator yang sudah dikenal
kepiawaiannya akan mudah diterima, sebab khalayak tidak akan ragu terhadap
kemampuan dan kejujurannya. Selain itu, komunikator juga harus disukai oleh
khalayak. Penampilan fisik dan postur badan dinilai penting karena fisik yang
cacat bisa menimbulkan ejekan sehingga menganggu jalannya komunikasi
(Cangara 2004).
Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah model komunikasi yang dilakukan perorangan
atau kelompok secara berulang. Pola komunikasi dapat terbentuk dari komunikasi
antar individu ataupun kelompok. Pola komunikasi kelompok tidak terlepas dari
struktur yang sistematis tentang tingkah laku penerimaan dan pengiriman pesan

diantara anggota kelompok, siapa yang berbicara kepada siapa dengan tingkat
keseringan tertentu yang membentuk suatu kebiasaan (Goldberg & Larson 1985).
Menurut Bintarti (2003), yang meneliti hubungan pola komunikasi dengan
prestasi belajar pada mahasiswa Universitas Terbuka, pola komunikasi tidak
terbentuk dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil interaksi antara karakteristik
pelaku, media komunikasi yang digunakan, hasil dan tujuan yang ingin dicapai
oleh sasaran. Sedangkan Retnowati (2007) mengartikan pola komunikasi orang
tua dan anak sebagai komunikasi antar pribadi antara orang tua dan anaknya, di
mana masing-masing dapat memilih fungsi baik sebagai komunikator maupun
sebagai komunikan yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, artinya hampir
tidak terhindarkan selalu ada hubungan antara kedua orang tersebut. Seorang
komunikator dalam berkomunikasi membawa pengalaman, kepercayaan, nilainilai dan sikap tertentu yang diperoleh dan dipelajari dari interaksinya dengan
orang lain dan lingkungan sekitar (Retnowati 2007).
Arif (2004) dalam penelitiannya tentang pola komunikasi pengelola
Taman Nasional dalam meningkatkan kesadaran konservasi pengunjung
menyatakan bahwa akses media, ketersediaan sumber informasi, kemudahan
mengakses sumber informasi, cara berkomunikasi dengan sesama pengunjung,
dan frekuensi komunikasi verbal dan nonverbal berpengaruh terhadap pola
komunikasi yang dilakukan Taman Nasional.
Penelitian Jufri (2009) pada masyarakat Islam dan Kristen di Kecamatan
Labuh Baru kota Pekanbaru memperlihatkan bahwa pola komunikasi dibentuk
dari hubungan kerjasama, persaingan, konflik, dominasi agama tertentu, peran
tokoh agama, dan peran pemerintah. Proses komunikasi sosial antara masyarakat
Kristen dan Islam melibatkan proses-proses sosial yang beraneka ragam, yang
menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu pikiran, diri, masyarakat,
terkait di dalamnya persepsi, sikap, tindakan, proses tingkah laku dan struktur
sosial yang ada. Pola komunikasi yang terjadi dalam masyarakat berbeda agama
ini adalah pola komunikasi interaksional. Blumer (dalam Jufri 2009)
mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini. Pertama, manusia
bertindak berdasarkan makna-makna yang diberikan individu terhadap lingkungan
sosialnya (simbol verbal, simbol nonverbal, lingkungan fisik). Kedua, makna

didapatkan dan berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan


individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan,
diubah dan dikembangkan lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam
berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena individu terus berubah,
maka masyarakat pun ikut berubah melalui interaksi.
Berdasarkan empat penelitian terdahulu mengenai pola komunikasi,
disimpulkan unsur yang mempengaruhi pola yaitu pelaku (aktor) komunikasi,
pesan, hubungan yang tercipta dalam proses komunikasi, bentuk dan media
komunikasi yang digunakan.
Pelaku (aktor) komunikasi
Pelaku komunikasi menurut Littlejohn dan Foss (2009) adalah
individu yang mandiri, individu yang unik dengan karakteristikkarakteristik khusus yang ditentukan secara parsial oleh genetik. Individuindividu memiliki pikiran kompleks yang mengorganisasi informasi ke
dalam sikap, kepercayaam, dan nilai yang pada gilirannya mempengaruhi
perilaku.

Pelaku

komunikasi

membawa

identitas

pribadi

dalam

berkomunikasi, yang merupakan seseorang dengan kesadaran akan


identitas, self yang dikembangkan melalui interaksi. Individu-individu
diposisikan dalam susunan sosial budaya dan hubungan kekuasaan.
Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan juga
mengubah mekanisme. Identitas anda, baik dalam pandangan diri anda
maupun orang lain, dibentuk ketika anda secara sosial berinteraksi dengan
orang lain dalam kehidupan anda. Anda mendapatkan pandangan serta
reaksi orang lain dalam interaksi sosial dan sebaliknya, memperlihatkan
rasa identitas dengan cara anda mengekspresikan diri anda dan merespon
orang lain (Littlejohn & Foss 2009).
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator
memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendakikan
jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil
berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas. Cangara
(2004) menyatakan bahwa untuk mencapai komunikasi yang mengena,

seorang komunikator selain mengenal dirinya, ia juga harus memiliki


kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power).
James McCroskey (1966) dalam Cangara (2004) menjelaskan bahwa
kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi
(competence),

sikap

(character),

tujuan

(intention),

kepribadian

(personality) dan dinamika (dynamism).


Menurut Berlo (1960), terdapat empat faktor yang menentukan
kemampuan komunikator agar ketepatan komunikasi dapat ditingkatkan,
yaitu :
1. Keterampilan

berkomunikasi

(communication

skill),

yaitu

keterampilan berbicara dan menulis agar penerima pesan mampu


mendengar dan membaca secara baik dan jelas.
2. Sikap (attitide), yaitu kecenderungan sikap positif atau negatif, baik
terhadap dirinya sendiri, terhadap pesan yang disampaikan, maupun
terhadap pesan penerima pesan.
3. Tingkat pengetahuan, yaitu wawasan pengetahuan terhadap persepsi
dari pesan yang disampaikan.
4. Sistem sosio-kultural, yaitu berkaitan dengan posisi komunikator
dalam sistem sosial budaya.
Pesan
Pesan adalah teks atau seperangkat tanda yang terorganisir yang
memiliki makna dalam komunikasi. Pesan diproduksi oleh individu, yang
memproses pesan secara strategis untuk memperoleh maksud tertentu.
Pesan menyelesaikan fungsi-fungsi sosial yang membawa manusia
bersama-sama ke dalam hubungan yang sangat beragam. Pesan
membentuk percakapan yang terdiri dari perilaku sosial individu.
Percakapan merupakan proses di mana pelaku komunikasi berkoordinasi
atau mengorganisir interaksi melalui cara yang menciptakan bentuk makna
yang sesuai. Melalui percakapan terjadi pembentukan budaya. Hubungan
kekuasaan dilakukan melalui penggunaan bahasa dalam komunikasi
(Littlejohn & Foss 2009).

Pesan dapat terdiri dari tanda dan simbol, bahasa, dan tanda
nonverbal. Teori simbol yang terkemuka diciptakan oleh Susanne Langer.
Simbolisme mendasari pengetahuan dan pemahaman semua manusia.
Menurut Langer dalam Littlejohn dan Foss (2009), tanda (sign) adalah
sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal. Sebuah tanda
berhubungan erat dengan makna dari kejadian yang sebenarnya. Simbol
digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang
untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah
simbol adalah sebuah instrumen pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi
manusia tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu.
Bahasa menurut Sassaure dalam Littlejohn dan Foss (2009) adalah
sebuah sistem baku yang dapat dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam
kehidupan

sehari-hari.

Sedangkan

pengucapan

adalah

kegunaan

sebenarnya dari bahasa untuk mencapai tujuan.


Bahasa dan perilaku seringkali tidak bekerja bersama, sehingga
tanda nonverbal merupakan hal penting dalam interaksi. Tanda nonverbal
adalah kumpulan perilaku yang digunakan untuk menyampaikan arti.
Judee Burgon dalam Littlejohn dan Foss (2009) menggolongkan sistem
nonverbal memiliki beberapa sifat. Pertama, tanda nonverbal cenderung
analog daripada digital. Sinyal digital mempunyai ciri tersendiri, seperti
huruf dan angka, sedangkan analog berkesinambungan, membentuk
sebuah tingkatan atau spektrum seperti volume dan intensitas cahaya. Oleh
karena itu, tanda nonverbal, seperti ekspresi wajah dan intonasi suara tidak
dapat dengan sederhana digolongkan menjadi kategori yang mempunyai
ciri-ciri tersebut. Sistem kode nonverbal sering digolongkan menurut jenis
aktivitas yang digunakan dalam kode. Burgoon dalam Littlejohn dan Foss
(2009) mengusulkan tujuh jenis yaitu kenesis (aktivitas tubuh),
paralanguange (vokal atau suara), haptics atau touch (penampilan fisik),
proxemics (waktu) dan artefak (obyek).
Hubungan

Menurut Littlejohn dan Foss (2009), hubungan merupakan bentuk


interaksi yang dapat terjadi melalui proses dialog. Komunikasi terbentuk
dari pola-pola interaksi. Dalam hubungan jangka panjang, pola tersebut
dapat cukup stabil, tetapi bermacam kejadian juga dapat menggerakkan
hubungan ke arah yang baru dan kadang tidak terduga. Hubungan adalah
sebuah subjek penting yang terkait dengan komunikasi interpersonal. Kita
terus mengubah apa yang kita lakukan dan katakan berdasarkan reaksi
orang lain, dan seiring waktu hubungan mengembangkan sebuah karakter.
Ketika dalam sebuah hubungan, tindakan dapat berbicara lebih keras
daripada kata-kata. Seiring waktu, sifat-sifat hubungan terbentuk dan
dibentuk melalui serangkaian interaksirespon terhadap respon. Ada dua
pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan hubungan.
Jika dua orang saling merespon dengan cara yang sama, mereka dikatakan
terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical relationship). Tipe
hubungan kedua adalah pelengkapan (complementary). Dalam hubungan
ini, pelaku komunikasi merespons dengan cara yang berlawanan. Ketika
seseorang bersifat mendominasi, yang lainnya mematuhinya; ketika
seseorang bersifat argumentatif, yang lainnya diam; ketika seseorang
menjaga, yang lain menerimanya.
Hubungan dapat terbentuk melalui ineraksi dalam kelompok atau
organisasi. Kelompok dan organisasi mengarahkan pada konsekuensi yang
tidak diinginkan yang mendesak usaha-usaha masa depan. Dalam
kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau
gabungan dengan sikap ramah, mendramatisasi, menyetujui dan juga dapat
menunjukkan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan penolakan,
ketegangan, dan menjadi tidak ramah.
Menurut Bales dalam Littlejohn dan Foss (2009), posisi individu
dalam sebuah kelompok adalah sebuah fungsi dari tiga dimensi; (1)
dominan lawan pasif; (2) ramah lawan tidak ramah; (3) aktif lawan
emosional. Dalam sebuah kelompok tertentu, perilaku anggota dapat
ditempatkan pada ketiga dimensi ini.

Phillip Tomkins, George Cheney dan rekan-rekan dalam Littlejohn


dan Foss (2009) telah mengembangkan sebuah pendekatan yang baru dan
berguna terhadap komunikasi organisasi. Para ahli teori ini tertarik da;am
cara-cara komunikasi biasa membentuk kendali atas pegawai. Sebenarnya,
kencali dinyatakan dalam organisasi dengan empat cara. Pertama, kendali
sederhana (simple control), atau penggunaan yang langsung dan terbuka.
Kedua, kendali teknis (technical control), atau penggunaan alat-alat dan
teknologi. Bentuk kendali yang ketiga adalah birokrasi, yang merupakan
penggunaan prosedur organisasi dan aturan-aturan formal. Keempat,
adalah kendali konsertif (concertive control)penggunaan hubungan
interpersonal dan kerjasama tim sebagai sebuah cara kendali. Ini
merupakan kendali yang paling sederhana karena mengandalkan pada
realitas dan nilai bersama.
Media
Media diciptakan dari bentuk budaya dan mempengaruhi struktur
sosial. Media dan masyarakat merespons saling satu sama lainnya,
mengarahkan pada hasil yang bertanggung jawab terhadap media,
individu, dan terhadap masyarakat. Media memberikan efek pada perilaku
individu. Media komunikasi modern memungkinkan jutaan orang di
seluruh duni terkoneksi dan dapat menjadi alat untuk menyebarkan
informasi. Media massa memiliki kemampuan untuk menciptakan
masyarakat, menjelaskan masalah, memberikan referensi umum dan
memindahkan perhatian serta kekuasaan (Littlejohn & Foss 2009).
Laswell dalam Littlejohn dan Foss (2009) menyusun bagian-bagian
dari sistem komunikasi massa. Fungsi utama media komunikasi termasuk
pengamatan (surveillance), memberikan informasi tentang lingkungan,
memberikan pilihan untuk memecahkan masalah, atau hubungan
(correlation), dan sosialisasi serta pendidikan yang dikenal dengan
transmisi (transmission). Oleh sebab itu, penting bagi komunikasi massa
adalah media itu sendiri. Organisasi media menyebarkan pesan yang
sangat mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat, dan media

memberikan informasi kepada audiens yang heterogen, menjadikan media


sebagai bagian dari kekuatan institusi masyarakat.
Denis McQuail dalam Littlejohn dan Foss (2009) mengacu pada
delapan metafora untuk mengartikan aspek-aspek media. Pertama, media
merupakan jendela (windows), yang memungkinkan kita untuk melihat
lingkungan kita lebih jauh. Kedua, sebagai penafsir (interpreters) yang
membantu kita memahami pengalaman. Ketiga, menjadi landasan
(platform) atau pembawa yang menyampaikan informasi. Keempat,
komunikasi interaktif (interactive communication) yang meliputi opini
audiens. Kelima penanda (signpost) yang memberi kita instruksi dan
petunjuk. Keenam sebagai penyaring (mirror) yang membagi pengalaman
dan fokus pada orang lain. Ketujuh sebagai cermin (mirror) yang
merefleksikan diri kita. Terakhir, kedelapan adalah sebagai penghalang
(barrier) yang menutupi kebenaran.
Komunikasi Organisasi
Pengertian komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses pertukaran informasi dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian
dari suatu organisasi dalam mengembangkan suatu hubungan evolusioner,
dipengaruhi budaya dalam lingkungan yang dirancang untuk dapat
dikelola, sehingga terjadi kerjasama, perilaku yang berorientasi kepada
tujuan (Muhammad 1995). Komunikasi organisasi menurut Katz dan Kahn
dalam Muhammad (1995) adalah arus informasi, pertukaran informasi, dan
pemindahan arti dalam suatu organisasi merupakan proses menciptakan
dan saling tukar menukar pesan dalam satu jaringan, hubungan

yang

saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau selalu berubah-ubah. Rogers dan Rogers (1976) mendefinisikan
organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan dimana operasi dan interaksi antara bagian
yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan lainnya
berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.

Komunikasi dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh struktur


organisasinya. Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
Zelko dalam Muhammad (1995) menyatakan di dalam komunikasi
organisasi selalu terjadi proses komunikasi, penyampaian pesan, dan
terjadinya jaringan komunikasi, yang saling berkaitan.
Menurut Griffin (2003), komunikasi organisasi dengan mengikuti
teori manajemen klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya
produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori
manajemen klasikal adalah sebagai berikut: (1) Kesatuan komando, suatu
karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan; (2) Rantai skala, garis
otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah
untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan
komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan
keputusan dan komunikasi; (3) Divisi pekerjaan, manejemen perlu arahan
untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk
mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien; (4) Tanggung
jawab dan otoritas, perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi
order dan ke ketaatan seksama suatu ketepatan keseimbangan antara
tanggung jawab dan otoritas harus dicapai; (5) Disiplin, ketaatan, aplikasi,
energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan
aturan

disetujui;

(6)

Mengebawahkan

kepentingan

individu

dari

kepentingan umum, melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan


pengawasan terus-menerus.
Saluran dan media komunikasi dalam organisasi
Saluran dan media komunikasi dapat bersifat formal dan informal.
Saluran dan media komunikasi formal pada dasarnya sudah melekat pada
garis kewenangan organisasi yang telah ditetapkan manajemen. Saluran
dan media komunikasi formal dapat mengalirkan informasi ke bawah, ke
atas atau ke samping. Saluran dan media komunikasi ke bawah digunakan
oleh pimpinan untuk menyampaikan kebijakan, prosedur kerja, peraturan,

instruksi, gagasan, dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan


bawahan. Saluran media komunikasi ke atas digunakan bawahan untuk
menyatakan gagasan-gagasan, sikap dan perasaan mereka terhadap
pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah lain
yang melibatkan mereka. Sedangkan saluran dan media komunikasi ke
samping digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan membantu
dalam pelaksanaan pekerjaan mereka. Penyampaian informasi ke bawah,
ke atas, dan ke samping melalui saluran dan media komunikasi formal
dapat berbentuk lisan maupun tertulis atau bersifat satu arah maupun dua
arah (Masmuh 2008).
Saluran dan media komunikasi ke bawah harus ditetapkan agar
manajemen puncak dan menengah dapat berkomunikasi secara efektif
dengan karyawan bawahannya. Meskipun para manajer di semua tingkatan
memandang penting penggunaan saluran dan media komunikasi lisan,
tetapi sebagian besar komunikasi mereka akan melalui saluran dan media
komunikasi

tertulis;

terutama

jika

organisasi

perusahaan

sudah

berkembang cukup besar. Beberapa jenis saluran dan media komunikasi ke


bawah tertulis contohnya deskripsi jabatan dan pedoman prosedur kerja,
buku pedoman, majalah dan buletin perusahaan, memo dan intruksi
tertulis, papan pengumuman, dan laporan tahunan yang dipublikasikan.
Saluran dan media komunikasi ke atas tertulis misalnya kotak saran dan
program saran. Saluran dan media komunikasi tertulis ke samping
misalnya memo antar departemen (Masmuh 2008).
Selain komunikasi tertulis, banyak organisasi modern telah
memanfaatkan pemakaian komunikasi tatap muka langsung secara luas.
Komunikasi lisan tidak hanya memungkinkan diperolehnya umpan balik
yang lebih cepat dengan memberi kesempatan partisipan menyatakan
informasi yang dimilikinya dan memberi saran tindakan-tindakan alternatif
(Masmuh 2008). Saluran dan media komunikasi ke bawah lisan misalnya
pembicaraan lewat telepon, komunikasi tatap muka antara atasan dan
bawahan. Saluran dan media komunikasi ke atas lisan misalnya

wawancara pemutusan hubungan kerja. Saluran dan media komunikasi ke


samping lisan misalnya pembicaraan lewat telepon dan konferensi.
Komunikasi Inovasi
Pengertian komunikasi inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru
oleh seseorang (Rogers 2003). Kebaruan inovasi diukur secara subyektif
menurut pandangan individu atau orang yang menerimanya. Jika suatu ide
dianggap baru oleh seseorang, maka ide tersebut adalah inovasi untuk
orang tersebut. Secara umum, dalam konsep teori difusi inovasi, terdapat
lima karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi tingkat adopsi
seseorang secara individu, yaitu: 1) Relative advantage (keuntungan
relatif), 2) Compatibility (kesesuaian), 3) Complexity (kerumitan), 4)
Trialability (kemungkinan dicoba), dan 5) Observability (kemungkinan
diamati).
Rogers (2003) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan
adalah sebuah proses dilakukan seorang individu (unit pengambil
keputusan lainnya) mulai dari awal pencarian pengetahuan mengenai
informasi dari sebuah inovasi, menentukan sikap terhadap inovasi, sampai
pada pembuatan keputusan untuk mengadopsi atau menolak ide baru
tersebut, dan konfirmasi terhadap keputusan yang sudah diambil (Gambar
7).
Saluran-Saluran Komunikasi
Kondisi Awal:
1. Kegiatan
sebelumnya
2. Kebutuhan yang
I.
dirasakan/masalah
PENGETAHUAN
3. Kebaharuan ide
(innovativeness)
4. Norma sistem sosial

II.
PERSUASI

III.
KEPUTUSAN

1.Mengadopsi

IV.
IMPLEMENTASI

V.
KONFIRMASI

Melanjutkan adopsi
Mengadopsi kemudian

Karakteristik
Pengambil Keputusan:
Karakteristik sosial
ekonomi
Variabel individu
Perilaku komunikasi

Tidak melanjutkan

2.Menolak
Persepsi mengenai
karakteristik inovasi:
Relative advantage
Compatibility
Complexity
Trialability
Observability

