1
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia (diakses tanggal 10 Juli 2017)
krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan
Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
A. Capital Ratio
Adalah rasio antara Jumlah Modal dengan Kewajiban Moneter. Berdasarkan
Catatan atas Laporan Keuangan, Jumlah Modal yang diperhitungkan dalam perhitungan
ini terdiri atas Modal, Revaluasi Aset Tetap, Cadangan Umum dan 90 % Surplus Tahun
Berjalan (Setelah Pajak). Adapun untuk Kewajiban Moneter terdiri atas Uang dalam
Peredaran, Giro Pemerintah, Giro Bank, Giro Penduduk Lainnya, Surat Berharga yang
Diterbitkan dan Pinjaman dari Pemerintah. Di bawah ini adalah nilai Capital Ratio Bank
Indonesia selama tiga tahun terakhir :
Dari tabel terlihat bahwa untuk akun Aset, selama tiga tahun berturut – turut, porsi
terbesar adalah Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan yang nilainya selalu di atas
80 % dari total aset. Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan terdiri atas tiga jenis
akun yaitu Surat Berharga dan Tagihan dalam Rupiah, Surat Berharga dan Tagihan
berbasis Syariah dalam Rupiah dan Surat Berharga dan Tagihan dalam Valas. Dari
ketiga jenis akun tersebut, porsi terbesar adalah Surat Berharga dan Tagihan dalam
Valas yang nilainya selalu di atas 70 % dari Total Aset. Kondisi ini sebenarnya tidak
mengherankan, mengingat BI sendiri mempunyai tugas utama mengatur kebijakan yang
terkait dengan moneter.
Sejalan dengan kondisi pada Aset, Liabilitas dengan porsi terbesar adalah
Liabilitas yang terkait dengan pelaksanaan Kebijakan Moneter. Nilainya selalu di atas 40
% dari total Aset. Posisi kedua diduduki oleh Uang dalam Peredaran yang porsinya dari
total aset cukup stabil pada kisaran 30 % dan cenderung meningkat. Peningkatan Porsi
Uang dalam Peredaran ternyata tidak lantas membuat inflasi mengalami kenaikan, justru
sebaliknya. Berdasarkan data Laporan Inflasi BI, Nilai Inflasi di Indonesia dari tahun 2014
hingga tahun 2016 justru memiliki trend yang menurun.
Aset non-Kebijakan pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang sangat drastis
yaitu 59, 16 %. Kondisi sangat berlawanan terjadi di tahun berikutnya yang justru
mengalami penurunan dalam jumlah yang cukup signifikan yaitu 26, 60 %. Secara umum,
di Tahun 2015 dan 2016 jumlah aset dan liabilitas mengalami pertumbuhan yang positif.
Taxonomy Analysis
Foreign Exchange Reserves (FX) merupakan aset bank sentral dalam denominasi
mata uang asing dan juga komoditas penting lain, seperti emas. Kemudian Domestic
Private Sector Debt (L) dan Domestic Public Sector Debt (G) merupakan aset domestik
dati bank sentral di mana L merupakan pinjaman atau utang sekuritas yang dikeluarkan
oleh bank dan intermediasi keuangan lainnya sedangkan G adalah pinjaman atau utang
sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Di lain pihak, liabilitas bank sentral yang disimplifikasi dibagi menjadi tiga yaitu
Banknotes in Circulation (Bn), Liabilities to Banking Sector (Rs), dan Liabilities to
Government (Rg). Perbedaan pendefinisian terkait uang primer menyebabkan
pengkasifikasian banknotes berbeda di setiap negara. Wikipedia menjelaskan bahwa
banknotes adalah instrument bernegosiasi dapat berupa tagihan, uang kertas, atau
bentuk sederhana lainnya. Ada beberapa negara yang menggunakan istilah berbeda
seperti currency in circulation (Selandia Baru dan Indonesia), notes on issue (Australia),
atau notes and coin in circulation (Norwegia).
Berdasarkan simplifikasi neraca bank sentral tersebut, dapat kita lihat bahwa dari
segi komposisi aset, bank sentral diklasifikasi menjadi foreign exchange holder,
treasuries holder atau private sector lender. Sedangkan dari komposisi liabilitas, bank
sentral dapat dikalisifkasikan menjadi note issuer, government’s banker, dan banker’s
banker. Dari hal tersebut disusun kategori dan kriteria kondisi atas neraca bank sentral
sebagai berikut.
