Anda di halaman 1dari 17

TEORI KEBENARAN

DIHARAPKAN MAHASISWA DAPAT :

1. MENJELASKAN:MACAM-MACAM TEORI KEBENARAN

2. MENYATAKAN EMPAT TINGKATAN KEBENARAN

3. MENJELASKAN SIFAT DASAR KEBENARAN ILMIAH

4. MENYATAKAN ENAM JALAN MENCARI KEBENARAN


1. Pragmatisme
2. Koherensi
3. Korespodensi
4. Teori Performatif
 Bagi seorang pragmatis kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dan
berguna dalam kehidupan praktis.
 Teori pragmatisme dicetuskan oleh Charles S.
Peirce (1839 – 1914).
 Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh
beberapa ahli filsafat berkebangsaan
Amerika, sehingga sering disebut sebagai
filsafat Amerika.
 Sebuah pernyataan dianggap benar bila
pernyataan tersebut berkorespodensi
dengan kenyataan empirik di lapangan
atau sesuai dengan faktanya.

 Dikembangkan oleh Bertrand Russell


(1872 – 1970).
 Dikembangkan oleh Plato (427 – 347 SM) dan
Aristoteles (384 – 322 SM)

 Teori koherensi menganut bahwa kebenaran


pernyataan koheren dengan dengan sistem
pernyataan ilmiah lainnya.

 Atau : Sesuatu dianggap benar jika pernyataan


tersebut koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
 Teori ini menyatakan bahwa kebenaran
diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu.

 Contoh: penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di


Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI
atau pemerintah, sedangkan sebagian lain
mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi
tertentu
Berdasarkan potensi subjek, maka susunan tingkatan
kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang
paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang
didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan
rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang
mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi
nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari
Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian
dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Kebenaran ilmiah memiliki tiga sifat
dasar, yaitu :
(1) Struktur yang rasional-logis,
(2) Isi empiris,
(3) Dapat diterapkan (pragmatis).
Kebenaran dapat dicapai berdasarkan
kesimpulan logis atau rasional dari proposisi
atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah
bersifat rasional, maka semua orang yang
rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal
budinya secara baik), dapat memahami
kebenaran ilmiah.
Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian
dianggap sebagai kebenaran universal
Sifat empiris dari kebenaran ilmiah
mengatakan bahwa, kebenaran ilmiah perlu
diuji dengan kenyataan yang ada, bahkan
sebagian besar pengetahuan dan kebenaran
ilmiah, berkaitan dengan kenyataan empiris di
alam ini.
Sifat pragmatis (Dapat diterapkan) , berusaha
menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis
dan empiris). Maksudnya, jika suatu “pernyataan benar”
dinyatakan “benar” secara logis dan empiris, maka
pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan
manusia.
Berguna, berarti dapat untuk membantu manusia
memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya.
1. Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain adalah
takdir Allah swt. Walaupun tidak ditemukan secara ilmiah,
banyak penemuan ini yang telah menggoncangkan dunia
ilmu pengetahuan.

2. Penemuan Kebenaran Melalui Trial and Error (Coba dan


Ralat)
Bekerja secara coba dan ralat adalah melakukan suatu
pekerjaan secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan
tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan
materi. Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu
petunjuk yang jelas sampai seseorang menemukan
sesuatu.
3. Penemuan Kebenaran Melalui Spekulasi
Penemuan kebenaran melalui spekulasi
sedikit lebih tinggi tarafnya dari pada
penemuan secara coba dan ralat. Dalam
spekulasi seseorang dibimbing oleh suatu
pertimbangan, walaupun kurang dipikirkan
masak-masak tetapi dikerjakan dalam
suasana yang penuh resiko. Penemuan
dengan cara ini memerlukan pandangan yang
tajam.
4. Penemuan Kebenaran Melalui Kewibawaan

Kebenaran ini berasal dari pendapat orang-


orang yang dianggap berwibawa, yaitu
kebenaran berdasarkan penghormatan pada
pendapat orang yang dianggap berwibawa.
Sering orang tidak lagi berusaha
menggunakan kebenaran ini dan menerima
pendapat tersebut sebagai kebenaran.
 Dengan kemampuannya berpikir, manusia dapat
merangkum pengalaman dan fenomena dalam suatu
rumusan untuk mencapai kebenaran. Kemampuan
berpikir dan pengalaman tidak lain adalah berpikir logis.
Berpikir logis bukanlah sepenuhnya merupakan cara-
cara yang ilmiah karena logika dan pengalaman
manusia yang digunakan untuk menemukan kebenaran
tidak dalam konsep yang sama sehingga tanpa guna.
Hasil yang memuaskan tergantung dari dua hal, yaitu
kemampuan berpikir dan jenis pengalaman. Dan dari
sinilah bermula metode penelitian karena manusia
mencari jalan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan.
6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui
metode penelitian. Metode penelitian adalah penyaluran hasrat
ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan.Penyaluran sampai setaraf
ini disertai oleh gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya
secara ilmiah.

Metode ilmiah hanya akan menarik dan membenarkan suatu


kesimpulan apabila telah dibentengi oleh bukti-bukti yang
meyakinkan, yang dikumpulkan melalui prosedur yang sistematis,
jelas, dan terkontrol. Landasan sekaligus tujuan kegiatan ini ialah
teori, di mana teori itu sendiri adalah serangkaian penelitian yang
menjadi satu kebulatan sistematis yang diperlukan dalam
memahami dan meramalkan fenomena yang menjadi persoalan.
1. DESKRIPSIKAN MACAM-MACAM TEORI
KEBENARAN
2. DESKRIPSIKAN EMPAT TINGKATAN KEBENARAN
3. DESKRIPSIKAN SIFAT DASAR KEBENARAN ILMIAH
4. DESKRIPSIKAN ENAM JALAN MENCARI
KEBENARAN!

Anda mungkin juga menyukai