Anda di halaman 1dari 326

ANALISIS SWOT PENGELOLAAN PROGRAM

KAMPUNG KELUARGA BERENCANA (KB) DI


KAMPUNG KASO DESA SUKARAJA KECAMATAN
WARUNGGUNUNG KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mrmperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Apriadalista Nurul Pertiwi

NIM 6661130228

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Desember 2017


MOTTO :

“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.

(QS. Thoha: 25-28)

Persembahan :

“Skripsi ini kupersembahan untuk Kedua

orang tua ku terkasih dan tercinta, Suami

tersayang dan Calon Anakku. Serta kedua

adikku yang telah memberikan do’a tiada henti

dengan tulus dan ikhlas, serta memberikan

semangat baik itu secara moral maupun

materiil dari awal hingga akhir skripsi ini

dibuat.”

v
ABSTRAK

Apriadalista Nurul Pertiwi. 6661130228. Analisis SWOT Pengelolaan


Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa
Sukaraja Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dosen Pembimbing I Dr. Dirlanudin, M.Si. Dosen Pembimbing II Drs. Oman
Supriadi, M.Si

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar didunia.


Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi. Untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga
negaranya, maka pemerintah menggalakkan program Kampung KB (Keluarga
Berencana), namun dalam pengelolaannya belum maksimal. Seperti kondisi di
Kampung Kaso untuk pengelolaannya belum optimal. Masih kurangnya sumber
daya manusia dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana),
masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang program kampung KB
(Keluarga Berencana), masih rendahnya dukungan pemerintah dari sisi anggaran,
kurang optimalnya koordinasi antar lintas sektoral. Penelitian ini untuk
mengetahui strategi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan program
Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung. Penelitian ini menggunakan
teori teknik analisis Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dikutip
dari Siagian (2007:172). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menujukkan belum optimal, dan strategi yang tepat untuk
diterapkan yaitu melakukan kerjasama dengan dinas terkait lainnya untuk
berkonsentrasi meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat, melakukan
evaluasi kebiajakan program pengelolaan dengan pihak-pihak terkait, melakukan
pertemuan dengan tokoh masyarakat. Saran penelitian agar strategi lebih optimal
adalah meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten dalam program upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Kata Kunci : Strategi, Pengelolaan, Kampung KB (Keluarga Berencana)

vi
ABSTRACT

Apriadalista Nurul Pertiwi. 6661130228. SWOT Analysis Village's Program


Management of Family Planning (KB) in Kaso of Sukaraja Village Lebak
Regency. State Administration Science Program. Faculty of Social Science and
Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I Dr.
Dirlanudin, M.Si. Supervisor II Drs. Oman Supriadi, M.Si

Indonesia is a country with the fourth largest population in the world. This
population explosion occurred because the rate of population growth is very high.
To provide a decent living for every citizen, the government promotes the village's
program of Family Planning (KB), but in its management has not been
maximized. As conditions in Kaso for its management has not been optimal. There
are still many human resources in the management of Family Planning (KB)
program, the limited facilities and infrastructures supporting the family planning
program, the lack of coordination from the budget side, the lack of optimal inter-
sectoral coordination. This research is to find out the strategy of Department of
Population Control, Family Planning, Women Empowerment and Child
Protection in management of KB program in the villages. This study uses
theoretical analysis techniques Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats
(SWOT) from Siagian (2007: 172). This research uses descriptive qualitative
method. The results of the research indicate that it is not optimal yet, and the right
strategy to be implemented is to cooperate with other related agencies to improve
the quality of community resources, to evaluate the program policies with related
parties, to meet with community leaders. Suggestion of research to be more
optimal is to increase cooperation and coordination with central government,
province and district in program of effort to improve prosperity of society.

Keywords : Strategy, Management, Family Planning Village (Family Planning)

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbill’alamin, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,

karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah

akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi salah satu

syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten yang

berjudul “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak”.

Selesainya Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari

itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

viii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D., Sekertaris Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Dr. Dirlanudin, M.Si., Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku

pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan

membimbing peneliti dalam menyusun Skripsi ini dan sabar dari awal

hingga saat ini.

9. Drs. Oman Supriadi, M.Si., Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun

Skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Lebak

yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

ix
12. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait yang tergabung

dalam pengelolaan program Kampung KB (Keluarga Berncana) yang

telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

13. Bapak Kepala Desa Sukaraja yang telah membantu dan memberikan

informasi kepada peneliti.

14. Bapak Sekretaris Desa Sukaraja yang telah membantu dan

memberikan informasi kepada peneliti.

15. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang telah membantu

memberikan data dan proses observasi dari awal.

16. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh

strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan

yang terbaik dan membalas segala kebaikan yang diberikan.

17. Suamiku Andre Apandy Asgar yang selalu membantu dan mendukung

segala proses penyusunan skripsi ini dari awal.

18. Terimakasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudara yang selalu

memberikan semangat selama pembuatan Skripsi.

19. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Ina Haryani, Alexandra,

Darajatun, Viny Septia, Putri Fadillah, Amalia, Athika, dan Putri Ratna

Dewi, walaupun jarak memisahkan kita tapi selalu memberikan

semangat, canda dan tawa.

20. Untuk Wulan Resti, Eva Yulita, Arum, Sierfi Rahayu, Jumhari, Hanny,

Mila, Faizah, Yunita dan teman-teman Kelas A ANE 2013 terimakasih

x
karena menjadi supporter terhebat selama menjadi mahasiswa

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

21. Teman-teman KKM Tematik 21 Untirta 2016, yang selalu saling

memberikan support dan masih menjaga silaturahmi.

22. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang memberikan warna,

masukan dan nasehat yang bermanfaat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun

tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, November 2017

Penulis

Apriadalista Nurul Pertiwi

xi
DAFTAR ISI

Halaman

COVER

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

ABSTRACT .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………..………………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………...… 19

1.3 Batasan Masalah ...……………………………………………. 19

xii
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………...... 20

1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………... 20

1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………………. 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka …………..…………………………………... 22

2.2 Konsep Manajemen Strategi .........................................................23

2.2.1 Pengertian Manajemen ............................................... 23

2.2.2 Fungsi Manajemen ..................................................... 25

2.2.3 Pengertian Strategi ...................................................... 27

2.2.4 Definisi Manajemen Strategi ...................................... 29

2.2.5 Proses Manajemen Strategi ......................................... 31

2.3 Konsep Kampung Keluarga Berencana ........................................ 38

2.4 Analisis SWOT ............................................................................. 45

2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 71

2.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 77

2.7 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................ 80

3.2 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 82

3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................ 82

xiii
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 83

3.4.1 Definisi Konsep ............................................................. 83

3.4.2 Definisi Operasional ...................................................... 84

3.5 Instrumen Penelitian ..................................................................... 87

3.6 Informan Penelitian ....................................................................... 96

3.7 Teknis Analisis dan Uji Keabsahan Data ...................................... 99

3.7.1 Teknik Analisis Data ...................................................... 99

3.7.2 Uji Keabsahan Data ........................................................ 101

3.8 Jadwal Penelitian ........................................................................... 103

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................ 105

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak ................ 105

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Warunggunung ............... 111

4.1.3 Gambaran Umum DPPKBP3A Kabupaten Lebak ......... 114

4.2 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 123

4.3 Informan Penelitian ....................................................................... 126

4.4 Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 128

xiv
4.4.1 Strength (Kekuatan) ........................................................ 129

4.4.2 Weakness (Kelemahan) ................................................... 143

4.4.3 Opportunity (Peluang) ..................................................... 157

4.4.4 Threats (Ancaman) .......................................................... 161

4.5 Pembahasan .................................................................................... 166

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 190

5.2 Saran .............................................................................................. 191

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin

Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten, 2014 ................... 5

1.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Warunggunung tahun 2014 ....................................................................... 11

1.3 Review Terhadap Rancangan Awal PKPD Tahun 2018 Kabupaten

Lebak ......................................................................................................... 13

2.1 Tahapan Perencanaan Strategi .................................................................. 46

2.2 Matriks EFI dan EFE .................................................................................51

2.3 Matriks SWOT ......................................................................................... 54

3.1 Pedoman Wawancara Penelitian .............................................................. 85

3.2 Deskripsi Informan Penelitian ................................................................. 98

3.3 Jadwal Penelitian ................................................................................... 104

4.1 Luas Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan .......................... 106

4.2 Pembagian Wilayah Administrasi Pembangunan Kabupaten Lebak .... 108

4.3 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ..... 108

4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten

Lebak Tahun 2014 ................................................................................. 110

xvi
4.5 Daftar Kampung di Desa Sukaraja ....................................................... 113

4.6 Informan Penelitian .............................................................................. 126

4.7 Data PUS RW 01 Desa Sukaraja .......................................................... 135

4.8 Matriks SWOT ...................................................................................... 177

4.9 Faktor Pendukung Program Pengelolaan Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja ...................... 187

4.10 Faktor Penghambat Program Pengelolaan Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja ..................... 187

4.11 Ringkasan Pembahasan ........................................................................ 188

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Manajemen Strategi ...................................................................... 34

2.2 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 78

3.1 Analisis Data Miles dan Huberman .......................................................... 99

4.1 Peta Wilayah Kabupaten Lebak ............................................................... 107

4.2 Peta Kecamatan Warunggunung .............................................................. 112

4.3 Struktur Organisasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak ................................ 119

4.4 Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB

(Keluarga Berencana) ............................................................................. 135

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi

2 Matriks sebelum reduksi data

3 Matriks sesudah reduksi data

4 Catatan Lapangan

5 Pedoman Wawancara

6 Surat Ijin Penelitian

7 Catatan Bimbingan

8 Dokumen pendukung

9 Daftar Riwayat Hidup

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar

didunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data yang

dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 yang berjudul

Statistik Indonesia 2017 (Statistical Yearbook of Indonesia 2017), Jumlah

Penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900 jiwa pada tahun 2016. Angka

tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa

dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 238.518.800 jiwa. Ledakan

penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.

Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut

bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi

kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar.

Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk

memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka

pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Gagasan tentang

keluarga berencana menghadapi tantangan yang sangat besar di tahun 1950-an.

Sebagian besar masyarakat cenderung melihat keluarga berencana sebagai upaya

1
2

pembatasan kehamilan semata, pada saat itu merupakan suatu hal yang dianggap

sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang baru saja mereka nikmati.

Di sisi lain, pada periode tersebut pemerintah belum menyadari manfaat

keluarga berencana bagi peningkatan kualitas bangsa. Saat itu hamil dan

melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia perempuan untuk melahirkan jutaan

generasi baru Indonesia yang akan mengelola sumber daya alam yang melimpah

dan mengangkat citra Indonesia sebagai bangsa yang besar di mata dunia.

(http://pkbi.or.id/profil/)

Keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah keluarga yang bertanggung jawab yaitu

keluarga yang menunaikan tanggung jawabnya dalam dimensi kelahiran,

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan.

Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah

untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah

berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke keadaan

lain yang lebih bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau sasaran-

sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai

pengendali masa depan, di dalam melaksanakan pembangunan itu perlu sekali

memperhatikan segi manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu

menyangkut makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek

pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus diperhitungkan,

sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam

pembangunan perlu sekali mengajak subyek tadi untuk ikut berpartisipasi aktif
3

dalam proses pembangunan secara berkelanjutan (Pasaribu dan Simanjntak,

1986:62).

Program pemerintah kali ini adalah program yang dicanangkan oleh Bapak

Presiden RI, Ir Joko Widodo memerintahkan Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), dan bersamaan dengan penggalakan gerakan

revolusi mental, dimana dengan program ini masyarakat dapat melakukan revolusi

mental berbasis kekeluargaan. Joko Widodo ingin memulai pembangunan

Indonesia berawal dari tempat-tempat yang kurang terjangkau, hal inilah yang

menjadi latar belakang program Kampung KB dicanangkan.

Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan program baru pemerintah

dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama di wilayah-wilayah yang

jarang terlihat oleh pemerintah. Secara harfiah Kampung Keluarga Berencana

(KB) adalah satuan wilayah setingkat dusun/RW dengan kriteria tertentu dimana

terdapat keterpaduan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan pembangunan sektor terkait yang

dilaksanakan secara sistemik dan sitematis.

Sebagaimana derah berkembang lainnya, jumlah penduduk provinsi

Banten selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk di

Provinsi Banten sebanyak 11.704.887 jiwa, yang terdiri dari 5.971.296 0rang laki-

laki dan 5.733.581 orang perempuan (Banten dalam Angka 2015). Penyebaran

penduduk Provinsi Banten di 8 kabupaten/kota yang ada ternyata tidak merata.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk lebih memilih tinggal di
4

wilayah yang potensial secara ekonomi dan memiliki fasilitas umum dan sosial

yang lebih lengkap dibandingkan wilayah lainnya yang masih tertinggal.

Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan

Daerah Tertinggal, Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 November 2015 telah

menandatangani Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan

Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Dalam Perpres itu disebutkan, Daerah

Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang

berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.

Kabupaten Lebak dan Pandeglang masih terkategori daerah tertinggal.

Terkait Pandeglang dan Lebak yang menjadi daerah tertinggal, seharusnya hal itu

tidak terjadi mengingat secara geografis letak Banten sangat dekat dengan Ibu

kota Negara Republik Indonesia yaitu Jakarta. Selain itu, potensi sumber daya

alam di kedua daerah tersebut juga sangat kaya. Diketahui Kabupaten Lebak dan

Pandeglang ditetapkan sebagai daerah tertinggal bersama 122 kabupaten kota se-

Indonesia dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 131 Tahun 2015 Tentang

Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019.

Daerah tertinggal merupakan daerah yang wilayah serta masyarakatnya

dianggap kurang berkembang, berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat,

sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, kemampuan keuangan

daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah dibandingkan dengan daerah lain

dalam skala nasional.


5

Tabel 1.1 Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin

Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten, 2014

No Kabupaten/Kota <16 Tahun 16-18 Tahun

1 Kabupaten Pandeglang 37,19 30,00

2 Kabupaten Lebak 37,63 31,67

3 KabupatenTangerang 21,78 20,62

4 Kabupaten Serang 31,13 24,03

5 Kota Tangerang 10,99 15,39

6 KotaCilegon 24,07 16,11

7 Kota Serang 28,74 19,86

8 Kota Tangsel 9,25 12,54

Jumlah 100 100

Sumber: Banten Dalam Angka, 2015

Menurut tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa Kabupaten Lebak merupakan

persentase tertinggi dalam Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah

Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten pada tahun 2014.

Kabupaten Lebak adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia.

Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten

Serang dan Kabupaten Tangerang di utara, Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Sukabumi di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Pandeglang di

barat. Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 desa

dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada


6

di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-

Merak. Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' - 106 30

BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang

di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di

ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang

di Banten.

Dalam kaitannya dengan program Keluarga Berencana sebagai usaha

pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spirituil

sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan dalam pembahasan dan batang

tubuh UUD 45, Pemerintah Kabupaten Lebak sesuai dengan Surat Keputusan

Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung

Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso, Desa Sukaraja, Kecamatan

Warunggunung, guna mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang

sejahtera dan berharap seluruh kecamatan di daerah ini memiliki Kampung KB

untuk mendorong kesejahteraan keluarga kecil.

Kampung Kaso tersebut memiliki kriteria kumuh juga padat penduduk

yang termasuk dalam kategori prasyarat pembentukan Kampung KB (Juknis

Kampung KB BKKBN Tahun 2015) dan telah ditetapkan oleh keputusan Bupati

Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 sebagai Kampung Keluarga Berencana

(KB) di Kabupaten Lebak. Penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan

program untuk kesejahteraan. Misalnya, bidang program kesehatan derajat


7

masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas

Pertanian. Begitu juga program penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan

Perkebunan serta mensukseskan wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bertujuan agar di suatu wilayah

bisa terbentuk suatu keluarga kecil yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk

bisa dikendalikan, serta pencanangan Kampung Berencana (KB) tidak hanya

berpacu pada penggunaan alat kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa

tersebut bisa terus berkembang baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang

lainnya. Apalagi dengan dicanangkannya Kampung Berencana (KB),

permasalahan mengenai kantor Pustu (Puskesmas Pembantu) yang perlu

perbaikan serta jumlah bidan yang hanya terdapat satu orang serta satu orang

tenaga medis lainnya (sumber: Puskesmas) dapat lebih dimaksimalkan lagi, akan

membawa dampak perubahan yang besar kepada Desa.

Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan

keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan kesejahteraan

hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Selain itu juga

ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng kehidupan yang harus terbangun

secara kokoh dalam sepanjang zaman. Saat ini, jumlah angka penduduk di

Indonesia tahun ke tahun populasinya terus meningkat sehingga dapat

menimbulkan permasalahan sosial, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja.

Untuk itu, jajaran pemerintah dan masyarakat harus mendukung Kampung

Keluarga Berencana (KB) agar dapat melahirkan manusia yang berkualitas.


8

Kampung Keluarga Berencana (KB) itu nantinya terintegrasi dengan program

pembangunan lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

Program Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

program prioritas nasional yang merupakan perwujudan dari agenda

prioritas pembangunan atau yang biasa dikenal dengan Nawacita, terutama pada

Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia

Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta

melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi

Pembangunan Manusia. Penggarapan program Kampung Berencana (KB)

membutuhkan keterlibatan semua sektor baik pemerintah pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-cita mewujudkan masyarakat

yang adil, makmur dan sejahtera.

Untuk memulai menjalankan suatu program, apalagi program tersebut

adalah program baru, maka dibutuhkan suatu perencanaan kegiatan yang matang

agar kedepannya program tersebut berjalan dengan lancar. Terkait dengan maksud

tersebut maka Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Provinsi Banten telah melatih Tim Kampung Keluarga

Berencana (KB) untuk diberikan pelatihan tentang pengelolaan program

Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di

desa. Dalam pelatihan tersebut peserta dibekali materi tentang pembuatan Work

Plan Kampung Keluarga Berencana (KB) yang akan dijadikan pedoman oleh Tim

Kampung Keluarga Berencana (KB) dalam menjalankan Program Kampung

Keluarga Berencana (KB) di Desanya. Penyusunan Work Plan harus berdasar


9

pada data, permasalahan, situasi dan kondisi masing-masing desa yang dipilih

menjadi Kampung Keluarga Berencana (KB).

Dalam penyusunan Work Plan Kampung Keluarga Berencana (KB), Tim

Kampung Keluarga Berencana (KB) terlebih dahulu menggali permasalahan yang

ditemui terkait lima isu dasar dalam Program Kependudukan, Keluarga Berencana

dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Lima isu dasar tersebut antara lain: 1)

kependudukan, 2) Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), 3) Pengaturan

Kelahiran, 4) Ketahanan Keluarga (Tribina) dan 5) Pemberdayaan Keluarga

(UPPKS).

Permasalahan yang muncul terkait isu kependudukan yang ditemui di

Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja adalah

kurang tertibnya administrasi kependudukan masyarakat desa. Administrasi

kependudukan tersebut meliputi: Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Akta Nikah/Buku Nikah, dan Akte Anak. Berdasarkan keterangan yang

saya dapatkan dari Petugas Lapangan KB, bahwa banyaknya masyarakat yang

tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan dikarenakan mereka

malas untuk mengikuti proses birokrasi dalam mengurus administrasi

kependudukan tersebut. Selain itu kurangnya sosialisasi dalam tata cara

pengurusan administrasi kependudukan juga menjadi masalah yang dihadapi oleh

masyarakat. Oleh karena itu untuk menjawab isu ini, perlu campur tangan dari

perangkat desa dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengatasi

permasalahan yang muncul dari segi kelengkapan administrasi kependudukan.


10

Mengenai isu Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), berdasarkan

keterangan dari Petugas Lapangan KB, bahwa masih banyak terjadi kasus

pernikahan dini di Kampung Kaso ini. Rata-rata pernikahan remaja yang terjadi di

lokasi Kampung Kaso pada kisaran 14 s/d 18 tahun dan tidak sedikit dari mereka

yang mempunyai anak diusia belasan tahun. Rendahnya usia perkawinan pertama

ditengarai disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu: faktor ekonomi

(menikahkan anaknya diusia remaja untuk melepaskan beban perekonomian orang

tua, dengan harapan setelah menikah para orang tua akan lepas tanggung jawab

untuk menafkahi anaknya), faktor budaya (masih adanya mitos dimasyarakat

bahwa lebih baik menikahkan anak perempuannya diusia remaja dari pada

anaknya menjadi perawan tua) dan yang terakhir adalah adanya kasus hamil

sebelum nikah, sehingga memaksa orang tua menikahkan anaknya diusia yang

masih belia untuk menutupi aib keluarga.

Terkait dengan isu tersebut tampaknya Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dituntut untuk lebih giat lagi dalam

mengkampanyekan Pendewasaan Usia Perkawinan melalui program Genre..

Dalam menjalankan program Genre di Kampung Keluarga Berencana (KB), perlu

kiranya Tim Kampung Keluarga Berencana (KB) mengikutsertakan kader

Genrenya dalam pelatihan pendidik sebaya yang biasa diselengggarakan oleh

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Hal ini

dimaksudkan agar di Kampung Keluarga Berencana (KB) ada pendidik sebaya

yang mampu memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada

remaja di Kampung Keluarga Berencana (KB), dan mempengaruhi mereka agar


11

dapat melakukan Pendewasaan Usia Perkawinan dan mempunyai perhatian pada

pentingnya kesehatan reproduksi remaja, serta menjalankan perilaku hidup

berwawasan kependudukan.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Warunggunung, 2014

Buruh
No Desa Petani Buruh Tani Perikanan
Perikanan
1 Pasir Tangkil 490 268 2 2
2 Sukarendah 633 346 0 0
3 Selaraja 274 460 4 4
4 Warunggunung 460 481 2 0
5 Cibuah 360 230 12 3
6 Baros 509 342 29 6
7 Sindangsari 359 239 2 0
8 Banjarsari 745 938 0 0
9 Cempaka 227 430 4 8
10 Padasuka 347 490 1 0
11 Sukaraja 1,087 1,551 1 0
12 Jagabaya 642 589 2 4
Kecamatan 6,133 6,364 59 27
Sumber : Desa (Pendataan, 2014)

Lanjutan Tabel 1.2

PNS Sipil dan Home


No Perdagangan Lainnya Jumlah
TNI/POLRI Industri
1 36 27 106 87 1,016
2 154 162 678 276 2,249
3 80 21 201 422 1,462
4 130 1 62 259 1,265
12

5 179 60 218 312 1,371


6 165 56 197 277 1,575
7 28 32 141 134 935
8 29 1 130 295 2,138
9 32 3 239 196 1,131
10 20 2 154 345 1,359
11 13 80 187 398 3,317
12 27 76 63 182 1,581
Kecamatan 763 521 2,376 3,183 19,399
Sumber : Desa (Pendataan, 2014)

Isu Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

(KKBPK) di Kampung Keluarga Berencana (KB) yang terakhir adalah

pemberdayaan keluarga. Menurut Tabel 1.2 diatas, sebagian besar masyarakat

desa di lokasi Kampung Keluarga Berencana (KB) yaitu Kampung Kaso Desa

Sukaraja memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, akan tetapi mata

pencaharian mereka hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

(sandang, pangan dan papan). Belum ada usaha dari masyarakat untuk

mengembangkan usahanya tersebut dengan membuat usaha tambahan berupa

hasil pertanian, untuk kemudian dipasarkan ke desa lainnya atau kabupaten/kota

lainnya. Padahal itu bisa menjadikan penghasilan tambahan untuk mereka. Upaya

ini tentunya membutuhkan sinergitas peran antara Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Organisasi Perangkat Daerah Keluarga

Berencana (OPDKB), Dinas Koperasi, Dinas Ekonomi Kreatif dan sektor terkait

lainnya yang bergerak dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga.


13

Mencermati beberapa permasalahan dari lima isu dasar dalam pengelolaan

Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

(KKBPK) di Kampung Kaso yang menjadi lokasi Kampung Keluarga Berencana

(KB) di Kabupaten Lebak. Permasalahan pertama, muncul saat pelaksanaan

program kelompok kegiatan. Masalah tersebut adalah Belum adanya kesesuaian

antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam

meningkatkan kinerja kelompok kegiatan. Pengertian dana operasional sendiri

ialah merupakan sejumlah biaya/dana yang harus dikeluarkan oleh suatu

perusahaan untuk mendukung operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut.

Tabel 1.3 Review terhadap Rancangan Awal (Rencana Kerja Pembangunan

Daerah) Tahun 2018 Kabupaten Lebak

Rancangan Awal RKPD


Program/
No Target Pagu
Kegiatan Lokasi Indikator Kinerja
Capaian Indikatif
Program Keluarga Kab. Cakupan PUS menjadi 5.765.050.
10 65,5%
Berencana Lebak peserta KB aktif 000
Meningkatnya pelayanan
1. Pelayanan Kab. KIE melalui teknik 228.244 100.000.0
KIE Lebak motivasi dan konseling PUS 00
program KB/KS
Meningkatnya kinerja 2 Kegiatan
2. Pembinaan
Kab. institusi masyarakat (TMKK 270.000.0
Keluarga
Lebak perdesaan dalam promosi dan 00
Berencana
dan pembinaan KB Harganas)
3. Orientasi Kab. Meningkatnya wawasan 173 50.000.00
Program KB Lebak PLKB/PKB tentang PPKDB, 0
14

Nasional bagi pelaksanaan program KB 78 PLKB


petugas
lapangan dan
PPKBD
4. Peningkatan
Operasional 44 PLKB,
PosKB, Sub Meningkatnya kinerja 112 PLKB
PosKB dan institusi masyarakat Non PNS,
Kab. 2.096.250.
Kelompok perdesaan dalam 346
Lebak 000
Akseptor promosi dan PPKBD
dalam pembinaan KB 1.745 Sub
Pelaksanaan PPKBD
Program KB
5. Pengadaan 2 Unit
Kab. Tersedianya sarana 1.805.000.
Sarana dan kendaraan
Lebak pelayanan KB 000
Prasarana Genre KIT
6. Perencanaan Tersusunnya dokumen
Kab. DP2KBP3 50.000.00
Pengendalian perencanaan
Lebak A 0
Penduduk pengendalian penduduk
7. Analisis
Tersusunnya dokumen
Dampak Kab. 1 60.000.00
analisis dampak
Kependuduka Lebak Dokumen 0
kebijakan kependudukan
n
Terbinanya mitra kerja 75.000.00
40 mitra
kependudukan 0
8. Pengadaan
Sarana dan
Kab. Terpenuhinya sarana dan 28 1.258.800.
Prasarana KB
Lebak prasarana pelayanan KB kecamatan 000
(DAK) Non
Fisik (BOKB)

Lanjutan...

Hasil Analisis Kebutuhan Catatan


Program/ Lokasi Indikator Kinerja Target Kebutuhan Penting
15

Kegiatan Capaian Dana


Meningkatnya
pelayanan KIE
1. Pelayanan Kab. melalui teknik 228.244
100.000.000
KIE Lebak motivasi dan PUS
konseling program
KB/KS
Meningkatnya
kinerja institusi 2 Kegiatan
2. Pembinaan
Kab. masyarakat (TMKK
Keluarga 270.000.000
Lebak perdesaan dalam dan
Berencana
promosi dan Harganas)
pembinaan KB
3. Orientasi
Meningkatnya
Program KB
wawasan 173
Nasional Kab.
PLKB/PKB tentang PPKDB, 50.000.000
bagi petugas Lebak
pelaksanaan 78 PLKB
lapangan
program KB
dan PPKBD
Ada
4. Peningkatan
penamba
Operasional 44 PLKB,
Meningkatnya han dana
PosKB, Sub 112 PLKB
kinerja institusi dari
PosKB dan Non PNS,
Kab. masyarakat 2.096.250.00 kegiatan
Kelompok 346
Lebak perdesaan dalam 0 penyuluh
Akseptor PPKBD
promosi dan an
dalam 1.745 Sub
pembinaan KB kesehata
Pelaksanaan PPKBD
n ibu,
Program KB
bayi
5. Pengadaan 2 Unit
Kab. Tersedianya sarana 1.805.000.00
Sarana dan kendaraan
Lebak pelayanan KB 0
Prasarana Genre KIT
Tersusunnya
6. Perencanaan dokumen
Kab. DP2KBP3
Pengendalia perencanaan 50.000.000
Lebak A
n Penduduk pengendalian
penduduk
16

7. Analisis Tersusunnya
Dampak Kab. dokumen analisis 1
60.000.000
Kependuduk Lebak dampak kebijakan Dokumen
an kependudukan
Terbinanya mitra
40 mitra 75.000.000
kerja kependudukan
8. Pengadaan
Sarana dan Terpenuhinya
Prasarana Kab. sarana dan 28 1.258.800.00
KB (DAK) Lebak prasarana pelayanan kecamatan 0
Non Fisik KB
(BOKB)
Sumber : Renja (Rencana Kerja) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 1.3 diatas yaitu Renja (Rencana Kerja) Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Tahun 2018 di dalam program Keluarga

Berencana, dimana untuk kegiatan peningkatan operasional dalam usaha

meningkatkan kinerja petugas dengan dana sebesar Rp 2.096.250.000,- untuk

kabupaten lebak, yang berarti tersedia dana sekitar Rp 6.076.087,- untuk setiap

desa/kelurahan di Kabupaten Lebak yang berjumlah 340 desa dan 5 kelurahan.

Tercatat sebanyak 44 Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), 112

Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Non PNS, 346 PPKDB, dan

1.745 Sub PPKBD (Renja (Rencana Kerja) Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun

2018), jika dibagikan jumlah target sasaran dengan anggaran yang ada, bisa

menghasilkan Rp 932.910,- per target sasaran (perorang) sesuai kegunaannya pun


17

dana atau anggaran tersebut untuk biaya operasional, transportasi dan kegiatan

pembinaan kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya, anggaran tersebut

tidak ada atau tidak digunakan untuk kegiatan peningkatan operasional dalam

usaha meningkatkan kinerja petugas. Menurut hasil wawancara dengan ketua

Petugas Lapangan KB di lapangan misalnya, beliau mengatakan:

”Mobilitas Petugas Lapangan KB dalam pelaksanaan program Kampung


Keluarga Berencana (KB) kurang.” (Wawancara tanggal 17 November
2016).

Pada saat pelaksanaan program pemberian pemasangan implan gratis

untuk seluruh masyarakat PUS (Pasangan Usia Subur) di Kampung Kaso,

dikarenakan beberapa Kader yang tidak memiliki kendaraan bermotor ketua

PLKB harus menjemput para Kader yang bisa dikatakan jarak antara rumah Kader

dan Kantor Pustu tidak dekat dan jalan yang dilalui pun lumayan rusak, hanya

demi kelancaran dan kesuksesan acara tersebut. Permasalahan bukan terletak pada

masalah jarak ataupun teknis penjemputan, akan tetapi biaya operasional seperti

misalnya pengisian bahan bakar kendaraan pribadi yang dipakai untuk

kepentingan program itupun mengalir dari kantong pribadi (tidak ada uang

bensin), dan pada saat itu peneliti juga ikut terjun langsung dalam penjemputan

kader kerumahnya.

Permasalahan kedua, yaitu belum maksimalnya payung hukum yang

konkrit dalam pelaksanaan Kampung KB. Hal tersebut dinyatakan oleh Adpin

BKKBN Provinsi Banten, beliau mengatakan bahwa :


18

“Belum adanya peraturan yang lebih teknis dalam pengelolaan Kampung


Keluarga Berencana (KB). Payung hukum besaran tentang pelaksanaan
Kampung Keluarga Berencana (KB) saat ini hanya UU No 52 Tahun 2009
dan UU 23 Tahun 2014.” (Wawancara tanggal 3 Januari 2016).

Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan

Kampung KB untuk mendukung operasionalisasinya. Saat ini hanya secara lisan,

seharusnya agar lebih mengikat bisa dikeluarkan melalui instruksi presiden

(Inpres) agar payung hukum dalam pelaksanaan Kampung KB bisa lebih konkrit

lagi.