Skema Klasifikasi Taxonomy Bank Sentral
Kategori Kriteria Kondisi Penjelasan
Aset:
Foreign Exchange Holder FX > (G + L) Lebih dari setengah aset Bank Indonesia
adalah foreign exchange reserves.
Domestic Private Sector (G + L) > FX dan G Lebih dari setangah aset Bank Indonesia
Debt >L adalah aset domestik dan lebih dari
setengah aset domestik Bank Indonesia
diterbitkan oleh domestic government
sector.
Domestic Public Sector (G + L) > FX dan L Lebih dari setangah aset Bank Indonesia
Debt >G adalah aset domestik dan lebih dari
setengah aset domestik Bank Indonesia
diterbitkan oleh domestic private sector.
Liabilitas:
Banknotes in Circulation Bn > 10 (Rg + Rs) Total Deposit di Bank Sentral lebih rendah
dari 10% banknotes in circulation.
Liabilities to Banking Sector Bn < 10 (Rg + Rs) Total Deposit di Bank Sentral lebih tinggi
dan Rg > Rs dari 10% banknotes in circulation dan dari
total deposit tersebut lebih dari
setengahnya terasosiasi dengan domestic
government.
Liabilities to Government Bn < 10 (Rg + Rs) Total Deposit di Bank Sentral lebih tinggi
dan Rs > Rg dari 10% banknotes in circulation dan dari
total deposit tersebut lebih dari
setengahnya terasosiasi dengan domestic
banking sector.
Sumber: A Comparative Analysis of Development in Central Bank Balance Sheet Composition
Data yang diperoleh dari laporan keuangan Bank Indonesia dari tahun 2014, 2015, dan
2016 komposisi neraca Bank Indonesia adalah sebagai berikut.
Komposisi Aset Bank Indonesia
2014 2015 2016
FX 1.424.506.797 1.491.855.883 1.568.227.599
L 139.137.449 158.184.644 165.758.970
G 249.071.623 256.153.290 221.863.623
G+L 388.209.072 414.337.934 387.622.593
G/L 1,79 1,62 1,34
(G+L)/FX 0,27 0,28 0,25
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Bank Indonesia Tahun 2014, 2015, dan 2016
Komposisi Aset Bank Indonesia
2014 2015 2016
Bn 528.549.571 586.775.262 612.557.609
Rs 915.755.502 838.767.083 959.333.137
Rg 368.410.796 480.651.472 383.959.446
10(Rs+Rg) 12.841.662.980 13.194.185.550 13.432.925.830
Rs/Rg 2,49 1,75 2,50
(Rs+Rg)/Bn 2,43 2,25 2,19
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Bank Indonesia Tahun 2014, 2015, dan 2016
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa Bank Indonesia termasuk dalam kriteria
Foreign Exchange Holder dan Banker’s Banker selama 2014, 2015, dan 2016. Bank
Indonesia sendiri sebagai bank sentral memiliki wewenang untuk menggunakan baik aset
dan liabilitasnya (keduanya) untuk mengatur stabilitas moneter dan mencapai tujuannya.
Dari komposisi neraca tersebut, arah kebijakan Bank Indonesia dapat tergambarkan
secara sederhana. Fokus penggunaan instrumen foreign exchange reserves dan kepada
domestic banking sector masih menghiasai Indonesia selama 3 tahun terakhir. Hal ini
sesuai dengan data DNB di mana bank sentral di negara maju cenderung berfokus pada
asek domestik yaitu pada kategori Domestic Private Sector Debt dan Domestic Public
Sector Debt, sedangkan negara berkembang cenderung pada Foreign Exchange Holder.
1.20
1.00
2014
0.80
2015
0.60
2016
0.40 G=L
0.20 FX=(G+L)
-
- 0.50 1.00 1.50 2.00
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Bank Indonesia Tahun 2014, 2015, dan 2016
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Bank Indonesia Tahun 2014, 2015, dan 2016
Uang Beredar
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan
Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk
pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen uang
beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR),
uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga
selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun. Uang Beredar dapat didefinisikan
dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang
masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah). Sedangkan M2 meliputi M1,
uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro
dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang
dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net
Foreign Assets / NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA).
Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah
Pusat (Net Claims on Central Government / NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya
(sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan perusahaan bukan keuangan)
terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan. Rumus perhitungan uang beredar M1
dan M2 dijabarkan pada formula berikut ini.
M1 = C + D
C = Currency (uang kartal: kertas dan logam)
D = Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro)
M2 = M1 + TD + SD
TD = Time deposits (deposito berjangka)
SD = Savings Deposits (Saldo Tabungan)
Secara umum, peredaran uang Indonesia secara luas menunjukkan tren yang
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena komponen uang beredar yang
meliputi peredaran uang kartal, uang giral, yang kuasi menunjukkan angka yang
cenderung meningkat. Walaupun surat berharga selain saham menunjukkan tren
menurun namun karena nilainya tidak material maka tidak terlalu berpengaruh terhadap
kenaikan tren keseluruhan uang beredar M2. Kenaikan jumlah uang karta disebabkan
karena ekonomi Indonesia yang berkembangdan faktor-faktor makro ekonomi lainnya.
Grafik atas uang beredar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Uang Beredar
6,000.0
5,000.0
4,000.0 Uang Beredar Luas (M2)
Terlihat bahwa mulai dari tahun 2006 target inflasi berada pada kisaran 8%. Seiring
berjalannya waktu hingga tahun 2016 target inflasi berangsur-angsur menurun hingga
menyentuh level 4% pada tahun 2016. Penurunan target inflasi ini didasarkan pada
ekspektasi ekonomi global yang melambat sehingga berdampak pula pada perlambatan
ekonomi di Indonesia. Sedangkan inflasi aktual memiliki range yang cukup berfluktuasi.
Dimulai pada tahun 2006 inflasi aktual berapa pada level 6,6% kemudian pada tahun
2008 naik secara drastis menjadi 11% dan tahun 2013-2014 sebesar 8% kemudian
berangsur normal pada tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2016. Fluktuasi inflasi
tersebut merupakan dampak dari gejolak ekonomi global yang sempat tidak menentu
pada tahun-tahun tersebut. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat
dan inflasi meningkat. Grafik perbandingan target dan realisasi inflasi dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar Target dan Realisasi Inflasi
Inflasi
15.0%
10.0%
Target Inflasi
5.0%
Inflasi Aktual
0.0%
2015
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
Pada grafik di atas terlihat bahwa kurs rupiah terhadap mata uang asing yang
meliputi mata uang dari Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, dan Australia memiliki
tren yang berfluktuasi. Pada kurs USD, tren menunjukkan kenaikan hingga tahun 2015
kemudian turun stabil hingga 2017. Sedangkan SGD memiliki tren yang berfluktuasi.
Kemudian, UAD memiliki tren yang menurun. Selanjutnya, EUR memiliki tren yang
berfluktuasi. Secara keseluruhan, tren kurs mata uang asing tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun faktor di negara dimana kurs
diperbandingkan. Kurs yang memiliki tren yang meningkat secara terus menerus
merupakan indikasi ketidakberesan ekonomi sehingga harus diwaspadai.
Analisis Kinerja Bank Indonesia
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada umumnya trend nya mengalami
kenaikan. Terjadi penurunan pada tahun 2013 dan 2014. Hal ini karena pada tahun
tersebut target inflasi tidak tercapai. Bank Indonesia tidak berhasil mengendalikan laju
inflasi pada tahun 2013 dan 2014. Sehingga DPR memutuskun untuk tidak menaikkan
alokasi anggaran Bank Indonesia. Sedangkan pada tahun 2015 terjadi kenaikan drastis
hampir dua kali lipat. Hal ini disebabkan Bank Indonesia merekrut pegawai baru sebesar
989. Dan juga mulai tahun 2015 DPR memutuskan bahwa beban gaji pegawai Bank
Indonesia yang ditugaskan pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dimasukkan dalam
anggaran tahunan Bank Indonesia.