Melanjutkan menolak

Gambar 7 Lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan difusi


inovasi
Sumber : Rogers (2003)
Proses pengambilam keputusan inovasi diawali dengan tahap
pengetahuan (knowledge). Tahap pertama ini terjadi pada saat seseorang
atau unit pengambil keputusan lainnya diterpa informasi mengenai sebuah
inovasi dan paham mengenai bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Tahap
kedua yaitu persuasi (persuation) terjadi pada saat seseorang atau
pengambil

keputusan

lainnya

merasakan

kenyamanan

atau

ketidaknyamanan terhadap inovasi. Pada tahap persuasi, seorang individu


mengevaluasi informasi inovasi, melihat pesan-pesan yang mengkin
mengurangi ketidakpastian mengenai konsekuensi inovasi. Tahap ketiga,
keputusan (decisions) terjadi pada saaat seseorang atau pengambil
keputusan lainnya melakukan kegiatan yang mengarah pada sebuah
pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi untuk mengadopsi sebuah
inivasi. Tahap keempat, penggunaan (implementation) terjadi pada saat
seseorang atau unit pengambil keputusan lainnya menentukan untuk
menggunakan ide baru tersebut. Sedangkan tahap yang kelima, konfirmasi
(confirmation) terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan
mencari penegasan kembali terhadap keputusan inovasi yang telah dibuat
yang kemungkinannya dapat mengubah keputusan yang telah dibuat jika
diterpa informasi yang berlawanan terhadap inovasi.
Saluran komunikasi inovasi
Sulit bagi seorang individu untuk mencirikan sumber pesan dan
saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber adalah seorang individu
atau institusi dimana pesan itu berasal. Saluran adalah apa yang membawa
pesan dari sumber ke penerima. Rogers (2003) mengkategorikan saluran
komunikasi menjadi dua yaitu, (1) saluran interpersonal versus media

massa; (2) Localite versus kosmopolit. Saluran ini mempunyai perbedaan


dalam membentuk pengetahuan dan persuasi seseorang untuk mengubah
perilaku mereka berdasarkan inovasi yang ada. Saluran komunikasi akan
berbeda pada setiap individu, untuk early adopters dan late adopters.
Saluran media massa penting pada tingkat pengetahuan sedangkan
saluran interpersonal dipandang penting pada tingkatan persuasi. Saluran
media massa banyak berkembang pada negara-negara berkembang.
Sedangkan saluran interpersonal dilakukan dengan pendekatan dua arah
dan untuk mendapatkan feedback yang cepat. Efek yang mungkin terjadi
pada saluran interpersonal adalah pembentukan sikap dan perubahan sikap,
sedangkan pada saluran media massa hanya terbatas pada perubahan
pengetahuan.
Saluran kosmopolit berdampak penting pada tahapan peningkatan
pengetahuan dan saluran lokal memberi dampak penting pada tahapan
persuasi. Saluran komunikasi kosmopolit menghubungkan seorang
individu dengan sumber yang berada di luar sistem sosial. Pada negaranegara berkembang, saluran kosmopolit lebih penting pada tahapan
peningkatan pengetahuan, dan sedikit berdampak pada tahapan persuasi.
Saluran interpersonal kosmopolit dibantu oleh adanya agen perubahan,
adanya kunjungan ke daerah lain, dan adanya kunjungan dari daerah lain.
Penelitian pada dua puluh tiga inovasi yang berbeda pada sepuluh negara
menunjukkan jika saluran interpersonal kosmopolit dan media massa
dikombinasikan untuk membentuk kategori saluran kosmopolit.
Aktivitas dan Saluran Komunikasi Pemasaran Perusahaan
Komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk
membantu kegiatan pemasaran perusahaan. Kennedy dan Soemanagara (2006)
menyatakan bahwa bauran komunikasi pemasaran dikaitkan dengan penyampaian
pesan tentang

barang, jasa layanan, pengalaman, kegiatan, orang, tempat,

kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan ini tidak terlepas
dari peran komunikasi, karena pada dasarnya, bentuk penyampaian informasi

tentang apa yang ditawarkan perusahaan pada konsumen tidak terlepas dari
penetapan bentuk media penyaluran pesan-pesan itu sendiri.
Komunikasi pemasaran terpadu mencakup upaya koordinasi dari berbagai
elemen promosi dari kegiatan pemasaran lainnya. Kegiatan komunikasi
pemasaran itu mencakup 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media
advertising); 2) pemasaran langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan
(sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) hubungan
masyarakat (public relations) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih
efektif (Fawcett 1993).
Komunikasi pemasaran menurut Asosiasi Biro Iklan Amerika dalam
Morisan (2007) adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang
mengakui nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran
strategis dari berbagai disiplin komunikasi, misalnya iklan umum, respon
langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dan menggabungkan
berbagai disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi serta dampak
komunikasi yang maksimal).
Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima mode
dari komunikasi dalam pemasaran, yaitu periklanan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), penjualan
personal (personal selling), dan penjualan langsung (direct selling) (Kennedy &
Soemanagara

2006).

Komunikasi

dalam

kegiatan

promosi

penjualan

membutuhkan media promosi seperti poster, katalog dan profil perusahaan.


Lembaga Keuangan
Pengertian Lembaga Keuangan
Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan menurut Undangundang Nomor 14 tahun 1967 (Undang-undang Nomor 14 1967) pasal 1 ialah,
semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik
uang dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Lembaga keuangan baik formal
maupun informal tidak dapat dipungkiri menjadi penopang dalam menumbuhkan

perekonomian masyarakat Indonesia. Masyarakat maupun kalangan industri dan


usaha memerlukan lembaga keuangan untuk memperlancar aktivitasnya.
Lembaga keuangan formal
Lembaga keuangan bank atau bank merupakan lembaga keuangan
yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap, di samping
menyalurkan dana

atau memberi

pinjaman

(kredit)

juga usaha

menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan.


Kemudian usaha bank dalam bentuk lainnya memberikan jasa yang
mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan
kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.
Lembaga keuangan formal dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bank dan
lembaga keuangan non-bank (Kasmir 2004).
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 (Undang-undang
nomor 7 1992) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor
10 tahun 1998, jenis bank dapat dibedakan menjadi bank umum dan bank
perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Kasmir (2004), jenis lembaga keuangan non bank yang ada
di Indonesia saat ini antara lain:
1. Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan
transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan
instrumen utama saham dan obligasi
2. Pasar uang yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana.
3. Koperasi simpan pinjam yaitu menghimpun dana dari anggotanya
kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggota
koperasi dan masyarakat umum.

4. Perusahaan

pegadaian

merupakan

lembaga

keuangan

yang

menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.


5. Perusahaan sewa guna usaha lebih di tekankan kepada pembiayaan
barangbarang modal yang di inginkan oleh nasabahnya.
6. Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha
pertanggungan.
7. Perusahaan

anjak

piutang,

merupakan

yang

usahanya

adalah

mengambil alih pembayaran kredit suatu perusahaan dengan cara


mengambil kredit bermasalah.
8. Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaanperusahaan yang usahanya mengandung resiko tinggi.
9. Dana pensiun, merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola
dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja.
Lembaga keuangan informal
Lembaga informal yang melaksanakan penyaluran dana kredit mikro
adalah pihak swasta atau lembaga-lembaga berasal dari lingkungan
masyarakat sendiri (Nurmanaf et al. 2006). Lembaga-lembaga informal ini
umumnya mudah diakses oleh siapa saja yang memerlukan, secara cepat,
jarak dekat, waktu dan besar pinjaman sesuai kebutuhan, dengan prosedur
sederhana dan tanpa agunan, tapi dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.
Hubungan pinjaman demikian lebih didasarkan pada kepercayaan
ketimbang jaminan seperti halnya institusi pembiayaan komersial. Sumber
pembiayaan informal tersebut meliputi pedagang (pedagang input maupun
pedagang output pertanian), pelepas uang yang dikenal sebagai rentenir
dan arisan kelompok.
Lembaga keuangan informal seperti rentenir memberikan pinjaman
berupa bahan baku serta penolong untuk keperluan biaya hidup dari
pengusaha kecil. Dengan demikian, pengijon atau rentenir dapat
memberikan bunga yang besar dan menguasai pemasaran
pengusaha kecil (Suharto 1985).

serta produksi

Perkreditan Mikro bagi Masyarakat Pedesaan


Supriadi (2003) menyatakan dalam rangka menunjang upaya untuk
menggerakkan sektor riil perekonomian Nasional, salah satunya dengan cara
memberdayakan peranan para pengusaha mikro. Pemberdayaan peranan
pengusaha mikro dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, arahan, dan
bantuan sehingga permasalahan-permasalahan mendasar yang menghambat
pertumbuhan kinerja pengusaha mikro dapat ditanggulangi. Salah satu
permasalahan mendasar yang umumnya dihadapi oleh pengusaha mikro adalah
masalah permodalan dan pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut dan
semakin banyaknya lembaga perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya
yang akan masuk dalam sistem ritel. usaha kecil memiliki potensi pasar tinggi,
mengingat biaya produksinya rendah, sehingga harga produk yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh kalangan luas di Indonesia, maka dapat dikatakan usaha
kecil menengah di Indonesia masih berorientasi pasar lokal. Sebagai salah satu
institusi yang berhubungan dengan moneter, bank mikro adalah kepanjangan
tangan untuk menjangkau sektor informal. Keberadaannya akan memberikan
akses kepada masyarakat mikro untuk mengenal industri perbankan seperti yang
selama ini dilakukan golongan yang dapat mengakses perbankan.
Menurut Suciwati (2000), lembaga perkreditan berperan terhadap
peningkatan usaha masyarakat pedesaan. Lembaga perkreditan desa bertanggung
jawab atas pembinaan teknis di lapangan. Pembinaan dilakukan secara aktif baik
pembinaan langsung ke lapangan maupun pembinaan secara tidak langsung
(mengamati laporan bulanan). Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tabanan,
Bali ini menjelaskan bahwa seluruh lapisan pada tingkat pemerintah daerah
melibatkan diri dalam kelangsungan kegiatan lembaga perkreditan desa.
Pemerintah daerah melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) sekarang
bertanggung jawab atas pembinaan teknis bagi lembaga perkreditan desa.
Hubungan khas yang terjadi antara bank pembangunan daerah dan lembaga
perkreditan desa adalah jaminan bahwa kelebihan dana lembaga perkreditan desa
disimpan di bank pembangunan daerah. Kondisi ini cepat sekali berkembang
menjadi sumber berharga bagi dana pinjaman bank pembangunan daerah. Apabila
nasabah berkembang dan membutuhkan pinjaman lebih besar, secara langsung

yang bersangkutan direkomendasikan untuk mendekati bank pembangunan


daerah.
Kredit bagi pengusaha mikro yang pernah dilaksanakan di Indonesia salah
satunya adalah bantuan kredit pola Grameen Bank pertama kali dilaksanakan
melalui proyek rintisan yang diberi nama Proyek Karya Usaha Mandiri (KUM),
yang berlokasi di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor (Windarti 2000).
Kredit pedesaan ini diperuntukkan bagi individu yang memiliki kegiatan usaha
kecil seperti usaha warung, toko, pengecer barang-barang kebutuhan rumah
tangga atau sektor pertanian dalam arti luas yang memiliki penghasilan mingguan
serta sektor jasa seperti usaha transportasi, pengumpul barang bekas dan lain-lain.
Kredit KUM tidak mensyaratkan adanya jaminan dan penjamin serta dalam
penyalurannya dilakukan melalui pendekatan kelompok.
Difusi inovasi kredit usaha mandiri (KUM) kepada anggota masyarakat
dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi interpersonal. Petugas kredit
usaha mandiri sebagai sumber informasi menyampaikan pesan inovasi kepada
sasaran program. Identifikasi sasaran dilakukan dengan cara melakukan uji
kelayakan dengan menggunakan kuisioner. Uji kelayakan bertujuan untuk
memastikan bahwa anggota benar-benar termasuk dalam kategori yang telah
ditetapkan. Semua aktivitas pengajuan pinjaman, pengembalian kredit dan
dilakukan pada forum rembug pusat. Forum rembug pusat dilakukan seminggu
sekali. Rembug pusat merupakan gabungan beberapa kumpulan, minimal 2
kumpulan (10 anggota) dan masimal 8 kumpulan (40 anggota). Dimana setiap
kumpulan terdiri dari 5 anggota, yang terbentuk secara bottom up. Rembug pusat
telah membentuk jaringan komunikasi diantara anggota. Setiap tahapan
keanggotaan kredit usaha mandiri melibatkan saluran komunikasi interpesonal
diantara calon anggota kredit usaha mandiri. Penerimaan ide dan pengambilan
keputusan untuk penerapannya dilakukan oleh individu, yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri, serta bagaimana persepsi sasaran program
terhadap ciri-ciri yang melekat pada inovasi skim kredit usaha mandiri (Windarti
2000).
Permasalahan dalam Pengembalian Kredit

Kecenderungan menunggak dana bergulir pada program IDT dan KUT


bisa dicegah jika sejak awal mekanisme pemberian kredit tidak menempatkan
pemerintah atau bank sebagai penyalur. Jika kredit diberikan oleh pemerintah,
maka rakyat menganggap tidak perlu mengembalikan pinjaman tersebut. Mereka
menganggap hal tersebut adalah hibah dari pemerintah. Permasalahan dalam
pengembalian kredit oleh petani umumnya dikarenakan dana yang telah
terkumpul digunakan kembali oleh petani untuk usaha lain. Untuk itu, diharapkan
bank tidak hanya sebagai penyalur kredit, tetapi juga sebagai executing (Sihaloho
2004). Selain itu, menurut Karim (2008), yang juga menjadi permasalahan dalam
pengembalian kredit mikro adalah adanya ketergantungan masyarakat pada
pemberi dana. Hal tersebutlah yang harus diperbaiki sehingga kredit yang
diberikan akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat kecil. Untuk
melakukan ini, perlu bimbingan dan koordinasi melalui komunikasi yang baik
antara pemberi dana dan penerima dana.
Daya serap dan tingkat tunggakan kredit memiliki sebab yang berbeda.
Daya serap kredit terkait dengan prosedur pengajuan dan penyaluran kredit.
Sementara itu tingkat tunggakan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
internal petani kelompok tani maupun faktor-faktor yang berada di luar kontrol
petani/kelompok tani. Faktor yang berada di dalam diri petani adalah karakteristik
diri petani, kemampuan petani menggunakan kredit untuk usaha yang dapat
memberikan keuntungan tinggi dan sistem pengawasan kelompok tani. Selain tiu,
pandangan petani terhadap dana kredit yang disalurkan, pengalamannya dalam
menggunakan kredit dan tingkat kesadaran membayar kredit adalah beberapa
faktor penting yang mempengaruhi tunggakan kredit (Syukur 2002).
Penelitian Terdahulu Mengenai Komunikasi dalam Perkreditan
Komunikasi antara pemerintah pusat dengan masyarakat sebagai pengguna
yang berada di lapisan bawah dalam mensosialisasikan lembaga perkreditan
mikro masih bersifat linier sehingga apa yang diinginkan oleh lembaga
perkreditan mikro di pusat belum tentu dapat direalisasikan kepada masyarakat di
bawahnya. Pendekatan komunikasi yang bersifat linier ini

kurang efektif

sehingga perlu dikembangkan model komunikasi konvergen, di mana komunikasi

tersebut ditandai dengan terakomodasinya aspirasi dari pihak atas (pemerintah)


dan pihak di

bawah

(masyarakat)

dalam

program

ketahanan

pangan

(Koesoemawardani 2003).
Banyak program yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, salah satunya dengan pemberian kredit bagi
masyarakat, khususnya di pedesaan. Menurut penelitian Sihaloho (2004), yang
meneliti pemberdayaan pengusaha kecil melalui kredit dan pendampingan,
strategi pemberdayaan kelompok pengusaha kecil adalah dengan memperluas
akses anggota pada informasi dan inovasi yang relevan dengan kepentingan dan
kebutuhan mereka serta merekomendasikan tipe usaha yang sesuai bagi anggota
yang bersangkutan dengan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan sosial
yang mencakup tindakan sosial atas kredit, aksesibilitas anggota kelompok
pengusaha kecil pada pasar. Selain itu, usaha yang perlu dilakukan oleh
pemerintah daerah adalah menciptakan kerjasama yang sinergis diantara semua
subsistem pendukung dan antara pendukung dengan pemerintah daerah dalam
upaya meningkatkan kapasitas anggota pengusaha kecil, memajukan usaha
mereka dan memberikan manfaat bagi mereka.
Pengusaha kecil mempunyai peranan strategis dalam perekonomian,
ditunjukkan oleh kesempatan berusaha, lapangan kerja, peningkatan nilai ekspor
dan penerimaan pajak. Beberapa situasi mengenai usaha kecil ini telah
menunjukkan bahwa pada masa krisis ekonomi, usaha kecil mempunyai
ketahanan relatif lebih baik bila dibandingkan dengan usaha besar, diantaranya
karena usaha kecil sebagian besar menghasilkan barang konsumsi yang tidak
tergantung pada produk ekspor. Selain itu, usaha kecil memiliki potensi pasar
tinggi, mengingat biaya produksinya rendah, sehingga harga produk yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh kalangan luas di Indonesia, maka dapat
dikatakan usaha kecil menengah di Indonesia masih berorientasi pasar lokal
Sebagai salah satu institusi yang berhubungan dengan

moneter, bank mikro

adalah kepanjangan tangan untuk menjangkau sektor informal. Keberadaannya


akan memberikan akses kepada masyarakat mikro untuk mengenal industri
perbankan seperti yang selama ini dilakukan golongan yang dapat mengakses
perbankan (Supriadi 2003).

Selain lembaga keuangan formal seperti perbankan, pemerintah juga


berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Menurut Windarti (2000),
berbagai upaya pemerintah untuk mewujudkan penurunan rumah tangga miskin
dan usaha kecil dari golongan ekonomi lemah telah banyak dilakukan, antara lain
diwujudkan dalam berbagai bentuk program pemberian kredit bagi berbagai
sektor usaha pertanian, peternakan, perikanan, industri kecil, perdagangan dan
sektor jasa. Program-program penanggulangan kemiskinan tersebut dimaksudkan
untuk memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan usaha produktifnya,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kualitas
hidup.
Setiap tahapan keanggotaan KUM melibatkan saluran komunikasi
interpesonal diantara calon anggota KUM. Penerimaan ide dan pengambilan
keputusan untuk penerapannya dilakukan oleh individu, yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri, serta bagaimana persepsi sasaran program
terhadap ciri-ciri yang melekat pada inovasi skim KUM. Sumber informasi pada
kredit usaha mandiri yang diteliti Windarti (2000) adalah melalui anggota kredit
usaha mandiri sebesar 68,25%, melalui petugas kredit usaha mandiri sebesar
15,87% dan sisanya memperoleh informasi kredit usaha mandiri melalui aparat
desa. Responden pada penelitian ini memperoleh informasi secara aktif. Artinya,
responden secara sadar ingin mengetahui lebih banyak tentang kredit usaha
mandiri dengan inisiatif sendiri. Responden aktif ini mencari informasi dari
sumber terdekat yaitu tetangga. Dalam rangka memperoleh informasi mengenai
kredit usaha mandiri secara mendalam, dan untuk meyakinkan diri guna
memutuskan untuk mengikuti program kredit usaha mandiri, dikatakan bahwa
pertemuan umum, yang merupakan tahap awal pengenalan skim kredit usaha
mandiri merupakan wahana bagi anggota untuk mencari informasi lebih rinci
tentang kredit usaha mandiri.
Salah satu layanan yang perlu diperhatikan bagi perusahaan jasa adalah
promosi yang merupakan sarana komunikasi. Menurut Harahap (2002), peran
media massa sangat mempengaruhi pemanfaatan kredit ketahanan pangan di
pedesaan. Hal yang berkorelasi dengan tingkat adopsi kredit ketahanan pangan di
Desa Dayeuh Luhur menurut Harahap (2002) adalah kebutuhan saluran

komunikasi (majalah, radio dan televisi). Membaca majalah mengenai kredit


ketahanan pangan mempengaruhi petani untuk mendapatkan kredit tersebut.
Untuk itu perlu diperhatikan pola komunikasi yang dilakukan pihak pemberi
kredit. Proses komunikasi kredit BPR untuk masyarakat kecil perlu didukung oleh
pemerintah daerah agar dapat disinergikan dengan program pembangunan
sehingga dapat mencapai sasaran untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

KERANGKA PEMIKIRAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang
bergerak di bidang perkreditan yang menyalurkan kredit lunak kepada masyarakat
dengan tujuan mendorong pertumbuhan usaha produktif. Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
kerakyatan. Kredit yang diberikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bertujuan
untuk membantu menumbuhkembangkan pengusaha mikro dan kecil sehingga
mampu bertahan dan lebih maju lagi. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang keberadaannya semakin lama semakin banyak tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Bank PD BPR Sarimadu diharuskan mampu bersaing dengan bank
komersil lain yang ada di Kabupaten Kampar. Bank PD BPR Sarimadu harus
mampu menjadi mitra dan melayani masyarakat. Untuk itulah diperlukan
komunikasi yang baik sehingga membangun hubungan yang baik dengan
masyarakat. Pola komunikasi akan mempengaruhi aksesibilitas informasi bagi
nasabah. Kemudahan akses informasi terhadap lembaga keuangan, khususnya
untuk pembiayaan kredit, maka diharapkan akan meningkatkan usaha kecil
melalui pemberian modal dan dapat memberikan pembinaan dan pengawasan
sehingga dapat meningkatkan kelancaran pembayarat kredit di Bank PD BPR
Sarimadu.
Pola komunikasi tidak berdiri sendiri sebagai penentu keberhasilan
penyaluran dan pengembalian kredit. Pola komunikasi lembaga keuangan
dipengaruhi oleh banyak hal, khususnya di pedesaan. Pola komunikasi disusun
oleh manajemen Bank Perkreditan Rakyat dengan memperhatikan standarisasi
komunikasi yang telah ditetapkan, isi pesan yang akan disampaikan, saluran
terpilih, cara komunikasi yang akan digunakan, frekuensi berkomunikasi dan
dengan memperhatikan kekuatan politik yang ada di pedesaan. Selain itu, pola
yang terbentuk secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
karakteristik individu setempat, pandangan masyarakat mengenai lembaga
keuangan khususnya lembaga perkreditan formal.