Permasalahan ketiga, berdasarkan lima isu diatas, maka permasalahan

penelitian ini adalah terlihat bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut

dibutuhkan peran dari lintas sektor terutama bidang pengendalian penduduk dan

KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta

bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi kenyataannya

dilapangan, menurut wawancara dengan Petugas Lapangan KB peran dari lintas

sektor itu belum terlihat (belum ada).

“Peran lintas sektor OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait belum


melaksanakan tupoksinya masing-masing.” (Wawancara tanggal 17
November 2016).

Peran dari lintas sektor itu belum terlihat (belum ada) dalam upaya ikut

mensukseskan program Kampung Keluarga Berencana (KB) yang sudah

dijelaskan oleh pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). Padahal, dengan permasalahan yang ada dilapangan peran dari lintas

sektor sangat dibutuhkan. Karena Kampung Keluarga Berencana (KB) bukan

milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saja

tetapi milik semuanya, Kampung Keluarga Berencana (KB) bukan untuk Badan
19

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tetapi untuk

kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Belum adanya kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan

penggunaannya dalam meningkatkan kinerja kelompok kegiatan.

2. Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan

program Kampung Keluarga Berencana (KB).

3. Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian

penduduk dan KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan

lingkungan, serta bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam keterangan latar belakang dan

identifikasi masalah, maka dengan itu peneliti membatasi penelitiannya pada

Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.


20

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Analisis SWOT Pengelolaan Program

Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis SWOT Pengelolaan

Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.

1.6 Manfaat Penelitian

Umumnya setiap penelitian yang dilakukan mempunyai manfaat tersendiri.

Maka dalam penelitian ini, menjelaskan manfaat penelitian secara teoritik dan

praktik.

1. Manfaat Teoritik

1. Pengembangan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Dapat dijadikan bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.


21

2. Manfaat Praktik

1. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah

Skripsi.

2. Hasil penelitian ini memberi saran kepada Pemerintah Kabupaten

Lebak dalam menangani lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan

Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Lebak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini. Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan

atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama, tidak

tertutup kemungkinan untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di

lapangan. Deskripsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk

menenerjemahkan fenomena-fenomena sosial yang ada dalam penelitian. Teori

yang relevan peneliti kaji sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya.

Penelitian mengenai Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak dikaji dengan beberapa teori dalam ruang

lingkup administrasi negara, yaitu: Manajemen Strategi, Kampung KB, Analisis

SWOT, Surat Keputusan Bupati Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016, dan untuk

melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu yang juga menjadi bahan

kajian dalam penelitian ini.

22
23

2.2 Konsep Manajemen Strategi

2.2.1 Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam

bahasa Indonesia dapat diartikan: mengendalikan, menangani atau mengelola.

Selanjutnya, kata benda “manajemen” atau management dapat mempunyai

berbagai arti. Pertama sebagai pengelolaan, pengendalian atau penanganan

(“managing”). Kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa

skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu

berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu

bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Tiga pengertian itu mendukung kesepakatan anggapan bahwa manajemen

dapat dipandang sebagai ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu artinya

manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang menekankan

kepada konsep-konsep, teori, prinsip dan teknik pengelolaan.

Manajemen sebagai seni artinya kemampuan pengelolaan sesuatu itu

merupakan seni menciptakan (kreatif). Hal ini merupakan keterampilan dari

seseorang. Dengan kata lain, penerapan ilmu manajemen bersifat seni. Oleh

karena itu, manajemen adalah sesuatu yang sangat penting karena ia berkenaan

dan berhubungan erat dengan perwujudan atau pencapaian tujuan. Sedangkan

manajer artinya orang yang mengelola dan menangani suatu perusahaan, hotel dan

sebagainya. Jadi manajer (manager) bisa terdiri dari seseorang atau beberapa

orang, misalnya berupa satu dewan.


24

Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) adalah :

“Management in general refers to planning, organizing, controlling,


staffing, leading, motivating, communicating, and decision making
activities performed by any organization in order to coordinate the varied
resource of the enterprise so as to bring an efficient creation of some
product or service.”

Maksudnya, “manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-

aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,

pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa

secara efisien”.

Manajemen menurut W. Taylor dalam Hasibuan (2011:4) adalah :

“The art of management, is defined as knowing exactly what you want to

do, and than seeing that they do it in the best and cheapest way”.

Maksudnya, ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu

pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya

mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau

tidak.

Menurut Robbins dan Coulter (2007) Manajemen adalah proses

pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut

terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi

mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan

sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas mengacu


25

pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai;

digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar.

Menurut Solihin (2012:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.

Menurut Heene dan Desmidt (2010:8) manajemen adalah serangkaian

aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkannya.

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis merangkum pengertian dari

manajemen adalah sebuah proses yang telah ditentukan sebelumnya dimulai dari

perencanaan, pengaplikasian, hingga pengawasan semua sumber daya yang

berada dalam suatu organisasi sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi

tersebut secara efektif dan efisien.

2.2.2 Fungsi Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2007) fungsi-fungsi manajemen sebagai

berikut :

1. Perencanaan (Planning), yaitu proses kegiatan memikirkan hal-hal yang

akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dan menentukan prioritas ke

depan agar dapat nerjalan sesuai dengan tujuan dasar organisasi.


26

2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu prosess penyusunan pembagian kerja

dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan orang yang

menduduki fungsi-fungsi tersebut secara tepat.

3. Pengarahan (Directing), yaitu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

4. Pengevaluasian (Evaluating), yaitu proses pengawasan dan pengendalian

performa organisasi untuk memastikan bahwa jalannya organisasi sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi organisasi adalah

sebagai alat dari manajemen strategi untuk mencapai tujuan. Manajemen dan

organisasi memiliki hubungan keterikatan yang erat. Hal ini karena untuk

memasarkan atau menyebarkan unit-unit produk diperlukan manajemen untuk

mengkoordinasikan. Dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,

maka suatu kegiatan yang ada di dalam organisasi akan terkoordinasi dengan baik.

Sedangkan menurut James A.F Stoner dalam buku (Rachmat, 2014:20)

fungsi manajemen ada empat yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning), menunjukkan bahwa para manajer memikirkan

tujuan dan kegiatan sebelum melaksanakannya. Kegiatan ini berdasarkan

cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak.

2. Pengorganisasian (Organization) berarti para manajer mengkoordinasikan

sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi.

Efektivitas suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk


27

mengarahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Semakin

terpadu dan terarahnya pekerjaan, semakin efektif organisasi tersebut.

3. Memimpin (Leading) menunjukkan cara para manajer mengarahkan dan

mempengaruhi nawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan

tugas tertentu, dengan menciptakan seuasan tepat, mereka membantu

bawahannya bekerja sebaik mungkin.

4. Pengendalian (Controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan

bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari

organisasi menuju arah yang salah, maka para manajer berusaha untuk

mencari penyebabnya kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang

benar.

2.2.3 Pengertian Strategi

Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu

perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan

efisien, perusahaanharus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan

yang datang daridalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi

merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep

mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang

mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi

dalamsuatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di butuhkan untuk pencapaian visi

dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun untuk pencapaian

sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
28

Menurut Pearce dan Robbins (2011:2), strategi adalah rencana berskala

besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan

untuk mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan

bahwa pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat

terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang

kebutuhan pelanggan.

Sedangkan Menurut Fred R. David (2009:18-19) Strategi adalah sarana

bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi

potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya

perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran

atau tujuan yang telah ditetapkan.

Rangkuti (2009:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan

induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan

mencapai semuatujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di

tetapkan sebelumnya. Menurut Andrews dan Chaffe dalam bukunya Rangkuti

(2009:3-4) berpendapat bahwa :

“Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholdares, seperti


stakeholders, debhtolders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas,
pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”.

Menurut Argirys, Mintzberg, Steiner dan Miner dalam Rangkuti (2009: 5)

menyebutkan bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun


29

adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Dari definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa strategi

adalah deretan perencanaan yang di ambil dari beberapa pilihan-pilihan yang telah

di buat sebelumnya yang digunakan untuk mencapai tujuaan yang telah ditetapkan

di dalam lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi. Strategi yang baik

mendatangkan banyak keuntungan bagi organisasi di masa depan dan juga

membuat semua orang yang ada di dalamnya loyal dan setia kepada organisasi

tersebut.

2.2.4 Definisi Manajemen Strategi

Dalam melakukan pengelolaan dalam suatu organisasi diperlukan

manajemen strategi yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan strategi yang

telah dirumuskan oleh suatu organisasi atau perusahaan.

Menurut Pearce and Robbins (2011:5) berpendapat bahwa Manajemen

strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan

tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang

untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis meliputi pengamatan

lingkungan, perumusan strategis, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan sumber

yang sama diatas, dikatakan pula bahwa Manajemen strategi sebagai suatu bidang

ilmu yang menggabungkan kebijakan bisnis dengan lingkungan dan tekanan

strategis. Oleh karena itu, istilah manajemen strategi biasanya menggantikan

istilah kebijakan bisnis sebagai suatu nama bidang ilmu.


30

Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial

yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis

meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau

perencanaan jangka panjang), implementasi strategis, dan evaluasi serta

pengendalian. Sedangkan manajemen strategi menurut Fred David (2009:5)

adalah suatu konsep yang didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk

merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas

fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.

Pengertian manajemen strategi Menurut Hitt & Ireland adalah proses

untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai,

dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Manajemen

strategi merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-

fungsi manajemen. Manajer yang aktif menyadari bahwa manajemen strategi

sangat berperan dalam organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Dalam

sumber lain yaitu menurut Crown Dirgantoro (2007) menyebutkan:

“Manajemen strategi merupakan suatu proses berkesinambungan yang


membuat organisasi secara keseluruhan dapat matc dengan lingkungannya,
atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu
responsive terhadap perubahan-perubahan didalam lingkungannya baik
yang bersifat internal maupun eksternal.”
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2007) :

“Manajemen Strategi adalah proses pengidentifikasian dan pelaksanaan


misi organisasi dengan menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan
tuntutan lingkungan, dan kegunaan manajemen strategi adalah untuk
melakukan tindakan pada saat sekarang demi masa depan dan menjadi
wahana untuk bertindak mengintegrasikan dan melembagakan mekanisme
untuk berubah.”
31

Dengan manajemen strategi setiap unit atau bagian yang ada di perusahaan

dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Apalagi

melihat perkembangan zaman sekarang ini bahwa setiap organisasi perusahaan

telah melakukan ekspansi pasar untuk mendapatkan keuntungan besar dan semua

itu memerlukan langkah strategi dan taktik yang tepat.

2.2.5 Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi didasarkan kepada keyakinan bahwa organisasi

seharusnya terus menerus memonitori peristiwa dan kecendrungan internal dan

eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu. Kecepatan dan besaran

perubahan yang mempengaruhi organisasi bertambah secara dramatis. Agar dapat

bertahan hidup, semua organisasi harus mampu secara cerdik mengenali dan

menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategis bertujuan

memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secara efektif untuk berubah dalam

jangka panjang.

Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robbins

(2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu:

1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud

keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal).

2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan

kapabilitasnya.

3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-

faktor konstektual umum.


32

4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya dengan

lingkungan ekstern.

5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap

opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.

6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand

strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.

7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai

dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.

8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan sumber daya

anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM, struktur,

teknologi, dan system imbalan.

9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengambilan

keputusan yang akan datang.

Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan

diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2009:21)

mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,

menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi

yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk

manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin

menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus. Menurut

Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu :
33

1. Perumusan strategi

a. Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi

b. Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan

Lingkungan)

c. Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)

d. Analisa dan Pilihan Strategi

2. Penerapan Strategi

a. Penetapan tujuan tahunan

b. Pembuatan kebijakan

c. Memotivasi karyawan

d. Alokasi sumber daya

e. Struktur organisasional yang efektif

f. Pemasaran

g. Penyiapan anggaran

h. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi

3. Pengevaluasian Strategis

a. Pengkajian Ulang

b. Pengevaluasian

c. Pengendalian Strategis
34

Melakukan
Audit
Eksternal

Membuat Menerapkan Membuat Menetapkan Alokasi Mengukur dan


pernyataan Tujuan dan kebijakan Sumber mengevaluasi
visi dan misi jangka memilih dan tujuan Daya kinerja
Panjang strategi tahunan

Melakukan
Audit
Internal

Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi

Gambar 2.1

Model Manajemen Strategi

Sumber: Fred. R. David (2009:21)

Keterangan Gambar:

1. Formulasi Strategi

Pada tahapan ini penekanan lebih diberikan kepada aktivitas-aktivitas

utama yang antara lain adalah :

a. Menyiapkan strategi alternative

b. Pemilihan strategi

c. Menetapkan strategi yang akan digunakan


35

2. Implementasi Strategi

Pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas atau cakupan kegiatan

yang mendapat penekanan antara lain adalah :

a. Menetapkan tujuan tahunan

b. Menetapkan kebijakan/policy

c. Memotivasi karyawan

d. Mengembangkan budaya yang mendukung

e. Menetapkan struktur organisasi yang efektif

f. Menyiapkan budget

g. Mendayagunakan system informasi

h. Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance

perusahaaan

3. Evaluasi

Aktivitas-aktivitas utama dalam tahap ini adalah :

a. Review factor eksternal dan internal yang merupakan dasar dari strategi

yang sudah ada

b. Menilai performance strategi

c. Melakukan langkah koreksi

Menurut Wheelen dan Hunger (Rachmat, 2014:30) konsep dasar proses

manajemen strategis meliputi empat elemen dasar, yaitu pengamatan lingkungan

(environmental scanning), perumusan strategi (strategy formulation),

implementasi strategi (strategy implementation), dan evaluasi dan pengendalian


36

(evaluation and control). Berikut proses manajemen strategis terdiri dari empat

tahap, yaitu :

1. Pengamatan Lingkungan

Tahap pengamatan lingkungan yaitu dimana pimpinan perlu menyadari

bahwa organisasi selalu berintegrasi dengan lingkungannya. Perjalan

organisasi dipengaruhi oleh suatu peristiwa, perkembangan dan perubahan

yang terjadi pada lingkungannya. Perubahan tersebut bisa berasal dari luar

organisasi ataupun faktor eksternal dan dari dalam organisasi ataupun

faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari oppurtunies (peluang) dan

Threaths (ancaman), sedangkan faktor internal terdiri dari strengths

(kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) yang merupakan faktor-faktor

strategi bagi perusahaan. Contoh faktor eksternal misalnya persaingan,

inflasi, masyarakat, kondisi politik sosial dan budaya. Sedangkan faktor

internal misalnya sumber daya manuasia organisasi, modal, struktur,

budaya dan lain-lain.

2. Perumusan Strategi

Tahap perumusan strategi, yaitu tahap pengambilan keputusan mengenai

alternatif strategi yang dipilih oleh organisasi. Strategi yang dipilih,

merupakan hasil dari pengamatan lingkungan yang telah dilakukan

sebelumnya. Perumusan Strategi dapat dilakukan dengan mengunakan

analis SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, Threaths). SWOT

merupakan alat analisis untuk menciptakan sebuah strategi dengan


37

memaksimalkan faktor kekuatan, memanfaatkan faktor peluang, dan

mengurangi faktor kelemahan.

3. Implementasi Strategi

Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif

tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan

mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat

dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya

mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang aktif,

mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan

dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi

karyawan dengan prestasi organisasi.

4. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah tahap akhir dalam manajemen strategis.

Yaitu membandingkan antara kinerja perusahaan dengan hasil yang

diharapkan perusahaan, bagi pihak manejemen untuk mengevaluasi hasil-

hasil yang di peroleh dan mengambil tindakan perbaikan bila

diperlukan.Melalui evaluasi dan pengendalian ini, semua strategi dapat

dimodifikasi dimasa depan karena faktor-faktor internal dan eksternal

selalu berubah-ubah.

Berdasarkan proses-proses yang ada dalam satu manajemen strategi, dapat

dikatakan bahwa manajemen strategi merupakan suatu usaha yang saling

berkaitan, di dalam suatu usaha organisasi, mulai dari perumusan strategi, sampai
38

ke evaluasi strategi. Dengan melaksanakan sebuah manajemen strategi, suatu

organisasi dapat menciptakan, suatu perubahan dalam jangka waktu yang panjang.

2.3 Konsep Kampung KB (Keluarga Berencana)

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program

Kependudukan dan Keluarga Berencana menekankan kewenangan Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya terbatas

pada masalah Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera saja

namun juga menyangkut masalah pengendalian penduduk. Kemudian Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin

mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara

Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada huruf N

(Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana) menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian

Pendudukan dan Keluarga Berencana antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota. Empat sub urusan bidang pengendalian penduduk

dan keluarga berencana yang harus dilaksanakan oleh masing masing tingkatan

perintah yaitu; (1) sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga

Berencana, (3) sub urusan Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan

Standarisasi.
39

Lebih lanjut terkait dengan arah kebijakan pembangunan nasional

Pemerintah periode 2015-2019, BKKBN diberi mandat untuk dapat turut

mensukseskan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama pada

Agenda Prioritas nomor 5 (lima) “Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia

Indonesia” melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana,

serta melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 (Dimensi

Pembangunan) untuk Dimensi Pembangunan Manusia pada Pembangunan

Bidang Kesehatan dan Mental/Karakter (Revolusi Mental).

Landasan hukum, perkembangan lingkungan strategis dan arah kebijakan

pembangunan Pemerintahan periode 2015-2019 diatas kemudian dijabarkan di

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana

Strategis (Renstra) BKKBN tahun 2015-2019, dengan 6 (enam) Sasaran Strategis

yang telah ditetapkan; (1) menurunkan rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk

tingkat nasional (persen per tahun) dari 1,38 persen/tahun tahun 2015 menjadi

1,21 persen tahun 2019; (2) Menurunnya Total Fertility Rate (TFR) per

perempuan usia reproduksi dari 2,37 tahun 2015 menjadi 2,28 tahun 2019; (3)

meningkatnya Contraceptive Prevalence Rate (CPR) semua metoda dari 65,2

persen menjadi 66 persen; (4) menurunnya kebutuhan ber-KB tidak

terlayani/unmet need dari jumlah pasangan usia subur (persen) dari 10,6 persen

tahun 2015 menjadi 9,91 persen tahun 2019; (5) menurunnya Age Specific

Fertility Rate (ASFR) dari 46 (pada tahun 2015) menjadi 38 per 1.000

perempuan kelompok umur 15-19 tahun pada tahun 2019; (6) menurunnya

persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari Wanita Usia Subur dari 7,1
40

persen tahun 2015 menjadi 6,6 persen tahun 2019. (sumber : Petunjuk Teknis

Kampung KB BKKBN Tahun 2015).

Di dalam upaya pencapaian 6 (enam) Sasaran Strategis diatas,

BKKBN harus dapat melakukan berbagai langkah penguatan program

Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang benar-benar

memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian target/sasaran, serta penguatan

kegiatan-kegiatan prioritas secara komprehensif dan berkelanjutan di seluruh

tingkatan wilayah. Selain itu, BKKBN juga harus memperhatikan perkembangan

lingkungan strategis dan berbagai permasalahan program yang harus dihadapi saat

ini.

Lebih lanjut dalam langkah penguatan Program KKBPK 2015-2019,

BKKBN menyusun suatu kegiatan/program yang dapat memperkuat upaya

pencapaian target/sasaran Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana 2015- 2019, dapat menjadi ikon BKKBN serta dapat secara

langsung bersentuhan dan memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia di

seluruh tingkatan wilayah. Dalam hal ini kemudian BKKBN membentuk

Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB).

Kampung KB menjadi salah satu inovasi strategis untuk dapat

mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program KKBPK secara

utuh di lini lapangan. Kampung KB merupakan salah satu bentuk/model

miniatur pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang melibatkan seluruh

Bidang di lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan Kementerian/Lembaga,


41

mitra kerja, stakeholders instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

wilayah, serta dilaksanakan di tingkatan pemerintahan terendah (sesuai

prasyarat penentuan lokasi kampung KB) di seluruh kabupaten dan kota.

2.3.1 Definisi Kampung KB (Keluarga Berencana)

Definisi Kampung KB pada “Kamus Istilah Kependudukan dan KB” yang

diterbitkan oleh Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi (Dittifdok)

pada tahun 2011(Hal:53) : “Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan

Program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk

masyarakat dalam memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat untuk memperoleh pelayanan total program KB, sebagai upaya

mewujudkan keluarga yang berkualitas”.

Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara, yang

memiliki kriteria tertentu, dimana terdapat keterpaduan program kependudukan,

keluarga berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang

dilaksanakan secara sistemik dan sistematis.

2.3.2 Tujuan Kampung KB (Keluarga Berencana)

1. Tujuan Umum
42

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau

yang setara melalui program kependudukan, keluarga berencana

dan pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam

rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga

non pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, pendampingan dan

pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan program

kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan

pembangunan sektor terkait;

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan

berwawasan kependudukan;

c. Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern;

d. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina Keluarga

Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia

(BKL), dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja;

e. Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok UPPKS;

f. Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);

g. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

h. Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah;

i. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampong

j. Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan

bersih
43

k. Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam

kegiatan keagamaan (pesantren, kelompok ibadah/kelompok

doa/ceramah keagamaan) di kelompok PIK KRR/remaja

l. Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air para

remaja/mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya (festival seni dan

budaya, dan lain-lain) di kelompok PIK KRR/mahasiswa dan

seterusnya.

2.3.3 Perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB

Perencanaan Program dan Kegiatan dikoordinasikan oleh Perwakilan

BKKBN Provinsi dengan melibatkan seluruh unsur di dalam Struktur Organisasi

Kampung KB (sesuai SK Bupati/Walikota) melalui Forum Musyawarah atau

inserting dalam forum- forum lain yang sesuai. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam proses perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB adalah:

a. Substansi Program dan Kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu dikaitkan

dengan Sasaran Strategis Renstra BKKBN 2015-2019, diutamakan untuk

merencanakan kegiatan yang memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian

target/sasaran Program KKBPK.

b. Petugas Lapangan (PKB/PLKB) menyiapkan data dan informasi tentang isu

strategis, permasalahan dan kebutuhan baik Program KKBPK maupun lintas

sektor untuk diajukan dalam perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB.
44

c. Rencana pengembangan/keterpaduan kegiatan lintas sektor/bidang disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan disusun berdasarkan hasil

evaluasi data dan informasi wilayah yang tersedia.

d. Rencana Program dan Kegiatan berdasarkan output yang diharapkan serta

dikelompokan berdasarkan Kelompok Kegiatan (Poktan) Kader per-Bidang

(sesuai Struktur Organisasi yang disusun – Bagian 2.1.7.2).

e. Rencana program dan kegiatan melalui proses cascading untuk melihat

keterkaitan dengan indikator-indikator keberhasilan Kampung KB yang telah

ditetapkan.

f. Penyusunan Rincian Anggaran Biaya (RAB) dan Kerangka Acuan

Kegiatan (KAK/TOR).

g. Telaah kebutuhan dan pemetaan alur pengalokasian anggaran kegiatan, dibiayai

oleh APBN Perwakilan BKKBN Provinsi, APBD SKPD KB, Alokasi Dana

Desa, atau lintas sektor terkait.

Dokumen Rencana Program dan Kegiatan Kampung KB direkap oleh

Perwakilan BKKBN Provinsi untuk dilaporkan kepada Kepala BKKBN dengan

ditembuskan kepada Direktorat Bina Lini Lapangan dan Biro Perencanaan

BKKBN.
45

2.4 Tahapan Perencanaan Strategi

Menurut Fred. R. David (2009:323) untuk merumuskan suatu strategi yang

tepat dapat dilakukan dalam 2 tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dipakai untuk

semua jenis organisasi dan dapat membantu perencanaan strategi

mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi yang tepat dan sesuai untuk

diterapkan dalam perusahaannya.Tahap pertama dari kerangka perumusan strategi

yang komprehensif terdiri darimatriks evaluasi faktor eksternal (EFE), matriks

evaluasi faktor internal (EFI). Tahap ini disebut tahap masukan (input stage).

Tahap ini meringkas informasi masukan dasar yang diperlukan untuk

merumuskan strategi. Data internal dapat diperoleh didalam perusahaan itu

sendiri, seperti : Laporan keuangan, Laporan kegiatan sumber daya manusia

jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over), Laporan

manajemen dan organisasi, Laporan kegiatan pemasaran dan laporan

produksi/operasi. Sedangkan data external dapat diperoleh dari lingkungan luar

perusahaan, seperti : Analisis pasar, Analisis pesaing, Analisis pelanggan

(konsumen) dan Analisis pemerintah.

Tahap kedua disebut tahap analisis, yang fokus pada upaya menghasilkan

strategi alternatif yang dapat dijalankan dengan memadukan factor-faktor

eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap kedua terdiri dari matriks Strenghts

(Kekuatan, Weakness (Kelemahan), Oppourtunities (Peluang), dan Threats

(Ancaman). Tahapan ini disebut tahap input untuk menganalisis peluang dan

ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Menganalisis factor-


46

faktor keberhasilan eksternal dan internal merupakan kunci untik membuat

strategi alternatif yang dapat dijalankan oleh perusahaan.

Tabel 2.1

Tahapan Perencanaan Strategi

Tahap 1 : Tahap Input

Matriks EFE dan Matriks EFI

Tahap 2 : Tahap Analisis

Matriks SWOT

Sumber: David, Fred (2009:324)

2.4.1 Tahap Input

Tahap input merupakan tahap awal pengumpulan data, akan tetapi pada

dasarnya tidak hanya pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan

pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi

dua yaitu data internal dan data eksternal (Rangkuti, Freddy, 2009:21). Alat – alat

analisis yang dapat digunakan pada tahap ini diantaranya yaitu matriks Evaluasi

Faktor Eksternal (EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI). Alat input

mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap

awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks

input menyangkut faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan penyusun

strategi untuk secara lebih efektif menciptakan strategi alternatif.


47

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal

perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman. Matriks EFI digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dianggap penting. (Fred. R. David, 2009:160).

Penentuan Bobot dilakukan dengan menggunakan Metode pembobotan

dengan Perbandingan Berpasangan (Kinner, 1991). Metode ini digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel dengan menggunakan skala

1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah sebagai berikut :

Identitas Kepentingan Definisi Nilai

Jika indikator horizontal kurang penting


1
daripada indikator vertikal

Jika indikator horizontal sama penting daripada


2
indikator vertikal

Jika indikator horizontal lebih penting daripada


3
indikator vertikal

2.4.1.1 Matriks EFI dan Matriks EFE

Matriks EFI (evaluasi faktor internal) merupakan alat untuk meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional

dari suatu usaha dan juga memberikan dasar untuk mengendalikan dan

mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini. Matiks EFE (evaluasi factor

eksternal) merupakan alat untuk meringkas dan mengevaluasi faktor-faktor

eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman.


48

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

faktor-faktor eksternal perusahaan. Matriks EFE menggambarkan kondisi

eksternal perusahaan yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihitung

berdasarkan bobot. Berikut adalah Tahap Kerja dari EFE :

a. Tuliskan faktor eksternal seperti diidentifikasi dalam proses audit

eksternal. Tuliskan beberapa faktor yang mencakup peluang dan ancaman

yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang lebih

dahulu dan kemudian ancaman. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan

presentase, rasio dan angka komparatif.

b. Berikan bobot untuk masing-masing faktor. peluang sering kali diberi

bobot yang lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi

bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.

Penjumlahan seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

c. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor guna

mengindikasikan tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3

= respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, dan

1 = respon perusahaan buruk. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman

dan peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.

d. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan

rata-rata tertimbang untuk masing -masing variabel

e. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk

menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.


49

Berapa pun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFE, total

rata-rata tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0, dengan

rata-rata 2,5. Total rata- rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan strategi

perusahaan saat ini tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman

eksternal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan bahwa perusahaan

merespon sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya.

Dalam kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari

peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari

ancaman eksternal.

Sedangkan Matriks EFI digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dari faktor-faktor internal perusahaan. Matriks EFI menggambarkan

kondisi internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang

dihitung berdasarkan bobot. Berikut adalah Tahap Kerja dari EFI :

a. Tuliskan faktor intermal seperti diidentifikasi dalam proses audit eksternal.

Tuliskan beberapa faktor yang mencakup peluang dan ancaman yang

mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang lebih dahulu

dan kemudian ancaman. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase,

rasio dan angka komparatif.

b. Berikan bobot untuk masing-masing faktor. Kekuatan sering kali diberi

bobot yang lebih tinggi dari kelemahan, tetapi kelemahan juga dapat diberi

bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.

Penjumlahan seluruh bobot harus sama dengan 1,0.


50

c. Berikan peringkat 4 sampai 1 untuk masing-masing faktor guna

mengindikasikan tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = jika faktor tersebut

merupakan kekuatan utama, 3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan

kecil, 2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil, dan 1 = jika

faktor tersebut merupakan kelemahan utama. Penting untuk diperhatikan

bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.

d. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan

rata-rata tertimbang untuk masing -masing variabel

e. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk

menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.

Jika total rata-rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan kondisi

internal perusahaan saat ini tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi,

sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan bahwa kondisi internal

perusahaan memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi.

Contoh perhitungan :

1. Perhitungan jumlah/ total variabel

Σ var = Σ var1 + Σ var2 + Σ var3 + Σ var4 + Σ var5 + Σ X6....... Σ Xn

2. Perhitungan Bobot

Bobot var1 = Σ var1 : Σ var

3. Perhitungan Rating :

Rating var1 = Σ var1 : Jumlah responden


51

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Matriks EFI dan EFE

Variabel yang
Bobot Rating Total
Signifikan

Kekuatan:

Kelemahan:

Total EFI

Peluang:

Ancaman:

Total EFE

2.4.2 Tahap Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh

terhadapkelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.Dalam hal

ini digunakan model matrik TOWS atau matrik SWOT (Strength, Weakness,

Oppurtinity, Threats).
52

2.4.2.1 Matrik SWOT

Analisa SWOT merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan

dalam menganalisa faktor internal dan eksternal organisasi baik organisasi profit

maupun nonprofit, seperti pemerintah. Pendapat lain mengenai analisa SWOT

juga diungkapkan oleh Freddy Rangkuti (2009:18), dimana analisa SWOT

menurutnya adalah singkatan dari lingkungan internal streangths dan weaknesses

serta lingkungan eksternal oppurtinity dan threats yang dihadapi dunia bisnis.

Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities)

dan ancaman (threats) dengan internal kekuatan (strengths) dan kelemahan

(waknesses). Penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat di tentukan

oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisa SWOT.

Strategi SO dalam SWOT matrix ini adalah strategi yang digunakan

perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang di

milikinya /Strengths (S) untuk memanfaatkan berbagai peluang /opportunites (O)

yang ada. Sedangkan WO strategi adalah strategi yang digunakan perusahaan

dengan seoptimal mungkin dengan meminimalisir kelemahan/weaknesses (W)

yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang/opportunity (O). Strategi ST

adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau

mengoptimalkan kekuatan/strengths(S) untuk mengurangi berbagai

ancaman/threats (T) yang mungkin melingkupi perusahaan. Dan yang terakhir,

strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi


53

kelemahan/weaknesses (W) dalam rangka meminimalisir menghindari

ancaman/threats (T).

Menurut Sondang P. Siagian (2008), dalam strategi diperlukan analisis

SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrument analisis yang ampuh

apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa SWOT

merupakan akronim untuk kata-kata Strengths (Kekuatan), Weaknesses

(Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Faktor kekuatan

dan kelemahan terdapat dalam suatu tubuh organisasi, termasuk satuan bisnis

tertentu, sedangkan peluang danancaman merupakan faktor-faktor lingkungan

yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang

bersangkutan.

