Anda di halaman 1dari 3

ACCOUNTING THEORY - Theory and Method

Interpretasi terhadap teori akuntansi

1. Akuntansi sebagai catatan historis


akuntansi menitikberatkan pada penyediaan catatan yang tepat atas transaksi dari entitas
2. Akuntansi sebagai bahasa
akuntansi digunakan sebagai bahas untuk komunikasi dari manajemen kepada stakeholder
3. Akuntansi sebagai politik intraperusahaan
akuntansi digunakan sebagai dasar dalam membuat kebijakan perusahaan seperti pemilihan keputusan
dan menentukan tujuan manajemen.
4. Penetapan standar akuntansi sebagai politik
manajemen melakukan lobi politik agar standar akuntansi yang berlaku menguntungkan dirinya
5. Akuntansi sebagai mitologi
akuntansi digunakan sebagai pembenaran, rasionalisasi atas keputusan. Contohnya metode biaya
historis turun temurun dianggap yang benar>mitos
6. Akuntansi sebagai sihir
akuntansi digunakan oleh akuntan sebagai tools untuk membuat tipuan-tipuan
7. Akuntansi sebagai komunikasi-informasi keputusan
akuntansi digunakan sebagai komunikasi untuk mempengaruhi keputusan orang
8. Akuntansi sebagai barang ekonomis
akuntansi memerlukan biaya untuk mendapatkannya
9. Akuntansi sebagai komoditas sosial
akuntansi dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial banyak pihak
10. Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi
akuntansi digunakan sebagai sebuah ideologi untuk eksploitasi dan penggalian kekayaan bagi pihak-
pihak tertentu
11. Akuntansi sebagai klub sosial
akuntansi bermanfaat bagi akuntan secara profesional dengan membuat aturan bagi "klub akuntan"

Formulasi teori
Teori adalah pernyataan kepercayaan yang diekspresikan dalam bahasa. Teori adalah sistem deduktif atas
pernyataan untuk mengurangi tingkat keumuman/generalitas.
Bagian dari teori

1. Hubungan sintaksis
hubungan sintaksis berarti aturan struktur teori berhubungan dengan bahasa yang digunakan
2. Hubungan semantik
hubungan semantik berarti menghubungkan suatu konsep dasar dari teori ke objek di dunia nyata.
3. Hubungan pragmatik
hubungan pragmatik berarti menghubungkan teori dengan efeknya terhadap manusia.

Pengujian teori

1/3
Kriteria kebenaran

1. Dogmatic basis
kita percaya terhadap suatu pernyataan/teori karena pernyataan tersebut dibuat oleh yang berwenang,
berarti kita menggunakan basis dogma dalam menilai kebenaran
2. Self evident basis
basis ini berarti kita percaya terhadap suatu pernyataan berdasar dari pengetahuan umum , pengalaman
dan pengamatan kita tanpa perlu ada studi empirik.
3. Scientific basis
basis ini memerlukan studi empirik untuk memberikan kepercayaan mengenai kebenaran/kesalahan
suatu teori
Syntactic rules and induction
Agar berarti, teori atau pernyataan harus diformulasikan kemudian dapat diuji dengan salah satu dari dua
metode, yaitu aturan sintaksis atau induksi. Dapat diuji dengan aturan sintaksis berarti teori atau
pernyataan tersebut dapat dipastikan valid atau tidaknya cukup dari logika atau penalaran saja. Dapat
diuji secara induksi berarti pernyataan tersebut kebenaran atau kesalahannya dapat diketahui dengan
mendapatkan bukti empirisnya.

Kuhnian paradigm
Khun menjelaskan bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode,prinsip dasar
atau memecahkan sesuatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Apabila
suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis, kepercayaan terhadap cara
pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah
menjadi pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Kuhn menyampaikan gagasan bahwa sains tidak
"berkembang secara bertahap menuju kebenaran", tapi malah mengalami revolusi periodik yang dia sebut
pergeseran paradigma. Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan kepadanya bahwa
praktek ilmu datang dalam tiga Tahapan; yaitu:

1. Tahap Pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus tentang teori apapun.
penjelasan Fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya
salah satu dari teori ini "menang".
2. Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja dalam fase ini memiliki teori override (kumpulan teori)
yang oleh Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah
rumit, memperluas, dan lebih membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun, masalah muncul, dan
teori ini diubah dalam ad hoc(khusus) cara untuk mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin
tampaknya bertentangan dengan teori asli. Akhirnya, teori penjelasan saat ini gagal untuk menjelaskan
beberapa fenomena atau kelompok daripadanya, dan seseorang mengusulkan penggantian atau
redefinisi dari teori ini.
3. Pergeseran Paradigma, mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan revolusioner. Kuhn percaya
bahwa semua bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali, seperti teori-teori baru
menggantikan yang lama.