38

Pendekatan komunikasi yang dilakukan adalah dengan komunikasi tatap


muka (face to face). Komunikasi tatap muka dirasa lebih efektif untuk membujuk
para calon nasabah untuk menggunakan kredit pada Bank PD BPR Sarimadu.
Selain itu, juga digunakan komunikasi dengan media pada tahap sosialisasi
memperkenalkan produk baru bank. Pendekatan yang digunakan Bank PD BPR
Sarimadu adalah dengan pendekatan seperti lembaga keuangan informal.
Karyawan Bank PD BPR Sarimadu langsung datang ke pasar atau ke tempat
usaha calon nasabah, memperkenalkan kredit. Selain itu, adanya kesamaan
(homofili) juga memperkuat hubungan antara Bank PD BPR Sarimadu dengan
calon nasabah dan nasabahnya. Kesamaan disini adalah dalam hal pemakaian
bahasa daerah (bahasa ocu). Para karyawan Bank PD BPR Sarimadu diwajibkan
untuk bisa berbahasa ocu untuk mempermudah berkomunikasi dengan nasabah.
Pola komunikasi juga dilihat berdasarkan pengaruh faktor lingkungan yaitu
budaya dan etnis ocu, pengaruh politik pedesaan, serta pengaruh dari lingkungan
keluarga, karakteristik individu dan pandangan masyarakat mengenai lembaga
perkreditan khususnya di pedesaan.

POLA KOMUNIKASI
1. Bentuk dan media komunikasi
2. Isi pesan yang
dikomunikasikan
3. Aktor (Pengirim dan
penerima)
4. Frekuensi berkomunikasi
5. Jenis hubungan

Faktor lingkungan
a. Nilai budaya dan etnis
b. Politik di pedesaan
c. Lingkungan keluarga dan
masyarakat

Gambar 8 Kerangka pemikiran penelitian

Karakteristik
individu

ma
le

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bank PD BPR Sarimadu, Jalan DI. Panjaitan
No. 96 Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Terpilihnya daerah ini
sebagai tempat penelitian karena Bangkinang adalah tempat berdirinya kantor
pusat Bank PD BPR Sarimadu. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai
bulan Mei 2010.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian

ini

dilakukan

dengan

metode

kualitatif

paradigma

konstruktivisme. Penelitian dilakukan dengan menganalisis proses komunikasi


yang terjadi di Bank PD BPR Sarimadu. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah
tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan
jati diri sang pembicara. Oleh karena itu, analisis dapat demi membongkar
maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi.
Konstruktivisme menjelaskan bagaimana seseorang mengatur dan
mengadopsi strategi komunikasi mereka dengan mendefenisikan penaksiran
perspektif. Pendekatan ini tertarik pada bagaimana kompleksitas kognitif yang
berefek

kepada

respon

pada

situasi

komunikasi

yang

berbeda-beda.

Konstruktivisme berasal dari gabungan beberapa teori dari interaksi simbolik


yang menggambarkan konsep seperti aturan yang berlaku, defenisi situasi
(Lindlof & Taylor 1995).
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan
berbagai cara (Sugiyono 2008). Apabila dilihat dari setting-nya, data penelitian ini
dikumpulkan pada setting alamiah, di kantor pusat Bank PD BPR Sarimadu.
Dilihat dari sumbernya datanya, maka pengumpulan data didapat dengan
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder yang berasal dari arsip Bank
PD BPR Sarimadu dan arsip lembaga terkait lainnya. Penentuan informan
dilakukan dengan sengaja (purposive) yaitu memilih informan dengan sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Prosedur pemilihan informan dilakukan dengan

teknik snowball yaitu penentuan sampling dimulai dari informan kunci dan
berkembang mengikuti informasi atau data yang diperlukan.
Pemilihan informan diawali dari bagian umum, selanjutnya ke bagian
kredit (kepala bagian kredit, kepala seksi kredit, administrasi kredit, analis kredit,
penagihan kredit dan costumer service) dan kemudian ke pimpinan Bank PD BPR
Sarimadu. Pimpinan Bank PD BPR Sarimadu agak sulit ditemui, sehingga
pertemuan dengan pimpinan bank dilakukan hanya untuk mengecek kembali
(triangulasi) hasil wawancara dengan pegawai Bank PD BPR Sarimadu.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan),
wawancara mendalam (in depth interview), triangulasi dan dokumentasi. Teknik
observasi dilakukan dengan mengamati kejadian komunikasi yang terjadi di Bank
PD BPR Sarimadu dan di tempat usaha nasabah. Wawancara mendalam dilakukan
ketika rapat bersama manajemen Bank PD BPR Sarimadu (dari kantor pusat
Bangkinang, kantor cabang Pekanbaru, kantor cabang Ujung Batu dan kantor
kas). Triangulasi dilakukan dengan mengkonfirmasi ulang penjelasan dari pihak
manajemen Bank PD BPR Sarimadu kepada nasabah dan sebaliknya.
Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian (Nasution dalam Sugiyono 2008).

Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang


wawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu, sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles dan Huberman (2007) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Data
collection

Data
reduction

Data display

Conclusions:
drawing/verifying

Gambar 9 Komponen dalam analisis data (interactive model Miles Huberman)


Sumber : Miles dan Huberman (2007)
Data yang diperoleh di lapangan direduksi dengan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Langkah

ketiga

dalam

analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Miles &
Huberman 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Kampar terletak di bagian barat Provinsi Riau dengan luas
wilayah daratan 11.289,28 Km2 (1.128.928 ha) yang meliputi 20 kecamatan.
Kabupaten Kampar merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan
ibukota Provinsi Riau.
Ibukota Kabupaten Kampar adalah Bangkinang yang berjarak 60 Km dari
kota Pekanbaru yang merupakan ibukota Provinsi Riau. Bangkinang juga menjadi
daerah penghubung menuju Provinsi Sumatera Barat. Dilihat dari bentangan
wilayah, Kecamatan Bangkinang berbatasan dengan :
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tapung

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kampar

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kampar Kiri

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat.

Pemanfaatan Lahan
Dari 1.128.928 ha luas Kabupaten Kampar di antaranya 10.780 ha (0,95%)
digunakan untuk tanah sawah dan 1.091.695 ha (96,70%) merupakan lahan
kering. Luas tanah menurut penggunaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas tanah menurut penggunaan lahan di Kabupaten Kampar pada tahun
2008
Jenis penggunaan lahan

Luas tanah (ha)

Persentase (%)

Tanah sawah

10.780

0,95

Pekarangan, bangunan dan lahan

82.813

7,34

109.500

9,70

Ladang huma

65.738

5,82

Padang rumput

12.037

1,07

Rawa

26.453

2,34

Kolam

1.443

0,13

Tegal/kebun

Sementara tidak diusahakan

41.405

3,67

Hutan

183.617

16,26

Perkebunan

377.781

33,46

Lain-lain

217.361

19,25

1.128.928

100,00

Total
Sumber : BPS Kampar (2008)

Berdasarkan Tabel 1, bidang perkebunan mendominasi penggunaan lahan


di Kabupaten Kampar. Tanaman perkebunan yang menjadi primadona komoditi
perdagangan di Kabupaten Kampar adalah kelapa sawit, karet, kelapa dan kopi.
Menurut data pendapatan regional Kabupaten Kampar (BPS Kampar 2008),
bidang pertanian memiliki persentase distribusi terbesar yaitu 59,30%, dan
distribusi terkecil dari sektor listrik yaitu sebesar 0,1%. Pendapatan regional
Kabupaten Kampar dirinci pada Gambar 10.

Keuangan; 1,05
Transportasi; 2,62

Jasa-jasa; 4,56

Perdagangan; 6,89
Bangunan; 4,89
Listrik; 0,10
Pertanian; 59,30
Industri; 17,31
Pertambangan; 3,28

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Jasa-jasa

Bangunan

Gambar 10 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Kampar atas harga berlaku


tanpa migas menurut lapangan usaha
Sumber : BPS Kampar (2008)
Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kampar adalah 633.320 orang. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Kampar adalah 56 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kampar
terdiri dari 324.916 laki-laki (51,3%) dan 308.404 perempuan (48,7%). Penduduk

pada kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 194.544 orang (30,7%), pada
kelompok umur 15-64 tahun sebanyak 421.268 orang (66,5%) dan penduduk pada
kelompok umur diatas 65 tahun sebanyak 17.508 orang (2,8%) (Gambar 11).
Penduduk Kampar yang paling banyak adalah pada kategori umur produktif yaitu
15-64 tahun.

Jumlah penduduk

Umur

Gambar 11 Jumlah penduduk Kabupaten Kampar menurut kategori umur


Sumber : BPS Kampar (2008)
Potensi Ekonomi
Kabupaten Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat
dimanfaatkan. BPS Kampar (2008) menjelaskan potensi tersebut antara lain :
1. Di bidang pertanian tanaman pangan, meliputi padi sawah dan padi
ladang, palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau),
sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Di bidang pertanian tanaman keras atau perkebunan. Tanaman perkebunan
merupakan salah satu primadona komoditi perdagangan di Kabupaten
Kampar antara lain karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, dan lain-lain. Dari
377.781 Ha luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Kampar, 23,41%
lahan karet, 74,74% kelapa sawit, 0,65% kelapa, 1,12% lahan gambir dan
0,07% lainnya. Khusus perkebunan sawit untuk saat ini kabupaten Kampar

mempunyai luas lahan 241,5 ribu ha dengan potensi coconut palm oil
(CPO) sebanyak 966 ribu ton.
3. Bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui
kerambah (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai Kampar, dan
tambak (kolam) ikan. Tahun 2008 jumlah produksi perikanan di
Kabupaten Kampar 20.105,89 ton masing-masing ditangkap dari perairan
umum sebanyak 808,30 ton (4,02%) dan budi daya sebanyak 19.297,59
ton (95,98%). Potensi ini terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Kampar dengan adanya kerjasama antara Pemerintah daerah Kabupaten
Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi 30 miliar, dan
diharapkan kedepan Kabupaten Kampar akan menjadi sentra ikan patin
dengan produksi 220 ton per hari.
4. Di bidang peternakan, ternak yang dikembangkan di Kabupaten Kampar
antara lain sapi, kambing, domba dan unggas.
Sarana ekonomi di Kabupaten Kampar berupa tiga buah bank, yaitu Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Pembangunan Daerah Riau (Bank Riau) dan Bank
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu (Bank PD BPR
Sarimadu), 78 Koperasi Unit Desa (KUD), 225 koperasi non KUD. Jumlah pasar
di Kabupaten Kampar adalah 73 unit, yang terdiri dari 3 pasar pemerintah daerah
dan 70 pasar desa.
Kabupaten Kampar memiliki berbagai sumber daya ekonomi yang
potensial. Mulai dari sektor pertanian, perikanan, hingga perdagangan dan jasa.
Besarnya potensi perekonomian di Kabupaten Kampar ini memungkinkan
terjadinya perputaran uang di Kampar yang cukup besar, sehingga dibutuhkan
lembaga keuangan seperti bank untuk membantu pengelolaan perputaran uang.
Namun agar perputaran uang ini berjalan baik, diperlukan lembaga keuangan
perbankan yang kuat. Hal ini membuat perkembangan Bank PD BPR Sarimadu
sebagai salah satu lembaga keuangan di Kabupaten Kampar menjadi lebih baik.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Kampar berencana untuk meremajakan
salah satu pasar di Kabupaten Kampar yaitu pasar Inpres Bangkinang menjadi
pasar modern. Untuk mewujudkan peremajaan pasar, pemerintah bekerjasama
dengan investor sebagai pengembang, dan dengan pihak perbankan, pemerintah

10

bekerjasama dalam hal pemberian bantuan kredit tambahan modal kerja. Bank PD
BPR Sarimadu yang merupakan salah satu perusahaan daerah Kabupaten Kampar
berperan dalam hal penyediaan modal untuk para pedagang di pasar ini. Bank PD
BPR Sarimadu mengakomodir pedagang untuk tambahan modal untuk
pengambilan kios di pasar.

Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan
suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas
sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Guna
meningkatkan kualitas pendidikan ini dibutuhkan sarana

pendidikan dan

penyediaan guru yang memadai.


Tabel 2

Jumlah sekolah, guru dan murid pada setiap tingkat pendidikan di


Kabupaten Kampar tahun 2008

Tingkat

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Rasio murid

Rasio murid

Pendidikan

Sekolah

Guru

Murid

dan sekolah

dan guru

TK

259

1.303

10.352

40 : 1

8:1

SD

467

7.673

91.197

195 : 1

12 : 1

SMP

97

2.413

23.693

244 : 1

10 : 1

SMA

57

1.409

16.685

292 : 1

12 : 1

880

12.798

141.927

Jumlah

Sumber : BPS Kampar (2008)

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa fasilitas sekolah dan perbandingan


jumlah guru dan murid di Kabupaten Kampar telah mencukupi. Tidak hanya itu,
bahkan di Kabupaten Kampar terdapat tiga (3) sekolah tinggi setingkat perguruan
tinggi yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bangkinang (bergerak di
bidang ekonomi), Sekolah Tinggi Ilmi Kesehatan (Stikes) Tuanku Tambusai
(bergerak di bidang kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan) dan

11

Politeknik Kampar (bergerak di bidang pertanian khususnya pengolahan kelapa


sawit).

12

Profil Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu


Sejarah Berdirinya Bank PD BPR Sarimadu
Bank PD BPR Sarimadu awalnya berasal dari Badan Kredit Kecamatan
(BKK) Ujungbatu, berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kampar Nomor:
41/V/Perek/1987, tentang Badan Kredit Kecamatan di Kabupaten Kampar yang
ditempatkan di Ujungbatu. Modal awal BKK Ujungbatu berasal dari pinjaman
kepada Bank Pembangunan Daerah Riau (Bank Riau) sebesar Rp.10.000.000,yang dijamin oleh pemerintah daerah Kabupaten Kampar. Dikelola oleh 3 (tiga)
orang yang berkantor di Kantor Camat Tandun dan diresmikan oleh Bupati
Kampar H. Saleh Djasit pada tanggal 27 Juni 1987 (Bank PD BPR Sarimadu
2010a).
BKK Ujungbatu dipersiapkan untuk menjadi Bank Perkreditan rakyat
(BPR) Ujungbatu dengan adanya deregulasi perbankan yang dikenal dengan Paket
Kebijaksanaan Perbankan (Deregulasi Perbankan tanggal 28 Oktober 1988).
Gubernur Provinsi Riau menginstruksikan kepada Bupati untuk mempersiapkan
pendirian Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat dalam wilayah masingmasing kabupaten dengan Surat Keputusan Nomor 539/PSD/86.18, tanggal 18
Desember 1988. Adanya Surat Gubernur Riau yang ditandatangani oleh Soeripto,
maka Pemerintah Daerah Kampar mempersiapkan pendirian PD BPR Ujungbatu
dengan langkah-langkah administrasi (Perda pendirian, Sisdur, Modal, dan SDM).
Berdasarkan izin dari Menteri Keuangan dan rekomendasi dari Bank
Indonesia, status Badan Kredit Kecamatan (BKK) Ujungbatu berubah menjadi
Bank PD BPR Ujungbatu yang diresmikan pada tanggal 23 Mei 1992 dengan
pertambahan total asset modal sebesar Rp.50.000.000 menjadi Rp.96.000.000,dan pegawai berjumlah 6 (enam) orang.
Pemekaran wilayah Kabupaten Kampar menyebabkan kantor pusat Bank
PD BPR Sarimadu di Ujungbatu atas izin Bank Indonesia dipindahkan ke
Bangkinang, karena Ujungbatu sudah termasuk wilayah kabupaten pemekaran
yaitu Kabupaten Rokan Hulu, sehingga kantor Pusat di Ujungbatu menjadi kantor
cabang Ujungbatu dan kantor cabang di Bangkinang menjadi kantor pusat di
Bangkinang Kabupaten Kampar yang diresmikan pada tanggal 2 September 2002.

13

Penggantian nama PD. BPR Ujungbatu diubah menjadi Bank PD BPR


Sarimadudengan izin Bank Indonesia No. 6/1/KEP.PBI/PBR/2004 tanggal 3
Februari 2004 tentang perubahan nama Bank PD. BPR Ujungbatu menjadi Bank
PD BPR Sarimadu serta Perda Kabupaten Kampar No. 09 Tahun 2003 tentang
Bank PD BPR Sarimadu. Nama Sarimadu berarti Desa Mandiri, Merata dan
Terpadu. Hal ini berawal dari konsep pembangunan daerah Kabupaten Kampar
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat
pedesaan. Sesuai dengan perkembangannya, Bank PD BPR Sarimadu terus
mengalami kemajuan dan membuka cabang di beberapa daerah meliputi
Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hulu. Saat ini kantor
Bank PD BPR Sarimadu terdiri dari :
1. Satu buah kantor pusat yang berkedudukan di Bangkinang.
2. Satu buah kantor cabang yang berkedudukan di Ujungbatu Kabupaten Rokan
Hulu.
3. Satu buah kantor cabang yang berkedudukan di Kota Pekanbaru.
4. Satu buah kantor cabang yang berkedudukan di Lipat Kain.
5. Enam buah kantor kas yang berkedudukan di :
a. Danausati Okak Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu
b. Pasir Pengarayan, Kabupaten Rokan Hulu
c. Dalu-dalu Tambusai , Kabupaten Rokan Hulu
d. Sukaramai, Tapung Hulu Kabupaten Kampar
e. Flamboyan, Tapung Hulu, Kabupaten Kampar
f. Kabun, Kabupaten Rokan Hulu.
Adapun keunggulan Bank PD BPR Sarimadu yang dimiliki yaitu :
1. Bank PD BPR Sarimaduadalah sebagai Perusahaan daerah, sehingga rasa
memiliki dari masyarakat sangat tinggi.
2. Visi dan misi sesuai dengan visi dan misi daerah, sehingga kebijakan
mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah daerah. Dukungan ini
hanya didapatkan Bank PD BPR Sarimadu karena bank ini adalah milik
pemerintah Kabupaten Kampar.
3. Pegawai berasal dari daerah setempat, sehingga menguasai lokasi dan
karakteristik masyarakat yang ada, dan menunjang kemudahan untuk

14

mengidentifikasi calon nasabah. Salah satu persyaratan menjadi pegawai


adalah menguasai lokasi daerah di mana Bank PD BPR Sarimadu berdiri.
4. Letak kantor sangat strategis yang dekat dengan masyarakat.
5. Prosedur yang sederhana, namun prudential banking (prinsip kehatihatian) tetap menjadi pegangan dalam mengoperasionalkan Bank.
Aktivitas Bank PD BPR Sarimadu
Aktivitas yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dikelompokkan
menjadi empat aktivitas utama yaitu tabungan, deposit, pemberian kredit dan
kerjasama dengan beberapa instansi (Gambar 12).
Aktivitas Bank PD BPR
Sarimadu

Tabungan

Deposito

Kredit modal
kerja

Kredit
konsumtif

Kredit

Kredit
channeling

Kerjasama

Kredit anggota
koperasi

Gambar 12 Aktivitas Bank PD BPR Sarimadu


Sumber : Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Sarimadu(2010a)
Tabungan
Salah satu

produk yang ditawarkan Bank PD BPR Sarimadu

adalah tabungan. Jenis tabungan yang ditawarkan yaitu tabungan


masyarakat (Tamasa), tabungan sarimadu dan Simpanan Pelajar (Simpel).
Perbedaan kedua jenis tabungan ini terletak pada target konsumennya.
Tamasa dan Sarimadu mempunyai suku bunga 3,5% pertahun (p.a) dengan
target konsumen adalah masyarakat umum dan Simpel mempunyai suku

15

bunga 3,5% p.a dengan target pelajar. Keuntungan yang ditawarkan kedua
jenis tabungan ini antara lain :
1. Tabungan diciptakan khusus untuk keamanan masa depan dan hari tua
serta untuk kelancaran usaha.
2. Kemudahan bertransaksi sesuka hati selama jam kerja.
3. Bunga tabungan dihitung setiap harinya.
4. Dana yang disimpan dijamin oleh LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan )
Deposito
Deposito merupakan produk kedua yang ditawarkan Bank PD BPR
Sarimadu. Deposito ini diperuntukkan bagi konsumen perorangan maupun
kelompok / perusahaan. Jangka waktu deposito ini yaitu :
1. Satu bulan dengan suku bunga 6,75% p.a,
2. Tiga bulan dengan suku bunga 6,75% p.a,
3. Enam bulan dengan suku bunga 7,25% p.a,
4. Dua belas bulan dengan suku bunga 7,25% p.a.
Keuntungan yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu adalah
promosi penjualan yang dapat dilakukan melalui pemberian bunga khusus
(special rate) untuk jumlah dana yang relatif besar, pemberian
cinderamata, hadiah serta kenang-kenangan lainnya kepada nasabah yang
loyal. Bank PD BPR Sarimadu juga menawarkan special rate bagi
konsumen dengan penempatan dana di atas 100 juta rupiah. Penambahan
tingkat suku bunga pada special rate ini berkisar 0,5% p.a sampai 2,0%
p.a. Jadi, jika sebelumnya suku bunga yang diberikan untuk penempatan
dana dua belas bulan adalah 7,25% p.a maka dengan penambahan special
rate menjadi 7,75% p.a sampai 9,25% p.a. Penambahan suku bunga ini
berdasarkan jumlah penempatan dana dan potensi nasabah tersebut. Jika
nasabah mempunyai potensi untuk menempatkan dana yang lebih besar
maka Bank PD BPR Sarimadu juga akan memberikan tingkat special rate
yang besar pula. Beberapa keuntungan lain yang ditawarkan Bank PD
BPR Sarimadu antara lain :