Jika dikatakan bahwa analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang

ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada

kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan

faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai

alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan

menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika para penentu

stratgei perusahaan mampu melakukan kedua hal tersebut dengan tepat, biasanya

upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif membuahkan hasil

yang diharapkan. Berikut adalah bentuk matrik analisis SWOT menurut Sondang

P. Siagian (2008) :
54

Tabel 2.3

Matrik SWOT

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

Peluang STRATEGI SO STRATEGI WO

(Opportunity) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan

peluang peluang

Ancaman STRATEGI ST STRATEGI WT

(Threats) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan

untuk mengatasi dan menghindari ancaman

ancaman

(Siagian, 2008)

Struktur lingkungan pada dasarnya dapat dibagi atau dibedakan menjadi

dua, yaitu: (1) lingkungan internal (strengths (kekuatan) dan weaknesses

(kelemahan)), dan (2) lingkungan eksternal (opportunities (peluang) dan threats

(ancaman atau tantangan). Lingkungan-lingkungan tersebut mempunyai beberapa

indikator. Indikator-indikator tersebut terdiri dari:


55

A. Lingkungan Internal: Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses

(Kelemahan)

Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel-

variabel yang berasal atau berada di dalam organisasi itu sendiri. Komponen-

komponen dari lingkungan internal cenderung lebih mudah untuk dikendalikan

oleh organisasi atau berada di dalam jangkauan intervensi suatu organisasi.

Lingkungan internal terdiri dari indikator-indikator, sebagai berikut:

1. Segi organisasi

Organisasi merupakan wadah atau alat untuk mencapai suatu tujuan.

Dengan adanya organisasi maka pembagian tugas serta struktur tata hubungan

kerja dapat dibagi secara merata dan diketahui secara pasti oleh anggota

organisasi. Organisasi menurut Pradjudi Atmosudiro adalah:

“Struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu
untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu” (Atmosudiro dalam
Hasibuan, 2011:26).

Organisasi dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan salah satu faktor

untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam mengatur dan mengurus rumah

tangganya. Organisasi menurut Kaho jika ditinjau dari prosesnya adalah

organization is the process of combining the work which individuals or group

have to performs with the faculties necessary for its execution, so that the duties

so performed provide the best channels for the efficient, systematic, positive and

coordinated application of effort (organisasi adalah proses penggabungan kerja

seseorang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban


56

untuk melakukan perbuatan hukum, sehingga kewajiban-kewajiban untuk

melakukan penyediaan dapat menjadi lebih efisien, sistematis, positif dan aplikasi

usaha yang terkoordinasi)

Berdasarkan pada pendapat di atas maka dalam sebuah organisasi harus

ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu dengan menggabungkan beberapa proses

kerja seseorang atau sekelompok orang, dimana dalam pencapaian tujuan tersebut

dibutuhkannya sebuah struktur yang efisien, sistematis, positif dan koordinasi

yang jelas. Strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi organisasi

mempunyai sub-indikator, sebagai berikut :

a. Struktur Organisasi

Suatu tujuan dengan mudah dapat dicapai apabila dalam organisasi ada

struktur yang jelas sehingga adanya pembagian tugas yang kompleks dan jelas

dimana tidak terjadinya tumpang tindih tugas dan pola pertanggungjawaban yang

mudah. Struktur organisasi menurut Liang Gie adalah:

“Kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara


bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan
dan peran masing-masing dalam kebulatan kerjasama” (Liang Gie dalam
Hasibuan, 2011:34).

Pendekatan desentralisasi atau otonomi merupakan salah satu struktur

organisasi yang dapat menciptakan partisipasi dari anggota organisasi dimana

organisasi tidak lagi dipandang sebagai wadah berbagai proses dan kegiatan

organisasi, tetapi organisasi dapat juga dijadikan sebagai forum interaksi.


57

Struktur organisasi yang diterapkan dalam sebuah organisasi sebagaimana

yang dikemukakan oleh Stoner terdapat empat pilar yang menjadi dasar untuk

melakukan proses pengorganisasian, yaitu:

1. Pembagian kerja (division of work).

2. Pengelompkan kerja (departmentalization).

3. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy).

4. Koordinasi (coordination).

Berdasarkan pada pilar pengorganisasi di atas, maka penentuan relasi

antarbagian dalam organisasi (hierarchy) atau pyramidal dibagi atas 2 jenis yaitu

hirarki yang bersifat horizontal (flat hierarchy) dan hirarki yang bersifat vertikal

(tall hierarchy).

Pilar organisasi hirarki horizontal (flat hierarchy) bersifat melebar ke

samping secara horizontal, artinya suatu organisasi sub-sub bagian yang bersifat

vertikal dibuat tidak terlalu banyak. Kelebihan dari pilar ini yaitu dapat menutupi

keterbatasan atau kelemahan pada pilar hirarki vertikal, dimana pengambilan

keputusan dapat lebih cepat. Hal tersebut dikarenakan proses identifikasi

masalahnya relatif memerlukan waktu lebih singkat dibanding dengan hirarki

vertikal, karena tingkatan hirarki horizontal tidak terlalu banyak.

b. Tujuan Organisasi

Tujuan dari suatu organisasi dengan mudah dapat dicapai apabila anggota

organisasi tahu dan paham akan tujuan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman

anggota organisasi akan tujuan yang hendak dicapai dapat dilakukan oleh
58

organisasi dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mensosialisasikan

tujuan tersebut supaya terciptanya kesatuan tujuan diantara kelompok organisasi.

Jika di dalam organisasi tidak ada kesatuan tujuan, maka organisasi tersebut tidak

akan berjalan dengan baik (Hasibuan, 2011:127).

Tujuan organisasi menurut Glueck diartikan sebagai hasil akhir yang dicari

untuk dicapai oleh organisasi dengan keberadaan dan kegiatan-kegiatannya.

Adanya tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi akan memberi arah pada

kegiatan sekelompok orang dan mempunyai sarana dimana kepentingan pihak-

pihak yang disalurkan kedalam usaha bersama. Tujuan dapat berupa hal yang

umum dan mungkin merupakan tujuan akhir serta dapat juga dijadikan sebagai

tujuan antara untuk seluruh organisasi.

Tujuan yang ada pada organisasi mempunyai beberapa sifat seperti yang

dikemukan oleh Reksohadiprodjo berikut:

1. Tujuan utama, seperti:

a. Menciptakan serta mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa;

b. Memenuhi tujuan-tujuan perorangan atau organisasi;

c. Memenuhi kewajiban terhadap masyarakat lingkungan.

2. Tujuan sekunder, seperti:

a. Pelaksanaan tugas-tugas secara ekonomis untuk mencapai tujuan

utama (primer);

b. Keefektifan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan-tujuan utama.


59

Tujuan yang ada pada organisasi akan mempunyai banyak manfaat bagi

organisasi yang bersangkutan dalam proses perumusan dan implementasi strategi

apabila manajemen puncak (eksekutif organisasi) dapat dengan baik merumuskan,

melembagakan, mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan tersebut melalui

organisasi.

c. Kebijakan

Pencapaian tujuan suatu organisasi baik organisasi pemerintahan maupun

organisasi lainnya dapat dilakukan apabila adanya kesamaan tujuan. Selain itu

pencapaian tujuan dapat dilakukan apabila adanya kebijakan yang mendukung.

Kebijakan pemerintah menurut Thomas R. Dye adalah is whatever governments

choose to do or not to do (apa yang pemerintah pilih dan apa yang tidak

pemerintah pilih) (Thomas R. Dye dalam Budi Winarno, 2012:20). Berdasarkan

pendapat tersebut, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka

harus ada tujuan dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan-tindakan

pemerintah bukan semata-mata pernyataan keinginan pemerintah. Dengan adanya

kebijakan maka dalam pencapaian tujuan tersebut pemerintah dapat menentukan

hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.

Pendapat lain mengenai kebijakan juga diungkapkan oleh William N.

Dunn, dimana menurutnya kebijakan publik adalah suatu proses ketata

pemerintahan dan administrasi pemerintah yang menghasilkan keputusan

pemerintah, dimana instansi yang terkait mempunyai wewenang atau kekuasaan

dalam mengarahkan masyarakat dan tanggung jawab melayani kepentingan

umum. (William N. Dunn dalam Budi Winarno, 2012:21).


60

Berdasarkan pada beberapa konsep kebijakan di atas menunjukan bahwa

unsur tujuan dan sarana merupakan unsur pokok yang harus ditetapkan dalam

membuat kebijakan. Selain itu kebijakan sangat erat hubungannya dengan

sasaran-sasaran yang diupayakan dan cara-cara bagaimana tujuan itu harus

dicapai.

2. Segi Keuangan

Keuangan mempunyai posisi yang sangat penting, karena dengan

keuangan suatu organisasi dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu dengan adanya keuangan yang

memadai maka pencapaian tujuan akan lebih mudah. Menurut Wajong, uang

diartikan sebagai:

1. Alat untuk mengukur harga barang dan jasa;

2. Alat untuk menukar barang dan jasa;

3. Alat penabung.

Segi keuangan mempunyai indikator sebagai berikut :

a. Profitabilitas

Profitabilitas menunjang bahwa organisasi dapat memperoleh keuntungan

dari tujuan yang hendak dicapai. Untuk mendapatkan suatu keuntungan maka

organisasi memerlukan beberapa hal, salah satunya adalah keuangan. Dengan

adanya keuangan yang memadai maka organisasi baik organisasi pemerintahan

maupun organisasi swasta berjalan lebih baik. Keadaan keuangan organisasi juga

dapat menentukan corak, bentuk serta kemungkinan-kemungkinan kegiatan yang

akan dilakukan.
61

b. Aktivitas

Aktivitas suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar apabila didukung

oleh keuangan yang memadai. Selain itu dengan adanya keuangan yang memadai

maka aktivitas suatu organisasi dapat berkembang dengan baik tidak terpaku pada

hal-hal itu saja. Dengan keuangan yang memadai juga dapat dilihat berhasil atau

tidaknya suatu aktivitas yang akan dilakukan oleh suatu organisasi, baik

organisasi pemerintah maupun organisasi lainnya.

c. Peluang Investasi

Investasi dapat meningkatkan sumber keuangan organisasi untuk waktu

jangka panjang (Siagian, 2008:107). Pemerintah dapat melalukan investasi kepada

pihak manapun, baik pihak swasta maupun pihak pemerintah itu sendiri. Salah

satu investasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dalam bidang

pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang baik kepada aparatur maka akan

adanya peningkatan kualitas dan kinerja SDM.

3. Segi Teknologi

Pemanfaatan teknologi berperan penting dalam peningkatan efisiensi dan

produktivitas kerja. Teknologi menurut Ignatius Suharto diartikan sebagai

sekumpulan pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan dunia industri.

Disamping itu, pemanfaatan teknologi juga dapat meningkatkan citra pemerintah

sebagai organisasi, apabila pemanfaatan teknologi tersebut dapat digunakan

dengan sebaik-baiknya (Siagian, 2008:112).


62

4. Segi Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat penting

dalam suatu organisasi dimana SDM dalam organisasi merupakan subyek dalam

setiap aktivitas atau dapat dikatakan sebagai unsur pelaksana. Strengths

(kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi SDM terdiri dari indikator

sebagai berikut (Siagian, 2008:115):

a. Manajerial

Manajerial atau kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat diperlukan

salah satunya dalam hal pengambilan keputusan. Pemimpin menurut Kartini

Kartono diartikan sebagai seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan

kelebihan – khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia

mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa seseorang pemimpin

harus mempunyai satu atau beberapa kelebihan. Hal tersebut dimaksudkan supaya

pemimpin tersebut mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan

dan membimbing bawahan.

Pendapat lain mengenai kepemimpinan juga diungkapkan oleh Taliziduhu

Ndraha adalah gejala sosial, kemampuan seseorang (suatu pihak) untuk

mempengaruhi orang lain melalui dirinya sendiri dengan cara tertentu sehingga

perilaku orang lain itu berubah atau tetap menjadi integratif .


63

Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas maka kepemimpinan yang

efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Menurut Chapman lima

landasan kepemimpinan yang kokoh, yaitu:

1. Cara berkomunikasi.

2. Pemberian motivasi.

3. Kemampuan memimpin.

4. Pengambilan keputusan.

5. Kekuasaan yang positif.

Berdasarkan pendapat di atas maka seorang pemimpin sangat diperlukan

dalam sebuah organisasi tidak hanya untuk mengambil keputusan yang baik,

tetapi dengan adanya kepemimpinan atau manajerial yang baik dan dengan tipe

kepemimpinan yang baik pula maka dapat meningkatkan motivasi anggota

organisasi. Motivasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi, dimana dengan

adanya motivasi maka aparatur mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai

produktivitas kerja yang tinggi.

Seorang pemimpin dalam mempengaruhi para bawahannya mempunyai

gaya atau tipe yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

seperti, latar belakang dari pemimpin, lingkungan serta hal lainnya. Gaya atau tipe

kepemimpinan menurut Kartini Kartono dibagi menjadi beberapa tipe, sebagai

berikut:

1. Tipe karismatis;

2. Tipe paternalistis dan maternalistis;

3. Tipe militeristri;
64

4. Tipe otokratis/otoritatif (authoritative, dominator);

5. Tipe laisser faire;

6. Tipe populistis;

7. Tipe administratif;

8. Tipe demokratis (group developer).

Berdasarkan pada hal tersebut, maka demokratis merupakan salah satu tipe

kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam mempengaruhi

bawahannya. Kepemimpinan demokratis lebih berorientasi kepada manusia dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Kepemimpinan

demokratis dalam pelaksanaanya sangat menghargai potensi setiap individu serta

mau mendengarkan nasehat bawahannya. Dalam kepemimpinan demokratis juga

ada sebuah penekanan pada disiplin diri, dari kelompok untuk kelompok.

b. Keterampilan

Masalah keterampilan SDM dalam suatu organisasi merupakan hal yang

sangat penting, hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan kinerja dari anggota

organisasi itu sendiri. Organisasi yang memiliki anggota dengan tingkat

keterampilan yang baik maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan.

Peningkatan terhadap keterampilan SDM dalam suatu organisasi dapat dilakukan

dengan berbagai upaya, seperti pemberian pelatihan dan pengembangan. Dengan

adanya pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada anggota organisasi

juga akan meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja anggota organisasi dalam

mencapai sasaran atau tujuan.


65

B. Lingkungan Eksternal: Peluang (Opportunities) dan Ancaman atau

Tantangan (Threats)

Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponen-komponen atau

variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi. Dalam rangka

pencapaian tujuan, sasaran dan dalam mengemban misi organisasi, tidak dapat

dielakan lagi bahwa sangat diperlukannya interaksi antara organisasi dengan

lingkungan eksternalnya. Faktor eksternal terdiri beberapa indikator, dimana

indikator tersebut dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman atau

tantangan (threats).

Indikator tersebut dapat menjadi peluang jika dimanfaatkan dengan baik

oleh organisasi yang bersangkutan. Peluang menurut Siagian diartikan sebagai

berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis

(Siagian, 2008:173). Analisa terhadap peluang bertujuan untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi. Jika

peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan menjadi

ancaman bagi organisasi, dimana ancaman adalah tantangan yang timbul karena

adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan

dalam lingkungan dan akan mengarah kepada penurunan kedudukan organisasi

apabila tidak adanya tindakan dengan tujuan yang tepat. Lingkungan eksternal

terdiri dari indikator, sebagai berikut:

1. Segi Teknologi

Teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

perkembangan suatu organisasi. Teknologi dalam organisasi dapat menciptakan


66

suatu peningkatan efesiensi kerja dan mutu produk. Faktor eksternal dari segi

teknologi terdiri dari sub-indikator sebagai berikut : (Siagian, 2008:80)

a. Perkembangan Teknologi

Teknologi pada saat ini berkembang demikian pesat. Perkembangan

teknologi yang sangat pesat tersebut mempunyai dampak yang positif dimana

lahirnya berbagai ilmu baru. Salah satu ilmu yang lahir setelah terjadinya

perkembangan teknologi yaitu e-Government. Dengan lahirnya ilmu tersebut

maka pemerintah dapat menggunakan teknologi dalam setiap aktivitasnya dan

dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi dalam aktivitasnya, pemerintah dapat merubah atau

memangkas panjangnya sistem birokrasi yang ada dengan sistem birokrasi yang

singkat.

b. Orang Semakin Comfortable Menggunakan Komputer

Komputer merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya sangat

pesat. Perkembangan dari komputer tersebut tidak hanya harus diikuti oleh

keterampilan dari aparatur organisasi tetapi juga harus diiringi dengan

keterampilan atau keahlian dari masyarakat (Siagian, 2008:81). Berdasakan hal

tersebut maka masyarakat akan semakin nyaman atau comfort dalam

menggunakan komputer dan tidak mengganggap perkembangan teknologi sebagai

suatu hal yang dapat mempersulit mereka. Dengan adanya kenyamanan dari

masyarakat dalam menggunakan komputer maka pemerintah dapat memanfaatkan

peluang itu dengan mengembangkan pemerintahan yang berbasis teknologi, salah

satunya dalam sistem pelayanan publik (Siagian, 2008:81).


67

2. Segi Ekonomi

Segi ekonomi atau dapat dikatakan sebagai faktor keuangan merupakan

hal yang penting dalam setiap organisasi baik itu organisasi pemerintahan maupun

organisasi di luar pemerintahan, karena tidak ada kegiatan yang tidak

membutuhkan biaya. Semakin besar jumlah uang yang tersedia, semakin banyak

pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan serta semakin

baik pula pengelolaannya. Segi ekonomi mempunyai indikator, sebagai berikut:

a. Adanya Peningkatan Pendapatan Pelanggan

Peningkatan terhadap pendapatan pelanggan secara tidak langsung adanya

peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik pertumbuhan ekonomi daerah

maupun pertumbuhan ekonomi negara (Siagian, 2008:65-67). Dengan adanya

peningkatan terhadap pendapatan pelanggan, dimana pemerintah sebagai suatu

organisasi dapat meningkatkan kualitas dari produknya, misalnya dengan

meningkatkan kualitas dari produk pelayanan publiknya. Peningkatan terhadap

kualitas dalam setiap organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi

lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan adanya hal tersebut maka

biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai pelanggan untuk

mendapatkan produk tersebut juga tidak sedikit tetapi karena adanya peningkatan

terhadap pendapatan mereka, maka hal tersebut tidak menjadi permasalahan yang

sangat berarti.

b. Adanya Penurunan Pendapatan Pelanggan

Penurunan terhadap perekonomian juga akan mempengaruhi

pembangunan suatu negara dan juga akan berpengaruh terhadap penurunan


68

pendapat perekonomian masyarakat (pelanggan). Dengan adanya penurunan

terhadap pendapatannya, maka pelanggan tidak menghendaki hal-hal yang

berlebihan dengan biaya yang cukup mahal. Pemerintah sebagai organisasi yang

bergerak di bidang pelayanan terhadap masyarakat dapat memahami situasi

tersebut dengan menurunkan biaya dalam proses pelayanan yang diberikan.

3. Segi Sosial

Berbagai interaksi yang terjadi antara organisasi dengan aneka ragam

kelompok masyarakat yang dilayaninya, untuk itu diperlukannya pengenalan

terhadap berbagai faktor sosial dalam masyarakat, seperti keyakinan, pendidikan

serta sistem nilai yang dianut. Pengenalan terhadap faktor sosial sangat penting

karena faktor sosial dalam masyarakat selalu berubah dimana perubahan tersebut

ada kalanya dengan intensitas yang sangat tinggi. Indikator dari segi sosial terdiri

dari (Siagian, 2008:73-78):

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan sosial yang

menjadi sasaran perhatian semua kalangan. Pendidikan sering digunakan sebagai

salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Masyarakat berdasarkan tingkat

pendidikan dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Masyarakat terbelakang atau tradisional, jika pendidikan masyarakat

rata-rata tingkat sekolah dasar.

2. Masyarakat dengan tingkat kemajuan sedang, jika tingkat pendidikan

masyarakat rata-rata sekolah menengah tingkat pertama.


69

3. Masyarakat maju, jika rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sudah

mencapai tingkat sekolah menengah atas atau lebih tinggi.

(Siagian, 2008:74).

Pendidikan dalam sebuah negara atau daerah dapat disoroti dalam berbagai

sudut pandang, seperti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka

dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi pula

(Siagian, 2008:74).

b. Budaya (Kultur)

Setiap organisasi mempunyai kepribadian dan jati diri yang khas.

Kepribadian dan jati diri tersebut tercermin pada kultur yang berlaku dalam

organisasi tersebut. Kultur suatu organisasi harus merupakan sub-kultur dari

kultur yang dianut oleh masyarakat (Siagian, 2008:75). Oleh karena itu, penting

bagi suatu organisasi untuk memahami kultur yang dianut oleh masyarakat.

Kultur suatu masyarakat menunjukan jati diri masyarakat tersebut dan

membedakan dengan masyarakat lainnya. Kultur itu sendiri sangat berperan

dalam penentuan batas-batas berperilaku dan penentuan norma-norma. Selain itu

kultur juga berperan dalam menentukan tata krama yang harus ditaati oleh

seseorang dalam interaksinya dengan orang lain termasuk penggunaan bahasa

(Siagian, 2008:77).
70

c. Demografi

Faktor demografi dapat dilihat dari sudut pengelompokan para anggota

masyarakat pada tiga kelompok utama, yaitu: (Siagian, 2008:78)

1. Kelompok yang belum produktif, kelompok ini terdiri dari bayi hingga

mencapai usia remaja. Para angggota masyarakat ini menurut peraturan

perundang-undangan belum diizinkan untuk memasuki pasaran kerja

tetapi kewajiban mereka lebih diarahkan untuk menuntut ilmu di

lembaga-lembaga formal.

2. Kelompok yang produktif, terdiri dari masyarakat yang kelompok

usianya memasuki dan berada pada pasaran kerja. Masyarakat yang

berada pada kelompok ini juga pada umumnya masih ada yang tidak

berhasil memperoleh pekerjaan (pengangguran).

3. Kelompok yang sudah berusia lanjut, terdiri dari masyarakat yang

pernah mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap sudah memasuki

usia pensiun.

Faktor demografi ini mengarah kepada beban yang harus dipikul oleh

kelompok masyarakat yang berada pada kelompok produktif dan mempunyai

pekerjaan dan penghasilan tetap.


71

2.5 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan penelitian, peneliti mencantumkan penelitian

terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan kajian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku dan sebagainya yang

dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian pengelolaan program

pemerintah. Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta

dipakai sumber untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian

ini. Berikut penelitian yang dibaca oleh peneliti.

Shara Anggraini (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Perusahaan

Daerah Kota Tanggerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota

Tanggerang”. Menggunakan teori analisis SWOT dalam Fred R. David (2009;324)

yang terdiri dari empat dimensi dalam Strengths, Weakness, Opportunities dan

Threats. Temuan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan strategi perusahaan daerah

pasar dalam penataan pedagang kaki lima di pasar anyar belum berjalan dengan

optimal. Pencapaian strategi yang belum optimal ini tidak terlepas dari faktor-

faktor dalam penerapan strategi tersebut, adapun faktor-faktor yang menyebabkan

belum optimalnua strategi yang dijalankan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang tersebut terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Lingkungan internal atau lingkungan yang berasal dari dalam organisasi terdiri

dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan yang terdapat dalam Strategi

Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar

diantaranya : Perusahaan Daerah Pasar memiliki komitmen yang tinggi untuk

melakukan penataan, sudah berkoordinasi dan berkomunikasi yang baik dengan


72

dinas-dinas terkait, lokasi Pasar Anyar yang strategis yaitu berada di tengah kota,

adanya peningkatan pendapatan dan laba perusahaan yang didapatkan, adanya

upaya pembenahan berbagai sarana dan prasarana di Pasar Anyar yang

berkesinambungan, dan Sumber Daya Manusia Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang sudah menunjang dan berkompeten untuk menjalankan suatu program

kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Faktor kelemahan antara lain:

belum bisa merubah mindset dari pedagang kaki lima, jumlah Sumber Daya

Manusia dalam Divisi Teknik dan Penertiban masih terbatas, Anggaran untuk

menjalankan program masih minim, Pengawasan dalam pemberian sanksi kepada

pedagang kaki lima yang melanggar belum tegas, pelayanan yang diberikan

kepada penggunjung pasar masih kurang dan belum ada pembinaan yang

diberikan kepada pedagang. Selain lingkungan internal, Strategi Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar

Anyar juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal atau

lingkungan yang berasal dari luar organisasi terdiri dari faktor peluang dan

ancaman. Faktor peluang antara lain: memberikan perlindungan kepada pedagang

kaki lima yang berradius 50 meter, adanya potensi pasar yang semakin meningkat,

adanya semacam sinergi atau kerjasama yang baik antara Perusahaan Daerah

Pasar dengan pedagang kaki lima, sumber pendapatan retribusi pedagang menjadi

sepenuhnya hak pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar, mendapatkan respon

positif dari pengunjung pasar dan Kota Tangerang memiliki pasar yang berdaya

tarik tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota

Tangerang. Faktor Ancaman antara lain : Adanya pertumbuhan pasar modern


73

yang semakin bertambah, adanya aksi penolakkan yang dilakukan pedagang kaki

lima dan menjamurnya pedagang kaki lima berdampak pada tingkat kriminalitas

yang tinggi.

Roza Mardhatillah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Strategi Pemasaran dengan Analisis SWOT untuk Meningkatkan Penjualan pada

PT. Forisa Nusapersada Padang”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk

mengetahui strategi pemasaran yang selama ini digunakan dalam meningkatkan

volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang dan 2) Untuk

mengetahui strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan dalam meningkatkan

volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang di masa akan datang.

Metode analisis data yang digunakan adalah tahap pengumpulan data (evaluasi

factor eksternal dan factor internal), lalu analisis PLC perusahaan dan tahap akhir

adalah tahap analisis SWOT dengan matriks SWOT yang akan memberikan

rekomendasi pengambilan keputusan yang tepat bagi pimpinan perusahaan. Jenis

metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Temuan dari hasil

penelitian ini adalah 1). Strategi pemasaran yang selama ini digunakan dalam

meningkatkan volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang antara

lain : berupaya lebih maksimal dalam mempromosikan produk unggulan, aktif

mendekati segmen pasar baru, dan berusaha keras mempertahankan citra produk

yang baik dan 2) Strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Forisa

Nusapersada Padang untuk meningkatkan penjualan produknya di masa akan

datang antara lain yaitu meningkatkan penjualan produk yang sama pada segmen
74

baru, meningkatkan kegiatan promosi dan jalur distribusi, membuat layanan

konsumen, lebih berinovasi dan meningkatkan kualitas SDM perusahaan.

Dian Faridah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “ANALISIS

SWOT Program Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMK

Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Latar belakang penelitian ini

bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang manajemen salah satu

tugasnya adalah mengatur proses pengelolaan kegiatan sekolah yang ada di SMK

Negeri 5 Yogyakarta. Dalam hal ini ada dua hal faktor yang berperan penting

dalam pencapaian tujuan analisis SWOT program pendidikan dalam peningkatan

mutu sekolah di SMK Negeri 5 Yogyakarta yaitu mengetahui analisis SWOT

yang ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta dan bagaimana upaya peningkatan mutu di

sekolah kemudian apakah hasil dari analisis SWOT ini dapat berpengaruh

terhadap peningkatan mutu sekolah di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Masalah yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi faktor-faktor internal

dan eksternal program pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, kemudian

bagaimana upaya peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta,

dan bagaimana hasil penerapan analisis SWOT program pendidikan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal program

pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, mengetahui upaya peningkatan mutu

pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, mengetahui hasil dari penerapan

analisis SWOT program pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan yang

ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan


75

yang bersifat kualitatif dengan mengambil lokasi di SMK Negeri 5 Yogyakarta.

Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil

dikumpulkan dan kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa : (1) faktor internal dan eksternal yang ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta

diantaranya yaitu: Tersedianya lahan yang cukup luas, terbatas sarana dan

prasarana sekolah, terbentuknya peluang kerja yang ditawarkan, dan munculnya

beberapa sekolah swasta di sekitaran SMK Negeri 5 Yogyakarta, (2) upaya

sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah yaitu dengan mengadakan pelatihan-

pelatihan untuk peserta didik dan mengadakan diklat untuk pendidik/tenaga

kependidikan, (3) Hasil analisis SWOT program pendidikan dalam meningkatkan

mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta diantaranya yaitu mengadakan

sumbangan buku untuk kelas IX dalam rangka menambahkan koleksi buku yang

ada di perpustakaan SMK Negeri 5 Yogyakarta.

Yesy Komala (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi

Peningkatan Pengelolaan Pajak Reklame di DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis strategi peningkatan pengelolaan pajak reklame di DKI

Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif melalaui

wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Strategi sangat penting untuk

melihat sejauh mana pajak reklame dapat terealisasi melalui strategi tersebut.

Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi peningkatan pengelolaan pajak

reklame di DKI Jakarta. Peneliti berkesimpulan bahwa strategi yang dilakukan

dinas pelayanan pajak adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.


76

Kemudian ada faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan pajak

reklame. Faktor pendukungnya seperti adanya sistem informasi reklame dan

petugas yang memahami wilayah pemungutan pajak reklamenya. Fakto

penghambat, salah satunya adalah masih maraknya reklame liar.

Semua hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, sangat

berkontribusi sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam penelitian ini,

terkait dengan strategi pengelolaan sebuah program. Yang membedakan penelitian

ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini akan mengkaji lebih dalam

tentang analisis SWOT pengelolaan program kampung KB yang baru berkembang

dan belum dikenal luas oleh masyarakat umum, padahal program ini merupakan

program keluarga berencana yang dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah

untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas, sehingga penelitian ini

sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan

keberadaan Kampung KB di Kabupaten Lebak.


77

2.6 Kerangka Pemikiran

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi laju pertumbuhan penduduk agar

tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar lagi, selain itu salah satu cara

yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lebak dengan menetapkan Program

Kampung KB (Keluarga Berencana) sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Lebak

Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung Keluarga Berencana

(KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung guna

mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang sejahtera. Dari latar

belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: (1) Belum adanya

kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam

meningkatkan kinerja kelompok kegiatan, (2) Belum maksimalnya payung hukum

yang konkrit dalam pelaksanaan Kampung Keluarga Berencana (KB), dan (3)

Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian penduduk dan

KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta

bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teori perencanaan strategi menurut Fred. R. David

(2009:324), dimana menurutnya untuk merumuskan suatu strategi yang tepat


78

dapat dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu: Tahap pertama yaitu Tahap Input melalui

Matrik EFI dan EFE, Kemudian Tahap kedua adalah Tahap Analisis melalui

Matrik SWOT. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian

ini dapat dilihat gambar dibawah ini:

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir

Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa
Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak

1. Belum adanya kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam
meningkatkan kinerja kelompok kegiatan.
2. Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan program Kampung Keluarga
Berencana (KB).
3. Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian penduduk dan KB, kesehatan,
sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta bidang lain yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

Manajemen Strategi menurut Pearce dan Strategi dalam Pengelolaan Surat Keputusan
Robbins (2011:20), yaitu : program Kampung KB, Bupati Lebak
Menurut David, Fred Nomor 476/Kep.41-
1. Merumuskan misi perusahaan (2009:324) tahap perencanaan BPPKB/2016.
2. Mengembangkan profil perusahaan strategi ada 2 tahap, yaitu : Tentang Penetapan
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan 1. Tahap Input Kampung KB di
4. Menganalisis opsi perusahaan Matrik EFI dan EFE Kabupaten Lebak.
5. Mengidentifikasi opsi 2. Tahap Analisis
6. Memilih seperangkat sasaran Matrik SWOT
7. Mengembangkan sasaran
8. Mengimplementasikan pilihan strategi
9. Mengevaluasi keberhasilan

Strategi yang Tepat dalam Pengelolaan Program Kampung KB


(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak
*Sumber: Diolah Peneliti, 2017
79

2.7 Asumsi Dasar Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan serta observasi awal

yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa

penelitian mengenai Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak

masih belum optimal dan belum memiliki pemilihan strategi yang tepat dalam

mencapai keberhasilannya. Hal ini dilihat berdasarkan dengan masih adanya

permasalahan-permasalahan yang timbul.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan

Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif karena bermaksud untuk mendalami dan menghayati suatu

obyek. Menurut David William (dalam Moleong, 2010:5) penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode

alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas

definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar

alamiah metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian

alamiah.