Berdasarkan grafik diatas besarnya beban umum dan lainnya sebesar 7000 milyar
– 8.000 milyar. Dan cenderung stabil. Hal ini sangat besar jika dibandingkan dengan
anggaran untuk kementerian keuangan misalnya. Kementerian Keuangan mempunyai
fungsi sebagai pengambil kebijakan fiscal sedangkan Bank Indonesia sebagai pengambil
kebijakan moneter. Dua lembaga yang meiliki fungsi besar sebanding. Anggaran untuk
kementerian Keuangan sebesar 25trillun – 30 trilliun. Dengan jumlah pegawai sekitar
40.000 pegawai dan dengan kantor yang tersebar di hamper seluruh kabupaten kota di
Indonesia. Sedangkan Bank Indonesia mendapatkan dana 8 trillun untuk pegawai
berjumlah 5.820 dengan jumlah kantor 45 kantor perwakilan di setiap provinsi di
Indonesia. Maka terang saja Bank Indonesia memperoleh gaji yang besar. Selain itu juga
karena sumber anggaran Bank Indonesia bukan dari APBN, sehingga lebih fleksibel.
Sedangkan anggaran Kementerian Keuangan bersumber dari APBN yang tentu saja
terbatas.
D. Stabilitas rupiah
Salah satu fungsi dan tugas Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas rupiah atau
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Setiap tahun pemerintah memutuskan asumsi
dasar ekonomi makro (ADEM), salah satunya nilai tukar rupiah. Sehingga ADEM
merupakan asumsi yang ingin dijaga oleh pemerintah agar ekonomi Indonesia stabil.
Oleh karena itu ADEM dapat dijadikan sebagai target dari nilai tukar yang harus dijaga
oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Berikut adalah data nilai tukar rupiah pada
tahun 2013-2017 (Juni):
Dari grafik diatas dapat dikethaui bahwa nilai tukar rupiah actual selalu lebih besar
dari nilai tukar rupiah yang dijadikan sebagai asumsi dasar ekonomi makro. Gap tertinggi
terjadi pada triwulan 3 dan 4 tahun 2013 dan triwulan 3 tahun 2015. Dan pada tahun 2017
nilai tukar rupiah mendekati nilai tukar dalam ADEM.
E. Cadangan devisa
Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada
sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan
tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan
lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai
alat pembayaran luar negeri.
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, Indonesia telah memiliki fasilitas
second line of defense dalam bentuk kerja sama ketahanan sistem keuangan regional
(Regional Financial Arrangement) dan kerja sama bilateral dengan negara mitra. fasilitas
tersebut meliputi ASEAN Swap Arrangement (ASA), the Chiang Mai Initiative
Multilateralization (CMIM), dan Bilateral Swap Arrangement (BSa), dan Bilateral Currency
Swap Agreement (BCSa). fasilitas ini diharapkan dapat berkontribusi positif pada upaya
mengurangi ketergantungan terhadap dolar aS dan pada akhirnya dapat menjaga
kestabilan nilai tukar Rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menjalin kerja sama
bilateral dengan Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand.
Berdasarkan grafik diatas terlihat pada than 2013 cadangan devisa Indonesia
mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, untuk pembayaran
bunga utang luar negeri pemerintah, kedua pemenuhan kewajiban BUMN untuk
pembayaran impor bahan baku, dan ketiga intervensi Bank Indonesia untuk meredam
pelemehan nilai tukar. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan
impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada
di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Berdasarkan grafik diatas, kami mencoba membandingkan cadangan devisa
Indonesia dengan cadangan devisa Negara-negara G20. Hasilnya Indonesia berada di
urutan ke 15. Negara dengan cadangan devisa tertinggi di dunia adalah China sebesar
3.000 trilliun dollar Amerika. Indonesia berada diatas Amerika serikat, Kanada, Australia,
Spanyol, dan Belanda. Berada di bawah Turki dan India.
Referensi:
Bank Indonesia. 2014. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia. Jakarta
--------------------. 2015. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2015 Audited.
Jakarta
--------------------. 2016. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Jakarta
De Nederlandsche Bank. 2016. A Comparative Analysis of Development in Central Bank
Balance Sheet Composition. Working Paper
http://politik.rmol.co/read/2015/09/26/218731/BPK-Harus-Audit-Kinerja-Bank-Indonesia-
https://nasional.sindonews.com/read/1039635/18/mengaudit-kinerja-bank-indonesia-
1441158007/13
http://pusatdata.kontan.co.id/makroekonomi/devisa
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/03/07/190417826/cadangan.devisa.indon
esia.akhir.februari.2017.mencapai.119.9.miliar.dollar.as
https://id.tradingeconomics.com/country-list/foreign-exchange-reserves?continent=g20