16

1. Jangka waktu 1, 3, 6, atau 12 bulan yang dapat diperpanjang secara


otomatis sesuai dengan permintaan.
2. Suku bunga bersaing.
3. Bunga dapat diambil secara tunai atau dapat dipindahkan langsung ke
rekening tabungan
4. Dapat dijadikan jaminan/agunan kredit (jika jumlah deposito yang
dimiliki lebih besar daripada jumlah kredit yang diajukan)
Perkreditan
Pinjaman kredit maksimal yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu
adalah sebesar 200 milyar rupiah dengan ketentuan wewenang keputusan
sebagai berikut:
1. Kredit maksimal 5 juta rupiah keputusan pemberian kredit dapat
diputuskan oleh kepala seksi kredit.
2. Kredit > 5 juta rupiah sampai dengan 50 juta rupiah keputusan
pemberian kredit dapat diputuskan oleh kepala bagian kredit.
3. Kredit > 50 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah keputusan
pemberian kredit dapat diputuskan oleh direktur Bank PD BPR
Sarimadu.
4. Kredit maksimal 200 juta rupiah keputusan pemberian kredit harus
diputuskan bersama dengan Direktur Utama Bank PD BPR Sarimadu.
Sasaran distribusi kredit ini berdasarkan tujuan penggunaan dana
dan cara pembayaran kredit. Berdasarkan tujuannya, Bank PD BPR
Sarimadu mempunyai empat jenis kredit yaitu :
1. Kredit modal kerja yaitu kredit yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan berbagai usaha antara lain : perdagangan, rumah
makan, industri kecil, berbagai sektor usaha jasa, pertanian, peternakan,
perikanan dan perkebunan. Kredit modal kerja dibagi menjadi empat,
yaitu :
a. Kredit modal kerja umum. Kredit ini diberikan kepada nasabah yang
membutuhkan tambahan modal kerja untuk mengembangkan usaha

17

yang telah ada. Kredit diarahkan bagi nasabah yang bergerak


dibidang perdagangan dan jasa.
b. Kredit bakulan (mikro). Kredit ini diberikan kepada nasabah yang
menjalankan usahanya dalam bentuk usaha kecil dan lebih
dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan modal pedagang kecil dan
pedagang kaki lima dengan sistem pembayaran mingguan.
c. Kredit pola hubungan bank dan kelompok (PBHK). Kredit ini
diberikan kepada kelompok-kelompok usaha masyarakat dan
menggunakan sistem tangung renteng. Pembayaran dilakukan secara
kolektif.
d. Kredit agribisnis/perkebunan. Kredit ini diberikan kepada nasabah
yang membutuhkan dana untuk mengelola usaha pertanian atau
perkebunan yang dimiliki dan difokuskan untuk petani baik bidang
perkebunan, pertanian, perikanan, maupun peternakan.
2. Kredit konsumtif yang ditujukan untuk penggunaan konsumtif bagi
pegawai negeri dan karyawan perusahaan yang sebelumnya telah
melakukan perjanjian dengan pihak Bank. Kredit konsumtif terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Kredit Graha Sarimadu. Kredit ini diberikan pada masyarakat untuk
tujuan pembelian atau pembangunan rumah tempat tinggal.
b. Kredit Kesejahteraan. Skim kredit ini diperuntukkan khususkan bagi
pegawai Bank Sarimadu. Sebelumnya Kredit ini disebut dengan
kredit Karyawan, sejak Bulan Mei 2008 diubah dengan nama kredit
Kesejahteraan.
c. Kredit Sarimadu. Skim kredit ini diperuntukkan bagi nasabah dengan
status Pegawai Negeri, BUMN, BUMD, Perusahan dan Lembaga
lainnya yang sehat.
d. Kredit Konsumtif Anggota Koperasi. Kredit Anggota Koperasi
diberikan khusus untuk anggota koperasi yang akuntable dan
mempunyai badan hokum minimal telah berjalan dua tahun

18

3. Kredit channeling yaitu kredit dana bergulir yang dikelola dinas terkait
melalui Bank PD BPR Sarimadu. Kredit channeling ini hanya diberikan
oleh kantor pusat Bank PD BPR Sarimadu di Bangkinang.
4. Kredit anggota koperasi yang ditujukan bagi anggota koperasi dengan
sebelumnya melakukan perjanjian dengan pihak bank. Kredit ini
diberikan kepada masyarakat yang tergabung pada sebuah koperasi dan
membutuhkan tambahan modal usaha yang dikembangkan oleh masingmasing anggotanya.
Menurut

cara

pembayarannya,

Bank

PD

BPR

Sarimadu

mempunyai dua jenis kredit yaitu kredit wirausaha dengan sistem


pembayaran perbulan dan kredit bakulan dengan sistem pembayaran
mingguan dan ditujukan untuk pedagang kecil dan pedagang kaki lima.
Kerjasama Bank PD BPR Sarimadu dengan Pihak ketiga
Saat ini bank sedang melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
dalam hal sebagai langkah promosi bank. Diantara kerjasama yang
dilakukan oleh bank adalah :
1. Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kampar dalam penyaluran
dana bergulir.
2. Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten

Kampar dalam

hal

pengelolaan kas daerah.


3. Kerjasama dengan pihak yayasan dalam hal tempat pembayaran biaya
pendidikan.
4. Kerjasama dengan PT. Telkom yang saat ini sedang dilakukan dalam
hal tempat pembayaran rekening telpon untuk wilayah Riau Daratan.
5. Kerjasama dengan pihak telkomsel dalam hal pembayaran rekening
kartu Halo.

19

Pola Komunikasi Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat


Sarimadu
Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu selanjutnya
disebut Bank PD BPR Sarimadu berperan sebagai bank pada umumnya dan juga
sebagai penyalur dana bergulir dari Pemerintah daerah Kampar. Kegiatan usaha
yang ditunjang oleh Bank PD BPR Sarimadu adalah perdagangan kecil, tokotoko, warung, pengecer barang kebutuhan di pasar dan tempat lainnya, industri
kecil dan kerajinan rakyat serta kegiatan non formal seperti pedagang kaki lima.
Kegiatan tersebut sesuai dengan fungsi bank perkreditan rakyat (BPR) yang
memberikan modal bagi lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja cukup
banyak. Membantu pelayanan kebutuhan bagi permodalan atau perkreditan
menjadikan bank perkreditan rakyat turut dalam meningkatkan produksi serta
dalam memperluas kesempatan kerja sehingga dapat membantu menyerap tenaga
kerja terutama di daerah pedesaan (Suharto 1985).
Bank PD BPR Sarimadu turut pula berperan dalam menampung dan
menghimpun tabungan masyarakat yang meningkat karena adanya kegiatan
pembangunan di daerah sehingga adanya peningkatan dalam pendapatan
masyarakat. Menampung tabungan masyarakat berarti turut pula memobilisasi
modal untuk keperluan perkreditan, dan turut membantu mendidik masyarakat
pedesaan dalam berhemat dan menabung, dengan menyediakan tempat yang aman
dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil.
Bank PD BPR Sarimadu menggunakan pendekatan seperti lembaga
keuangan informal dengan budaya setempat. Bank PD BPR Sarimadu
mendekatkan diri kepada masyarakat khususnya pengusaha kecil di pasar-pasar
dengan mengantarkan jasa-jasa perbankan ke tempat usaha mereka. Pendekatan
budaya setempat yaitu dengan menggunakan bahasa daerah dan penggunaan
seragam sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat yaitu penggunaan pakaian
melayu. Hal ini sesuai dengan pendapat Cangara (2004) yang menyatakan
khalayak akan mengikuti pandangan komunikator, karena ia memiliki kesamaan
bahasa, agama, suku, serta daerah asal. Pada penelitian ini, pola komunikasi
ditinjau dari lima komponen, yaitu melalui bentuk komunikasi yang dilakukan, isi

20

pesan, aktor yang melakukan komunikasi, frekuensi berkomunikasi dan terakhir


dari jenis hubungan yang dilakukan.
Bentuk dan Media Komunikasi
Komunikasi yang terbentuk antara pihak Bank PD BPR Sarimadu dengan
calon nasabah dan nasabah adalah komunikasi langsung dan komunikasi tidak
langsung. Bentuk komunikasi yang dilakukan ini berdasarkan alur yang telah
ditetapkan dalam standar operasional Bank PD BPR Sarimadu baik itu dalam
rangka mendapatkan calon nasabah, alur untuk mengajukan kredit sampai pada
saat nasabah telah menggunakan kredit yaitu pada saat penagihan kredit.
Komunikasi yang berkelanjutan tersebut akan membentuk pola komunikasi
khususnya untuk perkreditan.
Berdasarkan standar operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen
Bank PD BPR Sarimadu, terbentuklah sebuah alur dalam mendapatkan calon
nasabah khususnya untuk layanan jasa kredit. Alur tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Mencari daerah yang potensial untuk pengembangan usaha. Penentuan
daerah potensial ini ditetapkan berdasarkan data yang didapatkan dari
instansi terkait seperti kantor kecamatan, kantor kelurahan dan kantor
kepala desa. Selain itu, dapat pula dilihat dari perkembangan pasar di
daerah yang dituju. Seperti yang dijelaskan kepala bagian kredit Bank
PD BPR Sarimadu,
Prosesnya diawali dengan sosialisasi dan promosi. Tentu pertama kita liat
daerah-daerah potensial, kemudian kita masuk sosialisasi dan promosi.
Biasanya kita door to door. Kalau untuk kredit modal kerja kita ke tempat
usaha. Jadi kita bincang tentang usaha mereka. Kemudian kita tawarkan
dalam bentuk kredit. E... kemudian kita terangkan, bagaimana suku
bunganya, bagaimana batas-batas plafonnya, kemudian berapa jangka waktu
maks. Jadi mereka bisa pilih.

2. Setelah didapatkan data daerah yang potensial, petugas dari Bank PD


BPR Sarimadu mendatangi daerah tersebut untuk melakukan sosialisasi
dan promosi. Sosialisasi dan promosi dapat dilakukan di kantor kepala

21

desa dengan mengumpulkan masyarakat atau dapat pula dilakukan


dengan pendekatan personal yaitu dengan cara sistem door to door,
yaitu mendatangi langsung tempat usaha calon nasabah. Tahap awal ini
dilakukan oleh petugas bank bagian kredit seperti dijelaskan Kepala
Bagian Kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Setelah kita mendapatkan data daerah yang potensial untuk diberikan
kredit, kita dapat mengumpulkan masyarakat di kantor desa atau
langsung

mendatangi

tempat

usahanya.

Kita

Mengumpulkan

masyarakat tentunya dengan bantuan kepala desa, misalnya jika ada


acara di balai adat, kita akan minta waktu untuk sosialisasi dan
promosi kredit. Tapi dengan catatan kepala desa tidak boleh
mengintervensi keputusan pemberian kredit ini. Dan kalau datang ke
tempat usaha, kita akan mendekati dengan bertanya dulu bagaimana
usaha mereka, bagaimana modal mereka barulah kita masuk untuk
menawarkan kredit. Pertama kita terangkan dulu tentang kredit bank,
batasan besarnya pinjaman, berapa suku bunga, berapa plafonnya,
kemudian jangka waktu peminjaman, jadi mereka bisa bisa milih

3. Setelah melakukan sosialisasi dan promosi, baik itu secara kelompok di


kantor desa ataupun dengan pendekatan langsung secara personal,
petugas bank langsung memberikan formulir permohonan kredit. Lalu
calon nasabah yang tertarik meminjam kredit di Bank PD BPR
Sarimadu mengisi formulir permohonan kredit yang telah diberikan,
yang dijelaskan kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Kita bawa nama instansi, kita perkenalkan diri dari awal. Jadi kalau
mereka tertarik dari awal, kita tinggalkan formulir, jadi besok mereka
bisa mereka antarkan ke Bank. Tapi kalau mereka belum tertarik ya
kita tinggalkan juga berkasnya. Jadi kapan mereka minat bisa
langsung ke kantor.

Alur yang dijelaskan di atas merupakan tahapan awal dalam sosialisasi dan
promosi kredit yaitu pada tahap pengetahuan dan membujuk calon nasabah.
Menurut Rogers (2003), seorang individu akan relatif pasif untuk menyadari

22

adanya pengetahuan mengenai sebuah inovasi jika seorang individu mengetahui


inovasi tersebut karena sebuah kebetulan. Tetapi individu lainnya akan
meningkatkan kesadaran pengetahuan mereka mengenai sebuah inovasi jika
mereka mencari informasi tidak karena kebetulan dan berdasarkan inisiatif
sendiri. Setelah menjelaskan informasi mengenai perkreditan di Bank PD BPR
Sarimadu, karyawan yang langsung ke lapangan ini membujuk calon nasabah
untuk meminjam kredit di Bank PD BPR Sarimadu. Pada tahapan ini, biasanya
karyawan Bank PD BPR Sarimadu menjelaskan dengan pendekatan personal
yaitu dengan menggunakan bahasa Ocu. Pada tahap persuasi, para individu akan
dipengaruhi oleh keadaan psikologi dalam memutuskan untuk menggunakan
sebuah inovasi (Rogers 2003).
Pernyataan kepala bagian kredit ini diperkuat dengan penjelasan dari EP,
salah satu nasabah Bank PD BPR Sarimadu yang berjualan motor bekas,
Karyawan Bank Sarimadu yang datang dulu. Cerita-cerita gimana
modal saya, terus mereka nawari, mau gak tambahan modal.
Dikasinya

syarat-syaratnya

terus

saya

diskusi

dengan

istri.

Jaminannya rumah kami sekarang. Alhamdulillah sampai sekarang


lancar. Bahkan sekarang udah bisa kerjasama dengan adira untuk
kredit honda.

Hal senada juga diceritakan oleh Nr (pemilik rumah makan) yang


didatangi oleh karyawan Bank PD BPR Sarimadu,
Dulu Yudi (karyawan Bank PD BPR Sarimadu) yang datang, pas
makan di sini. Dia ngasi tau tentang kredit. Anak-anak itu juga sering
pesan makan siang di sini. Kadang nelpon, kadang datang langsung.
Selama ni aman aja, ndak pernah ada masalah

Persyaratan yang harus ada dalam komunikasi langsung (tatap muka)


adalah antara komunikator dengan komunikannya harus langsung bertemu dan
prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan diantara kedia pihak. Persyaratan
harus bertemu langsung tatap muka ini karena masing-masing pihak dapat
memperoleh umpan balik dari proses komunikasi yang sedang terjadi. Pengaruh

23

komunikator sangat besar terhadap komunikannya atau bisa sebaliknya. Hal ini
terkait pula dengan kredibilitas dari komunikator di mata komunikannya dan
sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, makin tinggi pengaruh
komunikator dan/atau sebaliknya (Bungin 2008).
Berdasarkan alur tersebut, bentuk komunikasi yang digunakan ketika awal
proses sosialisasi dan promosi yaitu bentuk komunikasi langsung dan komunikasi
tidak langsung. Komunikasi langsung dan tidak langsung dirinci pada Tabel 3.

Tabel 3 Bentuk komunikasi pada proses sosialisasi dan promosi kredit pada Bank
PD BPR Sarimadu
Jenis Kredit

Bentuk

Keterangan

komunikasi
Komunikasi

Petugas Bank PD BPR Sarimadu

langsung

mendatangi

langsung

ke

Kredit modal

Kredit

kerja umum

bakulan

tempat

usaha calon nasabah.


Petugas Bank PD BPR Sarimadu
dengan

bantuan

perangkat

desa

(Kepala desa atau sekretaris desa)


melakukan sosialisasi dan promosi di
balai desa atau tempat yang sudah
ditentukan.
Calon nasabah mendatangi Bank PD
BPR

Sarimadu

untuk

bertanya

mengenai proses dan persyaratan


pengajuan kredit.
Calon nasabah mendapat informasi

24

kredit dari keluarga atau teman yang


telah lebih dahulu meminjam di Bank
PD BPR Sarimadu
Komunikasi tidak Sosialisasi
langsung

dan

promosi

melalui

media seperti leaflet, brosur, baliho.


Sosialisasi

dan

promosi

melalui

televisi (menjadi narasumber pada


acara perbankan)
Sosialisasi dan promosi melalui iklan
di radio, televisi dan koran.
Menjadi sponsor suatu acara yang
diselenggarakan
Kampar

di

(seperti

Kabupaten

MTQ

tingkat

Kabupaten Kampar).
Sumber : Wawancara dengan karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)

Komunikasi langsung yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dilakukan


oleh pegawai Bank PD BPR Sarimadu khususnya pegawai pada bagian kredit
yaitu costumer service, administrasi kredit, analis kredit, bagian penagihan kredit
dan kepala bagian kredit. Bagian kredit ini berhubungan langsung dengan calon
nasabah dan nasabah kredit dimulai dari proses sosialisasi dan promosi kredit,
tahapan penggunaan kredit sampai pada tahapan penagihan kredit. Komunikasi
langsung dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dengan pendekatan interpersonal.
Terjadi ketika pegawai Bank PD BPR Sarimadu melakukan sosialisasi baik itu
secara berkelompok di balai desa maupun ketika kunjungan langsung ke tempat
usaha calon nasabah. Komunikasi interpersonal yang terjadi antara calon nasabah
Bank PD BPR Sarimadu dengan pegawai Bank Perusahaan Daerah Sarimadu
dilakukan dengan tatap muka. Komunikasi interpersonal dirasa lebih efektif untuk
mempertukarkan informasi, membujuk seorang individu untuk membentuk dan
mengubah perilaku. Komunikasi interpersonal merupakan pendekatan yang
penting untuk membujuk seorang individu untuk mengadopsi inovasi baru
(Rogers 2003).

25

Komunikasi langsung digunakan untuk mendapatkan umpan balik


langsung dari calon nasabah dan nasabah Bank PD BPR Sarimadu. Pada tahap
sosialisasi dan promosi kredit, karyawan Bank PD BPR Sarimadu dapat
membujuk calon nasabahnya agar meminjam di Bank PD BPR Sarimadu. Calon
nasabah juga dapat bertanya langsung apa yang tidak dimengerti dari penjelasan
karyawan Bank PD BPR Sarimadu tersebut. Seperti yang diceritakan Nr yang
bertanya langsung kepada karyawan Bank PD BPR Sarimadu tentang pinjaman di
Bank PD BPR Sarimadu,
Saya ini kan bodoh, jadi gak ngerti dengan istilah-istilah bank. Jadi
ya saya tanya-tanya langsung sama yudi waktu dia makan itu. Kalau
langsung ke kantor juga agak malu, kan ramai.

Pernyataan Nr ini menjelaskan bahwa pendekatan yang dilakukan


karyawan Bank PD BPR Sarimadu adalah dalam bentuk komunikasi langsung
dengan pendekatan interpersonal. Percakapan yang terjadi dalam suasana santai
dan tidak formal menjadikan calon nasabah lebih leluasa untuk bertanya. Hal ini
sama halnya seperti penemuan Sill (1958) dalam Rogers (2003), jika
kemungkinan adopsi ingin dimaksimalkan, saluran komunikasi yang digunakan
harus dengan mempertimbangkan waktu yang sesuai, mulai dari penggunaan
media massa sampai pada pendekatan interpersonal.
Pada tahapan sosialisasi dan promosi kredit, tidak hanya komunikasi
langsung (dengan pendekatan interpersonal) yang dilakukan tetapi juga
komunikasi tidak langsung. Bentuk komunikasi tidak langsung yang digunakan
Bank PD BPR Sarimadu adalah komunikasi dengan media. Media komunikasi
yang digunakan Bank PD BPR Sarimadu adalah dengan media komunikasi
pemasaran baik media cetak maupun media elektronik (brosur, baliho, surat
kabar, televisi dan radio). Menggunakan media untuk sosialisasi kredit dan produk
bank diharapkan dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Sesuai dengan Rogers
(2003) yang menyatakan bahwa saluran media massa mampu menjangkau banyak
individu penerima karena saluran media massa dapat (1) menjangkau banyak
audiens secara cepat; (2) mampu membentuk pengetahuan dan menyebarkan
informasi; (3) mampu mengubah perilaku secara perlahan.

26

Komunikasi tidak langsung melalui pemasangan iklan Bank PD BPR


Sarimadu pada surat kabar, televisi dan radio tidak mempunyai waktu tetap atau
hanya bersifat insidentil. Pemasangan iklan hanya berdasarkan waktu-waktu
tertentu ketika diperlukan, misalnya ucapan selamat hari besar keagamaan. Bentuk
komunikasi tidak langsung dengan melalui media ini berguna untuk
mensosialisasikan produk dan kebijakan baru dari Bank PD BPR Sarimadu. Na
pernah dijelaskan oleh costumer service kredit mengenai sosialisasi produk baru
Bank PD BPR Sarimadu berupa tabungan khusus pelajar. Selain dijelaskan
langsung, pihak Bank PD BPR Sarimadu juga memberikan brosur mengenai jenis
tabungan ini. Brosur tersebut menjelaskan mengenai keuntungan menabung di
tabungan pelajar, berisi informasi mengenai besarnya bunga dan persyaratan
membuka tabungan ini. Hal ini dijelaskan Na sebagai berikut,
Waktu saya datang ke bank, sama anak saya yang masih sekolah.
Ada mereka nawari tabungan khusus anak sekolah. Katanya tabungan
itu produk baru. Tapi saya lupa apa namanya. Saya juga dikasi brosur
tentang tabungan itu.