Sedangkan menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong 2010:4),

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada

latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi

perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

80
81

Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatkan disintesiskan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. (Moleong, 2010:6)

Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif. Langkah kerja untuk

mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjewantah dalam

suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk

kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti

menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam

menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari

data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh

dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori &

Komariah, 2010:28).

Jadi yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah berbentuk kata,

kalimat, untuk mengeksplorasi bagaimana kondisi faktual yang terjadi dengan

mendeskripsikan variabel yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam

hal ini peneliti mencoba menjelaskan bagaimana Analisis SWOT Pengelolaan

Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Penggunaan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan kualitatif

relevan dan cocok dengan masalah penelitian. Selanjutnya digunakan untuk

membangun pemahaman dan memberikan eksplanasi terhadap fenomena yang

diteliti.
82

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan suatu bagian yang membatasi dan

menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal

ini, ruang lingkup penelitian digunakan untuk menjadi batasan penelitian agar

terfokus pada fokus penelitian. Dengan itu maka diharapkan dapat memudahkan

peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai

“Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”.

Pembatasan ruang lingkup penelitian sendiri didasarkan pada penjabaran

yang terdapat pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan secara ringkas

dalam identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup atau batasan masalah dalam

penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah Analisis SWOT Pengelolaan

Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak secara mendalam.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan locus penelitian yang akan

dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.

Penelitian ini dilakukan di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung. Penentuan lokasi penelitian ini dengan alasan bahwa penetapan

program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kabupaten Lebak ialah di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung. Oleh karenanya,

peneliti akan meneliti terkait Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB


83

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual adalah memberikan penjelasan mengenai konsep dari

variabel penelitian yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

konsep kerangka berpikir penelitian itu sendiri. Variabel penelitian ini adalah

Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perumusan

strategi dalam Fred R. David (2009:324) yang menjelaskan bahwa dalam teknik

analisis SWOT terdapat 4 variabel yang mempengaruhi keberhasilan strategi

yang telah digunakan, yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats.

Keempat variabel ini dinilai tepat untuk menjawab permasalahan yang ada dalam

penelitian ini.

1. Strength (Kekuatan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari organisasi pada saat ini.

2. Weakness (Kelemahan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan

kelemahan dari organisasi pada saat ini.

3. Opportunities (Peluang), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan peluang

diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi

dimasa depan.
84

4. Threats (Ancaman), yaitu situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi

yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi

dimasa depan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam penelitian Analisis

SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung

Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, peneliti

menggunakan pendekatan Analisis SWOT dimana Analisis SWOT ini merupakan

suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-

langkah strategi dalam pengoptimalan usaha. Adapun dimensi dan indikatornya

yang digunakan Tabel 3.1 dibawah ini :


85

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Penelitian

No Indikator Pertanyaan

1. Strengths Apakah tujuan dari adanya program kampung KB di Kampung

Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten

Lebak?

Apa saja manfaat dari adanya program kampung KB oleh

DPPKBP3A Kabupaten Lebak, baik bagi pemerintah dan

masyarakat/warga kampung KB?

Apakah kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten

Lebak dalam pengelolaan program kampung KB di kampung

Kaso?

Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya

dan sudah sejauh mana upaya dalam pengelolaan program

kampung KB di kampung Kaso?

2. Weakness Apa kelemahan yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten

Lebak dalam mengelola program kampung KB?

Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningktakan

sarana dan prasarana dalam pengelolaan program kampung KB

di Kampung Kaso?

Bagaimana kinerja atau cara DPPKBP3A Kabupaten Lebak

dalam melakukan pengawasan kampung KB di kampung Kaso?


86

Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?

Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)

guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya?

3. Opportunities Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten

Lebak dengan dilakukannya program kampung KB di kampung

Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten

Lebak?

Bagaimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam memanfaatkan

peluang yang didapatkan?

4. Threats Apa saja ancaman atau kendala yang dihadapi oleh DPPKBP3A

dalam pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?

Bagaimana pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam

menangani ancaman atau kendala tersebut?

Sumber: Peneliti, 2017


87

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono, 2009:59). Selanjutnya Nasution (dalam

Sugiyono 2009:60) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan


manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus
penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis

besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution

(dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk

penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa

test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali

manusia.
88

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelaksana

Peneliti sebagai key instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh

peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun

logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri

seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki

lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2010: 22).

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan


89

pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau

alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses

penelitian. (Moleong 2010:168)

Penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak”, instrumen yang digunakan adalah peneliti

sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menempatkan diri sebagai observer. Adapun

jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Peneliti sebagai key instrument dalam penelitian karena peneliti dapat

merasakan langsung, mengalami, melihat sendiri obyek atau subyek yang sedang

diteliti. Selain itu, peneliti juga mampu menentukan kapan penyimpulan data telah

mencukupi, data telah jenuh, dan kapan penelitian dapat dihentikan.

Peneliti juga dapat langsung melakukan pengumpulan data, melakukan

refleksi secara terus-menerus dan secara gradual membangun pemahaman yang

tuntas mengenai sesuatu, dalam hal ini Analisis SWOT Pengelolaan Program

Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu data-data yang didapat

berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan

observasi lapangan. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa

dokumen tertulis berupa catatan atau dokumentasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak,

seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang
90

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun alat-alat tambahan yang

digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara, alat

perekam, buku catatan dan kamera.

Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah

penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan memengaruhi

penentuan teknik pengumpulan data. Banyak masalah yang telah dirumuskan

tidak dapat dipecahkan dengan baik, karena teknik untuk memperoleh data yang

diperlukan tidak dapat menghasilkan data yang diinginkan (Satori & Komariah,

2010:103). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian mengenai “Analisis

SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung

Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, dengan

menggunakan beberapa macam teknik, diantaranya:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi menurut Satori dan Komariah, (2010:105) bahwa “observasi

adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung

mapun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam

penelitian”. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh di belakang meja,

tetapi harus terjun ke lapangan, tetangga, organisasi, dan komunitas. Data yang

diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan,

dan keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa

interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam

berorganisasi. Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan


91

dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian

ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan

langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut

melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas

penelitian.

Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain

yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Konsep

yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang

mengklasifikasikan observasi sebagai berikut:

a. Observasi berpartisipasi (participant observation)

b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation

and convert observation), dan

c. Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation)

Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang

dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, dimana

peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada

sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan

juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data

penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam dan terpercaya.

Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar dimana pihak-pihak
92

yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan aktivitas

meneliti.

2. Wawancara

Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono,2009;59). Selanjutnya Nasution (dalam

Sugiyono 2009;60) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan


manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus
penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis

besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution

(dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk

penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.


93

3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa

test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali

manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelaksana

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

di teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

atau keyakinan pribadi (Sugiyono,2012;72).

Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang pengumpulan

data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu

untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara

mendapat berabagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam

penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai


94

penelitian. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu

berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan,

dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami

peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-

hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian

b. Menjelaskan alasan mengapa informan terpilih untuk diwawancarai

c. Menentukan strategi dan taktik wawancara

d. Mempersiapkan pencatat data wawancara

Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan

untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga

informan untuk memberikan keterangan dengan jujur. Selanjutnya, peneliti

mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata

dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat.

Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama.

Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya

adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi dan pengetahuan

orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu

akan menentukan masa depannya. Alasan kedua melakukan wawancara lebih dari
95

satu kali adalah untuk memenuhi criteria rigor (ketepatan/ketelitian). Selain itu

juga memungkinkan peneliti mengkonfirmasi atau mengklasifikasi informasi yang

ditentukan pada wawancara pertama.

Jadi, dapat disimpulkan wawancara terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

meliputi perkenalan, memberikan gambaran singkat proses wawancara dan

membangun hubungan saling percaya. Tahap kedua merupakan tahap terpenting

dengan diperolehnya data yang berguna. Tahap terakhir adalah ikhtisar dari

respon informan dan memungkinkan konfirmasi atau adanya informasi tambahan.

3. Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode

ini hanya mengambil data yang sudah ada di DPPKBP3A Kabupaten Lebak,

seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode ini juga digunakan

untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam

penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak

digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Penggunaan metode

dokumentasi dalam penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program

Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja

Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, digunakan sebagai data


96

pendukung terkait masalah penelitian. Dengan adanya data pendukung tersebut

ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-data primer yang didapatkan

dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti sebelumnya.

3.6 Informan Penelitian

Menurut Denzin & Lincoln (dalam Fuad & Nugroho 2014: 57-58), seorang

peneliti harus bisa menemukan “orang dalam” (an insider), salah satu anggota

partisipan yang ingin menjadi informan dan berperan sebagai pengarah dan

penerjemah muatan-muatan budaya, dan pada saat yang lain, jargon dan bahasa

kelompok setempat. Meskipun wawancara dapat dilakukan tanpa bantuan seorang

informan, namun sebaiknya tetap menggunakan informan yang baik, sebab

dengan begitu maka peneliti dapat menghemat waktu lebih banyak dan dapat

menghindarkan kesalahan-kesalahan selama proses berlangsung. Untuk itulah

perlunya key informan dalam penelitian.

Penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak”, dalam pemilihan informannya menggunakan

teknik Purposive Sampling (sampel bertujuan). Menurut Bungin (2011:107),

purposive sampling adalah strategi menentukan kelompok peserta yang menjadi

informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian

tertentu. Key informan digunakan sebagai informan didasarkan pada penguasaan

informasi dan secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci dalam proses sosial selalu

langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu. Key
97

informan dalam penelitian ini adalah sektor pemerintah sedangkan yang menjadi

secondary informan dalam penelitian ini adalah sektor masyarakat.

Teknik pemilihan informan dalam penelitian mengenai “Analisis SWOT

Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso

Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak” adalah teknik

Purposive Sampling dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu yang dapat

dijadikan informan yang berdasarkan pengetahuan peneliti, informan tersebut

memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Berikut adalah deskripsi

informan dalam penelitian “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak”, yang diantaranya :


98

Tabel 3.2

Deskripsi Informan Penelitian

Jabatan/Status Sosial
Koding Kategori Koding Status Informan
informan
Kepala DPPKBP3A
I1.1
Kabupaten Lebak
Sekertaris DPPKBP3A
I1.2
Kabupaten Lebak
Kabid KB-KS
I1.3 DPPKBP3A
Dinas Pengendalian
Kabupaten Lebak
Penduduk, Keluarga
Kabid Pengendalian
Berencana,
Penduduk, Penyuluhan Key
I1 Pemberdayaan
I1.4 & Penggerakan Informan
Perempuan dan
DPPKBP3A
Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak
Kasie Perlindungan
I1.5 Anak DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Kasie Pengendalian
I1.6 Penduduk DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I2.1 Kepala Desa Sukaraja
Sekertaris Desa
I2 Perangkat Desa I2.2
Sukaraja
Secondary
I2.3 Staff Desa Sukaraja
Informan
I3.1 PLKB Desa Sukaraja
PLKB dan Masyarakat
I3 I3.2 Masyarakat
Desa Sukaraja
I3.3 Masyarakat
(Sumber: Peneliti, 2017)
99

3.7 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data

3.7.1 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong

2010:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam

menganalisis data penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan,

maka peneliti menggunakan analisis data model Miles & Huberman. Model

interaktif Miles & Huberman dapat dipahami dengan gambar dibawah ini:

Koleksi Penyajian
data Data

Reduksi
Data
Kesimpulan /
Verifikasi

Gambar 3.1

Analisis Data Miles & Huberman

Berikut adalah penjelasan mengenai gambar analisis data menurut Miles &

Huberman (dalam Fuad & Nugroho 2014:16-18), yang diantaranya:

a. Reduksi Data (Data Reduction), dimaknai sebagai proses memilah dan

memilih, menyederhanakan data yang terkait dengan kepentingan penelitian


100

saja, abstraksi dan transformasi data-data kasar dari catatan lapangan.

Reduksi data perlu dilakukan karena ketika peneliti semakin lama di kancah

penelitian akan semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti

kumpulkan. Tahap dari reduksi adalah memilah dan memilih data yang

pokok, fokus pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai

dengan tema, membuat ringkasan, member kode, membagi data dalam

partisi-partisi dan akhirnya dianalisis sehingga terlihat pola-pola tertentu.

b. Penyajian Data (Data Display) berupa uraian singkat, bagan, hubungan

kausal dengan kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dapat

membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis

selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.

c. Menarik kesimpulan/ verifikasi (Conclusion: Drawing/ Verifying),

merupakan langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan

Huberman. Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian

data, terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data dan didukung

dengan teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian mendapatkan gambaran

utuh tentang fenomena yang diteliti dan kemudian dapat menyimpulkan

fenomena tersebut sebagai temuan baru.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian mengenai “Analisis SWOT

Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso

Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, menggunakan

teknik analisis data Miles & Huberman dengan empat langkah analisis data, yaitu

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal ini
101

digunakan sebagai alat untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis data

yang didapat dari hasil penelitian lapangan dan mendapatkan kesimpulan

mengenai penelitian yang dilakukan peneliti.

3.7.2 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan

kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah

tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti seperti yang dikatakan Denzin

dengan “Triangulasi”. Istilah penggabungan metode ini dikenal lebih akrab di

kalangan pemula dengan istilah „meta-metode‟ atau „mix-method‟, yaitu metode

campuran, dimana metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama-sama

dalam sebuah penelitian. Metode ini digunakan sebagai alat untuk menguji apakah

data hasil penelitian yang telah dikumpulkan terdapat perbedaan atau tidak,

sehingga dapat diketahui data tersebut dianggap absah atau tidak. Penelitian

mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak”, menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan untuk

menguji keabsahan data dari hasil penelitian lapangan. Berikut adalah teknik

triangulasi pendekatan yang digunakan peneliti, yang diantaranya:

a. Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah

diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut kemudian

dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks. Data dari
102

sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan

yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.

b. Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai

macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dari ketiga teknik

tersebut dibandingkan, adakah konsistensi. Jika berbeda, maka dapat

dijadikan catatan dan dilakukan pengecekkan selanjutnya mengapa data bisa

berbeda (Fuad & Nugroho, 2014:19-20).

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam menguji keabsahan data, peneliti

menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan. Dengan menggunakan teknik

triangulasi sumber, peneliti memperoleh dari sudut pandang pemerintah dan

masyarakat. Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti melakukan cek data

dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hal ini

dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui apakah data yang didapatkan

terdapat perbedaan atau tidak. Dan jika terdapat perbedaan, maka selanjutnya

peneliti dapat melakukan pengecekkan ulang di lapangan, mengapa data yang

diterima berbeda, dan digunakan sebagai catatan penelitian. Selain itu, peneliti

juga menggunakan member check dalam menguji keabsahan data. Member check

dilakukan dengan melakukan pengecekkan data yang diperoleh kepada informan

penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

telah sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh informan penelitian, sehingga

data yang didapat merupakan data yang valid dan kredibel sesuai dengan yang

telah disesuaikan dan disepakati oleh informan penelitian yang kemudian


103

ditandatangani sebagai bukti autentik bahwa peneliti telah melakukan member

check.

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian adalah menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta

tahapan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan mengenai

“Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”,

berikut adalah rincian jadwal penelitian :


104

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Tahun
No Kegiatan 2016 2017
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov
Pengajuan
1
Judul
Observasi
2
Awal
Penyusunan
3
Proposal
Bimbingan
dan
4
Perbaikan
Proposal
Seminar
5
Proposal
Proses
pencarian
6
data
dilapangan
Pengolahan
7 dan Analisis
Data
Penyusunan
8
Bab 4 dan 5
Bimbingan
9
Bab 4 dan 5
Perbaikan
10
Bab 4 dan 5
Sidang
11
Skripsi
Sumber: Peneliti, 2017
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran

umum Kabupaten Lebak, gambaran umum Desa Sukaraja, gambaran umum

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Hal tersebut akan

dipaparkan dibawah ini :

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak

Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lebak berada pada rentang

koordinat 105º.25` – 106º.30` BT dan 6º.18` – 7º.00` LS. Wilayah

Kabupaten Lebak sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang dan

Kabupaten Tangerang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor

dan Kabupaten Sukabumi, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Pandeglang dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Lebak merupakan daerah otonom terluas di Provinsi

Banten dengan luas wilayah 330.507,18 Km² atau 330.507,18 Ha yang

secara administratif membawahi 28 Kecamatan, 340 Desa serta 5

Kelurahan yang dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut :

105
106

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kabupaten Lebak menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha)


1 Malingping 10.201,47
2 Wanasalam 11.419,02
3 Panggarangan 17.715,51
4 Bayah 14.377,21
5 Cilograng 9.601,71
6 Cibeber 40.096,41
7 Cijaku 11.468,42
8 Banjarsari 15.955,50
9 Cileles 15.338,76
10 Gunungkencana 13.801,50
11 Bojongmanik 9.591,83
12 Leuwidamar 14.305,09
13 Muncang 8.695,38
14 Sobang 11.149,34
15 Cipanas 6.525,30
16 Sajira 10.466,64
17 Cimarga 18.752,65
18 Cikulur 6.182,97
19 Warunggunung 4.736,53
20 Cibadak 3.632,71
21 Rangkasbitung 7.309,70
22 Maja 7.817,14
23 Curugbitung 9.317,33
24 Cihara 12.469,86
25 Cigemblong 15.304,93
26 Cirinten 12.254,95
27 Lebakgedong 9.159,98
28 Kalanganyar 2.859,34
Jumlah 330.507,18
Sumber : RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2014 – 2019

Dengan visualisasi Luas Wilayah Kabupaten Lebak berdasar data

tersebut di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah total di Kabupaten

Lebak ialah 330.507,18 Ha yang dibagi kedalam 28 kecamatan. Peta

Wilayah Kabupaten Lebak sebagai berikut :


107

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kabupaten Lebak

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak, RTRW Kab. Lebak 2014-2034

Selanjutnya berdasarkan Pembagian wilayah administrasi di

Kabupaten Lebak dibagi berdasarkan wilayah kerja pembangunan,

diupayakan agar lebih optimal dalam pelaksanaan pembangunan secara

bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan RPJMD Tahun 2014 – 2019.

Adapun wilayah administrasi pembangunan di Kabupaten Lebak dibagi

menurut letak wilayah secara geografis sebagaimana tabel di bawah ini :


108

Tabel 4.2

Pembagian Wilayah Administrasi Pembangunan Kabupaten Lebak

Wilayah Wilayah
Wilayah Pembangunan
Wilayah Pembangunan Pembangunan Pembangunan
Lebak Utara, meliputi : Lebak Timur,
Lebak Selatan, Lebak Barat,
meliputi :
meliputi : meliputi :
a. Kecamatan a. Kecamatan Cipanas a. Kecamatan
a. Kecamatan
Malingping b. Kecamatan Banjarsari
Rangkasbitung
b. Kecamatan Muncang b. Kecamatan
b. Kecamatan
Wanasalam c. Kecamatan Sobang Gunungkencana
Warunggunung
c. Kecamatan Cijaku d. Kecamatan Sajira c. Kecamatan Cileles
c. Kecamatan Cibadak
d. Kecamatan e. Kecamatan
d. Kecamatan Cikulur
Panggarangan Leuwidamar
e. Kecamatan
e. Kecamatan Bayah f. Kecamatan
Cimarga
f. Kecamatan Bojongmanik
f. Kecamatan Maja
Cilograng g. Kecamatan
g. Kecamatan
g. Kecamatan Cibeber Lebakgedong
Curugbitung
h. Kecamatan h. Kecamatan Cirinten
h. Kecamatan
Cigemblong
Kalanganyar
i. Kecamatan Cihara
Sumber : RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2014 - 2019

Pembagian wilayah administrasi pembangunan Kabupaten lebak dibagi

menjadi empat wilayah pembangunan, yaitu wilayah pembangunan bagian utara,

wilayah pembangunan bagian selatan, wilayah pembangunan bagian timur, dan

wilayah pembangunan bagian barat, yang masing-masing dikelompokkan dengan

28 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Lebak.

Tabel 4.3

Komposisi Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Kecamatan Laki-laki (L) Perempuan (P) Jumlah


1 Malingping 28.715 27.983 56.698
109

2 Wanasalam 24.047 22.628 46.675


3 Panggarangan 17.271 16.196 33.467
4 Bayah 20.761 20.031 40.774
5 Cilograng 16.054 14.869 30.923
6 Cibeber 25.131 23.440 48.571
7 Cijaku 12.776 12.238 25.014
8 Banjarsari 28.087 26.639 54.726
9 Cileles 24.342 22.834 47.176
10 Gunungkencana 15.946 15.074 31.020
11 Bojongmanik 10.420 9.789 20.029
12 Leuwidamar 24.772 22.811 47.583
13 Muncang 16.472 15.484 31.956
14 Sobang 13.530 12.670 26.200
15 Cipanas 23.145 22.104 45.249
16 Sajira 22.843 22.192 45.035
17 Cimarga 31.077 29.198 60.275
18 Cikulur 24.031 22.861 46.892
19 Warunggunung 27.095 25.572 52.667
20 Cibadak 30.086 28.274 58.360
21 Rangkasbitung 60.612 57.702 118.314
22 Maja 25.561 23.886 49.447
23 Curugbitung 15.815 14.648 30.463
24 Kalanganyar 16.416 15.286 31.702
25 Lebakgedong 9.218 8.906 18.124
26 Cirinten 12.250 11.305 23.555
27 Cigemblong 8.908 8.515 17.423
28 Cihara 14.300 13.300 27.600
Jumlah 599.681 566.417 1.166.098
Sumber : Disdukcapil Kab. Lebak, Januari 2015 (data diolah)

Komposisi Penduduk Kabupaten Lebak menurut Jenis Kelamin adalah

sebagaimana tabel 4.3 diatas. Gambaran umum demografis wilayah Kabupaten

Lebak yaitu Penduduk Kabupaten Lebak pada Semester I Tahun 2015 berjumlah

1.166.098 jiwa, yang terdiri dari 599.681 laki-laki dan 566,417 perempuan dengan

tingkat kepadatan penduduk rata–rata sekitar 352,82 Jiwa per Km2.


110

Tabel 4.4

Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Lebak Tahun 2014

Jumlah Kepala Keluarga


No. Kecamatan Jumlah
Laki – Laki Perempuan
1 Malingping 19.932 3.546 19.478

2 Wanasalam 13.261 2.783 16.044

3 Panggarangan 9.516 1.692 11.208

4 Bayah 11.369 2.050 13.419

5 Cilograng 8.736 1.435 10.171

6 Cibeber 14.766 2.414 17.180

7 Cijaku 6.819 1.582 8.401

8 Banjarsari 15.153 3.432 18.585

9 Cileles 12.345 2.744 15.089

10 Gunungkencana 8.620 1.927 10.547

11 Bojongmanik 5.830 1.212 7.042

12 Leuwidamar 13.518 2.746 15.904

13 Muncang 7.722 1.741 9.463

14 Sobang 7.595 1.416 9.011

15 Cipanas 11.824 2.807 14.631

16 Sajira 11.723 2.743 14.466

17 Cimarga 15.415 13.555 18.970

18 Cikulur 11.767 3.022 14.789

19 Warunggunung 13.456 3.173 16.629

20 Cibadak 15.403 3.254 18.657

21 Rangkasbitung 31.416 6.979 38.415


111

22 Maja 12.171 3.007 15.178

23 Curugbitung 7.552 1.872 9.424

24 Kalanganyar 7.889 1.693 9.582

25 Lebakgedong 4.754 1.093 5.847

26 Cirinten 6.724 1.383 8.107

27 Cigemblong 5.220 1.482 6.702

28 Cihara 7.855 1.469 9.324

Jumlah 314,011 68,252 382.263

Sumber : Disdukcapill Kab. Lebak, Semester I 2015 (data diolah)

Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Lebak berdasarkan data pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada Tahun 2014 adalah 382.263 Kepala

Keluarga yang terbagi kedalam 314.011 laki-laki dan 68.252 perempuan.

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Warunggunung

Warunggunung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten, Indonesia. Kecamatan Warunggunung terletak di sebelah utara Kabupaten

Lebak dengan jarak ± 9 Km dari Ibu kota Kabupaten Lebak dengan ketinggian

350 mdpl. Dalam segi geografis letak Kecamatan Warunggunung sangat strategis

selaian dekat dengan kota Rangkasbitung sebagai pusat pemerintahan Kabupaten

Lebak, Kabupaten Pandeglang yang berjarak ± 12 Km, dan serang sebagai Ibu

kota Provinsi Banten dengan jarak ± 24 Km telah pula ditunjang dengan sarana

jalan yang cukup memadai sehingga memudahkan akses transportasi. Kecamatan

Warungunggunung mempunyai batas-batas wilayah sebagi berikut:


112

- Sebelah Utara : Kabupaten Serang

- Sebelah Timur : Kecamtan Cibadak

- Sebelah Selatan : Kecamatan Cikulur

- Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang

Luas wilayah Kecamatan Warunggunung adalah 5497.05 Ha, dengan

jumlah Desa sebanyak 12 Desa dan penggunaan lahan sebagai berikut : lahan

sawah sebesar 36 %, lahan darat sebesar 49 %, lahan pemukiman sebesar 15 %.

Penduduk Kecamatan Warunggunung hingga tahun 2011 sebanyak 14,926 KK

dan 53,036 jiwa yang terdata di 240 Rt dan 58 Rw.

Gambar 4.2

Peta Kecamatan Warunggunung

Sumber: Kecamatan Warunggunung Dalam Angka 2016


113

Sukaraja adalah salah satu desa di Kecamatan Warunggunung, Kabupaten

Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Desa Sukaraja berbatasan dengan Kabupaten

Serang disebelah Utara, Desa Banjarsari disebelah Selatan, Kabupaten

Pandeglang disebelah Barat, dan Desa Padasuka disebelah Timur.

Tabel 4.5

Daftar Kampung di Desa Sukaraja

No Nama Kampung
1 Kampung Kaso Manggu
2 Kampung Kaso Masjid
3 Kampung Kaso Kobat
4 Kampung Kaso Kandang
5 Kampung Kaso Co’o
6 Kampung Kaso Cibodas
7 Kampung Kaso Aboh
8 Kampung Kaso Cipancir
9 Kampung Kaso Bunut
10 Kampung Kaso Nangklak
11 Kampung Kaso Sabrang
12 Kampung Kaso Pulo
13 Kampung Kaso Kasendor
14 Kampung Pangasih Pasir
15 Kampung Pangasih Kopi
16 Kampung Pangasih Masjid
17 Kampung Baru
18 Kampung Dukuh Asem
19 Kampung Pasir Keris
20 Kampung Pasir Astiam
21 Kampung Pasir Pesing
22 Kampung Panenjoan
23 Kampung Batu Bangkong
24 Kampung Ciloa
25 Kampung Sinangelet
26 Kampung Pasir Awi
114

27 Kampung Pasir Gdg Lebak


28 Kampung Gdg Pasar
29 Kampung Cipakuan
30 Kampung Pamidangan

Sumber: Data Profil Sukaraja, 2016

Di Desa Sukaraja terdapat 30 Kampung dan Kampung KB (Keluarga

Berencana) di Desa ini terdapat di RW 01, yaitu Kampung Kaso Kandang.

Kampung Kaso Kandang memiliki jumlah penduduk sebanyak 287 jiwa. Yaitu

terdapat 151 jiwa penduduk laki-laki dan 136 jiwa penduduk perempuan, yang

terbagi kedalam 91 KK (Kartu Keluarga).

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak

DPPKBP3A Kabupaten Lebak memiliki tugas pokok dan

fungsi sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pembentukan

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak, yaitu: “Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan

perempuan”.
115

Penyediaan pelayanan KB, peningkatan ketahanan

keluarga, perlindungan anak dan perempuan dari tindak kekerasan

serta pemberdayaan perempuan terutama pada keluarga miskin

merupakan tugas pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Lebak

yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

A. Visi dan Misi DPPKBP3A Kabupaten Lebak

Visi yaitu cara pandang jauh ke depan kemana instansi atau organisasi

harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Visi merupakan

kondisi masa depan yang dicita-citakan dan merupakan komitmen bersama

tanpa ada paksaan dalam upaya merancang dan mengelola perubahan untuk

mencapai tujuan. Visi dari DPPKBP3A Kabupaten Lebak dirumuskan sejalan

dengan Visi Pemerintah Kabupaten Lebak: “MENUJU KABUPATEN

LEBAK YANG MAJU DAN BERDAYA SAING MELALUI

PEMANTAPAN PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN

PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN”, Visi DPPKBP3A

yaitu: “Terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Kesetaraan Gender

dan Perlindungan Anak”.

Misi merupakan tujuan utama kearah mana perencanaan/program

Intansi Pemerintah ingin dicapai. Misi SKPD adalah rumusan umum

mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi

SKPD.
116

Untuk mencapai Visi tersebut DPPKBP3A telah menetapkan Misi

yaitu:

1. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui pengaturan

kelahiran dan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi;

2. Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga serta memperkuat

kelembagaan dan jejaring program KB;

3. Meningkatkan Pengarusutamaan Gender, advokasi dan perlindungan

anak melalui peningkatan kesetaraan dan keadilan gender, peningkatan

penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

B. Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi DPPKBP3A

Kabupaten Lebak.

1) Kedudukan

Kedudukan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak :

a) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selanjutnya

disebut DPPKBP3A adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah

di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.

b) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.


117

2) Tugas Pokok

Tugas Pokok Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang keluarga

berencana dan pemberdayaan perempuan.

3) Fungsi

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas

DPPKBP3A Kabupaten Lebak mempunyai fungsi yaitu :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan

perempuan dan KB;

b. Pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang pemberdayaan

perempuan dan keluarga berencana;

c. Pemberian pelayanan teknis di bidang pemberdayaan

perempuan dan KB;

d. Pengkoordinasian program pemberdayaan perempuan dan KB;

e. Penyusunan rencana dan evaluasi program pemberdayaan

erempuan dan keluarga berencana;

f. Pelaksanaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan,

keuangan, pengelolaan kepegawaian, peralatan, dan

perlengkapan Badan;

g. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis.


118

4) Struktur Organisasi

Struktur organisasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, membawahi:

a) Sub bagian program, evaluasi dan pelaporan;

b) Sub bagian keuangan; dan

c) Sub bagian umum.

c. Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahi:

a) Sub bidang PUG dan PUA;

b) Sub bidang perlindungan perempuan dan anak.

d. Bidang KB dan KR membawahi:

a) Sub bidang pelayanan dan jaminan Keluarga Berencana;

dan

b) Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi.

e. Bidang Keluarga Sejahtera dan Informasi Keluarga membawahi:

a) Sub bidang informasi dan data keluarga; dan

b) Sub bidang pemberdayaan dan ketahanan keluarga.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

g. Unit Pelayanan Teknis.


119

Gambar 4.3

Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

KEPALA

SEKRETARIAT

KELOMPOK
JABATAN SUB BAGIAN SUB
FUNGSIONAL PROGRAM, SUB BAGIAN BAGIAN
EVALUASI DAN KEUANGAN
PELAPORAN
UMUM

BIDANG BIDANG BIDANG


KELUARGA KELUARGA PEMBERDAYAAN
BERENCANA SEJAHTERA PEREMPUAN

SUB BIDANG SUB BIDANG


JAMINAN DAN PEMBERDAYAAN SUB BIDANG
PELAYANAN DAN KETAHANAN PENGARUSUTAMAAN
KELUARGA KELUARGA GENDER
BERENCANA

SUB BIDANG SUB BIDANG


REMAJA DAN SUB BIDANG
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGAN INFORMASI DAN
DATA KELUARGA PEREMPUAN DAN
HAK-HAK
REPRODUKSI ANAK

Bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dipimpin oleh

seorang kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Kepala Badan serta mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (DPPKBP3A) di bidang jaminan pelayanan keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi, serta perlindungan remaja dan hak-hak

reproduksi.
120

Dalam melaksanakan tugasnya bidang keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi mempunyai fungsi :

1) Pengkordinasian dan pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan

kebijakan di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;

2) Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, pembinaan, pengawasan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi;

3) Pengkoordinasian dan pelaksanaan pemberian jaminan dan pelayanan

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;

4) Pengkoordinasian dan pelaksanaan perlindungan dan penanggulangan

hak-hak kesehatan reproduksi remaja;

5) Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan instansi

lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk kepentingan

pelaksanaan tugas keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ; dan

6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

tugas dan fungsinya.

Bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi membawahi :

1) sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana; dan

2) sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi;

Sub bidang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang

berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada kepala bidang keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi.


121

1) Sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana

Sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana

mempunyai tugas tugas melaksanakan dan mengendalikan

program jaminan dan pelayanan keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi.

Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang pelayanan dan jaminan

keluarga berencana mempunyai fungsi :

 pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pelayanan dan

jaminan keluarga berencana;

 pelaksanaan pemberian pelayanan dan jaminan keluarga

berencana;

 pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan

instansi lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk

 kepentingan pelaksanaan tugas pelayanan dan jaminan keluarga

berencana;

 pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan

pelaporan di bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana;

dan

 pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai tugas dan fungsinya.


122

2) Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi

Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi

mempunyai tugas melaksanakan dan mengendalikan program

perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi melalui jalur

keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang perlindungan remaja

dan hak-hak reproduksi mempunyai fungsi :

 pelaksanaan program dan kegiatan di bidang perlindungan

remaja dan hak-hak reproduksi;

 pelaksanaan pemberian perlindungan remaja dan hak-hak

 reproduksi;

 pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan

instansi lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk

 kepentingan pelaksanaan tugas perlindungan remaja dan

hak-hak reproduksi;

 pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan

pelaporan di bidang perlindungan remaja dan hak-hak

reproduksi; dan

 pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan sesuai tugas dan fungsinya.


123

4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian adalah penjelasan mengenai data yang

telah didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama

proses penelitian berlangsung. Penelitian mengenai Analisis SWOT

Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso

Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, peneliti

menggunakan teori analisis SWOT yang dikutip dari Siagian (2008:172).

Teori tersebut memberikan gambaran atas komponen penting yang harus

dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk menjamin dapat berjalan

dalam sebuah organisasi. Strategi yang sesuai atau efektif itu mencakup antara

hubungan yang konsisten dengan terdiri dari faktor-faktor strategi yaitu secara

internal ada strengths, weaknesess, dan secara eksternal yaitu, opportunities,

threats dari suatu organisasi.

Dalam penentuan strategi, peneliti awalnya menentukan faktor

yang termasuk strengths, weaknesess, opportunities, threats dari sebuah

organisasi penyelenggara program Kampung KB (Keluarga Berencana) di

Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Kemudian

peneliti mencocokkan peluang dengan ancaman yang dihadapi oleh organisasi

tersebut dengan kekuatan dan kelemahan ke dalam matriks SWOT untuk

menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis yang akan memberikan

gambaran yang jelas tentang keberhasilan strategi tersebut.

Analisis dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, sehingga data yang diperoleh pun bersifat deskriptif


124

berbentuk kata dan kalimat dari hasil observasi lapangan, hasil wawancara,

dan data atau hasil dokumentasi lainnya. Penelitian ini kata dan tindakan

informan penelitian yang diwawancarai merupakan sumber utama dalam

penelitian ini. Berdasarkan teknik analisis data kualitatif, data tersebut

dianalisa selama penelitian berlangsung, dimana data-data itu merupakan data

yang berkaitan dengan Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak. Setelah data-data tersebut didapatkan

kemudian dianalisa sehingga nantinya akan menghasilkan pemahaman baru

dari data yang diperoleh.

Sumber data dari informan dicatat menggunakan alat tulis dan

direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber

data sekunder yang didapat berupa dokumentasi, seperti Visi, Misi, Tujuan,

Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak. Kemudian dalam bentuk foto lapangan, dimana foto tersebut

merupakan foto kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program

kampung KB (Keluarga Berencana) di Desa Sukaraja.

Dalam penelitian kualitatif ini, data yang sudah didapatkan

kemudian diuji kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data dari hasil

observasi, wawancara, kajian pustaka, dipaparkan dalam bentuk tertulis lalu di

reduksi data untuk mendapatkan pola serta diberi kode-kode pada aspek
125

tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan

permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi data.

Menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan

selama proses pengumpulan data berlangsung. Oleh karena itu, proses analisis

datanya menggunakan model dari Miles dan Huberman yang terdiri dari

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memudahkan

peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi data, maka peneliti memberikan

kode-kode pada aspek tertentu. Kode tersebut ditentukan berdasarkan jawaban

yang sama dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode

tersebut diantaranya :

a. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan

b. Kode Q1, Q2, Q3 dan seterusnya menunjukkan urutan pertanyaan

c. Kode I menunjukkan informan

d. Kode I1, I2, I3 dan seterusnya menunjukkan daftar urutan informan

Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, selanjutnya

penyajian data, supaya peneliti dapat mudah melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian dari data penelitian. Data tersebut nanti dipilah

menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk

ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang ada, termasuk nanti

kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Kemudian

triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber

data lainnya. Setelah semua proses analisis data dilakukan peneliti dapat
126

melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir ini dapat diambil ketika

peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah sampai jenuh.

4.3 Informan Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya, bahwa

penelitian ini informan penelitiannya ditentukan dengan teknik purposive,

yaitu suatu teknik pengambilan informan dengan mempertimbangkan dari

pihak peneliti yang memahami objek dan fokus penelitian. Informan dalam

penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik pemerintah daerah

sebagai pengambil kebijakan dan fasilitator, pelaksana penyelenggaraan

program kampung KB (Keluarga Berencana) di Kabupaten Lebak yang

dijadikan informan dalam penelitian ini. Adapun informan yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.6

Informan Penelitian

Jabatan/Status Sosial Status


Koding Kategori Koding
informan Informan
Dinas Pengendalian Kepala DPPKBP3A
I1.1
Penduduk, Keluarga Kabupaten Lebak Key
I1
Berencana, Sekertaris Informan
I1.2
Pemberdayaan DPPKBP3A
127

Perempuan dan Kabupaten Lebak


Perlindungan Anak Kabid KB-KS
Kabupaten Lebak I1.3 DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Kabid Pengendalian
Penduduk,
Penyuluhan &
I1.4
Penggerakan
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Kasie Perlindungan
I1.5 Anak DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Kasie Pengendalian
Penduduk
I1.6
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Kepala Desa
I2.1
Sukaraja
I2 Perangkat Desa Sekertaris Desa
I2.2
Sukaraja Secondary
I2.3 Staff Desa Sukaraja Informan
PLKB dan I3.1 PLKB Desa Sukaraja
I3 Masyarakat Desa I3.2 Masyarakat
Sukaraja I3.3 Masyarakat
Sumber : Peneliti, 2017
128

4.4 Analisis Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dari hasil wawancara,

observasi maupun dokumen yang diperoleh selama penelitian. Analisis data

dilakukan terus menerus dari sejak awal dikumpulkan sampai dengan

penelitian berakhir. Untuk memperkuat dalam analisis data peneliti dalam

penelitian yang berjudul Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB

(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak. Peneliti menggunakan Analisis SWOT

menurut Siagian (2008:172), dimana analisis SWOT terdiri dari strenghts,

weaknesses, opportunity, treaths atau terdiri dari dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara, peneliti dapat

melihat program kampung KB (Keluarga Berencana) yang ada sekarang ini

baik itu bisa dilihat dari program-program yang sudah dilaksanakan dan

perkembangan desa dari sebelum diadakannya program kampung KB

(Keluarga Berencana). Namun memang dalam hal pelaksanaannya itu yang

masih belum optimal, bisa dilihat dari jumlah tenaga atau sumber daya

manusianya yang masih kurang, sarana prasarana desa yang belum optimal,

dan tingkat kesejateraan keluarga atau masyarakat desa yang masih rendah.

Hal ini sudah dikembangkan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak ini, yaitu salah satunya dengan program Kampung KB (Keluarga


129

Berencana) untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Supaya lebih jelasnya,

saya menggunakan analisis SWOT ini.

4.4.1 Strenghts (Kekuatan)

Strenghts (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang terdapat dalam

sebuah organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang

dianalisis merupakan faktor internal dalam sebuah organisasi. Dalam

program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini, Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak memiliki tujuan diadakannya program Kampung KB

(Keluarga Berencana) ini. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Tujuan dari Kampung KB (Keluarga Berencana) yaitu pendekatan


program dan integrasi program. Dimana, program Kampung KB
(Keluarga Berencana) ini bukan hanya Kampung KB nya saja akan
tetapi bagaimana menjadikan kampung yang berkualitas. Jadi
sebenarnya ini semua sektor yang harus menangani.” (Wawancara
dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, tujuan dari

adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini ialah menjadikan

kampung yang berkualitas, bukan hanya dilihat dari pelayanan mengenai

KB nya saja, akan tetapi bagaimana menjadikan suatu masyarakat ini

menjadi keluarga yang berkualitas. Hal tersebut juga dinyatakan dalam


130

wawancara bersama Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Tujuan dari adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana)


yaitu merupakan sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai
titik dasar (RT/RW) yang bertujuan menjadikan keluarga yang
berkualitas.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang tujuan dari

adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini yaitu pelayanan

dari pemerintah kepada masyarakat sampai ke titik dasar keluarga.

Maksud dari keluarga yang berkualitas ini pun bukan hanya dilihat dari

faktor kesehatan, yaitu dengan ikut serta berKB, akan tetapi semua sektor

dalam keluargapun digerakaan seperti sektor ekonomi, pendidikan, sosial,

dan yang lainnya. Sesuai juga dengan pernyataan dari Kepala Bidang

Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu :

“Tujuan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ialah


menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari
segala sektor. Karena indikator dari keluarga yang berkualitas itu
dinilai dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan yang
lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian
Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
131

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, indikator dari

keluarga berkualitas tidak hanya identik dengan penggunaan dan

pemasangan alat kontrasepsi saja, akan tetapi program integrasi dengan

berbagai macam program pembangunan lainnya.

Program Kampung KB (Keluarga Berencana) memang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau

yang setara melalui program KKBPK (Kependudukan dan KB

Pembangunan Keluarga) serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam

rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

Mendekatkan akses pelayanan kepada keluarga dan masyarakat

dalam upaya mengaktualisasikan dan mengaplikasikan 8 (delapan) fungsi

atau aspek keluarga secara utuh, yaitu ekonomi, sosial budaya,

lingkungan, reproduksi, cinta dan kasih sayang, serta perlindungan.

Dari berbagai tujuan diadakannya program kampung KB (Keluarga

Berencana) yang dipaparkan diatas, tentunya yang diharapkan adalah

manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dan oleh Pemerintah itu

sendiri sebagai penyedia pelayanan dari adanya program kampung KB

(Keluarga Berencana) ini. Menjadi keluarga yang berkualitas, tentu saja

merupakan harapan bagi setiap kalangan. Dimana kita harus memiliki

perencanaan hidup, lalu mengaplikasikannya kedalam praktek hidupnya

masing-masing. Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Dinas


132

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Bagi masyarakat, tentu saja merupakan harapan bagi setiap


kalangan harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek
hidupnya. Karena setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu : agama,
sosial budaya, ekonomi, dan yang lainnya. Bagi pemerintah, tentu
program ini mengaitkan semua sektor terkait. Misalnya dari Dinas
Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak usia sekolah?
Apakah tinggi atau rendah? Dan hasil dari setiap pendataan itu
merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak
lanjuti hal tersebut. Begitupun peran lintas sektor lainnya.”
(Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, setiap

keluarga harus mempunyai perencanaan hidup karena setiap keluarga

memiliki fungsi atau aspek yang menjadikan suatu keluarga itu

berkualitas. Akan tetapi apabila manfaat yang dirasakan ingin maksimal,

tentunya harus ada respon dan peran aktif yang tinggi dari masyarakatnya

itu sendiri. Karena bagi Pemerintah, apabila program ini berhasil bisa

dijadikan program percontohan untuk masyarakat atau daerah yang

lainnya. Penjelasan mengenai hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala

bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Manfaat program kampung KB (Keluarga Berencana) bagi


pemerintah ialah program ini merupakan titik paling dasar (ujung
tombak) dan juga sebagai bahan percontohan bagi RW (Rukun
Warga) lain dan di daerah yang lainnya juga. Manfaat program
kampung KB (Keluarga Berencana) bagi masyarakat, itu
tergantung bagaimana respon dan peran aktif masyarakat, jika
persentase responnya sangat baik pasti manfaat yang dirasakan pun
133

pasti akan baik juga. Contohnya lingkungan jadi bersih, sehat dan
nyaman dan semua aspek keluarga dibantu oleh pemerintah seperti
pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan yang lainnya.” (Wawancara
dengan Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang manfaat yang

dirasa dengan adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini

bisa lebih maksimal dirasakan apabila masyarakatnya dapat perperan aktif

penuh dalam segala kegiatan yang dilakukan di Desa Sukaraja ini. Karena

apabila suatu program bisa dikatakan berhasil, itu bisa dijadikan bahan

percontohan bagi daerah lainnya agar segera menggerakan masyarakat dan

perangkat desa lainnya agar berubah kearah yang lebih baik lagi dalam

segi kehidupannya. Tentunya program yang dilaksanakan pun tidak

sembarangan dilakukan, melainkan harus ada data awal sebagai alasan

pengambilan keputusan mengapa kegiatan ini perlu dilakukan. Penjelasan

mengenai hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala Seksi Perlindungan

Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Tentu saja setiap program yang diadakan sebenarnya telah melalui


proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap
program pasti menuju ke arah perbaikan. Bagi masyarakat sendiri
(sasaran program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena
dari kami sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani
sebaik-baiknya untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan,
akan tetapi kurang mampu dari segi ekonomi. Misalnya pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan yang lainnya.” (Wawancara dengan
Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
134

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, setiap

program yang dilaksanakan harusnya melalui proses pendataan dan analisa

terlebih dahulu agar program yang dilaksanakan benar-benar bermanfaat

dirasakan oleh masyarakat karena memang itu yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi untuk

memperkuat pendapat dari Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak, yaitu :

Tabel 4.7

DATA PUS (Pasangan Usia Subur) RW 01 Desa Sukaraja

RT PUS KK Jumlah laki-laki Jumlah Perempuan


01 38 50 114 89
02 21 29 51 55
03 52 71 136 140
04 71 84 155 135
05 21 29 43 41
06 42 57 100 104
07 28 43 69 68
08 33 52 97 85
09 36 49 84 74
10 48 67 130 104
11 46 56 98 89
12 28 35 65 50
Jumlah 464 622 1142 1034
Sumber : Data Kampung KB Desa Sukaraja, 2016
135

Gambar 4.4

Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB

Berdasarkan tabel 4.7 diatas bisa dilihat bahwa PUS (Pasangan

Usia Subur di RW 01 atau di Kampung KB itu sangat besar, yaitu

mencapai 464 pasangan usia subur. Maka dari itu sesuai data, tindak lanjut

program yang akan dilaksanakan ialah mengadakan program pemasangan

implan gratis yang bekerjasama dengan pihak DPPKBP3A Kabupaten

Lebak, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dan Bidan Desa setempat

(sesuai gambar 4.4 diatas).

Berdasarkan gambar dan tabel diatas, dijelaskan bahwa pendataan

merupakan langkah awal dari adanya program yang akan dilaksanakan

kenudian hari di Kampung KB. Akan tetapi, setiap program yang

dijalankan pun pasti masih adanya kekurangan. Seperti halnya

diungkapkan oleh Kepala Desa Sukaraja sebagai berikut :


136

“Saya rasa, program kampung KB (Keluarga Berencana) ini sangat


bagus. Hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya
diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan secara
berkala. Karena pencanangan kampung KB (Keluarga Berencana)
ini baru berjalan satu tahun, manfaat yang dirasakan pun belum
terlalu besar. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih terus ada
perubahan.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli
2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pencanangan

kampung KB (Keluarga Berencana) ini baru berjalan satu tahun, maka dari

itu manfaat yang dirasakan pun belum maksimal. Akan tetapi adanya

harapan besar untuk terus mendukung pelaksanaan program-program

selanjutnya demi membantu masyarakat desa menuju perubahan ke arah

yang lebih baik lagi. Seperti halnya diungkapkan oleh Sekertaris Desa

Sukaraja sebagai berikut :

“Sebagian besar manfaat dari program kampung KB (Keluarga


Berencana) belum dirasakan. Akan tetapi program-program
selanjutnya harus terus berjalan, jangan sampai berhenti ditengah
jalan. Karena dengan adanya program kampung KB (Keluarga
Berencana) ini, dapat membantu masyarakat desa dan Desa ini
sendiri untuk bisa lebih baik dan lebih maju lagi.” (Wawancara
dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB
di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang manfaat yang

dirasa dengan adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini

belum sepenuhnya atau belum maksimal dirasakan. Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memiliki Strenghts atau kekuatan

dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ini :


137

“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini


merupakan kebijakan nasional yang dicanangkan oleh bapak
Presiden Jokowi. Dan merupakan implementasi dari Nawacita ke 5
(lima) yaitu membangun dari kampung yang jauh dari perkotaan.”
(Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program

Kampung KB (Keluarga Berencana) ini merupakan kebijakan nasional

yang dicanangkan oleh bapak Presiden Jokowi. Awal mulanya, Bapak

Presiden menginginkan banyaknya stakeholder terkait yang menaungi

masalah program keluarga berencana, jadi tidak hanya dari sektor KB nya

saja. Dan merupakan implementasi dari Nawacita ke 5 (lima) yaitu

membangun dari kampung yang jauh dari perkotaan. Didasari dari Desa,

lalu dinilai dari beberapa aspek sangat tertinggal, lalu muncullah ketetapan

dari kampung KB (Keluarga berencana) di wilayah Kabupaten Lebak,

yaitu di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung.

Kampung berkualitas adalah wujud terintegrasinya program dan

dinamisnya kehidupan keluarga dalam mengamalkan 8 (delapan) fungsi

keluarga. Oleh sebab itu, memperkaya mitra kerja dalam pelaksanaan

program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini adalah salah satu

kekuatannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :


138

“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini


ialah memperkaya mitra kerja, seperti mitra kerja dengan Dinas
Kesehatan, Kodim dan yang lainnya.” (Wawancara dengan
Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa adanya mitra

kerja dalam membantu suksesnya program Kampung KB (Keluarga

Berencana) ini adalah salah satu kekuatan dalam dalam program ini.

Dengan adanya mitra kerja, koordinasi antar mitra kerja pun harus berjalan

dengan optimal. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini


yaitu koordinasi lintas sektoral (Organisasi Perangkat Daerah
terkait) dan juga koordinasi lintas program. Dimana misalnya: Ada
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang memiliki
program “2 anak cukup”. Lalu didalamnya terdapat tiga bina
keluarga, yaitu : 1. BKB (Bina Keluarga Balita), 2. BKL ( Bina
Keluarga Lansia) dan 3. BKR ( Bina Keluarga Remaja) lalu adanya
Puskesmas sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS
(Pasangan Usia Subur), bayi dan balita, dan yang lainnya.”
(Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang selain

koordinasi lintas sektoral (Organisasi Perangkat Daerah terkait) ada juga

koordinasi lintas program, dimana tujuannya memperkaya hubungan antar

program dan sektor lainnya. Walaupun begitu, DPPKBP3A Kabupaten

Lebak, tetaplah menjadi leading sektor dalam program yang dilaksanakan.


139

Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,

Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak, yaitu :

“Dari sisi program, DPPKBP3A tetap sebagai leading sektornya.


Hanya yang menanganinya sesuai dengan sektor yang ditangani.”
(Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,
Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, DPPKBP3A sebagai leading sektor

dari program dan merupakan motor penggerak bagi dinas-dinas lainnya

agar cepat ikut bergerak dalam sama-sama mewujudkan keluarga yang

berkualitas dari titik paling dasar masyarakat.

Mengenai setiap program yang dilakukan, tentulah tidak akan lepas

dari peran lintas sektor lainnya yang diharapkan bisa ikut berpartisipasi

aktif dalam terciptanya keberhasilan didalam setiap program. Dan

penjelasan ini pun dikemukakan oleh oleh Kepala Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Bentuk kerjasama dengan cara pendataan mengenai masyarakat di


desa, yang awal mulanya dipetakkan terlebih dahulu. Setelah itu
koordinasi dengan sektor lainnya, seperti : masalah kesehatan
dengan Dinas Kesehatan, masalah pendidikan dengan Dinas
Pendidikan, dan seterusnya.” (Wawancara dengan Kepala Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
140

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, bentuk

kerjasama dalam program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini selain

dengan Dinas terkait lainnya, akan tetapi juga dengan Desa. Contohnya

mengenai pendataan penduduk, dan keadaan desa itu sendiri. Bentuk

kerjasama dengan desa pun dipaparkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Bentuk kerjasama kami dengan desa, berupa ibu-ibu PKK


(Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat) dan POKJA (Kelompok
Kerja). Lalu kerjasama dengan Puskesmas, dan dinas terkait
lainnya.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat desa pun ikut andil

dalam kerjasama dengan DPPKBP3A Kabupaten Lebak, karena suatu

program yang diadakan pemerintah, tidaklah akan berjalan dengan baik

apabila perangkat desa dan masyarakat sebagai target sasaran tidak ikut

berpartisipasi aktif didalam program tersebut. Hal serupa pun

dikemukakan oleh Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana


Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaaan Umum
(PU), dan yang lainnya bekerjasama untuk mewujudkan
keberhasilan dalam program kampung KB (Keluarga Berencana)
ini.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
141

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli


2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dalam

mewujudkan keberhasilan dalam program kampung KB (Keluarga

Berencana) ini perlulah kerjasama antar sektor terkait lainnya. Hal serupa

pun dibenarkan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Bentuk kerjasama dengan desa, dengan kecamatan dan OPD


(Organisasi Perangkat Daerah) lainnya sangat diperlukan demi
terwujudnya tujuan awal dari sebuah program.” (Wawancara
dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, demi

terwujudnya kesuksesan suatu program perlunya kerjasama antar semua

sektor terkait untuk memaksimalkan program-program yang akan

dilaksanakan. Kepala Desa Sukaraja pun menjelaskan bentuk kerjasama

tersebut :

“Biasanya pihak DPPKBP3A selalu bekerjasama dengan desa.


Selain itu, Dinas Kesehatan juga dalam pengadaan Bidan Desa,
perawat dan tenaga medis lainnya untuk membantu karena
keterbatasan tenaga.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja,
17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, baru

kerjasama program dengan DPPKBP3A dan Dinas Kesehatan terkait

program kesehatan. Hal ini pun dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja

sebagai berikut :
142

“Selain DPPKBP3A sebagai leading sektor, baru ada program KB


oleh instansi kesehatan.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa
Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang belum

sepenuhnya peran lintas sektor lainnya terlihat dalam melakukan

kerjasama didalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Hal

serupa pun sama seperti yang dikatakan oleh PLKB (Petugas Lapangan

KB) Desa Sukaraja bahwa hanya program-program dari Dinas Kesehatan

yang sudah dilaksanakan :

“Program dari Dinas Kesehatan yaitu ada program TMKK (Tentara


Manunggal KB dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB
Kesehatan, pencanangan KB Kesehatan Bhayangkara tingkat
POLDA Banten.” (Wawancara dengan PLKB (Petugas Lapangan
KB) Desa Sukaraja, 10 Juli 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor
Kecamatan Warunggunung)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui juga bahwa selain

DPPKBP3A Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan, terdapat intansi

kepolisian dan TNI sudah mulai masuk didalam kegiatan program

Kampung KB (Keluarga Berencana) di Desa Sukaraja ini. Hal serupa pun

dibenarkan oleh salah satu masyarakat Desa Sukaraja :

“Iya, program-program mengenai beberapa pencanangan pernah


dilakukan oleh TNI dan Pihak Kepolisian”. (Wawancara dengan
salah satu masyarakat Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 10.50
WIB di Rumah Warga)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa dari instansi

Kepolisian dan TNI sudah ada program yang dilakukan di kampung KB

(Keluarga Berencana) ini. Pencapaian keberhasilan suatu program

kampung KB (Keluarga Berencana) pun belum dirasa maksimal,


143

dikarenakan baru beberapa OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang ikut

terlibat didalamnya.

4.4.2 Weaknesses (Kelemahan)

Weaknesses (Kelemahan) adalah keterbatasanatau kekurangan

dalam sebuah organisasi, bisa dapat berupa keterampilan dan kemampuan

yang menjadi penghalang untuk kinerja organisasi yang baik dan

memuaskan. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor internal

organisasi tersebut. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

dalam pengelolaan program Kampung KB (Keluarga Berencana) masih

memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki agar keberhasilan dari

sebuah program bisa berjalan dengan maksimal, seperti yang diungkapkan

oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

yaitu:

“Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua


koordinasi antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang
ketiga partisipasi masyarakat itu masih harus terus didampingi
(kesadaran masyarakat dirasa masih kurang).” (Wawancara dengan
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masih belum

sepenuhnya data lengkap mengenai hal yang berhubungan dengan

Kampung KB (Keluarga Berencana). Selain itu juga mengenai belum

maksimalnya koordinasi antar sektor lainnya yang menjadi kelemahan


144

didalam program ini. Dan juga mengenai rendahnya tingkat partisipasi

masyarakat yang perlu terus ditingkatkan. Hal serupa juga ditambahkan

oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Yang pertama dukungan dari sisi anggaran masih minim. Yang


kedua, hasil yang diharapkan belum maksimal. Yang ketiga, PAD
(Pendapatan Asli Daerah) masih kecil. Yang keempat, masyarakat
masih menganut sistem atau kepercayaan terdahulu (walaupun
frekuensinya sudah menurun) yaitu misalnya anggapan bahwa
banyak anak akan mendatangkan rezeki yang banyak pula. Dan
yang kelima, sumber daya manusianya masih minim. Idealnya 600
(enam ratus) orang lebih, sekarang di DPPKBP3A Kabupaten
lebak hanya 112 orang. Ini sangat menghambat yang idealnya satu
kecamatan dipegang oleh tujuh sampai delapan orang, sekarang
satu kecamatan dipegang oleh satu orang.” (Wawancara dengan
Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa masih

banyaknya kekurangan yang ada di dalam Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak yang perlu sekali perbaikan demi suksesnya pengelolaan

program kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Hal serupa pun

dibenarkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak :

“Koordinasi yang dilakukan dirasa masih kurang. Lalu tanggapan


masyarakat yang dirasa belum maksimal. Dan anggaran biaya,
biasanya masing-masing OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
anggaran atau dananya tidak berbarengan.” (Wawancara dengan
Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
145

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat koordinasi antar lintas

sektor yang dirasa masih kurang , anggaran dana dari masing-masing OPD

(Organisasi Perangkat Daerah) yang makin menguatkan beberapa faktor

kelemahan yang perlu diperbaiki kedepannya. Beberapa kelemahan atau

kekurangan dari pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak, juga dikemukakan

oleh Kepala Desa Sukaraja sebagai berikut :

“Saya rasa, sosialisasi akan pemahaman dari setiap program yang


akan dilaksanakan di Kampung KB (Keluarga Berencana) ini
masih belum optimal. Perlu ditingkatkan dan dikaji ulang apabila
ingin melakukan sosialisasi sebelumnya, agar tingkat partisipasi
aktif masyarakat meningkat.” (Wawancara dengan Kepala Desa
Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kurang

optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Perlu adanya pembenahan dalam

cara melakukan sosialisasi agar tingkat partisipasi aktif masyarakatnya

meningkat. Hal serupa pun dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja

sebagai berikut :

“Pembinaan tentang kampung KB (Keluarga Berencana) dan


sosialisasi program-program didalamnya masih kurang maksimal,
dan harus ditingkatkan kembali.” (Wawancara dengan Sekertaris
Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa
Sukaraja)
146

Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang pernyataan

tersebut semakin menguatkan bahwa pihak dari Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak masih kurang dalam melakukan

sosialisasi dan perlu ditingkatkan kembali demi kelancaran dan kesuksesan

setiap program kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya.

Tentunya dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) ini juga tidak lepas dari diperlukannya langkah-langkah yang

dilakukan dalam meningkatkan sarana dan prasarana di kampung KB

(Keluarga Berencana), seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai berikut :

“Pertama,kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu


sendiri karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu
mendorong sumber-sumber dana yang ada dianggaran misalnya:
setiap rumah tangga, harus punya minimal 1 (satu) bak sampah,
dan harus sudah bisa memilah antara sampah organik dan non
organik.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa langkah yang

dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak ialah

mendorong partisipasi aktif masyarakat, seperti mendorong sumber-

sumber dana desa (Anggaran Dana Desa) untuk mendukung pula program

di kampung KB (Keluarga Berencana), misalnya dengan mengusulkan


147

kepada Kepala Desa untuk menyediakan minimal satu bak sampah yang

sudah bisa dipilah juga mana sampah organik dan mana sampah non

organik. Hal serupa pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Pertama yaitu melalui koordinasi lalu membentuk OPD


(Organisasi Perangkat Daerah) di Kecamatan, minta dukungan
penuh dengan Desa dan Camat setempat. Kemudian Desa
mengatur masalah dana dalam ADD (Anggaran Dana Desa).”
(Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat anggaran dana desa

(ADD) juga didorong untuk mendukung penuh segala program yang ada

di kampung KB (Keluarga Berencana) agar semua program yang

dilakukan dapat berjalan dengan maksimal. Selain itu pun adanya petugas

lapangan KB adalah salah satu langkah untuk meningkatkan pelayanan.

Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,

Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak, yaitu :

“Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat


dibantu dalam hal pelayanan. Pelatihan dan pembinaan yang
dilakukan secara berkala, dan juga fasilitas yang disediakan,
misalnya ketika ada pelayanan mengenai kontrasepsi kami
menyediakan implan gratis bagi masyarakat yang ada di kampung
KB (Keluarga Berencana).” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
148

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli


2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, langkah yang

dilakukan adalah sesuai kebutuhan disetiap program. Ketika dalam

program pelayanan kesehatan mengenai kontrasepsi, disediakannya

implan gratis untuk masyarakat yang ada di kampung KB (Keluarga

Berencana). Hal lainnya pun dikemukakan oleh Kepala Seksi

Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan


terhadap masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan
DPPKBP3A sebagai leading sektor program kampung KB
(Keluarga Berencana) ini. Sehingga semua tujuan yang sudah
direncanakan sebelumnya dapat terealisasi, minimal ada
peningkatan disetiap tahunnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, langkah yang

dilakukan yaitu dengan meningkatkan sosialisasi secara intens guna

melakukan pendekatan kepada masyarakat di kampung KB (Keluarga

Berencana) sehingga setiap program yang dilaksanakan masyarakat bisa

ikut berperan aktif dan bisa ada peningkatan dari program sebelumnya ke

program selanjutnya. Selain itu, Kepala Seksi Pengendalian Penduduk

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak menambahkan :


149

“Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor


lainnya, karena keberhasilan suatu program dan peningkatan
tingkat kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran
pemerintah setempatnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, langkah lainnya yang dilakukan

oleh pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak yaitu dengan terus

meningkatkan koordinasi antar lintas sektor lainnya demi berhasilnya

suatu program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pendapat lainnya pun

dikemukakan oleh Kepala Desa Sukaraja :

“Jalani saja terus menerus program-program yang sudah


direncanakan, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-
perbaikan baik dari segi sarana maupun prasarananya.”
(Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul
09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, menurut Kepala Desa Sukaraja

langkah perbaikan itu bukan hanya dirapatkan dan di usulkan saja. Akan

tetapi jalani saja program yang sudah direncanakan, karena setiap program

yang sudah dilakuakn, pasti setelahnya akan ada langkah evaluasi dari

program tersebut, dan disitulah langkah menuju perbaikan bisa

dibicarakan, dan akan ada perbaikan untuk program-program selanjutnya

baik dari sarana maupun prasarananya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh

Sekertaris Desa Sukaraja sebagai berikut :

“Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-


program di kampung KB (Keluarga Berencana) ini.” (Wawancara
dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB
di Kantor Desa Sukaraja)
150

Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang dengan

berjalannya suatu program pasti setelahnya akan ada langkah evaluasi.

