Anda di halaman 1dari 21

ABDUL GOFAR,

Program D4 Akuntansi /Semes1er 8


PKN STAN Jakarta

Abdul Gofar-MKP
MKP TM V tgl. 30 Maret 2017
Budget Execution sesuai jenis belanja;
• Sistem Pengeluaran (spending process) ;
• Analisis fixed and variable spending;

• Manajemen Belanja Pegawai;


• Manajemen Belanja Barang;
• Manajemen Belanja Modal;

• Manajemen Transfer;

• Manajemen Subsidi dan Bantuan Sosial;


• Sistem Pengeluaran (Spending process) :
Sesuai UU No.17/2003 tentang KN, belanja negara dirinci menurut
organisasi, fungsi dan jenis belanja. Klasifikasi fungsi mengacu pada
classification of functions of government (COFOG) oleh UNDP dan
diadopsi IMF dalam Government Financial Statistics (GFS) manual.
Klasifikasi Fungsi (ada 11) yaitu:
1) Pelayanan umum, 2) Pertahanan, 3) Ketertiban dan keamanan,
4) Ekonomi, 5) Lingkungan hidup, 6) Perumahan dan fasilitas umum,
7) Kesehatan, 8) Pariwisata dan budaya, 9) Agama, 10) Pendidikan,
11) Perlindungan sosial.
Klasifikasi jenis belanja:
(1) Belanja Pegawai, (2) Belanja Barang, (3) Belanja Modal,
(4) Belanja bunga utang, (5) Belanja Subsidi, (6) Belanja Hibah,
(7) Belanja Bantuan Sosial, (8) Belanja lain-lain.
Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)
Alokasi Belanja Pempus menurut fungsi :
1. Pelayanan umum Rp. 355.818,5 milyar
2. Pertahanan Rp. 108.293,8 milyar
3. Ketertiban dan keamanan Rp. 121.576,1 milyar
4. Ekonomi Rp. 310.559,9 milyar
5. Perlidungan lingkungan hidup Rp. 11.919,0 milyar
6. Perumahan dan Fasilitas umum Rp. 29.683,4 milyar
7. Kesehatan Rp. 61.724,5 milyar
8. Pariwisata Rp. 5.394,2 milyar
9. Agama Rp. 9.736,6 milyar
10.Pendidikan Rp.143.140,9 milyar
11.Perildungan sosial Rp.157.689,2 milyar
Rp.1.315.526,1 milyar

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


-
Anggaran pemerintah harus dapat mencerminkan politik pengeluaran
pemerintah yang rasional (kuantitatif maupun kualitatif) sehingga
dapat mencerminkan pertanggung jawaban atas pemungutan pajak
dan pungutan lainnya, adanya pola pengeluaran yang dapat dipakai
sebagai alat pertimbangan didalam menentukan pola penerimaan
yang pada akhirnya menentukan pola tingkat distribusi penghasilan.

Kebijakan umum Belanja pemerintah (dalam APBN 2017):


1)Memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata,
2) Mengurang kemiskinan, 3) Mengurangi pengangguran,
4) Mengenadalikan inflasi.
Selain itu, pemerintah harus mempertajam efisiensi dan efektifitas
belanja pemerintah pusat guna meningkatkan kualitas belanja negara.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara didasarkan pada prinsip-prinsip:
a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan ketentuan teknis
yang disyaratkan ;
b. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/
kegiatan serta fungsi setiap K/L atau Pemda.;
c. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri;
d. Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan
atas hak dabn bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran,
e. Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara
merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.
Agar dapat dikeluarkan uang dari kas negara harus memenuhi 3 unsur:
1. Harus dibuktikan keabsahan yang berhak;
2. Harus sudah tersedia dananya dalam DIPA;
3. Harus sesuai dengan tujuan alokasi dana yangtercantum dalam DIPA.
Abdul Gofar-MKP
Atas beban anggaran belanja negara tidak diperkenankan
melakukan pengeluaran untuk keperluan :
(1) Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang tahun
K/L atau Pemda.;
(2) Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga
dan sebagainya untuk berbagai peristiwa;
(3) Pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olahraga pada K/l atau
Pemda.
(4) Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenis
serupa dengan yang tersebut diatas;
(5) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan,
lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi pada
hal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


 Analisis fixed spending and Variable spending:
Kebijakan alokasi belanja (Pemerintah Pusat) sebagai komponen dari
belanja negara merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal
yang sangat strategis, karena melalui kebijakan dan alokasi anggaran
belanja Pemerintah Pusat dapat secara langsung melakukan
intervensi anggaran (direct budget intervention) untuk mencapai
sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan Pemerintah.

Belanja Negara selain dirinci menurut fungsi/organisasi/jenis belanja


dapat juga diklasifikasi berdasarkan sifat pengalokasiannya meliputi:
1. Belanja Operasional dan Belanja Non Operasional atau ( fixed
spending and variable spending)
2. Belanja Mengikat /wajib (Non Discretionary spending) dan Belanja
Tidak Mengikat /tidak wajib (Discretionary spending).