Proses komunikasi menggunakan media massa (brosur) pada penjelasan


Ibu Na merupakan proses komunikasi melalui satu arah, yaitu dari Bank PD BPR
Sarimadu kepada Ibu Na dan anaknya. Kalaupun terjadi interkasi antara kedua
pihak ini mengenai tabungan tersebut, sifatnya sangat terbatas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rogers (2003) yang menyatakan bahwa penggunaan bentuk
komunikasi melalui media relatif penting pada tahapan pemberitahuan informasi
baru yang dalam hal ini yaitu simpanan pelajar. Rogers dan Shoemaker (1971)
dalam Rogers (2003) melakukan analisis perbandingan antara penggunaan media
massa dan saluran interpersonal dalam pengambilan keputusan dua puluh tiga
jenis inovasi di Amerika Serikat, Kanada, India, Bangladesh dan Kolombia.
Media massa dinilai lebih penting pada tahap pengetahuan baik di negara maju
maupun di negara berkembang.
Brosur tersedia di kantor Bank PD BPR Sarimadu dan juga dibagikan
ketika Bank PD BPR Sarimadu mengikuti acara-acara pameran seperti Riau Expo.
Baliho dipasang di beberapa sudut di Kabupaten Kampar, misalnya di jalan raya

27

Pekanbaru-Bangkinang. Baliho digunakan untuk mengucapkan selamat hari besar


keagamaan, memperkenalkan produk layanan baru yang ditawarkan Bank PD
BPR Sarimadu sehingga mengingatkan konsumen atas keberadaan Bank PD BPR
Sarimadu. Iklan Bank PD BPR Sarimadu meliputi iklan pada surat kabar Harian
Riau Pos, Harian Riau Mandiri, Harian Riau Tribun, Azzam, radio Soreram, dan
di televisi lokal Riau yaitu RTv. Selain iklan, sosialisasi yang dilakukan Bank PD
BPR Sarimadu adalah dengan mensponsori suatu acara, misalnya acara Ochu
Baghandu yang ditayangkan di RTv. Acara Ocu Baghandu yaitu acara yang
menampilkan lagu-lagu Ocu (lagu daerah Kampar). Hal ini seperti disampaikan
oleh SH, Kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Salah satu cara kita mengenalkan BPR adalah dengan mengikuti
acara TV yaitu Ocu baghandu, yaitu acara yang menampilkan lagulagu Ocu (lagu daerah Kampar). Dengan ikut pada acara itu kami
berharap dapat masuk melalui budaya daerah sehingga akan lebih
mudah diingat.

Adanya acara Ocu Baghandu ini juga direspon positif oleh masyarakat
Kampar, khususnya calon nasabah Bank PD BPR Sarimadu, dimana mereka
tertarik menggunakan fasilitas kredit seperti yang dikatakan Ibu Iy, seorang
pedagang kue keliling,
Waktu itu saya melihat acara Ocu baghandu, saya liat disponsori
BPR ini. Jadi saya coba langsung ke sana, pertama tanya aja dulu.
Setelah itu baru saya ceritakan pada suami tentang rencana meminjam
di sana. Abang saya juga sudah ada yang pernah pinjam, dia juga
cerita-cerita tentang kredit mingguan itu.

Melalui media BPR yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) tidak hanya
dalam bentuk iklan saja, tetapi juga dalam bentuk artikel tentang aktivitas
perbankan yang dilakukan oleh Bank PD BPR Sarimadu, maupun keberhasilankeberhasilan yang dicapai oleh Bank PD BPR Sarimadu. Pemasangan iklan di
yellow pages (buku telepon) dilakukan secara teratur dan kontiniu yaitu sekali
setahun.

28

Media komunikasi yang digunakan oleh Bank PD BPR Sarimadu adalah


dalam bentuk kombinasi, sangat jarang bank menggunakan media tunggal dalam
aktivitas komunikasi. Memadukan media komunikasi ini menjadi cara termudah
bagi Bank PD BPR Sarimadu untuk memaksimalkan tingkat sosialisasi dan
promosi produk-produk Bank PD BPR Sarimadu, khususnya perkreditan.
Kombinasi media yang biasa digunakan pada jenis kredit modal kerja
umum adalah periklanan dengan media langsung (costumer service), periklanan
dengan mensponsori suatu acara. Kombinasi penggunaan media ini misalnya iklan
yang dipasang bank baik di surat kabar, televisi lokal maupun radio, calon
nasabah datang dan bertanya lebih lanjut mengenai iklan yang dilihatnya.
Selanjutnya costumer service melayani pertanyaan-pertanyaan ini dan terjadilah
sosialisasi dan promosi produk-produk yang ditawarkan Bank PD BPR Sarimadu.
Dampak dari kombinasi media dan usaha yang dilaksanakan bank ini misalnya
peningkatan jumlah kredit yang disalurkan yaitu pada tahun 2005 berjumlah Rp.
41.958.858.000,- menjadi Rp. 70.079.386.000,- pada tahun 2006. Kombinasi
penggunaan media iklan dengan mensponsori acara yaitu pada saat acara MTQ
Kabupaten Kampar, Bank PD BPR Sarimadu ikut mensponsori acara tersebut dan
adanya baliho acara yang menyebutkan Bank PD BPR Sarimadu sebagai sponsor
acaranya.
Bentuk komunikasi yang digunakan untuk jenis kredit bakulan adalah
penggunaan komunikasi langsung baik itu melalui costumer service maupun
melalui petugas-petugas dari Bank PD BPR Sarimadu yang langsung ke pasarpasar dan tempat usaha calon nasabah lainnya. Untuk jenis kredit bakulan, media
iklan tidak digunakan karena Bank PD BPR Sarimadu melihat persaingan yang
kuat khususnya untuk nasabah yang ada di pasar-pasar. Persaingan tersebut yaitu
dengan tukang kredit keliling yang selalu ada di pasar, mereka langsung
mendatangi pedagang untuk menawarkan pinjaman. Oleh karena itu, Bank PD
BPR Sarimadu menilai bahwa pendekatan personal dan langsung yang lebih
cocok digunakan untuk kredit bakulan ini. Hal ini sesuai dengan Suharto (1985)
dalam buku Mengenal Bank Perkreditan Rakyat Indonesia yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia yang menyatakan bahwa bank perkreditan rakyat harus melayani
kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sesederhana

29

mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang yang sederhana. Bank


perkreditan rakyat mula-mula diadakan untuk membebaskan para pegawai kecil
dan petani dari ikatan hutang dan modal dari para rentenir dan pengijon.
Setelah terjadi tahap sosialisasi dan promosi, para calon nasabah ada yang
memutuskan untuk mengajukan kredit pada Bank PD BPR Sarimadu, ada pula
yang tidak tertarik untuk mengajukan permohonan kredit. Seperti penjelasan SY,
Kepala seksi kredit Bank PD BPR Sarimadu cabang Pekanbaru,
Jadi kalau permohonan udah masuk ke cs terus di register terus cs
memberikan ke analis kredit. Terus si analis ke lapangan. Liat
kelayakan usaha. Biasanya diliat karakter orang itu. Yang 5 c itulah.
Nanti dirapatkan berdasarkan hirarkinya, dari analis, kasi, kabag
sampai ke direksi.

Setelah permohonan yang diajukan nasabah disetujui oleh pihak Bank PD


BPR Sarimadu, maka costumer service kredit menghubungi calon nasabah
melalui telepon. Calon nasabah datang ke kantor Bank PD BPR Sarimadu sesuai
dengan kesepakatan jadwal yang telah dibuat. Setelah itu, dilakukan perjanjian
(akad) kredit dengan disaksikan suami/istri calon nasabah dan perwakilan pihak
bank. Untuk jumlah tertentu, diikutsertakan pula notaris dalam pembuatan akad
kredit. Setelah perjanjian atau akad kredit dilaksanakan, maka dilakukan
pencairan dana pinjaman nasabah melalui rekening milik nasabah yang ada di
Bank PD BPR Sarimadu.
Setelah melakukan sosialisasi, baik itu secara kelompok di kantor desa
ataupun dengan pendekatan langsung secara personal, petugas bank langsung
memberikan form permohonan kredit. Lalu calon nasabah yang tertarik
meminjam kredit di Bank PD BPR Sarimadu mengisi formulir permohonan kredit
yang telah diberikan. Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh calon nasabah,
aktor dari pihak bank yang berperan adalah bagian administrasi kredit.
Administrasi kredit berperan mengkonfirmasi kelengkapan data calon nasabah.
Setelah semua persyaratan lengkap, pihak analis akan mendatangi calon nasabah
untuk menganalisis kepemilikan jaminan dan keadaan usaha calon nasabah. Hasil

30

analisis ini akan dibawa ke rapat komisi kredit. Setelah usaha diputuskan layak
diberikan kredit, maka terjadilah pencairan dana kredit (Gambar 13).
Mengisi Form Pengajuan
Kredit

Calon Nasabah

Melengkapi persyaratan:
- Identitas
- Surat izin usaha
- Jaminan

Tidak

Persyaratan lengkap ?
Ya

Tidak

Penyerahan dokumen ke Bank


PD. BPR Sarimadu

Konfirmasi Data / dokumen


Adm Kredit
Persyaratan lengkap ?
Ya
Kunjungan ke tempat usaha
nasabah
Analis Kredit
Analisa Kredit kelayakan 5 C

Rapat komisi kredit


Bagian kredit

Ya
Persetujuan kredit dan
menghubungi nasabah

Gambar 13 Tahapan alur pemberian kredit pada Bank PD BPR Sarimadu


Sumber : Bank PD BPR Sarimadu

Setelah dilakukan pencairan dana kredit melalui rekening milik nasabah,


maka selanjutnya nasabah berkewajiban membayar angsuran kredit pada minggu
berikutnya untuk jenis kredit bakulan dan pada bulan berikutnya untuk jenis kredit
modal usaha umum. Komunikasi yang terbentuk ketika penggunaan kredit ini

31

adalah bentuk komunikasi langsung. Karena nasabah mempunyai kewajiban


untuk membayar tagihan kredit. Akan tetapi ketika terjadi masalah dan penagihan
kredit harus dilakukan karena adanya tunggakan kredit, maka komunikasi yang
terjadi dapat berbentuk komunikasi transaksional dimana akan ada transaksitransaksi mengenai kesepakatan jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh
nasabah. Pada tahap penagihan kredit yang bermasalah komunikasi sangat
berperan demi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh nasabah, baik itu
kebijakan untuk penambahan waktu untuk pembayaran, penambahan kredit
(injeksi) bahkan sampai kepada keputusan tegas dari pihak Bank PD BPR
Sarimadu untuk menyita jaminan milik nasabah. Bentuk komunikasi pada saat
penggunaan dan penagihan kredit modal kerja umum dan kredit bakulan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Bentuk komunikasi pada tahap penggunaan dan penagihan kredit di Bank
PD BPR Sarimadu

Bentuk
Komunikasi

Jenis Kredit
Keterangan

Kredit

modal

Kredit Bakulan

kerja umum

Komunikasi

Melalui

langsung

service (CS)
Penagihan

costumer
melalui

petugas di lapangan
Komunikasi

Penagihan

melalui

tidak langsung

surat dan telepon.

Sumber : Wawancara dengan Karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)

Pada saat penggunaan dan penagihan kredit seperti yang terlihat pada
Tabel 4, bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung dan
tidak langsung. Jika nasabah langsung mengantarkan angsuran tagihan kreditnya
ke kantor Bank PD BPR Sarimadu, maka komunikasi langsung yang terbentuk
dilakukan adalah costumer service dan bagian administrasi kredit dengan nasabah.

32

Tetapi jika angsuran kredit harus dijemput ke tempat usaha atau rumah nasabah,
maka komunikasi langsung dilakukan oleh petugas penagihan kredit dan nasabah.
Jika terjadi keterlambatan atau adanya tunggakan kredit, maka pihak Bank PD
BPR Sarimadu melalui costumer service kredit akan menghubungi nasabah
melalui telepon dan surat. Tetapi jika tidak ada tanggapan dari nasabah, maka
petugas penagihan akan langsung mendatangi tempat usaha dan rumah tempat
tinggal nasabah. Seperti yang dijelaskan oleh YP (bagian penagihan kredit) Bank
PD BPR Sarimadu,
Dari bagian administrasi kita mengetahui siapa saja yang terlambat
dan menunggak pembayarannya. Kita hubungi dulu via telpon. Jika
tidak juga bisa, kami bagian penagiahan akan langsung mendatangi
nasabah itu. Hal ini untuk menghindari nasabah yang mangkir dari
pembayaran angsuran. Jadi tugas bagian penagihan bisa juga untuk
kredit modal kerja umum, gak cuma untuk kredit bakulan.

Jika terjadi keterlambatan, selain komunikasi langsung, komunikasi tidak


langsung juga terjadi yaitu melalui pengiriman surat ke alamat nasabah yang
bersangkutan. Jika surat telah dikirimkan, tetapi tidak ada tanggapan dari nasabah,
maka bagian penagihan akan langsung ke tempat usaha atau rumah nasabah
bahkan bisa terjadi penarikan dan pelelangan agunan.
Isi pesan yang dikomunikasikan
Isi pesan yang dikomunikasikan oleh pihak Bank PD BPR Sarimadu untuk
kedua jenis kredit yaitu mengenai persyaratan peminjaman, suku bunga, cara
pembayaran, maksimal besarnya pinjaman, jangka waktu pembayaran serta
keunggulan dan kemudahan yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu. Proses
sosialisasi dan promosi ini dapat dilakukan di tempat usaha calon nasabah ataupun
di balai desa untuk jenis kredit modal kerja umum dan datang langsung ke tempat
usaha calon nasabah untuk jenis kredit mikro bakulan. Cara pembayaran yang
dapat dilakukan di kantor Bank PD BPR Sarimadu dan juga dapat dijemput oleh
pegawai Bank PD BPR Sarimadu.

33

Pemakaian

bahasa

daerah

yaitu

Bahasa

Ocu

digunakan

untuk

mempermudah komunikasi dengan calon nasabah baik pada komunikasi tatap


muka maupun pada iklan di radio. Penggunaan Bahasa Ocu diharapkan
mengurangi jarak antara karyawan Bank PD BPR Sarimadu dengan calon
nasabah. Penggunaan bahasa yang sama dapat memudahkan komunikasi
subkultural (DeVito 1997).
Penggunaan bahasa ini akan memberikan kesan kekeluargaan. Selain
pengggunaan bahasa daerah, kemudahan yang diberikan adalah dengan
menjemput tagihan ke tempat usaha nasabah atau yang disebut sistem jemput
bola. Kemudahan ini seperti yang disampaikan oleh Kasi Kredit Bank PD BPR
Sarimadu,
Salah satu cara kami untuk mempertahankan nasabah adalah dengan
melakukan layanan jemput angsuran. Secara rutin kami mengunjungi
nasabah, kami menjemput langsung angsuran mereka. Kami di sini
menyebutnya sistem jemput bola. Karena mereka kan banyak
pedagang, jadi agak susah meluangkan waktu hanya untuk mengantar
angsuran ke bank.

Nasabah kredit bakulan yang merupakan pedagang kecil bahkan padagang


kaki lima di pasar-pasar melakukan pembayaran kredit setiap minggunya.
Pedagang kecil dan kaki lima ini memiliki jumlah modal yang relatif kecil,
dengan jaminan yang terbatas. Oleh karena itu diperlukan sistem pembayaran
khusus yang tidak sama dengan kredit yang diberikan oleh bank pada umumnya.
Pembayaran kredit pada setiap awal minggu ini agar jumlah pembayaran tidak
memberatkan bagi nasabah. Hal ini dimaksudkan agar pedagang dan pengusaha
kecil tersebut terlepas dari para pelepas uang yaitu rentenir dan pengijon yang
banyak di pasar. Cara pembayaran ini dilakukan karena pada umumnya
pembayaran kredit dari tukang kredit di pasar dilakukan setiap minggunya.
Pihak Bank PD BPR Sarimadu juga melakukan pembicaraan mengenai
masalah-masalah yang dihadapi oleh nasabah. Pihak Bank PD BPR Sarimadu
juga terus memantau dan mengawasi kegiatan usaha nasabah. Pendekatan
dilakukan sedini mungkin untuk menghindari tunggakan angsuran kredit para
nasabah. Tetapi jika ada nasabah yang mengalami masalah dalam pembayaran

34

kredit, pihak Bank akan langsung melakukan pendekatan personal dengan


langsung mengunjungi tempat usaha bahkan rumah tempat tinggal nasabah.
Setelah diketahui penyebab masalah keterlambatan pembayaran kredit ini, jika
ternyata masalah terletak pada usaha yang memang sedang sepi pembeli, maka
pihak bank dengan berbagai pertimbangan akan memberikan tambahan modal
(injeksi) agar menyelamatkan usaha nasabah tersebut. Pemberian tambahan modal
ini tentunya dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti record
pembayaran nasabah tersebut sebelumnya. Jika sebelumnya nasabah tersebut
tidak pernah bermasalah dalam pembayaran kredit, maka kemungkinan untuk
mendapatkan keringanan dalam hal waktu dan tambahan modal akan lebih
dipermudah. Isi pesan yang dikomunikasikan pada tahap sosialisasi dan promosi
kredit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Isi pesan pada proses sosialisasi dan promosi kredit di Bank PD BPR
Sarimadu
Jenis Kredit

Isi Pesan

Kredit

modal

Kredit Bakulan

kerja umum
Kredit

modal

kerja

umum

dengan

sistem

pembayaran

Persyaratan pengajuan kredit.

Keunggulan dan kemudahan yang diberikan Bank

Besarnya plafon kredit yang diberikan.

Besar suku bunga kredit, dan batas waktu

pembayaran yaitu per bulan


Kredit

bakulan

dengan

sistem

perminggu.

PD BPR Sarimadu untuk calon nasabah.

maksimal pembayaran.
Sosialisasi dan promosi dilakukan dengan tujuan
pemberian

kredit

guna

meningkatkan

dan

mengembangkan berbagai usaha masyarakat.


Sumber : Wawancara dengan karyawan Bank PD Sarimadu dan Nasabah (2010)

35

Isi pesan yang dikomunikasikan pada saat penggunaan dan penagihan


kredit adalah sama untuk kedua jenis kredit tersebut. Hal yang dibicarakan antara
lain dijelaskan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Isi pesan pada saat penggunaan dan penagihan kredit di Bank PD BPR
Sarimadu

Isi Pesan

Jenis Kredit
Kredit

modal

Kredit Bakulan

kerja umum
Jalan keluar bersama ketika terjadi keterlambatan

Jumlah angsuran kredit yang harus dibayarkan.

Waktu jatuh tempo pembayaran.

Besarnya tunggakan dan denda kredit ketika terjadi

keterlambatan pembayaran kredit.


Sumber : Wawancara dengan Karyawan Bank PD Sarimadu dan Nasabah (2010)

Nasabah yang telah hampir lunas pembayaran kreditnya, pihak Bank PD


BPR Sarimadu juga melakukan pendekatan agar nasabah kembali meminjam dan
menambah plafon kredit yang diajukan. Pendekatan personal dengan cara
membujuk kembali dilakukan. Hanya saja perbedaannya, persyaratan untuk
peminjaman kembali akan lebih mudah daripada peminjaman sebelumnya. Selain
peminjaman kembali dengan jumlah tetap, nasabah juga diberi kesempatan untuk
penambahan plafon pinjaman dari pada peminjaman sebelumnya. Penambahan
jumlah plafon kredit ini diharapkan dapat membantu meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan usaha nasabah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh
Kabag Kredit Bank PD BPR Sarimadu berikut ini,
Kita tetap melaksanakan pengawasan, pembinaan, penagihan.
Pembinaan itu dalam bentuk yang luas, biasanya kita datangi nasabah
itu baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Yang macet juga
kita lakukan pembinaan. Kita tawarkan seperti ini kalau lancar, terus
kalau macet bisa kita re schedulling, misalnya mereka mampu cuma
lima ratus atau sejuta atau kita perpanjang masa peminjaman, kita

36

injeksi. Kemaren dengan modal segitu belum cukup, kita tambah lagi,
berdasarkan analisis kitalah pokoknya.

Aktor yang Berkomunikasi


Aktor yang melakukan proses komunikasi pada sosialisasi dan promosi,
penggunaan serta penagihan kredit adalah pihak Bank PD BPR Sarimadu,
perangkat desa dan calon nasabah serta nasabah. Pihak Bank PD BPR Sarimadu
yang melakukan sosialisasi kredit adalah semua karyawan Bank PD BPR
Sarimadu, mulai dari bagian kredit sampai pada cleaning service. Sedangkan pada
saat penggunaan dan penagihan kredit yaitu administrasi kredit, costumer service,
analis dan penagihan kredit. Aktor-aktor ini bisa berperan sebagai pengirim
maupun penerima pesan. Aktivitas para aktor ini bervariasi, mulai dari proses
sosialisasi dan promosi yaitu memberikan informasi yang dilakukan pihak Bank
PD BPR Sarimadu ketika proses sosialisasi dan promosi, mencari informasi kredit
yang dilakukan oleh calon nasabah sampai pada ketika calon nasabah telah
memutuskan menggunakan kredit yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu. Tabel
7 menunjukkan aktor-aktor yang berperan dalam aktivitas komunikasi Bank PD
BPR Sarimadu.