Disitulah masyarakat atau perangkat desa berharap adanya perbaikan dari

laporan program yang sudah dijalankan sebelumnya.

Dalam setiap langkah yang dilakukan baik dari pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak ataupun lintas sektor terkait

lainnya, pasti perlulah adanya pengawasan didalamnya. Agar setiap

program yang dilaksanakan sesuai alur dan sesuai dengan tujuan atau

target sasaran program yang sudah direncanakan sebalumnya. Seperti yang

diungkapkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak :

“Dari kita biasanya melakukan pengawasan atau pembinaan setiap


saat dengan para kader, dengan perangkat desa, dan dengan
masyarakat setempat. Pendekatan material dengan masyarakat itu
dirasa sangat penting, karena mereka juga sebagai salah satu
tombak keberhasilan dan jalannya sebuah program. (Wawancara
dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengawasan

dilakukan kepada setiap lapisan terutama kepada masyarakat yang

merupakan salah satu tombak keberhasilan dan jalannya sebuah program.

Hal lainnya pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas


151

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali.


Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting
Staff). Namun disini kendalanya kita memiliki masalah mengenai
sumber daya manusia yang terbatas, dimana saat ini hanya terdapat
satu koordinator per satu kecamatan .” (Wawancara dengan Kepala
bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pengawasan

dari pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak rutin dilakukan satu bulan

sekali, hanya saja memiliki kenadala dalam jumlah sumber daya

manusianya. Hal tersebut pun diungkapkan oleh Kepala Bidang

Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu :

“Dilakukan pembinaan dan evaluasi disetiap bulannya.”


(Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,
Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan

dilakukannya evaluasi dan pembinaan rutin disetiap bulannya, diharapkan

dapat memaksimalkan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di kampung KB (Keluarga


152

Berencana). Pernyataan serupa pun dibenarkan oleh Kepala Desa Sukaraja

sebagai berikut :

“Pengawasan dari perwakilan pihak DPPKBP3A biasanya ada ikut


dalam pelaksanaan program dilapangan.” (Wawancara dengan
Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor
Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, perwakilan

dari pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di

kampung KB (Keluarga Berencana) melakukan pengawasan dengan ikut

terjun langsung dalam program yang sedang dilaksanakan dilapangan. Hal

tersebut juga dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja sebagai berikut :

“Bentuk pengawasannya dengan cara ikut seerta dalam


penyelenggaraan program tersebut.” (Wawancara dengan
Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor
Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di kampung KB (Keluarga

Berencana) melakukan pengawasan dengan ikut serta dalam kegiatan

dilapangan.

Selain melakukan pengawasan dalam pengelolaan program

kampung KB (Keluarga Berencana), koordinasi antar lintas sektor pun

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kelancaran didalam sebuah

program. Koordinasi dari pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten


153

Lebak tentunya tak lepas dari pihak-pihak terkait lainnya. Seperti yang

dikemukakan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak :

“Merencanakan semuanya dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah) Kabupaten Lebak, sesuai dengan tupoksi
yang ada.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak selalu berkoordinasi dan

melakukan perencanaan pembangunan di kampung KB (Keluarga

Berencana) bersama BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah) Kabupaten Lebak, sesuai dengan tupoksi yang ada. Tugas Pokok

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan

pemberdayaan perempuan. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala bidang

KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Koordinasi berjalan dengan baik dalam rapat Lokbul (Loka karya


Bulanan) di kecamatan, Lokbul (Loka karya Bulanan) di desa yang
dilakukan per triwulan.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-
KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
154

Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa koordinasi

dengan kecamatan dan di desa berjalan dalam rapat Lokbul (Loka karya

Bulanan) yang di lakukan pertriwulan atau tiga bulan sekali. Hal lain pun

dikemukakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan

dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak baru dengan


Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU), walaupun
dirasa belum optimal.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli
2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sejauh ini

pun koordinasi yang dilakukan baru dengan pihak Dinas Kesehatan dan

Dinas Pekerjaan Umum (PU), walaupun dirasa belum optimal karena baru

berjalan satu tahun. Dan diharapkan kedepannya bisa lebih optimal lagi.

Selain dengan pihak dinas terkait lainnya, guna untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, adanya pembinaan

terhadap PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa sangat penting dikarenakan

untuk meningkatkan pula kualitas pelayanan masyarakatnya. Hal ini pun

dibenarkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak :
155

“Pengarahan dan pembinaan pasti ada, akan tetapi itu ranahnya


Dinas Kesehatan. Dengan adanya Posyandu itu merupakan media
kerja bagi PLKB (Petugas Lapangan KB) nya sendiri. Lalu
koordinasi antar kader pun intens dilakukan. Akan tetapi
sebenarnya jumlah PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa masih
kurang dibanding dengan sasaran.” (Wawancara dengan Kepala
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A
Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Pengarahan dan

pembinaan adalah ranah dari Dinas Kesehatan. Dengan adanya Posyandu

merupakan media kerja bagi PLKB (Petugas Lapangan KB) nya sendiri.

Akan tetapi sebenarnya jumlah PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa

masih kurang dibanding dengan sasaran masyarakat. Hal serupa pun

dibenarkan oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak :

“Dari Kabupaten hanya berupa pembinaan dan pendorong.”


(Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pihak

DPPKBP3A hanya mendorong dinas terkait untuk mengadakan

pembinaan oleh Dinas terkait. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala

bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :


156

“Ya, selalu. Dibantu dengan adanya program-program di desa, itu


merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan
ada pembinaan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak
Dinas.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pembinaan yang

dilakukan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

dengan adanya program-program yang dilaksanakan, menurut

DPPKBP3A itu merupakan salah satu pembinaan secara langsung. Akan

tetapi pernyataan berbeda dikemukakan oleh PLKB (Petugas Lapangan

KB) Desa Sukaraja :

“Tidak ada pembinaan, yang ada hanya berbentuk laporan kegiatan


yang dibuat setelah setiap program dilaksanakan.” (Wawancara
dengan PLKB (Petugas Lapangan KB) Desa Sukaraja, 10 juli
2017, pukul 11.00 WIB di Kantor Kecamatan)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pernyataan dari

PLKB (Petugas Lapangan KB) Desa Sukaraja tidak pernah ada

pembinaan, yang ada hanya berbentuk laporan kegiatan yang dibuat

setelah setiap program yang telah dilaksanakan.


157

4.4.3 Opportunity (Peluang)

Opportunity (Peluang) adalah kondisi peluang yang berkembang di

masa mendatang. Peluang itu sendiri merupakan faktor eksternal suatu

organisasi. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

mengatakan :

“Ibu bupati memerintahkan seluruh dinas yang berada di


Kabupaten Lebak untuk berkonsentrasi meningkatkan sumber daya
manusia yang ada dan mulai dari yang terkecil yaitu kampung KB
(Keluarga Berencana).” (Wawancara dengan Kepala Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa peluang dengan

diadakannya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini, seluruh

dinas di Kabupaten Lebak untuk berkonsentrasi meningkatkan sumber

daya manusia yang ada dan mulai dari yang terkecil yaitu desa atau

kampung. Hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur dengan adanya program


ini, karena kita menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil
yaitu RT/RW.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa adanya program

kampung KB (Keluarga Berencana) ini, dinas sebagai pelayan masyarakat

merasa sangat diuntungkan karena program ini merupakan kegiatan yang


158

menyentuh langsung lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Hal lain

pun dikemukakan oleh Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung KB


ini memiliki peran dominan dan sebagai percontohan untuk dinas
lainnya agar segera bergerak dalam bidang atau aspeknya masing-
masing. Dan program ini adalah program yang menangani
masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga
diharapkan bisa berjalan dengan maksimal.” (Wawancara dengan
Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, peluang dari

DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam program kampung KB ini memiliki

peran dominan dan sebagai percontohan untuk dinas lainnya agar segera

bergerak dalam bidang atau aspeknya masing-masing. Karena DPPKBP3A

adalah sebagai leading sektor dalam dalam program kampung KB

(Keluarga Berencana) ini.

Dengan peluang yang ada, Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak harus memiliki cara untuk memanfaatkan peluang

tersebut, agar peluang tersebut agar program yang dijalankan bisa efektif

dan efisien. Hal ini pun dijelaskan oleh Kepala Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :


159

“Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semuaa sektor.


Yang kedua musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama
dengan semua pihak terkait.” (Wawancara dengan Kepala Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memanfaatkan peluang dengan

cara koordinasi dan juga musyawarah mufakat bersama seluruh sektor dan

kerjasama pihak terkait demi meminimalisirkan kekurangan-kekurangan

yang ada disetiap program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Hal lain

pun dikemukakan oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebak :

“Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya adanya


tim penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia).”
(Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa peluang yang

dilakukan adalah dengan adanya tim penggerak sebagai wadah atau cara

untuk mempromosikan kegiatan yang akan dilaksanakan di kampung KB

(Keluarga Berencana) ini. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala Seksi

Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :


160

“Setiap program didalam kamoung KB (Keluarga Berencana),


DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi
kelancaran dan keberhasilan sebuah program. Dan juga sebagai
motor penggerak untuk memotivasikan lintas sektor lainnya agar
segera ikut terlibat” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai leading sektor dapat

memanfaatkan peluang yang dimiliki dengan cara ikut terjun langsung

supaya program yang dilaksanakan dalam berjalan sesuai harapan. Dan

juga sebagai penngerak bagi peran lintas sektor lainnya. Hal lainnya pun

dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak menambahkan :

“Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja)


dari pihak DPPKBP3A.” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memanfaatkan peluang dengan

cara bekerja semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang

maksimal sesuai dengan tupoksi atau POKJA (Kelompok Kerja)

DPPKBP3A Kabupaten Lebak.


161

4.4.4 Treaths (Ancaman)

Treaths (Ancaman) adalah kondisi yang mengancam dari luar

organisasi. Ancaman ini dapat juga menganggu organisasi tersebut.

Ancaman ini bisa berupa persaingan, kebijakan pemerintah, atau kondisi

lingkungsn sekitar. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) juga

memiliki hambatan yang disebabkan oleh faktor eksternal, sehingga

akibatnya akibatnya pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) ini belum optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu


terancamnya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga kita masih
terbatas dan integrasi program masih terbatas.” (Wawancara
dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa hal yang

mengancam dari luar adalah inegrasi program masih terbatas. Maksudnya

adalah pembauran mengenai program-program yang ada di kampung KB

(Keluarga Berencana) ini belum optimal dan masih terbatas. Program

hanya berputar mengenai kesehatan, reproduksi, implan, dan hal-hal

lainnya yang mengenai kontrasepsi. Padahal disini tujuan dari kampung

KB sendiri yaitu menjadi kan kampung atau keluarga yang berkualitas,


162

tidak hanya dilihat dari aspek kesehatannya saja, akan tetapi aspek yang

lainnya pun ikut terlibat. Hal lainnya pun dikemukakan oleh Sekertaris

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Mengubah stigma atau cara pandang masyarakat tradisional ke


masyarakat modern itu dirasa sulit, walaupun presentasinya kecil.
Dibawah angka 10% masyarakat mengatakan bahwa haram
kumnya ber-KB.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli
2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa, hal lainnya

yang mengancam dari luar adalah mengubah stigma masyarakat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Perlu dilakukannya

pendekatan-pendekatan terhadap ulama atau perwakilan desa setempat

untuk membantu mensosialisasikannya. Hal lainnya pun dikemukakan

oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan

Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak,

yaitu :

“Sulitnya menggerakan atau mendapatkan partisipasi aktif dari


masyarakat setempat.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli
2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sulitnya

mendapatkan peran aktif masyarakat itu sendiri dalam setiap program


163

yang dilaksanakan. Sasaran program (dalam hal ini masyarakat) masih

enggan terbuka dan mau membaginya dengan masyarakat, dikarenakan

stigma atau cara pandang mereka yang masih dalam ranah masyarakat

tradisional. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Seksi Pengendalian

Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

menambahkan :

“Kendalanya dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaaan


sebuah program pemerintah, tidak semua tanggapannya positif.
Terkadang masyarakat pasif menanggapinya.” (Wawancara dengan
Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kendala ada

pada masyarakat itu sendiri yang kurang berpartisipasi aktif dalam

pelaksanaan setiap program yang diadakan. Perlunya usaha yang giat dari

pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak dalam menangani

hal tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Terus melakukan koordinasi kembali dengan dinas lain (lintas


sektor). Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan KB). Pihak
kabupaten berkoordinasi langsung dengan desa. Dan pihak
kabupaten harus terus turun langsung ke lapangan.” (Wawancara
dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
164

Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor


DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam

menangani ancaman yang sudah dipaparkan sebelumnya, pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak melakukan berbagai hal untuk

menanganinya, seperti melakukan koordinasi lintas sektor agar tidak ada

yang namanya miskomunikasi dalam melakukan suatu tindakan. Dan

turun langsung kelapangan adalah salah satu cara juga yang dilakukan

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak untuk mengawasi

setiap ancaman yang ada, dan dapat di evaluasi demi kebaikan

pelaksanaan program selanjutnya. Hal serupa pun dikemukakan oleh

Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Dilakukan berbagai macam cara. Misalnya turun koordinasi


langsung dengan pihak kecamatan dan ketua majelis ulama
setempat. Karena ini merupakan berbenturan dengan agama atau
kepercayaan.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40
WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa turun langsung

berkoordinasi dengan pihak terkait dirasa merupakan langkah real dalam

melakukan sosialisasi pemahaman kepada masyarakat mengenai hal-hal

yang berbenturan dengan agama atau kepercayaan di setiap program yang

akan dilaksanakan. Hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala Seksi


165

Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :

“Pastinya dengan dengan melakukan peendekatan dengan cara


sosialisasi dan duduk berdiskusi dengan tokoh masyarakat dan
perangkat desa lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan cara

bersosialisasi dan berdiskusi diharapkan adanya titik terang dalam

ancaman atau penolakan masyarakat dalam pasifnya peran aktif

masyarakat terhada program yang diselenggarakan pemerintah.

Memberikan pemahaman secara rici demi kelancaran dan suksesnya

sebuah program yang akan dilaksanakan. Hal ini pun dikemukakan oleh

Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak menambahkan :

“Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan


terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan
rinci agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut
berperan aktif demi kelancaran dan kesuksesan kamoung KB
(Keluarga Berencana) ini.” (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor
DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, memberikan

pemahaman langsung terhadap masyarakat melalui pendekatan-

pendekatan terhadap tokoh masyarakat setempat, karena masyarakat masih


166

memiliki stigma atau cara pandang yang tradisional. Bagaimana

pemerintah dapat mencari solusi supaya bisa memanfaatkan peluang dan

menghindari ancaman dengan cara yang baik dan efisien untuk

dilaksanakan.

4.5 Pembahasan

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan, serta disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan

penjelasan terhadap hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori analisis SWOT dalam Siagian

(2008:172) dimana teori ini memberikan gambaran yang berguna atas

komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan

organisasi dalam memutuskan strategi itu dapat berjalan di organisasi tersebut.

Strategi yang efektif ini mencakup hubungan yang konsisten baik itu dari

faktor internal organisasi yaitu strengths dan weaknesses dengan faktor

eksternal organisasi yaitu opportunities dan threats.

Berdasarkan selama penelitian ini berlangsung, peneliti dapat melihat

bahwa program kampung KB (Keluarga Berencana) ini merupakan program

yang sangat bagus untuk membantu dalam meningkatkan kualitas hidup

masyarakatnya terutama masyarakat di desa. Namun memang dalam hal

pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) yang masih belum

optimal. Hal ini sudah dikembangkan oleh Dinas Pengendalian Penduduk,


167

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Lebak, yaitu salah satunya dengan mengadakan beberapa kegiatan

dan program di kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Supaya lebih jelasnya,

peneliti menggunakan analisis SWOT ini.

Strenghts (Kekuatan)

Strenghts atau kekuatan yang berkaitan dengan keunggulan yang dimiliki

suatu organisasi. Temuan di lapangan terlihat bahwa kekuatan yang dimiliki

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak diantaranya program kampung KB

(Keluarga Berencana) merupakan Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh

Presiden. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha

pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya

pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke

keadaan lain yang lebih bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau

sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai

pengendali masa depan, di dalam melaksanakan pembangunan itu perlu sekali

memperhatikan segi manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu

menyangkut makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek

pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus diperhitungkan,

sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam

pembangunan perlu sekali mengajak subyek tadi untuk ikut berpartisipasi aktif

dalam proses pembangunan secara berkelanjutan.


168

Program pemerintah dicanangkan oleh Bapak Presiden RI, Ir Joko Widodo

bersama dengan BKKBN, dan bersamaan dengan penggalakan gerakan revolusi

mental, dimana dengan program ini masyarakat dapat melakukan revolusi mental

berbasis kekeluargaan. Joko Widodo ingin memulai pembangunan Indonesia

berawal dari tempat-tempat yang kurang terjangkau, hal inilah yang menjadi latar

belakang program Kampung KB dicanangkan.

Kampung KB merupakan salah satu senjata pamungkas baru pemerintah

dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama di wilayah-wilayah yang

jarang terlihat oleh pandangan pemerintah. Secara harfiah Kampung KB adalah

satuan wilayah setingkat dusun/RW dengan kriteria tertentu dimana terdapat

keterpaduan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan

Keluarga (KKBPK) dan pembangunan sektor terkait yang dilaksanakan secara

sistemik dan sitematis.

Dalam kaitannya dengan program Keluarga Berencana sebagai usaha

pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spirituil

sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan dalam pembahasan dan batang

tubuh UUD 45, Pemerintah Kabupaten Lebak sesuai dengan Surat Keputusan

Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung

Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso, Desa Sukaraja, Kecamatan

Warunggunung, guna mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang

sejahtera dan berharap seluruh kecamatan di daerah ini memiliki Kampung KB

untuk mendorong kesejahteraan keluarga kecil.


169

Adanya kerja sama lintas sektor menjadi salah satu kekuatan dalam

pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana). Kampung Kaso telah

ditetapkan oleh keputusan Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016

sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Lebak. Penanganan

Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya,

bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor

usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program penghijauan

melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta mensukseskan wajib pendidikan

12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu

keluarga kecil yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan,

serta pencanangan Kampung KB tidak hanya berpacu pada penggunaan alat

kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa tersebut bisa terus berkembang

baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.

Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan

keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan kesejahteraan

hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Selain itu juga

ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng kehidupan yang harus terbangun

secara kokoh dalam sepanjang zaman. Kampung KB itu nantinya terintegrasi

dengan program pembangunan lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan

Ekonomi. Pembentukan Kampung KB itu didanai dengan anggaran alokasi dana

desa (ADD) dan gotong royong masyarakat setempat.


170

Program Kampung KB merupakan salah satu program prioritas nasional

yang merupakan perwujudan dari agenda prioritas pembangunan atau yang biasa

dikenal dengan Nawacita, terutama pada Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu

Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan

Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta melaksanakan Strategi

Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi Pembangunan Manusia.

Penggarapan program Kampung KB membutuhkan keterlibatan semua sektor baik

pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-

cita mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai leading sektor

dalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini menjadikan bahan

percontohan bagi Dinas terkait lainnya agar segera memotifasikan agar segera ikut

terlibat juga secara penuh dalam mendukung program yang bertujuan untuk

mensejahterakan masyarakat di daerahnya.

Weaknesses (Kelemahan)

Weaknesses atau kelemahan berkaitan dengan keterbatasan dalam hal

sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang akan menjadi penghalang dalam

kinerja organisasi. Pada temuan dilapangan menunjukkan bahwa Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak masih minim dari sisi anggaran, karena

pembentukan Kampung KB itu didanai dengan anggaran alokasi dana desa


171

(ADD) dan gotong royong masyarakat setempat. Payung hukum besaran tentang

pelaksanaan Kampung KB itu saat ini hanya UU No 52 Tahun 2009 dan UU 23

Tahun 2014. Itu belum cukup untuk operasionalisasi Kampung KB itu butuh

payung yang lebih tajam melalui instruksi presiden (Inpres) yang tertulis, karena

saat ini instruksi presiden hanya sebatas lisan. Itu seharusnya dituangkan kedalam

tata naskah instruksi presiden yang tertulis, tidak hanya surat edaran (SE)

Mendagri saja dasar hukumnya tapi ada Inpres yang akan lebih mengikat, lebih

tajam untuk merangkul teman-teman instansi lain.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak yang dinilai masih

minim, mengakibatkan dana tidak terfokuskan pada satu aspek saja, melainkan

harus menyamaratakan dengan aspek-aspek lainnya seperti belanja daerah dan

dana pembangunan lainnya. Alasan itu pula yang menjadikan sarana dan

prasarana belum memadai. Terutama akses jalan menuju Kampung Kaso,

walaupun berjarak sekitar tiga puluh menit menggunakan kendaraan bermotor

menuju Kota Rangkasbitung akses yang harus dilalui dinilai belum memadai.

Dengan masih banyaknya jalan berlubang, jalanan bebatuan, dan harus melalui

hutan dan persawahan. Belum lagi jika hujan turun lebat, akses jalan menuju

Kampung Kaso dinilai cukup ekstrim untuk dilalui, dikarenakan pada jalan yang

belum terkena aspal atau bebatuan, ada jalan yang masih berlumpur, dan kalau

hujan turun bisa menimbulkan genangan dan jalan akan terasa licin untuk dilalui.

Belum lagi jika sudah lewat waktu sore, penerangan jalan sangat minim sekali

bahkan dibeberapa titik benar-benar sama sekali tidak ada lampu penerangan

jalan. Dan tidak disarankan bagi masyarakat untuk keluar masuk kampung lewat
172

petang hari. Selain itu keadaan kantor Pustu (Puskesmas Pembantu) yang

merupakan satu-satunya pelayanan pertolongan pertama untuk masyarakat di

Desa Sukaraja itu keadaannya sangat perlu perbaikan demi kenyamanan

masyarakat juga ketika membutuhkan pertolongan pertama dalam hal kesehatan

atau sekedar berobat.

Kemudian mengenai sumber daya manusia yang masih kurang. Dimana

sumber daya manusia di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sekarang

terdapat 112 (seratus dua belas orang) yang idealnya seharusnya enam ratus lebih

orang. Ini sangat mengahambat kinerja Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

dalam melakukan program-program yang akan dilaksanakan. Seharusnya idealnya

satu kecamatan disetiap kabupaten itu dipegang atau ditangani oleh tujuh sampai

delapan orang, saat ini sumber daya manusia yang ada harus memegang satu

orang satu kecamatan. Itu merupakan beban sangat berat untuk Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak.

Kemudian yaitu mengenai minimnya koordinasi antar lintas sektoral yang

menyebabkan juga masih minimnya peran dari instansi atau sektor terkait lainnya

yang terlibat di dalam program kampung KB (Keluarga Berencana). Padahal

penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan

masyarakat.
173

Opportunities (Peluang)

Opportunities atau peluang yang berkaitan dengan berbagai situasi yang

menguntungkan bagi suatu organisasi. Pada temuan di lapangan bahwa peluang

yang dimiliki oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu

sebagai tingkatan capaian atau harapan dan juga merupakan program peningkatan

kualitas hidup masyarakat. Dimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak memiliki tugas

pokok dan fungsi sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Lebak Nomor 6 Tahun 2013, yaitu: “Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan”.

Penyediaan pelayanan KB, peningkatan ketahanan keluarga, perlindungan

anak dan perempuan dari tindak kekerasan serta pemberdayaan perempuan

terutama pada keluarga miskin merupakan tugas pelayanan kepada masyarakat

Kabupaten Lebak yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Visi merupakan kondisi masa depan yang dicita-citakan dan merupakan

komitmen bersama tanpa ada paksaan dalam upaya merancang dan mengelola perubahan

untuk mencapai tujuan. Visi dari DPPKBP3A Kabupaten Lebak dirumuskan sejalan

dengan Visi Pemerintah Kabupaten Lebak yaitu : “MENUJU KABUPATEN LEBAK

YANG MAJU DAN BERDAYA SAING MELALUI PEMANTAPAN

PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

KERAKYATAN”, Visi DPPKBP3A yaitu: “Terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera, Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak”.


174

Misi merupakan tujuan utama kearah mana perencanaan/program Intansi

Pemerintah ingin dicapai. Untuk mencapai harapan tersebut DPPKBP3A telah

menetapkan Misi yaitu : Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui

pengaturan kelahiran dan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi;

meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga serta memperkuat

kelembagaan dan jejaring program KB; dan meningkatkan Pengarusutamaan

Gender, advokasi dan perlindungan anak melalui peningkatan kesetaraan dan

keadilan gender, peningkatan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan

anak.

Selain itu, program kampung KB (Keluarga Berencana) merupakan

Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden. Program Keluarga

Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun

manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah berkeinginan

untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke keadaan lain yang lebih

bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau sasaran-sasaran perubahan

keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan.

Maka dari itu, diperintahkan kepada seluruh Dinas terkait untuk berkonsentrasi

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Program kampung KB (Keluarga Berencana) merupakan program yang

menyentuh langsung lapisan masyarakat terkecil setara dusun atau RW (Rukun

Warga), jadi pemerintah bisa terfokuskan kepada masyarakat untuk mengatur dan

mengelola segala aspek kehidupan. Kampung berkualitas adalah wujud


175

terintegrasinya program dan dinamisnya kehidupan keluarga dalam mengamalkan

delapan fungsi keluarga, dan sebagai wadah untuk membantu masyarakat desa.

Treaths (Ancaman)

Treaths atau ancaman berkaitan dengan faktor-faktor yang merugikan

suatu organisasi. Pada temuan di lapangan ancaman yang akan mempengaruhi

dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung

Kaso yaitu kepercayaan masyarakat setempat masih dikatakan minim (walaupun

persentasenya kecil, dibawah angka 10%) akan tetapi itu sangat mempengaruhi

terhadap partisipasi masyarakat yang masih minim. Misalnya anggapan

masyarakiat terhadap program pemasangan KB atau implan, sebagian masyarakat

ada yang menganggap bahwa hal tersebut adalah haram dan sangat bertentangan

dengan agama. Padahal di zaman yang serba modern ini, membantu menahan

angka laju pertumbuhan penduduk dan meminimalkan angka kelahiran penduduk

itu sangat penting. Mengingat apabila di desa, jumlah anak tidak sebanding

dengan penghasilan orangtua. Dari awal mula itu bisa banyak berdampak hal

negatif, seperti persentase angka kemiskinan meningkat sehingga angka

kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Selain itu dengan keterbatasan dana

atau penghasilan keluarga, dapat menimbulkan tindak kejahatan seperti mencuri,

dan lain sebagainya. Beberapa faktor itu yang menjadi kekhawatiran pemerintah

daerah untuk mengelola masyarakatnya.


176

Dengan pandangan masyarakat yang cenderung masih tradisional, sehingga

partisipasi aktif masyarakat masih minim. Masyarakat cenderung enggan

mengikuti program yang dilaksanakan pemerintah karena menurut mereka

program tersebut tidak sepemahaman dengan mereka. Sosialisasi secara intens

perlu dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak dan Dinas

terkait lainnya. Yang diharapkan kedepannya respon masyakat dapat lebih

maksimal.

Hal lainnya yaitu masih minimnya peran dari instansi atau sektor terkait

lainnya yang terlibat di dalam program kampung KB (Keluarga Berencana).

Penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan.

Misalnya, bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan

dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program

penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta mensukseskan wajib

pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Pada temuan di lapangan, baru dari dinas kesehatan dan DPPKBP3A sendiri yang

melakukan perannya didalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini,

walaupun hasil yang didapat juga belum maksimal. Ini dikarenakan juga program

kampung KB (Keluarga Berencana) ini baru berjalan satu tahun. Tentunya masih

banyak evaluasi dan perbaikan untuk kedepannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis SWOT dalam Siagian

(2008:172) yang terdiri dari faktor internalnya : strengths, weaknesses dan dari
177

faktor eksternalnya : opportunities, threats dalam penelitiannya, karena sesuai

dengan permasalahan yang ada. Oleh sebab itu peneliti membuat matriks SWOT

ini, sehingga nanti akan menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis.

Berikut dibuat pula matriks analisis SWOT seperti dibawah ini :

Tabel 4.8

Matriks SWOT

faktor-faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)


internal a. Kebijakan a. Dukungan minim
Nasional yang dari sisi anggaran
dicanangkan oleh b. PAD (Pendapatan
presiden. Asli Daerah)
b. Adanya kerjasama masih kecil
lintas sektor c. SDM pegawai
(memperkaya masih kurang
mitra kerja) d. Koordinasi lintas
c. Koordinasi lintas sektor masih
program minim
d. DPPKBP3A e. Sarana dan
sebagai leading prasarana belum
sektor lengkap
e. Merupakan wujud
implementasi dari
Faktor-faktor Nawacita ke 5
Eksternal (lima)
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
a. Perintah kepada a. Memanfaatkan a. Membangun
seluruh Dinas kebijakan nasional koordinasi antar
178

untuk sebagai perintah lintas sektor untuk


berkonsentrasi kepada seluruh program
meningkatkan Dinas terkait peningkatan
SDM untuk kualitas hidup
b. Sebagai tingkatan berkonsentrasi masyarakat
capaian atau meningkatkan b. Menambah SDM
harapan SDM masyarakat tenaga atau
c. Program yang Desa pegawai teknis
menyentuh b. Melakukan lapangan untuk
langsung ke kerjasama lintas memaksimalkan
lapisan sektor untuk tingkatan capaian
masyarakat membantu c. Menggerakan
terkecil peningkatan seluruh Dinas
d. Sebagai wadah kualitas hidup untuk sama-sama
untuk membantu masyarakat bekerja sama
masyarakat Desa c. Memanfaatkan meningkatkan
e. Program koordinasi lintas sarana dan
peningkatan sektor yang prasarana yang
kualitas hidup menyentuh belum lengkap
masyarakat langsung ke d. Menggerakkan
lapisan dan meyakinkan
masyarakat seluruh Dinas
terkecil terkait untuk
d. Meningkatkan membantu dari
tingkatan capaian sisi anggaran yang
atau harapan dari masih minim
program
Kampung KB
sebagai wujud
implementasi
Nawacita ke lima
179

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


a. Kepercayaan a. Melakukan a. Meningkatkan
masyarakat masih pertemuan dengan pembinaan serta
tradisional tokoh masyarakat pertemuan antar
b. Partisipasi aktif mengenai tokoh masyarakat
masyarakat masih program yang dengan sektor
minim akan dilaksanakan terkait
c. Penerimaan b. Melakukan b. Mengadakan
masyarakat kerjasama antar kegiatan lainnya
terhadap program lintas sektor untuk yang belum
pemerintah mengadakan terlaksana
(respon sosialisasi secara sebelumnya
masyarakat intens kepada seperti program
minim) masyarakat pembangunan
d. Baru beberapa setempat untuk
peran dari c. Melakukan kesejahteraan
instansi atau evaluasi kebijakan masyarakat
sektor terkait program c. Meningkatkan
lainnya yang pengelolaan kerjasama dengan
terlibat didalam Kampung KB lintas sektoral
program dengan piahk-
pihak terkait
Sumber : Peneliti, 2017

1) Strategi SO (Strenghts-Opportunities)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi SO (Strenghts-

Opportunities) yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan kebijakan


180

Nasional sebagai perintah kepada seluruh Dinas terkait untuk

berkonsentrasi meningkatkan SDM masyarakat Desa. Program Keluarga

Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk

membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Agar proses perubahan

itu dapat menjangkau sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik

dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan, di dalam

melaksanakan pembangunan itu perlu sekali memperhatikan segi

manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu menyangkut

makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek

pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus

diperhitungkan, sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa.

Melakukan kerjasama lintas sektor untuk membantu peningkatan

kualitas hidup masyarakat. Adanya kerja sama lintas dalam pengelolaan

program kampung KB (Keluarga Berencana) tersebut penanganannya

melibatkan 12 (dua belas) satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena

adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya,

bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan

dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Serta mensukseskan

wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

setempat. Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk

suatu keluarga kecil yang berprestasi dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan. Selain itu juga

dapat memanfaatkan koordinasi lintas sektor yang menyentuh langsung ke


181

lapisan masyarakat terkecil. Sehingga penanganannya diharapkan bisa

lebih terkonsentrasi dengan tujuan awal diadakannya program kampung

KB (Keluarga Berencana) ini.