Abdul Gofar-MKP
Belanja Operasional: biaya yang harus ada & tidak bergantung
dari capaian target kinerja suatu K/L. Apapun & berapapun
target kinerja yang akan dicapai, belanja operasional dalam
penyelenggaraan pemerintahan besarnya relatif tetap.
BO terdiri dari seluruh bel.Pegawai, sebagian bel.Barang ( bel. Barang,
Bel. Jasa, bel.Pemeliharaan, bel.Perjalanan & bel.BLU), sebagian
kecil bel.Modal ( bel.Modal Peralatan & mesin, bel.Penambahan
nilai peralatan & mesin, bel. Penambahan nilai gedung & bangunan,
bel.Modal fisik lainnya dan bel.Modal Peralatan & mesin (BLU).
BO dapat diklasifikasikan fixed spending;
Belanja Non Operasional: biaya yang besarannya tergantung dgn
target capaian kinerja K/L yang akan dicapai, semakin besar target
kinerja berarti semakn besar belanja non operasional.
BNO merupakan belanja yang mendukung pencapaian output teknis
sesuai dengan tugas-fungsi masing-masing K/L.
BNO dapat diklasifikasikan variable spending;

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


Klasiifikasi Belanja Mengikat (wajib) & Tidak Mengikat (tidak wajib)
untuk mengetahui diskresi pemerintah dalam pengalokasian
anggaran. Semakin besar porsi belanja mengikat maka diskresi
(ruang gerak) untuk intervensi fiskal dalam bentuk stimulasi
dari ABN untuk kegiatan ekonomi masyarakat untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, percepatan lapangan kerja produktif
maupun pengentasan kemiskinan menjadi terbatas.
BM : belanja yang wajib dianggarkan terkait dengan penyelenggaraan
operasonal pemerintahan, kewajiban yang harus dilakukan
pemerintah dan belanja yang bersumber dari penerimaan PNBP &
BLU yang dapat digunakan kembali oleh K/L.
BM meliputi (1) bel.Pegawai (2) bel.Barang Operasional (3) bel.Modal
Operasional (4) Subsidi (5)pembayaran bunga utang (6) bel.lain2 yang
bersifat wajib (7) bel.K/L yang bersumber dari penggunaan PNBP/BLU
dan (8) Transfer ke daerah.
Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)
Belanja Tidak Mengikat: belanja yang dapat dialokasikan sesuai
kapasitas fiskal yang dimiliki pemerintah, setelah pengalokasian
belanja yang bersifat wajib, sebagai pelaksanaan program-program
pembangunan yang ditetapkan dalam RKP.
• Rasio BM (bel. wajib) terhadap total belanja Pempus. secara rata-
rata mencapai 74% dan sisanya sebesar 26% merupakan BTM
(bel.tidak wajib). Hal ini menunjukkan relatif kecilnya diskresi
(ruang gerak) pemerintah dalam pengalokasian anggaran untuk
melakukan intervensi fiskal.

• Anggaran belanja Operasional pemerintah (fixed spending) sekitar


16%-17% dari total belanja Pempus (relatif normal), artinya tidak
jauh berbeda jika dibanding dgn sektor privat dibidang jasa yang
rata-rata fixed cost/spending nya sebesar 20% dari total cost.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


• Manajemen Belanja Pegawai:
Belanja Pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai
kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada
pegawai pemerintah pusat, pensiunan, anggota TNI/Polri dan pejabat
negara, baik yang bertugas didalam negeri maupun diluar negeri,
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Belanja pegawai terdiri: a). BP Mengikat dan b). BP Tidak Mengikat,
BP Mengikat adalah BP yang dibutuhkan secara terus menerus dalam
1 tahun dan harus dialokasikan oleh K/L dengan jumlah yang
cukup pada tahun yang bersangkutan contohnya gaji, honorarium,
uang lembur dan lain-lain;
BP Tidak Mengikat adalah BP yang diberikan dalam rangka
mendukung pembentukan modal atau kegiatan yang bersifat
temporer.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


Belanja Pegawai terbagi atas 3 pos belanja :
1. Gaji dan tunjangan (kelompok akun 511) terdiridari i) gaji dan tun-
jangan, ii) tunjangan beras, iii) uang makan/lauk pauk, iv) belanja
pegawailuar negeri, v) gaji untuk tambahan pegawai baru.
2. Honorarium, vakasi dll.(kelompok akun 512) terdiri dari
i) honorarium, vakasi ,lembur dll. ii) belanja tunjangan khusus dan
belanja pegawai transito;
3. Kontribusi Sosial (kelompok akun 513) terdiri dari i) pensiun danTHT,
ii) jaminan pelayanan kesehatan.
Belanja pegawai APBN 2017 Rp.220,2 trilyun