Karl Popper falisfication


Studi ilmiah popper terdiri dari prinsip, yaitu testability dan falsifiability. Dengan prinsip yang pertama, Popper
menyatakan bahwa sebuah pernyataan ilmiah harus bisa diuji kebenarannya (testable) melalui suatu metode
empiris. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kemungkinan apakah pernyataan tersebut bisa dibuktikan
kesalahannya atau tidak (falsifiable). Popper mensyaratkan testability dan falsifiability sebagai tolok ukur apakah
sebuah pernyataan bisa disebut ilmiah atau tidak. Dua syarat ini dijadikan sebagai prinsip dari sebuah prosedur
ilmiah yang dilakukan secara empiris. Dengan kata lain, pengalaman empiris tetap menjadi menjadi syarat
keilmiahan suatu pernyataan.
Feyerabend approach
2/3
Feyerabend berpendapat bahwa untuk menemukan teori yang benar, suatu teori tidaklah harus dicari
kesalahannya (falsifikasi) melainkan mengembangkan teori-teori baru. Menurut Feyerabend, dalam bukunya
Against Method, tidak ada satu metode rasional yang dapat diklaim sebagai metode ilmiah yang sempurna.
Metode ilmiah yang selama ini diagung-agungkan oleh para ilmuwan hanyalah ilusi semata. Dia mengatakan
'anything goes' yang berarti hipotesa apa pun boleh dipergunakan, bahkan yang tidak dapat diterima secara
rasional atau berbeda dengan teori yang berlaku atau hasil eksperimen. Sehingga ilmu pengetahuan bisa maju
tidak hanya dengan proses induktif sebagaimana halnya sains normal, melainkan juga secara kontrainduktif.
Imre Lakatos Research program
Dalam Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang disebut "Heuristik", yaitu kerangka kerja
konseptual sebagai kosekuensi dari bahasa. Heuristik adalah suatu keharusan untuk melakukan penemuan-
penemuan lewat penalaran induktif dan percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam
memecahkikan masalah.
Menurut Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai fungsi yang berbeda dan harus diketahui
dalam kaitanya dengan Program Riset, yaitu:
1. Inti Pokok (Hard-core)
Asumsi dasar yang menjadi ciri dariprogram riset ilmiah yang melandasinya, yang tidak dapat ditolak atau
dimodifikasi. Inti pokok ini dilindungi oloeh falsifikasi. Dalam aturan metodologis inti pokok disebut sebagai
"heuristik negatif" maksudnya inti pokok yang menjadi dasar diatas elemen yang lain karena sifatnya
menentukan dari suatu program riset dan menjadi nhepotese teoritis yang bersifat umum dan sebagai dasar
bagi pengembangan program pengembangan.
2. Lingkaran Pelindung (Protective-belt)
Yang terdiri dari hepotesa-hipotesa bantu (auxiliary hypothese) dalam kondisi-kondisi awal. Dalam
mengartikulasi lingkaran pelindung, lingkaran pelindung ini harus menahan berbagai serangan, pengujian dan
memperoleh penyesuaian, bahkan perubahan dan pengertian, demi mempertahankan hard-core. Dalam aturan
metodologis lingklaran pelindung ini disebut "heuristik positif" maksudnya un tuk menunjukkan bagaimana inti
pokok program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalakan fenomena-fenomena yang nyata.
Heuristik positif terdiri dari saran atau isyarat tentang bagaimana mengembangkan vaian-varian yang komplek,
bagaimana memodifikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang fleksibel
3. Serangkaian Teori (a series theory)
Keterkaitan teori dimana teori yang berikutnya merupakan akibat dari klausal bantu yang ditambah dari teori
sebelumnya. Menurut Imre Lakotos, yang harus dinilai sebagai ilmiyah atau tidak ilmiah bukanlah teori tunggal,
melainkan rangkaian teori baru.
Yang terpenting dalam serangkaian teori adalah ditandai oleh kontinuitas yang pasti. Kontinuitas berangkat dari
program riset yang murni. Keilmiahan sebuah program riset dinilai dari dua syarat, yaitu:

1. Harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang pasti untuk program riset
selanjutnya.
2. Harus dapat menghasilkan penemuan baru.

Dalam struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu keilmuan baru yang rasional. Keberhasilan
dari suatu program riset ini dilihat dari terjadinya perubahan problem yang progresif dan sebaliknya dikatakan
gagal dalam program riset ini adalah jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau degeneratif.

3/3

Anda mungkin juga menyukai