Meningkatkan tingkatan capaian atau harapan dari program

Kampung KB sebagai wujud implementasi Nawacita ke lima. Program

Kampung KB merupakan salah satu program prioritas nasional yang

merupakan perwujudan dari agenda prioritas pembangunan atau yang

biasa dikenal dengan Nawacita, terutama pada Agenda Prioritas nomor 5

(lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta

melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi

Pembangunan Manusia. Penggarapan program Kampung KB

membutuhkan keterlibatan semua sektor baik pemerintah pusat, provinsi,

dan kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-cita atau harapan

dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi WO (Weaknesses-

Opportunities) yang dapat dilakukan adalah membangun koordinasi antar

lintas sektor untuk program peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Adanya kerja sama lintas dalam pengelolaan program kampung KB


182

(Keluarga Berencana) tersebut penanganannya melibatkan 12 (dua belas)

satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena adanya keterlibatan

melaksanakan program untuk kesejahteraan. Oleh karena itu, membangun

koordinasi lintas sektor yang baik sangatlah dibutuhkan untuk setiap

program peningkatan kualitas hidup masyarakat desa agar hasilnya lebih

maksimal lagi.

Menambah SDM tenaga atau pegawai teknis lapangan untuk

memaksimalkan tingkatan capaian yang sebelumnya sumber daya manusia

di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sendiri berjumlah

112 (seratus dua belas) orang, dimana untuk pegawai teknis sekarang

hanya terdapat satu orang untuk memegang satu kecamatan, itu sangat

menghambat kinerja yang idealnya seharusnya dipegang oleh tujuh sampai

delapan orang per kecamatan. Selain itu tenaga PLKB (Petugas Lapangan

KB) juga dipegang oleh satu orang dalam kampung KB (Keluarga

Berencana).

Menggerakan seluruh Dinas untuk sama-sama bekerja sama

meningkatkan sarana dan prasarana yang belum lengkap. Peran dari

instansi atau sektor terkait lainnya yang terlibat di dalam program

kampung KB (Keluarga Berencana). Penanganan Kampung KB tersebut

melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena adanya

keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya, bidang

program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor


183

usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program

penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta

mensukseskan wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan setempat. Semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

harus terus digerakkan demi terlaksananya program untuk kesejahteraan

masyarakat terutama dalam hal infrastruktur, sarana dan prasarana.

Menggerakkan dan meyakinkan seluruh Dinas terkait untuk

membantu dari sisi anggaran yang masih minim. Selain menggerakan

seluruh Dinas untuk sama-sama bekerja sama meningkatkan sarana dan

prasarana yang belum lengkap, disamping itu juga menggerakkan dan

meyakinkan seluruh Dinas terkait juga untuk membantu dari sisi anggaran.

Walaupun sebenarnya penanganan di kampung KB (Keluarga Berencana)

juga di anggarkan dalam ADD (Anggaran Dana Desa) dan keterlibatan

masyarakat sekitar.

3) Strategi ST (Strenghts-Treaths)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi ST (Strenghts-Treaths)

yang dapat dilakukan adalah Melakukan pertemuan dengan tokoh

masyarakat mengenai program yang akan dilaksanakan. Dimana

kepercayaan masyarakat setempat masih dikatakan minim (walaupun

persentasenya kecil, dibawah angka 10%) akan tetapi itu sangat


184

mempengaruhi terhadap partisipasi masyarakat yang masih minim.

Misalnya anggapan masyarakat terhadap program pemasangan KB atau

implan, sebagian masyarakat ada yang menganggap bahwa hal tersebut

adalah haram dan sangat bertentangan dengan agama. Padahal di zaman

yang serba modern ini, membantu menahan angka laju pertumbuhan

penduduk dan meminimalkan angka kelahiran penduduk itu sangat

penting. Mengingat apabila di desa, jumlah anak tidak sebanding dengan

penghasilan orangtua. Dari awal mula itu bisa banyak berdampak hal

negatif, seperti persentase angka kemiskinan meningkat sehingga angka

kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Selain itu dengan

keterbatasan dana atau penghasilan keluarga, dapat menimbulkan tindak

kejahatan seperti mencuri, dan lain sebagainya. Beberapa faktor itu yang

menjadi kekhawatiran pemerintah daerah untuk mengelola masyarakatnya.

Melakukan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan sosialisasi

secara intens kepada masyarakat setempat. Dari dua belas SKPD (Satuan

Kerja Perangkat Daerah) yang tergabung, misalnya dalam hal kesehatan,

Dinas Kesehatan yang melakukan sosialisasi, dari segi pendidikan, Dinas

Pendidikan yang mengadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat, dan

sebagainya. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar

program yang selanjutnya akan dilaksanakan tidak mendapatkan respon

penolakan dikarenakan salah dalam memahaminya. Oleh karena itu,

kinerja dinas terkait untuk melakukan sosialisasi intens harus dilakukan

untuk melakukan berbagai teknik pendekatan terhadap masyarakat agar


185

pemerintah sebagai penyedia dan pelayan masyarakat bisa mendapatkan

kepercayaan dari masyarakatnya.

Melakukan evaluasi kebijakan program pengelolaan Kampung KB

dengan piahk-pihak terkait itu sangat penting dilakukan. Karena untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, disetiap program perlunya ada langkah

evaluasi sebagai bahan perbaikan dalam program-program yang akan

dilaksanakan selanjutnya. Akan pelayanan terhadap masyarakat pun bisa

maksimal dirasakan.

4) Strategi WT (Weaknesses-Treaths)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi WT (Weaknesses-

Treaths) yang dapat dilakukan adalah Meningkatkan pembinaan serta

pertemuan antar tokoh masyarakat dengan sektor terkait. Perlunya sebuah

kesepakatan diantara penyelenggara program dan target sasaran program,

dimana nantinya adanya kesepakatan dan kerja sama yang baik antara

kedua belah pihak. Sehingga nantinya dapat meminimalisir penolakan atau

setidaknya dapat mengurangi angka partisipasi pasif masyarakatnya.

Mengadakan kegiatan lainnya yang belum terlaksana sebelumnya

seperti program pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kampung

KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu keluarga kecil
186

yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan, serta

pencanangan Kampung KB tidak hanya berpacu pada penggunaan alat

kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa tersebut bisa terus

berkembang baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.

Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan

keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan

kesejahteraan hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-

sungguh. Selain itu juga ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng

kehidupan yang harus terbangun secara kokoh dalam sepanjang zaman.

Kampung KB itu nantinya terintegrasi dengan program pembangunan

lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektoral. Hal ini berkaitan

dengan segala program yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Misalnya, bidang program

kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor usaha

pertanian ditangani Dinas Pertanian. Serta mensukseskan wajib pendidikan

12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu

keluarga kecil yang berprestasi dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan. Agar

penanganannya diharapkan bisa lebih terkonsentrasi dengan tujuan awal

diadakannya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini.


187

Tabel 4.9

Faktor Pendukung Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak

Faktor Pendukung
No Faktor Internal No Faktor Eksternal
Perintah kepada seluruh Dinas
Adanya kebijakan Nasional
terkait untuk berkonsentrasi
1 yang dicanangkan oleh 1
meningkatkan kualitas SDM
Presiden
nya.
Sebagai wadah untuk membantu
DPPKBP3A Kabupaten Lebak
masyarakat dari lapisan
2 sebagai leading sektor program 2
masyarakat terkecil yaitu
Kampung KB
RT/RW
Adanya kerja sama antar lintas
3
sektor terkait
Perkembangan dari masyarakat
4 tradisional menuju masyarakat
modern
Sumber : Peneliti, 2017

Tabel 4.10

Faktor Penghambat Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak

Faktor Penghambat
No Faktor Internal No Faktor Eksternal
SDM (Sumber Daya Manusia) Belum optimalnya saran dan
1 1
pegawai teknis masih kurang prasarananya
PAD (Pendapatan Asli Daerah) Stigma yang dianut masyarakat
2 2
Kabupaten Lebak masih minim setempat masih tradisional
188

dan anggaran yang disediakan


masih terbatas
Peran serta masyarakat masih
3
minim
Peran lintas sektor lainnya
4
masih belum maksimal
Sumber : Peneliti, 2017

Berikut merupakan ringkasan pembahasan mengenai Analisis

SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di

Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten

Lebak dengan menggunakan teori mengenai teknik analisis SWOT yang

dikutip dari Siagian (2008:172) sebagai berikut :

Tabel 4.11

Ringkasan Pembahasan

Analisis SWOT
Dimensi Temuan Lapangan
Strenghts (Kekuatan) a. Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh
presiden.
b. Adanya kerjasama lintas sektor (memperkaya
mitra kerja)
c. Koordinasi lintas program
d. DPPKBP3A sebagai leading sektor
e. Merupakan wujud implementasi dari
Nawacita ke 5 (lima)
Weaknesses (Kelemahan) a. Dukungan minim dari sisi anggaran
b. PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil
c. SDM (Sumber Daya Manusia) pegawai
masih kurang
d. Koordinasi lintas sektor masih minim
e. Sarana dan prasarana belum lengkap
Opportunities (Peluang) a. Perintah kepada seluruh Dinas untuk
berkonsentrasi meningkatkan SDM
189

b. Sebagai tingkatan capaian atau harapan


c. Program yang menyentuh langsung ke
lapisan masyarakat terkecil
d. Sebagai wadah untuk membantu masyarakat
Desa
e. Program peningkatan kualitas hidup
masyarakat
Treaths (Ancaman) a. Kepercayaan masyarakat masih tradisional
b. Partisipasi aktif masyarakat masih minim
c. Penerimaan masyarakat terhadap program
pemerintah (respon masyarakat minim)
d. Baru beberapa peran dari instansi atau sektor
terkait lainnya yang terlibat didalam program
Sumber : Peneliti, 2017
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang ada dilapangan, maka

peneliti menarik kesimpulan bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga

Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak belum berjalan dengan optimal. Strategi yang dilakukan Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Lebak yaitu melalui koordinasi antar lintas

sektoral, pendampingan dan pengawasan di setiap program yang akan

dilaksanakan, serta pendekatan material dengan masyarakat. Untuk pencapaian

strategi yang belum optimal ini tidak lepas dari faktor-faktor dalam penerapan

strategi tersebut, yaitu faktor internal juga dari faktor eksternal.

Dilihat dari faktor internal seperti dukungan minim dari sisi anggaran,

PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih minim, masih kurangnya sumber daya

manusia (SDM) pegawai, koordinasi lintas sektor yang masih minim, dan sarana

dan prasarana yang belum lengkap. Sedangkan dari faktor eksternalnya seperti

kepercayaan masyarakat yang masih tradisional, partisipasi aktif masyarakat

masih minim, penerimaan masyarakat terhadap program pemerintah (respon

masyarakat minim) dan belum maksimalnya peran serta dari instansi atau sektor

terkait lainnya. Apabila melihat dari faktor secara internal dan ekternal, maka

190
191

yang masih banyak permasalahan yaitu faktot secara internal dibanding dengan

ekternalnya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan mengenai analisis SWOT pengelolaan program

kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan

Warunggunung Kabupaten Lebak, maka peneliti mencoba untuk memberikan

saran-saran mengenai hasil penelitiannya agar dapat membantu pihak Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB di Kabupaten Lebak,

sebagai berikut :

1. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB

di Kabupaten Lebak disarankan mengusulkan penambahan anggaran

program Kampung KB (Keluarga Berencana) kepada Dinas

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Lebak.

2. Mendorong dirumuskannya Instruksi Presiden (Inpres) sebagai aturan

yang lebih teknis untuk merangkul instansi terkait lainnya ikut

berperan aktif didalam pelaksanaan Kampung KB (Keluarga

Berencana).
192

3. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB

di Kabupaten Lebak lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama

antar lintas sektor lainnya dalam hal kegiatan untuk lebih

meningkatkan peran serta terhadap pengelolaan program kampung KB

(Keluarga Berencana) ini, terutama di bidang pembangunan dan

perbaikan infrastruktur juga kesehatan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Hasibuan, S. M. (2011). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Herujito, Y. (2006). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.

Huberman, M. (2009). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-

Metode Bru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Rangkuti, F. (2015). Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta: PT

Gramedia.

Siagian, S. (2007). Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

CV Alfabeta.

______. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.


Dokumen :

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Surat Edaran Mendagri Nomor 440/70/SJ tentang Pencanangan dan Pembentukan

Kampung KB

Surat Keputusan Bupati Lebak Nomor 476/Kep. 41-BPPKB/2016 tentang

Penetapan Kampung KB di Kabupaten Lebak Tahun 2016

Revisi Rencana Kerja (Renja) DP2KBP3A Kabupaten Lebak Tahun 2017

Perubahan Rencana Strategis (Renstra) DP2KBP3A Kabupaten Lebak Tahun

2016

Petunjuk Teknis Kampung KB BKKBN Provinsi Banten Tahun 2016

Laporan Kinerja (LAKIP) BKKBN Provinsi Banten Tahun 2015


Sumber Lain :

Dian Faridah. (2015). Analisis SWOT Program Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi yang tidak dipublikasikan.

Mursi. (2016). Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan di Kota Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi

yang tidak dipublikasikan.

Roza Mardhatillah. (2015). Analisis Strategi Pemasaran dengan Analisis SWOT untuk

Meningkatkan Penjualan pada PT. Forisa Nusapersada Padang.

Shara Anggraeni. (2016). Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang tidak dipublikasikan.

Sierfi Rahayu. (2017). Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi

Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang tidak dipublikasikan.

Yesy Komala. (2012). Strategi Peningkatan Pengelolaan Pajak Reklame di DKI

Jakarta. Universitas Indonesia. Universitas Tamansiswa Padang: Skripsi

yang tidak dipublikasikan.

http://www.tangeranghits.com/mega-metropolitan/berita/44865/pemkab-lebak-

canangkan-kampung-kb-di-desa-tertinggal (Diakses Minggu, 16 Oktober

2016. 11.53)
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/08/Makalah-Program-Keluarga-

Berencana-di-Indonesia.html (Diakses Minggu, 16 Oktober 2016. 1.28)

http://eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20-%2006101244019.pdf (Diakses Sabtu,

22 Oktober 2016. 13.40)

http://kalbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=150&ContentTypeId=

0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897 (Diakses Senin, 20

Maret 2017, 13.09).

https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/11/20/83632/jumlah-

pendududari-perempuan.html (Diakses Senin, 20 November 2017, 14.09).

http://pkbi.or.id/tentang-kami/sejarah-pkbi/ (Diakses Senin, 20 November 2017,

14.29).

http://ilmupengetahuanumum.com/jumlah-penduduk-indonesia/ (Diakses Rabu,

06 Desember 2017, 14.30).


DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga


Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak

Gambar 2. Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk,


Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
Gambar 3. Puskesmas Pembantu (Pustu) Sukaraja

Gambar 4. Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB


(Keluarga Berencana)
Gambar 5. Persiapan Melakukan Pemasangan KB Implan yang dilakukan oleh
Bidan Desa

Gambar 6. Pemasangan implan gratis oleh Bidan Desa


Gambar 7. Wawancara dengan Kepala Bidang KB-KS Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak

Gambar 8. Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas


Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
Gambar 9. Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja

Gambar 10. Wawancara dengan Petugas Lapangan Kampung KB


Gambar 11. Spanduk Selamat Datang di Kampung Keluarga Berencana (KB)
Desa Sukaraja

Gambar 12. Acara Pelatihan Kader Posyandu Desa Sukaraja


Gambar 13. Slogan dari Bupati Lebak yang di pasang oleh Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak

Gambar 14. Penandatanganan Surat Kegiatan Desa oleh Kepala Desa Sukaraja
Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data

I
I1.1
Q
Q1 Menurut bapak, apa tujuan dan adanya program Kampung Keluarga
Berencana (KB) di Kabupaten Lebak?
Tujuan itu ada 2, yaitu: 1.Pendekatan program dan 2. Integrasi program
jadi program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bukan hanya
Kampung Keluarga Berencana nya saja akan tetapi bagaimana
menjadikan Kampung yang berkualitas jadi sebenarnya ini semua sektor
yang harus menangani
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana,
baik bagi pemerintah maupun masyarakat?
- Bagi masyarakat tentu saja itu merepukan harpan bagi setiap kalangan
harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek hidupnya.Karena
setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu: fungsi agama, sosial budaya,
ekonomi dan lain-lain.
- Bagi Pemerintah, tentu program ini mengkaitkan semua sektor terkait
misalnya: dari Dinas Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak
usia sekolah? Tinggi/rendah? Dan hasil dari setiap pendataan, itu
merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak lanjut
hal tersebut begitupun Dinas lainnya.
Q3 Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Merupakan kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden dan
Implementasi dari Nawacita ke 5,yaitu membangun dari kampung yang
jaug dari Perkotaan.
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Pendataan mengenai masyarakat di Desa, yang awal mulanya dipetakkan
terlebih dahulu. Setelah itu koordinasi dengan sektor lainnya, seperti:
masalah kesehatan dengan Dinas Kesehatan, masalah Pendidikan dengan
Dinas Pendidikan,dan seterusnya.
Q5 Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DP2KBP3A dalam
mengelola program kampung Keleuarga Berencana(KB)?
Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua koordinasi
antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang ketiga partisipasi
masyarakat itu masih harus terus didampingi (Kesadaran masyarakat
dirasa masih kurang)
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana?
Pertama, kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu sendiri
karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu mendorong sumber-
sumber dana yang ada dianggaran misalnya: setiap rumah tangga, harus
punya minimal 1 (satu) bak sampah, dan harus sudah bisa memilah
antara sampah organik dan non organik.
Q7 Bagaimana cara BP2KBP3A dalam melakukan pengawasan di Kampung
Keluarga Berencana(KB)?
Dari kita biasanya melakukan pengawasan/pembinaan setiap saat dengan
para koder, dengan perangkat desa, dan dengan masyarakat setempat.
Pendekatan material dengan masyarakat itu dirasa sangat penting, karena
meraka juga sebagai salah satu tombak keberhasilan dan jalannya sebuah
program.
Q8 Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Merencanakan segalanya dengan BAPPEPA,sesuai dengan Tupoksi
yang ada.
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB guna menigkatkan kualitas SDM?
Pengarahan dan Pembinaan pasti ada,akan tetapi itu ranahnya Dinas
Kesehatan disini POSYANDU itu kan merupakan media kerja bagi
PLKB nya sendiri lalu koordinasi antar Kader pun intens dilakukan.
Akan tetapi sebenarnya PLKB (Tenaga Kesehatan) masih kurang
dibanding dengan sasaran
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Ibu Bupati memerintahkan seluruh Dinas yang berada di Kabupaten
Lebak untuk berkosentrasi menigkatkan sumber daya manusia yang ada
dan dimulai dari yang terkecil, yaitu Kampung Keluarga Berencana(KB)
Q11 Bagaimana cara DP2KBP3A dalam memanfaatkan peluang?
Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semua sektor. Yang
kedua, musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama dengan
semua pihak
Q12 Apa saja ancaman yang dihadapi oleh BP2KBP3A?
Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu
terancamnya ya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga ya kita masih
terbatas dan Integrasi program masih parsial
Q13 Bagaimana pihak DP2KBP3A dalam menangani hal tersebut?
- Terus melakukan koordinasi kembali dengan Dinas lain(Lintas Sektor)
- Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)
- Pihak Kapubaten Koordinasi langsung dengan Desa
- Pihak Kabupaten turun langsung kelapangan
Misalnya setiap ibu hamil harus dipasang bendera didepan rumahnya
(Sebagai Ciri) dan itu dianggarkan oleh Desa Anggaran Dana Desa
(ADD)

I
I1.2
Q
Q1 Menurut Bapak, bagaimana awal mula adanya Kampung Keluarga
Berencana(KB)?
Awal mula ini dari Bapak Presiden, ingin banyak Stakeholder yang
menaungi masalah progaram Keluarga Berencana. Tidak hanya dari
sektor Keluarga Berencana nya saja. Didasari dari Desa, Lalu dinilai dari
beberapa aspek sangat tertinggal, muncul lah ketetapan dari Kampung
Keluarga Berencana di wilayah Kabupaten Lebak yaitu di kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggung dan program ini
merupakan adopsi dari program P2WKSS (Peningkatan Peran Wanita
Menuju Keluarga Sehat Sejahtera)
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program Keluarga Berencana(KB) di
Kabupaten Lebak ini?
Ada satu gerakan yang sangat signifikan/diuntungkan tapi masyarakat
juga harus ikut berpartisipasi dan berperan aktif
Q3 Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Memperkaya mitra kerja, mitra kerja dengan Dinas kesehatan, Kodim
dan lain-lain
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
- Belum pernah ada MOU (Kerjasama Antar Lintas Sektor)
- Setelah OTDA ikatan agak tersedat, BKKBN harus banting stir
Q5 Menurut Bapak, apa saja kelemahan/kendala yang dihadapi oleh
DP2KBP3A?
- Dukungan dari sisi anggaran masih minim
- Hasil yang diharapkan belum maksimal
- PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil
- Masyarakat masih menganut sistem/kepercayaan terdahulu (Walaupun
frekuensinya sudah menurun). Misalnya anggapan bahwa banyak anak
rezeki.
- Sumber Daya Manusia masih minim, seharusnya idealnya 600 lebih,
sekarang di DP2KBP3A 112 Orang ini menghambat, yang idealnya 1
kecamatan itu dipegang oleh 7-8 orang sekarang 1 kecamatan dipegang
oleh 1 orang
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana?
Dari kita selalu mendiskusikannya dengan Dewan (Setiap Tahun) dan
melaporkan apa-apa saja yang masih kurang
Q7
Bagaimana cara DP2KBP3A dalam melakukan pengawasan?
Karena kampung Keluarga Berencana (KB) diserahkan ke desa, jadi
stakeholder di desa juga di dorong demi kelancaraan dan keberhasilan
program
Q8
Sudah sejauh mana koordinasi yang dilakukan?
Output tidak lepas dari akseptor dari pihak Dinas Kesehatan koordinasi
antar pegawai DP2KBP3A
Q9
Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Dari Kabupaten, hanya berupa pembinaan dan pendorong
Q10
Apa peluang bagi DP2KBP3A?
Sebagai tingkatan capaian/harapan
Q11
Bagaimana DP2KBP3A dalam memanfaatkan peluang yang didapatkan?

Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya: Adanya tim


penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Q12
Apa saja ancaman yang dihadapi oleh DP2KBP3A?
Kalau secara spesifik tidak ada. Akan tetapi mengubah stigma
masyarakat tradisional ke masyarakat modern itu sulit. Walaupun
persentasinya kecil, dibawah angka 10% masyarakat menyatakan haram
ber-KB
Q13
Bagaimana pihak DP2KBP3A dalam menangani ancaman tersebut?
Dilakukan berbagai trik/cara. Misalnya turun koordinasi langsung
dengan pihak kecamatan dan ketua majelis utama setempat karena ini
benturan terhadap agama (Kepercayaan masing-masing masyarakat).
Dan juga program yang sudah terintegrasi oleh semua lintas sektor
I
I1.3
Q
Q1
Apa tujuan dari program Kampung Keluarga Berencana(KB)?
Sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai titik dasar (RT/RW)
menjadikan keluarga yang berkualitas. Kampung Keluarga Berencana
(KB) itu terbagai ke dalam 2 yaitu: 1. Keluarga Berencana (Skup nya
Dinas Kesehatan) dan 2. Keluarga Berkualitas, yaitu semua OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) yang terlibat, seperti: Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, DP2KBP3A, Dinas Sosial, Dinas Perhubungan dan
lain-lain. Selain itu, mewujudkan cita-cita Bupati yang mencanangkan
Lebak Sehat, Lebak Pintar dan Lebak Sejahtera
Q2
Apa saja manfaat dari adanya program Kampung Keluarga Berencana
(KB) bagi pemerintah maupun masyarakat?

- Bagi Pemerintah: Karena program ini merupakan titik paling dasar


(Ujung Tombak) dan Sebagai bahan percontohan bagi RW lain di daerah
yang lainnya juga.
- Bagi Masyarakat: Tergantung bagaimana respon dan peran masyarakat
nya sendiri kalau positif dan berperan aktif, pasti akan banyak merasakan
dampak positifnya/manfaatnya. Contoh: Lingkungan jadi bersih sehat
dan nyaman, semua aspek keluarga dibantu pemerintah, dari mulai
pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya
Q3
Apa kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?

A. Koordinasi lintas sektoral (OPD terkait)


B. Koordinasi lintas program misalnya: Ada NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera). Programnya 2 anak cukup lalu terdapat 3 Bina
keluarga, yaitu: 1. BKP (Bina Kelompok Balita), 2. BKL (Bina Keluarga
Lansia) dan 3. BKR (Bina Kelompok Remaja). Lalu adanya Puskemas
sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS (Pasangan Usia Subur),
Bayi dan Balita dll.
Q4
Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama kami dengan Desa, berupa oleh ibu-ibu PKK dan
POKJA (Kelompok Kerja) 4. Lalu kerjasama dengan puskesmas, dan
Dinas terkait lainnya
Q5
Apa saja kelemahan atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam
mengelola program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Biasanya, bagaimana jalannya masing-masing program, koordinasi yang
dilakukan dirasa masi kurang. Lalu tanggapan masyarakat yang dirasa
belum maksimal. Dan anggaran biaya, biasanya masing-masing OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) anggaran/dananya tidak berbarengan
Q6
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana oleh DP2KBP3A?
Pertama yaitu melalui koordinasi, lalu membentuk OPD (Organisasi
Perangkat Daerah) di kecamatan minta didukung penuh dengan Desa dan
Camat setempat. Kemudian Desa mengantur masalah Dana dalam ADD
(Anggaran Dana Desa)
Q7
Bagaimana cara yang yang dilakukan oleh DPPKBP3A Kabupaten
Lebak dalam melakukan pengawasan di Kampung Keluarga Berencana
(KB)?
Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali.
Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting Staff)
Namun disini kita memiliki kendala masalah sumber daya manusianya
yang terbatas, dimana saat ini dalam 1 kecamatan hanya terdapat 1
koordinator, 1 PLKB (Petugas Lapangan KB) dan 2 tenaga SS
(Suporting Staff)
Q8
Sejauh mana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi berjalan dalam rapat Lokbul (Lokakarya Bulanan)
dikecamatan, Lokbul di Desa yang dilakukan pertriwulan atau tiga bulan
sekali
Q9
Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)?
Ya, selalu dibantu dengan adanya program-program di Desa itu
merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan ada
pelatihan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak Dinas
Q10
Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur adanya program ini,karena kita
menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Dan
Dinas sendiri merasa diuntungkan
Q11
Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Utuk setiap keberhasilan suatu program, semua kegiatan yang berbaur
dimasyarakat ditangani oleh DPPKBP3A Kabupaten Lebak
Q12
Apa saja ancaman yang dihadapi oleh BP2KBP3A?
Ancaman sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya kekhawatiran terhadap
masyarakat tidak mau (partisipasi pasif/minim) penerimaannya terhadap
program tersebut
Q13
Bagaimana untuk menangani hal tersebut?
Melalui pendekatan-pendekatan ketua RT,RW dan tokoh masyarakat
setempat
I
I1.4
Q
Q1
Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana(KB)?
Menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari segala
sektor. Indikator keluarga yang berkualitas itu dinilai dari segi
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lain-lain
Q2
Apa manfaat dari adanya program Keluarga Berencana (KB) ini?
Manfaat bisa dirasakan melalui proses dimana setiap kegiatan di dalam
program, itu bagaimana masyarakat itu sendiri merasakannya. Karena
setiap aspek dari keluarga seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi dan
lain-lain. Itu diperhatikan oleh pemerintah. Jadi bagaimana masyarakat
itu sendiri menanggapinya. Seharusnya ada banyak sekali manfaat yang
dirasakan
Q3
Kekuatan apa yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Dari sisi program, DPPKBP3A sebagai leading sektornya
Q4
Bagaimana bentuk kerjasama dengam peran lintas sektor lainnya?

Dengan adanya POKJA (Kelompok Kerja) bersama Dinas Kesehatan,


Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum dll. Lalu BPPKBP3A sendiri
dengan Desa, yaitu adanya BKL (Bina Keluarga Lansia), BKB (Bina
Keluarga Balita) dan BKR (Bina Keluarga Remaja)
Q5
Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Perbedaan pemahamaan antar lintas sektor lainnya, dan baru beberapa
sektor yang ikut terlibat dalam program kampung Keluarga Berencana
ini (KB) ini
Q6
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasana dalam pengelolaan program kampung Keluarga
Berencana(KB)?
Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat dibantu
dalam hal pelayanan terhadap masyarakat. Pelatih dan pembinaan yang
dilakukan secara berkala. Dan juga fasilitas disediakan, misalnya ketika
ada pelayaan masalah KB, Dinas menyediakan Implan gratis
Q7
Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melakukan pengawasan kampung
Keluarga Berencana(KB)?
Dilakukan pembinaan dan Evaluasi disetiap bulan
Q8
Sejauhmana koordinasi yang dilakukakan oleh pihak-pihak terkait?
Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A baru dengan Dinas Kesehatan dan
Dinas PU (Pekerja Umum), Walupun belum optimal
Q9
Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)?