Tabel 7 Aktor yang berperan dalam aktivitas komunikasi Bank PD BPR Sarimadu
Jenis kredit
Aktor

Keterangan

Kredit

modal Kredit bakulan

kerja umum
Pihak Bank PD Costumer Service (CS)

BPR Sarimadu

Administrasi kredit

Analis kredit

Penagihan kredit

Kepala seksi/bagian kredit

37

Pimpinan Bank PD BPR

Sarimadu
Perangkat desa

Kepala desa atau sekretaris


desa dengan mengumpulkan
masyarakat di balai desa

Calon Nasabah

Pedagang / kaki lima

Sumber : Wawancara dengan karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)

Kriteria khusus dari petugas lapangan adalah jujur, pandai berkomunikasi,


dan pekerja keras. Petugas lapangan merupakan orang yang menjadi pelaku utama
dalam proses komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu. Karena para
petugas lapangan ini langsung berhubungan dengan calon nasabah dan nasabah.
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komuniktor sangat penting
peranannya, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu
seorang komunikator harus terampil berkomunikasi dan juga kaya ide serta penuh
daya kreativitas (Cangara 2004). Jika ada penyelewengan data dan dana dari
petugas yang melakukan di lapangan, maka Bank PD BPR Sarimadu akan
langsung memberi sanksi tegas kepada karyawan tersebut. Berdasarkan penjelasan
SH, kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu.
Sanksi bagi karyawan kalau ketauan ada intervensi, harus langsung
berhenti. Usahanya gak bagus dibilang bagus oleh analis. Mereka
harus langsung berhenti. Pihak penagih juga gitu, gak boleh menahan
dana. Harus langsung dikasi pada hari yang sama. Sehari wajarlah,
tapi kalau udah dua atau tiga hari itu yang ndak boleh.

Data karyawan Bank PD BPR Sarimadu berdasarkan tingkat pendidikan


terlihat pada Tabel 8. Karyawan Bank PD BPR Sarimadu diharuskan mengikuti
pelatihan eksternal yaitu pelatihan Know your costumer (KYC). Pelatihan ini
diharapkan membantu karyawan dapat mengetahui siapa nasabahnya sehingga
dapat melakukan komunikasi dengan baik.
Tabel 8

Jumlah pegawai Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat


Sarimadu

38

Jenis kelamin
No.
1.

Keterangan
Tingkat

sarjana

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

(orang)

(orang)

21

16

37

dan

diploma
2.

Tingkat SMA

15

22

3.

Tingkat SMP

4.

Tingkat SD

Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2010a)

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa pendidikan pegawai Bank PD BPR


Sarimadu adalah sarjana, SMA, SMP dan SD. Karyawan dengan tingkat
pendidikan SMP dan SD masing-masing berjumlah satu orang yang merupakan
karyawan bagian cleaning service. Walaupun bertugas pada bidang kebersihan,
karyawan ini juga boleh melakukan sosialisasi dan promosi kredit Bank PD BPR
Sarimadu. Selain pendidikan formal yang ditempuh para karyawan, untuk
meningkatkan kemampuan karyawan Bank PD BPR Sarimadu juga mengadakan
pendidikan non formal berupa pelatihan baik intern perusahaan maupun ekstern
perusahaan. Pendidikan intern pegawai Bank PD BPR Sarimadu yaitu :
1. Sosialisasi Surat Keputusan (SK) Direksi dan aplikasi perbankan
2. Penanganan kredit bermasalah
3. Analisis kredit mikro
4. Service Excellent
5. Akuntansi Bank PD BPR Sarimadu.
Pendidikan eksternal bagi pegawai adalah pelatihan gabungan pegawai
berbagai bank baik untuk lingkup Provinsi Riau maupun Nasional. Pendidikan
ekstern yang pernah diikuti karyawan Bank PDBPR Sarimaduantara lain :
1. Sosialisasi tata kelola operasional bank yang sehat
2. Know Your Consumer (KYC) dan Tindak Pidana Pencucian Uang
3. Hukum jaminan kredit
4. Akuntansi Bank Dasar
5. The Journey of Superior Service
6. Analis kredit

39

Karyawan Bank PD BPR Sarimadu yang bertugas di kantor adalah


karyawan perempuan dan untuk di lapangan adalah karyawan laki-laki.
Pembagian kerja menurut jenis kelamin ini dengan pertimbangan mobilitas yang
tinggi di lapangan dan cocok dilakukan oleh karyawan laki-laki. Karyawan Bank
PD BPR Sarimadu berasal dari daerah setempat, sehingga menguasai lokasi dan
karakteristik masyarakat yang ada, bahasa setempat dan menunjang kemudahan
untuk mengidentifikasi calon nasabah. Jika tidak berasal dari daerah setempat,
salah satu persyaratan menjadi pegawai adalah menguasai lokasi daerah di mana
Bank PD BPR Sarimadu berdiri. Prinsip kesamaan ini berdasarkan pada prinsip
dasar dalam komunikasi antar manusia, yaitu prinsip homofilus. Menurut Rogers
(2003), homofili adalah derajat dimana sepasang individu atau lebih yang
berkomunikasi dengan cara yang sama. Kesamaan ini bisa saja pada atribut
tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial ekonomi, dan kesukaannya.
Perangkat desa berperan dalam proses sosialisasi dan terbatas hanya
memberikan informasi tentang calon nasabah potensial bagi Bank PD BPR
Sarimadu. Perangkat desa ini adalah kepala desa dan sekretaris desa setempat.
Adanya data calon nasabah potensial dari kantor desa ini diharapkan dapat
membantu dan mempermudah Bank PD BPR Sarimadu untuk mendapatkan calon
nasabah. Setelah data didapatkan, masyarakat dikumpulkan di balai desa dan
pegawai Bank PD BPR Sarimadu akan menjelaskan mengenai pemberian kredit.
Nasabah Bank PD BPR Sarimadu umumnya sudah berkeluarga dengan mata
pencaharian kebanyakan adalah pedagang. Berdasarkan wawancara dengan
nasabah, diketahui bahwa mereka telah mulai meminjam kredit pada Bank PD
BPR Sarimadu sejak tahun 2002. Data nasabah yang diwawancarai terlihat pada
Tabel 9 dan 10.
Pendapat nasabah yang diwawancarai ketika melakukan transaksi di Bank
PD BPR Sarimadu mengatakan bahwa persyaratan peminjaman di Bank PD BPR
Sarimadu relatif mudah untuk dipenuhi. Dari 29 nasabah yang diwawancarai, 14
orang diantaranya menyatakan pelayanan adalah hal pertama yang menjadi alasan
menggunakan kredit, lalu 10 orang menyatakan meminjam di Bank PD BPR
Sarimadu karena persyaratan yang mudah dipenuhi dan selanjutnya 5 orang
menyatakan karena alasan suku bunga yang rendah.

40

Tabel 9 Data nasabah modal kerja umum yang diwawancarai


No

Nama

Jenis Kelamin
Laki-laki

1.

LH

2.

AP

3.

Na

4.

EP

Umur

Pekerjaan

Perempuan

38

Pemilik warung

39

Pemilik warung

41

Penjual pakaian

43

Jual motor bekas

5.

El

48

Bengkel

6.

Df

29

Bengkel

7.

JI

33

Penjual pakaian

8.

Jf

44

Pemilik warung

9.

Hi

45

Pemilik warung

10.

Nb

42

Penjual pakaian

11.

SE

30

Pemilik warung

12.

Sy

49

Pemilik warung

13.

Zl

25

Gudang kayu

14.

JH

28

Gudang kayu

15.

Hi

32

Pemilik warung

16.

Ra

30

Pemilik warung

17.

36

M
18.

Pemilik
warung

Nr

42

Rumah
makan

19.

Ms

20.

Sm

57

Pemilik warung
45

Rumah
makan

21.

Ma

47

Rumah
makan

22.

M
D

35

Pemilik
fotokopi

41

Tabel 10 Data nasabah kredit bakulan yang diwawancarai


No

Nama

Jenis Kelamin
Laki-laki

1.

Iy

2.

AR

3.

Umur

Perempuan

Er

Pekerjaan

28

Penjual kue

43

Penjual sayur
50

Pemilik
warung

4.

ER

38

Pemilik
warung

5.

Ds

6.

RC

7.

Sm

25

Penjual kue

24

Penjual pulsa

35

Penjual ikan

Tidak seperti nasabah bank pada umumnya yang menjadikan bunga adalah
kriteria utama pengambilan kredit, nasabah Bank PD BPR Sarimadu lebih
mengutamakan pelayanan dan persyaratan. Hal ini disebabkan nasabah ingin
mendapatkan bantuan modal dengan mudah dengan persyaratan yang tidak
menyulitkan. Seperti yang dinyatakan Hi dalam wawancara di Bank PD BPR
Sarimadu,
Saya liat pelayanan BPR beda dengan bank lain. Disini seperti
keluarga, karyawannya juga pakai bahasa Ocu, jadi gak malu bicara.
Mereka juga mau jemput ke rumah kalau saya gak bisa ke sini ngantar
angsuran. Kalau persyaratan kredit, sama jugalah dengan bank lain.
Jadi gak ada masalah.

Hal senada juga dijelaskan oleh LH, seorang nasabah pemilik warung
harian,
Saya ini pedagang barang harian, hanya jualan di kios depan rumah.
Jaga warung sekalian ngerjakan kerjaan rumah, ya masak, ngurus
rumah, ngurus anak. Jadi susah kalau mau keluar rumah. Makanya

42

kalau membayar kredit saya sangat terbantu karena ada yang bisa
jemput. Kan kalau di bank lain belum tentu bisa. Makanya saya
minjam di sini.

Para nasabah mengatakan bahwa hal tersebut sangat membantu para


nasabah dalam berusaha. Karena nasabah kredit bakulan ini sebagian besar adalah
pedagang di pasar atau pedagang kaki lima sehingga para nasabah sangat terbantu
jika petugas bank yang langsung datang. Tetapi para nasabah dapat menghubungi
siapa saja karyawan Bank PD BPR Sarimadu, walaupun karyawan Bank PD BPR
Sarimadu yang datang menjemput angsuran tidak selalu orang yang sama. Seperti
penjelasan JH,
Kalau ndak sempat ngantar, saya biasanya nelpon atau sms bang
yopi. Tapi yang jemput bisa juga bukan bang Yopi.

Walaupun selama ini JH puas dengan pelayanan dari Bank PD BPR


Sarimadu, ada juga hal yang membuat JH tidak puas. Hal tersebut diceritakannya
sebagai berikut,
Dulu pernah saya sudah telpon ke BPR minta tolong dijemput
angsuran ke gudang. Karena saya tidak sempat ngantar sendiri. Tapi
udah dua hari gak juga dijemput. Terus saya malah ditelpon bilang
angsuran saya sudah jatuh tempo dan kena denda. Ya saya sempat
marah lah jadinya.

Bank PD BPR Sarimadu juga membantu nasabah untuk membiasakan diri


menabung. Setiap nasabah membayar kreditnya, nasabah juga langsung
menabung. Karena pembayaran kredit tersebut digenapkan dan sisa penggenapan
tersebut akan dimasukkan ke tabungan nasabah. Sehingga pada akhir pembayaran
kredit para nasabah juga akan mempunyai tabungan walaupun dengan jumlah
yang cukup kecil. Hal ini sesuai dengan tugas bank perkreditan rakyat yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia bahwa tugas bank perkreditan rakyat adalah
memberikan bantuan kredit kepada pedagang/pengusaha kecil di pasar-pasar dan
di desa-desa. Selain itu, bank perkreditan rakyat juga berperan menghimpun dana
masyarakat berupa tabungan dan deposito berjangka (Suharto 1985).

43

Frekuensi Berkomunikasi
Waktu merupakan elemen yang berperan dalam proses komunikasi. Secara
umum tidak ada jadwal yang ditetapkan

secara khusus oleh Bank PD BPR

Sarimadu dalam proses sosialisasi dan promosi. Proses sosialisasi dan promosi
dapat terjadi di kantor Bank PD BPR Sarimadu setiap hari melalui costumer
service dan karyawan bagian kredit lainnya. Namun demikian, ketika sudah
sampai pada saat penggunaan dan penagihan, frekuensi komunikasi telah
memiliki jadwal tetap (Tabel 11).
Tabel 11 Frekuensi komunikasi pada saat penagihan dan penggunaan kredit yang
dilakukan Bank PD BPR Sarimadu
Jenis Kredit
Waktu

Keterangan

Kredit

modal

kerja umum
Setiap bulan

Nasabah datang ke Bank PD

Kredit
Bakulan

BPR Sarimadu.
Ke tempat usaha atau rumah
nasabah.
Setiap minggu

Ke tempat usaha atau rumah


nasabah.

Sumber : Wawancara dengan Karyawan Bank PD BPR Sarimadu dan Nasabah (2010)

Kedua jenis kredit yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu memiliki


jadwal pembayaran tetap yang berlainan. Frekuensi komunikasi yang dilakukan
pada jenis kredit modal kerja umum adalah sekali sebulan dan untuk jenis kredit
bakulan dilakukan jadwal tetap dengan frekuensi sekali seminggu seperti yang
dijelaskan Kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Untuk kredit modal kerja biasanya rutin setiap bulan waktu mereka
mengangsur kreditnya tapi untuk kredit bakulan biasanya tiap minggu
kita kunjungi ke pasar atau tempat usaha lain. Pokoknya rutin kita

44

kunjungi supaya kita cepat tau kalau ada masalah.

Kita tetap

melaksanakan pengawasan, pembinaan, penagihan. Pembinaan itu


dalam bentuk yang luas, biasanya kita datangi nasabah itu baik yang
berhasil maupun yang tidak berhasil.

Walaupun sudah ada frekuensi berkomunikasi tetap untuk jenis kredit


modal kerja umum dan kredit bakulan, nasabah boleh datang atau menelepon ke
Bank PD BPR Sarimadu jika ada permasalahan atau hal yang ditanyakan.
Nasabah boleh menelepon ke kantor ataupun kepada karyawan yang mereka
kenal. Tetapi dalam hal pengambilan kredit ke rumah, yang berkewajiban
mengambil tetap petugas lapangan yang bertugas sebagai penagih kredit. Seperti
yang dijelaskan Kepala seksi kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Nasabah boleh menelepon, misalnya mereka minta ditunda beberapa
hari. Tapi kita tetap liat ke lapangan, kita liat kondisinya seperti apa.
Misalnya mereka bilang tolonglah bulan depan bayarnya, anak saya
kecelakaan. Benar atau ndak yang mereka bilang tu. Tapi
keterlambatan itu ada dendanya.

Jenis Hubungan
Knapp (1984) dan Knapp & Vangelisti (1992) dalam Tubbs dan Moss
(2005) menyatakan bahwa hubungan berkembang hingga suatu puncak untuk
kemudian menurun lagi, menuju kebersamaan (coming together) dan menuju
perpisahan (coming apart). Pada setiap tahap dalam suatu hubungan, komunikasi
memainkan peran yang berbeda. Selama tahap-tahap awal, komunikasi ditujukan
untuk mengenal orang lain sehingga keputusan-keputusan mengenai hubungan
tersebut dapat dibuat, apakah hubungan tersebut dapat diteruskan dan harus
seberapa dekat hubungan tersebut dijalani.
Beberapa

nasabah

yang

diwawancarai

menjelaskan

bahwa

sifat

kekeluargaan para karyawan bank menjadikan mereka nyaman, bahkan para


nasabah menyatakan tertarik untuk mengajak teman atau saudara mereka untuk
menabung dan menggunakan kredit Bank PD BPR Sarimadu. Jenis hubungan
yang tercipta dalam proses komunikasi ini dapat dilihat pada Tabel 12.

45

Tabel 12 Jenis hubungan yang tercipta dalam proses komunikasi di Bank PD BPR
Sarimadu
Jenis Kredit
Jenis hubungan

Keterangan

Kredit

modal

kerja umum
Hubungan

Ketika

berlangsung

formal

sosialisasi dan promosi di

Kredit
Bakulan

balai desa.
Ketika penagihan dilakukan
pada

nasabah

terlambat

yang

melakukan

pembayaran kredit.
Hubungan

Ketika

sosialisasi

dan

informal

promosi di tempat usaha


calon nasabah.

Sumber : Wawancara dengan karyawan dan nasabah Bank PD BPR Sarimadu

Dari Tabel 12, terlihat bahwa ketika proses sosialisasi dan promosi untuk
jenis kredit modal kerja umum adalah hubungan formal dan informal. Hubungan
formal terjadi pihak Bank PD BPR Sarimadu mensosialisasi dan promosikan
kredit di kantor balai desa. Hubungan informal terjadi ketika pihak Bank PD BPR
Sarimadu mendatangi langsung (door to door) ke tempat usaha calon nasabah.
Hubungan yang tercipta pada jenis kredit bakulan antara pihak Bank PD
BPR Sarimadu adalah hubungan informal dan hubungan interpersonal karena
pihak bank langsung mendatangi calon nasabah di pasar dan tempat usaha
lainnya. Komunikasi dengan pendekatan hubungan informal dan interpersonal
dirasakan lebih efektif digunakan. Taylor et al. (1977) dalam Rakhmat (2005)
menyatakan komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi
hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab dari
rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara

46

komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat
tidak akan menghindari kegagalan jika terjadi hubungan yang buruk.
Proses sosialisasi dan promosi ini merupakan proses informatif dan
persuasif. Proses informatif

yaitu Bank PD BPR Sarimadu berusaha

memperkenalkan produk-produk khususnya kredit kepada calon nasabah. Dan


proses persuasif yaitu dengan berusaha meyakinkan calon nasabah bahwa produk
dan jasa yang diberikan Bank PD BPR Sarimadu mempunyai kualitas yang
terjamin dan paling cocok dengan calon nasabah, khususnya untuk jasa kredit
yang diberikan yang disesuaikan dengan target. Pendekatan yang dilakukan dalam
proses sosialisasi dan promosi ini adalah pendekatan personal, bahkan dengan
menggunakan bahasa daerah agar calon nasabah kredit bakulan yang merupakan
pedagang kecil di pasar-pasar mengerti istilah-istilah yang dijelaskan petugas
Bank PD BPR Sarimadu.
Tahapan selanjutnya yaitu penggunaan dan penagihan kredit akan
terbentuk jenis hubungan kerjasama formal. Hubungan kerjasama ketika nasabah
tidak bermasalah dalam pembayaran angsuran kredit. Kerjasama yang terbentuk
misalnya ketika nasabah modal kerja umum ini tidak sempat untuk mengantar
langsung angsuran kredit mereka ke kantor Bank PD BPR Sarimadu atau ketika
nasabah meminta penundaan pembayaran angsuran ketika terjadi keterlambatan,
seperti yang dijelaskan Kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Kalau untuk yang lancar kita datangi juga, kita tanya-tanya juga
masalahnya. Terus kita tawari lagi. Siapa tau dia mau nambah lagi.
Kita bilang mungkin bapak bisa tambah lagi ni, bisa ekspansi. Pandaipandai kita lah membujuknya. Nasabah boleh menelepon, misalnya
mereka minta ditunda beberapa hari. Jadi ada hubungan kerjasama lah
kita dengan nasabah itu. Tapi kita tetap liat ke lapangan, kita liat
kondisinya seperti apa. Misalnya mereka bilang tolonglah bulan depan
bayarnya, anak saya kecelakaan. Benar atau ndak yang mereka bilang
tu. Tapi keterlambatan itu ada dendanya.

Salah satu nasabah JH (pemilik gudang kayu) yang pernah mengalami


keterlambatan pembayaran angsuran menjelaskan,

47

Saya ikut abang yang pernah pinjam. Katanya ndak susah, Cuma
lengkapi syarat, terus mereka liat usaha kita. Usaha saya kan gudang
kayu, jadi memang perlu modal agak besar. Tapi sekarang, agak susah
cari kayu. Kadang ada juga telat bayar angsuran. Tapi selalu
koordinasi dengan orang di bank. Saya jelaskan kenapa telat, mereka
liat ke tempat saya langsung, cerita-cerita. Makanya saya tetap pinjam
di sini. Mereka gak langsung main ambil jaminan aja

Selain melakukan kunjungan rutin serta pengawasan, Bank PD BPR


Sarimadu juga melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat. Pendekatan
ini dilakukan dengan cara pemberian santunan kepada anak yatim di daerah
sekitar kantor Bank PD BPR Sarimadu pada bulan Ramadhan setiap tahunnya.
Seperti yang diceritakan seorang nasabah Bank PD BPR Sarimadu (Ms) yang juga
pernah menjadi sekuriti di Bank PD BPR Sarimadu,
Kalau pada hari lebaran, setau saya ada juga parsel untuk orang
tertentu, terus juga ada acara untuk menyantuni anak yatim.

Pendapat tersebut juga dinyatakan oleh Na yang bertempat tinggal dekat


dengan kantor Bank PD BPR Sarimadu di Bangkinang,
Biasanya kalau puasa ada acara buka puasa di sarimadu. Undang
anak yatim juga. Terus untuk orang2 yang ndak mampu di sekitar
bank, ada juga dikasi beras, tepung, gula.

Pemberian bantuan pada saat puasa dan hari raya idul fitri ini dimaksudkan
untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar Bank PD BPR
Sarimadu. Sesuai dengan pernyataan Rakhmat (2005) dalam psikologi
komunikasi, semakin baik hubungan interpersonal, semakin terbuka orang lain dan
persepsi dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung di antara
komunikan.
Ikhtisar
Bank PD BPR Sarimadu melakukan proses komunikasi berbentuk
langsung dan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan bantuan media.