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


• Manajemen Belanja Barang :
Belanja Barang adalah pengeluaran untuk pembelian barang
atau jasa yang habis pakai untukmemproduksi barang atau jasa
yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat di luar kriteria belanja bansos serta belanja perjalanan.
Belanja Barang terbagi : Belanja Barang Operasional dan Belanja
Barang Non Operasional.
- Bel.Barang Operasional (BO) merupakan pembelian barang atau
jasa yang habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan
- kebutuhan dasar suatu satker dan umumnya pelayanan yang
- bersifat internal.
- Bel.Barang Non Operasioal (BNO) merupakan pembelian barang
atau jasa yang habis pakai dikaitkan dengan strategi
pencapaiantarget kinerj a suatu satker dan umumnya pelayanan
yang berifat eksternal.
- Belanja Barang APBN 2017 Rp.296,2 trilyun
-PIH (09/01/2014)
• Manajemen Belanja Modal :
Belanja Modal pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset dan/
atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal
kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Belanja Modal APBN 2017 Rp.194,3 trilyun
Kriteria kapitalisasi aset :
1. Pengeluaran anggaran belanja tsb mengakibatkan bertambahnya
aset atau bertambahnya masa manfaat/umurekonomis aset tsb.
2. Pengeluaran anggaran belanja tsb mengakibatkan bertambahnya
kapasitas, peningkatan standar kinerja atau volume aset;
3. Memenuhi nilai minimum kapitalisasi dengan rincian sbb :
a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin, batas minimal harga pasar per unit
barang adalah sebesar Rp.300.000,-
b. Untuk pembangunan atau pemeliharaan gedung dan bangunan
per paket pekerjaan adalah sebesar Rp.10 juta.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


• Manajemen Transfer :
Transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka
mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan,
dana insentif daerah, dana otonomi khusus dan dana keistimewaan DIY
Arah Kebijakan Transfer ke daerah:
1). Mempercepat pembangunan daerah dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik di daerah dan mengurangi ketimpangan pelayanan
publik antar daerah, 2).Meningkatkan kemampuan keuangan daerah
dan mengurangi perbedaan keuangan antara pusat dan daerah dan
antar daerah terutama dalam rangka mendanai pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan di daerah, 3).Mendukung
kesinambungan fiskal nasional (fiscal sustainability) dalam rangka
kebijakan ekonomi makro, 4).Meningkatkan kemampuan daerah
dalam menggali potensi ekonomi daerah, 5). Meningkatkan sinkroni-
sasi antara RPN dan RPD, 6). Mempercepat pembangunan propinsi
khusus yaitu Papua, Papua Barat dan Aceh.
Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)
Alokasi dana Transfer ke daerah dan Dana Desa:
Transfer ke Daerah dan Dana desa Rp. 765.925,1 milyar
1. Transfer ke Daerah Rp. 705.925,1 milyar
a. Dana Perimbangan Rp. 677.079,9 milyar
1) Dana Transfer Umum Rp. 503.632,7 milyar
a) Dana Bagi Hasil Rp. 92.793,4 milyar
b) Dana Alokasi Umum Rp. 410.839,3 milyar
2) Dana Transfer Khusus Rp.173.447,2 milyar
b. Dana Insentif Daerah Rp. 7.500,0 milyar
c. Dana Otsus & DK DIY Rp. 20.345,2 milyar
2. Dana Desa Rp. 60.000,0 milyar

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


• Manajemen Subsidi dan Bantuan Sosial :
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/
lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor
barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemi-
kian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat.
Subsidi dalam APBN terdiri dari subsidi Energi dan subsidi Non Energi:
Subsidi Energi : - subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg;
(Rp.77.314,3 m) - subsidi Listrik;
- subsidi energi baru terbarukan (EBT).
Subsidi Non Energi : - subsidi Pangan;
(Rp.82.741,2 m) - subsidi Pupuk;
- subsidi Benih;
- subsidi PSO (PT. KAI,Pelni, LKBN Antara);
- subsidi bunga kredit program;
- subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP).
Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)
Bantuan Sosial (Bansos): uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat melalui K/L (pemerintah) atau Pemda. guna melindungi
masyarakat dari kemungkinan terjadinya “risiko sosial”.

Dana Bansos APBN 2017 Rp.53,0 trilyun


Risiko sosial: kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan
potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung individu,
kealuarga, kelompok atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial,
krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang
jika tidak diberikan bansos akan semakin terpuruk.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


Ketentuan Bantuan Sosial (Bansos) :
1. Dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan (kelompok masyarakat) termasuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan;
2. Bersifat sementara atau berkelanjutan ;
3. Ditujukan untuk mencapai kegiatan rehabilitasi sosial,
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
penanggulangan kemiskinan dan bencana alam;
4. Untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan
hidup dan memulihkan fungsi sosial agar terhindar dari risiko sosial.

Abdul Gofar-PIH (09/01/2014)


Abdul Gofar- MKP

Anda mungkin juga menyukai