Ada bintek terhadap PLKB, koordinator dan SS (Suporting Staff)


Q10
Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Tinggal pembinaan saja yang lebih intens
Q11
Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Memberikan penyuluhan yang lebih efektif
Q12
Apa saja ancaman yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Sulitnya menggerakan/mendapatkan partisipasi masyarakat
Q13
Bagaimana pihak DPPKBP3A dalam menangani ancaman tersebut?
Mengubah mainset masyarakat dari kedaerahan menuju pemahan
masyarakat lebih modern
I
I1.5
Q
Q1
Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana (KB)?
Membangun suatu keluarga yang berkualitas pada lapisan masyarakat
sehingga setiap aspek keluarga bisa meningkat/membaik dari
sebelumnya. Seperti dari segi aspek ekonomi, pendidikam, kesehatan
dan lain-lain
Q2
Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana
(KB) ini bu?
Tentu saja setiap program yang diadakan sebelumnya telah melalui
proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap
program pasti menuju arah perbaikan . Bagi masyarakat sendiri (sasaran
program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena dari kami
sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani sebaik-baiknya
untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan, akan tetapi kurang
mampu dari segi ekonomi. Misalnya pebiayaan kesehatan, pendidikan,
dan yang lainnya
Q3
Apakah kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam pengelolaan
program kampung Kelurga Berncana (KB)?
Program Kampung KB ini merupakan wujud (Implementasi) dari
Nawacita ke 5, yaitu membangun dari perkampungan yang jauh dari
perkotaan
Q4
Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), dan yang
lainya bekerjasama untuk mewujudkan keberhasilan dalam program
Kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q5
Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Setiap program pasti adanya kendala ya neng, akan tetapi bagaimana
Dinas sendiri tanggap dalam meresponnya. Masyarakat yang belum
sepenuhnya mengerti akan apa artinya program kampung Keluarga
Berencana ini. Sebagian besar hanya mengetahui program ini hanya
menyangkut seputar KB, Implan dan Imunisasi gratis padahal program
ini sudah menyangkut semua aspek didalam Keluarga seperti: Aspek
Kesehatan, Aspek Pendidikan, Aspek Ekonomi dll
Q6
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani kendala
tersebut?
Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan terhadap
masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan DPPKBP3A sendiri
sebagai leading sektor program kampung Keluarga Berencana (KB) ini.
Sehingga semua tujuan yang sudah direncanakan dapat terealisasi,
minimal ada peningkatan di setiap tahunnya
Q7
Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melakukan pengawasan?
Kita punya 1 orang PLKB (Petugas Lapangan KB) yang mendata dan
melaporkan segala bentuk yang berhubungan dengan program kampung
KB. Dari laporan tersebut kita dapat mengawasi juga mengevaluasi
untuk kegiatan-kegiatan selanjutanya
Q8
Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi biasanya diadakan dalam Lokalnya Bulanan (LOKBUL)
yang dilaksanakan 3 bulam sekali di Desa
Q9
Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Kita selalu koordinasi aktif dengan petugas lapangan Keluarga
Berencana, apa-apa yang kurang dan yang belum sesuai, itu selalu
dibicarakan dan diarahkan
Q10
Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam pengeldaan
kampung KB?
DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini, memiliki peran dominan dan sebagai percontohan
untuk Dinas lainnya agar segera bergerak dalam bidang/aspeknya
masing-masing. Dan lainnya program ini adalah program yang
menangani masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga
diharapkan bisa berjalan dengan maksimal
Q11
Bagaimana DPPKBP3A kabupaten lebak dalam memanfaatkan peluang
tersebut?
Setiap program di dalam kampung Keluarga Berencana (KB),
DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi
kelancaraan dan keberhasilan. Dan sebagai penggerak memotivasikan
lintas sektor lainnya agar segara ikut terlibat
Q12
Apa aja ancaman yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Ketakutan terhadap tanggapan masyarakat yang kurang berperan aktif di
dalam setiap kegiatan
Q13
Bagaimana pihak DPPKB3A dalam mengenai ancaman tersebut?
Pastinya dengan pendekatan dengan cara sosialisasi dan terdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perangkat desa lainnya

I
I1.6
Q
Q1
Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana (KB) ?
Sebagai salah satu implementasi dari program pengendalian penduduk,
seperti laju pertumbuhan penduduk dan lain-lain
Q2
Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana
(KB) ?
Merupakan harapan bagi setiap kalangan harus memiliki perencanaan
hidup, agar menjadi sebuah keluarga yang berkualitas. Baik dilihat dari
aspek kesehatan,ekonomi,pendidikan, dan lain-lain
Q3
Apa kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3?
Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Bapak Presiden
Q4
Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama dengan Desa, dengan Kecamatan dan OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) lainnya
Q5
Apa saja kelemahan/kendala yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Koordinasi antar lintas sektor masih kurang dan dukungan dana dari sisi
anggaran masih minim
Q6
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani kendala
tersebut?
Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor lainnya
misalnya, karena keberhasilan sebuah program dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran pemerintah
setempatnya
Q7
Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melalukan pengawasan?
Pengawasan dilakukan dengan para kader, dengan perangkat desa, dan
dengan masyarakat setempat
Q8
Sejauh mana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi dilakukan didalam LOKBUL (Lokal Bulanan) yang
dilaksanakan 3 bulan sekali
Q9
Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Ada Bintek (Bina Teknologi) terhadap petugas Lapangan KB (PLKB)
Q10
Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
DPPKBP3A sebagai leading sektor program kamupung Keluarga
Berencana (KB) ini diharapkan bisa menjadi bahan percontohan untuk
Dinas/daerah yang lainnya
Q11
Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dari
pihak DPPKBP3A
Q12
Apa saja ancaman atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Kendala dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaan sebuah
program pemerintah, tidak semua tanggapan positif. Terkadang
masyarkat pasif menanggapinya
Q13
Bagaimana pihak DPPKBP3A dalam menanggapi ancaman tersebut?
Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan rinci
agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut berperan aktif
demi kelancaraan dan kesuksesan kampung Keluarga Berencana (KB)
ini

I
I2.1
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya,benar. Tepatnya dikampung Kaso RW 01 neng
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Saya rasa, program kampung Keluarga Berencana (KB) ini sangat
bagus, hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya
diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Karena pencanangan kampung Keluarga Berencana (KB) ini baru
bejalan satu tahun, manfaat yang dirasakan mungkin belum terlalu
besar. Mudah-mudahan kedapannya bisa lebih terasa perubahannya
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program-program kesehatan seperti KB, Implan dan Imunisasi, dan
juga ada PIK-R (Pusat Informasi dan konselinng Remaja)
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, dari pihak DPPKBP3A selalu bekerjasama dengan Desa
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Biasanyasih dari Dinas Kesehatan sendiri seperti buat Bidan, Perawat
dan Tenaga Medis lainnya untuk membantu karena keterbatasaan
tenaga, yamg dilaksanakan dengan DPPKBP3A
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Partisipasi masyarakatnya sih yang dirasa belum maksimal
Q8
Meburut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Jalani saja terus program-program yang sudah direncanakan
sebelummya, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-
perbaikan baik sarana dan prasarana secara terus menerus
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Ya,ada biasanya perwakilan dari pihak DPPKBP3Anya
Q10
Bagaimana bentuk penguasanya ?
Ikut dalam pelaksanaan program dilapangan biasanya
Q11
Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi berjalan dengan baik. Apabila akan diadakan suatu
program, sudah dibicarakan terlebih dahulu sebelummya
Q12
Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada
Q13
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Setiap program yang sudah berjalan, terus diadakan evaluasi agar
kekurangan dari program sebelumnya bisa diperbaiki diprogram
selanjutnya
Q14
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Semoga dengan adanya program kampung Keluarga Berencana (KB)
ini, DeS dan masyarakatnya bisa berkembang dan ada nya perubahan
ke arah yang lebih baik lagi, terutama dari segala aspek keluarga. Baik
dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain
Q15
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa meningkat
Q16
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Program harus di fokuskan kepada kebutuhan masyarakat yang dinilai
masih kurang. Seperti dalam hal pembangunan, baik pembangunan
jalan desa, perbaikan sarana dan prasarana umum dan lain-lain
Q17
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Kedepannya masyarakat bisa lebih berperan aktif di dalam setiap
program pemerintah agar kesejahteraan hidup masyarakatnya juga bisa
meningkat

I
I2.2
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya,benar neng
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) sangat bagus, hanya saja
program-program yang dilaksanakan di desa sukaraja ini masih belum
maksimal
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Sebagian besar manfaat dari program kampung Keluarga Berencana
(KB) belum dirasakan
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), program kesehatan
dan program pembuatan emping
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada. Dari Kabupaten
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program KB oleh instansi kesehatan
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Keikutsertaan masyarakatnya dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) masih kurang, jadi program-program tidak dapat
berjalan sesuai dengan keinginan.
Q8
Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-program
di kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10
Bagaimana bentuk penguasanya ?
Dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraan program tersebut
Q11
Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi masih terus berjalan dengan baik dengan pihak
DPPKBP3A
Q12
Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada
Q13
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Program-program harus terus berjalan, jangan sampai berhenti
Q14
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Dengan adanya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini dapat
membantu masyarakat Desa dan Desa ini sendiri bisa lebih baik dan
lebih maju lagi
Q15
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi
Q16
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Program di fokuskan untuk pembangunan di Desa agar masyarakat
bisa lebih sejahtera
Q17
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Kami berharap Desa bisa lebih maju dan berkembang dengan
diadakannya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini dan bisa
membantu masyarakat Desa untuk hidup lebih baik lagi

I
I2.3
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) bagus. Tapi belum ada
bukti dari segi infrastruktur dari program kampung Keluarga
Berencana (KB)
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Adanya program PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)
sehingga remaja-remaja di kampung ini bisa tambah wawasan lagi
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), GENRE (Generasi
Berencana) dan PAUD PIKMAS (Pusat Informasi dan Konseling
Masyarakat)
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Instansi Dinas dan pendidikan, seperti UNTIRTA
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program kesehatan oleh instansi kesehatan
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Belum terlaksananya pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana
Q8
Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Harus lebih ditingkatkan lagi dari segi segala programnya
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10
Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Dengan cara ikut serta dalam pelaksanaannya
Q11
Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi berjalan dengan baik
Q12
Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada pembinaan
Q13
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Pihak DPPKBP3A harus terus ikut serta dalam keberlangsungan
program demi suksesnya program sesuai harapan
Q14
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Supaya lebih baik lagi, agar masyarakat lebih bisa merasakan manfaat
dari kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q15
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Iya, masih kurang maksimal
Q16
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Agar segera dilaksanakan setiap programnya yang sudah direncanakan
sebelumnya
Q17
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Agar sumber daya manusianya bisa lebih baik dan lebih maju lagi

I
I3.1
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) itu sangat bagus, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau yang
setara melalui program KKBPK (Kependudukan dan KB
Pembangunan Keluarga)
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Mempunyai wawasan tentang pengasuhan anak dari balita sampai
remaja dan tahu bagaimana mengurus lansia
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Untuk saat ini hanya program KB, khusunya kontrasepsi jangka
panjang yang diadakan secara gratis
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Ya, tentunya ada kerjasama dengan instansi lainnya khususnya Dinas
Kesehatan
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Instansi atau Dinkes dalam program TMKK (Tentara Manunggal KB
dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB Kesehatan, Pencanangan
KB Kesehatan Bhayangkara tinggkat POLDA Banten
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Kurangnya peran serta dalam program, dan kurangnya respon
masyarakat sekitar
Q8
Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Menurut saya, DPPKBP3A memberikan sarana dan prasarana ke
POKTAN-POKTAN (Kelompok Kegiatan) yang ada di di kampung
Keluarga Berencana (KB). Contohnya DPPKBP3A memfasilitasi
makan dan minum setiap pertemuan rutin POKTAN. Lalu
menyediakan pamflet dan yang lainnya untuk menarik perhatian
masyarakat. Menjembatani dengan instansi lain yang ada kaitannya
dengan program KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan
Keluarga), misalnya pelayanan publik gratis pembuatan KTP, KK,
AKTE, dan yang lainnya. Membantu anak yang putus sekolah,
membantu masyarakat yang kurang mampu dan perbaikan jalan guna
percepatan pembangunan
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Kegiatan diawasi oleh DPPKBP3A
Q10
Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Bentuk pengawasan dalam bentuk pencatatan dan pelaporan
Q11
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Supaya meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di
kampung Keluarga Berencana (KB). Contohnya : Laptop, karena
adanya rumah data jadi laptop sangat penting untuk kelancaran
program
Q12
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Supaya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini bisa berjalan
dengan baik, adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
dari wilayah kampung Keluarga Berencana (KB). Adanya peran dari
instansi lain yang terkait dengan KKBPK (Kependudukan dan KB
Pembangunan Keluarga) ikut andil dalam program ini
Q13
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Banyak program yang belum maksimal
Q14
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Semua program tidak akan berjalan apabila tidak ada kekompakkan
semua unsur yang terkait. Untuk program selanjutnya diharapkan
semua bisa saling berperan aktif dari masyarakat, Kader, RT, RW,
Desa dan semua instansi terkait demi wujudkan masyarakat bahagia
dan sejahtera.
Q15
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Tidak ada lagi anak yang putus sekolah, tidak ada lagi pernikahan usia
dini, tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai KTP, KK,
AKTE, dan yang lainnya. AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB
(Angka Kematian Balita), semua jalan dilingkungan desa bagus, dan
lingkungan yang asri dan bersih

I
I3.2
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
ya, benar
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Merupakan program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Masyarakt belum sepenuhnya dirasakan karena baru beberapa program
yang berjalan. Jadi belum semua aspek terlaksana
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program PAUD PIKMAS ( Pusat Informasi dan Konseling Remaja ),
GENRE (Generasi Berencana), dan juga program kesehatan.
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Iya, program-program pencanangan oleh TNI dan POLRI pernah
diadakan
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Belum berjalan dengan lancar, karena bahan dan peralatannya belum
memadai
Q8
Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?

Terus meningkatkan pelayanan DPPKBP3A dimasyarakat baik sarana


dan prasarananya
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada secara langsung
Q10
Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Pengawasannya, dengan ikut serta hadir dalam setiap programnya
Q11
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Agar terus ditingkatkan lagi pengelolaan dalam setiap program
Q12
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Agar terus ditingkatkan lagi pelayanannya
Q13
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Masih kurang maksimal dan perlu ditingkatkan kembali
Q14
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Setiap program yang ada atau yang akan datang, dilaksanakan dengan
baik baik dan ditingkatkan kembali agar bermanfaat untuk masyarakat
Q15
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Desa agar lebih maju dan lebih baik lagi, dan meningkatkan sumber
daya manusia dimasyarakat, khususnya di Desa Sukaraja
I
I3.3
Q
Q1
Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2
Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program yang bagus, mengadakan beberapa program yang
memperhatikan dan melayani masyarakat desa
Q3
Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Bisa dapat implan, KB, dan imunisasi gratis juga pemahaman tentang
perencanaan keluarga menuju keluarga yang berkualitas
Q4
Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program kesehatan seperti implan dan KB gratis bagi warg, imunisasi
untuk balita dan sosialisasi mengenai keluarga berkualitas
Q5
Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada
Q6
Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program KB oleh Dinas Kesehatan dan DPPKBP3A
Q7
Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Kadang masyarakat kurang ikut berpartisipasi, karena tidak mau ikut
ber-KB misalnya dikarenakan takut jarum suntik dan lebih memilih pil
dibandingkan dengan implan
Q8
Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Lebih intens sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, agar
masyarakat sadar akan kesehatan dan demi kemajuan masyarakat dan
desa juga
Q9
Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10
Bagaimana bentuk penguasanya ?
Biasanya kalau ada acara, suka ada pengawasan
Q11
Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Diawasin aja kalau ada kegiatan, supaya kegiatan sesuai target dan
bisa berjalan dengan lancar dan sukses.
Q12
Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Biar masyarakat maju dan ada perubahan yang lebih baik buat
kedepannya
Q13
Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Lebih dimaksimalkan lagi aja, juga sarana dan prasarana untuk
pelayanan diperbaiki, seperti kantor PUSTU (Puskesmas Pembantu)
biar masyarakat lebih nyaman
Q14
Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Adakan program lainnya agar sumber daya masyarakatnya
berkembang
Q15
Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Desa lebih baki lagi, pelayanan kepada masyarakat lebih baik lagi dan
masyarakatnya berubah kearah yang lebih baik lagi
Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data

I. Kekuatan / Strenghts

Q
Apa tujuan dari adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I
I1.1 Tujuan itu ada 2, yaitu: 1.Pendekatan program dan 2. Integrasi program
jadi program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bukan hanya
Kampung Keluarga Berencana nya saja akan tetapi bagaimana
menjadikan Kampung yang berkualitas jadi sebenarnya ini semua sektor
yang harus menangani
I1.3 Sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai titik dasar (RT/RW)
menjadikan keluarga yang berkualitas. Kampung Keluarga Berencana
(KB) itu terbagai ke dalam 2 yaitu: 1. Keluarga Berencana (Skup nya
Dinas Kesehatan) dan 2. Keluarga Berkualitas, yaitu semua OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) yang terlibat, seperti: Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, DP2KBP3A, Dinas Sosial, Dinas Perhubungan dan
lain-lain. Selain itu, mewujudkan cita-cita Bupati yang mencanangkan
Lebak Sehat, Lebak Pintar dan Lebak Sejahtera
I1.4 Menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari segala
sektor. Indikator keluarga yang berkualitas itu dinilai dari segi
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lain-lain
I1.5 Membangun suatu keluarga yang berkualitas pada lapisan masyarakat
sehingga setiap aspek keluarga bisa meningkat/membaik dari
sebelumnya. Seperti dari segi aspek ekonomi, pendidikam, kesehatan
dan lain-lain
I1.6 Sebagai salah satu implementasi dari program pengendalian penduduk,
seperti laju pertumbuhan penduduk dan lain-lain
Q
Apa saja manfaat dari adanya program kampung KB (Keluarga
I Berencana) ?
I1.1 - Bagi masyarakat tentu saja itu merepukan harpan bagi setiap kalangan
harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek hidupnya.Karena
setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu: fungsi agama, sosial budaya,
ekonomi dan lain-lain.
- Bagi Pemerintah, tentu program ini mengkaitkan semua sektor terkait
misalnya: dari Dinas Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak
usia sekolah? Tinggi/rendah? Dan hasil dari setiap pendataan, itu
merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak lanjut
hal tersebut begitupun Dinas lainnya.
I1.3
- Bagi Pemerintah: Karena program ini merupakan titik paling dasar
(Ujung Tombak) dan Sebagai bahan percontohan bagi RW lain di
daerah yang lainnya juga.
- Bagi Masyarakat: Tergantung bagaimana respon dan peran masyarakat
nya sendiri kalau positif dan berperan aktif, pasti akan banyak
merasakan dampak positifnya/manfaatnya. Contoh: Lingkungan jadi
bersih sehat dan nyaman, semua aspek keluarga dibantu pemerintah,
dari mulai pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya
I1.5 Tentu saja setiap program yang diadakan sebelumnya telah melalui
proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap
program pasti menuju arah perbaikan . Bagi masyarakat sendiri (sasaran
program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena dari kami
sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani sebaik-baiknya
untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan, akan tetapi kurang
mampu dari segi ekonomi. Misalnya pebiayaan kesehatan, pendidikan,
dan yang lainnya
I1.6 Merupakan harapan bagi setiap kalangan harus memiliki perencanaan
hidup, agar menjadi sebuah keluarga yang berkualitas. Baik dilihat dari
aspek kesehatan,ekonomi,pendidikan, dan lain-lain
I2.1 Saya rasa, program kampung Keluarga Berencana (KB) ini sangat
bagus, hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya
diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan
I2.2 Program kampung Keluarga Berencana (KB) sangat bagus, hanya saja
program-program yang dilaksanakan di desa sukaraja ini masih belum
maksimal
I3.2 Merupakan program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
I3.3 Program yang bagus, mengadakan beberapa program yang
memperhatikan dan melayani masyarakat desa

Q Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A Kabupaten Lebak


dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I
I1.1 Merupakan kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden dan
Implementasi dari Nawacita ke 5, yaitu membangun dari kampung yang
jaug dari Perkotaan
I1.2 Memperkaya mitra kerja, mitra kerja dengan Dinas kesehatan, Kodim
dan lain-lain
I1.3
A. Koordinasi lintas sektoral (OPD terkait)
B. Koordinasi lintas program misalnya: Ada NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera). Programnya 2 anak cukup lalu terdapat 3 Bina
keluarga, yaitu: 1. BKP (Bina Kelompok Balita), 2. BKL (Bina
Keluarga Lansia) dan 3. BKR (Bina Kelompok Remaja). Lalu adanya
Puskemas sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS (Pasangan
Usia Subur), Bayi dan Balita dll
I1.4 Dari sisi program, DPPKBP3A sebagai leading sektornya
I1.5 Program Kampung KB ini merupakan wujud (Implementasi) dari
Nawacita ke 5, yaitu membangun dari perkampungan yang jauh dari
perkotaan
I1.6 Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Bapak Presiden

Q Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya dan


sudah sejauh mana upaya dalam pengelolaan program kampung KB di
I kampung Kaso?
I1.1 Pendataan mengenai masyarakat di Desa, yang awal mulanya
dipetakkan terlebih dahulu. Setelah itu koordinasi dengan sektor
lainnya, seperti: masalah kesehatan dengan Dinas Kesehatan, masalah
Pendidikan dengan Dinas Pendidikan,dan seterusnya
I1.3 Bentuk kerjasama kami dengan Desa, berupa oleh ibu-ibu PKK dan
POKJA (Kelompok Kerja) 4. Lalu kerjasama dengan puskesmas, dan
Dinas terkait lainnya
I1.5 Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), dan yang
lainya bekerjasama untuk mewujudkan keberhasilan dalam program
Kampung Keluarga Berencana (KB) ini
I1.6 Bentuk kerjasama dengan Desa, dengan Kecamatan dan OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) lainnya
I2.1 Biasanyasih dari Dinas Kesehatan sendiri seperti buat Bidan, Perawat
dan Tenaga Medis lainnya untuk membantu karena keterbatasaan
tenaga, yamg dilaksanakan dengan DPPKBP3A
I2.2 Program KB oleh instansi kesehatan
I3.1 Instansi atau Dinkes dalam program TMKK (Tentara Manunggal KB
dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB Kesehatan, Pencanangan
KB Kesehatan Bhayangkara tinggkat POLDA Banten
I3.2 Iya, program-program pencanangan oleh TNI dan POLRI pernah
diadakan
II. Kelemahan / Weaknesses

Q
Apa saja kelemahan atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A
I Kabupaten Lebak dalam mengelola program kampung KB?
I1.1 Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua koordinasi
antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang ketiga partisipasi
masyarakat itu masih harus terus didampingi (Kesadaran masyarakat
dirasa masih kurang)
I1.2 - Dukungan dari sisi anggaran masih minim
- Hasil yang diharapkan belum maksimal
- PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil
- Masyarakat masih menganut sistem/kepercayaan terdahulu (Walaupun
frekuensinya sudah menurun). Misalnya anggapan bahwa banyak anak
rezeki.
- Sumber Daya Manusia masih minim, seharusnya idealnya 600 lebih,
sekarang di DP2KBP3A 112 Orang ini menghambat, yang idealnya 1
kecamatan itu dipegang oleh 7-8 orang sekarang 1 kecamatan dipegang
oleh 1 orang
I1.3 Biasanya, bagaimana jalannya masing-masing program, koordinasi yang
dilakukan dirasa masi kurang. Lalu tanggapan masyarakat yang dirasa
belum maksimal. Dan anggaran biaya, biasanya masing-masing OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) anggaran/dananya tidak berbarengan
I1.4 Perbedaan pemahamaan antar lintas sektor lainnya, dan baru beberapa
sektor yang ikut terlibat dalam program kampung Keluarga Berencana
ini (KB) ini
I1.6 Koordinasi antar lintas sektor masih kurang dan dukungan dana dari sisi
anggaran masih minim
I2.1 Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa menigkat
I2.2 Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi

Q Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk untuk meningkatkan


sarana dan prasarana dalam pengelolaan program kampung KB di
I Kampung Kaso?
I1.1 Pertama, kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu sendiri
karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu mendorong sumber-
sumber dana yang ada dianggaran misalnya: setiap rumah tangga, harus
punya minimal 1 (satu) bak sampah, dan harus sudah bisa memilah
antara sampah organik dan non organik
I1.3 Pertama yaitu melalui koordinasi, lalu membentuk OPD (Organisasi
Perangkat Daerah) di kecamatan minta didukung penuh dengan Desa
dan Camat setempat. Kemudian Desa mengantur masalah Dana dalam
ADD (Anggaran Dana Desa)
I1.4 Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat dibantu
dalam hal pelayanan terhadap masyarakat. Pelatih dan pembinaan yang
dilakukan secara berkala. Dan juga fasilitas disediakan, misalnya ketika
ada pelayaan masalah KB, Dinas menyediakan Implan gratis
I1.5 Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan
terhadap masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan
DPPKBP3A sendiri sebagai leading sektor program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini. Sehingga semua tujuan yang sudah direncanakan
dapat terealisasi, minimal ada peningkatan di setiap tahunnya
I1.6 Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor lainnya
misalnya, karena keberhasilan sebuah program dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran pemerintah
setempatnya
I2.1 Jalani saja terus program-program yang sudah direncanakan
sebelummya, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-
perbaikan baik sarana dan prasarana secara terus menerus
I2.2 Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-program di
kampung Keluarga Berencana (KB) ini
I3.1 Menurut saya, DPPKBP3A memberikan sarana dan prasarana ke
POKTAN-POKTAN (Kelompok Kegiatan) yang ada di di kampung
Keluarga Berencana (KB). Contohnya DPPKBP3A memfasilitasi
makan dan minum setiap pertemuan rutin POKTAN. Lalu menyediakan
pamflet dan yang lainnya untuk menarik perhatian masyarakat.
Menjembatani dengan instansi lain yang ada kaitannya dengan program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga), misalnya
pelayanan publik gratis pembuatan KTP, KK, AKTE, dan yang lainnya.
Membantu anak yang putus sekolah, membantu masyarakat yang
kurang mampu dan perbaikan jalan guna percepatan pembangunan
I3.3 Lebih intens sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, agar
masyarakat sadar akan kesehatan dan demi kemajuan masyarakat dan
desa juga

Q Bagaimana kinerja atau cara DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam


melakukan pengawasan kampung KB di kampung Kaso?
I
I1.2 Karena kampung Keluarga Berencana (KB) diserahkan ke desa, jadi
stakeholder di desa juga di dorong demi kelancaraan dan keberhasilan
program
I1.3 Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali.
Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting Staff)
Namun disini kita memiliki kendala masalah sumber daya manusianya
yang terbatas, dimana saat ini dalam 1 kecamatan hanya terdapat 1
koordinator, 1 PLKB (Petugas Lapangan KB) dan 2 tenaga SS
(Suporting Staff)
I1.4 Dilakukan pembinaan dan Evaluasi disetiap bulan
I1.5 Kita punya 1 orang PLKB (Petugas Lapangan KB) yang mendata dan
melaporkan segala bentuk yang berhubungan dengan program kampung
KB. Dari laporan tersebut kita dapat mengawasi juga mengevaluasi
untuk kegiatan-kegiatan selanjutanya
I2.1 Ikut dalam pelaksanaan program dilapangan biasanya
I2.2 Dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraan program tersebut
I3.1 Bentuk pengawasan dalam bentuk pencatatan dan pelaporan
I3.2 Pengawasannya, dengan ikut serta hadir dalam setiap programnya

Q Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam


pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?
I
I1.1 Merencanakan segalanya dengan BAPPEPA, sesuai dengan Tupoksi
yang ada
I1.3 Koordinasi berjalan dalam rapat Lokbul (Lokakarya Bulanan)
dikecamatan, Lokbul di Desa yang dilakukan pertriwulan atau tiga
bulan sekali
I1.4 Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A baru dengan Dinas Kesehatan dan
Dinas PU (Pekerja Umum), Walupun belum optimal
I1.5 Koordinasi biasanya diadakan dalam Lokalnya Bulanan (LOKBUL)
yang dilaksanakan 3 bulam sekali di Desa

Q Apakah ada pembinaan bagi para PLKB (Petugas Lapangan KB)guna


untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya?
I
I1.1 Pengarahan dan Pembinaan pasti ada,akan tetapi itu ranahnya Dinas
Kesehatan disini POSYANDU itu kan merupakan media kerja bagi
PLKB nya sendiri lalu koordinasi antar Kader pun intens dilakukan.
Akan tetapi sebenarnya PLKB (Tenaga Kesehatan) masih kurang
dibanding dengan sasaran
I1.2 Dari Kabupaten, hanya berupa pembinaan dan pendorong
I1.3 Ya, selalu dibantu dengan adanya program-program di Desa itu
merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan ada
pelatihan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak Dinas
I1.4 Ada bintek terhadap PLKB, koordinator dan SS (Suporting Staff)
I1.5 Kita selalu koordinasi aktif dengan petugas lapangan Keluarga
Berencana, apa-apa yang kurang dan yang belum sesuai, itu selalu
dibicarakan dan diarahkan
I1.6 Ada Bintek (Bina Teknologi) terhadap petugas Lapangan KB (PLKB)
I2.1 Iya, ada
I2.2 Iya, ada

III. Peluang / Opportunities

Q Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten Lebak


dalam program kampung KB di kampung Kaso ?
I
I1.1 Ibu Bupati memerintahkan seluruh Dinas yang berada di Kabupaten
Lebak untuk berkosentrasi menigkatkan sumber daya manusia yang ada
dan dimulai dari yang terkecil, yaitu Kampung Keluarga Berencana
(KB)
I1.2 Sebagai tingkatan capaian/harapan
I1.3 Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur adanya program ini,karena kita
menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Dan
Dinas sendiri merasa diuntungkan
I1.5 DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini, memiliki peran dominan dan sebagai percontohan
untuk Dinas lainnya agar segera bergerak dalam bidang/aspeknya
masing-masing. Dan lainnya program ini adalah program yang
menangani masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga
diharapkan bisa berjalan dengan maksimal
I1.6 DPPKBP3A sebagai leading sektor program kamupung Keluarga
Berencana (KB) ini diharapkan bisa menjadi bahan percontohan untuk
Dinas/daerah yang lainnya

Q Bagaimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam memanfaatkan


peluang yang didapatkan ?
I
I1.1 Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semua sektor. Yang
kedua, musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama dengan
semua pihak
I1.2 Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya: Adanya tim
penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
I1.4 Memberikan penyuluhan yang lebih efektif
I1.5 Setiap program di dalam kampung Keluarga Berencana (KB),
DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi
kelancaraan dan keberhasilan. Dan sebagai penggerak memotivasikan
lintas sektor lainnya agar segara ikut terlibat
I1.6 Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dari
pihak DPPKBP3A

IV. Ancaman / Threats

Q Apa saja ancaman atau yang dihadapi oleh DPPKBP3A dalam


pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I
I1.1 Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu
terancamnya ya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga ya kita masih
terbatas dan Integrasi program masih parsial
I1.2 Kalau secara spesifik tidak ada. Akan tetapi mengubah stigma
masyarakat tradisional ke masyarakat modern itu sulit. Walaupun
persentasinya kecil, dibawah angka 10% masyarakat menyatakan haram
ber-KB
I1.3 Ancaman sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya kekhawatiran terhadap
masyarakat tidak mau (partisipasi pasif/minim) penerimaannya terhadap
program tersebut
I1.4 Sulitnya menggerakan/mendapatkan partisipasi masyarakat
I1.5 Ketakutan terhadap tanggapan masyarakat yang kurang berperan aktif di
dalam setiap kegiatan
I1.6 Kendala dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaan sebuah
program pemerintah, tidak semua tanggapan positif. Terkadang
masyarkat pasif menanggapinya
I2.1 Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa meningkat
I2.2 Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi

Q Bagaimana pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam menangani


ancaman atau kendala tersebut ?
I
I1.1 - Terus melakukan koordinasi kembali dengan Dinas lain(Lintas Sektor)
- Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)
- Pihak Kapubaten Koordinasi langsung dengan Desa
- Pihak Kabupaten turun langsung kelapangan
Misalnya setiap ibu hamil harus dipasang bendera didepan rumahnya
(Sebagai Ciri) dan itu dianggarkan oleh Desa Anggaran Dana Desa
(ADD)
I1.2 Dilakukan berbagai trik/cara. Misalnya turun koordinasi langsung
dengan pihak kecamatan dan ketua majelis utama setempat karena ini
benturan terhadap agama (Kepercayaan masing-masing masyarakat).
Dan juga program yang sudah terintegrasi oleh semua lintas sektor
I1.3 Melalui pendekatan-pendekatan ketua RT,RW dan tokoh masyarakat
setempat
I1.5 Pastinya dengan pendekatan dengan cara sosialisasi dan terdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perangkat desa lainnya
I1.6 Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan rinci
agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut berperan aktif
demi kelancaraan dan kesuksesan kampung Keluarga Berencana (KB)
ini
I2.1 Program harus di fokuskan kepada kebutuhan masyarakat yang dinilai
masih kurang. Seperti dalam hal pembangunan, baik pembangunan jalan
desa, perbaikan sarana dan prasarana umum dan lain-lain
I2.2 Program di fokuskan untuk pembangunan di Desa agar masyarakat bisa
lebih sejahtera
I3.1 Semua program tidak akan berjalan apabila tidak ada kekompakkan
semua unsur yang terkait. Untuk program selanjutnya diharapkan semua
bisa saling berperan aktif dari masyarakat, Kader, RT, RW, Desa dan
semua instansi terkait demi wujudkan masyarakat bahagia dan sejahtera
I3.2 Setiap program yang ada atau yang akan datang, dilaksanakan dengan
baik baik dan ditingkatkan kembali agar bermanfaat untuk masyarakat
I3.3 Adakan program lainnya agar sumber daya masyarakatnya berkembang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Apriadalista Nurul Kewarganegaraan Indonesia


Pertiwi
NIM 6661130228 Jenis Kelamin Perempuan
Tempat, Tanggal, Lebak, 12 April 1995 Status Menikah
Lahir
Alamat BTN Griya Kaduagung Email apriadalistanp@gmail.com
Indah Blok D No 9,
Rt/Rw 02/05, Desa
Kaduagung Timur,
Kec. Cibadak, Kab.
Lebak-Banten
Agama Islam No. HP 081290540233

Riwayat Pendidikan
Pendidikan Nama Sekolah/Universitas Tahun Lulus/Tidak
S-1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2013-2017 Lulus
SMA SMAN 1 Rangkasbitung 2013 Lulus
SMP SMPN 1 Rangkasbitung 2010 Lulus
SD SDN 1 Rangkasbitung Barat 2007 Lulus

Anda mungkin juga menyukai