48

Komunikasi langsung digunakan dengan pendekatan personal dan komunikasi


tidak langsung digunakan sebagai pemberi informasi. Komunikasi langsung
terjadi yaitu melalui karyawan Bank PD BPR Sarimadu khususnya bagian kredit.
Karyawan Bank PD BPR Sarimadu harus menguasai bahasa daerah setempat dan
menggunakan seragam sesuai dengan pakaian daerah yaitu pakaian melayu.
Komunikasi tidak langsung digunakan dengan menggunakan media brosur, surat
kabar, televisi, radio, telepon dan surat. Pada proses sosialisasi dan promosi,
penggunaan dan pengihan kredit yang paling dominan yang menjadi isi pesan
yang dikomunikasikan adalah perkenalan jenis-jenis kredit yang ditawarkan Bank
PD BPR Sarimadu dan selanjutnya mengenai besarnya angsuran yang harus
dibayarkan. Aktor yang berperan pada proses komunikasi adalah pihak Bank PD
BPR Sarimadu (costumer service kredit, administrasi kredit, analis kredit,
penagihan kredit, kepala bagian kredit dan pimpinan Bank PD BPR Sarimadu),
perangkat desa dan calon nasabah serta nasabah Bank PD BPR Sarimadu.
Sedangkan untuk frekuensi komunikasi yang dilakukan adalah setiap bulan untuk
jenis kredit modal usaha dan setiap minggunya untuk jenis kredit bakulan. Selain
waktu yang telah ditetapkan, nasabah juga diperbolehkan langsung menghubungi
karyawan Bank PD BPR Sarimadu secara langsung atau melalui telepon jika ada
masalah atau ada hal yang harus ditanyakan. Jenis hubungan yang terbentuk
adalah hubungan informal dan komunikasi yang formal. Komunikasi informal
terjadi ketika proses sosialisasi dan promosi dilakukan Bank PD BPR Sarimadu di
tempat usaha calon nasabah. Karyawan Bank PD BPR Sarimadu mendatangi
langsung calon nasabah dan berbincang mengenai usahanya. Komunikasi formal
terjadi ketika calon nasabah datang ke kantor Bank PD BPR Sarimadu atau ketika
calon nasabah berkumpul di balai desa ketika sosialisasi kredit yang dilakukan
pegawai Bank PD BPR Sarimadu. Selain itu, komunikasi formal dilakukan untuk
menjaga agar tidak terjadi masalah dalam pembayaran angsuran kredit.
Berdasarkan lima tinjauan tersebut, dapat digambarkan pola komunikasi Bank PD
BPR Sarimadu dalam hal promosi dan sosialisasi kredit seperti Gambar 14.
Bank PD BPR
Sarimadu

Komunikasi
tidak langsung

a.
b.
c.
d.

Pesan sosialisasi dan promosi :


Persyaratan peminjaman kredit.
Sistem pembayaran kredit.
Keunggulan dan kemudahan kredit.
Besarnya plafon kredit yang diberikan.

Komunikasi
langsung

49

Gambar 14 Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu pada tahap sosialisasi dan
promosi
Pada saat penggunaan dan penagihan kredit, media yang paling sering
digunakan adalah media langsung. Secara sederhana, digambarkan pada Gambar
15.

Komunikasi
tidak langsung

Bank PD BPR Sarimadu


(costumer service dan
petugas penagihan)

Komunikasi
langsung

Pesan pada tahap penggunaan dan


penagihan kredit :
a. Jalan
keluar
ketika
terjadi
keterlambatan pembayaran.
b. Informasi jumlah angsuran kredit.
c. Besarnya tunggakan dan denda (jika
terjadi keterlambatan)

Media :
a. Surat
b. Telepon

Umpan balik

Calon nasabah Bank


PD BPR Sarimadu

50

Gambar 15 Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu pada tahap penggunaan dan
penagihan kredit
Komunikasi pada tahap sosialisasi dan penagihan kredit yang dilakukan
Bank PD BPR Sarimadu dilakukan oleh costumer service kredit dan petugas
penagihan kredit di lapangan. Pada tahap penggunaan dan penagihan, komunikasi
langsung lebih sering dilakukan (digambarkan dengan garis tebal).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pola Komunikasi
Efektivitas pola komunikasi ditentukan oleh banyak hal, yaitu faktor
lingkungan, karakteristik individu (antara kedua belah pihak, baik nasabah
maupun pegawai Bank PD BPR Sarimadu), persepsi masyarakat mengenai
lembaga keuangan khususnya lembaga perkreditan mikro di pedesaan khususnya
pandangan mengenai Bank PD BPR Sarimadu.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ikut menentukan bagaimana kecenderungan efektivitas
penggunaan pola komunikasi yang dilakukan oleh pihak Bank PD BPR Sarimadu
dengan calon nasabah maupun nasabahnya. Setiap manusia hidup di dalam
lingkungan yang kompleks. Setiap perilaku khususnya komunikasi menciptakan
pola yang khusus pula dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
lingkungannya, yaitu : (1) nilai budaya dan etnis; (2) politik yang ada di pedesaan;
(3) kelas dan status sosial; (4) pengaruh dari keluarga dan rumah tangga calon
nasabah dan nasabah.
Nilai budaya dan etnis
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, dan simbol-simbol yang
bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan
penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel et al. 1992).
Kabupaten Kampar dikenal dengan julukan Bumi Sarimadu dan juga sebagai
Serambi Mekkah di Provinsi Riau. Hal ini disebabkan masyarakatnya yang

51

sebagian besar beragama Islam (etnis Ocu), demikian juga dengan pakaian
yang sehari-hari yang dipakai bernuansa muslim.
Kebudayaan Kampar merupakan kebudayaan yang sangat tua, ini
ditandai berdiri dengan megahnya sebuah candi Muara Takus, yang menjadi
pusat kebudayaan Kerajaan Sriwijaya dahulunya. Kampar sangat identik
dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari
kerajaan Minang Kabau. Limo Koto terdiri dari XIII Koto Kampar, Kuok,
Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan yang masih
dilestarikan hingga kini. Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan
konsep adat dan persukuan Minang Kabau di Sumatera Barat. Tidak heran
bila adat istiadat hingga bahasa sehari-hari warga Limo Koto sangat mirip
dengan bahasa Minang Kabau. Bahasa yang dipakai di Limo Koto, yang juga
kemudian dikenal sebagai bahasa Kampar adalah bahasa Ocu. Di samping itu,
Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional Calempong dan
Oguong.
Tradisi kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan salah
satunya adalah mandi balimau bakasai. Mandi "balimau bakasai" ini adalah
mandi membersihkan diri di Sungai Kampar untuk menyambut bulan suci
Ramadhan. Selain itu, ada juga tradisi lainnya yaitu "ma'awuo ikan", yaitu
acara menangkap ikan secara bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali.
Acara ini diadakan di Danau Bokuok (Kecamatan Tambang) dan Sungai
Subayang Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri hulu).
Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh Bank PD BPR Sarimadu, yang
salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah, maka kesulitan komunikasi
dalam keseharian aktivitas Bank PD. BPR dapat dihindari. Hal ini
dikarenakan setiap karyawan wajib menguasai bahasa daerah setempat.
Penguasaan bahasa daerah ini tentunya akan mempermudah nasabah untuk
berkomunikasi, sehingga komunikasi yang tercipta akan lebih efektif. Seperti
yang dijelaskan SH, Kepala Bagian Kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Peraturan yang dijalankan seluruh karyawan mengacu pada SOP
yang telah ditetapkan oleh manajemen. SOP ini wajib diketahui oleh
seluruh karyawan tanpa terkecuali. Selain SOP, karyawan juga wajib

52

menguasai daerah kerja dan bahasa setempat. Sebagian besar


karyawan memang putra daerah, tetapi walaupun dia bukan putra
daerah, dia wajib mengerti bahasa Ocu. Hal ini dimaksudkan
mempermudah karyawan berkomunikasi dengan nasabah. Dengan
penggunaan bahasa setempat, maka akan terasa lebih akrab sehingga
nasabah ataupun calon nasabah tidak membuat jarak dengan kita.

Pemakaian bahasa daerah dalam berkomunikasi dirasakan sangat


membantu dalam membentuk hubungan dengan calon nasabah dan nasabah.
Pemakaian Bahasa Ocu ini diharapkan dapat mengurangi jarak antara
pegawai

bank

dengan

nasabah.

Hubungan

yang

akrab,

sehingga

mempermudah penjelasan-penjelasan mengenai perbankan yang tidak


dimengerti

nasabah.

Pemakaian

bahasa

yang

sama

ini

juga

mempertimbangkan pengaruh homofilous dalam berkomunikasi. Hal ini


mengacu pada pengiriman informasi diantara orang yang sama dalam kelas
sosial, usia, pendidikan, bahasa dan karakteristik demografik lainnya akan
mengurangi halangan dalam berkomunikasi.
Selain pemakaian bahasa daerah Kampar (Bahasa Ocu), pegawai Bank
PD BPR Sarimadu juga menggunakan seragam yang sesuai dengan kebiasaan
masyarakat setempat. Setiap hari Jumat, seluruh karyawan diwajibkan
memakai pakaian muslim, bahkan pakaian daerah yaitu pakaian melayu bagi
perempuan dan teluk belanga bagi pegawai laki-laki. Pendekatan lain,
khususnya dalam hal komunikasi dengan calon nasabah dan nasabah yaitu
Bank PD BPR Sarimadu ikut mensponsori suatu acara Ocu baghandu yang
ditayangkan stasiun tv lokal di Riau. Acara Ocu baghandu yaitu acara yang
menampilkan lagu-lagu Ocu (lagu daerah Kampar). Hal ini seperti
disampaikan oleh Kepala bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Salah satu cara kita mengenalkan BPR adalah dengan mengikuti
acara TV yaitu Ocu baghandu, yaitu acara yang menampilkan lagulagu Ocu (lagu daerah Kampar). Dengan ikut pada acara itu kami
berharap dapat masuk melalui budaya daerah sehingga akan lebih
mudah diingat.

53

Adanya acara Ocu baghandu ini juga direspon positif oleh masyarakat
Kampar, khususnya calon nasabah Bank PD BPR Sarimadu, dimana mereka
tertarik menggunakan fasilitas kredit seperti yang dikatakan EP (pedagang di
pasar air tiris),
Waktu itu saya melihat acara Ocu baghandu, saya liat disponsori
BPR ini. Jadi saya coba langsung ke sana, pertama tanya aja dulu.
Setelah itu baru saya ceritakan pada suami tentang rencana meminjam
di sana. Abang saya juga sudah ada yang pernah pinjam, dia juga
cerita-cerita tentang kredit mingguan itu.

Kredit mingguan yang dimaksud nasabah tersebut adalah kredit bakulan


yang penagihannya dilakukan setiap minggunya. Pendekatan melalui acara
kebudayaan setempat ini dirasakan sangat baik untuk membuat Bank PD BPR
Sarimadu dikenal masyarakat.
Politik yang ada di pedesaan
Jauh sebelum reformasi, Kabupaten Kampar selalu dipimpin oleh
bupati yang berlatar belakang militer dengan mengabaikan latar belakang
sosio kultural semisal putera daerah. Namun dengan digulirkannnya otonomi
daerah, kini Kampar memiliki pemimpin yang berasal dari daerahnya sendiri.
Politik pedesaan berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan dan musyawarah
mufakat di desa. Kondisi di desa menunjukkan bahwa pemerintah desa masih
mempunyai otoritas yang besar sekaligus menjadi sumber legitimasi dan
mempunyai peranan yang besar di pedesaan.
Saat Bank PD BPR Sarimadu masih menjadi Badan Kredit Kecamatan
Ujung Batu, peranan Pemerintah Daerah memang sangat terasa besar.
Peranan ini yaitu sebagai penjamin modal awal pembentukan Badan Kredit
Kecamatan di Bank Pembangunan daerah Riau. Selain itu, kantor Badan
Kredit Kecamatan ini juga masih bertempat di Kantor Camat Tandun. Namun
setelah Badan Kredit Kecamatan Ujung Batu berubah menjadi Bank PD BPR
Sarimadu, peranan politik pemerintah daerah ini diminimalkan. Hal ini
dikarenakan Bank PD BPR Sarimadu merupakan lembaga keuangan yang

54

harus mengedepankan independensi dan menghilangkan intervensi dari


politik pemerintah.
Kita gak berani mengikutsertakan petugas pemerintahan desa. Kita
takut ada praktek calo-calo pula. Kan kasian nasabah nanti. Paling kita
minta data mentah aja ke lurah, kades atau ke pengurus di pasar-pasar.
Berapa jumlah kios berapa pedagang, nanti baru kita datangi. Ada
yang mau minjam ada yang ndak. Pengaruh kepala desa kita kurangi.
Intervensi dari pemdapun tidak ada. Karena ini kan lembaga
keuangan, jadi harus independen. Kan yang kita usahakan ini uang
dari masyarakat, dari tabungan, dari deposito. Jadi kita gak mau
diintervensi oleh pihak manapun.

Pernyataan di atas tidak sesuai dengan pernyataan Sriram (2007), yang


menyatakan intervensi kebijakan pemerintah dalam kredit sangat diperlukan.
Hal ini diharapkan dapat membantu usaha kecil khususnya bidang pertanian
untuk mengurangi masalah dalam hal permodalan (Sriram 2007). Tidak
adanya pengaruh politik di pedesaan ini, pihak Bank PD BPR Sarimadu
mengharapkan bahwa dana dari masyarakat khususnya untuk pemberian
kredit akan tepat sasaran kepada yang membutuhkan. Walaupun demikian,
bukan berarti pemerintah daerah tidak berperan sama sekali. Sesuai dengan
hierarki struktur organisasi kelembagaan Bank PD BPR Sarimadu sebagai
salah satu perusahaan milik daerah, Bupati kabupaten Kampar adalah sebagai
dewan pengawas.

Kelas dan Status Sosial


Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Mereka
dibedakan oleh perbedaan status sosial ekonomi yang berjajar dari yang
rendah hingga ke tinggi. Untuk calon nasabah dan nasabah Bank PD BPR
Sarimadu, kelas sosial yang tampak relatif tidak beragam. Calon nasabah dan
nasabah yang meminjam kredit di Bank PD BPR Sarimadu pada umumnya

55

berasal dari kelas menengah ke bawah. Calon nasabah dan nasabah tersebut
umumnya adalah pedagang kecil dan menengah bahkan pedagang kaki lima.
Pengaruh Keluarga
Banyak

keputusan

dalam

keluarga

yang

diambil

berdasarkan

kesepakatan bersama. Bagaimana keluarga mengambil keputusan dapat


dimengerti dengan lebih baik dengan mempertimbangkan dimensi sosiologis
seperti kohesi, kemampuan beradaptasi (adaptability), dan komunikasi (Engel
et al. 1992). Kohesi adalah pertalian emosi yang dimiliki para anggota
keluarga satu sama lain. Kohesi merupakan ukuran seberapa dekat yang
dirasakan oleh para anggota kelaurga terhadap satu sama lain pada tingkat
emosi. Kemampuan keluarga dalam beradaptasi adalah kemampuan keluarga
untuk mengubah struktur kekuasaannya, hubungan peranan, dan kaidah
hubungan

sebagai

respon

terhadap

stres

dan

keadaan

situasional.

Keterampilan berkomunikasi positif memungkinkan keluarga untuk berbagi


satu sama lain kebutuhan dan preferansi mereka.
Pencarian informasi khususnya kredit biasanya dilakukan secara
bersama suami-istri. Informasi mengenai kredit ini juga banyak diketahui
melalui keluarga lainnya yang sebelumnya sudah lebih dahulu meminjam
kredit di Bank PD BPR Sarimadu. Untuk keluarga di Kabupaten Kampar
pada umumnya, kedekatan keluarga ini sangat terlihat. Untuk memutuskan
pembelian atau penggunaan suatu barang, biasanya diketahui oleh anggota
keluarga lainnya. Dari dua puluh sembilan nasabah yang dijumpai, sembilan
belas orang diantaranya mengatakan mengetahui informasi dari keluarganya.
Dan untuk penggunaan jasa layanan kredit yang diberikan Bank PD BPR
Sarimadu sendiri, keputusan diambil wajib diketahui oleh pasangan (jika
sudah menikah) dan oleh orang tua (jika belum menikah). Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh salah satu karyawan bidang kredit (DS) di Bank PD BPR
Sarimadu.
Peminjaman kredit harus diketahui oleh suami atau istri bagi yang
sudah menikah dan diketahui oleh orang tua bagi yang belum
menikah. Karena dalam aplikasi peminjaman kredit dicantumkan

56

keterangan diketahui oleh pihak tersebut. Jaminan yang dipakai boleh


jadi atas nama suami atau istri, tapi harus ada kuasanya.

Demikian pula halnya dengan yang dikatakan oleh EP (nasabah Bank


PD BPR Sarimadu),
Saya meminjam di sini dengan persetujuan istri saya karena walau
bagaimanapun duitnya nanti kan akan digunakan untuk tambahan
modal usaha kita dan ini berkaitan dengan keluarga. Terus juga kan
nanti ada tandatangan istri juga dibutuhkan.

Karakteristik Individu
Faktor personal yang ada dalam diri seseorang atau karakteristik individu
menentukan bagaimana pola komunikasi yang digunakan. Jenis kelamin dan
pendidikan merupakan karakteristik yang mendominasi dalam hal komunikasi
misalnya pencarian informasi mengenai kredit. Pada Bank PD BPR Sarimadu,
nasabah perempuan umumnya lebih detail mencari informasi dan lebih mudah
berkomunikasi dibandingkan dengan nasabah laki-laki. Menurut penjelasan DS
(bagian administrasi kredit Bank PD BPR Sarimadu), walaupun nasabah kredit
lebih banyak laki-laki, namun nasabah perempuan lebih rajin berkomunikasi
dengan pihak Bank PD BPR Sarimadu.
Nasabah perempuan biasanya datang ke kantor bukan sekedar
membayar angsuran. Mereka rajin nanya tentang keadaan kredit
mereka. Terus juga suka cerita tentang usahanya. Mereka juga suka
nelpon kalau gak sempat bayar, biasanya minta dijemput. Tapi kalau
nasabah laki-laki datang, bayar terus pulang. Kalau ditanya tentang
usahanya baru dijawab. Kalau gak ditanya ya udah, gitu aja.

Nasabah yang umumnya berpendidikan rendah adalah nasabah pada jenis


kredit mikro bakulan. Karena pada jenis kredit ini pinjaman yang diberikan dalam
jumlah kecil dengan maksimal peminjaman dua puluh lima juta rupiah. Sistem
penagihannya juga dibuat semudah mungkin untuk mempermudah nasabah.
Penagihan dilakukan langsung oleh petugas Bank PD BPR Sarimadu ke tempat

57

usaha nasabah dengan sistem penjemputan mingguan. Seperti penjelasan Kepala


bagian kredit Bank PD BPR Sarimadu,
Ada juga yang dijemput langsung, termasuk setorannya. Jenis kredit
bakulan, kredit mikro itu. Kan mereka ndak sempat ngantar. Jenis
kredit ini dikhususkan untuk pedagang kecil bahkan pedagang kaki
lima. Prosedurnya juga mudah. Pinjaman lima ratus ribu juga kita
layani.

Pandangan Masyarakat Mengenai Lembaga Perkreditan


Sebagian besar dari masyarakat pedesaan hidup sebagai petani dan
sebagian lagi hidup sebagai nelayan dan peternak. Pertanian sebagai mata
pencaharian yang utama di daerah pedesaan sangat dipengaruhi oleh masalah
pertanian, yaitu sangat terbatasnya areal pertanian, terutama di Pulau Jawa dan
Bali.

Tingkat

kelahiran

yang

tinggi

mengakibatkan

makin

besarnya

perkembangan jumlah penduduk di daerah pedesaan, telah mempengaruhi


pemilikan lahan pertanian oleh petani. Jumlah petani yang tidak memiliki lahan
pertanian juga semakin banyak sehingga terjadilah pengangguran, pengangguran
tak kentara, meningkatnya buruh tani, buruh musiman dan sebagainya. Hal ini
mendorong timbulnya urbanisasi yang menciptakan berbagai masalah tersendiri
bagi kota terutama kota besar (Suharto 1985).
Pemecahan masalah ini selain dengan transmigrasi dan industrialisasi,
perlu pula diadakan pembangunan masyarakat desa, untuk memperluas
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan tersebut.
Banyak industri kecil dan usaha kerajinan dapat didirikan di daerah pedesaan
untuk menyerap kelebihan tenaga kerja baik usaha kerajinan maupun usaha jasa
seperti jasa angkutan, perbengkelan, perdagangan dan lain sebagainya. Untuk
pembiayaan kegiatan ini tentunya perlu adanya lembaga keuangan atau bank yang
menunjang pembangunan perekonomian masyarakat tersebut. Lembaga keuangan
atau bank itu dapat pula menampung dan menghimpun tabungan masyarakat
pedesaan yang penghasilannya bertambah karena pembangunan di daerah
pedesaan tersebut. Dalam hal ini, bank perkreditan rakyat diharapkan peranannya
dalam pembangunan perekonomian pedesaan.

58

Usaha kecil sangat dominan dibandingkan dengan kelompok skala usaha


lainnya. Di samping itu, peran usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja relatif
besar. Sehingga pengembangan usaha merupakan langkah strategis dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun selama ini, pengusaha kecil tersebut mengalami kendala mengakses
lembaga keuangan khususnya dalam hal perkreditan. Kendala akses ini dalam hal
terbatasnya informasi dan juga permasalahan dalam hal agunan (jaminan).
Keterbatasan tersebut membuat pengusaha kecil memandang lembaga
keuangan seperti bank hanya untuk kalangan tertentu saja, hanya bagi mereka
yang memiliki jaminan. Karena itulah, lembaga keuangan non formal menjadi
alternatif bagi mereka untuk meminjam. Lembaga pembiayaan non formal yang
biasa diakses terbesar adalah keluarga, tetangga, atau teman. Prosedur dan
persyaratan peminjaman umumnya relatif sangat cepat dan sederhana, sesuai
dengan kemampuan. Sesuai wawancara dengan Iy (pedagang kue keliling),
Awalnya saya takut minjam di bank, ndak punya jaminan. Lagipula
malu dengan penampilan kayak gini ke Bank. Mereka mana percaya
dengan orang macam saya. Jadi saya minjam ke tukang kredit yang
biasa keliling di pasar aja. Ndak pake jaminan segala.

Ibu Iy yang awalnya takut meminjam di bank berubah pikiran karena


pendekatan yang dilakukan oleh pihak Bank PD BPR Sarimadu. Petugas lapangan
Bank PD BPR Sarimadu langsung mendatangi Ibu NH, berbicara dengan bahasa
Ocu sehingga tercipta hubungan interpersonal yang baik antara kedua pihak.
Selain mendatangi ke tempat usaha calon nasabah, pendekatan yang dilakukan
adalah dengan cara penambahan jumlah kantor cabang dan kantor kas. Pada
Desember tahun 2005, Bank PD BPR Sarimadu membuka cabang di Pekanbaru.
Pada bulan April 2009 resmi dibuka kantor Bank PD BPR Sarimadu di Pasar
Flamboyan Kecamatan Tapung.
Selain penambahan kantor kas dan kantor cabang, Bank PD BPR
Sarimadu juga berusaha meningkatkan layanan dengan sistem jemput bola. Yaitu
pihak Bank PD BPR Sarimadu yang langsung datang ke nasabah untuk

59

menjemput angsuran tiap minggunya (untuk kredit bakulan) dan juga untuk kredit
modal kerja.
Kita bawa produk, kita jelaskan keuntungannya. Bunganya segini,
cara pembayarannya gini. Ada juga yang dijemput langsung, termasuk
setorannya. Jenis kredit bakulan, kredit mikro itu. Kan mereka ndak
sempat ngantar. Tapi jenis kredit yang lain boleh juga dijemput. Kan
analis ke lapangan, jadi mereka boleh minta dijemput.

Hubungan Pola Komunikasi dengan Tingkat Pengembalian Kredit Bank PD


BPR Sarimadu
Komunikasi

yang

berkelanjutan

dapat

berpengaruh

positif

bagi

perkembangan Bank PD BPR Sarimadu. Berkelanjutannya komunikasi yang


dilakukan dengan pola tertentu akan memberikan pengaruh khususnya terhadap
kelancaran pengembalian kredit pada Bank PD BPR Sarimadu. Komunikasi
berkelanjutan dilakukan dengan rutinnya pihak Bank PD BPR Sarimadu
mendatangi nasabah melalui pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh Bank PD BPR Sarimadu dapat mencegah
masalah-masalah dalam tingkat pengembalian kredit. Rutinnya komunikasi yang
dilakukan ini dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi nasabah sehingga
dapat cepat dicarikan solusinya. Adanya pola komunikasi interaksional, maka
nasabah diberikan kesempatan lebih untuk terus mencari informasi dan
berkomunikasi dengan pihak Bank PD BPR Sarimadu.
Pengawasan kredit dapat dilakukan oleh karyawan kredit di lapangan yaitu
analis kredit dan penagihan kredit atau atasan dari petugas tersebut yaitu oleh
kepala bagian dan kepala seksi kredit serta pimpinan Bank PD BPR Sarimadu
langsung. Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan pengelolaan, penjagaan
dan pengawasan kredit sebagai asset/kekayaan bank telah dilakukan dengan baik
sehingga tidak menimbulkan resiko kredit yang diakibatkan penyimpangan baik
oleh nasabah maupun oleh intern bank. Sedangkan objek pengawasan mencakup
semua karyawan Bank PD BPR Sarimadu yang terkait dengan bidang perkreditan
dan semua jenis fasilitas kredit yang diberikan termasuk kredit kepada pihak-

60

pihak yang terkait dengan bank. Kemudian pengawasan kredit dilakukan secara
berkesinambungan sejak permohonan kredit sampai dengan pelunasan atau
penyelesaian kredit.
Upaya pembinaan yang berkesinambungan dilakukan sejak pencairan
kredit sampai dengan kredit dibayar lunas termasuk pemecahan masalahnya dan
dilakukan karyawan kredit yang berwenang terhadap fasilitas kredit yang
menyangkut penilaian perkembangan usaha nasabah, penggunaan kredit maupun
perlindungan kepentingan bank, baik yang dilakukan secara administratif maupun
di lapangan.
Pola komunikasi yang diterapkan Bank PD BPR Sarimadu dilakukan
dengan pendekatan pola hubungan persuasif. Seperti penjelasan kepala bagian
Bank PD BPR Sarimadu,
Kalau untuk yang lancar kita datangi juga, kita tanya-tanya juga
masalahnya. Terus kita tawari lagi. Siapa tau dia mau nambah lagi.
Kita bilang mungkin bapak bisa tambah lagi ni, bisa ekspansi. Pandaipandai kita lah membujuknya. Pokoknya waktu kita bicara, kita ajak
terus supaya dia mau tetap minjam walaupun udah lunas. Untuk yang
baru kita jelaskan keuntungan-keuntungan yang bisa mereka dapat.

Komunikasi rutin dilakukan Bank PD BPR Sarimadu setiap bulan (kredit


modal kerja umum) dan setiap minggu (kredit bakulan). Rutinnya kunjungan ini
dilakukan agar pihak bank cepat mengetahui permasalahan yang dialami nasabah,
sehingga dapat dicari jalan keluar bersama dan nasabah dapat lancar
mengembalikan pinjaman. Kelancaran pengembalian kredit dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah pemberian kredit dan menurunnya tingkat tunggakan kredit
para nasabah di Bank PD BPR Sarimadu pada Tabel 13.
Tabel 13 Jumlah nominal kredit yang disalurkan Bank PD BPR Sarimadu

Posisi pada
Triwulan

Kredit yang diberikan


Pihak terkait

III Rp. 424.252.000

Pihak tidak terkait


Rp. 126.476.997.000

Tunggakan kredit
Rp. 117.000.000

61

2008
Triwulan

I Rp. 533.297.000

Rp. 132.461.250.000

Rp. 0

III Rp. 702.602.000

Rp. 141.676.273.000

Rp. 0

I Rp. 651.816.000

Rp. 140.156.302.000

Rp. 0

2009
Triwulan
2009
Triwulan
2010
Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2009; 2010b)

Dari Tabel 13, tampak bahwa pembayaran angsuran kredit mengalami


kelancaran yaitu tunggakan kredit fasilitas kredit kepada nasabah yang belum
ditarik adalah Rp. 0. Kelancaran ini menurut pihak Bank PD BPR Sarimadu
karena adanya kunjungan rutin, pengawasan dan komunikasi yang berkelanjutan
dengan mendatangi tempat usaha nasabah. Meskipun kelancaran ini tidak mutlak
hanya dipengaruhi oleh komunikasi. Selain jumlah kredit yang disalurkan,
perkembangan tingkat kelancaran pengembalian kredit di Bank PD BPR Sarimadu
juga dapat dilihat dari jumlah rekening kredit yang disalurkan dan dibayarkan
seperti Tabel berikut.
Penyaluran dan pengembalian kredit wirausaha di kantor pusat
Bangkinang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit
bakulan pada kantor pusat Bangkinang
Kredit modal kerja umum
No.

Tahun

Kredit bakulan

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

rekening yang

rekening yang

rekening yang

rekening yang

disalurkan

diterima

disalurkan

diterima

1.

2005

881

10.195

186

5.119

2.

2006

503

18.508

135

7.208

3.

2007

330

15.457

164

6.364

4.

2008

319

13.582

398

12.743

62

5.

2009

215

11.422

430

12.943

Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2010c)

Keterangan :
1. Jumlah rekening kredit yang disalurkan adalah jumlah rekening kredit
yang baru disalurkan setiap tahunnya.
2. Jumlah kredit yang diterima adalah jumlah pengembalian kredit setiap
bulannya, jadi jumlah ini adalah jumlah pengembalian kredit untuk setiap
tahunnya. Pengembalian kredit dilakukan dilakukan dua belas kali atau
kurang setiap tahunnya.
Penyaluran dan Pengembalian Kredit Cabang Ujungbatu
Penyaluran kredit pada cabang Ujung Batu lebih banyak dibandingkan
kantor cabang lainnya. Cabang Ujung Batu merupakan kantor pertama awal
berdirinya Bank PD BPR Sarimadu. Namun ketika di Kabupaten Kampar terjadi
pemekaran wilayah, Ujung Batu masuk ke kabupaten pemekaran yaitu Kabupaten
Rokan Hulu. Penyaluran dan pengembalian kredit wirausaha di kantor cabang
Ujungbatu dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit
bakulan pada kantor cabang Ujungbatu
Kredit modal kerja umum
No.

Tahun

Jumlah rekening
yang disalurkan

Kredit bakulan

Jumlah

Jumlah

Jumlah

rekening yang

rekening yang

rekening yang

diterima

disalurkan

diterima

1.

2005

770

6.193

932

18.377

2.

2006

572

12.221

598

19.356

3.

2007

324

12.077

403

11.436

4.

2008

317

11.028

506

15.167

5.

2009

414

11.024

782

18.953

Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2010c)

Keterangan :

63

1. Jumlah rekening kredit yang disalurkan adalah jumlah rekening kredit


yang baru disalurkan setiap tahunnya.
2. Jumlah kredit yang diterima adalah jumlah pengembalian kredit setiap
bulannya, jadi jumlah ini adalah jumlah pengembalian kredit untuk setiap
tahunnya. Pengembalian kredit dilakukan dilakukan dua belas kali atau
kurang setiap tahunnya.
Penyaluran dan pengembalian Kredit Per Produk Cabang Pekanbaru
Kantor cabang Pekanbaru merupakan kantor cabang yang paling baru.
Kantor cabang Pekanbaru didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 2005.
Penyaluran dan pengembalian kredit wirausaha di kantor cabang Pekanbaru dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit
bakulan pada kantor cabang Pekanbaru

Kredit modal kerja umum


No.

Tahun

Kredit bakulan

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

rekening yang

rekening yang

rekening yang

rekening yang

disalurkan

diterima

disalurkan

diterima

1.

2005

2.

2006

159

2.182

51

3.

2007

131

3.151

95

2.120

4.

2008

154

4.188

294

10.037

5.

2009

116

3.881

425

14.154

Sumber : Bank PD BPR Sarimadu (2010c)

Keterangan :
1. Jumlah rekening kredit yang disalurkan adalah jumlah rekening kredit
yang baru disalurkan setiap tahunnya.
2. Jumlah kredit yang diterima adalah jumlah pengembalian kredit setiap
bulannya, jadi jumlah ini adalah jumlah pengembalian kredit untuk setiap
tahunnya. Pengembalian kredit dilakukan dilakukan dua belas kali atau
kurang setiap tahunnya.

64

Berdasarkan Tabel 16 tampak bahwa pada awal berdirinya Bank PD BPR


Sarimadu di Pekanbaru hanya memberikan satu jenis kredit yaitu kredit modal
kerja umum. Pada tahun pertama berdiri, jumlah rekening yang disalurkan hanya
berjumlah 8 (delapan) rekening dan sama dengan jumlah rekening yang diterima.
Artinya, pada tahun pertama tidak terjadi tunggakan pembayaran kredit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu ditinjau dari lima komponen, yaitu
melalui bentuk komunikasi yang dilakukan, isi pesan, aktor yang melakukan
komunikasi, frekuensi berkomunikasi dan terakhir dari jenis hubungan yang
dilakukan.
a. Bentuk komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi langsung pada
tahap persuasi, penagihan kredit dan tidak langsung ketika awal
sosialisasi dan memperkenalkan produk baru Bank PD BPR Sarimadu.
Komunikasi dilakukan dengan tatap muka (langsung) dan komunikasi
tidak langsung dengan menggunakan media seperti iklan surat kabar,
radio, televisi, brosur dan baliho.
b. Isi pesan yang disampaikan yaitu informasi mengenai pemberian kredit
pada proses sosialisasi dan promosi dan sikap tegas bank ketika terjadi
tunggakan pembayaran kredit.
c. Aktor yang melakukan komunikasi adalah pihak Bank PD BPR
Sarimadu, perangkat desa ketika tahap awal sosialisasi perkreditan dan
calon nasabah serta nasabah Bank PD BPR Sarimadu.
d. Frekuensi komunikasi dilakukan seminggu sekali untuk jenis kredit
bakulan dan sekali sebulan untuk jenis kredit modal kerja umum.
Walaupun demikian, nasabah bisa datang kapan saja ke kantor Bank PD
BPR Sarimadu atau menghubungi karyawan bank untuk membicarakan
permasalahan kredit yang mereka hadapi.
e. Jenis hubungan yang terjadi ketika proses komunikasi terjadi adalah
hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan informal dan

65

interpersonal dianggap lebih efektif dalam komunikasi antara pihak Bank


PD BPR Sarimadu dengan calon nasabah dan nasabahnya. Pola
komunikasi ini tidak hanya terjadi di kantor pusat Bank PD BPR
Sarimadu tetapi juga berlaku untuk semua kantor cabang dan kantor kas
Bank PD BPR Sarimadu. Komunikasi yang dilakukan oleh pihak Bank
PD BPR Sarimadu dengan nasabah selain dengan bahasa Indonesia, juga
dengan

menggunakan

Bahasa

Ocu.

Hal

ini

dilakukan

untuk

mempermudah komunikasi dengan nasabah dan agar terciptanya


hubungan yang santai dan kekeluargaan.
2. Pola komunikasi tidak berdiri sendiri sebagai penentu keberhasilan
penyaluran dan pengembalian kredit. Komunikasi rutin dilakukan, maka akan
cepat

diketahui

apabila

ada

permasalahan

dalam

penyaluran

dan

pengembalian kredit di Bank PD BPR Sarimadu. Komunikasi berkelanjutan


dilakukan

melalui kunjungan rutin, pengawasan dan pembinaan dapat

mendukung kelancaran pembayaran kredit pada Bank PD BPR Sarimadu dan


dapat mencegah masalah-masalah dalam tingkat pengembalian kredit.
Informasi mengenai kredit di Bank PD BPR Sarimadu tidak hanya didapatkan
calon nasabah dari sosialisasi yang dilakukan pihak Bank PD BPR Sarimadu
secara langsung ataupun melalui iklan, tetapi juga informasi dari keluarga dan
teman calon nasabah yang telah meminjam kredit di Bank PD BPR Sarimadu.
Mensponsori acara Ocu Baghandu merupakan cara Bank PD BPR Sarimadu
untuk sosialisasi dan promosi melalui pendekatan budaya. Kunjungan rutin
ini membuat pembayaran angsuran kredit mengalami kelancaran yaitu
tunggakan kredit fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik adalah
Rp. 0 pada tahun 2009 sampai sekarang.
Saran
1. Bank

PD

BPR

Sarimadu

hendaknya

mempertahankan

pendekatan

interpersonal dan sosialisasi dan promosi untuk mengubah persepsi


masyarakat tentang sulitnya peminjaman kredit pada lembaga keuangan
formal. Pemakaian bahasa daerah (Bahasa Ocu) harus dipertahankan karena
dengan pemakaian bahasa ini, hambatan dan rintangan komunikasi dapat

66

dikurangi. Selain pemakaian bahasa daerah, pakaian melayu yang digunakan


sebagai seragam juga menarik perhatian calon nasabah karena dengan
demikian, maka rasa memiliki Bank PD BPR Sarimadu sebagai perusahaan
daerah Kampar akan semakin meningkat. Untuk meningkatkan jumlah
penyaluran kredit dan meminimalkan tunggakan pemakaian kredit perlu
dilakukan pembinaan dan pengawasan secara terus menerus. Bank PD BPR
Sarimadu sebaiknya bekerjasama dengan dinas terkait atau stakeholder untuk
memberikan penyuluhan sehingga meningkatkan usaha ekonomi masyarakat.
2. Untuk penelitian berikutnya, dapat dilakukan penelitian yang lebih dalam lagi
misalnya mengenai dampak langsung pemakaian bahasa daerah bagi
kelancaran dan pemanfaatan kredit perbankan dan juga dapat dilakukan
penelitian kuantitatif mengenai pengaruh pola komunikasi untuk kelancaran
pembayaran kredit.

67

DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Ardianto, E. 2009. Public Relations Praktis. Bandung: Widya Padjajaran.
Arif, R. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional dalam Meningkatkan
Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango) [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2008. Kampar dalam Angka 2008. Bangkinang: BPS
Kampar.
Bank PD BPR Sarimadu. 2009. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR
Sarimadu Periode Triwulan I 2009. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
_____. 2010a. Profil Bank PD BPR Sarimadu. Bangkinang: Bank PD BPR
Sarimadu.
_____. 2010b. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR Sarimadu Periode
Triwulan I 2010. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
_____. 2010c. Rekap Penyaluran Kredit per produk Bank PD BPR Sarimadu
(dicetak tanggal 16 Februari 2010). Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
Berlo. 1960. The Process of Communication Introduction to Theory and Practice.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Bintarti, A. 2003. Pola Perilaku Komunikasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa
Universitas Terbuka di Unit Program Belajar Jarak Jauh Bogor [Tesis].
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Grup.
Cangara, H. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
DeVito, JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Agus, M, penerjemah. Jakarta:
Professional Books.
Effendy, OU. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Engel, JF. Blackwell, RD, Miniard, PW. 1992. Consumer Behavior. Chicago: The
Dryden Press.

68

Fawcett, AE. 1993. Integrated Marketing Marketers Convinced Its Time Has
Arrived. Advertising Age.
Goldberg. AA., Larson. CE. 1985. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI Press.
Griffin, EM. 2003. A First Look at Communication Theory.
McGrraw-Hill Companies.

New York:

Hadi, AP. 2001. Hubungan antara Komunikasi Publik Perusahaan dan Sikap
Komunitas Setempat : Kasus pertambangan emas Batu hijau di Kabupaten
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Harahap, MA. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran
Kredit Ketahanan Pangan di Pedesaan [Tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Jufri, Y. 2009. Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Islam dan Kristen di
kelurahan Labuh baru Timur Kota Pekanbaru. www.Scribd.com.
Karim, L. 2008. Demystifying Micro Credit, The Grameen Bank, NGOs, and
Neoliberalism in Bangladesh. Cultural Dynamics 20 (1):5-29.
http://cdy.sagepub.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2009.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Kennedy, JE., Soemanagara. RD. 2006. Marketing Communication. Jakarta: PT.
Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Koesoemawardani, N. 2003. Peran Komunikasi dalam Kelembagaan Lumbung
untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P, Swee HA, Siew ML, Chin TT. 2005. Manajemen Pemasaran Sudut
Pandang Asia. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Lindlof, TR., Taylor, BC. 1995. Qualitative Communication Research Methods
Second Edition. California: Sage Publications.
Littlejohn, SW, Foss, KA. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human
Communication Eighth Edition. Mohammad YH, penerjemah. Jakarta:
Salemba Humanika.
Masmuh, A. 2008. Komunikasi Organisasi, Teori dan Praktek. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.

69

Miles, MB., Huberman, AM. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Morissan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Ramdina Prakarsa.
Muhammad, A. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurmanaf, AR, Hastuti EL, Ashari, Friyatno S dan Wiryono B. 2006. Analisis
Sistem Pembiayaan Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Pedesaan.
Laporan Penelitian. Pusat Analisis Sosek dan kebijakan Pertanian.
Departemen Pertanian.
Pitt, MM, Khandker, SR, Cartwright, J. 2006. Empowering Women with Micro
Finance : Evidence from Bangladesh. Economic Development and Cultural
Change: 791-831.
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Retnowati, Y. 2007. Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dalam Membentuk
Kemandirian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rogers, EM., Rogers, RA. 1976. Communication in Organization. New York:
The Free Press.
_________, Kincaid, DL. 1981. Communication Networks Toward a New
Paradigm for Research. New York: The Free Press.
_________. 2003. Diffusion of Innovations Fifth Edition. New York: The Free
Press.
Sereno, KK., Bodaken, EM. 1975. Trans-Per Understanding
Communication. Boston: Houghton Mifflin Company.

Human

Sihaloho, H. 2004. Pemberdayaan Pengusaha Kecil Melalui Bantuan Kredit dan


Pendampingan (Kasus Peserta Proyek P4K di Kabupateten Bogor. [Tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sriram, MS. 2007. Productivity of Rural Credit : A Review of Issues and Some
Recent Literature. International Journal of Rural Management, 3(2),
2007:245-268. http://irm.sagepub.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2009.
Suciwati. 2000. Peranan Lembaga Perkreditan terhadap Peningkatan Usaha
Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Tabanan Bali (Studi Kasus BPR dan
LPD di Kecamatan Kediri) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

70

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.
Suharto, P. 1985. Mengenal Bank Perkreditan Rakyat Indonesia. Jakarta: Bank
Indonesia.
Supriadi, H. 2003. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Kinerja Debitur
Mikro : Kasus pada ULM ABC, PT. Bank XYZ di Jakarta [Tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Syukur, M. 2002. Analisis Keberlanjutan dan Perilaku Ekonomi Peserta Skim
Kredit Rumah Tangga Miskin [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Tubbs, SL., Moss, S. 2005. Human Communication; Prinsip-prinsip dasar. Deddy
M, Gembirasari, penerjemah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 1967, tentang pokok-pokok perbankan.
Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998, tentang perbankan, tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 07 Tahun 1992 Tentang Perbankan Indonesia.
West, R., Turner LH. 2008. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Ed. 3. Maria
NDM, penerjemah. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Windarti, H. 2000. Kajian Pengaruh Jaringan Komunikasi dalam Penerapan
Inovasi Kredit Pola Grameen Bank terhadapPeningkatan Pendapatan
Anggota (Kasus Skim Kredit Karya Usaha Mandiri Kabupaten Bogor)
[Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain. 2005. Pemahaman tentang Ekonomi Rakyat dan Ekonomi
Kerakyatan, Riau Mandiri. 27 Desember 2005.
Zuprianto. 2009. BPR Sarimadu Kampar Tumbuh Pesat. www.riaubisnis.com.
Diakses tanggal 03 Desember 2009.

Anda mungkin juga menyukai